Profil Dr. H Muchlis AU Sofro, SpPD-KPTI FINASIM

2
232 PROFIL CDK-202/ vol. 40 no. 3, th. 2013 Dokter Muchlis: Jenius nan Religius dr. H. Muchlis AU Sofro, SpPD-KPTI kakak; vespa tersebut diminta lagi setelah lulus dokter untuk digunakan saudara lain yang membutuhkan. Beliau saat itu hidup sulit. Jualan buku agama pun dijalaninya dengan ikhlas. Uang dari ibunya sangat terbatas hanya untuk bayar SPP, kalau mau jajan tidak punya uang sama sekali. Tempaan ini membuatnya semakin kreatif dan teruji. Beliau saat mulai masuk FK UGM, mencoba menulis artikel di Harian Kedaulatan Rakyat. Alhamdulillah hampir sebulan sekali tulisannya tentang kesehatan dimuat. Honornya bisa untuk tambahan uang saku. Selama masa kuliah berbagai aktivitas yang menunjang masa depan dan karirnya diikuti. Mulai dari sebagai panitia di setiap acara sumpah dokter maupun P akar HIV-AIDS dan penyakit tropis infeksi se-Jawa Tengah ini sampai kelas 1 SMA dulunya bercita-cita menjadi Insinyur pertanian. Tapi sejak kelas 2 SMA, ikut kakak yang menjadi dokter, setiap hari menemani praktek sore, menata dan membersihkan tempat praktek, lama-lama keinginan itu berubah menjadi dokter. Ayahnya yang meninggal dunia (saat baru berumur 49 tahun) di saat Muchlis masih kelas 3 SMP menambah motivasinya untuk menjadi dokter. Masa anak-anak dan remaja religius, rumahnya di Pemalang berada tepat di sebelah masjid Kauman Pemalang dan oleh ayahnya selalu diarahkan untuk sholat lima waktu di masjid. Selain itu, bakat kepemimpinannya sudah mulai terlihat. Ia selalu menjadi ketua kelas, ketua regu pramuka, ketua kelompok bermain (dolanan) anak-anak. Sebagai anak-anak, beliau senang bersepeda bersama teman- teman sampai jauh, kadang-kadang sampai 30-40 Km tanpa pamit orang tua. Titik Balik Dokter kelahiran 19 Maret 1963 ini menjadi yatim sejak kelas 3 SMP. Ia masih bersyukur, sebab sang kakak di Yogyakarta masih sanggup mengasuh beliau yang melanjutkan bersekolah di SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta, demi menggapai cita-citanya menjadi dokter. Tinggal bersama keluarga kakak, beliau rajin membantu pekerjaan rumahtangga. Sekolah naik sepeda onthel sampai lulus Drs. Med (Sarjana Kedokteran). Ketika masuk klinik, dipinjami vespa oleh

description

Profil dan kisah sukses dokter

Transcript of Profil Dr. H Muchlis AU Sofro, SpPD-KPTI FINASIM

Page 1: Profil Dr. H Muchlis AU Sofro, SpPD-KPTI FINASIM

232

PROFIL

CDK-202/ vol. 40 no. 3, th. 2013

Dokter Muchlis: Jenius nan Religius

dr. H. Muchlis AU Sofro, SpPD-KPTI

kakak; vespa tersebut diminta lagi setelah lulus dokter untuk digunakan saudara lain yang membutuhkan.

Beliau saat itu hidup sulit. Jualan buku agama pun dijalaninya dengan ikhlas. Uang dari ibunya sangat terbatas hanya untuk bayar SPP, kalau mau jajan tidak punya uang sama sekali. Tempaan ini membuatnya semakin kreatif dan teruji. Beliau saat mulai masuk FK UGM, mencoba menulis artikel di Harian Kedaulatan Rakyat. Alhamdulillah hampir sebulan sekali tulisannya tentang kesehatan dimuat. Honornya bisa untuk tambahan uang saku. Selama masa kuliah berbagai aktivitas yang menunjang masa depan dan karirnya diikuti. Mulai dari sebagai panitia di setiap acara sumpah dokter maupun

Pakar HIV-AIDS dan penyakit tropis infeksi se-Jawa Tengah ini sampai kelas 1 SMA dulunya bercita-cita menjadi Insinyur

pertanian. Tapi sejak kelas 2 SMA, ikut kakak yang menjadi dokter, setiap hari menemani praktek sore, menata dan membersihkan tempat praktek, lama-lama keinginan itu berubah menjadi dokter. Ayahnya yang meninggal dunia (saat baru berumur 49 tahun) di saat Muchlis masih kelas 3 SMP menambah motivasinya untuk menjadi dokter.

Masa anak-anak dan remaja religius, rumahnya di Pemalang berada tepat di sebelah masjid Kauman Pemalang dan oleh ayahnya selalu diarahkan untuk sholat lima waktu di masjid. Selain itu, bakat kepemimpinannya sudah mulai terlihat. Ia selalu menjadi ketua kelas,

ketua regu pramuka, ketua kelompok bermain (dolanan) anak-anak. Sebagai anak-anak, beliau senang bersepeda bersama teman-teman sampai jauh, kadang-kadang sampai 30-40 Km tanpa pamit orang tua.

Titik BalikDokter kelahiran 19 Maret 1963 ini menjadi yatim sejak kelas 3 SMP. Ia masih bersyukur, sebab sang kakak di Yogyakarta masih sanggup mengasuh beliau yang melanjutkan bersekolah di SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta, demi menggapai cita-citanya menjadi dokter. Tinggal bersama keluarga kakak, beliau rajin membantu pekerjaan rumahtangga. Sekolah naik sepeda onthel sampai lulus Drs. Med (Sarjana Kedokteran). Ketika masuk klinik, dipinjami vespa oleh

Page 2: Profil Dr. H Muchlis AU Sofro, SpPD-KPTI FINASIM

233

PROFIL

CDK-202/ vol. 40 no. 3, th. 2013

simposium, kursus mengetik sepuluh jari kemudian menjadi petugas yang mengetik hasil catatan kuliah untuk distensil dan disebarkan ke mahasiswa lain. Honor mengetik ini bisa untuk tambahan uang saku. Saat kepaniteraan klinik, beliau menjadi asisten penelitian Prof. Dr. Tony Sadjimin, SpA.

Beliau lulus menjadi dokter umum dari FK UGM pada tahun 1988, sebagai dokter Spesialis Penyakit Dalam dari FK UNDIP pada tahun 2000 dan menjadi Konsultan Penyakit Tropik Infeksi sejak tahun 2008.

Pengalaman bekerja beliau sebagai Kepala Puskesmas Mejobo Kudus (2001-2005), Staf Pengajar Divisi Tropik Infeksi, Dept Penyakit Dalam RSUP Dr Kariadi-FK UNDIP Semarang (2001- sekarang), Ketua Tim HIV AIDS RSUP Dr Kariadi FK UNDIP (2002-sekarang) dan Koordinator POKJA CST KPA (Komisi Penanggulangan AIDS) Propinsi Jawa Tengah (2010-sekarang); pernah mengajar di SPK Muhammadiyah Kudus (1989-1995), Akademi Keperawatan Muhammadiyah Semarang (2000-2005), dan saat ini aktif mengajar di bagian Penyakit Dalam RSUP Dr Kariadi Fakultas Kedokteran UNDIP, program S1 Keperawatan Univ Muhammadiyah Semarang, Fakultas Kedokteran Univ Muhammadiyah Semarang, program Magister Promosi Kesehatan UNDIP, program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat UNDIP dan program Magister Epidemiologi UNDIP

Berjiwa Pemimpin dan PendidikSelama menjadi residen (peserta pendidikan dokter spesialis), beliau dipilih menjadi “chief” (ketua) residen secara aklamasi, sehingga jiwa kepemimpinannya tersalurkan. Selain itu, brliau juga memiliki dedikasi tinggi di dunia pendidikan. Ia menjadi guru di SPK (Sekolah Perawat kesehatan) Muhammadiyah Kudus, Akademi Perawat Muhammadiyah Semarang, Dosen S1 Keperawatan UNIMUS (Universitas Muhammadiyah Semarang) dan

dosen di Fakultas Kedokteran UNDIP, Serta Fakultas Kedokteran UNIMUS. Di samping itu, juga mengajar di Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat, Magister Epidemiologi, dan Magister Promosi Kesehatan Sekolah Pasca Sarjana UNDIP. Beliau merasa bahagia jika ilmunya dapat terserap oleh semua peserta didiknya. Hal ini tidak mengherankan, sebab kedua orang tua beliau adalah pengajar HIS (SD di zaman Belanda). Selain itu, beliau sudah membagikan ilmu penyakit infeksi dan penyakit HIV-AIDS ke seluruh kabupaten di Propinsi Jawa Tengah, bahkan beberapa kali ke propinsi lain, selain juga melalui media radio dan televisi.

Dokter Favorit PasienMenjadi dokter bukan berarti beliau tak pernah dikritik. Pernah suatu saat ia terlambat datang ke tempat praktik. Pasiennya marah, “Dokter itu harus disiplin, masak datang ke tempat praktek terlambat, saya kan bosan menunggu.” Dengan santun, ia menjelaskan, bahwa ia terlambat karena sakit fl u. Sejak itu, pasien tersebut malah baik dan ia berusaha untuk lebih disiplin. Sebagai dokter, beliau sering menjumpai berbagai kasus menarik, seperti: demam berdarah, demam tifoid, hipertensi, kencing manis (diabetes melitus), penyakit jantung koroner, penyakit ginjal kronis, anemia, osteoartritis, TBC (tuberkulosis), dan HIV-AIDS. Di samping membantu mengobati, beliau sering mendorong pasien untuk melakukan upaya pencegahan, misalnya: dengan menjaga kebersihan pribadi dan lingkungan, menerapkan pola hidup sehat (antara lain: makan teratur dengan pola ”empat sehat lima sempurna”, sempatkan berolah raga, tidur yang cukup, dan tidak “ngoyo” (bekerja keras dengan terlalu memaksakan diri).

Rahasia SuksesBerbicara tentang rahasia sukses, Muchlis berprinsip ”di dalam kesulitan ada kemudahan” dan ”akhir selalu lebih baik dari awal”. Selain itu, Muchlis selalu berusaha menikmati semua yang ia lakukan.

Tentunya banyak orang penting yang berada di balik kesuksesan Muchlis, antara lain: pertama ibu kandung (meninggal dunia tahun lalu dalam usia 84 tahun). Ibunya sejak kecil menjadi partner dalam pengambilan keputusan penting. Misalnya saat diangkat menjadi ketua OSIS SMP, saat menentukan pacar dan calon isteri, saat menjadi staf pengajar, dan saat mengambil program S3. Kedua: bapak kandung. Beliaulah yang menggembleng kedisiplinan Muchlis. Ketiga: isteri. Yakni pacar sejak tingkat dua di fakultas kedokteran. “Dialah pengritik dan pendorong semangat saya untuk maju”. Keempat: kakak-kakak yang memberi kesempatan Muchlis untuk menumpang hidup saat di SMA maupun di fakultas kedokteran. (Muchlis anak kesebelas dari tiga belas bersaudara). Kelima: bapak Adi Wiyono, guru pramuka Muchlis, yang memudahkan Muchlis ikut Jambore di Sibolangit Medan saat SMP. Keenam: bapak Muhammad Muqoddas, guru agama di SMA, yang mengarahkan Muchlis memilih Fakultas Kedokteran. Ketujuh: Prof. Dr. Tony Sadjimin SpA(K), yang mengarahkan Muchlis menjadi dosen di FK UGM tapi Muchlis lebih memilih mengabdi di Puskesmas. Kedelapan: dr. Budi Riyanto, MSc, SpPD-KPTI, yang mengarahkan Muchlis menjadi staf penyakit dalam sub tropik infeksi RSUP Dr Kariadi Semarang.

Sepercik RenunganBeliau berpesan melalui penulis kepada kita semua untuk menjadi yang terbaik (be the best) dan memberikan pelayanan yang terbaik (serve the best). Di dalam kesulitan selalu ada kemudahan. Akhir dari usaha kita selalu lebih baik dari awal usaha kita. Selalu berprasangka baiklah kepada Allah. Ternyata Allah selalu memberikan yang terbaik untuk kita walaupun dalam bentuk musibah atau sesuatu yang tidak kita inginkan. Jadilah pelayan Allah bagi sesama.

Dito Anurogo