Produksi Protein Sel Tunggal Pada Mikroba Tanpa Befotosintesa
-
Upload
rina-wulandari -
Category
Documents
-
view
7 -
download
0
description
Transcript of Produksi Protein Sel Tunggal Pada Mikroba Tanpa Befotosintesa
A. Produksi Protein Sel Tunggal Pada Mikroba Tanpa Befotosintesa
Mikroba tidak berfotosintesa yang dibiakkan untuk memproduksi
protein sel tunggal ialah seperti bakteri, kapang, ragi, dan jenis jamur lain.
Mikroba ini hidup aerobosis dan karena itu harus cukup suplai oksigen agar
bisa tumbuh karena termasuk karbon organis dan sumber energi. Selain itu juga
merupakan sumber nitrogen, fosfor, sulfur, dan unsur mineral, yang
sebelumnya disebut-sebut hanya diperlukan untuk pertumbuhan ganggang.
Pengubahan senyawa organik menjadi protein sel tunggal oleh mikroba
yang tidak berfotosintesa dapat dibuat skemanya dengan persamaan reaksi
berikut :
Karbon organik + nitrogen + mineral bahan nutrisi + oksigen → Protein sel
tunggal + karbon dioksida + air panas
1. Bakteri
Banyak spesies bakteri yang baik untuk memproduksi protein sel
tunggal. Salah satu ciri bakteri yang cocok untuk ini ialah tumbuhnya
cepat, waktu berbiakannya pendek, masa selnya kebanyakan dapat jadi dua
kali lipat dalam waktu 20 menit sampai 2 jam. Sebagai bandingan, waktu
berbiak ragi adalah 2 sampai 3 jam, dan kapang serta jamur tinggi 4 sampai
16 jam.
Bakteri juga dapat tumbuh pada berbagai bahan mentah, mulai dari
karbohidrat seperti pati dan gula, sampai hidrokarbon dalam bentuk gas
atau cairan seperti metan dan fraksi minyak bumi, sampai pada petrokimia
seperti metanol dan etanol. Sumber nitrogen yang baik bagi pertumbuhan
bakteri ialah seperti amonia, garam aminium, urea nitrat, dan nitrogen
organik dalam limbah. Harus ada tambahan bahan mineral ditambahkan ke
dalam pembiakan, agar bahan nutrisi dapat menutupi kekurangan yang
dalam air alami mungkin kadarnya tidak cukup menunjang pertumbuhan.
Spesies bakteri yang tampaknya lebih banyak memproduksi protein
sel tunggal, paling baik tumbuh dalam media yang sedikit asam netral,
dengan pH 5 sampai 7. Bakteri itu juga harus dapat toleran terhadap suhu
dalam rentang 35 sampai 45° C, karena panas dilepaskan selama bakteri itu
tumbuh. Menggunakan strain yang toleran terhadap suhu akan menghemat
banyak sekali biaya untuk mendinginkan air. Pembiakan harus dijaga agar
selalu dingin, karena fermentasi disini perlu suhu rendah. Spesies bakteri
tak dapat digunakan untuk memproduksi protein sel tunggal, jika itu
bersifat patogen bagi tumbuhan, hewan, atau manusia.
Protein sel tunggal dalam bakteri dapat dihasilkan dengan sistem
adonan konvensional. Dalam sistem ini semua bahan nutrisi dimasukan
sekaligus kedalam fermentor. Sel-sel dipanen jika mereka menggunakan
bahan nutrisi dan berhenti tumbuh. Namun dalam metoda produksi yang
lebih maju, bahan nutrisi disuplai dengan sistem kontinyu (terus-menerus),
yang konsentrasinya sesuai dengan yang diperlukan untuk menunjang
pertumbuhan bakteri. Lalu sel-sel pun dipanen terus-menerus dengan
populasinya telah mencapai kerapatan yang diperlukan.
Adonan konsentrasi karbon dan sumber energi biasanya berkisar
antara 2 dan 10 persen. Dalam sistem yang kontinyu suplai sumber karbon
diatur sehingga konsentrasi dalam media tumbuh tidak melebihi yang
diperlukan bagi pertumbuhan selbakteri. Konsentrasi ini biasanya akan
lebih rendah daripada yang digunakan dalam sistem adonan.
Menjaga agar suasana steril selama memproduksi protein sel
tunggal, sangat penting, karena mikroba pencemar akan tumbuh sangat
cepat dalam media kultur. Udara masuk, media bahan nutrisi dan alat
fermentasi, harus disterilkan dalam seluruh proses protein sel tunggal
dalam bakteri. Suasana steril pun harus terus dijaga selama seluruh
kegiatan produksi.
2. Ragi
Ragi dapat ditumbuhkan pada beberapa macam substrat, meliputi
karbohidrat, baik yang kompleks seperti pati, maupun sederhana seperti
gula glukosa, suklrosa, dan laktosa. Selain itu sumber karbon, sumber
nitrogen diperlukan pula. Nitrogen diperoleh dengan menambahkan amonia
atau garam amonium ke media kultur. Bahan mineral juga perlu sebagai
tambahan.
Kebutuhan untuk memproduksi protein sel tunggal oleh ragi sama
dengan yang diuraikan untuk memproduksinya oleh bakteri. Ragi harus
memiliki waktu tumbuh sekitar 2 sampai 3 jam. Ia juga harus toleran
terhadap pH dan suhu. Secara genetis juga harus stabil, sehingga hasilnya
memuaskan. Tidak pula menyebabkan penyakit pada tumbuhan, hewan,
atau manusia.
Teknologi untuk memproduksi protein sel tunggal pada ragi juga
sama dengan pada bakteri. Fermentor yang tangkainya dilengkapi dengan
kincir pengaduk merupakan macam wadah yang paling banyak dipakai
untuk menghasilkan protein sel tunggal pada ragi, tapi fermentor
pengapungan udara dapat juga digunakan. Seperti pada kultur bakteri,
panas pun dilepaskan selama pertumbuhan ragi, dan fermentor haruslah
dilengkapi dengan sistem pendingin.
Fermentasi ragi dapat beroperasi dalam sistem adonan atau sistem
kontinyu atau dengan cara yang disebut “adonan yang disuplai bahan
nutrisi”. Pada adonan yang disuplai bahan nutrisi, makanan substrat dan
bahan nutrisi lain ditambahkan secara berangsur, yang jumlahnya cukup
untuk kebutuhan tumbuh ragi. Sementara itu harus dijaga agar konstrasi
bahan nutrisi setiap waktu selalu rendah. Metoda ini menghasilkan 3,5
sampai 4,5 persen produk berat kering, dibandingkan dengan 1,0 sampai
1,5 produk berat kering yang dihasilkan dengan sistem adonan. Sel yang
dihasilkan dengan sistem adonan yang disuplai bahan nutrisi dipanen
dengan cara seperti halnya jika diproduksi dengan adonan biasa.
Meskipun kultur sistem adonan dan sistem adonan yang diberi
bahan nutrisi telah digunakan dalam memproduksi ragi roti selama
bertahun-tahun, namun baru belakangan dapat dimonitor. Dengan
demikian, pH dan konsentrasi susbtrat disesuaikan dengan operasi sistem
kontinyu. Konsentrasi sel ragi sampai 16 persen (berat kering) diperoleh
dengan kultur sistem kontinyu.
Ragi memiliki keuntungan dibandingkan dengan bakteri untuk
memproduksi protein sel tunggal. Salah satu diantaranya, karena ragi
toleran terhadap lingkungan yang lebih asam, dengan pH berkisar antara
3,5 dan 4,5 bukan agak netral seperti yang diperlukan bakteri. Akibatnya,
proses ragi dapat berlangsung dalam media bersih tanpa harus steril, pada
pH 4,0 sampai 4,5. ini karena kebanyakan bakteri pencemar tak dapat
tumbuh dengan baik dalam media asam ini. Selain itu, diameter sel ragi
adalah sekitar 0,0005cm, dibandingkan dengan bakteri 0,0001 cm. Karena
besarnya, ragi itu dapat dipisahkan dari media tumbuh dengan cara
sentrifugal, tanpa memerlukan tahap penggumpalan.
Produksi protein sel tunggal pada ragi tergantung pada dipenuhinya
kebutuhan oksigen kultur yang sedang tumbuh dengan cara sentrifugal,
tanpa memerlukan tahap penggumpalan. Produksi protein sel tunggal pada
ragi tergantung pada dipenuhinya kebutuhan oksigen kultur yang sedang
tumbuh. Ragi yang tumbuh pada karbohidrat biasanya memerlukan sekitar
1 kilogram berat kering sel dan jika ditumbuhkan pada hidrokarbon
diperlukan sekitar dua kali lebih banyak. Udara, yang disterilkan melalui
suatu filter, dimasukkan ke dalam fermentor melalui layar atau pipa yang
berlobang-lobang pada dasar wadah, atau dengan pemasukan udara lewat
roda berputar, atau juga memalui pengapung udara, seperti digunakan
untuk mengkultur sel bakteri.
Protein sel tunggal pada ragi dapat dihasilkan dalam suasana steril,
maupun dalam suasana bersih tapi tak steril. Pada adonan biasa, atau
adonan yang disuplai bahan nutrisi yang tidak perlu steril, sumber
energinya dipakai karbohidrat. Media disterilkan dengan cara mengalirkan
melalui pertukaran panas, lalu dimasukkan ke dalam fermentor yang bersih.
Pengontrolan pencemaran dilakukan ke dalam fermentor yang bersih.
Pengontrolan pencemaran dilakukan dengan mengatur pH media pada 4,0
sampai 5,0, pemasukan udara yang steril, dan besar populasi mikroba
pencemar yang sedikit. Pada beberapa fermentasi ragi sistem kontinyu yang
menggunakan hodrokarbon atau etanol sebagai substrat, perlu suasana steril
sempurna, agar didapat hasil memuaskan dan bermutu.
3. Kapang dan Jamur Tinggi
Banyak macam jamur tinggi yang dimakan manusia. Cendawan
yang biasa dijual dipasar, Agaricus campestris adalah satu contoh.
Cendawan ini ditumbuhkan pada manur (kotora kandang ternak) atau
kompos. Orang jepang menanam cendawan shiitake, Cortinelhus
berkelyanus pada balok jenis kayu tertentu yang telah diinokulasi dengan
suspense spora jamur. Di Cina, jamur merang Volvaria volvacea dibiakan
pada jerami padi yang dibasahi, setelah diinokulasi dengan spora jamur ini..
Banyak bahan makanan yang diragikan, seperti beras, ikan, kedelai
yang dihasilkan di Asia dengan bantuan kapang. Kapang lain yang
berperan dalam menu manusia ialah seperti Trichosporon pullulans, yang
biasa ditanam orang selama perang dunia I. kapang ini ditanam pada wadah
yang berisi media cair yang mengandung gula. Mycelium, yaitu, jalinan
benang yang terbentuk ketika kapang itu tumbuh dan kaya akan lemak, lalu
dipanen, dan dipakai sebagai saus.
Produksi protein sel tunggal pada kapang sekarang ini memakai
metoda yang sama dengan yang dipakai untuk membuat bahan sama pada
ragi. Gula sederhana atau bahan mentah yang mengandungnya cocok
sebagai substrat bagi berbagai macam kapang. Konsentrasi karbohidrat
dalam media biakan biasanya sekitar 10 persen. Sebagai sumber nitrogen
dan tambahan mineral yang dimasukkan kedalam media, biasa dipakai
amonia atau garam amonium.
Angka pertumbuhan kapang dan jamur tinggi yaitu waktu tumbuh
antara 4 sampai 16 jam, biasanya lebih rendah daripada bakteri dan ragi.
Kapang dan jamur tinggi tumbuh subur pada suhu 25 sampai 360C dan
pada pH 3,0 sampai 7,0. Namun kebanyakan ditanam pada pH dibawah 5,0.
Ini perlu untuk mengurangi sebanyak mungkin pencemaran bakteri.
Sistem adonan atau sistem gabungan adonan yang diberi bahan
nutrisi, atau system kontinyu, dapat diapakai untuk memproduksi protein
sel tunggal. Kebanyakan pada proses dengan system adonan, akan
mendapat hasil paling baik jika fermentornya diberi udara secara
konvensional. Operasinya dilakukan dalam suasana steril jika produk itu
untuk makan manusia. Tapi, jika untuk konsumsi hewan, dapat diproduksi
dalam lingkungan bersih tanpa harus disterilkan. Seperti fermentasi lain,
pendinginan harus dilakukan pula, untuk mengimbangi panas yang
terbentuk selama pertumbuhan kapang.
Kapang dan jamur tinggi, jika dikultur dalam fermentor yang diberi
udara, dapat tumbuh dalam bentuk benang atau pellet, tergantung pada
spesies yang ditanam dan suasana pemberian udara.
Ini dapat menyederhanakan cara pengambilan produknya, karena
mycelium yang berbnetuk benang atau pellet dapat dengan mudah
dipisahkan dari media dengan cara menapis atau dengan menggunakan
saringan vakum yang berputar, atau dengan saringan yang bertekanan biaya
rendah. Namun tangki yang diaduk secara mekanis tidak cocok bagi
pertumbuhan mirkoba, karena benang kapang dapat terkonsentrasi sekitar
pengaduk dan tidak tersebar rata pada seluruh media kultur. Penggunaan
fermentor yang didalamnya pemberian udara juga bertindak sebagai
pengaduk dapat mencegah masalah ini.
Beberapa perusahaan telah mengembangkan proses untuk
memproduksi protein sel tunggal pada kapang. Di inggris, Ranks Hovis
McDougall Ltd membuat produk yang disebut Mycoprotein pada kapang
Fusarium graminearum, untuk dipasarkan sebagai makanan manusia.
Sumber energy untuk makanan kapang itu adalah glukosa, dan waktu
tumbuhnya sekitar 5,5 jam. Hasilnya sekitar 0,5 kilogram berat kering sel
untuk tiap kilogram gula yang terpakai.
Bahan perlu diolah lagi untuk menurunkan kadar asam ribonukleat
yang dikandungnya, karena konsumsi bagi orang jika lebih dari 2 gram/hari
dapat menimbulkan sakit batu ginjal atau encok. Setelah disaring,
lempengan mycelium benang dapat ditandai dari baunya yang harum, dan
dibuat menjadi produk yang mirip dengan daging ayam yang putih, dengan
kadar protein 45%. Kapasitas pabrik Ranks Hovis McDougall itu sekitar 50
sampai 100 ton tiap tahun. Namun kini produk ini hanya menghasilkan
sedikit untuk pengamatan uji pasar di inggris.
Pada tahun 1960-an berbagai proses dikembangkan untuk
memproduksi mycelium cendawan yang digunakan sebagai bumbu
pengharum makanan. Banyak diantara pabrik jamur itu, bukan hanya
sebagai sumber protein sel tunggal, tetapi juga untuk membantu
membersihakn ampas dari tempat pemrosesan makanan dan industry
(ICAITI) di Guatemala telah menyelidiki penggunaan jamur Trichoderma
harzianum untuk membersihkan ampas dari limbah pabrik pemrosesan
kopi di El Salvador, sementara itu didapat protein sel tunggal untuk
tambahan hewan. System itu beroperasi dalam suasana non-steril.
Kandungan produk mikroba dalam 24 jam meningkat menjadi 3,2
gram per liter dan mengandung 56% protein berat kering. Proyek
percobaan ini telah beroperasi sebagai unit percontohan.
Di Finlandia, the Finnish pulp and paper research institute dan
Tampela telah bekerja untuk mengembangkan proses ‘pekilo’, dengan
menggunakan jamur Paecilomyses varioti, dengan cairan limbah sulfit
sebagai medianya. Dengan demikian ini juga dapat mengurangi
pencemaran lingkungan. Fermentasi itu menghasilkan hampir 3 gram
mycelium jamur per liter media tumbuh tiap jam. Protein sel tunggal
didapat dengan cara menyaring, lalu dicuci dan dkeringkan. Produk itu
dapat dipakai sebagai makanan hewan, memiliki kandungan protein 55
sampai 60%. Pabrik milik Finlandia itu memiliki kapasitas produk 10.000
ton tiap tahun, suatu kemampuan yang membuat pabrik itu menjadi
produsen terbesar protein sel tunggal pada jamur. Namun, suasana ekonomi
sekarang tidak memungkinkan untuk terus memproduksi protein pekilo itu.
Pemanfaatan limbah pertanian, kehutanan atau pemprosesan
makanan sebagai makanan hewan, dapat uga ditingkatkan dengan
penanganan substrat padat bagi jamur.dalam operasi ini, airnya dkeluarkan
dari substrat limbah. Sehingga terbentuk media setengah padat dengan
kelembaban 50 sampai 80%. Sebagai sumber nitrogen dan fosfor,
dimasukkan pupuk komersial.
Pengamat di Universitas Waterloo di Ontario, kanada, membuat
satu metoda untuk menggunakan jamur Chaetomium cellulolyricum untuk
mengubah karbohidrat dari selulosa yang terdapat dalam limbah pertanian,
kehutanan, atau pabrik kertas, menjadi produk protein sel tunggal.
Envirocon Ltd telah membangun satu pabrik percontohan di Vancouver,
Columbia inggris, berdasarkan proses yang dibuat di Waterloo, dan
memiliki kapasitas untuk memproduksi 1 ton protein sel tunggal tiap hari.
Bubur limbah pabrik pulp yang telah di sterilkan, di inkubasi dengan
C.cellulolyticum. kedalam fermentor dimasukkan pula bahan nutrisi tambahan
secukupnya. Fermentor ini berkapasitas 1.400 liter tiap 24 jam. Produk dari
fermentor ini lalu dipindahkan ke fermentor kedua, dengan kapasitas 14.000 liter.
Setelah 36 jam fermentasi selesai, dan produknya dipanen secara kontinyu. Untuk
tiap fermentor rata – rata didapat 0,5 kilogram protein sel tunggal, dan
mengandung 42% protein.