Inokulasi Mikroba, Pembuatan Nata, Mikroba Antagonis

50
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERAIRAN “INOKULASI MIKROBA” Disusun oleh: Faisal Pandu Laksmana 230110110060 Kelompok 4 PROGRAM STUDI PERIKANAN

Transcript of Inokulasi Mikroba, Pembuatan Nata, Mikroba Antagonis

Page 1: Inokulasi Mikroba, Pembuatan Nata, Mikroba Antagonis

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERAIRAN

“INOKULASI MIKROBA”

Disusun oleh:

Faisal Pandu Laksmana

230110110060

Kelompok 4

PROGRAM STUDI PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2012

Page 2: Inokulasi Mikroba, Pembuatan Nata, Mikroba Antagonis

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga

seluruh rangkaian kegiatan praktikum dengan judul “Pengenalan Peralatan Praktikum” dapat

terlaksana hingga pada tahap penyusunan laporan akhir ini. Salam dan shalawat atas

junjungan Nabiyyullah Muhammad SAW suri teladan bagi seluruh ummat manusia di muka

bumi.

Penyusunan laporan ini merupakan salah satu persyaratan dalam mengikuti kegiatan

praktikum berikutnya pada program studi Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,

Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terima

kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan yang sangat

berarti. Penyusun sepantasnya menghaturkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya

kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Eddy Afrianto, M.Si. selaku koordinator pengajar mata kuliah mikrobiologi

perikanan

2. Ibu Ir. Evi Liviawati, M.P selaku tim pengajar mata kuliah mikrobiologi perikanan

3. Asisten dosen praktikum mikrobiologi perikanan

Penyajian laporan ini, penyusun menyadari masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana

yang diharapkan. Sehigga penyusun sangat mengharapkan masukan berupa kritik dan saran

dari pembaca demi perbaikan dan penyempurnaan laporan akhir praktikum ini. Penyusun

sangat mengharapkan laporan hasil praktikum ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk

pengembangan ilmu dan teknologi perikanan.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih bagi pembaca dan sekaligus permohonan

maaf bila dalam penyusunan laporan akhir praktikum terdapat kekeliruan di dalamnya sebab

itu semua datangnya dari penulis dan bila terdapat kelebihan semata-mata datangnya dari

sang Khalik.

Jatinangor, Desember 2012

Faisal Pandu Laksmana

i

Page 3: Inokulasi Mikroba, Pembuatan Nata, Mikroba Antagonis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

Daftar Tabel

Hasil Praktikum 6

Daftar Gambar iii

MATERI

I. Pendahuluan 1

II. Tujuan Praktikum 1

III. Landasan Teori 1

IV. Peralatan dan Bahan 3

V. Prosedur Kerja 4

VI. Hasil dan Pembahasan 5

VII. Pendalaman 6

DAFTAR PUSTAKA 7

ii

Page 4: Inokulasi Mikroba, Pembuatan Nata, Mikroba Antagonis

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Cawan petri empat kuadran 4

Gambar 2. Metode gores 4

Gambar 3. Metode tusuk 5

Gambar 4. Hasil inokulasi pada medium agar lempeng 5

Gambar 5. Hasil inokulasi pada medium agar tegak 6

iii

Page 5: Inokulasi Mikroba, Pembuatan Nata, Mikroba Antagonis

INOKULASI MIKROBA

I. Pendahuluan

Mikroba berukuran sangat kecil sehingga sulit untuk diamati tanpa menggunakan

peralatan bantu. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mempelajari mikroba

adalah dengan melakukan inokulasi mikroba tersebut. Inokulasi adalah penanaman

mikroba dalam media buatan. Bila proses inokulasi dilakukan secara benar, mikroba akan

tumbuh dan berkembang sehingga mudah untuk diamati.

Selain untuk mempelajari mikroba, inokulasi juga berperan dalam peremajaan

maupun perbanyakan mikroba. Keberhasilan inokulasi berpengaruh positif terhadap

koleksi mikroba maupun pemanfaatan mikroba.

Inokulasi mikroba dapat dilakukan pada media kaldu atau media padat. Inokulasi

mikroba dengan media padat dapat dilakukan pada agar miring, tegak dan lempeng. Pada

media agar lempeng, proses inokulasi dapat dilakukan dengan menggunakan metode

gores (streak method), tuang (pour plate) dan hapus (swab method).

Pemilihan dan penentuan media inokulasi yang akan digunakan tergantung dari

tujuan inokulasi itu sendiri. Untuk kebutuhan produksi digunakan media kaldu sebagai

media inokulasi, sedangkan untuk tujuan peremajaan atau identifikasi mikroba digunakan

media padat.

II. Tujuan Praktikum

Setelah melaksanakan kegiatan praktikum, semua praktikan diharapkan dapat

memahami dan memiliki kemampuan untuk melakukan proses inokulasi mikroba.

III. Landasan Teori

Penanaman bakteri atau biasa disebut juga inokulasi adalah pekerjaan

memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat

ketelitian yang sangat tinggi. Untuk melakukan penanaman bakteri (inokulasi) terlebih

dahulu diusakan agar semua alat yang ada dalam hubungannya dengan medium agar tetap

steril, hal ini agar menghindari terjadinya kontaminasi.

Ada beberapa tahap yang harus dilakukan sebelum melakukan teknik penanaman

bakteri (inokulasi) yaitu :

1

Page 6: Inokulasi Mikroba, Pembuatan Nata, Mikroba Antagonis

1. Menyiapkan ruangan

Ruang tempat penanaman bakteri harus bersih dan keadannya harus steril agar tidak terjadi

kesalahan dalam pengamatan atau percobaaan .dalam labotarium pembuataan serum vaksin

dan sebagainya. Inokulasi dapat dilakukan dalam sebuah kotak kaca (encast) udara yang

lewat dalam kotak tersebut dilewatkan saringan melalui suatu jalan agar tekena sinar

ultraviolet.

2. Pemindahan dengan dengan pipet

Cara ini dilakukan dalam penyelidikan air minum atau pada penyelidikan untuk diambil 1 ml

contoh yang akan diencerkan oleh air sebanyak 99 ml murni.

3. Pemindahan dengan kawat inokulasi

Ujung kawat inokulasi sebaliknya dari platina atau nikel .ujungnya boleh lurus juga boleh

berupa kolongan yang diametrnya 1-3mm. Dalam melakukuan penanaman bakteri kawat ini

terlebih dahulu dipijarkan sedangkan sisanya tungkai cukup dilewatkan nyala api saja setelah

dingin kembali kawat itu disentuhkan lagi dalam nyala.

2.2 Teknik Inokulasi

Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengisolasi biakan murni mikroorganisme

yaitu:

2.2.1 Metode gores

Teknik ini lebih menguntungkan jika ditinjau dari sudut ekonomi dan waktu, tetapi

memerlukan ketrampilan-ketrampilan yang diperoleh dengan latihan. Penggoresan yang

sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Inokulum digoreskan di permukaan

media agar nutrien dalam cawaan petri dengan jarum pindah (lup inokulasi). Di antara garis-

garis goresan akan terdapat sel-sel yang cukup terpisah sehingga dapat tumbuh menjadi

koloni.

Cara penggarisan dilakukan pada medium pembiakan padat bentuk lempeng. Bila dilakukan

dengan baik teknik inilah yang paling praktis. Dalam pengerjaannya terkadang berbeda pada

2

Page 7: Inokulasi Mikroba, Pembuatan Nata, Mikroba Antagonis

masing-masing laboratorium tapi tujuannya sama yaiitu untuk membuat goresan sebanyak

mungkin pada lempeng medium pembiakan.

2.2.2 Metode tebar

Setetes inokolum diletakan dalam sebuah medium agar nutrien dalam cawan petridish dan

dengan menggunakan batang kaca yang bengkok dan steril. Inokulasi itu disebarkan dalam

medium batang yang sama dapat digunakan dapat menginokulasikan pinggan kedua untuk

dapat menjamin penyebaran bakteri yang merata dengan baik. Pada beberapa pinggan akan

muncul koloni koloni yang terpisah-pisah.

2.2.3 Metode tuang

Isolasi menggunakan media cair dengan cara pengenceran. Dasar melakukan pengenceran

adalah penurunan jumlah mikroorganisme sehingga pada suatu saat hanya ditemukan satu sel

di dalam tabung (Winarni, 1997).

2.2.4 Metode tusuk

Metode tusuk yaitu dengan dengan cara meneteskan atau menusukan ujung jarum ose yang

didalamnya terdapat inokolum, kemudian dimasukkan ke dalam media (Winarni, 1997).

IV. Peralatan dan Bahan

Dalam praktikum inokulasi mikroba diperlukan perlatan dan bahan utama sebagai

berikut:

4.1. Peralatan

Adapun peralatan utama yang dibutuhkan dalam proses inokulasi mikroba antara lain

adalah :

a) Tabung Reaksi, sebagai medium agar

b) Cawan Petri, sebagai medium pertumbuhan mikroba

c) Ose, untuk mengambil mikroba yang akan diinokulasi

d) Lampu Bunsen, untuk menjaga kesterilan selama proses inokulasi berlangsung

e) Inkubator, untuk menjaga suhu dan kelembaban medium pertumbuhan mikroba

3

Page 8: Inokulasi Mikroba, Pembuatan Nata, Mikroba Antagonis

4.2. Bahan

Bahan utama yang digunakan dalam proses inokulasi mikroba adalah kultur mikroba dan

media kultur.

V. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja yang harus dilakukan oleh praktikan adalah sebagai berikut :

1) Siapkan satu tabung reaksi berisi media agar tegak dan dua buah cawan petri yang

telah berisi media kultur agar steril

2) Gunakan spidol untuk membagi cawan petri menjadi empat kuadran dengan cara

menulis di bagian bawah cawan petri.

Gambar 1. Cawan petri empat kuadran

3) Sediakan biakan Lactobacillus spp. dan Acetobacter xylinum yang diperoleh dari

kegiatan praktikum sebelumnya.

4) Lakukan inokulasi biakan mikroba pada kuadaran tersebut dengan menggunakan

metode gores. Setiap mahasiswa melakukan inokulasi pada satu kuadran.

Gambar 2. Metode gores

5) Lakukan inokulasi pada media agar miring dan agar tegak, menggunakan ose yang

telah disterilisasi.

4

Page 9: Inokulasi Mikroba, Pembuatan Nata, Mikroba Antagonis

Gambar 3. Metode Tusuk

VI. Hasil dan Pembahasan

VI.1. Hasil

Data yang telah diperoleh selama kegiatan praktikum inokulasi disajikan dalam table

berikut ini.

Jenis Mikroba : Acetobacter Xylinum

Media Inokulasi Dokumentasi Deskripsi

Media Agar Lempeng

Gambar 4. Medium agar lempeng

Dari hasil inokulasi dengan

metode agar lempeng; pada

petridish yang pertama

ditemukan banyaknya

kontaminan dan tumbuh

jamur, sedangkan pada

petridish yang kedua

ditemukannya kontaminan

namun tidak tumbuh jamur,

mikroba yang diharapkan

tumbuh sangat sedikit tetapi

pada petridish pertama

ditemukan lebih banyak

mikroba dibandingkan

dengan petridish yang kedua

5

Page 10: Inokulasi Mikroba, Pembuatan Nata, Mikroba Antagonis

Media Agar Tegak

Gambar 5. Media Agar Tegak

Dari hasil inokulasi dengan

metode agar tegak, mikroba

yang diharapkan tumbuh

sedikit dan hanya ada pada

permukaan yang banyak

serta tidak ada ditemukannya

kontaminan

VI.2. Pembahasan

Praktikum ini adalah melakukan inokulasi mikroba pada media agar. Media agar

yang digunakan adalah media agar lempeng dan agar tegak masing-masing dengan

metode gores dan metode tusuk.

Dari hasil inokulasi mikroba yang kami lakukan, menunjukkan adanya

kontaminasi terhadap hasil percobaan. Kontaminasi ini disebabkan oleh beberapa

faktor:

a) Dari starter yang kami dapatkan terdapat bakteri kontaminan,

b) pada saat proses inokulasi pada medium agar dilakukan praktikan ataupun cara

melakukan inokulasi itu sendiri tidak steril (tangan praktikan dan meja kerja tidak

disemprotkan alkohol terlebih dahulu serta pada saat inokulasi dilakukan kurang

dekat dengan Bunsen),

c) pada alat inkubasi itu sendiri keadaannya tidak steril/terdapat bakteri kontaminan

VII. Pendalaman

1) Jenis mikroba apa saja (bakteri, jamur atau kamir/ragi) yang tumbuh pada media kultur

saudara ? Jelaskan mengapa saudara berkesimpulan demikian.

Jawab: Jenis bakterinya adalah Acetobacter xylinum. Karena kelompok kami

menggunakan starter nanas yang mana starter nanas secara alami menghasilkan bakteri

Acetobacter xylinum.

Lalu kontaminan yang tumbuh merupakan kesalahan praktikan, karena praktikan tidak

memperhatikan tentang kesterilan alat-alat praktikum.

6

Page 11: Inokulasi Mikroba, Pembuatan Nata, Mikroba Antagonis

2) Apakah pada media kultur tersebut mungkin tumbuh virus? Jelaskan jawaban saudara.

Jawab: Ya, karena banyak kontaminan yang terdapat pada hasil praktikum kami dan

mungkin salah satunya adalah virus.

3) Jelaskan mengapa terjadi kondisi seperti dijelaskan pada jawaban pertanyaan nomor 1

Jawab: Pada saat melakukan praktikum mungkin terjadi kesalahan prosedur serta

kurangnya perhatian terhadap ketelitian pengamatan media kultur.

4) Jelaskan tujuan utama inokulasi mikroba pada media agar tegak, agar miring dan agar

lempeng.

Jawab: Tujuannya yaitu untuk mengetahui pertumbuhan mikroba pada masing-masing

media dengan metode yang berbeda. Karena pada media agar tegak menggunakan metode

tusuk diharapkan mikroba dapat tumbuh pada bagian yang telah ditusuk, pada media agar

miring menggunakan metode gores untuk pertumbuhan mikroba, sedangkan pada media

agar lempeng menggunakan metode gores dengan terlebih dahulu membagi petridish

menjadi 4 kuadran dan setiap goresan harus saling terhubung antara goresan satu dengan

yang lainnya.

7

Page 12: Inokulasi Mikroba, Pembuatan Nata, Mikroba Antagonis

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, E. 2012. Modul Praktikum: Inokulasi Mikroba Program studi Perikanan,

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Sumedang: Universitas Padjadjaran

Buckle,K.A., J.A. Davey, M.J. Eyles, A.D. Hocking, K.G. Newton, and E.J. Stuttard.

1989. Foodborne Microorganisms of Public Health Significance. 4ed..  AIFST (NSW

Branch).Australia.

Dwidjoseputro, D. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan : Malang

Hadioetomo, R.S. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Gramedia, Jakarta.

Lay, B. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Pelczar, Michael J..1986. Dasar-dasar mikrobiologi. Jakarta: Universitas Indonesia

Waluyo, L. 2005. Mikrobiologi Umum. MM Press: Malang.

8

Page 13: Inokulasi Mikroba, Pembuatan Nata, Mikroba Antagonis

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERAIRAN

“PEMBUATAN NATA”

Disusun oleh:

Faisal Pandu Laksmana

230110110060

Kelompok 4

PROGRAM STUDI PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2012

Page 14: Inokulasi Mikroba, Pembuatan Nata, Mikroba Antagonis

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga

seluruh rangkaian kegiatan praktikum dengan judul “Pengenalan Peralatan Praktikum” dapat

terlaksana hingga pada tahap penyusunan laporan akhir ini. Salam dan shalawat atas

junjungan Nabiyyullah Muhammad SAW suri teladan bagi seluruh ummat manusia di muka

bumi.

Penyusunan laporan ini merupakan salah satu persyaratan dalam mengikuti kegiatan

praktikum berikutnya pada program studi Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,

Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terima

kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan yang sangat

berarti. Penyusun sepantasnya menghaturkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya

kepada :

4. Bapak Dr. Ir. Eddy Afrianto, M.Si. selaku koordinator pengajar mata kuliah mikrobiologi

perikanan

5. Ibu Ir. Evi Liviawati, M.P selaku tim pengajar mata kuliah mikrobiologi perikanan

6. Asisten dosen praktikum mikrobiologi perikanan

Penyajian laporan ini, penyusun menyadari masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana

yang diharapkan. Sehigga penyusun sangat mengharapkan masukan berupa kritik dan saran

dari pembaca demi perbaikan dan penyempurnaan laporan akhir praktikum ini. Penyusun

sangat mengharapkan laporan hasil praktikum ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk

pengembangan ilmu dan teknologi perikanan.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih bagi pembaca dan sekaligus permohonan

maaf bila dalam penyusunan laporan akhir praktikum terdapat kekeliruan di dalamnya sebab

itu semua datangnya dari penulis dan bila terdapat kelebihan semata-mata datangnya dari

sang Khalik.

Jatinangor, Desember 2012

Faisal Pandu Laksmana

i

Page 15: Inokulasi Mikroba, Pembuatan Nata, Mikroba Antagonis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

Daftar Tabel iii

Daftar Gambar iv

MATERI

I. Pendahuluan 1

II. Tujuan Praktikum 1

III. Landasan Teori 1

IV. Peralatan dan Bahan 3

V. Prosedur Kerja 3

VI. Hasil dan Pembahasan 4

VII. Pendalaman 5

DAFTAR PUSTAKA 7

ii

Page 16: Inokulasi Mikroba, Pembuatan Nata, Mikroba Antagonis

PEMBUATAN NATA

I. Pendahuluan

Meningkatnya kesejahteraan menjadikan masyarakat mulai melihat makanan bukan

sekedar menghilangkan rasa lapar, tetapi sudah dikaitkan dengan kesehatan. Nata disebut

sebagai makanan yang menyehatkan karena mengandung serat dalam jumlah besar.

Keberadaan serat dalam makanan dapat membentu proses pencernaan makanan. Manusia

membutuhkan serat untuk meningkatkan metabolisme makanan, sehingga dapat

meningkatkan kesehatan.

Nata merupakan produk pangan kaya serar, berwujud padat, berwarna putih

transparan dan bertekstur kenyal dengan kandungan air sekitar 98 persen. Proses

pembentukan nata berlangsung selama fermentasi karbohidrat, dimana akan terbentuk

lapisan selulosa. Selulosa merupakan produk hasil perombakan karbohidrat oleh

Acetobacter xylinum selama fermentasi.

II. Tujuan Praktikum

Praktikum ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman kepada praktikan mengenai

teknologi pembuatan nata menggunakan bakteri Acetobacter xylinum.

III. Landasan Teori

Kata nata berasal dari bahasa Spanyol yang berarti krim. Nata diterjemahkan ke

dalam bahasa Latin sebagai 'natare' yang berarti terapung-apung. Nata dapat dibuat dari

air kelapa, santan kelapa, tetes tebu (molases), limbah cair tebu, atau sari buah (nanas,

melon, pisang, jeruk, jambu biji, strawberry dan lain-lain). Nata yang dibuat dari air

kelapa disebut nata de coco. Di Indonesia, nata de coco sering disebut sari air kelapa atau

sari kelapa. Nata de coco pertama kali berasal dari Filipina. Di Indonesia, nata de coco

mulai dicoba pada tahun 1973 dan mulai diperkenalkan pada tahun 1975. Namun

demikian, nata de coco mulai dikenal luas di pasaran pada tahun 1981 (Sutarminingsih,

2004).

Nata diambil dari nama tuan Nata yang berhasil menemukan nata de coco. Dari

tangan tuan Nata, teknologi pembuatan nata mulai diperkenalkan kepada masyarakat luas

di Philiphina. Pada saat ini, Filiphina menjadi negara nomer satu di dunia penghasil nata.

Nat de coco dari Filiphina banyak diekspor ke Jepang (Warisno, 2006).

1

Page 17: Inokulasi Mikroba, Pembuatan Nata, Mikroba Antagonis

Nata de coco merupakan produk makanan yang dihasilkan dari air kelapa yang

mengalami proses fermentasi dengan melibatkan bakteri Acetobacter xylinum, sehingga

membentuk kumpulan biomassa yang terdiri dari selulosa dan memiliki bentuk padat,

berwarna putih seperti kolang-kaling sehingga sering dikenal sebagai kolang-kaling

imitasi. (diakses dari http://jatim.litbang.deptan.go.id/)

Pemberian nama untuk nata tergantung dari bahan baku yang digunakan. Nata de

pinna untuk yang berasal dari nanas, nata de tomato untuk tomat, serta nata de soya yang

dibuat dari limbah tahu (diakses dari http://www.kompas.com/).

Kandungan Gizi Nata

Menurut penelitian dari Balai Mikrobiologi, Puslitbang Biologi LIPI, di dalam 100

gram nata de coco terkandung nutrisi, antara lain : kalori 146 kal; lemak 20 g; karbohidrat

36,1 mg; Ca 12 mg; Fosfor 2 mg; dan Fe 0,5 mg. Nata juga mengandung air yang cukup

banyak (sekitar 80%), namun tetap dapat disimpan lama (diakses dari

http://jatim.litbang.deptan.go.id).

Kandungan gizi nata yang dihidangkan dengan sirup adalah sebagai berikut: 67,7 persen

air, 0,2 persen lemak, 12 mg kalsium, 5 mg zat besi, 2 mg fosfor, vitamin B1, protein,

serta hanya 0,01 mikrogram riboflavin per 100 gramnya.

Beberapa tindakan fortifikasi dengan vitamin (niasin, riboflavin, vitamin B1, dan

vitamin C) dan mineral (kalsium dan fosfor), telah dilakukan untuk meningkatkan nilai

gizinya. Bahan-bahan tambahan ini stabil pada suhu kamar selama 11 bulan atau lebih.

Karena kandungan gizi (khususnya energi) yang sangat rendah, produk ini aman untuk

dimakan oleh siapa saja. Produk ini tidak akan menyebabkan gemuk, sehingga sangat

dianjurkan bagi mereka yang sedang diet rendah kalori untuk menurunkan berat badan.

Keunggulan lain dari nata de coco adalah kandungan serat (dietary fiber)-nya yang cukup

tinggi, terutama selulosa.

Tanpa adanya serat dalam makanan, kita akan mudah mengalami gejala sembelit

atau konstipasi (susah buang air besar), wasir, penyakit divertikulosis, kanker usus besar,

radang apendiks, kencing manis, jantung koroner, dan kegemukan (obesitas). Dengan

adanya serat dari nata de coco atau bahan pangan lainnya, proses buang air besar menjadi

teratur dan berbagai penyakit tersebut dapat dihindari.

Walaupun nata de coco rendah kandungan gizinya, cara mengonsumsi yang salah

dapat menyebabkan kita menjadi gemuk. Proses menjadi gemuk tersebut tidak

disebabkan oleh nata de coco itu sendiri. Penyebabnya adalah sirup yang terlalu manis

2

Page 18: Inokulasi Mikroba, Pembuatan Nata, Mikroba Antagonis

atau bahan pencampur lainnya. Oleh karena itu, hindari mengonsumsi nata de coco

dengan campuran sirup yang terlalu manis atau bahan-bahan lain yang kaya kalori

(diakses dari http://www.kompas.com/).

IV. Peralatan dan Bahan

4.1. Peralatan

Adapun peralatan utama yang digunakan dalam pembuatan nata antara lain adalah :

1) Kompor gas, digunakan untuk memanaskan air cucian beras

2) Panci, digunakan sebagai wadah perebusan air cucian berasa

3) Saringan, digunakan untuk menyaring air cucian beras yang telah direbus

4) Wadah plastik, digunakan sebagai wadah air cucian beras yang telah direbus

4.2. Bahan

Adapun bahan utama yang digunakan dalam pembuatan nata antara lain adalah :

1) Air cucian beras, sebagai media tumbuh mikroba A. xylinum

2) Gula, sebagai bahan tumbuh mikroba A. xylinum

3) Cuka,

4) Starter berisi mikroba A. xylinum.

V. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja yang harus dilakukan oleh praktikan dari kelompok 4 s/d 8

dalam pembuatan nata adalah sebagai berikut :

5.1. Penyiapan Air cucian beras

Untuk menyiapkan air cucian beras yang akan digunakan sebagai media produksi

nata, lakukan tahapan sebagai berikut :

1) Saring air cucian beras. Lakukan perebusan sampai mendidih.

2) Tuang air cucian beras ke dalam wadah plastik hingga mencapai ketinggian 3 cm.

3) Tambahkan gula sebanyak 5 persen

4) Tambahkan satu sendok teh cuka

5) Aduk sampai rata.

3

Page 19: Inokulasi Mikroba, Pembuatan Nata, Mikroba Antagonis

5.2. Fermentasi Nata

Untuk melakukan fermentasi media produksi nata, lakukan tahapan sebagai berikut :

1) Setelah air cucian beras dalam wadah plastik menjadi dingin, lakukan penambahan

starter sebanyak 20 persen volume air cucian beras.

2) Tutup wadah plastik dengan menggunakan kertas coklat

3) Ikat dengan menggunakan karet atau benang dan biarkan selama seminggu

VI. Hasil dan Pembahasan

VI.1. Hasil

Setelah difermentasi selama seminggu, lakukan pengamatan terhadap ketebalan nata

dan lakukan penimbangan bobot nata yang telah ditiriskan. Hasil pengamatan dicatat

dalam tabel berikut :

Kelompok PerlakuanNata

Tebal (mm) Bobot (gram)

4 Ekstrak nenas

+ gula 60 %

Tebal lapisan atas : - (tidak

ada lapisan atasnya)

Tebal lapisan Tengah : 20

Tebal lapisan bawah : 10

181

5 Ekstrak nenas

+ gula 50 %

Tebal lapisan atas : 1

Tebal lapisan Tengah : 22

Tebal lapisan bawah : 8

269

6 Ekstrak nenas

+ gula 40 %

Tebal lapisan atas : 2

Tebal lapisan Tengah : 24,5

Tebal lapisan bawah : 9

334

7 Ekstrak nenas

+ gula 30 %

Tebal lapisan atas : 2 175

4

Page 20: Inokulasi Mikroba, Pembuatan Nata, Mikroba Antagonis

Tebal lapisan Tengah : 23

Tebal lapisan bawah : 10

8 Air Kelapa Tebal lapisan atas : 2

Tebal lapisan Tengah : 21

Tebal lapisan bawah : 11

161

VI.2. Pembahasan

Dari hasil kajian pustaka dapat dilihat bahwa nenas dapat djadikan bahan dasar (baku)

pembuatan nata . syarat bahan yang dapat dibuat nata, yaitu mengandung glukosa 10-15%

sehingga bakteri yang ditambahkan dapat tumbuh dengan baik .Buah nanas memiliki

persyaratan tersebut sehingga ekstrak buah nanas dapat dijadikan media tumbuhnya bakteri

Acetobacter xylinum.

Dari hasil kelompok kami (kelompok 4) tidak terdapat adanya lapisan putih di bagian

atas media agar. Hal ini terjadi karena larutan gula yang kami tambahkan terlalu tinggi

(60%). Ini mengakibatkan mikroba yang diharapkan menjadi semakin sedikit dibandingkan

dengan perlakuan yang berbeda setiap kelompoknya. Ini terlihat dari adanya lapisan-lapisan

yang tumbuh pada media agar, baik lapisan atas, tengah maupun bawah. Larutan gula yang

lebih sedikit pada kelompok lain menghasilkan lapisan-lapisan mikroba yang tumbuh lebih

banyak dibandingkan dengan hasil yang kami peroleh serta bobot dari nata nya itu sendiri

lebih besar.

VII. Pendalaman

1. Apakah semua starter yang digunakan berhasil menghasilkan nata? Jelaskan.

Jawab: Berhasil dengan tingkat keberhasilan yang berbeda-beda, ditandai dengan ada

lapisan putih yang disebut nata

5

Page 21: Inokulasi Mikroba, Pembuatan Nata, Mikroba Antagonis

2. Berdasarkan data inokulasi mikroba, dapatkan saudara mengaitkannya dengan

produksi nata dan menyimpulkannya?

Jawab: jenis starter dan perlakuan yang berbeda akan menghasilkan nata yang

berbeda pula baik ketebalannya maupun jumlah mikroba yang tumbuhnya.

3. Apakah perbedaan starter yang digunakan dalam pembuatan nata berpengaruh

terhadap produk nata yang dihasilkan.

Jawab: Berpengaruh terhadap cepat lambatnya terbentuknya nata, karena setiap starter

memiliki karakteristik yang berbeda, jika karakter tersebut sesuai dengan keadaan

optimum pertumbuhan bakteri, maka pembentukan nata pun akan berlangsung dengan

cepat.

4. Bardasarkan hasil pengamatan, starter mana yang mampu memberikan hasil nata

paling baik. Jelaskan mengapa demikian.

Jawab: Starter nanas dilihat dari pengamatan semua kelompok, nata dari starter nanas

terbentuk lebih tebal dibandingkan dengan starter air kelapa. Karena starter nanas

memiliki pH yang asam dan cocok untuk pertumbuhan optimum bakteri Acetobacter

xylinum.

6

Page 22: Inokulasi Mikroba, Pembuatan Nata, Mikroba Antagonis

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, E. 2012. Modul Praktikum: Inokulasi Mikroba Program studi Perikanan,

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Sumedang: Universitas Padjadjaran

Buckle,K.A., J.A. Davey, M.J. Eyles, A.D. Hocking, K.G. Newton, and E.J. Stuttard.

1989. Foodborne Microorganisms of Public Health Significance. 4ed..  AIFST (NSW

Branch).Australia.

Dwidjoseputro, D. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan : Malang

Hadioetomo, R.S. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Gramedia, Jakarta.

Lay, B. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Pelczar, Michael J..1986. Dasar-dasar mikrobiologi. Jakarta: Universitas Indonesia

Waluyo, L. 2005. Mikrobiologi Umum. MM Press: Malang.

http://jatim.litbang.deptan.go.id/ diakses pada 29 November 2012

http://www.kompas.com/ diakses pada 29 November 2012

7

Page 23: Inokulasi Mikroba, Pembuatan Nata, Mikroba Antagonis

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERAIRAN

“MIKROBA ANTAGONIS”

Disusun oleh:

Faisal Pandu Laksmana

230110110060

Kelompok 4

PROGRAM STUDI PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2012

Page 24: Inokulasi Mikroba, Pembuatan Nata, Mikroba Antagonis

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga

seluruh rangkaian kegiatan praktikum dengan judul “Pengenalan Peralatan Praktikum” dapat

terlaksana hingga pada tahap penyusunan laporan akhir ini. Salam dan shalawat atas

junjungan Nabiyyullah Muhammad SAW suri teladan bagi seluruh ummat manusia di muka

bumi.

Penyusunan laporan ini merupakan salah satu persyaratan dalam mengikuti kegiatan

praktikum berikutnya pada program studi Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,

Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terima

kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan yang sangat

berarti. Penyusun sepantasnya menghaturkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya

kepada :

7. Bapak Dr. Ir. Eddy Afrianto, M.Si. selaku koordinator pengajar mata kuliah mikrobiologi

perikanan

8. Ibu Ir. Evi Liviawati, M.P selaku tim pengajar mata kuliah mikrobiologi perikanan

9. Asisten dosen praktikum mikrobiologi perikanan

Penyajian laporan ini, penyusun menyadari masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana

yang diharapkan. Sehigga penyusun sangat mengharapkan masukan berupa kritik dan saran

dari pembaca demi perbaikan dan penyempurnaan laporan akhir praktikum ini. Penyusun

sangat mengharapkan laporan hasil praktikum ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk

pengembangan ilmu dan teknologi perikanan.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih bagi pembaca dan sekaligus permohonan

maaf bila dalam penyusunan laporan akhir praktikum terdapat kekeliruan di dalamnya sebab

itu semua datangnya dari penulis dan bila terdapat kelebihan semata-mata datangnya dari

sang Khalik.

Jatinangor, Desember 2012

Faisal Pandu Laksmana

i

Page 25: Inokulasi Mikroba, Pembuatan Nata, Mikroba Antagonis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

Daftar Tabel

Hasil Praktikum 4

MATERI

I. Pendahuluan 1

II. Tujuan Praktikum 1

III. Landasan Teori 1

IV. Peralatan dan Bahan 3

V. Prosedur Kerja 3

VI. Hasil dan Pembahasan 4

VII. Pendalaman 5

DAFTAR PUSTAKA 7

ii

Page 26: Inokulasi Mikroba, Pembuatan Nata, Mikroba Antagonis

MIKROBA ANTAGONIS

I. Pendahuluan

Penambahan garam pada campuran air dan kubis akan menciptakan kondisi

lingkungan yang sesuai bagi bakteri fermentasi untuk tumbuh dan berkembang. Bakteri

yang berkembang selama proses fermentasi kubis mampu memproduksi asam laktat,

sehingga pH media menjadi rendah (asam). Konsentrasi garam yang berbeda akan

menghasilkan kondisi lingkungan fermentasi berbeda sehingga populasi bakteri yang

tumbuh juga berbeda.

Media hasil fermentasi kubis mengandung bakteri yang bersifat antagonis terhadap

bakteri pembusuk. Penggunaan bakteri sebagai media untuk mengawetkan hasil

perikanan sudah memperlihatkan hasil menggembirakan. Ikan segar akan mengalami

proses pembusukan setelah 5-7 hari penyimpanan pada suhu rendah, sedangkan ikan yang

direndam dalam media hasil fermentasi mampu bertahan hingga 14 hari.

Mekanisme pengawet dari media hasil fermentasi kubis terhadap ikan dapat terjadi

dalam dua cara, yaitu karena aktivitas mikroba fermentasi atau produk metabolit mikroba

fermentasi. Aktivitas mikroba fermentasi adalah merombak senyawa kompleks menjadi

senyawa lebih sederhana. Adapun produk metabolit yang dihasilkan mikroba dapat

berpengaruh terhadap aktivitas dan pertumbhan mikroba pembusuk dan patogen.

II. Tujuan Praktikum

Praktikum ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman kepada praktikan

mengenai teknologi pengawetan ikan menggunakan bakteri antagonis.

III. Landasan Teori

Mikroba antagonis adalah mikroba yang memiliki sifat berlawanan dengan

mikroba merugikan, seperti mikroba patogen dan pembusuk.  Dengan sifat demikian,

mikroba antagonis telah digunakan untuk berbagai keperluan manusia. Banyak manfaat

telah diperoleh, baik untuk kesehatan, menghambat aktivitas penyakit atau menghambat

proses pembusukan.  berbagai upaya telah dikembangkan untuk mengembangkan dan

memanfaatkan mikroba antagonis.

Keberadaan bakteri pembusuk pada produk hasil perikanan banyak menimbulkan

kerugian.  Salah satu penyebab kebusukan hasil perikanan diakibatkan oleh aktivitas

mikroba pembusuk. Mikroba ini sudah ada sejak ikan masih hidup, namun baru terlihat

1

Page 27: Inokulasi Mikroba, Pembuatan Nata, Mikroba Antagonis

aktivitasnya saat ikan dipanen atau ditangkap.  Mikroba utama penyebab kebusukan hasil

perikanan adalah Pseudomonas, Achromobacter, Flavobacterium, Coryneform dan

Micrococcus.

Sekitar 20 persen produk perikanan tidak dapat dimanfaatkan karena menjadi

busuk. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menghambat aktivitas bakteri pembusuk

pada produk perikanan sudah dilakukan.  Aktivitas mikroba pembusuk dapat dihambat

dengan mengendalikan kondisi lingkungan tempat hidup mikroba pembusuk.  Penurunan

suhu dan kelembaban, penurunan Aw, atau pengaturan komposisi udara dapat

menghambat aktivitas mikroba pembusuk.  Penggunaan  suhu rendah berhasil mengatasi

gangguan bakteri pembusuk, demikian pula dengan penggunaan teknik radiasi. Namun

kedua teknik ini relatif sulit diterapkan dimasyarakat kerena membutuhkan teknologi dan

biaya besar.  Sedangkan peningkatan suhu, penambahan senyawa kimia tertentu,

penurunan pH atau dehidrasi dapat membunuh mikroba pembusuk.

Penggunaan bahan kimia yang selama ini dilakukan untuk menghambat aktivitas

bakteri pembusuk telah menimbulkan dampak negatif sehingga penggunaannya mulai

dikurangi.  Lebih parah lagi bila bahan kimia yang digunakan bukan bahan kimia untuk

pangan, misalnya pestisida dan formalin.  Kedua bahan kimia ini sudah digunakan secara

ilegal untuk mengawetkan hasil perikanan.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi keberadaan bakteri

pembusuk adalah menggunakan bakteri antagonis.  Bakteri antagonis adalah bakteri yang

memiliki sifat berlawanan dengan bakteri pembusuk, patogen atau yang tidak

diharapkan.  Bakteri antagonis sering disebut sebagai bakteri menguntungkan, karena

dapat digunakan untuk menghambat atau menghentikan aktivitas bakteri pembusuk yang

merugikan.

Mikroba antagonis yang digunakan tidak menimbulkan bahaya apabila

dikonsumsi.  Sedikitnya ada 40 genus mikroba antagonis yang aman untuk dikonsumsi. 

Jenis mikroba yang paling banyak digunakan untuk memperpanjang masa simpan hasil

perikanan adalah Lactobacillus plantarum.  Bakteri ini termasuk kedalam keluarga

Bakteri Asam Laktat (BAL) paling kuat diantara saudara-saudaranya, sehingga banyak

digunakan sebagai pengawet.

Penggunaan bakteri antagonis sebagai mikroba pengawet sangat mudah.  Bakteri

ini dapat diperoleh dalam bentuk biakan murni atau diproduksi secara sederhana.  Asinan

sawi, asinan kubis, atau acar mentimun adalah sumber bakteri asam laktat.  Produk

tersebut sudah biasa dibuat oleh masyarakat Indonesia.  Pengetahuan mengenai

2

Page 28: Inokulasi Mikroba, Pembuatan Nata, Mikroba Antagonis

penggunaan bakteri antagonis berdasarkan prinsip fermentasi.  Fermentasi mampu

menghentikan proses pembusukan hasil perikanan dengan cara  mengendalikan populasi

mikroba pembusuk.

Mekanisme bakteri antagonis dalam menghambat aktivitas bakteri pembusuk

cukup menarik untuk diteliti.  Ada tiga mekanisme yang digunakan oleh bakteri

antagonis untuk mencegah bakteri merugikan.  Pertama, menimbulkan persaingan

makanan sedemikian rupa sehingga bakteri pembusuk sulit mendapatkan makanan;

kedua, menurunkan pH lingkungan sehingga aktivitas bakteri pembusuk terganggu dan

menjadi tidak dapat bertahan hidup; dan ketiga, menghasilkan produk metabolit yang

bersifat racun bagi bakteri bakteri merugikan.

Penambahan mikroba antagonis dapat dilakukan pada hasil perikanan segar

maupun olahannya.  Penambahan mikroba antagonis pada filet nila dapat

memperpanjang masa simpan dari 7 hari menjadi 10 hari, sedangkan pada ikan patin

utuh dapat memperpanjang dari 10 hari menjadi 14 hari.  Penambahan mikroba antagonis

dapat meningkatkan masa simpan kembung asin dari 30 hari menjadi 90 hari.

IV. Peralatan dan Bahan

4.1. Peralatan

1) Timbangan digital, untuk menimbang massa atau bobot ikan

2) Seperangkat peralatan uji Total Plate Count (TPC), untuk menghitung jumlah

mikroba

3) pH meter, untuk mengukur derajat keasaman dari ikan sampel

4) Lemari pendingin, untuk mendinginkan ikan agar tetap segar

4.2. Bahan

1) Ikan kembung, sebagai sampel

2) Cairan fermentasi kubis, sebagai starter

3) Piring stirofoam, sebagai wadah ikan sampel

4) Wrapping film, untuk membungkus ikan dalam lemari pendingin

V. Prosedur Kerja

a) Kelompok 1, 2,dan 3, masing-masing mengambil dua ekor ikan kembung yang telah

disediakan.

3

Page 29: Inokulasi Mikroba, Pembuatan Nata, Mikroba Antagonis

b) Kedua ikan disiangi dengan cara membuang insang dan mengeluarkan isi perutnya

melalui insang. Ikan yang pertama dibiarkan utuh, sedangkan ikan yang kedua

dipotong menjadi dua bagian di bagian perutnya.

c) Ikan dicuci dengan air mengalir hingga bersih. Dari ikan kembung yang dipotong

menjadi dua, ambil 10 gram daging. Lakukan aktivitas sebagai berikut : 1) Timbang

bobot ikan kembung utuh dan ikan kembung yang dipotong menjadi dua;

2)Lumatkan 10 gram daging ikan dengan menggunakan mortar dan masukkan ke

dalam beker glass. Buat larutan dengan menambahkan akuades hingga mencapai 50

ml. Ambil 1 ml larutan tersebut secara aseptik dan tuangkan ke dalam cawan petri dan

tambahkan media agar yang masih cair; 3) Lakukan pengukuran pH pada cairan

dalam beker glass.

d) Ikan direndam dalam cairan fermentasi kubis selama 30 menit.

e) Ikan ditiriskan selama 2 menit. Selanjutnya ikan diletakkan di atas piring stirofoam

yang telah dilapisi kertas towls dan plastik berlubang.

f) Lakukan pengemasan piring stirofoam berisi ikan dengan menggunakan cling wrapp.

g) Simpan di lemari pendingin selama seminggu dan lakukan pengukuran bobot ikan, pH

dan TPC seperti pada nomor c.

VI. Hasil dan Pembahasan

VI.1. Hasil

Berdasarkan pengukuran pada hari pertama dan seminggu kemudian, telah diperoleh

data sebagai berikut :

KelompokBentuk

Produk

Bobot IkanNilai TPC Nilai pH

Awal Akhir

1Utuh 70 gr 65 gr 2,92x10ˉ3

CFU/g

5,6

Potong 70 gr 47 gr 6,5

2Utuh 51 gr

47 gr2,92x10ˉ3

CFU/g

6,8

Potong 43 gr 7,7

3Utuh 55 gr 52 gr 1,86x10ˉ3

CFU/g

7,6

Potong 57 gr 56 gr 6,1

4

Page 30: Inokulasi Mikroba, Pembuatan Nata, Mikroba Antagonis

VI.2. Pembahasan

Dapat diketahui dari tabel diatas bahwa bobot ikan sebelum dan sesudah mengalami

penambahan maupun penyusutan, ini dikarenakan bakteri antagonis yang mengalami

pertumbuhan dengan ditandai dengan populasi mikroba yang bertambah pula, dan

menyebabkan ikan lebih tahan lama.

Bobot ikan dan populasi mikroba berjalan sinkron, karena sebelum dan sesudah

diberikannya bakteri antagonis bobot ikan menjadi menyusut dan bertambah seiring

bertambahn dan mengurangnya populasi mikroba antagonisnya.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi bakteri pembusuk dan

patogen adalah menggunakan bakteri antagonis.  Bakteri antagonis adalah bakteri yang

memiliki sifat berlawanan dengan bakteri pembusuk, patogen atau yang tidak diharapkan

yang diupayakan untuk mengurangi bakteri pembusuk dan patogen agar dalam proses

pengawetan ikan dapat bertahan lama sehingga ikan dapat diolah sedemikian rupa

sehingga menjadi makanan yang layak untuk dikonsumsi.  Bakteri antagonis sering

disebut sebagai bakteri menguntungkan, karena dapat digunakan untuk menghambat atau

menghentikan aktivitas bakteri pembusuk yang merugikan.

Mikroba antagonis diciptakan karena hanya dengan sistem seperti ini yang sangat

mudah dan aman untuk diproses lalu dikonsumsi karena dengan proses seperti teknik

kimia yang seringkali merugikan untuk kesehatan kita. Maka oleh sebab itu, mikroba

antagonis sebagai teknik biologis yang sangat aman untuk kesehatan manusia, berbahaya

jika bakteri antagonis ini sampai dikonsumsi langsung.

VIII. Pendalaman

1) Berdasarkan teori yang saudara baca, sebutkan dan jelaskan sifat utama bakteri yang

tumbuhpada fermentasi kubis?

Jawab: Jenis mikroba yang tumbuh pada fermentasi kubis adalah Lactobacillus

plantarum. Lactobacillus plantarum adalah mikroba yang BAL (Bacteri Asam Laktat)

yang bersifat asam yang cukup tinggi sehingga banyak digunakan sebagai pengawet.

Lactobacillus plantarum mempunyai kemampuan untuk menghambat mikroorganisme

5

Page 31: Inokulasi Mikroba, Pembuatan Nata, Mikroba Antagonis

patogen pada bahan pangan dengan daerah penghambatan terbesar dibandingkan dengan

bakteri asam laktat lainnya.

2) Bagaimana mekanismenya, hasil fermentasi sayuran dapat memperpanjang masa simpan

ikan?

Jawab: Mekanisme hasil fermentasi dapat memperpanjang masa simpan ikan yaitu:

mempertebal jumlah koloni-koloni mikroba antagonis pada permukaan sayuran agar

dapat mengurangi jumlah bakteri pembusuk yang masuk kedalam sayuran, sehingga

sayuran menjadi tahan lama, dan dapat cepat diolah.

3) Dari hasil percobaan, perlakuan mana yang memberikan masa simpan yang lebih lama.

Jelaskan mengapa demikian?

Jawab: Perlakuan yang menberikan masa simpan lebih lama adalah hasil fermentasi

sayuran karena pada saat itu terdapat coloni-coloni bakteri yang sangat banyak sehingga

mempertebal kemampuan bakteri antagonis daripada bakteri pembusuk sehingga media

awet menjadi tahan lama.

4) Apakah perlakuan yang diberikan berpengaruh terhadap bobot drip. Jelaskan.

Jawab: Ya, karena perbedaaan perlakuan dapat berpengaruh terhadapa bobot drip,

karena terjadi penambahan jumlah koloni pada saat yang bersamaan terjadi pula

penyusutan bobot ikan drip

6

Page 32: Inokulasi Mikroba, Pembuatan Nata, Mikroba Antagonis

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, E. 2012. Modul Praktikum: Inokulasi Mikroba Program studi Perikanan,

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Sumedang: Universitas Padjadjaran

Afrianto, E. 2009. Mikroba Antagonis. http://eafrianto.wordpress.com/2009/11/29/bakteri-

antagonis/ diakses pada Rabu, 5 Desember 2012

Buckle,K.A., J.A. Davey, M.J. Eyles, A.D. Hocking, K.G. Newton, and E.J. Stuttard.

1989. Foodborne Microorganisms of Public Health Significance. 4ed..  AIFST (NSW

Branch).Australia.

Dwidjoseputro, D. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan : Malang

Hadioetomo, R.S. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Gramedia, Jakarta.

Lay, B. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Pelczar, Michael J..1986. Dasar-dasar mikrobiologi. Jakarta: Universitas Indonesia

Waluyo, L. 2005. Mikrobiologi Umum. MM Press: Malang.

Anonim, http://www.pdfdownloadforfree.com/Endah-Potensi-Bakteri-Antagonis Agrikultura.html

Anonim, http://eafrianto.wordpress.com/2009/11/29/bakteri-antagonis/

7