Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

87
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Transcript of Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Page 1: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Page 2: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Alloh Subhanahu wa ta’ala, atas segala limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, penyusunan Buku “ Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2011 “ ini telah dapat kami selesaikan sebagai rangkaian dari penyajian data / informasi kegiatan yang telah dilaksanakan sejak pada tahun 2011. Data yang digunakan dalam proses penyusunan Buku Profil Kesehatan ini bersumber dari berbagai unit kerja baik di dalam maupun di luar lingkungan sektor kesehatan. Agar data yang diperoleh relevan dan akurat, maka terhadap data yang berasal dari unit pelaksana teknis (Puskesmas, Instalasi Farmasi) maupun dari Rumah Sakit yang bersumber dari Sistem Pelaporan Rumah Sakit, telah dilakukan uji silang data dengan para pemegang program melalui mekanisme pemutakhiran data di tingkat Kota dan tingkat Provinsi termasuk melibatkan pula lintas sektoral yaitu Badan Pusat Statistik, Bapermas & KB, Satlantas Polwiltabes Kota Semarang, dan lain-lain. “ Profil Kesehatan Kota Semarang “ merupakan sarana untuk memantau dan mengevaluasi pencapaian pembangunan kesehatan di Kota Semarang dan hasil kinerja penyelenggaraan Standar Pelayanan Minimal Kota Semarang. Indikator data yang tercantum dalam Profil Kesehatan ini adalah Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Indikator Kinerja Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan yang terdiri dari indikator derajat kesehatan (mortalitas, morbiditas dan status gizi), indikator lingkungan sehat, indikator perilaku hidup masyarakat, indikator pelayanan kesehatan, sumber daya kesehatan, dan kontribusi sektor terkait. Dengan konsistensi penyusunan profil kesehatan yang dilaksanakan setiap tahun, maka berbagai perkembangan indikator yang digunakan dalam pembangunan kesehatan baik indikator masukan, proses maupun indikator keluaran, manfaat dan indikator dampak dapat diikuti secara cermat, fakta ini merupakan bahan yang sangat berguna untuk melakukan analisa kecenderungan dalam konteks penentu strategi dan kebijakan kesehatan di masa yang akan datang. Untuk meningkatkan mutu Profil Kesehatan Kota Semarang berikutnya diharapkan saran dan kritik yang membangun, serta partisipasi dari semua pihak khususnya dalam upaya mendapatkan data / informasi yang relevan, akurat, tepat waktu dan sesuai dengan kebutuhan. Kepada semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran dan tenaganya dalam penyusunan Profil Kesehatan Kota Semarang, kami sampaikan ucapan terima kasih.

Semarang, Juni 2012 Plt. Kepala Dinas Kesehatan

Ka.Bid Pencegahan dan Pemerantasan Penyakit,

ttd dr. Widoyono, M.PH NIP. 19630809 198801 1 001

Page 3: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

i ii iv

BAB

I

PENDAHULUAN

1

1.1. 1.2. 1.3.

Latar Belakang Tujuan Sistematika Penulisan

1 1 2

BAB

II

GAMBARAN UMUM KOTA SEMARANG

3

2.1. 2.2. 2.3. 2.4.

Keadaan Geografis Kependudukan Tingkat Pendidikan Penduduk Sarana dan Prasarana Kesehatan

3 3 7 8

BAB III SITUASI DEAJAT KESEHATAN DAERAH 9 3.1.

3.2. 3.3. 3.4

Dasar Visi dan Misi Sasaram Program Pembangunan Kesehatan Kota Semarang Tahun 2011 Situasi Derajat Kesehatan Kematian Kematian Bayi dan Balita Kematian Ibu Maternal

9 10 13 20 20 20 20

BAB

IV

SITUASI UPAYA KESEHATAN

22

4.1. Penyakit Menular 22 4.1.1 Pemberantasa Penyakit DBD 22 4.1.2 Pemberantasan Penyakit Malaria 28 4.1.3 Pemberantasan Penyakit TB Paru 30 4.1.4 Pemberantasan Penyakit Diare 35 4.1.5 Pemberantasan Penyakit ISPA 38 4.1.6 Pemberantasan Penyakit Kusta 40 4.1.7 Pemberantasan Penyakit IMS 44 4.1.8 Pemberantasan Penyakit Leptospirosis 51 4.1.9 Surveilans AFP 53 4.2. Penyakit Tidak Menular 55 4.3 Kejadian Luar Biasa 57 4.4. Keadaan Gizi 59 4.4.1 Status Gizi Bayi dan Balita 59 4.4.2 ASI Ekslusif 59 4.5. Perilaku Masyarakat 60

Page 4: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

4.5.1 Rumah Tangga Ber PHBS 60 4.5.2 Posyandu Purnama dan Mandiri 61 4.5.3 Jaminan Pemeliharaan Kesehatan 61 4.5.4 Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin 62 4.5.5 Ketersediaan Obat Narkotika & Psikotropika 62 4.6. Penyehatan Lingkungan 62 4.6.1 Rumah Sehat 62 4.6.2

4.6.3 Tempat Umum dan Pengelolaan makanan Keluarga dengan Kepemilikan Sanitasi Dasar

63 64

4.7 Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan 65 4.7.1

4.7.2 4.7.3 4.7.4 4.7.5 4.7.6 4.7.7

Cakupan Kunjungan Pelayanan Kesehatan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak Pelayanan Imunisasi Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Keluarga Berencana Kesehatan Kerja dan Kesehatan Institusi Upaya Kesehatan Khusus

65 67 71 72 72 74

4.8 Obat dan Perbekalan Kesehatan 75 4.8.1

4.8.2

Ketersediaan Obat Essensial dan Generik Ketersediaan Obat Narkotika Psikotropika

75 76

4.9 4.9.1 4.9.2 4.9.3

Sumber Daya Kesehatan Tenaga Kesehatan Sarana Kesehatan Anggaran Kesehatan

76 76 78 79

BAB V KESIMPULAN 80

Page 5: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

BAB I

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu komponen utama dalam Index Pembangunan

Manusia (IPM) yang dapat mendukung terciptanya SDM yang sehat, cerdas, terampil

dan ahli menuju keberhasilan Pembangunan Kesehatan. Pembangunan kesehatan

merupakan salah satu hak dasar masyarakat yaitu hak untuk memperoleh pelayanan

kesehatan. Oleh sebab itu dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan telah dilakukan

perubahan cara pandang (mindset) dari paradigma sakit menuju paradigma sehat

sejalan dengan Visi Indonesia Sehat.

Seiring dengan visi tersebut, maka Visi Pembangunan Kesehatan di Kota Semarang

yang adalah “Terwujudnya Masyarakat Kota Semarang yang Mandiri untuk Hidup Sehat”

Dalam rangka memberikan gambaran situasi kesehatan di Kota Semarang

Tahun 2011 perlu diterbitkan Buku Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2011.

Media Profil Kesehatan Kota Semarang merupakan salah satu sarana untuk menilai

pencapaian kinerja pembangunan kesehatan dalam rangka mewujudkan Kota

Semarang Sehat 2013.

Profil Kesehatan menyajikan berbagai data dan informasi diantaranya meliputi

data kependudukan, fasilitas kesehatan, pencapaian program – program kesehatan,

masalah kesehatan dan lain-lain. Tersusunnya Buku Profil Kesehatan Kota Semarang

Tahun 2011 didukung oleh pengelola data dan informasi Dinas Kesehatan Kota

Semarang, Puskesmas, Instalasi Farmasi, berbagai sarana pelayanan kesehatan, juga

lintas sektor terkait (Badan Pusat Statistik, ASKES, JAMSOSTEK, Bapermas & KB,

POLRESTABES Kota Semarang, dll).

1.2. T u j u a n 1.2.1. U mum

Tujuan disusunnya Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2011 adalah

tersedianya data / informasi yang relevan, akurat, tepat waktu dan sesuai kebutuhan

Page 6: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

dalam rangka meningkatkan kemampuan manajemen kesehatan secara berhasilguna

dan berdayaguna sebagai upaya menuju Kota Semarang yang Sehat.

1.2.2. Khusus

Secara khusus tujuan penyusunan Profil Kesehatan adalah :

1.2.2.1. Diperolehnya Data / informasi umum dan lingkungan yang meliputi lingkungan fisik dan

biologi, perilaku masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat, data

kependudukan dan sosial ekonomi;

1.2.2.2. Diperolehnya Data / informasi tentang status kesehatan masyarakat yang meliputi

angka kematian, angka kesakitan dan status gizi masyarakat;

1.2.2.3. Diperolehnya Data / informasi tentang upaya kesehatan, yang meliputi cakupan

kegiatan dan sumber daya kesehatan.

1.2.2.4. Diperolehnya Data / informasi untuk bahan penyusunan perencanaan kegiatan program

kesehatan;

1.2.2.5. Tersedianya alat untuk pemantauan dan evaluasi tahunan program – program

kesehatan;

1.2.2.6. Tersedianya wadah integrasi berbagai data yang telah dikumpulkan oleh berbagai

sistem pencatatan dan pelaporan yang ada di Puskesmas, Rumah Sakit maupun Unit-

Unit Kesehatan lainnya;

1.2.2.7. Tersedianya alat untuk memacu penyempurnaan sistem pencatatan dan pelaporan

kesehatan.

1.3. Sistematika Penulisan

Untuk lebih menggambarkan situasi derajat kesehatan, peningkatan upaya

kesehatan dan sumber daya kesehatan di Kota Semarang pada Tahun 2010, maka

diterbitkanlah Buku Profil Kesehatan Kota Semarang yang disusun dengan sistematika

sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA SEMARANG

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN DAERAH

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN

BAB V KESIMPULAN DAN PENUTUP

LAMPIRAN

Page 7: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

BAB II

GAMBARAN UMUM KOTA SEMARANG

2.1. Keadaan Geografis 2.1.1. Letak

Kota Semarang terletak antara garis 6º50’ - 7º10’ Lintang Selatan dan garis

109º35’ - 110º50’ Bujur Timur. Dibatasi sebelah Barat dengan Kabupaten Kendal,

sebelah Timur dengan Kabupaten Demak, sebelah Selatan dengan Kabupaten

Semarang, dan sebelah Utara dibatasi oleh Laut Jawa dengan panjang garis pantai

meliputi 13,6 Km. Ketinggian Kota Semarang terletak antara 0,75 sampai dengan

348,00 di atas garis pantai.

2.1.2. Luas Wilayah Kota Semarang

Dengan luas wilayah sebesar 373,70 km2, dan

merupakan 1,15% dari total luas daratan Provinsi

Jawa Tengah. Kota Semarang terbagi dalam 16

kecamatan dan 177 kelurahan. Dari 16 kecamatan

yang ada, kecamatan Mijen (57,55 km2) dan

Kecamatan Gunungpati (54,11 km2), dimana

sebagian besar wilayahnya berupa persawahan dan

perkebunan. Sedangkan kecamatan dengan luas terkecil adalah Semarang Selatan

(5,93 km2) dan kecamatan Semarang Tengah (6,14 km2), sebagian besar wilayahnya

berupa pusat perekonomian dan bisnis Kota Semarang, seperti bangunan toko/mall,

pasar, perkantoran dan sebagainya.

2.2 Kependudukan 2.2.1. Pertumbuhan Penduduk, Persebaran dan Kepadatan Penduduk, Komposisi

Penduduk, Kelahiran, Kematian dan Perpindahan 2.2.1.1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk

Jumlah penduduk Kota Semarang menurut Profil Kependudukan Kota Semarang

oleh BPS sampai dengan akhir Desember tahun 2011 sebesar : 1.544.358 jiwa, terdiri

dari 767.884 jiwa penduduk laki-laki dan 776.474 jiwa penduduk perempuan. Dengan

Page 8: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

jumlah sebesar itu Kota Semarang masih termasuk dalam 5 besar Kabupaten/Kota

yang mempunyai jumlah penduduk terbesar di Jawa Tengah.

Tabel 1 : Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Tahun 2004 - 2011

Tahun Jumlah Penduduk Tingkat pertumbuhan Setahun ( % )

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

1.399.133

1.419.478

1.434.132

1.454.594

1.481.640

1.506.924

1.527.433

1.544.358

1,52

1,45

1,02

1,43

1,86

1,53

1,41

1,11 Sumber data : Kantor BPS Kota Semarang – Semarang Dalam Angka

Perkembangan dan pertumbuhan penduduk selama 7 tahun terakhir

menunjukkan hasil yang bervariasi dengan tren semakin meningkat.

2.2.1.2. Persebaran dan Kepadatan Penduduk

Penyebaran penduduk yang tidak merata perlu mendapat perhatian karena

berkaitan dengan daya dukung lingkungan yang tidak seimbang. Secara geografis

wilayah Kota Semarang terbagi menjadi dua yaitu daerah dataran rendah ( Kota

Bawah ) dan daerah perbukitan (Kota Atas). Kota Bawah merupakan pusat

kegiatan pemerintahan, perdagangan dan industri, sedangkan Kota Atas lebih banyak

dimanfaatkan untuk perkebunan, persawahan, dan hutan.

Sedangkan ciri masyarakat Kota Semarang terbagi dua yaitu masyarakat

dengan karakteristik perkotaan dan masyarakat dengan karakteristik pedesaan.

Sebagai salah satu kota metropolitan, Semarang boleh dikatakan belum

terlalu padat. Pada tahun 2011 kepadatan penduduknya sebesar 4.133 jiwa per km2.

Bila dilihat menurut Kecamatan yang mempunyai kepadatan penduduk paling kecil

adalah Kecamatan Tugu sebesar 938 jiwa per km2, diikuti dengan Kecamatan Mijen

954 jiwa per km2 dan Kecamatan Gunungpati 1.358 jiwa per km2. Ketiga Kecamatan

tersebut merupakan daerah pertanian dan perkebunan, sehingga sebagian wilayahnya

masih banyak terdapat areal persawahan dan perkebunan,

Page 9: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Namun sebaliknya untuk Kecamatan-Kecamatan yang terletak di pusat kota,

dimana luas wilayahnya tidak terlalu besar tetapi jumlah penduduknya sangat banyak,

kepadatan penduduknya sangat tinggi. Yang paling tinggi kepadatan penduduknya

adalah Kecamatan Semarang Selatan 14.024 jiwa/km2, kemudian Kecamatan Candisari

12.225 jiwa/km2 , Kecamatan Gayamsari 11.826 jiwa/km2, diteruskan dengan Semarang

tengah 11.812 jiwa/km2 dan Kecamatan Semarang Utara 11..615jiwa/km2 .

Bila dikaitkan dengan banyaknya keluarga atau rumah tangga, maka dapat dilihat

bahwa rata-rata setiap keluarga di Kota Semarang memiliki 3,6 atau 4 (empat) anggota

keluarga, dan kondisi ini terjadi pada hampir seluruh Kecamatan yang ada .

2.2.1.3. Komposisi Penduduk

Untuk dapat menggambarkan tentang keadaan penduduk secara khusus dapat

dilihat dari komposisinya, salah satunya adalah penduduk menurut jenis kelamin. Dari

1.544.358 penduduk Kota Semarang pada tahun 2011 terdiri dari 767.884 jiwa

penduduk laki-laki dan 776.474 jiwa penduduk perempuan.. Indikator dari variabel jenis

kelamin adalah rasio jenis kelamin yang merupakan angka perbandingan antara

penduduk laki-laki dan perempuan.

2.2.1.4. Kelahiran, Kematian dan Perpindahan

Potensi permasalahan jumlah penduduk yang besar dipengaruhi oleh tingkat

pertumbuhan penduduk yang dimiliki. Bila jumlah penduduk yang besar sedangkan

Perempuan50%

Laki-Laki50%

Komposisi Penduduk Kota Semarang Tahun 2011

Page 10: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

tingkat pertumbuhannya tinggi, maka beban untuk mencukupi kebutuhan pangan,

sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan dan sebagainya menjadi sangat berat.

Tingkat pertumbuhan penduduk dibedakan atas tingkat pertumbuhan alamiah

dan tingkat pertumbuhan karena migrasi. Tingkat pertumbuhan alamiah secara

sederhana dihitung dengan membandingkan jumlah penduduk yang lahir dan mati.

Pada periode waktu tertentu digambarkan dengan Angka Kelahiran Kasar atau Crude

Birth Rate ( CBR ) dan Angka Kematian Kasar atau Crude Death Rate ( CDR ) yang

merupakan perbandingan antara jumlah kelahiran dan kematian selama 1 tahun dengan

jumlah penduduk pertengahan tahun.

Selama periode 5 tahun terakhir perkembangan kelahiran dan kematian

penduduk di Kota Semarang terlihat cukup berfluktuasi. Hal ini dilihat bahwa untuk CBR

periode 2004 – 2011. Dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2: Perkembangan Kelahiran dan Kematian Penduduk Kota Semarang Periode 2004 – 2011 Tahun Jml Penduduk CBR

(/1000 pddk) CDR

(/1000 pddk) 2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

1.399.133

1.419.478

1.434.132

1.454.594

1.481.640

1.506.924

1.527.433

1.544.358

12,64

15,23

15,46

16,06

16,25

16,60

5,27

6,41

7,56

7,04

6,98

6,79

12,56

5,09

12,64

5,27

15,23

6,41

15,46

7,56

16,06

7,04

16,6

6,79

0

5

10

15

20

2003 2004 2005 2006 2007 2009

Perkembangan Kelahiran & Kematian Kota Semarang Periode 2003-2009

CBR

CDR

Page 11: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

2.3. PENDIDIKAN

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan masyarakat

yang berperan meningkatkan kualitas hidup. Semakin tinggi pendidikan suatu

masyarakat, semakin baik kualitas sumber dayanya.

Sebagai gambaran tingkat pendidikan penduduk Kota Semarang pada tahun

2011 adalah sebagai berikut :

Tabel 3 : Prosentase Tingkat Pendidikan di Kota Semarang Tahun 2011

No Tingkat Pendidikan Laki-laki dan Perempuan

Jumlah %

1. Tdk / blm pernah sekolah

92.979 6,54

2. Tidak & belum tamat SD

289.781 20,38

3. S D/MI 325.072 22,86 4. S L T P/MTs 288.341 20,28 5. S L T A/MA 300.020 21,10 6. Akademi 61798 4,35 7. Universitas 63207 4,51 J u m l a h : 1.544.358 100,00

Sumber data : BPS Kota Semarang-Kota Semarang Dalam Angka

2.4. SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN Tabel 4 : Jumlah Sarana dan Prasarana di Kota Semarang

A. SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN 2010 2011 1.

Rumah Sakit Umum : a. Rumah Sakit Swasta b. Rumah Sakit Umum Daerah c. Rumah Sakit Umum Pusat d. Rumah Sakit TNI / POLRI e. Rumah Sakit Khusus, terdiri dari :

10 2 1 3 9

10 2 1 3 9

Page 12: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

2. 3.

4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.

- RS Jiwa - RS Bedah Plastik - Rumah Sakit Ibu dan Anak ( RSIA ) - Rumah Sakit Bersalin ( RSB )

Rumah Bersalin ( RB ) / BKIA Puskesmas , terdiri dari :

a. Puskesmas Perawatan b. Puskesmas Non Perawatan

Puskesmas Pembantu Puskesmas Keliling Posyandu yang ada Posyandu Aktif Apotik Laboratorium Kesehatan Swasta Klinik Spesialis Optik Klinik 24 Jam Toko Obat BP Umum BP Gigi PBDS/Klinik Utama Dokter Umum Praktek Swasta Dokter Spesialis swasta Dokter gigi swasta Bidan praktek swasta

1 1 3 3 6 37 13

24 34 37 1.529 1.529 369 30 14 90 9 65 159 8 7 1176 649 294 50

1 1 3 3 6 37 13

24 34 37 1.533 1.055

95 13 20 139 24 23 1.327 645 328 323

Sumber: Bidang Yankes DKK Semarang

Page 13: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN DAERAH

3.1 DASAR

Dasar pembangunan kesehatan adalah nilai kebenaran dan aturan pokok yang menjadi

landasan untuk berfikir dan bertindak dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Dasar-

dasar berikut ini merupakan landasan dalam penyusunan visi, misi dan strategi serta sebagai

petunjuk pokok pelaksanaan pembangunan kesehatan:

3.1.1 Perikemanusiaan

Setiap kegiatan proyek, program kesehatan harus berlandaskan perikemanusiaan yang

dijiwai, digerakkan dan dikendalikan oleh keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha

Esa.

3.1.2 Pemberdayaan dan Kemandirian

Individu, keluarga, masyarakat beserta lingkungannya bukan saja sebagai obyek namun

sekaligus pula subyek kegiatan, proyek, program kesehatan. Segenap komponen bangsa

bertangggung jawab untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan individu, keluarga,

masyarakat beserta lingkungannya. Setiap kegiatan, proyek, program kesehatan harus mampu

membangkitkan peran serta individu, keluarga dan masyarakat sedemikian rupa sehingga

setiap individu, keluarga dan masyarakat dapat menolong dirinya sendiri.

Dengan dasar ini, setiap individu, keluarga dan masyarakat melalui kegiatan, proyek,

program kesehatan difasilitasi agar mampu mengambil keputusan yang tepat ketika

membutuhkan pelayanan kesehatan. Warga masyarakat harus mau bahu membahu menolong

siapa saja yang membutuhkan pertolongan agar dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang

sesuai kebutuhan dalam waktu yang sesingkat mungkin. Di lain pihak, fasilitas pelayanan

kesehatan yang ada perlu terus diberdayakan agar mampu memberikan pertolongan kesehatan

yang berkualitas, terjangkau, sesuai dengan norma sosial budaya setempat serta tepat waktu.

3.1.3 Adil dan Merata

Setiap individu, keluarga dan masyarakat mempunyai kesempatan yang sama untuk

memperoleh pelayanan kesehatan yang dibutuhkan sehingga dapat mencapai derajat

kesehatan yang setinggi-tingginya. Kesempatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang

Page 14: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

berkualitas, terjangkau dan tepat waktu, tidak boleh memandang perbedaan ras, golongan,

agama, dan status sosial individu, keluarga dan masyarakat.

Pembangunan kesehatan yang cenderung urban-based harus terus diimbangi dengan

upaya-upaya kesehatan yang bersifat rujukan, bersifat luar gedung maupun yang bersifat satelit

pelayanan. Dengan demikian pembangunan kesehatan dapat menjangkau kantong-kantong

penduduk beresiko tinggi yang merupakan penyumbang terbesar kejadian sakit dan kematian.

Kelompok-kelompok penduduk inilah yang sesungguhnya lebih membutuhkan pertolongan

karena selain lebih rentan terhadap penyakit, kemampuan membayar mereka jauh lebih sedikit.

3.1.4 Pengutamaan dan Manfaat

Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan tekhnologi kedokteran dan atau kesehatan dalam

kegiatan, proyek, program kesehatan harus mengutamakan peningkatan kesehatan dan

pencegahan penyakit. Kegiatan, proyek dan program kesehatan diselenggarakan agar

memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan deajat kesehatan masyarakat.

Kegiatan, proyek dan program kesehatan diselenggarakan dengan penuh tanggung jawab,

sesuai dengan standar profesi dan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta

mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh kebutuhan dan kondisi spesifik daerah.

3.2 VISI DAN MISI 3.2.1 VISI

Dalam mewujudkan gambaran masyarakat Kota Semarang di masa depan maka Dinas

Kesehatan Kota memiliki Visi “Terwujudnya Masyarakat Kota Semarang yang Mandiri untuk Hidup Sehat”

Visi tersebut mengandung filosofi pokok yang akan dilaksanakan perwujudannya, yaitu

kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.

Kesehatan adalah tanggungjawab bersama dari setiap individu, masyarakat, pemerintah

dan swasta. Apapun peran yang dimainkan oleh pemerintah, tanpa kesadaran individu dan

masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan mereka, hanya sedikit hasil yang akan

dapat dicapai. Perilaku masyarakat kota Semarang yang mandiri untuk hidup sehat diharapkan

adalah yang bersifat proaktif untuk memlihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat.

Disamping itu semua lapisan masyarakat di Kota Semarang juga mempunyai akses dan

mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu.

3.2.2 MISI

Page 15: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Misi mencerminkan peran, fungsi dan kewenangan seluruh jajaran organisasi kesehatan

di seluruh wilayah Kota Semarang, yang bertanggung jawab secara teknisterhadap pencapaian

tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan Kota Semarang. Untuk mewujudkan visi tersebut

ditetapkan misi yang diemban oleh seluruh jajaran petugas kesehatan di masing-masing

jenjang administarsi pemerintahan, yaitu :

1. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas,

2. Memberdayakan masyarakat untuk memiliki kemauan dan kemampuan hidup sehat

3.2.3 TUJUAN

1. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan masyarakat dan perorangan yang efektif dan

efisien. (Misi 1)

2. Meningkatkan kesiapan dan ketersediaan sumberdaya kesehatan dalam mendukung

proses pelayanan kesehatan. (Misi 1)

3. Mengembangkan kebijakan dan manajemen yang efektif dan efisien dalam pengelolaan

pelayanan dan sumber daya kesehatan. (Misi 1)

4. Meningkatkan pelayanan kefarmasian serta penyediaan obat perbekalan kesehatan

yang memenuhi persyaratan mutu. (Misi 1)

5. Meningkatkan perilaku dan peran aktif individu, keluarga dan masyarakat untuk

memlihara dan melindungi kesehatan dan lingkungannya sendiri. (Misi 2)

3.2.4. SASARAN

1. Menurunnya angka kesakitan, kematian dan mencegah kecacatan akibat penyakit..

2. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan dasar, rujukan dan penunjangnya.

3. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan keluarga.

4. Meningkatnya pelayanan gizi masyarakat serta kemandirian keluarga dalam upaya

perbaikan gizi.

5. Meningkatnya kualitas kesehatan lingkungan.

6. Meningkatnya ketersediaan, kemampuan dan ketrampilan sumberdaya manusia

kesehatan sehingga mampu menyelenggarakan upaya kesehatan yang optimal.

7. Meningkatnya kualitas pengelolaan administrasi keuangan, ketatalaksanaan tugas

umum dan rumah tangga.

8. Meningkatnya kuantitas dan kualitas sarana prasarana pelayanan kesehatan

Page 16: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

9. Meningkatnya fungsi perencanaan, pengawasan, pengendalian dan penilaian

pelaksanaan kegiatan serta tersedianya berbagai kebijakan kesehatan guna

menjamin tercapainya kinerja secara efektif dan efisien.

10. Mengembangkan system informasi kesehatan yang komprehensif, berhasilguna dan

berdaya guna

11. Meningkatkan ketersediaan dan mutu pengelolaan obat pelayanan kesehatan

12. Meningkatnya kualitas makanan minuman produksi industri tumah tangga yang

memnuhi syarat kesehatan

13. Meningkatnya perilaku hidup bersih sehat dan berkembangnya upaya kesehatan

bersumberdata masyarakat.

3.2.5 STRATEGI KEBIJAKAN

Program yang telah disusun dan ditetapkan sebagai strategi kebijakan Dinas Kesehatan

Kota Semarang terdiri dari 12 (dua belas ) alternative startegi yang ditetapkan, antara lain

1. Mengoptimalkan pelayanan kesehatan pada masyarakat miskin di seluruh fasilitas

pelayanan kesehatan dasar

2. Memanfaatkan secara optimal jejaring kerja yang ada

3. Menggerakkan sumber daya kesehatan secara efektif dengan melibatkan peran

aktif masyarakat

4. Meningkatkan advokasi pembiayaan kesehatan pada pemegang kebijakan

5. Meningkatkan keterpaduan pelaksanaan program

6. Meningkatkan pengelolaan data dan informasi kesehatan berbasis teknologi

informasi

7. Mengintensifkan promosi kesehatan melalui pemanfaatan teknologi informasi

khususnya pada kelompok beresiko

8. Mengalokasikan sumber daya kesehatan yang ada pada kegiatan bersasarn

masyarakat miskin dan renta

9. Meningkatkan cakupan pemanfaatan pelayanan kesehatan

10. Mengembangkan dan memantapkan program jaminan mutu pada semua

pelayanan

11. Meningkatkan kualitas manajemen kesehatan menuju pelayanan kesehatan yang

akuntable, transparan dan berkinerja tinggi.

12. Meningkatkan jumlah tenaga kesehatan sesuai kompetensinya.

Page 17: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

3.3 SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG TAHUN 2011

Kinerja dinas yang ingin diwujudkan/ dicapai dalam tahun 2011 (target) tercermin dalam

sasaran-sasaran beserta indikatornya sebagai berikut :

A. Menurunnya angka kesakitan, kematian dan mencegah kecacatan akibat penyakit.

1. Kasus demam berdarah yang dilakukan penyelidikan epidemiologi < 48 jam : 45%

2. Kasus demam berdarah yang difogging sesuai standar < 5 hari : 55%

3. Penderita demam berdarah yang ditangani : 100%

4. Incident rate demam berdarah : 260/100.000 penduduk

5. Case fatality rate demam berdarah : 2 %

6. Kesembuhan penderita TB BTA + (cure rate) : 75%

7. Penemuan kasus TB BTA + (case detection rate) : 50%

8. Angka kesakitan diare : 21/1000 penduduk

9. Balita dengan diare yang ditangani : 100%

10. Angka kematian diare : < 1/10.000 penduduk

11. Cakupan penemuan pnemoni balita : 35%

12. Cakupan balita dengan pnemoni yang ditangani : 100%

13. Angka kesakitan pnemoni balita : 320/10.000 penduduk

14. Klien yang mendapat penanganan HIV-AIDS : 75%

15. Kasus infeksi menular seksual yang diobati : 100%

16. Prevalensi HIV-AIDS : 2/10.000 penduduk

17. Darah donor diskrining HIV-AIDS : 100%

18. Penderita kusta yang selesai berobat (RFT rate) : > 90%

19. Kelurahan mengalami KLB PD3I & keracunan makanan yang ditangani < 24 jam :

100%

20. Kelurahan mengalami KLB penyakit bersumber binatang yang ditangani < 24 jam :

50%

21. Acute flacid paralysis rate < 15 tahun : 2/100.000 penduduk

22. Jejaring deteksi surveilens PTM di RS & puskesmas yang mantap : 80%

23. Puskesmas yang melakukan deteksi dini PTM tertentu : 75%

24. Ketepatan laporan surveilens penyakit menular : 97%

25. Kelengkapan laporan surveilens penyakit menular :100 %

26. Ketepatan laporan penyakit tidak menular : 60%

Page 18: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

27. Kelengkapan laporan penyakit tidak menular : 750%

28. Kelurahan mencapai Universal Child Imunization (UCI) : 98%

29. Cakupan BIAS : 97,5%

30. Imunisasi calon jemaah haji : 100%

31. Bayi diimunisasi campak :90%

B. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan dasar, rujukan dan penunjangnya.

a. Cakupan rawat jalan di sarkes dasar (puskesmas) : 16%

b. Cakupan rawat inap di sarkes dasar (puskesmas) :0,45%

c. Pelayanan kesehatan pada kejadian bencana : 100%

d. Penerapan ISO puskesmas : 5 puskesmas

e. Pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat miskin : 75%

f. Pelayanan kesehatan rujukan pada masyarakat miskin : 14,5%

g. Puskesmas dengan kemampuan gawat darurat yang dapat diakses masyarakat :

48%.

h. Rumah sakit dengan kemampuan gawat darurat yang dapat diakses masyarakat :

100%

i. Pelayanan gawat darurat level 1 yang harus diberikan sarana kesehatan : 100%

j. Pelayanan gangguan jiwa di sarana pelayanan kesehatan umum : 0,31%

k. Sarana kesehatan penunjang yang melaksanakan pemantapan mutu internal:

78%

l. Sarana kesehatan penunjang yang melaksanakan pemantapan mutu eksternal:

63%

C. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan keluarga.

a. Cakupan K-4 ibu hamil : 93%

b. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki

kompetensi kebidanan : 100%

c. Deteksi risiko tinggi oleh tenaga kesehatan : 20%

d. Deteksi risiko tinggi oleh masyarakat : 10%

e. Cakupan kunjungan neonatus : 95%

f. Cakupan kunjungan bayi : 95%

g. Cakupan bayi berat badan lahir rendah (BBLR) : 0,9%

Page 19: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

h. Cakupan BBLR yang ditangani : 100%

i. Ibu hamil dengan risiko tinggi yang dirujuk : 100%

j. Bumil risti yang ditangani : 100%

k. Bumil komplikasi yang ditangani : 100%

l. Neonatal risti yang ditangani : 100%

m. Cakupan Deteksi Dini Tumbuh Kembang balita & anak prasekolah : 77%

n. Penjaringan kesehatan siswa SD oleh nakes : 100%

o. Pemeriksaan kesehatan siswa SD, SMP, SMA oleh nakes : 70%

p. Penanganan kasus kekerasan dalam rumah tangga : 70 kasus

q. Cakupan pelayanan kesehatan remaja : 85%

r. Cakupan peserta KB aktif : 95%

s. Penanganan komplikasi KB : 100%

t. Cakupan pelayanan kesehatan usila : 70%

u. Kelompok usila aktif : 85%

v. Puskesmas santun lansia : 15 buah

D. Meningkatnya pelayanan gizi masyarakat serta kemandirian keluarga dalam upaya

perbaikan gizi.

a. Balita yang datang dan ditimbang : 80%

b. Balita yang naik berat badannya : 80%

c. Balita bawah garis merah : 2,9%

d. Prevalensi gizi kurang balita : 13,6%

e. Prevalensi gizi buruk balita : 1,61%

f. Ibu hamil mendapat 90 tablet Fe : 93%

g. Pemberian vitamin A 2 kali/th pada balita : 96%

h. Pemberian vitamin A 1 kali/th pada bayi : 96%

i. Pemberian vitamin A pada ibu nifas : 90%

j. Anemi gizi besi pada ibu hamil : 24%

k. Ibu hamil kurang energy kronik (KEK) : 3,8%

l. Balita gizi buruk mendapat perawatan : 100%

m. Pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6024 bulan dari keluarga

miskin : 100%

n. Bayi mendapat ASI eksklusif : 40%

o. Keluarga sadar gizi : 72%

Page 20: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

p. Cakupan garam beriodium : 90%

E. Meningkatnya kualitas kesehatan lingkungan.

a. Cakupan air bersih : 90,8%

b. Kualitas air minum yang memenuhi syarat kesehatan : 75%

c. Kualitas air bersih yang memenuhi syarat kesehatan : 70%

d. Rumah sehat : 82%

e. Penduduk yang memanfaatkan jamban : 92%

f. Rumah yang mempunyai SPAL : 78%

g. TPA-TPS yang memenuhi syarat kesehatan : 83%

h. Tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan : 74%

i. Tempat pengelolaan pestisida sehat : 85%

j. Institusi yang dibina : 76%

k. Industri rumah tangga makanan minuman yang memenuhi syarat kesehatan :

77%

l. Tempat pengelolaan makanan sehat : 72,5%

F. Meningkatnya ketersediaan, kemampuan dan ketrampilan sumberdaya manusia

kesehatan sehingga mampu menyelenggarakan upaya kesehatan yang optimal.

a. Analisis kebutuhan SDM pada tiap unit kerja : 100%

b. Pemenuhan kebutuhan dan penempatan SDM : 100%

c. Pelaksanaan diklat teknis :

d. SDM yang dikirimkan/diajukan mengikuti berbagai diklat teknis :

e. SDM yang mengikuti diklat fungsional :

f. Pelayanan/pemberian izin belajar pendidikan formal :

g. SDM yang dikirimkan/diajukan mengikuti berbagai pendidikan nonformal:

h. SDM yang dikirimkan/diajukan mengikuti diklat kepemimpinan :

i. Penyelesaian administrasi kepegawaian yang akurat dan tepat waktu : 100%

G. Meningkatnya kualitas pengelolaan administrasi keuangan, ketatalaksanaan tugas

umum dan rumah tangga.

a. Penyusunan laporan capaian kinerja keuangan tepat waktu : 100%

b. Penyusunan laporan keuangan semester tepat waktu : 100%

c. Penyusunan laporan prognosis keuangan tepat waktu : 100%

Page 21: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

d. Penyusunan laporan keuangan akhir tahun tepat waktu : 100%

e. Penyediaan alat, bahan, perlengkapan perkantoran : 100%

f. Pengelolaan surat menyurat dan kearsipan dinas : 100%

g. Pengelolaan dan pemeliharaan atas barang asset dan inventaris dinas :100%

H. Meningkatnya kuantitas dan kualitas sarana prasarana pelayanan kesehatan.

a. Bangunan fisik puskesmas dan pustu yang sesuai standar untuk pelayanan

kesehatan : 100%

b. Ketersediaan alat kesehatan dan kedokteran yang memadai :100%

c. Ketersediaan sarana prasarana penunjang pelayanan yang memadai : 100%

I. Meningkatnya fungsi perencanaan, pengawasan, pengendalian dan penilaian

pelaksanaan kegiatan serta tersedianya berbagai kebijakan kesehatan guna

menjamin tercapainya kinerja secara efektif dan efisien.

a. Ketersediaan dokumen renstra yang mutakhir: 100%

b. Ketersediaan dokumen rencana kerja tahunan : 100%

c. Penyusunan penetapan kinerja tahunan : 100%

d. Penyusunan rencana aksi daerah pencapaian MDG’s : 100%

e. Ketersediaan dokumen anggaran : 100%

f. Adanya monitoring evaluasi dan pelaporan kegiatan : 100%

g. Bimbingan teknis perencanaan dan penganggaran puskesmas : 100%

h. Penyusunan berbagai pelaporan kinerja (LPJ, LAKIP) : 100%

i. Penerapan analisis standar belanja : 100%

j. Penerapan standarisasi belanja puskesmas : 100%

k. Penerapan instrument kinerja puskesmas : 100%

l. Tersedianya costing berbagai pelayanan kesehatan SPM : buah

m. Adanya produk hukum, peraturan & kebijakan daerah yang mendukung

pelayanan kesehatan :

J. Mengembangkan sistem informasi kesehatan yang komprehensif, berhasil dan

berdaya guna.

a. Penyusunan berbagai data/informasi kesehatan yang akurat, lengkap & tepat

waktu : 100%

b. Penerapan system informasi kesehatan yang berbasis teknologi informasi : 100%

Page 22: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

K. Meningkatnya ketersediaan dan mutu pengelolaan obat pelayanan kesehatan

a. Ketersediaan obat sesuai kebutuhan : 100%

b. Pengadaan obat esensial : 100%

c. Pengadaan obat generik : 100%

d. Ketersediaan narkotika, psikotropika sesuai kebutuhan pelayanan kesehatan :

100%

e. Pengelolaan dan peredaran obat di sarana distribusi obat :

– puskesmas : 100%

– apotek : 40%

– toko obat : 80%

– BP/RB : 85%

– IKOT : 10%

– Toko kosmetik : 30%

f. Penerapan pengobatan rasional di puskesmas : 30%

g. Pelayanan obat sesuai turan yang berlaku : 95%

h. Penulisan resep obat generik : 100%

i. Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) yang menerapkan Cara Pembuatan Obat

Tradisional Benar : 30%

j. Upaya penyuluhan P3 napza oleh petugas kesehatan : 10%

L. Meningkatnya kualitas makanan minuman produksi industri rumah tangga yang

memenuhi syarat kesehatan

a. Industri rumah tangga makanan minuman yang telah memiliki sertifikat

penyuluhan : 1600 buah

M. Meningkatnya perilaku hidup bersih sehat dan berkembangnya upaya kesehatan

bersumber daya masyarakat

a. Rumah tangga sehat (sehat utama & paripurna) : 57%

b. Posyandu purnama : 37%

c. Posyandu mandiri : 5%

d. Kelurahan siaga aktif : 100%

e. Angka bebas jentik : 82%

f. Jaminan pemeliharaan kesehatan bagi penduduk miskin : 100%

Total Coverage tahun 2014: %

Page 23: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

3. 4 Situasi Derajat Kesehatan 3.4.1. Kematian

Kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu dapat

menggambarkan status kesehatan masyarakat secara kasar, kondisi/ tingkat

permasalahan kesehatan, kondisi lingkungan fisik dan biologik secara tidak langsung.

Selain itu dapat pula digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan

pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan :

3.4.1.1 Kematian Bayi dan Balita

Pada tahun 2011, berdasarkan hasil laporan kegiatan sarana pelayanan

kesehatan, jumlah kematian bayi yang terjadi di Kota Semarang sebanyak 314 dari

25.852 kelahiran hidup (laporan Puskesmas), sehingga didapatkan Angka Kematian

Bayi (AKB) sebesar 12,1 per 1.000 KH. Berdasarkan pencapaian tersebut maka

terdapat penurunan dari tahun sebelumnya.

Sedangkan untuk kematian Anak Balita di Kota Semarang Tahun 2011 sebanyak

70 anak dari 25.852 kelahiran hidup (laporan Puskesmas), sehingga diperoleh Angka

Kematian Balita (AKABA) Kota Semarang sebesar 2,7 per 1.000 KH. Jika dibandingkan

dengan tahun 2010 terjadi penurunan.yakni 3,5 per 1.000 KH.

3.4.1.2 Kematian Ibu Maternal (AKI)

Berdasarkan laporan Puskesmas jumlah kematian ibu maternal di Kota

Semarang pada tahun 2011 sebanyak 31 kasus dari 25.852 jumlah kelahiran hidup atau

sekitar 119,9 per 100.000 KH

Grafik 2. Waktu Kejadian Kematian Ibu Maternal

Bumil23%

Bulin0%

Bufas77%

Page 24: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Sebanyak 24 kasus merupakan kematian ibu maternal pada masa nifas,

kemudian pada waktu persalinan sebanyak 0 kasus dan masa kehamilan 7 kasus.

Sebagai upaya untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), telah dilaksanakan

berbagai pelatihan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak diantaranya

Pelatihan Asuhan Persalihan Normal (APN) yang merupakan standar pertolongan

persalinan dan pendampingan persalinan dukun bayi oleh tenaga kesehatan, Pelayanan

Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) dan Pelayanan Obstetri dan Neonatal

Emergensi Komprehensif (PONEK) serta yang lainnya.

3%

61%

36% < 20 Thn

20-34 Thn

≥35 Thn

Grafik 3. Perkembangan Jumlah Kematian Ibu Maternal Kota Semarang Tahun 2005 - 2011

1115

20

2722

19

31

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Kematian Ibu Maternal

Grafik 4. Jumlah Kematian Ibu Maternal Berdasarkan Kelompok Umur Kota Semarang Tahun 2011

Page 25: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN

Terdapat beberapa keterkaitan dari beberapa aspek yang dapat mendukung

meningkatnya kinerja yang dihubungkan dengan pencapaian pembangunan kesehatan,

diantaranya adalah :

(1) indikator derajat kesehatan sebagai hasil akhir, yang terdiri atas indikator

mortalitas, morbiditas dan status gizi;

(2) indikator hasil antara, yang terdiri atas indikator keadaan lingkungan, perilaku hidup

masyarakat, akses mutu pelayanan kesehatan;

(3) indikator proses dan masukan yang terdiri atas indikator pelayanan kesehatan,

sumber daya kesehatan, manajemen kesehatan dan kontribusi sektor terkait.

IV.1. Penyakit Menular IV.1.1 Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

a. Angka Kesakitan

Kasus DBD Kota Semarang pada Tahun 2011 sebanyak 1.303 kasus. Jumlah

tersebut mengalami penurunan yang cukup signifikan dari Tahun 2010 yang mencapai

5.556 kasus atau turun 76,5%.

163.1129.4

197.7

361

262

368.7

73.8719.6 33.7

62 61 61.4 61.413.7

43.3 52.5 71.7 59 55 5525.74

Th. 2005 Th. 2006 Th. 2007 Th. 2008 Th. 2009 Th. 2010 Th. 2011

IR CFR DBD KOTA SEMARANG, JAWA TENGAH DAN INDONESIA TAHUN 2005 S.D. 2011

Kota Smg Jateng Indonesia

Page 26: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Prosentase Penderita DBD Laki-laki 51% atau 660 penderita Tahun 2011

sedikit lebih banyak dibanding Penderita Perempuan dengan prosentase 49% atau 643

penderita. Berdasarkan golongan umur terbanyak pada golongan umur 1 – 5 th tahun

yaitu sebanyak 283 kasus atau 22% dan terendah pada golongan umur > 60 th,

sebanyak 7 kasus atau 1%. Jika dilihat dari sudut lebih luas lagi maka golongan usia

sekolah paling dominan.

Page 27: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Jan-11 FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGUST SEPT OKT NOV DES

P 2011 182 171 215 168 138 132 66 61 54 44 33 39

M 2011 - 1 3 2 - 1 - 1 - - - 2

P 2010 446 704 1125 554 588 359 307 281 230 319 327 316

M 2010 2 8 7 2 5 7 7 2 1 1 3 2

-

200.0

400.0

600.0

800.0

1,000.0

1,200.0

GRAFIK BULANAN DBD TAHUN 2011

Berdasarkan grafik IR/CFR diatas di atas ini terlihat bahwa kejadian kasus

DBD yang digambarkan lewat garis linear trendnya naik. Terjadi penurun jumlah

penderita, kematian, IR dan CFR DBD. Jumlah penderita DBD turun signifikan. IR DBD

Tahun 2010 yang semula 368,7 menjadi 73,87 atau turun 80%. CFR DBD dari pada

Tahun 2010 0,85% turun menjadi 0,77% pada Tahun 2011 atau turun 9,41%. Sampai

dengan Tahun 2011 Jumlah kasus dan IR DBD tertinggi pada Tahun 2010, yaitu 5.556

kasus dengan IR 368,7.

Kasus DBD Tahun 2011 tertingi di bulan Maret dengan 215 kasus dan terendah

ada di Bulan Nopember 2011 dengan 33 kasus. Puncak kasus DBD Tahun 2011 dan

2010 adalah sama yaitu di Bulan Maret. Tidak ada satu bulan pun kasus DBD Tahun

2011 yang melampaui kasus DBD bulanan pada Tahun 2010.

Dilihat dari grafik min max 5 tahun terakhir yang menjadi catatan adalah bahwa

pada Tahun 2011 jumlah kasus DBD yang dibawah kasus minimal 5 tahun ada 9 bulan,

hanya ada 3 bulan yang jumlah kasus DBD melebihi kasus minimal 5 tahunan yaitu

bulan Juni, Juli dan September. Walaupun demikian jumlah kasus pada bulan-bulan

tersebut masih di bawah kasus median 5 tahun terakhir.

Page 28: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Tahun 2011 hanya 21 atau 11,9 % kelurahan yang tidak ada kejadian DBD.

Kecamatan mijen merupakan kecamatan dengan kelurahan terbanyak yang tidak ada

kasus DBD, yaitu 6 kelurahan

Incidence Rate DBD per 100.000 tertinggi Tahun 2011 adalah Kelurahan

Gajahmungkur sebesar 400,51/100.000 penduduk. Urutan IR berikutnya berturut-turut

Kelurahan Tembalang, Srondol Kulon, Karangrejo, Sampangan, Lamper Lor, Mijen,

Brumbungan, Jomblang, dan Meteseh. Kecamatan Gajamungkur menempatkan 3

kelurahannya yaitu Gajahmungkur, Karangrejo dan Sampangan. Kelurahan Tembalang

kembali masuk 10 besar IR DBD Kota Semarang Tahun 2011, setelah Tahun 2010

Kelurahan Tembalang menduduki rangking 7 IR DBD Kelurahan. Sembilan kelurahan

lainnya Tahun 2010 tidak masuk dalam sepuluh besar IR DBD Kelurahan.

IR DBD Puskesmas Pegandan merupakan IR DBD Puskesmas tertinggi yaitu

169,82/100.000 penduduk. Sedangkan yang terendah Puskesmas Karang Malang

(19,40 per 100.000 penduduk). Lima belas atau 40,4% Puskesmas IR DBD-nya diatas

IR DBD kota Semarang, tetapi seluruh puskesmas memenuhi target IR DBD Kota

Semarang. Dua puluh tiga atau 62,1% puskesmas belum dapat memenuhi target IR

DBD Nasional ≤ 55/100.000 penduduk.

Page 29: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

b. Angka Kematian

Jumlah Kematian DBD Tahun 2011 tercatat 10 Kasus atau turun 78,7%

dibanding Tahun 2010 yang mencapai 47 kasus kematian. Kasus kematian terbanyak

Tahun 2011 pada Bulan Maret dengan 3 kasus kematian. Tahun 2010 kasus kematian

terbanyak pada Bulan Februari.

CFR Kota Semarang terendah diantara 15 Kabupaten dan Kota yang ada kasus

kematian DBD. CFR DBD Tertinggi adalah Kabupaten Blora dengan CFR 7,7% diikuti

Kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan, dan kabupaten kota lain yang dapat dilihat

pada tabel di atas. CFR di tiga belas kabupaten kota di atas rata-rata CFR Jawa

Tengah, hanya ada dua kabupaten kota CFR DBDnya di bawah CFR Jawa Tengah

yaitu Kabupaten Semarang dan Kota Semarang

Dilihat dari kasus bulan tidak terjadi KLB DBD pada tingkat kota Tahun 2011.

169.

8213

4.80

132.

5211

5.36

114.

6311

0.20

105.

4299

.72

98.1

396

.38

87.9

287

.38

84.7

684

.28

77.0

973

.87

72.4

671

.74

70.8

268

.97

62.5

256

.62

56.5

256

.27

52.7

851

.04

48.4

446

.29

45.2

743

.29

41.9

540

.51

37.6

231

.17

30.1

725

.69

22.1

819

.40

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

140.00

160.00

180.00

IR DBD PUSKESMAS KOTA SEMARANG TH. 2011

Page 30: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Angka kematian (CFR) DBD Kota Semarang 0,8%, dimana CFR tertinggi pada

Wilayah Puskesmas Bugangan (7,1%) terendah di Wilayah Puskesmas Pandanaran

(2,2%). Tidak terjadi kasus kematian di wilayah kerja 28 atau 78,3% puskesmas lainnya

atau CFR 0%. CFR seluruh puskesmas di atas rata-rata CFR Kota Semarang (0,80%)

dan CFR target Kota Semarang (1,9%).

Adapun CFR pada rumah sakit yang terdapat kasus kematian kasus DBD adalah

sebagai berikut:

11.11%

4.35%3.28%

1.92%0.92% 0.68% 0.41%

0.00%

2.00%

4.00%

6.00%

8.00%

10.00%

12.00%

CFR

Page 31: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

IV.1.2. Pemberantasan Penyakit Malaria a. Keadaan kasus

Situasi angka kesakitan malaria selama tahun 2009 – 2011 relatif cenderung

naik, tahun 2009 sebanyak 8 kasus, tahun 2010 sebanyak 7 kasus sedangkan pada

tahun 2011 sebanyak 14 kasus, dan jika tahun 2010 dibandingkan dengan tahun 2011

terdapat peningkatan sebesar 100%, sebagaimana dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

Grafik Menurut Jenis Kelamin

Penemuan penderita malaria diwilayah kecamatan kota Semarang

menggunakan indicator Annual Paracite Incidence (API) atau angka parasite malaria per

1.000 penduduk. pada tahun 2011 API kota Semarang sebesar 0,0079 atau naik 0,0033

bila dibandingkan dengan API tahun 2010.

0

2

4

6

8

10

12

2009 2010 2011

6 6

12

21

2

L

P

Page 32: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Angka kesakitan menurut bulan selama tahun 2009 – 2011 kejadiannya

cenderung fluktuatif, tahun 2009 tertinggi kasus pada bulan Mei dan Juli masing-masing

sebanyak 2 kasus, tahun 2010 tertinggi kasus pada bulan November sebanyak 3 kasus.

Untuk tahun 2011 tertinggi kasus terjadi pada bulan Mei sebanyak 4 kasus. Jika dilihat

trend kasus malaria tahun 2009 dan tahun 2011 menunjukkan adanya peningkatan

sebesar 43% sebagaimana dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

Angka kesakitan Malaria menurut bulan selama tahun 2009 – 2011

Peta API kota Semarang tahun 2011

-1

0

1

2

3

4

5

Jan

Mar

Mei Ju

l

Sep

Nov Ja

n

Mar

Mei Ju

l

Sep

Nov Ja

n

Mar

Mei Ju

l

Sep

Nov

Mijen

Rowosari

Podorejo

Wates

Sekaran

Meteseh

Kandri

Tugurejo

Ngaliyan

Ngijo

Wonosari

SadengWonoplumbonSukorejoPesantren

Gunungpati

Ngadirgo

Gondoriyo

Kedungpane

Jangli

Pudak Payung

Jatisari

Tambakharjo

Plalangan

Patemon

Kudu

Tambak Aji

Randugarut

Sendangmulyo

Trimulyo

Beringin

Sumurrejo

Bulusan

Mangunharjo

Pakintelan Jabungan

Cepoko

WonolopoPongangan

Kramas

Tembalang

Mangkang KulonKaranganyar

Tawangsari

Jatirejo

Tanjungmas

Ngesrep

Bubakan

Tinjomoyo

Jatibarang

Bamban Kerep

Genuksari

Purwosari Mjn

Srondol Kulon

Cangkiran

Kalipancur

Tandang

Pedalangan

Tlogomulyo

Karangroto

Gajahmungkur

Banjardowo

KalicariPurwoyoso

Terboyo Kulon

Manyaran

Jerakah

Plamongansari

GemahPalebon

Polaman

Tlogosari Kulon

Kemijen

Sembungharjo

Banyumanik

Muktiharjo Kidul

Karangrejo

Krapyak

Candi

Bongsari

Sambirejo

Tegalsari

Tawangmas

Mugasari

Krobokan

Kaligawe

Sekayu

Kauman

KeteranganAPI 0%API 0,01-0,99

N

W

S

Page 33: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Dari peta diatas Jumlah API atau penemuan malaria menurut wilayah kecamatan

dikota Semarang tahun 2011, tertinggi adalah kecamatan Tugu sebesar 0,07

Selama tiga tahun terakhir (2009-2011) kasus malaria kota Semarang sebanyak

100% adalah kasus import, karena hasil penyelidikan epidemiologi tidak ditemukan

kasus indegenous, sebagai mana dapat dilihat pada grafik diatas.

Hasil penyelidikan epidemiologi malaria di kota Semarang sebelum sakit kasus

pernah tinggal/bekerja di daerah endemis malaria (Kalimantan, Papua), sebagaimana

pada grafik dibawah ini:

b. Pelayanan terhadap Penderita

Bentuk pelayanan yang diberikan terhadap penderita malaria adalah

pemeriksaan darah dan pengobatan. Pemeriksaan darah dilakukan terhadap penderita

klinis sedangkan pengobatan dilakukan terhadap baik penderita klinis maupun yang

positif malaria. Dari semua penderita malaria yang ditemukan di Kota Semarang

diberikan pengobatan (100%)

IV.1.3 Pemberantasan Penyakit TB Paru

a. Penemuan Penderita Baru (CDR)

Penemuan suspek tahun 2011 sebanyak 15.001 orang mengalami peningkatan

bila dibanding tahun 2010. Penemuan penderita TB Paru BTA positif sebanyak 989

orang (61%), mengalami peningkatan 110 kasus (8 %) bila dibandingkan tahun 2010

(53%). Penemuan kasus TB anak sejumlah 356 kasus (13 %), menurun 2% bila

dibandingkan dengan penemuan TB anak di tahun 2010 ( 15%) .

4, 29%

8, 57%

2, 14%

Kalimantan Papua Puworejo

Page 34: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Prosentase Penemuan suspek tertinggi di Puskesmas Krobokan (117%) 351 dari

target 300 suspek, ini merupakan hasil dari petugas yang aktif untuk melakukan

pencarian suspek TB. Prosentase penemuan suspek terendah di Puskesmas

Gayamsari (17%) 136 dari target 790 suspek.

Penemuan Suspek TB pada 3 tahun terakhir mengalami peningkatan, tahun 2009

ditemukan sebanyak 8.003 ( 51% ), tahun 2010 ditemukan sebanyak 10.977 ( 69% )

dan tahun 2011 ditemukan sebanyak 15.001 (93%).

Mijen

Ngaliyan

Gunung Pati Rowosari

Sekaran

GenukMangkang

Karanganyar

Kedungmundu

BangetayuTambakaji

Pegandan

Srondol

Tlogosari Wetan

Ngesrep

Lebdosari

Pudak Payung

Padangsari

Karangmalang

BandarharjoKrobokan

Gayamsari

Bulu Lor

Kagok

Manyaran Tlogosari Kulon

Poncol

Purwoyoso

MirotoPandanaran

Candi Lama

Karangayu

Karangdoro

Lamper Tengah

Bugangan

Ngemplak Simg

Target Penemuan Suspek0 - 29 / Kurang30 - 59 / Sedang > 59 / Baik

N

EW

S

PETA SUSPEK TAHUN 2011

Page 35: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Penemuan suspek tertinggi di fasilitas pelayanan kesehatan BKPM sejumlah 2.839

suspek diikuti RS Kariadi sejumlah 1.863 suspek sedangkan RS yang menemukan

suspek terendah adalah RS William Booth dan RS Bhayangkara Akpol, hal ini

dikarenakan petugas terlatih di RS William Booth dan RS Bhayangkara Akpol kurang

aktif dan kegiatan penjaringan suspek.

02000400060008000

1000012000140001600018000

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

Target Suspek 1732 1625 1579 1470 1516 1557 1585 1556 1595 1612

Supek 888 2220 3548 7449 1001 8437 8511 8003 1104 1500

% 5 14 22 51 66 54 54 51 69 93

Grafik Penemuan Suspek Kota Semarang Tahun 2011

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

REALISASI 9.5 14.6 35.6 55.2 59 49 48 50 53 61

TARGET 35 35 35 55 59 49 48 50 50 55

0

10

20

30

40

50

60

70

%

GRAFIK ANGKA PENEMUAN PENDERITA TB TAHUN 2002-2011

Page 36: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Angka penemuan penderita baru BTA Positif tahun 2011 mencapai 61%

mengalami peningkatan 8% bila dibandingkan tahun 2010 sebesar 53%. Hal ini

menunjukkan hasil dari kegiatan kontak serumah serta pencatatan dan pelaporan

yang lebih baik.

Prosentase angka Penemuan Kasus baru BTA Pos tertinggi di capai oleh Puskesmas

Mangkang (155%) target 11 kasus menemukan 17 kasus TB BTA Positif, prosentase

terendah di puskesmas Karangmalang 0%, target 8 dan tidak menemukan kasus BTA

Positif. Hal ini disebabkan oleh karena kurang aktifnya petugas dalam pemberdayaan

masyarakat di wilayahnya

L; 555; 56%

P; 434; 44%

GRAFIK KASUS TB BTA POSITIF BERDASARKAN JENIS KELAMIN TAHUN 2011

Mijen

Ngaliyan

Gunung Pati Rowosari

Sekaran

GenukMangkang

Karanganyar

Kedungmundu

BangetayuTambakaji

Pegandan

Srondol

Tlogosari Wetan

Ngesrep

Lebdosari

Pudak Payung

Padangsari

Karangmalang

BandarharjoKrobokan

Gayamsari

Bulu Lor

Kagok

Manyaran Tlogosari Kulon

Poncol

Purwoyoso

MirotoPandanaran

Candi Lama

Karangayu

Karangdoro

Lamper Tengah

Bugangan

Ngemplak Simg

CDR.shp0 - 35 / Kurang 36 - 69 / Sedang70 - 155 / Sesuai Target

N

EW

S

PETA CDR TAHUN 2011

Page 37: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

b. Angka kesembuhan (Cure Rate)

Angka kesembuhan tahun 2010 sebesar 66 % ( 579 kasus dinyatakan sembuh

dari total kasus 878 yang diobati). Angka kesembuhan th 2010 masih sama dengan

angka kesembuhan di tahun 2009, namun belum mencapai target nasional yang 85%,

hal ini disebabkan masih ada follow up akhir pengobatan yang tidak dilakukan oleh

petugas kesehatan, yang sebagian besar adalah kasus TB yang diobati di Rumah sakit.

Angka kesembuhan di beberapa puskesmas sudah mencapai target namun

masih ada 3 puskesmas yang angka kesembuhannya masih sangat rendah / dibawah

50% yaitu puskesmas Pudak Payung, Ngemplak Simongan dan Karang Malang. Hal ini

kemungkinan disebabkan karena penderita mangkir, pindah dan meninggal.

Evaluasi hasil pengobatan penderita TB Paru BTA positif tahun 2010 sebesar

66%, masih sama dengan evaluasi hasil pengobatan tahun 2009. Pengobatan lengkap

19% mengalami penurunan 1% dibanding 20% pada tahun 2009, penderita meninggal

naik 1% dari 2% ditahun 2009 menjadi 3% pada tahun 2010, angka kegagalan masih

sama pada th 2010 yaitu 1% sedangkan angka drop out 8% mengalami peningkatan

sejumlah 1% bila dibanding tahun 2009 sebesar 7%, hal ini dikarenakan banyak kasus

TB positif di Rumah sakit yang mangkir tidak mengambil obat dan tidak dilacak oleh

petugas.

Mijen

Ngaliyan

Gunung Pati Rowosari

Sekaran

GenukMangkang

Karanganyar

Kedungmundu

BangetayuTambakaji

Pegandan

Srondol

Tlogosari Wetan

Ngesrep

Lebdosari

Pudak Payung

Padangsari

Karangmalang

BandarharjoKrobokan

Gayamsari

Bulu Lor

Kagok

Manyaran Tlogosari Kulon

Poncol

Purwoyoso

MirotoPandanaran

Candi Lama

Karangayu

Karangdoro

Lamper Tengah

Bugangan

Ngemplak Simg

N

EW

S

PETA KESEMBUHAN TAHUN 2011

Page 38: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

IV.1.4 Pemberantasan Penyakit Diare a. Angka Kesakitan

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010SEMBUH 36.14 41.21 67.45 76.88 70 67 75 63 66 66

LENGKAP 56.95 44.24 65.00 8.78 19 14 14 24 20 19

DO 6.44 6.07 6.27 4.30 1 0 2 2 7 8

GAGAL 2.47 3.42 0.39 0.13 4 0 3 3 1 1

PINDAH 0.50 2.42 6.27 4.12 5 0 4 4 4 7

MENINGGAL 1.48 2.42 1.96 1.08 1 4 4 4 2 3

%

Grafik Evaluasi Hasil Pengobatan Penderita TB BTA Positif Tahun 2010

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011< 1 th 3,697 4,144 4,146 3,766 3,446 4,402 6,915 1-4 th 7,491 8,242 8,267 8,625 7,996 10,194 12,550> 5 th 15,509 16,625 17,530 19,947 18,991 19,895 28,586Total 26,697 29,011 29,943 32,338 30,433 34,593 48,051

-10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000

jum

lah

pend

erita

(ora

ng)

GRAFIK PENDERITA DIARE BERDASARKAN GOLONGAN UMUR TAHUN 2005-2011

Page 39: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Jumlah penderita diare yang berkunjung sarana pelayanan kesehatan sebanyak

48.051 orang, hal ini mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2010. Hal ini mungkin

disebabkan karena kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat

sudah meningkat, sehingga masyarakat merasa apabila ada keluhan diare langsung

dengan kesadaran sendiri berobat ke Puskesmas. Dengan IR (Incidence Rate)

sebesar 32 per 1.000 penduduk. hal ini berarti terjadi kenaikan dibandingkan dengan

tahun sebelumnya yaitu sebesar 24 per 1.000 penduduk.

4552

29092587

1455

982

1445 1475 15962068 1947

3814

2896

0

1000

2000

3000

4000

5000

Jan Feb Mrt Apr Mei Juni Juli Agt Sept Okt Nop Des

Axi

s Ti

tle

GRAFIK KASUS DIARE KOTA SEMARANG TAHUN 2011MENURUT WAKTU KEJADIAN

L19,478

74%

P6,87426%

KASUS DIARE KOTA SEMARANG TAHUN 2011 MENURUT JENIS KELAMIN

< 1 th3,10912% 1-4 th

7.23128%

> 5 th9.85337%

>15 TH6.15923%

KASUS DIARE KOTA SEMARANG TAHUN 2011 MENURUT KELOMPOK UMUR

Page 40: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Dari peta diatas dapat kita ketahui bahwa dari 37 Puskesmas di Kota Semarang yang

IR nya sesuai dan melebihi target ( target IR 21/1000 penduduk) ada 13 puskesmas

yaitu puskesmas Mangkang(35), Ngemplaksimongan ( 33), gunungpati (30), Genuk

(28), Karang anyar (28) ,BandarHarjo (27), Lamper tengah (27),Karang malang (26),

Ngesrep (25), Bugangan (23), Banget ayu (23), manyaran (22) dan Halmahera(21),

Puskesmas yang IR diarenya < 21 per 1.000 penduduk ( kurang dari target ) ada 24

Puskesmas yaitu puskesmas Pdangsari, Mijen, Miroto, Kedungmundu, karangayu,

Pudakpayung, Rowosari, Krobokan, Purwoyoso, Kagok, Sekaran, Pegandan,

Pandanaran,T logosari wetan, Srondol, Gayamsari, Karangdoro, Poncol, Tambak aji,

Candi lama, Bulu lor, Tlogosari kulon, Ngalian dan Lebdosari

Angka kematian (CFR) dihitung berdasarkan jumlah penderita yang meninggal akibat

penyakit diare yang berobat di Rumah Sakit sebesar 0,07 % (32/73748) dan

berdasarkan data yang masuk dapat diketahui dari tahun 2005–2010 tidak ada laporan

mengenai penderita diare yang meninggal di Puskesmas, berarti penderita diare yang

berobat ke Puskesmas dan yang ditolong kader tidak ada yang meninggal.

MIJEN

GUNUNGPATI

NGALIYAN

GENUK

SEKARAN

ROWOSARI

MANGKANG

KEDUNGMUNDU

BANGETAYUTAMBAKAJI

PEGANDAN

NGESREP

TLOGOSARI WTN

SRONDOL

LEBDOSARI

PUDAK PAYUNG

PADANGSARI

GAYAMSARI

KARANGMALANG

KROBOKANBANDARHARJO

KAGOK

MANYARAN TLOGOSARI KULON

BULU LOR

PONCOL

PURWOYOSO

CANDILAMA

KARANGANYAR

MIROTOPANDANARAN

HALMAHERAKARANGAYU

NGEMPLAK S

KARANGDORO

LAMPER TENGAH

BUGANGAN

IR DIARErendahtinggi

N

EW

S

PETA IR DIARE 2011

Page 41: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

IV.1.5. Pemberantasan Penyakit ISPA

Jumlah penderita pneumonia < 1 th pada tahun 2011 ini mengalami kenaikan

152 kasus dari 1.448 menjadi 1.600 tetapi jumlah penderita pneumonia 1-4 th dan

Pneumonia Berat < 1 th pada tahun 2011 menurun dibandingkan dengan tahun

sebelumnya. Jumlah penderita pneumonia umur 1-4 tahun sebanyak 2.900 balita,

penderita pneumonia berat umur < 1 tahun sebanyak 15 balita dan jumlah pneumonia

berat umur 1-4 tahun sebanyak 12 balita.

IR pneumonia dan pneumonia berat pada tahun 2011 sebesar 304 per 10.000

balita menurun dibanding tahun 2010. Penurunan IR pneumonia berarti jumlah

penderita pneumonia dan pneumonia berat yang ditemukan semakin menurun, hal ini

dipengaruhi oleh peran serta aktif masyarakat untuk mau membawa balitanya

berobat ke Puskesmas dan juga peran serta aktif petugas Puskesmas serta kader

kesehatan di masyarakat dalam rangka menemukan penderita pneumonia balita di

masyarakat.

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011Pneumonia Berat < 1 th 29 3 5 56 45 17 15Pneumonia < 1 th 457 609 1,011 1,147 1,268 1,448 1,600Pneumonia 1-4 th 1,123 1,664 2,206 2,712 3,446 3,132 2,960 Pneumonia Berat 1-4 th 27 10 8 8 8 11 12

0500

1000150020002500300035004000

JUM

LAH

PEN

DER

ITA

GRAFIK PENDERITA PNEUMONIA DAN PNEUMONIA BERATKOTA SEMARANG TAHUN 2005 - 2011

Page 42: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Dari peta diatas dapat kita ketahui bahwa Puskesmas yang mempunyai IR

Pneumonia melebihi target 330 per 10.000 balita ada 8 Puskesmas yaitu

puskesmas Ngesrep (1257), Mijen (1064), Miroto ( 620), Halmahera (596),

Candilama (531), Poncol (456), lamper tengah (452), Pudak payung (375).

Puskesmas yang mempunyai IR pneumonia kurang dari target ada 29 Puskesmas

yaitu puskesmas karang anyar. karangdoro, Banget ayu, Karang ayu,

kedungmundu,Tlogosari wetan, manyaran, Padangsari, Karang malang, genuk,

Ngemplak simongan, Tambakaji, pegandan, Krobokan, Gunungpati,

Kagok,Pandanaran, Rowosari, Tlogosari kulon, Bulu lor, Lebdosari,Srondol, Sekaran

dan Purwoyoso. Puskesmas yang IR pneumonianya semakin rendah berarti semakin

sedikit jumlah penderita pneumonia balita yang ditemukan.

MIJEN

GUNUNGPATI

NGALIYAN

GENUK

SEKARAN

ROWOSARI

MANGKANG

KEDUNGMUNDU

BANGETAYUTAMBAKAJI

PEGANDAN

NGESREP

TLOGOSARI WTN

SRONDOL

LEBDOSARI

PUDAK PAYUNG

PADANGSARI

GAYAMSARI

KARANGMALANG

KROBOKANBANDARHARJO

KAGOK

MANYARAN TLOGOSARI KULON

BULU LOR

PONCOL

PURWOYOSO

CANDILAMA

KARANGANYAR

MIROTOPANDANARAN

KARANGAYU

NGEMPLAK S

KARANGDORO

BUGANGAN

Pkm1.shpRendahSedangtinggi

NIR PNEUMONIA 2011

Page 43: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Dari hal-hal tersebut diatas permasalahan penyakit ISPA khususnya pneumonia

mungkin disebabkan oleh :

- Status gizi balita yang kurang baik, mungkin karena makanan yang dikonsumsi

balita tidak mengandung cukup gizi yang diperlukan oleh balita.

- Daya tahan tubuh balita yang menurun akibat status gizi yang kurang baik/ kurang

mencukupi.

Namun demikian kasus pneumonia maupun pneumonia berat yang ditemukan tidak

sampai menyebabkan terjadinya kematian ( CFR = 0 )

IV.1.6. Pemberantasan Penyakit Kusta

Kusta di Kota Semarang terdapat secara menyebar hampir di 16 Kecamatan.

Distribusi berdasarkan Kecamatan adalah sebagaimana terdapat dalam peta berikut

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Cakupan Penemuan pdrt (%) 16.8 35.02 31 33.5 40.35 40.11 30Kualitas tata laksana (%) 100 100 100 100 100 100 100Masalah tata laksana (%) 0 0 0 0 0.04 0 0

0

20

40

60

80

100

120

PRO

SEN

TASE

GRAFIK PROSENTASE CAKUPAN PELAYANAN, KUALITAS TATA LAKSANA DAN MASALAH TATA LAKSANA PENDERITA PNEUMONIA

YANG BEROBAT KE PUSKESMAS DI KOTA SEMARANG TAHUN 2005-2011

Page 44: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Bila digambarkan berdasarkan distribusi Kecamatan kasus kusta adalah sebagai

peta di atas, dari 16 Kecamatan di Kota Semarang ada 14 Kecamatan yang terdapat

kasus kusta, 2 Kecamatan yang tidak ada kasus kusta sejak tahun 2007 hingga tahun 2011 adalah Kecamatan : Mijen dan Tugu. Kecamatan dengan jumlah kasus

antara 12-20 : Gayamsari (16 kss), Pedurungan (15 kss), Semarang Barat (16 kss),

Semarang Tengah (14 kss), Semarang Utara (20 kss). Kecamatan dengan jumlah kasus

9 – 11 : Banyumanik (10 kss), Genuk (11 kss). Kecamatan dengan jumlah kasus 6 – 8 :

Candisari (7 kss), Semarang Selatan (7 kss), Tembalang (8 kss). Daftar kasus tersebut

di atas adalah berdasarkan laporan dari 37 Puskesmas (100 %) dan 1 (20 % ) rumah

sakit di Kota Semarang.

Gambaran kasus ini hanya sebagian dari kasus kusta Kota Semarang secara

keseluruhan dikarenakan belum semua rumah sakit melaksanakan pengobatan kusta

dengan menggunakan MDT.

Berdasarkan laporan Puskesmas pada tahun 2011, kasus kusta di Kota

Semarang terdistribusi di 17 Puskesmas, dengan perincian sebagai berikut : Ngesrep ( 7

kasus ), Pegandan (5 kasus ), Bangetayu (4 kasus), Poncol (3 kasus), Lebdosari (3

kasus), Gayamsari (3 kasus), Bandarharjo (3 kasus), Lamper Tengah (2 kasus),

Rowosari (2 kasus), Tlogosari Wetan (2 kasus), Bululor (1 kasus), Gunungpati (1 kasus),

Kagok (1 kasus), Manyaran (1 kasus), Miroto (1 kasus), Pandanaran (1 kasus),

Tlogosari Kulon (1 kasus).

SEMARANG UTARA

SEMARANG BARATSEMARANG TENGAH

GAYAMSARI

PEDURUNGAN

GENUK

BANYUMANIK

Kusta Total Per Kec0 - 12 - 56 - 89 - 1112 - 20

PETA TOTAL JUMLAH KASUS KUSTA BERDASARKAN PUSKESMAS KOTA SEMARANG

TAHUN 2007 - 2011

Page 45: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Berdasarkan peta di atas cacat tingkat 2 terdapat di Puskesmas Bangetayu (1

kss), Gayamsari (1 kss), Gunungpati (1 kss), Lebdosari (1 kss), Manyaran (1 kss),

Miroto (1kss), Ngesrep (1 kss), Pegandan (1 kss). Total keseluruhan kasus cacat tingkat

2 : 8 kasus. Cacat tingkat 1 : Gayamsari (1 kss). Pasien-pasien tersebut ditemukan oleh

petugas Puskesmas sudah dalam keadaan cacat tingkat 2. Berdasarkan kecacatannya :

tangan kontraktur / kithing : 5 kasus ( 62,5 % ), jari mutilasi : 3 kasus ( 37,5 % ), ulkus

ulserasi : 4 kasus ( 50 % ).

NGESREP

BANGETAYU

PEGANDAN

Puskesmas Dengan Kusta012 - 34 - 56 - 7

N

EW

S

PUSKESMAS DENGAN KUSTADI KOTA SEMARANG

LEBDOSARI

MANYARAN

PEGANDAN

NGESREP

MIROTOBANGETAYU

GUNUNGPATI

GAYAMSARI

Kusta dg CacatKusta tanpa cacatKusta cacat tk. 2

PETA KUSTA DENGAN CACAT TK.1 DAN 2 KOTA SEMARANG TAHUN 2011

Page 46: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Cacat kusta tingkat 2 di Kota Semarang sebanyak : 8 kasus (19,51 % ). Indikator

nasional untuk kecacatan kusta di bawah dari 5 % dari kasus yang ditemukan (table 18).

Kusta jenis MB atau yang dikenal juga dengan kusta basah, adalah tipe kusta

yang mempunyai kemungkinan besar menularkan pada lingkungan sekitar. Kusta jenis

MB ditemukan di 16 Puskesmas, dengan jumlah variatif dari 1 kasus hingga 7 kasus per

Puskesmas. Kasus tersebut terdistribusi pada Puskesmas sebagai berikut : Ngesrep ( 7

kasus ), Bangetayu ( 4 kss ), Pegandan ( 4 kss ), Poncol ( 3 kss ), Bandarharjo ( 3 kss ),

Gayamsari ( 2 kss ), Lamper Tengah ( 2kss ), Lebdosari ( 2 kss ), Tlogosari Wetan ( 2 kss

), Bululor ( 1 kss ), Gunungpati ( 1 kss ), Kagok ( 1 kss ), Manyaran ( 1 kss ), Miroto ( 1 kss

), Rowosari ( 1 kss ), Tlogosari Kulon ( 1 kss ) .

Kusta jenis PB tahun 2011 di Kota Semarang jumlah total : 5 kasus, dengan

distribusi sebagai berikut : Lebdosari (1 kasus), Gayamsari (1 kasus), Pandanaran (1

kasus), Rowosari (1 kasus), Pegandan (1 kasus). Angka RFT kusta PB Kota Semarang

tahun 2011 adalah : 60 %.

Kasus kusta tahun 2011 di Kota Semarang berdasarkan umur sebagai berikut :

tertinggi adalah kategori umur 24 – 59 tahun ( 26 kasus, 63% ), 6 – 11 tahun ( 9 kasus , 22

% ), 60 – 76 tahun ( 5 kasus, 12 % ), 12 – 23 tahun ( 1 kasus,3 % ), 0 – 5 tahun ( 0 kasus,

0 % ). Kusta diketahui terjadi pada semua umur berkisar antara bayi sampai umur tua (3

minggu hingga umur 70 tahun lebih). Namun yang terbanyak adalah pada usia muda dan

produktif.

NGESREP

BANGETAYU

BANDARHARJO

PONCOL

PEGANDAN Kusta MB0123 - 45 - 7

N

EW

S

KUSTA JENIS MB KOTA SEMARANGTAHUN 2011

LEBDOSARI GAYAMSARI

PEGANDAN

ROWOSARI

Kusta PBTidak ada kasus Jml kasus 1

PETA KUSTA JENIS PB KOTA SEMARANG TAHUN 2011

Page 47: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

IV.1.7. Pemberantasan Penyakit Infeksi Menular Seksual a. Infeksi Menular Seksual (IMS)

Grafik diatas menunjukkan persentase kasus IMS mengalami peningkatan selama

empat bulan terakhir, yaitu bulan September sebesar 19,6%, bulan Oktober sebesar

23,4%, bulan November sebesar 21,3% dan bulan Desember sebesar 22%.

Peningkatan kasus IMS tersebut dimulai pada bulan September sampai dengan

Desember karena banyaknya anak asuh baru dan pindahan dari hotspot lain.

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul AgustSep Okt Nop Des

Kunjungan 126 953 896 958 714 101 530 386 639 790 904 805

IMS ditemukan 168 120 145 185 101 180 99 56 125 185 193 177

Prosentase 13. 12. 16. 19. 14. 17. 18. 14. 19. 23. 21. 22.

0.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

0200400600800

100012001400

Kasus IMS di Klinik IMS Kota Semarang Tahun 2011

0%

22%

3%

63%

12%

Kasus Kusta Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2011 di Kota Semarang

0 - 5 Th

6 - 11 Th

12 - 23 Th

24 - 59 Th

60 - …. Th

Page 48: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Penurunan jumlah kunjungan pada bulan Agustus yaitu 386 kunjungan disebabkan

bulan puasa dimana anak asuh banyak yang pulang kampung halaman.

Kasus di Rumah Sakit

Berdasarkan laporan Rumah Sakit dapat diketahui pada tahun 2011 terdapat 5 jenis

IMS yang meningkat jumlah kasusnya, yaitu Candidiasis dari 297 menjadi 333 kasus,

Condyloma acuminata dari 98 menjadi 126 kasus, NGU dari 19 menjadi 33 kasus,

Herpes genitalis dari 23 menjadi 52 kasus dan Trichomonas urethralis dari tidak ada

kasus menjadi 7 kasus. Sedangkan untuk jenis IMS lainnya mengalami penurunan

jumlah kasus

Syphilis

Gonorrhoe

Herpes

genitalis

Trichomona

s vaginalis

Trichomona

s urethralis

Herpes

simplex

virus

Condyloma acuminata

Chlamydia trachomatis

Chancroid

Vaginitis

bacterial

Candidiasis NGU Penya

kit lain

2.006 1 0 0 81 0 9 312 0 0 249 63 0 02.007 9 72 0 2 0 0 18 0 0 411 10 0 02.008 6 120 0 6 0 140 95 1 2 151 443 22 02.009 2 71 0 9 0 149 68 0 0 0 308 25 02.010 11 140 23 14 0 175 98 4 1 203 297 19 292.011 3 97 52 10 7 164 126 0 0 107 333 33 5

0100200300400500

KASUS IMS BERDASARKAN LAPORAN RUMAH SAKIT DI KOTA SEMARANG TAHUN 2006 - 2011

Page 49: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Sebagian besar penderita IMS dari laporan rumah sakit adalah perempuan, hal ini

disebabkan karena perempuan mempunyai risiko lebih besar untuk terkena IMS

dibanding dengan laki-laki. Sedangkan menurut golongan umur kasus terbanyak

pada umur 21 – 30 tahun, hal tersebut dapat dimungkinkan karena aktivitas seksual

pada kelompok umur tersebut cukup tinggi

Syphilis

Gonorrhoe

Herpes

genitalis

Trichomon

as vaginalis

Trichomon

as urethralis

Herpes

simplex

virus

Condylom

a acuminata

Chlamydi

a trachomati

s

Chancroid

Vaginitis

bacterial

Candidiasis

NGUPenyakit lain

Laki-laki 3 89 24 0 7 73 52 0 0 0 122 25 2

Perempuan 0 8 28 10 0 91 74 0 0 107 211 8 3

0

50

100

150

200

250

KASUS IMS DARI LAPORAN RUMAH SAKIT BERDASARKAN JENIS KELAMIN TAHUN 2011

Syphilis

Gonorrhoe

Herpes

genitalis

Trichomonas vagina

lis

Trichomonas urethralis

Herpes

simplex virus

Condyloma

acuminata

Chlamydia

trachomatis

Chancroid

Vaginitis

bacterial

Candidiasis

NGU Penyakit lain

< 10 1 3 1 0 2 13 0 0 0 2 22 2 2

11-20 0 10 3 1 0 29 9 0 0 6 35 0 0

21-30 1 46 20 2 3 40 68 0 0 41 106 10 1

31-40 0 13 14 4 2 31 28 0 0 28 79 10 2

0

20

40

60

80

100

120

KASUS IMS DARI LAPORAN RUMAH SAKIT BERDASARKAN GOLONGAN UMUR TAHUN 2011

Page 50: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

b. HIV/AIDS Pada tahun 2011 jumlah kasus AIDS di Kota Semarang yaitu sebanyak 59

kasus dan meninggal sebanyak 10 orang. Dapat diketahui jumlah kematian akibat AIDS

pada tahun 2011 mengalami peningkatan dibanding tahun 2010. Sedangkan kumulatif

kasus AIDS dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2011 yaitu sebanyak 235 kasus.

Kasus HIV mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun 2010 sebesar 287

orang dan tahun 2011 sebesar 427 orang. Peningkatan kasus HIV pada tahun 2011

karena peningkatan dalam upaya penemuan kasus HIV, peningkatan pada

penjangkauan populasi risti, meningkatnya pengetahuan masyarakat umum dan

populasi risti

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010Des

2011Total

Kasus AIDS 1 0 1 1 1 1 7 11 25 33 15 19 61 59 235

Kematian 0 0 0 0 0 1 1 3 9 5 4 2 5 10 40

Kumulatif 1 1 2 3 4 5 12 23 48 81 96 115 176 235

1 1 2 3 4 5 12 2348

8196

115

176

235

0

50

100

150

200

250

Kumulatif Kasus AIDS Tahun 1998 - 2011* di Kota Semarang

Page 51: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

1 4 2 1 4 6 13 20 50179 195 199

323 287

427

1 5 7 8 12 18 31 51 101

280

475

674

997

1284

1711

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800

1995 1997 1998 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Des 2011

Kumulatif Kasus HIV Tahun 1995 - 2011* di Kota Semarang

Data Per Tahun

Data Kumulatif

53%

47%

Kumulatif Kasus HIV Tahun 1995 - 2011* di Kota Semarang Berdasarkan Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

Pelanggan PS44%

WPS12%Penasun

5%Waria

3%

Lelaki Seks Lelaki1%

WBP0%

Pasangan risti14%

Lain-Lain21%

Kumulatif Kasus HIV Tahun 2007 - 2011* di Kota Semarang Berdasarkan Kelompok Risiko

Page 52: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Grafik diatas dapat diketahui pelanggan Pekerja Seks merupakan kelompok risiko

tertinggi tertular HIV yaitu sebesar 44%, urutan kedua pada kelompok risiko lain-lain

sebesar 21% (lain-lain yaitu penularan melalui perinatal, tidak teridentifikasi) dan

urutan ketiga terjadi pada pasangan risiko tinggi 14%.

Faktor risiko tertinggi pada kasus AIDS di Kota Semarang yaitu

Heteroseksual sebesar 74%. Sedangkan untuk faktor risiko tertinggi kedua yaitu

Pengguna Napa Suntik yaitu sebesar 12%.

Berdasarkan Pemetaan kasus menunjukkan bahwa penyebaran kasus AIDS

tahun 2011 sudah mencapai seluruh kecamatan di Kota Semarang, kecuali di

Kecamatan Tugu dan Kecamatan Mijen. Sedangkan kecamatan yang memiliki

kasus AIDS yang tinggi yaitu Ngaliyan, Semarang Barat, Semarang Utara,

Gayamsari, Semarang Selatan, Gajah Mungkur, Pedurungan dan Tembalang.

Heteroseksual74%

Biseksual3%

Homoseksual3%

Pengguna Napza Suntik

12%

Tidak Diketahui6%

Perinatal2%

Kumulatif Kasus AIDS Tahun 2007 - 2011* di Kota SemarangBerdasarkan Faktor Risiko

Page 53: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Dari hasil kegiatan VCT tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 29,7%

menjadi 5.181 kunjungan dibandingkan tahun 2010 sebesar 3.971 kunjungan.

Konseling pre test yang dilaksanakan pada tahun 2011 meningkat sebesar

44,2% menjadi 5.180 pre test. Sedangkan jumlah klien yang melakukan test

tahun 2011 meningkat sebesar 39,7% menjadi 4.851 test. Klien yang

mengikuti konseling post test dan ambil hasil meningkat sebesar 58,7% yaitu

sebanyak 4.636 post test.

Kunjungan Pre Test Testing Post Test

2007 5,112 5,112 5,112 3,356

2008 4,860 4,860 4,860 3,396

2009 7,448 6,314 6,874 4,963

2010 3,971 3,591 3,471 2,920

2011 5,181 5,180 4,851 4,636

0

1,000

2,000

3,0004,000

5,000

6,000

7,000

8,000

GRAFIK KUNJUNGAN, PRE TEST, KONSELING DAN POST TEST DI KLINIK VCT KOTA SEMARANG TAHUN 2007 S/D 2011

Page 54: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

IV.1.8. Pemberantasan Penyakit Leptospirosis

Kasus Leptospirosis di Kota Semarang meningkat dari tahun 2007 sampai

dengan 2009, terjadi penurunan pada tahun 2010 dan 2011,sedangkan untuk angka

kematian mengalami peningkatan yang cukup tinggi dari tahun 2010 ke tahun 2011, hal

ini kemungkinan disebabkan karena ketidaktahuan penderita atau pengetahuan

masyarakat tentang penyakit Leptospirosis sehingga terjadi keterlambatan dalam

penanganannya.

Berdasarkan IR atau angka kesakitan Leptospirosis tahun 2011, ada 21

Puskesmas dengan IR 0,1 - 10 /100.000 penduduk yaitu Puskesmas Poncol, Miroto,

Bandarharjo, Bulu Lor,Halmahera, Lamper Tengah, Karang Ayu, Manyaran, Ngemplak

Simongan, Candi lama, Pegandan, Genuk, Telogosari Wetan, Telogosari Kulon, Kedung

Mundu, Rowosari, Ngesrep, Padangsari, Srondol, Pudak Payung, dan Gunungpati,

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

P 3 38 40 19 31 8 178 235 71 70

M 1 12 12 3 8 1 8 9 6 25

CFR 33 32 30 16 26 13 4 5 8 36

0

50

100

150

200

250

KASUS LEPTOSPIROSIS 2002-2011

0

5

10

15

20 17 16

7 74

0

42 3 4 3 3

8

4 42 1 0 1 1 1 1 0

2

JUMLAH KASUS LEPTOSPIROSIS TAHUN 2011

P

M

Page 55: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

sedangkan 4 Puskesmas dengan IR > 10/100.000 pendududk, yaitu Puskesmas

Bangetayu, Bugangan, Kagok, dan Pandanaran.

Kasus kematian leptospirosis berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2011

lebih banyak yang laki-laki yaitu sebanyak 17 kasus ( 68 % ) dibandingkan perempuan 8

kasus ( 32 % ). Sedangkan berdasarkan kelompok umur tertinggi adalah kelompok

umur > 50 tahun yaitu sebanyak 12 kasus ( 48 % ), sedangkan pada kelompok umur 41

– 50 tahun sebanyak 9 kasus ( 36% ),31 – 40 tahun sebanyak 3 kasus ( 12 % ), 21 – 30

tahun 1 kasus ( 4 % ) dan tidak ditemukan kasus pada kelompok umur 0 – 10 tahun

dan 11 – 20 tahun. Dibandingkan tahun 2010 terjadi peningkatan kematian sebesar 27

%.

Page 56: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

IV.1.9. Surveilans Acute Flaccid Paralysis (SAFP)

Surveilans AFP pada hakekatnya adalah pengamatan dan penjaringan semua

kelumpuhan yang terjadi secara mendadak dan sifatnya flaccid (layuh), seperti sifat

kelumpuhan pada poliomyelitis. Prosedur pembuktian penderita AFP terserang virus

polio liar atau tidak adalah sebagai berikut :

1. Melakukan pelacakan terhadap anak usia sama atau kurang dari 15 tahun yang

mengalami kelumpuhan layuh mendadak (<14 hari) dan menentukan diagnosa awal

2. Mengambil spesimen tinja penderita tidak lebih dari 14 hari sejak kelumpuhan,

sebanyak 2 kali selang waktu pengambilan I dan II > 24 jam

3. Mengirim kedua specimen tinja ke laboratorium Bio Farma Bandung dengan

pengemasan khusus/baku

4. Hasil pemeriksaan spesimen tinja akan menjadi bukti virologis adanya virus polio

liar di dalamnya

5. Diagnosa akhir ditentukan pada 60 hari sejak kelumpuhan. Pemeriksaan klinis ini

dilakukan oleh dokter spesialis anak atau syaraf untuk menentukan adanya

kelumpuhan atau tidak

Hasil surveilans AFP di Kota Semarang dari tahun 2005 sampai tahun 2011 selalu

ditemukan kasus AFP. Hal ini disebabkan karena surveilans aktif yang sudah berjalan

cukup baik .Kasus terbanyak pada tahun 2008 yaitu sebanyak 14 kasus dan terendah

pada tahun 2006 yaitu sebanyak 8 kasus.

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

AFP 9 8 11 14 9 12 13

0

2

4

6

8

10

12

14

16

Jum

lah

KASUS AFP DI KOTA SEMARANG TAHUN 2005 - 2011

Page 57: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Kasus AFP yang ditemukan di kota Semarang tahun 2011 sebanyak 13 kasus, yang

terdiri dari laki-laki sebanyak 7 orang (54%) dan perempuan 6 orang (46 %).

Kasus AFP di kota Semarang pada tahun 2011 berada di wilayah kerja Puskesmas

Ngesrep, Manyaran, Kedungmundu, Bangetayu, Gayamsari, Bandarharjo, Tambak Aji,

Ngalian dan Krobokan.

44

56

50

50

64

36

57

43

44

56

64

36

54

46

0102030405060708090

100

Pros

enta

se

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Grafik kasus AFP berdasarkan jenis kelamin di Kota Semarang tahun 2011

Laki-laki Perempuan

010203040506070

2008 2009 2010 20111-5 th 40 33 8 54

6-10 th 57 67 33 15

11-15 th 0 0 59 31

pros

enta

se

GRAFIK KASUS AFP MENURUT GOLONGAN UMUR DI KOTA SEMARANG TAHUN 2008 - 2011

Page 58: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

IV.2. PENYAKIT TIDAK MENULAR

Saat ini di negara berkembang telah terjadi pergeseran penyebab kematian

utama yaitu dari penyakit menular ke penyakit tidak menular. Kecenderungan transisi ini

dipengaruhi oleh adanya berubahnya gaya hidup, urbanisasi dan globalisasi. Penyakit

yang tergolong dalam penyakit tidak menular (degeneratif) yaitu : Neoplasma (Kanker),

Diabetes Mellitus, Gangguan mental, Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah, dan lain-

lain.

MIJEN

GUNUNGPATI

NGALIYAN

GENUK

SEKARAN

ROWOSARI

MANGKANG

KEDUNGMUNDU

BANGETAYUTAMBAKAJI

PEGANDAN

NGESREP

TLOGOSARI WTN

SRONDOL

LEBDOSARI

PUDAK PAYUNG

PADANGSARI

GAYAMSARI

KARANGMALANG

KROBOKANBANDARHARJO

KAGOKMANYARAN

TLOGOSARI KULON

BULU LOR

PONCOL

PURWOYOSO

CANDILAMA

KARANGANYAR

MIROTO

PANDANARAN

KARANGAYU

Pkm1.shpTidak ada kasusAda kasus

N

EW

S

DISTRIBUSI KASUS AFP DI KOTA SEMARANG TH 2011

020000400006000080000

100000120000

Angina pektori

s

IMA Dekom kordis

Hipertensi ess

Hipertensi lain

stroke hem

Stroke non hem

DM TGT INS

DM NON INS

2007 4222 4213 7867 58571 65419 3188 6468 4391 52117

2008 5886 2419 10124 92145 38538 3493 9988 25067 39109

2009 5630 2033 6315 99738 13799 2767 8235 13632 40295

2010 3672 1847 4349 89412 18427 2026 7116 9504 37759

2011 6736 2130 9944 106977 21617 2507 12183 14326 45551

DISTRIBUSI KASUS PENYAKIT TIDAK MENULAR DI KOTA SEMARANG TAHUN 2007 - 2011

Page 59: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Selama tahun 2007 – 2011 grafik kasus karena PTM ditunjukkan oleh grafik di

atas. Pola beraturan serta berulang, di mana angka tertinggi selama lima tahun tersebut

terdapat pada kasus karena Hipertensi dan Diabetes mellitus. Persentase kedua

penyakit tersebut sebagai berikut : Tahun 2007 Hipertensi 48,3 % ; Diabetes mellitus 22

%. Tahun 2008 Hipertensi 42,9 % ; Diabetes mellitus 21,1 %. Tahun 2009 Hipertensi

44,9% ; Diabetes mellitus 21,3 %. Tahun 2010 Hipertensi 46,8 % ; Diabetes mellitus

20,5 % dan Tahun 2011 Hipertensi 42,4% ; Diabetes 19,7%

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

Angina

pektoris

IMA Dekom

kordis

Hipertensi ess

Hipertensi lain

stroke

hem

Stroke non hem

DM TGT INS

DM NON INS

laki-laki 3719 1389 4447 44106 8590 1286 6716 5472 19941

perempuan 3017 741 5497 62871 13027 1221 5467 8854 25610

KASUS PENYAKIT TIDAK MENULAR BERDASARKAN JENIS KELAMIN TAHUN 2011

Page 60: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

IV.3. Kejadian Luar Biasa

Kejadian Luar Biasa (KLB) di Kota Semarang tahun 2011 sebanyak 6 kali

dengan jumlah penderita 12 orang, menurun sebanyak 9 kali kejadian jika dibandingkan

dengan tahun 2010 , seperti terlihat pada tabel dibawah ini.

Tabel KLB (Kejadian Luar Biasa) Kota Semarang Tahun 2009 s/d 2011

Adapun peta distribusi terhadap kejadian KLB selama tahun 2011 adalah

sebagai berikut

No Jenis KLB

TAHUN 2009 TAHUN 2010 TAHUN 2011

KLB Pdrt

Pop At Risk AR %

KLB Pdrt Pop At Risk AR %

KLB Pdrt Pop At Risk AR %

1. Difteri 19 21 519 4,05 6 6 110 5,4 5 5 23 21,7

2. Meningitis - - - - - - - - - - - -

3. Hepatitis

- - - - - - - - - - - -

5. Keracunan Ma Kanan

2 74 455 16,2 6 27 51 52,96 1 7 7 100

6. Campak

- - - - 3 77 1337 5,7 - - - -

Jumlah

21 95 974 9,75 15 110 1498 7,34 6 12 30 40

MIJEN

GUNUNGPATI

NGALIYAN

GENUK

SEKARAN

ROWOSARI

MANGKANG

KEDUNGMUNDU

BANGETAYUTAMBAKAJI

PEGANDAN

NGESREP

TLOGOSARI WTN

SRONDOL

LEBDOSARI

PUDAK PAYUNG

PADANGSARI

GAYAMSARI

KARANGMALANG

KROBOKANBANDARHARJO

KAGOK

MANYARAN TLOGOSARI KULON

BULU LOR

PONCOL

PURW OYOSO

CANDILAMA

KARANGANYAR

MIROTOPANDANARAN

KARANGAYU

NGEMPLAK S

KARANGDORO

BUGANGAN

KLB 2011Tidak ada kasusAda kasus

N

EW

S

Peta Distribusi KLB Berdasarkan Puskesmas Kota Semarang Tahun 2011

Page 61: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Berikut ini data 10 besar penyakit yang ada di Kota Semarang pada tahun 2011

berdasarkan laporan dari Puskesmas dan Rumah Sakit:

Tabel 6 : Data 10 Besar Penyakit di RS dan Puskesmas Tahun 2011

No Penyakit di Rumah Sakit (Rawat Inap)

Jumlah Penyakit di Puskesmas Jumlah

1. Perawatan & pemeriksaan pasca persalinan (Z39)

5.142 Infeksi akut lain pd Saluran napas (J06)

55.209

2. Pelayanan kesehatan utk tindakan perawatan khusus lainnya (Z40-Z45)

4.410 Faringitis (J02) 22.367

3. Diare & Gastroenteritis (A09) 3.304 Hipertensi Essensial (I10) 18.540 4. Penyakit yang lebih banyak

berhubungan dengan massa (O85 – O99)

2.673 Gastritis (K29) 11.926

5. Demam tifoid & paratifoid (A01) 2.516 Influensa (J10) 11.155 6. Penyulit kehamilan & persalinan lain

(O25 – O29) 2.153 Nyeri Kepala (G44) 10.741

7. Demam berdarah dengue (A91) 1.187 Reumatik (M79) 9.342 8. Penyakit hipertensi lainnya (I11 –

I13) 1.169 Penyakit Pulpa & Jar.

Peripikal (K04) 8.463

9. Senilitas (R54) 1.118 DM tidak tergantung insulin (E11)

7.593

10. Hipertensi gestasional (akibat kehamilan) dengan protein urin (O14)

1.040 Dermatitis kontak alergik (L23)

6.989

Sumber data : Laporan SP2RS dan SP3 diolah oleh Bid.Yankes

IV.4. Keadaan Gizi IV.4.1 Status Gizi Bayi dan Balita

Perkembangan keadaan gizi masyarakat dapat dipantau melalui hasil

pencatatan dan pelaporan program perbaikan gizi masyarakat yang tercermin dalam

hasil penimbangan bayi dan balita setiap bulan di posyandu. Menurut laporan

puskesmas pada tahun 2011 di Kota Semarang menunjukkan jumlah Bayi Lahir Hidup

sebanyak 25.852 bayi dan jumlah Balita yang ada (S) sebesar 113.936 anak.

Untuk kasus bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) pada tahun 2011

yaitu sebanyak 187 bayi (0,7%) yang terdiri dari 88 bayi laki-laki dan 99 bayi

perempuan.

Sedangkan jumlah Balita yang datang dan ditimbang (D) di posyandu dari

seluruh balita yang ada yaitu sejumlah 87.965 balita dengan rincian jumlah balita

yang naik berat badannya sebanyak 66.123 anak (75,2%) dan Bawah Garis Merah

(BGM) sebanyak 736 anak (0,8%).

Page 62: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Permasalahan gizi yang masih tetap ada dan jumlah cenderung bertambah

adalah masalah gizi kurang dan gizi buruk. Kurang gizi sangat dipengaruhi oleh

pengetahuan masyarakat yang kurang, keadaan sosial ekonomi dan kejadian

penyakit. Sedangkan untuk kasus gizi buruk ditemukan sebanyak 26 kasus, menurun

dari tahun lalu yang berjumlah 34 kasus. Dari seluruh kasus gizi buruk tersebut juga

telah dilakukan intervensi khususnya upaya perbaikan gizi masyarakat dalam bentuk

kegiatan pemberian PMT pemulihan selama 180 hari, perawatan serta pengobatan

baik di puskesmas maupun di Rumah Sakit dengan bantuan dana program Asuransi

Kesehatan Masyarakat Miskin (Askeskin)/JAMKESMAS dan APBD II.

IV.4.2. ASI Ekslusif

ASI (Air Susu Ibu) merupakan salah satu makanan yang sempurna dan terbaik

bagi bayi karena mengandung unsur-unsur gizi yang dibutuhkan oleh bayi untuk

pertumbuhan dan perkembangan bayi guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan

bayi yang optimal. Oleh sebab itu , pemberian ASI perlu diberikan secara ekslusif

sampai umur 6 (enam) bulan dan dapat dilanjutkan sampai anak berumur 2 (dua) tahun.

Walaupun demikian masih terdapat kendala dalam pemantauan pemberian ASI Ekslusif

karena belum ada sistem yang dapat diandalkan. Selama ini pemantauan tingkat

pencapaian ASI Ekslusif dilakukan melalui laporan puskesmas yang diperoleh dari hasil

wawancara pada waktu kunjungan bayi di Puskesmas.

Berdasarkan hasil laporan puskesmas tahun 2011, pemberian ASI Ekslusif

sebesar 1.656 (24,2%) dari 6.833 bayi usia 0 – 6 bulan yang ada. Terdapat beberapa

hal yang menghambat pemberian ASI Ekslusif diantaranya adalah : rendahnya

pengetahuan ibu dan keluarga lainnya mengenai manfaat dan cara menyusui yang

benar, kurangnya pelayanan konseling laktasi dan dukungan dari petugas kesehatan,

faktor sosial budaya, kondisi yang kurang memadai bagi para ibu yang bekerja dan

gencarnya pemasaran susu formula. Untuk itu tingkat pencapaian dalam program ASI

Ekslusif ini harus mendapatkan perhatian khusus dan memerlukan pemikiran dalam

mencari upaya-upaya terobosan serta tindakan nyata yang harus dilakukan oleh

provider di bidang kesehatan dan semua komponen masyarakat dalam rangka

penyampaian informasi maupun sosialisasi guna meningkatkan pengetahuan dan

kesadaran masyarakat.

Page 63: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

IV.5. PERILAKU MASYARAKAT IV.5.1. Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Salah satu faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat adalah

faktor perilaku (teori HL Blum). Perilaku yang sehat diharapkan dapat menurunkan

angka kesakitan suatu penyakit . Pereilaku sehat masyarakat tercermin dalam Indikator

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tatanan rumah tangga. Kota Semarang

memiliki 16 indikator PHBS yang mengacu pada 16 Indikator PHBS Provinsi Jawa

Tengah.

Kegiatan pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dilakukan oleh Dinas

kesehatan bermitra dengan PKk dan instansi terkait . Dalam kegiatan PHBS terdiri dari

beberapa sasaran kegiatan yaitu PHBS tatanan institusi, tempat-tempat umum dan

rumah tangga, dimana tatanan rumah tangga dianggap merupakan tatanan yang

mempunyai daya ungkit paling besar terhadap perubahan perilaku masyarakat secara

umum. Pada tahun 2011 di Dinas Kesehatan Kota Semarang bermitra dengan PKk

telah melakukan survay PHBS tatanan Rumah Tangga diseluruh rumah tangga (total

covered) diperoleh hasil yaitu Rumah Tangga yang berperilaku hidup bersih dan sehat

(rumah tangga ber PHBS) adalah 309.624 (88.19%) terdiri dari strata utama 255.790.

RT (72,94%) strata paripurna 53.474 RT (15.25%).

IV.5.2. Posyandu Purnama dan Mandiri

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya

masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggrakan dari, oleh, untuk dan bersama

masyrakat guna mempercepat penurunan angka kematia ibu dan bayi. Guna

meningkatkan peran Posyandu dalam pembangunan kesehatan haruslah didukung

dengan SDM (Kader, pengurusposyandu, tokoh masyarakat), sarana prasarana

(tempat, timbangan, buku administrasi dll) dan peran serta masyarakat itu sendiri

Keberadaan Posyandu di Kota Semarang cukup baik, terlihat peningkatan

jumlah posyandu setiap tahunnya, tahun 2010 Posyandu yang ada di Kota Semarang

berjumlah 1.529 buah, dan meningkat menjadi 1.533 posyandu di tahun 2011 yang

terdiri dari 637 posyandu purnama (41,66%) dan 419 Posyandu mandiri (27,40%)

sehingga jumlah total posyandu yang tergolong purnama dan mandiri adalah 1056

posyandu (69,06%).

Page 64: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

IV.5.3. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM)

Salah satu kepedulian pemerintah terhadap kesehatan masyarakat dalam

pelayanan kesehatan adalah melalui pelaksanaan program Jaminan Pelayanan

Kesehatan Masyarakat (JPKM). JPKM merupakan upaya pemeliharaan kesehatan

secara paripurna, terstruktur yang dijamin kesinambungan dan mutunya, dimana

pembiayaannya dilaksanakan secara pra-upaya. Penyelenggaraan pelayanan

kesehatan pada JPKM bertujuan untuk memelihara kesehatan para peserta, bukan

hanya sekedar menyembuhkan penyakit tetapi dituntut untuk aktif berusaha

meningkatkan derajat kesehatan dan mencegah peserta agar tidak jatuh sakit.

Perkembangan Jaminan pemeliharaan Kesehatan di Kota Semarang sangat

pesat seiring dengan meningkatnya kebutuhan dan kesadaran masyarakat akan

pentingnya jaminan pemeliharaan kesehatan. Pada tahun 2011 tercatat Peserta

ASKES : 175.164 jiwa ,Peserta BAPEL (Hatimas setia) : 2541 jiwa, Peserta

JAMSOSTEK : 378.793 jiwa .

IV.5.4. Pelayanan Kesehatan pada Masyarakat Miskin

Salah satu faktor yang menentukan bagi keberhasilan pelaksanaan

pembangunan kesehatan adalah kemudahan di dalam akses terhadap pelayanan

kesehatan yang ada . tidak terkecuali keluarga miskin, pemerintah memberikan

bantuan/subsidi untuk pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin atau Maskin melalui

program Jamkesmas, jamperssal dan jamkesmaskot untuk warga Kota Semarang

Masyarakat miskin yang terlindungi oleh JPK adalah masyarakat miskin yang

telah mempunyai kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Di Kota

Semarang sampai dengan tahun 2011 terdapat masyarakat miskin dan yang memiliki

kartu jamkesmas mencapai 306.701 jiwa (68.4%) dari 448.398 masyarakat miskin yang

ada. Sedangkan sejumlah 141.697 jiwa dicakup Jamkesmaskot Kota Semarang

Berdasarkan data yang dilaporkan, pemanfaatan Asuransi Kesehatan

Masyarakat Miskin (ASKESKIN) oleh masyarakat miskin (jamkesmas dan

Jamkesmaskot) dalam pelayanan kesehatan pada tahun 2011 berupa kunjungan rawat

jalan yankes dasar sebanyak 389.535 orang (86.87 %) dan rawat inap yankes dasar

sebanyak 1176 orang (0.26 %). Yankes rujukan.

Page 65: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

IV.6. PENYEHATAN LINGKUNGAN

Upaya penyehatan lingkungan dilaksanakan dengan lebih diarahkan pada

peningkatan kualitas lingkungan yaitu melalui kegiatan bersifat promotif, preventif dan

protektif. Adapun pelaksanaannya bersama-sama dengan masyarakat, diharapkan

secara epidemiologi akan mampu memberikan kontribusi yang bermakna terhadap

derajat kesehatan masyarakat.

Namun demikian pada umumnya yang menjadikan permasalahan utama adalah

masih rendahnya jangkauan program. Hal ini lebih banyak diakibatkan oleh

keterbatasan sumber daya kesehatan. Sedangkan permasalahan utama yang dihadapi

masyarakat adalah partisipasi masyarakat terhadap upaya penyehatan lingkungan yang

masih sangat rendah.

IV.6.1 Rumah Sehat

Salah satu Kebutuhan dasar manusia adalah rumah . Keberadaan Rumah tidak

hanya sekedar tempat tinggal karena di dalam rumah akan membentuk karakter setiap

penghuninya. Rumah yang sehat diharapkan dapat mendukung kesehatan dan

meningkatkan produktivitas penghuninya.

Pada tahun 2011, jumlah rumah di Kota Semarang tercatat 355.678 unit, Adapun hasil

pendataan yang dilakukan oleh sebanyak 286.927 rumah dengan hasil 248.932 rumah

(86.8%) dalam katagori rumah sehat

Rumah juga merupakan salah satu tempat penularan penyakit, salah satunya

adalah penyakit demam berdarah (DBD) yang ditularkan oleh vektor nyamuk. Pada

tahun 2011 tercatat 245.428 rumah/gedung (85.04%) bebas jentik nyamuk dari

288.610 rumah/gedung yang diperiksa . Melihat data tersebut menunjukkan mash perlu

peningkatan partisipasi masyarakat damam penggerakan kegiatan pemberantasan

nyamuk / PSN di rumah dan lingkungannya mengingat Kota Semarang merupakan kota

endemis demam berdarah.

IV.6.2 Tempat – Tempat Umum dan Tempat Pengelolaan Makanan ( TTU dan TUPM)

Tempat-tempat umum merupakan tempat kegiatan bagi umum yang

disediakan oleh badan – badan pemerintah, swasta atau perorangan yang langsung

digunakan oleh masyarakat yang mempunyai tempat dan kegiatan tetap, memiliki

fasilitas sanitasi (jamban, tempat pembuangan sampah dan limbah) untuk kebersihan

Page 66: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

dan kesehatan di lingkungan. Tempat-tempat umum yang sehat berpengaruh cukup

besar di masyarakat karena masyarakat menggunakan fasilitas umum tersebut untuk

berbagai kepentingan.

Pengawasan sanitasi tempat umum bertujuan untuk mewujudkan kondisi tempat

umum yang memenuhi syarat kesehatan agar masyarakat pengunjung terhindar dari

kemungkinan bahaya penularan penyakit serta tidak menjadi sarang vektor penyakit

yang dapat menimbulkan menyebabkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat di

sekitarnya. Pengawasan sanitasi tempat umum meliputi sarana wisata, sarana ibadah,

sarana transportasi, sarana ekonomi dan sosial. Jumlah TTU dan TPM di Kota

Semarang tahun 2011 sejumlah 2.777 pengelolaan makanan (TUPM) di Kota

Semarang meliputi hotel, restoran/rumah makan dan pasar.

- Jumlah hotel : 96 buah, jumlah diperiksa 90 buah, jumlah sehat 90 buah (100%)

- Jumlah pasar : 61 buah, jumlah diperiksa 52 buah, jumlah sehat 47 buah (90%)

- Jumlah restoran/rumah makan: 951 buah, jumlah diperiksa 547 buah, jumlah sehat

512 buah (93.60 %)

- Jumlah TUPM lainnya : 1669 buah, jumlah diperiksa 1.379 buah, jumlah sehat

1203 buah (87.24%)

IV.6.3. Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar IV.6.3.1 Persediaan Air Bersih

Air adalah salah satu sumber kehidupan, dan setiap manusia memerlukan air

bersih Oleh karena itu air bersih harus selalu tersedia dalam jumlah yang cukup dan

memenuhi syarat kesehatan (syarat fisik, kimiawi, dan bakteriologi). Pada tahun 2011

jumlah KK yang memiliki persediaan air bersih sebanyak 306.959 KK(100%) dari

306.959 KK yang diperiksa. Suplai air bersih rumah tangga terbesar di Kota Semarang

berasal dari Ledeng 59,6%, Sumur Gali 23,3%.

Upaya peningkatan kualitas air bersih akan meningkat apabila diikuti upaya

perbaikan sanitasi (sarana pembuangan kotoran manusia, sampah, air limbah ).

Selain itu adanya peran serta dan kesadaran sektor swasta penyedia air bersih yang

meningkat berkenaan dengan kualitas air bersih.

IV.6.3.2 Jamban

Jamban Sehat adalah salah satu syarat rumah sehat. Pengelolaan sebuah

jamban yang memenuhi syarat kesehatan diperlukan sebagai upaya untuk mencegah

Page 67: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

terjadinya penularan penyakit. Berdasarkan laporan puskesmas, pada tahun 2011 dari

306.959 KK diketahui bahwa 273.855 KK (89,2%) telah memanfaatkan jamban

keluarga dan 261.420 KK (95,5%) telah memenuhi syarat jamban yang sehat. Faktor

yang turut mendukung pencapaian target tersebut yaitu meningkatnya pembangunan

dan pengembangan perumahan yang memenuhi syarat kesehatan.

IV.6.3.3 Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga

Salah satu upaya mendukung terwujudnya kualitas lingkungan yang sehat

adalah pengelolaan air limbah yang sesuai standar dan memenuhi syarat kesehatan.

Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) adalah suatu bangunan yang digunakan

untuk membuang air buangan kamar mandi, tempat cuci, dapur dan lain-lain bukan

dari jamban atau peturasan. SPAL yang sehat hendaknya memenuhi persyaratan

sebagai berikut :

Tidak mencemari sumber air bersih (jarak dengan sumber air bersih minimal 10

meter

Tidak menimbulkan genangan air yang dapat dipergunakan untuk sarang nyamuk

(diberi tutup yang cukup rapat)

Tidak menimbulkan bau (diberi tutup yang cukup rapat)

Tidak menimbulkan becek atau pandangan yang tidak menyenangkan (tidak bocor

sampai meluap)

Pengelolaan limbah di rumah tangga yang diperiksa pada tahun 2011

sebanyak 306.959 KK dan yang memiliki sejumlah 276.945 sedangkan yang

memenuhi syarat kesehatan sebanyak 264.807 KK.

IV.6.3.4 Pembinaan Kesehatan Lingkungan pada Institusi

Upaya pembinaan kesehatan lingkungan pada tahun 2011 ini selain dilakukan

pada rumah tangga dan tempat-tempat umum, juga dilaksanakan pada beberapa

institusi/sarana seperti:

- sarana kesehatan sejumlah 873 tempat, dan yang telah dilakukan pembinaan

sebanyak 759 tempat atau 86,9 %.

- sarana pendidikan sejumlah 1590 tempat, dan yang telah dilakukan pembinaan

sebanyak 1524 tempat atau 95,8 %.

- sarana ibadah sejumlah 2068 tempat, dan yang telah dilakukan pembinaan

sebanyak 1758 tempat atau 85 %.

Page 68: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

- perkantoran sejumlah 476 tempat, dan yang telah dilakukan pembinaan sebanyak

312 tempat atau 65,5 %.

- Dan sarana lain sejumlah 909 tempat, dan yang telah dibina sebanyak 828 tempat

atau 91,1%.

IV.7. AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN IV.7.1. Cakupan Kunjungan Pelayanan Kesehatan

Cakupan kunjungan pelayanan kesehatan oleh penduduk dapat diperoleh dari

data kunjungan rawat jalan dan rawat inap Puskesmas maupun Rumah Sakit. Pada

tahun 2011 total kunjungan pasien pada unit rawat jalan di Puskesmas Kota Semarang

sebanyak 1.398.308 jika dibandingkan dengan tahun 2010 total kunjungan pelayanan

kesehatan rawat jalan di Puskesmas mengalami penurunan, yaitu sebanyak 1.439.924.

Sedangkan untuk kunjungan rawat inap Puskesmas yaitu sebesar pada tahun 2011

sebesar 4.474, dan apabila dibandingkan dengan tahun 2010 juga mengalami

penurunan dari 5.782 kunjungan pasien.

Untuk pemanfaatan pelayanan kesehatan rawat jalan di Rumah Sakit Kota

Semarang sebesar 2.207.706 kunjungan, mengalami peningkatan dari tahun 2010 yaitu

1.574.195 kunjungan. Sedangkan untuk kunjungan rawat inap sebesar 142.116

kunjungan, sedikit mengalami penurunan jika dibandingkan dengan kunjungan rwat inap

tahun 2010 yaitu 153.730 kunjungan. Namun demikian kunjungan pasien di rumah sakit

belum bisa menunjukkan kunjungan khusus warga kota Semarang.

Untuk cakupan rawat jalan di Kota Semarang pada tahun 2010 yaitu sebesar

194%. Sedangkan untuk cakupan rawat inap (kunjungan pasien baru) di sarana

pelayanan kesehatan pada tahun 2010 yaitu sebesar 10%.

Adapun data pemanfaatan Rumah Sakit di Kota Semarang dapat dilihat dari

beberapa indikator kinerja Rumah Sakit yang meliputi :

a. Bed Occupation Rate (BOR), standar yang ideal untuk suatu Rumah Sakit adalah

antara 70% s.d 80%. Manfaat Angka Penggunaan Tempat Tidur (BOR ) adalah

untuk mengetahui tingkat pemanfaatan tempat tidur Rumah Sakit. Berdasarkan data

yang dilaporkan prosentase BOR yang digunakan pada penderita Rawat Inap di

Rumah Sakit se- Kota Semarang pada tahun 2011 mencapai 62,6 % sedikit

mengalami peningkatan dati tahun 2010 yang mencapai 60,2% dengan jumlah

tempat tidur sebanyak sebesar sebanyak 4.292 unit. Capaian angka ini belum dapat

Page 69: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

mencapai standar yang ideal untuk Rumah Sakit. Hal ini menunjukkan bahwa

pemanfaatan tempat tidur pada Rumah Sakit di Kota Semarang kurang

dimanfaatkan secara optimal.

b. Length Of Stay ( LOS) adalah rata-rata dalam 1 (satu) tempat tidur dihuni oleh 1

(satu) penderita rawat inap yang dihitung dalam hari dengan standar ideal antara 6 –

9 hari. Manfaat LOS adalah untuk mengukur efisiensi pelayanan Rumah Sakit, dan

untuk mengukur mutu pelayanan Rumah Sakit. Berdasarkan data yang dilaporkan

pencapaian LOS RS tahun 2011 mencapai 4,8 hari. Cakupan pencapaian tersebut

dapat diartikan bahwa penggunaan tempat tidur di RS di Kota Semarang belum

memenuhi standar ideal.

c. Turn of Interval (TOI) adalah rata-rata tempat tidur tidak ditempati dengan standar

ideal antara 1 – 3 hari. TOI untuk Kota Semarang pada tahun 2011 sebesar 2,9 hari,

angka ini sedikit mengalami perbaikan jika

dibandingkan dengan tahun 2010 yang sebesar 3,4 hari. Angka ini dapat diartikan

bahwa pemakaian tempat tidur di Rumah Sakit sudah optimal. d. Gross Death Rate (GDR), adalah angka kematian untuk tiap-tiap 1000 penderita

keluar maksimum adalah 45. Manfaat GDR (Gross Death Rate) untuk mengetahui

mutu pelayanan / perawatan Rumah Sakit. Angka ini bisa untuk menilai mutu

pelayanan jika angka kematian kurang dari 48 jam rendah. Berdasarkan data yang

dilaporkan GDR Kota Semarang pada tahun 2011 sebesar 30,7 permil sedikit

mengalami penurunan kasus jika dibandingkan tahun 2010 sebesar 37,3 per mil.

e. Neath Death Rate (NDR), manfaat NDR adalah untuk mengetahui mutu pelayanan /

perawatan Rumah Sakit. Semakin rendah NDR suatu Rumah Sakit, berarti bahwa

mutu pelayanan / perawatan Rumah Sakit makin baik. NDR yang masih dapat

ditolerir adalah kurang dari 25 per 1000 penderita keluar. Pencapaian NDR di Kota

Semarang pada tahun 2011 sebesar 16,6 permil., mengalami penurunan jika

dibandingkan tahun 2010 yang sebesar 24,8 permil. Dengan demikian secara

keseluruhan pelayanan rumah sakit di Kota Semarang masih tergolong baik.

Page 70: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

IV.7.2. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak IV.7.2.1. Pelayanan Kesehatan Antenatal

Cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau melalui pelayanan kunjungan

baru ibu hamil K1 untuk melihat akses dan pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai

standar paling sedikit empat kali (K4) dengan distribusi sekali pada triwulan pertama,

sekali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga.

Pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan pada ibu hamil yang

berkunjung ke tempat pelayanan kesehatan atau antenatal care (ANC) meliputi

penimbangan berat badan, pemeriksaan kehamilannya, pemberian tablet besi,

pemberian imunisasi TT dan konsultasi.

Cakupan kunjungan ibu hamil K4 Kota Semarang pada tahun 2011 adalah

26.743 bumil (94,4%). Faktor pendukung dalam hal ini dapat disebabkan oleh

meningkatnya kesadaran ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya ke sarana

pelayanan kesehatan yang ada dan adanya dukungan peningkatan kualitas pelayanan

ANC oleh petugas puskesmas. Cakupan K4 Puskesmas dari rentang antara yang

terendah adalah Puskesmas Miroto (72,3%) dan yang tertinggi adalah Puskesmas

Bugangan (114%).

Pada tahun 2011 cakupan untuk pemberian tablet Fe 3 sebanyak 25.397 bumil

atau (89,67%) dari 28.323 ibu hamil. Hal ini menunjukkan bahwa penjaringan pertama

pada ibu hamil sudah dapat dilaksanakan sesuai target.

IV.7.2.2. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

Upaya untuk menurunkan Angka Kematian Bayi dan Ibu Maternal, salah

satunya melalui persalinan yang sehat dan aman, yaitu persalinan yang ditolong oleh

tenaga kesehatan (dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan,

dan perawat bidan) maupun dengan dukun terlatih yang didampingi oleh tenaga

kesehatan. Jumlah persalinan dengan pertolongan tenaga kesehatan di Kota

Semarang pada tahun 2011 sejumlah 25.972 (96,1%) dari 27.032 total persalinan, hal

ini menujukan angka peningkatan dati tahun 2010 sebesar 25.185 (93,19%) dari

jumlah perkiraan persalinan sebesar 27.026 kelahiran. Pencapaian ini didukung

dengan tersedianya Bidan di seluruh Puskesmas dengan perbandingan Puskesmas

dan Bidan yaitu 1 : 4. Disamping itu jumlah Rumah Sakit dan Rumah Bersalin di Kota

Semarang yang telah mencukupi.

Page 71: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

IV.7.2.3 Ibu Hamil Resiko Tinggi dan Komplikasi

Yang dimaksud dengan risiko tinggi pada ibu hamil adalah keadaan ibu hamil

yang mengancam kehidupannya maupun janinnya, misalnya umur, paritas, interval

dan tinggi badan. Prosentase sasaran ibu hamil risiko tinggi adalah 20% dari ibu hamil

yang ada di masyarakat. Pada tahun 2011 jumlah neonatal risti yang ditangani

sebesar 2.187 (56,4%) dari total perkiraan 3.878 neonatal komplikasi. Jika

dibandingkan dengan tahun 2010 dengan jumlah ibu hamil risiko tinggi/ komplikasi

yang ditemukan di Kota Semarang sebesar 5.663 orang dan bumil risti/ komplikasi

yang dirujuk yaitu sebanyak 79,99% menunjukkan ada penurunan kasus.

IV.7.2.4. Pemberian Vitamin A

Kurang Vitamin A (KVA) masih merupakan masalah yang tersebar di

seluruh dunia terutama di negara berkembang dan dapat terjadi pada semua umur

terutama pada masa pertumbuhan. Salah satu dampak kekurangan Vitamin A adalah

kelainan pada mata yang umumnya terjadai pada anak usia 6 bulan – 59 bulan yang

menjadi penyebab utama kebutaan di negara berkembang.

Salah satu program penanggulangan KVA yang telah dijalankan adalah dengan

suplementasi kapsul Vitamin A dosis tinggi 2 kali per tahun pada Balita dan Ibu Nifas

(Bufas)untuk mempertahankan bebas buta karena KVA dan mencegah

berkembangnya kembali masalah Xerofthalmia dengan segala manifestasinya

(gangguan penglihatan, buta senja, dan bahkan kebutaan sampai kematian).

Disamping itu pemantapan program distribusi kapsul Vitamin A dosis tinggi juga dapat

mendorong tumbuh kembang anak serta meningkatkan daya tahan anakterhadap

penyakit infeksi, sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian pada

bayi dan anak.

Balita yang dimaksud dalam program distribusi kapsul Vitamin A adalah bayi

berumur 6 – 11 bulan dan anak umur 12 – 59 bulan yang mendapat kapsul Vitamin A

dosis tinggi. Kapsul Vitamin A dosis tinggi terdiri dari kapsul Vitamin A biru dengan

dosis 100.000 SI yang diberikan pada bayi berumur 6 – 11 bulan dan kapsul Vitamin A

berwarna merah diberikan pada anak umur 12 – 59 bulan dan diberikan pada bulan

Februari dan Agustus setiap tahunnya.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas, pada tahun 2011 diketahui

bahwa cakupan pemberian suplementasi kapsul Vitamin A dosis tinggi pada bayi

Page 72: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

sebanyak 14.996 bayi (102,3%), sedangkan pada Balita sebanyak 92.318 anak

(100,97%) serta Bufas 27.002 orang (99,99%).

IV.7.2.5. Pelayanan Kesehatan Neonatal, Bayi dan Balita a. Kunjungan Neonatus (0 – 28 hari)

Cakupan kunjungan neonatus (KN 1) tingkat Kota Semarang tahun 2011

sebesar 24.127 (96,75%) sedangkan KN 3 sebesar 23.317 (90,2%) dimana jumlah ini

sedikit menurun jika dibandingkan dengan tahun 2010 sebanyak 24.910 anak. Namun

demikian kondisi saat ini berupa meningkatnya kesadaran masyarakat akan

kesehatan neonatus, peningkatan pelayanan kesehatan terutama kesehatan anak

(neonatus, bayi, balita) di Puskesmas, dan adanya pemeriksaan kunjungan ke rumah

oleh tenaga kesehatan bagi neonatus yang tidak dapat berkunjung ke puskesmas

serta sistem pencatatan dan pelaporan (PWS KIA) yang sudah berjalan dengan baik.

b. Kunjungan Bayi (1 - 12 bulan)

Kunjungan bayi adalah kunjungan bayi (1 – 12 bulan) yang memperoleh

pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan, paling sedikit 4

kali. Hasil cakupan kunjungan bayi di Kota Semarang pada tahun 2011 sebesar

25.636 (99,2%) dari total jumlah 25.852 jumlah bayi.

c. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Balita

Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) anak balita dan pra sekolah adalah anak

umur 1 – 6 tahun yang dideteksi dini tumbuh kembang sesuai dengan standar oleh

tenaga kesehatan, paling sedikit 2 kali. Pelayanan DDTK anak balita dan prasekolah

meliputi kegiatan deteksi dini masalah kesehatan anak menggunakan Manajemen

Terpadu Balita Sakit (MTBS), monitoring pertumbuhan menggunakan Buku KIA/KMS

dan pemantauan perkembangan (motorik kasar, motorik halus, bahasa dan sosialisasi

dan kemandirian), penanganan penyakit sesuai MTBS, penanganan masalah

pertumbuhan, stimulasi perkembangan anak balita dan prasekolah, pelayanan rujukan

ke tingkat yang lebih mampu.

Hasil cakupan deteksi dini tumbuh kembang (DDTK) anak balita tingkat Kota

Semarang pada tahun 2011 yaitu 87.965 balita ditimbang dari 113.936 anak balita

yang ada (77,22%). Dari jumlah tersebut 66.123 anak mengalami peningkatan berat

badan atau 75,2%. Data secara terperinci dapat dilihat pada tabel 44.

Page 73: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

IV.7.3. Pelayanan Imunisasi

Untuk menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan bayi serta anak

balita perlu dilaksanakan program imunisasi untuk penyakit-penyakit yang dapat

dicegah dengan imunisasi (PD3I) seperti penyakit TBC, Difteri, Pertusis, Tetanus,

Hepatitis B, Polio dan campak. Idealnya bayi harus mendapat imunisasi dasar lengkap

terdiri dari BCG 1 kali, DPT 3 kali, Polio 4 kali, HB 3 kali dan campak 1 kali.

Untuk menilai kelengkapan imunisasi dasar bagi bayi, biasanya dilihat dari

cakupan imunisasi DPT3 + HB, Polio 4 dan Campak 80%. Cakupan bayi yang

diimunisasi DPT3 + HB pada tahun 2011 sebesar 28.022 anak (191,27%), Polio 3

sebanyak 26.417 anak (102.66%) dan bayi yang telah memperoleh imunisasi campak

sebesar 26.779 (182,2%) dari sasaran sejumlah 14.522 bayi. Dari data tersebut maka

cakupan imunisasi di Kota Semarang pada bayi telah dilaksanakan secara lengkap

dan memenuhi target yang ada.

Program imunisasi dapat berjalan secara efektif dan memberikan dampak

penurunan kejadian penyakit apabila kelengkapan imunisasi telah terlaksana dan

mutu pelayanan imunisasi diterapkan sesuai standar, terutama dalam penangan col

chain. Strategi operasional pencapaian cakupan tinggi dan merata dapat dilihat dari

pencapaian Universal Child Immunization (UCI) desa/kelurahan. Tahun 2011 jumlah

desa/kelurahan yang sudah mencapai UCI dengan kriteria cakupan DPT 3, polio dan

Campak 80% sebanyak 177 kelurahan (100%) dari 177 kelurahan yang ada, jumlah

ini sama dari Tahun 2010 yaitu 177 kelurahan (100%).

2007 2008 2009 2010 2011

DPT HB 3 92 108 103 107 109

POLIO 4 86 108 103 102 105

CAMPAK 92 110 106 108 104

Target 90 90 90 90 90

020406080

100120

pers

en

GRAFIK CAKUPAN IMUNISASI KONTAK LENGKAP DI KOTA SEMARANG TAHUN 2007-2011

Page 74: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

IV.7.4 Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut

Pelayanan kesehatan usila yang dimaksudkan adalah penduduk usia 60 tahun

ke atas yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar oleh tenaga

kesehatan baik di puskesmas maupun di Posyandu Kelompok Usia Lanjut. Hasil

kegiatan pelayanan kesehatan Usila di Kota Semarang pada tahun 2011 sebesar

30.551 (65,18%) dari 46.872 jumlah usila yang ada. Namun demikian keaktifan

petugas puskesmas dalam melakukan pembinaan dan pelayanan di dalam dan luar

gedung terhadap kelompok usia lanjut sangat mendukung pencapaian indikator

tersebut.

IV.7.5 Keluarga Berencana

Salah satu program pemerintah dalam upaya mengendalikan jumlah kelahiran

dan mewujudkan keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep

pengaturan jarak kelahiran dengan program Keluarga Berencana (KB).

1. Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS)

Pada tahun 2011, jumlah PUS yang ada sebanyak 246.618. Yang menjadi

peserta KB baru sebanyak 22.183 orang (9%). Sedang jumlah peserta KB aktif yang

telah dibina sebesar 146.604 orang (59,4%).

2. Peserta KB Baru

Dari 22.183 peserta KB Baru, secara rinci mix kontrasepsi yang digunakan

adalah sebagai berikut :

- Suntik : 56,5%

- Pil : 18.2%

- Kondom : 7,6%

- IUD : 8,7%

- Implant : 5,3%

- MOW : 3,0%

- MOP : 0,7%

Page 75: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

3. Peserta KB Aktif

Hasil pembinaan peserta KB Aktif selama tahun 2011 sebesar 146.406 dengan

mix kontrasepsi sebagai berikut :

- Suntik : 59,10%

- Pil : 14,30%

- IUD : 8.4%

- Implant : 5.9%

- Kondom : 5,9%

- MOW : 5,4%

- MOP : 1,0%

Dari keseluruhan peserta KB baru selama tahun 2011, pemakaian kontrasepsi

suntik merupakan yang tertinggi karena sifatnya yang praktis dan juga cepat dalam

mendapatkan pelayanannya. Apabila dibandingkan dengan data tahun 2010,

kontrasepsi suntik masih menduduki peringkat teratas, sedangkan kontrasepsi pria

merupakan yang paling sedikit digunakan yaitu kondom dan MOP. Hal ini disebabkan

banyak suami masih menganggap bahwa istri saja yang mempunyai kewajiban untuk

menggunakan kontrasepsi sebagai upaya pengaturan kelahiran.

IV.7.6 Kesehatan Kerja dan Kesehatan Institusi a. Pelayanan Kesehatan Pekerja

Pelayanan kesehatan pada pekerja merupakan upaya untuk pemeliharaan

kesehatan yang dapat mendukung peningkatan produktivitas pekerja, dimana biasanya

pelayanan kesehatan dilaksanakan secara bertahap yaitu berupa pemeriksaan awal

bagi calon pekerja, pemeriksaan berkala dan pemeriksaan pada akhir masa kerja. Hal

ini dimaksudkan agar kesehatan pekerja senantiasa terpelihara mulai awal bekerja

hingga nanti pada akhir masa kerjanya sehingga dapat terhindar dari resiko penyakit

akibat kerja (PAK). Umumnya pembinaan dan pelayanan kesehatan pada pekerja

khususnya pekerja formal dilaksanakan oleh klinik perusahaan atau bekerja sama

dengan sarana pelayanan kesehatan yang ada (Puskesmas, Rumah Sakit). Sedangkan

untuk pekerja sektor informal masih belum banyak mendapatkan perhatian terutama

dalam hal pelayanan kesehatan karena umumnya mereka bekerja secara mandiri diluar

Page 76: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

tanggung jawab suatu perusahaan/instansi. Apabila dibandingkan prosentase jumlah

pekerja, maka sektor informal merupakan bagian terbesar dari angkatan kerja. Selama

ini mereka hanya memperoleh pelayanan kesehatan secara umum, namun belum

dikaitkan dengan pekerjaannya.

Dari laporan Puskesmas yang terdata Cakupan pelayanan kesehatan pekerja

pada industri formal di Kota Semarang pada tahun 2011 sebanyak 28.998 orang 33.6%

pekerja formal yang ada. Jumlah ini diperoleh dari pekerja sektor formal yang datang

untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di puskesmas dengan fasilitas asuransi

berupa ASKES maupun Jamsostek.

Sedangkan untuk pelayanan kesehatan pada pekerja sektor informal terdapat

21.794 pekerja (21,3%), Walaupun pekerja informal tidak berada dalam tanggung jawab

suatu badan/instansi seperti pada pekerja formal, tetapi mereka tetap mendapatkan

pelayanan kesehatan dengan cara membayar sendiri ataupun melalui kartu sehat

maupun asuransi kesehatan keluarga miskin (Askeskin).

IV.7.7 Upaya Kesehatan Khusus IV.7.7.1 Sarana Kesehatan dengan Kemampuan Gawat Darurat

Sarana kesehatan dengan kemampuan gawat darurat yang dapat diakses oleh

masyarakat di Kota Semarang pada tahun 2011 sebanyak 60 sarana kesehatan

(60%) yaitu 16 Rumah Sakit Umum (100%), 1 RS Jiwa (100%), 7 RS Khusus (100%)

dan 12 puskesmas (36,36%).

IV.7.7.2 Pelayanan Kesehatan Jiwa

Selain menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara umum, sarana

kesehatan yang ada juga memberikan pelayanan terhadap kesehatan jiwa.

Berdasarkan data yang berhasil didapat, pelayanan kesehatan jiwa pada Puskesmas

dan Rumah Sakit di Kota Semarang pada tahun 2011 menunjukkan 35.881

kunjungan pasien. Angka ini termasuk pelayanan kesehatan jiwa bagi warga di luar

Kota Semarang.

IV.7.7.3 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

Kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang dilaksanakan di puskesmas

pada tahun 2011 yaitu tumpatan gigi tetap sebanyak 3.354 kasus. Tindakan dan

Page 77: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

pencabutan gigi tetap sebanyak 6.950 kasus, dengan rasio untuk tambal

dibandingkan pencabutan gigi sebesar 0,5.

Di dalam pelayanan UKGS di sekolah dasar, dilaksanakan pemeriksaan

kesehatan gigi terhadap 24.653 siswa (16,3%), dari total 151.653 anak SD. Dari

angka tersebut terdapat 12.709 siswa perlu perawatan dan yang telah mendapatkan

perawatan sebanyak 3.997 siswa (31.5%).

Berdasarkan data yang ada kesehatan gigi dan mulut masih belum menjadi

alasan penting masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Selain itu

pencatatan dan pelaporan pelayanan kesehatan gigi dan mulut masih belum

terlaksana dengan baik sehingga sering terjadi keterlambatan dalam pelaporannya.

Untuk itu perlu adanya peningkatan pelayanan kesehatan gigi mulut khususnya

pada upaya kesehatan secara promotif dan preventif, peningkatan kemampuan

tenaga kesehatan serta peningkatan kualitas pencatatan dan pelaporan yang ada.

IV.8. OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN LAINNYA IV.8.1. Ketersediaan dan Kebutuhan Obat Esensial dan Obat Generik

Berdasarkan data ketersediaan obat pada tahun 2011 yang berasal dari laporan

Instalasi Perbekalan Farmasi Kota Semarang bersumber dari laporan 37 Puskesmas se-

Kota Semarang, jumlah jenis obat yang dibutuhkan oleh Puskesmas rata-rata 102 item,

sedangkan jenis obat yang tersedia di Puskesmas rata-rata 129 item. Jika dibandingkan

antara kebutuhan obat dengan persediaan yang ada diperoleh ketersediaan obat secara

keseluruhan sebesar 130,55%. Berarti secara umum kebutuhan obat di Kota Semarang

telah terpenuhi (tersedia).

Khusus untuk obat generik, kebutuhan total jenis obat generik seluruh

Puskesmas Tahun 2011 adalah rata-rata 108 item. Sedangkan jumlah total jenis obat

generik yang tersedia sebanyak 138 item. Jika dibandingkan dengan kebutuhan obat

generik maka pemenuhannya sebesar 132,38%. Artinya secara umum kebutuhan obat

generik di Puskesmas seluruhnya dapat dipenuhi (tersedia).

IV.8.2. Ketersediaan Obat Narkotika dan Psikotropika

Data yang dilaporkan untuk ketersediaan obat narkotika dan psikotropika berasal

dari 37 puskesmas. Jumlah seluruh kebutuhan obat narkotika dan psikotropika di Kota

Semarang tahun 2011 yaitu rata-rata 34 item obat .

Page 78: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

IV.9. SUMBER DAYA KESEHATAN IV.9.1. Tenaga Kesehatan

Penyelenggaraan upaya kesehatan tidak akan berjalan dengan baik jika

tidak didukung oleh ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena

itu diperlukan peningkatan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia (SDM) dibidang

kesehatan, yang diharapkan mampu bekerja secara profesional dan selalu berusaha

untuk mengembangkan kemampuannya dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan

yang optimal pada masyarakat.

Informasi tenaga kesehatan diperlukan bagi perencanaan dan pengadaan tenaga serta

pengelolaan kepegawaian. Kesulitan memperoleh data ketenagaan yang mutakhir

disebabkan antara lain karena sifat data ketenagaan yang selalu berubah terus-menerus

sehingga sistem pencatatan dan pelaporan belum dapat ditampilkan secara lengkap,

akurat dan sistematis. Sebaran tenaga kesehatan di sarana pelayanan kesehatan,

Rumah Sakit, dan Dinas Kesehatan Kota Semarang sebagai berikut:

Tabel m : Data Tenaga Kesehatan di Kota Semarang Tahun 2011

No

Jenis Tenaga Kesehatan

Unit Kerja

Jumlah DKK Puskesmas RSU/RS

RSB Khusus Lainnya

Institusi Diknakes

/Diktat

Sarana Kesh Lain

1 Dokter Spesialis 0 2 512 2 Dokter Umum 5 103 259 3 Dokter Gigi 2 43 52 4 Perawat 2 129 2574

5 Sarjana Keperawatan 2 9 247

6 Bidan 3 135 292 7 Tenaga Farmasi 0 31 146

8 Sarjana Farmasi & Apoteker 3 13 62

9 Tenaga Sanitarian 3 28 21 10 Kesehatan Masy. 24 45 75 11 Tenaga Gizi 4 41 79 12 Tenaga Terapi Fisik 0 0 100

13 Tenaga Keteknisian Medik 0 41 367

Sumber : Sub Bag Umum Kepegawaian dan Bidang Yankes

Page 79: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Rasio tenaga kesehatan Kota Semarang (puskesmas, Rumah Sakit dan Dinas

Kesehatan Kota Semarang) dibandingkan dengan jumlah penduduk kota Semarang

tahun 2011 dapat diperoleh data sebagai berikut:

a. jumlah Dokter Umum sebesar 18.08 per 100.000 penduduk

(target IS 2011 : 40/100.000 penduduk)

b. jumlah Dokter Spesialis sebesar 29,5 per 100.000 penduduk

(target IS 2011: 6/100.000 penduduk)

c. jumlah Dokter Gigi sebesar 25.41 per 100.000 penduduk

(target IS 2011 : 11/100.000 penduduk)

d. jumlah Perawat sebesar 191 per 100.000 penduduk

(target IS 2011 : 117,5/100.000 penduduk)

e. jumlah Bidan sebesar 26 per 100.000 penduduk

(target IS 2011 : 100/100.000 penduduk)

f. jumlah Tenaga Farmasi sebesar 28,9 per 100.000 penduduk

(target IS 2011 : 10/100.000 penduduk)

g. jumlah Tenaga Gizi sebesar 8.5 per 100.000 penduduk

(target IS 2011 : 22/100.000 penduduk)

h. jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat sebesar 7,4 per 100.000 penduduk (target

IS 2010 : 40/100.000 penduduk)

i. jumlah Tenaga Sanitasi sebesar 5,34 per 100.000 penduduk

(target IS 2010 : 40/100.000 penduduk)

j. jumlah tenaga teknisi medis sebesar 26 per 100.000 penduduk

Data secara lengkap dapat dilihat pada tabel 54 s.d tabel 59.

IV.9.2 Sarana Kesehatan

Untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang optimal bagi masyarakat perlu

didukung oleh adanya sarana kesehatan yang memadai dan memiliki kualitas

pelayanan yang baik. Sarana kesehatan dasar yang ada di Kota Semarang pada

tahun 2011 terdiri dari : 15 Rumah Sakit Umum, 1 Rumah Sakit Jiwa, 4 Rumah Sakit

Bersalin, 4 Rumah Sakit Ibu dan Anak, 37 Puskesmas (13 Puskesmas Perawatan dan

24 Puskesmas Non Perawatan), 35 Puskesmas Pembantu, 37 Puskesmas Keliling, 6

Rumah Bersalin, 139 Balai Pengobatan Umum, 24 BP Gigi, 13 Klinik 24 Jam, 369

Apotek, 20 Toko Obat, 23 praktek dokter spesialis/klinik utama, 1.327 praktek dokter

Page 80: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

umum swasta. 328 praktek dokter gigi, 323 bidan praktek swasta. Data secara

lengkapnya dapat dilihat pada tabel 61.

Sarana Pelayanan Kesehatan dengan Laboratorium Kesehatan dan 4 spesialis dasar, dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada

masyarakat, telah terdapat beberapa sarana pelayanan kesehatan yang telah

dilengkapi oleh fasilitas laboratorium kesehatan dan 4 (empat) spesialis dasar. Kondisi

yang ada di Kota Semarang pada tahun 2011, diketahui bahwa sarana kesehatan

yang memiliki laboratorium kesehatan sebanyak 61 buah (100%) dan yang

memberikan pelayanan 4 spesialis dasar sebesar 15 buah (24,19%). Sarana

kesehatan tersebut terdiri dari : 15 Rumah Sakit Umum dengan fasilitas laboratorium

kesehatan dan 4 spesialis dasar; Rumah Sakit Khusus 7 buah yang memiliki

laboratorium kesehatan, 1 Rumah Sakit Jiwa, serta 37 puskesmas se-Kota Semarang

telah seluruhnya dilengkapi oleh fasilitas laboratorium kesehatan sederhana

Sarana kesehatan dengan kemampuan gawat darurat yang dapat diakses

oleh masyarakat di Kota Semarang pada tahun 2011 sebanyak 37 sarana kesehatan

(58,06%) yaitu 16 Rumah Sakit Umum (100%), 1 RS Jiwa (100%), 7 RS Khusus

(100%) dan 13 puskesmas perawatan (100%).

Desa Siaga, merupakan desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber

daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-

masalah kesehatan secara mandiri. Sebuah desa dikatakan menjadi desa siaga

apabila desa tersebut telah memiliki sekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan

Desa (Poskesdes). Jumlah desa/kelurahan siaga yang ada di Kota Semarang Tahun

2011 sebanyak 177 Kelurahan. Artinya semua kelurahan di Kota Semarang telah

menjadi kelurahan siaga

IV.9.3. Anggaran Kesehatan

Alokasi anggaran kesehatan untuk Kota Semarang pada tahun 2011 sebesar Rp.

110.371.222.850 mengalami penurunan dari tahun 2010 yaitu sebesar Rp.

106.684.129.161,-. Alokasi dana ini terbagi atas: sumber APBD Kota Semarang

sebesar Rp. 96.907.659.000,- (87,80%); sumber APBD Propinsi Rp. 1.500.000.000,-

(1,96%); sumber APBN (DAK) sebesar Rp. 7.858.819.150,- (7,12%), APBN

(JAMKESMAS/ASKEKIN) sebesar Rp. 2.075.754.700,- (41,88%), dana

dekonsentralisasi sebesar Rp. 351.320.000 (0,32%)

Page 81: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Sehingga persentase total APBD Dinas Kesehatan terhadapi total APBD Kota

Semarang yang sebesar Rp. 2.260.097.665.000,- adalah 4,29%. Data secara lengkap

dapat dilihat pada tabel 60.

Page 82: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

BAB V KESIMPULAN

Berbagai upaya yang telah dilaksanakan dalam pembangunan kesehatan, antara

lain upaya peningkatan dan perbaikan terhadap derajat kesehatan masyarakat, upaya

pelayanan kesehatan, sarana kesehatan dan sumber daya kesehatan. Hasil-hasil

kegiatan pembangunan kesehatan di 16 kecamatan di Kota Semarang selama periode 1

(satu) tahun tergambar dalam Profil Kesehatan Kota Semarang tahun 2011.

Secara umum upaya-upaya yang telah dilakukan dalam pembangunan

kesehatan telah menunjukkan hasil yang cukup baik, namun masih ada beberapa

program kesehatan yang belum mencapai hasil yang optimal. Keberhasilan maupun

kekurangan dalam pencapaian upaya-upaya pembangunan kesehatan di Kota Semarang

selama tahun 2011 adalah sebagai berikut :

a. Berdasarkan hasil laporan berbagai sarana pelayan kesehatan, jumlah kematian bayi

yang terjadi di Kota Semarang Tahun 2011 sebanyak 314 dari 25852 kelahiran

hidup,sehingga didapatkan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 12,1 per 1.000 KH.

Sedangkan untuk kematian Balita di Kota Semarang Tahun 2010 sebanyak 90 anak

dari 96.952 balita sehingga Angka Kematian Balita (AKABA) Kota Semarang diperoleh

sebesar 3,5 per 1.000 KH.

b. Berdasarkan laporan Puskesmas dan Rumah Sakit jumlah kematian ibu maternal di

Kota Semarang pada tahun 2011 sebanyak 31 orang dengan jumlah kelahiran hidup

sebanyak 25.852 orang.

c. Penyakit DBD di Kota Semarang pada tahun 2011 mengalami peningkatan dari

tahun sebelumnya yaitu dari 5.556 kasus menjadi 1.303 kasus sehingga diperoleh

angka kesakitan DBD sebesar 73,9 per 10.000 penduduk.

d. Berdasarkan laporan Puskesmas, jumlah kasus malaria pada tahun 2010 ditemukan

14 orang (API = 0.01 pddk) meningkat dari tahun sebelumnya yaitu 7 orang (API =

0.005 pddk).

e. Berdasarkan data laporan triwulan (Puskesmas, BP4 dan Rumah Sakit) penemuan

penderita TB Paru BTA positif pada tahun 2011 sebanyak 989 (53%) orang

mengalami peningkatan bila dibandingkan tahun 2010 (872 orang)

f. Penderita diare di Kota Semarang pada tahun 2011 sebanyak 48.051 penderita

dengan angka kesakitan sebesar 32 per 1.000 penduduk, dimana terdapat

peningkatan kasus dari tahun 2010 yaitu 34.593 penderita (IR: 24 per 1.000

penduduk)

Page 83: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

g. IR pneumonia dan pneumonia berat tahun 2011 mencapai 304 per 10.000 balita. Hal

ini menurun jika dibandingkan dengan IR untuk tahun 2010 sebesar 401,1 per 10.000

balita

h. Pada tahun 2011, penderita kusta jenis PB baru di Kota Semarang yang dilaporkan

dari 16 kecamatan sebanyak 5 kasus. Sedangkan jenis MB sebanyak 36 kasus.

i. Jumlah kasus HIV (+) yang ditemukan tahun 2011 sebanyak 427 meningkat secara

signifikan dari tahun 2010 yaitu 287 orang. Sedangkan untuk kasus AIDS ditemukan

sebanyak 59 kasus dengan kematian 10 orang.

j. Kasus leptospirosis tahun 2011 sebanyak 70 kasus, sedangkan penderita yang

meninggal sebanyak 25 orang dengan angka CFR sebesar 36 per 10.000.

k. Kasus AFP yang ditemukan di Kota Semarang tahun 2011 sebanyak 13 kasus,sedikit

meningkat dari tahun 2010 yaitu sebanyak 12 kasus, terbanyak pada golongan umur 1

-5 thn sebanyak 54 kasus.

l. Jumlah kasus penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi tertinggi yaitu

Campak 381, Polio 13 kasus dan hepatitis 18 kasus, sedangkan untuk penyakit

lainnya seperti Pertusis, Tetanus, Tetanus Neonatorum di Kota Semarang Tahun 2011

tidak ditemukan adanya kasus.

m. Data kasus penyakit tidak menular tahun 2011 di Kota Semarang : Kasus penyakit

kanker Kanker Payudara 4.946 kasus, Kanker Serviks 5.155 kasus, Kanker Hati dan

Empedu 332 kasus, Kanker Bronkus dan Paru 451 kasus. ; Diabetes Mellitus

tergantung insulin sebanyak 14.326 kasus, Diabetes Melitus tidak tergantung insulin

sebanyak 45.551 kasus ; kasus Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah ( Angina

Pektoris 6.736 kasus, AMI 2.130 kasus, Dekomp Cordis 9.944 kasus, Hipertensi ess

106.977 kasus dan Stroke 2.507 kasus )

n. Dilaporkan pada tahun 2011 di Kota Semarang terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB)

sebanyak 6 kejadian dengan jumlah penderita 12 orang.

o. Pada tahun 2011 di Kota Semarang menunjukkan jumlah Bayi Lahir Hidup sebanyak

25.852 bayi dan jumlah Balita yang ada (S) sebesar 113.936 anak. Untuk kasus bayi

dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) pada tahun 2011 yaitu sebanyak 187 bayi

(0,7%). Balita yang datang dan ditimbang (D) di posyandu dari seluruh balita yang ada

yaitu sejumlah 87.965 anak dengan rincian jumlah balita yang naik berat badannya

sebanyak 66.123 anak (75,2%) dan Bawah Garis Merah (BGM) sebanyak 736 anak

(0,8%).

Page 84: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

p. Berdasarkan hasil laporan puskesmas tahun 2010, pemberian ASI Ekslusif sebesar

1.656 bayi (24,2%) dari 6.833 bayi umur 0-6 bulan .

q. Pada tahun 2010 di Kota Semarang Jumlah Rumah Tangga yang berperilaku hidup

bersih dan sehat (PHBS) adalah 309.624 (88,19%) yang terdiri dari strata utama

255.790 RT (72,94%) strata paripurna 53.474 RT (15,25%).

r. Tahun 2010 Posyandu yang ada di Kota Semarang berjumlah 1.533 buah, terdiri dari

637 posyandu purnama (41,66%) dan 419 Posyandu mandiri (27,40%) sehingga

jumlah total posyandu yang tergolong purnama dan mandiri adalah 1.056 posyandu

(69,06%)

s. Berdasarkan laporan puskesmas, jumlah penduduk yang tercakup dalam dalam

berbagai JPK (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan) dengan perincian:

Peserta ASKES : 175.164 jiwa

Peserta BAPEL : 2.541 jiwa

Peserta JAMSOSTEK : 378.793 jiwa

t. Di Kota Semarang sampai dengan tahun 2011 terdapat masyarakat miskin dan yang

memiliki kartu ASKESKIN baru mencapai 306.701 jiwa (68,4%) dari 448.398

masyarakat miskin yang ada, 141.697 jiwa dicakup Jamkesmaskot.

u. Kota Semarang pada tahun 2011, jumlah rumah yang ada sebanyak 355.678 unit,

sedangkan kategori rumah yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 248.932

rumah (86,8%) dari 286.927 rumah yang dilakukan pemeriksaan

v. Jumlah tempat - tempat umum dan tempat pengelolaan makanan di Kota Semarang

Tahun 2011 sebanyak 2.777 buah, jumlah diperiksa 2.068 buah dan jumlah yang

sehat 1.852 buah atau 89,56%.

Keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar yaitu : persediaan air bersih

sebanyak 306.956 KK (100%) dari 306.959 KK yang diperiksa; sejumlah 273.855 KK

telah memanfaatkan jamban keluarga dan 261.420 (95,5%) KK telah memenuhi syarat

jamban yang sehat; Pengelolaan limbah di rumah tangga yang diperiksa sebanyak

306.959 KK dan yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 264.807 KK dari 276.945

KK yang memiliki;

w. Pada tahun 2011 di Kota Semarang total kunjungan pelayanan kesehatan rawat jalan

di Puskesmas sebanyak 1.398.308, sedangkan untuk kunjungan rawat inap

Puskesmas yaitu sebesar 4.474 kunjungan pasien. Sedangkan pemanfaatan

pelayanan kesehatan rawat jalan di Rumah Sakit yaitu sebanyak 2.207.706 kunjungan

dan rawat inap sebesar 142.116 kunjungan. Untuk cakupan rawat jalan di Kota

Page 85: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Semarang pada tahun 2010 yaitu sebesar 194 %. Sedangkan untuk cakupan rawat

inap (kunjungan pasien baru) di sarana pelayanan kesehatan pada tahun 2010 yaitu

sebesar 10%.

x. Pencapaian hasil kinerja Rumah Sakit di Kota Semarang meliputi : BOR (62,6) ; LOS

(4,8) ;TOI (2,9) ; GDR (30,7 permil) ; NDR (16,6 permil).

y. Pelayanan kesehatan Ibu dan Anak :

Cakupan kunjungan ibu hamil K4 Kota Semarang pada tahun 2011 adalah

26.743 bumil (94,4%)

Cakupan pemberian tablet (Fe)3 sebanyak 25.397 bumil (89,67%).

Jumlah persalinan dengan pertolongan tenaga kesehatan di Kota Semarang

pada tahun 2011 sebesar 25.972 (96,1%) dari jumlah perkiraan persalinan

sebesar 27.032 kelahiran.

Pada tahun 2011 ibu hamil risiko tinggi/ komplikasi yang ditemukan di Kota

Semarang sebesar 2.187 (56,4%) orang dari total perkiraan 3.878 neonatal

komplikasi..

Cakupan pemberian suplementasi kapsul Vitamin A dosis tinggi pada bayi

sebanyak 14.996 bayi (102,3%), sedangkan pada Balita sebanyak 92.318

anak (100,97%) serta Bufas 27.002 orang (99,99%).

Cakupan kunjungan neonatus tingkat Kota Semarang tahun 2011 sebesar

24.127 (96,75%)

Hasil cakupan kunjungan bayi di Kota Semarang pada tahun 2011 sebesar

25.636 (99,2%) dari total jumlah 25.852 jumlah bayi

Hasil cakupan deteksi dini tumbuh kembang (DDTK) anak balita dan pra

sekolah di tingkat Kota Semarang pada tahun 2011 yaitu 87.965 balita

ditimbang dari 113.936 anak balita yang ada (77,22%).

Cakupan bayi yang diimunisasi DPT3 + HB pada tahun 2011 sebesar 28.022

anak (191,27%), Polio 3 sebanyak 26.417 anak (102.66%) dan bayi yang

telah memperoleh imunisasi campak sebesar 26.779 (182,2%) dari sasaran

sejumlah 14.522 bayi

z. Hasil kegiatan pelayanan kesehatan Usila di Kota Semarang pada tahun 2011

sebesar 30.551 (65,18%) dari 46.872 jumlah usila yang ada.

å. Pada tahun 2010, jumlah PUS yang ada sebanyak 246.618. Yang menjadi peserta KB

baru sebanyak 22.183 orang (9%). Sedang jumlah peserta KB aktif yang telah dibina

sebesar 146.604 orang (59,4%).

Page 86: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

ä. Sarana kesehatan dengan kemampuan gawat darurat yang dapat diakses oleh

masyarakat di Kota Semarang pada tahun 2011 sebanyak 61 sarana kesehatan (60%)

yaitu 16 Rumah Sakit Umum (100%), 1 RS Jiwa (100%), 7 RS Khusus (100%) dan 13

puskesmas (36,36%)

ö. Pelayanan kesehatan jiwa pada Puskesmas dan Rumah Sakit di Kota Semarang pada

tahun 2011 menunjukkan pencapaian sebesar 35.881 kunjungan. Angka ini termasuk

pelayanan kesehatan jiwa bagi warga di luar Kota Semarang

aa. Kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang dilaksanakan di puskesmas pada

tahun 2011 yaitu tumpatan gigi tetap sebanyak 3.354 kasus. Tindakan dan

pencabutan gigi tetap sebanyak 6.950 kasus, dengan rasio untuk tambal dibandingkan

pencabutan gigi sebesar 0,5. Di dalam pelayanan UKGS di sekolah dasar,

dilaksanakan pemeriksaan kesehatan gigi pada 24.653 siswa (16,3%), dari total

151.653 anak SD. Dari angka tersebut terdapat 12.709 siswa perlu perawatan dan

yang telah mendapatkan perawatan sebanyak 3.997 siswa (31.5%).

bb. Data ketersediaan obat pada tahun 2011 bersumber dari laporan 37 Puskesmas se-

Kota Semarang, jumlah jenis obat yang dibutuhkan oleh Puskesmas rata-rata 108

item, sedangkan jenis obat yang tersedia di Puskesmas rata-rata 129 item sehingga

diperoleh ketersediaan obat secara keseluruhan sebesar 130,55%. Untuk obat

generik, kebutuhan total jenis obat generik seluruh Puskesmas Tahun 2011 adalah

rata-rata 108 item. Sedangkan jumlah total jenis obat generik yang tersedia sebanyak

138 item, sehingga diperoleh pemenuhan sebesar 132,38%.

cc. Jumlah seluruh kebutuhan obat narkotika dan psikotropika di Kota Semarang tahun

2011 yaitu rata-rata 34 item.

dd. Rasio tenaga kesehatan Kota Semarang (puskesmas, Rumah Sakit dan Dinas

Kesehatan Kota Semarang) dibandingkan dengan jumlah penduduk kota Semarang

tahun 2010 dapat diperoleh data sebagai berikut:

a. jumlah Dokter Umum sebesar 18.08 per 100.000 penduduk

(target IS 2010 : 40/100.000 penduduk)

b. jumlah Dokter Spesialis sebesar 29,5 per 100.000 penduduk

(target IS 2010 : 6/100.000 penduduk)

c. jumlah Dokter Gigi sebesar 25.41 per 100.000 penduduk

(target IS 2010 : 11/100.000 penduduk)

d. jumlah Perawat sebesar 191 per 100.000 penduduk

(target IS 2010 : 117,5/100.000 penduduk)

Page 87: Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

e. jumlah Bidan sebesar 26 per 100.000 penduduk

(target IS 2010 : 100/100.000 penduduk)

f. jumlah Tenaga Farmasi sebesar 28,9 per 100.000 penduduk

(target IS 2010 : 10/100.000 penduduk)

g. jumlah Tenaga Gizi sebesar 8.5 per 100.000 penduduk

(target IS 2010 : 22/100.000 penduduk)

h. jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat sebesar 7,4 per 100.000 penduduk

(target IS 2010 : 40/100.000 penduduk)

i. jumlah Tenaga Sanitasi sebesar 5,34 per 100.000 penduduk

(target IS 2010 : 40/100.000 penduduk)

j. jumlah tenaga teknisi medis sebesar 26 per 100.000 penduduk

ee. Sarana kesehatan dasar yang ada di Kota Semarang pada tahun 2011 terdiri dari : 15

Rumah Sakit Umum, 1 Rumah Sakit Jiwa, 4 Rumah Sakit Bersalin, 4 Rumah Sakit Ibu

dan Anak, 37 Puskesmas (13 Puskesmas Perawatan dan 24 Puskesmas Non

Perawatan), 35 Puskesmas Pembantu, 37 Puskesmas Keliling, 6 Rumah Bersalin, 139

Balai Pengobatan Umum, 24 BP Gigi, 13 Klinik 24 Jam, 369 Apotek, 20 Toko Obat,

23 praktek dokter spesialis/klinik utama, 1.327 praktek dokter umum swasta. 328

praktek dokter gigi, 323 bidan praktek swasta.

ff. Alokasi anggaran kesehatan untuk Kota Semarang pada tahun 2011 sebesar Rp.

110.371.222.850 mengalami kenaikan dari tahun 2010 yaitu sebesar Rp.

106.684.129.161,- Total APBD Dinas Kesehatan dari total APBD Kota Semarang

sebesar Rp. 2.260.097.665.000,- adalah 4,29%.