PRODUKSI SELULOSA OLEH Acetobacter xylinum

20
PRODUKSI SELULOSA OLEH Acetobacter xylinum “ PEMBUATAN NATA DE PINA” Oleh : Nama : Laila Andini NIM : B1J012053 Kelompok : 1 Rombongan : II Asisten : Kuntum Khairu Ummah LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

description

laporan bakteriologi

Transcript of PRODUKSI SELULOSA OLEH Acetobacter xylinum

Page 1: PRODUKSI SELULOSA OLEH Acetobacter xylinum

PRODUKSI SELULOSA OLEH Acetobacter xylinum“ PEMBUATAN NATA DE PINA”

Oleh :

Nama : Laila AndiniNIM : B1J012053Kelompok : 1Rombongan : IIAsisten : Kuntum Khairu Ummah

LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO

2014

Page 2: PRODUKSI SELULOSA OLEH Acetobacter xylinum

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Buah nanas selain dikonsumsi sebagai sari buah, selai, sirup, juga dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan nata de pina. Acetobacter xylinum dapat tumbuh dan berkembang biak dalam media cair nanas karena mengandung nutrien yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri dan pembentukan jaringan nata. Nata adalah biomassa yang sebagian besar terdiri dari selulosa, berbentuk agar dan berwarna putih sperti gel. Nata biasanya dibuat dari air kelapa yang biasa disebut nata de coco, sedangkan dari sari buah nanas disebut nata de pina. Nata de pina merupakan serat selulosa dipermukaan medium nanas dari hasil bakteri Acetobacter xylinum yang dapat memecah gula untuk sisntesis selulosa. Selulosa yang terbentuk berupa benang – benang yang bersama dengan polisakarida berlendir membentuk suatu jalinan yang menebal menjadi lapisan nata. Nata memiliki keunggulan yaitu sifat fisik mekanik yang tinggi dan kemurniannya lebih unggul (Sri et al, 2010).

Secara umum fermentasi merupakan perubahan kimiawi dari senyawa – senyawa organik oleh enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme. Mikroorganisme yang berperan dalam proses fermentasi terutama dari golongan yeast, fungi, dan bakteri. Fermentasi berbagai bahan makanan dan minuman dapat melibatkan satu macam atau beberapa mikroorganisme yang bekerja secara simbiotik. Bakteri Acetobacter xylinum mampu mengoksidasi glukosa menjadi asam glukonat dan asam organik lain pada waktu yang sama. Selain itu dapat mensintesis glukosa menjadi polisakarida atau selulosa berupa serat – serat putih, yang terbentuk secara bertahap dari lapisan tipis pada awal fermentasi hingga mencapai ketebalan sekitar 12 mm pada akhir fermentasi, kemudian disebut sebagai nata. Optimasi faktor lingkungan fermentasi diantaranya adalah penentuan jumlah inokulum, penentuan penambahan kadar gula awal terbaik, penentuan pH awal medium fermentasi, penentuan suhu fermentasi terbaik, pola pertumbuhan kultur campuran mikroorganisme dalam fermentasi, uji aktivitas daya hambat bakteri, dan uji organoleptik (Pingkan dan Kusnadi, 2003).

Nanas mengandung gula, mineral dan vitamin, sehingga berpotensi sebagai sumber karbon dan mineral pada media fermentasi untuk pembuatan nata. Nata dihasilkan dari proses fermentasi pada substrat yang mengandung gula dan nitrogen pada pH yang sesuai dengan perkembangan Acetobacter xylinum yaitu berkisar antara 4 – 4,5. Pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum dalam pembuatan massa nata diperlukan gula, asam organik dan mineral, mineral dan asam organik dibutuhkan sebagai komponen metabolisme dalam pembentukan kofaktor enzim ekstraseluler yang dihasilkan oleh bakteri Acetobacter xylinum. Kelebihan gula dalam media akan mengganggu aktivitas bakteri Acetobacter xylinum karena diubahnya gula menjadi asam yang menyebabkan penurunan pH media menjadi 3 – 2,5 dibawah pH optimum pertumbuhannya (Feri, 2007).

Page 3: PRODUKSI SELULOSA OLEH Acetobacter xylinum

B. Tujuan

Mahasiswa dapat mengetahui makromorfologi Acetobacter xylinum, mengetahui proses pembuatan produk nata de pina, serta mengetahui pengaruh konsentrasi penambahan surkosa dan lama inkubasi terhadap produk nata de pina.

Page 4: PRODUKSI SELULOSA OLEH Acetobacter xylinum

II. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat yang digunakan pada praktikum ini diantaranya adalah blender, kain saring,

kompor, timbangan, talenan, pisau, kertas saring, kertas lakmus (pH), wadah plastik, sendok

makan, pengaduk, panci,gelas ukur, labu erlenmeyer, beaker glass, wadah inkubasi nata,

oven, cawan petri, tabung reaksi, filler, pipet ukur, batang drugalsky, sumber api spirtus,

wrapper, kertas label, dan mikroskop.

Bahan yang digunakan pada praktikum ini diantarany adalah nutrient agar, nanas,

sukrosa, asam cuka, urea, starter nata, akuades, air, larutan H2SO4, larutan NaOH, larutan

K2SO4, alkohol 95%, dan alkohol 70%.

B. Metode

Metode yang dilakukan pada praktikum ini adalah:

Cara kerja pembuatan Nata de pina

1. Buah nanas matang dikupas dengan menggunakan pisau, setelah bersih dari kulitnya kemudian nanas dipotong kecil dengan menggunakan talenan.

2. Nanas yang telah dipotong kecil, dimasukkan ke dalam blender dan diblender sampai halus.

3. Media sari nanas yaitu media sari nanas yang telah di blender, ditambahkan dengan air dengan perbandingan sari nanas : air yaitu 1 : 2 = 500 ml : 1000 ml.

4. Setelah itu, disaring dengan kain saring supaya diperoleh sari nanas yang terpisah dari ampas nanas.

5. Media sari nanas sebanyak 500 ml dipanaskan dan ditambahkan sukrosa, dengan variasi penambahan sukrosa sebanyak 6%, 8%, dan 10%, lalu didinginkan.

6. Kemudian dilakukan penambahan urea/ZA 0,5% seujung sendok teh dan asam cuka 1% secukupnya, kemudian diaduk dan diukur pH 4 – 6.

7. Sari nanas dituang pada media steril sebanyak 750 ml dan ditambahkan starter nata yakni Acetobacter xylinum sebanyak 10% dari volume sari nanas.

8. Wadah ditutup dengan koran steril agar tidak terkontaminasi dan ditempatkan pada posisi yang tidak mudah tergoyang.

9. Lalu diinkubasi selama 11 dan 15 hari pada suhu ruang.

Cara kerja analisis kadar serat

1. Nata ditimbang sebanyak 2 gram, lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan 200 ml H2SO4 (0,255 N) mendidih dan ditutup dengan kain.

2. Suspensi disaring dengan kertas saring, kemudian dicuci dengan akuades mendidih.

Page 5: PRODUKSI SELULOSA OLEH Acetobacter xylinum

3. Residu dimasukkan lagi ke dalam erlenmeyer dan dicuci dengan NaOH mendidih.4. Residu disaring dengan kertas saring sambil dicuci dengan KSO4 10%, residu dicuci

dengan akuades mendidih dan 15 ml alkohol 95%.5. Kemudian dikeringkan di oven, lalu ditimbang berat residu.

Uji organoleptik produk nata de pina

1. Produk nata yang telah diperoleh diuji organoleptik dengan pengamatan warna, rasa, aroma, tekstur, dan kesukaan.

2. Tingkat kesukaan diukur dengan skala hedonik, Sangat suka : 4Suka : 3Tidak suka : 2Sangat tidak suka : 1

Identifikasi bahaya produk

1. Bahan yang digunakan selama proses pembuatan nata de pina ditulis kembali2. Proses pembuatan nata de pina serta kemungkinan resiko secara kimia, fisika, dan

biologi ditulis kembali.3. Semua data dimasukkan ke dalam tabel resiko produk. Hasil tabel diinterpretasikan.

Pengamatan makromorfologi

1. cairan diambil 1 ml dan dilarutkan ke dalam 9 ml akuades steril, kemudan dialkukan pengenceran bertingkat hingga 10-4

2. pengenceran terakhir diplatting duplo pada media Nutrient Agar. Setelah itu, diinkubasi pada suhu ruang selama 48 jam.

3. Pengamatan makromorfologi dilakukan dengan mengamati warna, bentuk, ukuran, margin, permukaan koloni yang tumbuh. Pengamatan dilakukan dengan mikroskop.

Page 6: PRODUKSI SELULOSA OLEH Acetobacter xylinum
Page 7: PRODUKSI SELULOSA OLEH Acetobacter xylinum

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 3. 1 Data Kadar Serat Nata de pina

Kelompok Rombongan I Rombongan II

Berat awal (g)

Berat akhir (g)

Kandungan serat

Berat awal (g)

Berat akhir (g)

Kandungan serat

1 0,863 0,923 3,3 % 0,851 0,930 4,4 %

2 0,871 0,940 3,8 % 0,871 0,982 5,9 %

3 0,81 0,889 4,6 % 0,832 0,920 5 %

4 0,85 0,935 4,7 % 0,833 0,905 4,1 %

5 0,828 0,988 8,8 % 0,862 0,97 5,8 %

6 0,833 0,808 -1,5 % 0,830 1,02 10,2 %

7 0,833 0,942 6,1 % 0,834 1,05 11,4 %

Keterangan :

- rumus kandungan serat = (berat akhir – berat awal) : (berat awal + berat akhir) x 100%

- Inkubasi rombongan I : 11 hari dan rombongan 2 : 15 hari

Tabel 3.2 Pengamatan Makromorfologi Acetobacter xylinum

No Pengamatan Makromorfologi (10-4) keterangan

1 Warna Putih susu

2 Margin Rata

3 Kenampakan permukaan koloni Mengkilat

4 Bentuk Sirkuler

5 Ukuran Large

6 Elevasi Raised

Tabel 3.3 Uji Organoleptik Produk Nata de coco

No Uji Organoleptik Nilai Skala Hedonik

1 Tekstur 4

2 Warna 3

Page 8: PRODUKSI SELULOSA OLEH Acetobacter xylinum

3 Rasa 2

4 Aroma 2

Tabel 3.4 Identifikasi Bahaya dan Cara Pencegahannya

No Bahan Baku Bahaya B/K/F Jenis Bahaya Cara Pencegahan

1 Nanas B Hama Pemberian pupuk organik atau pengendalian dengan menggunakan agen hayati

K Pestisida Melakukan pencucian sebelum dikonsumsi

F Kulit masih tertinggal

Melakukan proses pengupasan secara sempurna sebelum dikonsumsi

2 Air B Bakteri coliform

Tidak menggunakan air kotor, melakukan proses ultrafiltrasi, melakukan proses ozonisasi atau dengan sterilisasi terlebih dahulu

K Logam berat Tidak menggunakan air kotor, melakukan ultrafiltrasi, melakukan proses ozonisasi atau dengan sterilisasi terlebih dahulu

3 Gula B Semut Penempatan gula dipastikan pada tempat yang aman terhindar dari jangkauan semut

F Benang, rambut, debu atau kotoran

Tidak menyimpan gula pada tempat yang kotor atau tidak bersih

K Logam berat Menggunakan jenis gula yang bersih yang bebas dari kontaminan logam berat

4 Cuka K Logam berat Menggunakan cuka yang bermutu dan berkualitas baik yang bebas dari kontaminan

5 Urea K Logam berat Menggunakan urea yang bermutu dan berkualitas baik yang bebas dari kontaminan

6 H2SO4 K Logam berat Menggunakan H2SO4 yang

Page 9: PRODUKSI SELULOSA OLEH Acetobacter xylinum

bermutu dan berkualitas baik yang yang bebas dari kontaminan

7 NaOH K Logam berat Menggunakan NaOH yang bermutu dan berkualitas baik yang bebas dari kontaminan

8 K2SO4 K Logam berat Menggunakan K2SO4 yang bermutu dan berkualitas baik yang bebas dari kontaminan

9 Alkohol K Logam berat Menggunakan KSO4 yang bermutu dan berkualitas baik yang bebas dari kontaminan

Keterangan - K = kimia

- B = biologi- F = Fisika

Tabel 3.5 Analisis Resiko Bahaya

No Bahan Kelompok Bahaya Kategori Resiko

A B C D E F

1 Nanas x X Berbahaya jika kulitnya belum terkelupas sempurna

2 Air X X Bahaya jika mengandung bakteri dan logam berat

3 Gula X X Bahaya jika ada logam berat

4 Urea X X Bahaya jika ada logam berat

5 H2SO4 X X Bahaya jika ada logam berat

6 Cuka X X Bahaya jika ada logam berat

7 NaOH X X Bahaya jika ada logam berat

8 K2SO4 X X Bahaya jika ada logam berat

9 Alkohol x x Bahaya jika ada logam berat

Keterangan Tingkat Bahaya :

A : Makanan untuk konsumen beresiko tinggi (antara lain pasien)

B : Mengandung bahan yang sensitif terhadap bahaya biologis/ kimia/ fisik

C : Tidak ada tahap untuk mencegah atau menghilangkan bahaya

Page 10: PRODUKSI SELULOSA OLEH Acetobacter xylinum

D : kemungkinan mengalami kontaminasi setelah pengolahan

E : kemungkinan penanganan yang salah selama distribusi atau konsumsi

F : tidak ada cara mencegah atau menghilangkan bahaya oleh konsumen

Gambar 3.1 Spread Plate Sari Nata Gambar 3.2 Nata de coco

Gambar 3.3 pH 3 Air Nata de coco Gambar 3.4 Inkubasi Nata de coco 14 hari

Page 11: PRODUKSI SELULOSA OLEH Acetobacter xylinum

B. Pembahasan

Menurut montealegre et al (2012), selulosa adalah salah satu bahan yang melimpah di bumi. Selulosa tanaman terikat dengan lignin, selulosa murni dari tanaman yang sulit didapat. Nata de coco berasal dari air kelapa merupakan salah satu bentuk dari selulosa yang diproduksi oleh Acetobacter xylinum. Nata de coco dapat dijadikan sebagai media imobilisasi produksi bioetanol secara terus menerus karena memiliki kekuatan struktural dan efektivitas biaya.

Bakteri selulosa merupakan polisakarida yang dihasilkan oleh beberapa strain Acetobacter, yang memiliki khas sifat fisik dan kimia, seperti pita selulosa ulthratin, polimerisasi tingkat tinggi,dan kristalinitas. Bakteri selulosa terdapat lignin dan hemiselulosa, memiliki elastisitas yang tinggi, dan mampu membiodegradasi. Adapun produksi yang baik dari bakteri selulosa oleh Acetobacter, memerlukan media kultur diperkaya dengan karbohidrat,protein, vitamin, garam anorganik, dan magnesium yang sangat penting untuk metabolisme sel. Unsur unsur tersebut sangat penting untuk pertumbuhan dan produksi selulosa (Denise, 2013).

Acetobacter xylinum menghasilkan dua bentuk selulosa. Struktur bakteri selulosa microfibial sebagian besar bersifat kuat dengan daya renggang yang tinggi,tingkat polimerasi yang tinggi dan indeks kristalinitas yang tinggi. Bakteri selulosa digunakan sebagai makanan diet seperti nata. Produksi selulosa untuk nilai produk yang tinggi dapat dengan biaya yang tidak terlalu tinggi. Kerja Acetobacter selulosa tergantung dalam memilih kinerja yang baik. A. xylinum telah diterapkan sebagai mikroorganisme untuk studi dasar dan terapan produksi selulosa. Bakteri ini bersifat gram negatif yang menghasilkan selulosa dalam bentuk pita seluler sebagai bagian dari metabolit primer. Bakteri ini tumbuh dan menghasilkan selullosa dari berbagai substrat dan tanpa akivitas selulase (Prashant, 2009).

Acetobacter xylinum merupakan bakteri asam asetat yang bersifat gram negatif, aerob, berbentuk batang, non motil, suhu optimum pertumbuhannya 25 – 30 C dan mampu mengoksidasi etanol menjadi asam asetat pada pH 4,5 (Madigan et al, 1997). Proses pembuatan nata oleh bakteri A. xylinum merupakan kegiatan sintesa selulosa yang dikatalis oleh enzim pensintesis selulosa yang terikat pada membran sel bakteri. Penguraian atau fermentasi gula dilakukan melalui jalur heksosa monofosfat dan siklus asam sitrat (Susilawati dan Mubarik, 2002). Acetobacter merupakan bakteri yang menghasilkan serat – serat selulosa yang sangat halus. Serat – serat ini dapat membentuk suatu jaringan pada lapisan permukaan antara udara dan cairan yang disebut polikel. Polikel inimemiliki ketebalan kira – kira 10 mm bergantung pada masa pertumbuhan mikroba. Polikel yang berada pada permukaan udara cairan ini terdiri atas pita – pita yang mengandung kristalin yang tinggi. Pita – pita tersebut memiliki lebar 40 – 100 nm, namun panjangnya sulit diukur karena membentuk jaringan yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Pita tersebut tersusun atas bagian mikrofibril yang berhubungan melalui ikatan hidrogen (Figini,1982).

Nata merupakan jenis makanan yang diperoleh dari hasil fermentasi oleh bakteri Acetobacter xylinum. Nata pada umumnya berbentuk padat, putih, kenyal, dan transparan misalnya Nata de coco. Kandungan terbesarnya adalah air, karena itu produk ini dipakai sebagai sumber makanan rendah kalori umtuk program diet. Disamping itu nata juga

Page 12: PRODUKSI SELULOSA OLEH Acetobacter xylinum

mengandung serat yang sangat diperlukan tubuh. Pembuatan nata pada prisipnya adalah pembentukan selulosa melalui fermentasi gula oleh bakteri A. xylinum (Kadir,2003).

Bakteri A. xylinum yang ditumbuhkan pada medium yang mengandung gula akan menggunakan sebagian glukosa untuk aktivitas metabolisme dan 19% gula menjadi selulosa (Mandel, 2004). Gula atau sukrosa adalah jenis gula yang paling melimpah ketersediannya, yang dapat diperoleh dari ekstrasi tebu, umbi, bit, nira palem, dan nira pohon maple. Sukrosa dapat dimanfaatkan A. xylinum sebagai sumber karbon karena mudah dihidrolisis sehingga sifatnya tersedia untuk metabolisme dan memperbanyak sel (Muchtadi et al,I1997).

Pertumbuhan bakteri pembentuk nata dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tingkat keasaman medium, suhu fermentasi, lama fermentasi, sumber nitrogen, sumber karbon, dan konsentrasi starter. Lama fermentasi pembentukan nata oleh bakteri A. xylinum berkisar antara 8 – 14 hari. Sumber karbon dapat digunakan gula dari berbagai macam jenis seperti glukosa, sukrosa, fruktosa, ataupun maltosa dan untuk mengatur pH dgunakan asam asetat (La Teng, 1999).

Salah satu untuk menjamin produk yang akan dipasarkan yaitu dengan menggunakan sistem pengendalian kualitas keamanan pangan yang mempunyai tujuan dan thapan jelas, yaitu metode Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP). Metoda HACCP menurut definisi yang dikemukakan BSN yaitu “Suatu sistem yang mengidentifikasi, mengevaluasi dan mengendalikan bahaya yang nyata bagi keamanan pangan”. Sistem HACCP melakukan analisis dan pengendalian secara seksama terhadap bahaya atau resiko biologis, kimia, dan fisika dari bahan baku produksi, pengadaan dan penanganan dalam manufakturing, distribuasi dan konsumsi dari produk akhir, sehingga diharapkan perusahaan dapat mencegah terjadinya bahaya sebelum makanan sampai ke konsumen. Metode HACCP adalah metode pengendalian kualitas pangan yang telah diakui oleh dunia internasional (Puti et al, 2012). HACCP dapat menerapkan tujuh prinsip HACCP dengan tahapan sebagai berikut (Thaheer (2005) dalam Puti et al, 2012) :

- Prinsip 1 : berkaitan dengan analisa bahaya- Prinsip 2 : menentukan Titik Kendali Kritis (TKK)- Prinsip 3 : menetapkan batas kritis pada tiap TKK- Prinsip 4 : menetapkan sistem pemantauan dan pengendalian TKK- Prinsip 5 : menetapkan tindakan perbaikan yang dilakukan jika hasil

pemantauan menunjukkan bahwa suatu titik kendali kritis tertentu tidak dapat terkendali

- Prinsip 6 : menetapkan prosedur verifikasi untuk memastikan bahwa sistem HACCP bekerja secara efektif

- Prinsip 7 : penetapan dokumentasi mengenai semua prosedur dan catatan yang sesuai dengan prinsip – prinsip dan penerapannya.

Pengujian keadaan nata dalam kemasan menurut SNI (1996), keadaan normal. Produk lembaran nata mentah, mempunyai bau asam yang dihasilkan oleh bakteri Acetobacter xylinum. Nata mentah mempunyai warna putih, bertekstur kenyal dan tidak terdapat bahan asing. Kandungan serat panngan yang terdapat pada nata dalam kemasan (SNI 1996) mempunyai kandungan serat maksimal sebesar 4,5%. Secara umum nata

Page 13: PRODUKSI SELULOSA OLEH Acetobacter xylinum

merupakan makanan berserat harus mengandung kadar serat yang tinggi, namun kadarnya tidak boleh terlalu tinggi karena akan mengakibatkan nata menjadi keras dan sulit digigit.

Analisis bahaya yang terdapat pada bahan baku pembuatan nata adalah bahaya berupa biologi, kimia maupun fisik. Cara pengendalian bahaya kimia tersebut yaitu dengan melakukan pemilihan bahan baku yang bermutu dan berkualitas yang baik terbebas dari kontaminasi bahaya. Cara pencegahan bahaya biologi dapat dilakukan sterilisasi dan ultrafiltrasi pada bahan. Cara pencegahan bahaya fisik yaitu melakukan sortasi sebelum bahan tersebut digunakan dalam proses pembuatan nata.

Berdasarkan hasil praktikum maromorfologi Acetobacter xylinum memiliki warna putih susu, margin rata, permukaan mengkilat, ukuran large, elevasi raised, dan bentuk sirkuler. Hal tersebut tidak sesuai pustaka menurut Madigan et al (1997) bahwa bakteri tersebut berbentuk batang. Hal ini terjadi mungkin karena saat pengamatan tidak menggunakan mikroskop dengan perbesaran yang lebih jelas.

Page 14: PRODUKSI SELULOSA OLEH Acetobacter xylinum

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulam

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1. Acetobacter xylinum merupakan bakteri asam asetat yang mampu memecah gula

untuk sintesis selulosa.

2. Sukrosa dimanfaatkan oleh bakteri dalam pembuatan nata yaitu sebagai sumber

karbon dan untuk metabolisme sel bakteri.

3. Lama fermentasi sangat mempengaruhi n\pembuatan nata, umumnya berkisar 8 – 14

hari.

B. Saran

Sebaiknya bahan pembuatan nata harus bermutu dan berkualitas baik agar tidak

terkena kontaminan. Alat dan bahan yang digunakan harus disterilisasi terlebih dahulu.

Page 15: PRODUKSI SELULOSA OLEH Acetobacter xylinum

DAFTAR REFERENSI

Badan Standarisasi Nasional – BSN, SNI 01 – 4317 – 1996, Nata dalam Kemasan, Jakarta.

Denise. M. A, Rosilene. A. P, Adriel. F da. F, Adenise L. Woiciechwski, Gilvan W. 2013. Minerals Consumption by Acetobacter xylinum on cultivation medium on coconut water. Brazilian Journal of Microbiology 44, 1, 197-206.

Feri, Manoi. 2007. Penambahan Ekstrak Ampas Nenas Sebagai Medium Campuran pada Pembuatan Nata de Cashew. Bul. Litro, Vol. XVIII, No. 1.

Figini M. 1982. Cellulose and Other Nature Polymer System. Plenum. New York.

Kadir, S. 2003. Karakteristik Nata de Coco dari Starter Ampas Nenas Melalui Penambahan Sukrosa dan Keasaman Medium. Journal Agroland 10 : 145 – 150.

La Teng, P. N. 1999. Mengenal “nata de coco”. Balai Industri Ujung Pandang.

Madigan M.T, Mantiko J.M, Parker J. 1997. Brock Biology of Microorganism. Edisi ke – 8, New Jersey : Pretince Hall.

Montealegre C.M, E.C. Dionisio, L.V. Sumera, J. R.T. Adolacio, and R.I.D.E Leon. 2012 . A Comparison Between the Performance of S. cerevisiae Cells Immobilized in Nata de coco Biocellulose and Calcium Alginate During Continuous Bioethanol Production. International Journal of Chemical Engineeering and Applications, Vol. 3 No.4.

Muchtadi D.,Palupi NS., Astawan M. 1992. Metode Kimia Biokimia dan Biologi dalam Evaluasi Nilai Gizi Pangan Olahan. Bogor. IPB.

Pingkan A. dan Kusnadi. 2003. Kultur Campuran dan Faktor Lingkungan Mikroorganisme yang Berperan dalam Fermentasi “Tea-Cider”. Proc. ITB Sains & Tek. Vol. 35A, No. 2, 147 – 162.

Prashant R. Chawla, Ishwar B. B, Shrikant A. S. and Rekha S. S. 2009 . Microbial Cellulose : Fermentative Production and Application, Food Technol. Biotechnol. 47 (2) 107 – 124.

Puti R, Rakhmat C, dan Rima U. 2012. Upaya Meningkatkan Pengendalian Kualitas Keamanan Pangan UKM Melalui Penerapan Prinsip Hazard Analysis & Critical Control Points (HACCP). Prosiding SnaPP : Sains, Teknologi, dan Kesehatan.

Sri M, Iskandar, M. Zaki, Umi F, Indah S, Juchairawati. 2010. Pembuatan Film Selulosa dari Nata de Pina. Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan. Vol. 7, No. 3, hal. 105 – 111.

Susilawati L, Mubarik N.R. 2002. Pembuatan Nata de Coco dan Nata de Radia. Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Biologi FMIPA IPB. Bogor.