Prod Ber
-
Upload
fatchul-rahman -
Category
Documents
-
view
8 -
download
5
Transcript of Prod Ber
![Page 1: Prod Ber](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022072012/55cf9986550346d0339dcecd/html5/thumbnails/1.jpg)
Teknologi Bersih pada Produksi Bubuk Cokelat
(Studi Kasus di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia)
Cokelat merupakan makanan yang cukup digemari di Indonesia. Produk-produk
olahan cokelat dapat berupa bubuk cokelat, minuman cokleat, dan juga cokelat
batang. Pada tulisan ini akan dibahas bagaimana penerapan teknologi bersih
pada proses produksi biji cokelat menjadi bubuk cokelat.
A. Proses produksi yang sudah ada di Pusat PenelitianKopi dan Kakao
Indonesia ialah sebagai berikut (Mulato dkk, 2010):
1. Biji cokelat yang sudah kering (bahan baku) disortasi untuk
memastikan bahwa biji cokelat yang akan diproses dalam keadaan
baik.
2. Biji kakao yang lolos dalam proses sortasi disangrai untuk membentuk
aroma dan cita rasa khas cokelat dengan menggunakan perlakuan
panas yaitu sekitar 105 – 120oC selama kurang lebih 25 – 35 menit
kemudian didinginkan.
3. Proses berikutnya adalah pemisahan kuit biji yang dilakukan secara
mekanis. Dari proses ini didapatkan nib (daging biji) dan juga limbah
berupa kulit biji kakao.
4. Pemastaan, proses ini berupa menghancurkan nib menjadi pasta cair
kental hingga berukuran kurang lebih 20 mikron.
5. Pasta kakao yang dihasilkan dar proses pemastaan kemudian
dikempa untuk memisahkan lemak kakao dengan bungkil kakao.
Bungkil kakao yang terbentuk biasanya berbentuk padatan. Hasil dari
proses ini masing-masing dapat digunakan sebagai produk jadi atau
bahan tambahan bagi pengolahan cokelat selanjutnya.
6. Penghalusan bungkil kakao. Proses ini dilakukan untuk mendapatkan
bubuk cokelat yang murni.
7. Pengayaan bubuk cokelat. Hal ini dilakukan agar bubuk cokelat yang
dihasilkan dalam keadaan homogen (seragam).
8. Bubuk cokelat yang dihasilkan dapat langsung dikemas dan
dipasarkan untuk selanjutnya dibuat bahan tambahan pembuatan kue
cokelat, cokelat batang, ataupun minuman cokelat dalam kemasan.
B. Titik Kritis
![Page 2: Prod Ber](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022072012/55cf9986550346d0339dcecd/html5/thumbnails/2.jpg)
1. Titik kritis dari proses pengolahan ini adalah pada proses pemisahan
kulit biji. Proses ini menghasilkan limbah berupa kulit biji kakao dalam
jumlah yang cukup banyak.
2. Titik kritis kedua adalah pada proses pengayaan. Pada proses ini
menghasilkan bubuk yang masih kasar sebagai produk samping dan
jika tidak diolah akan menjadi limbah.
3. Pada beberapa titik di proses produksi tersebut, biasanya
menggunakan beberapa alat dengan volume bahan yang diolah
sedikit sehingga dapat menyebabkan pemborosan penggunaan
energi.
C. Rencana produksi bersih perbaikan
1. Limbah yang dihasilkan pada titik kritis yaitu pengolahan kulit biji
dapat dimanfaatkan menjadi kompos, biogas, atau bisa juga
digunakan sebagai bahan tambahan dalam pembuatan sabun di
salah satu unit produksi yang ada di PPKKI itu sendiri.
2. Pemanfaatan kembali produk samping dari proses pengayaan bubuk,
yakni dilakukan pengayakan ulang pada bubuk yang masih kasar
sehingga dapat digunakan sebagai produk yang sama.
3. Efisiensi pemakaian mesin sehingga dapat menghemat penggunaan
energi. Misalnya pada proses pengempaan sebaiknya cukup
dilakukan pada 2 mesin pengempa namun dengan volume pasta
cokelat yang maksimal. Sehingga pada penggunaan energi tidak
terjadi keborosan. Selain itu alat-alat yang tidak digunakan dalam
proses produksi sebaiknya dimatikan terlebih dahulu.
4. Efisiensi penggunaan air dalam pencucian mesin dan peralatan
setelah proses produksi. Misalnya disediakan air hangat untuk
mencuci peralatan tertentu.
5. Menjaga kebersihan lingkungan produksi. Sehingga pekerja merasa
nyaman saat melakukan pekerjaannya.
6. Mendokumentasikan semua proses produksi beserta masalah yang
ada di dalamnya, kemudian dokumen tersebut dapat digunakan
sebagai acuan dalam perbaikan sistem produksi selanjutnya.
7. Membuat standarisasi waktu kerja pada setiap bagian proses
produksi, sehingga produksi yang dilakukan dapat berjalan secara
optimal (Juanda dkk, 2012).
![Page 3: Prod Ber](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022072012/55cf9986550346d0339dcecd/html5/thumbnails/3.jpg)
Pustaka:
Juanda, Rozali, F. N., dan Syahputra, H. 2012. Standarisasi Waktu Kerja pada
Unit Pengolahan Kakao , Koperasi Rimbun, Pidie Jaya. Jurnal Teknik
Pertanian Vol. 5 No. 2, Oktober 2012
Mulato,S., Suharyanto, E., Widyoutomo, S, dan Misnawi. 2010. Pengolahan
Produk Primer dan Sekunder Kakao. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia.