prober kertas MIRSA

download prober kertas MIRSA

of 24

Transcript of prober kertas MIRSA

Tugas Paper Mata Kuliah Dasar-Dasar Teknik Lingkungan

PENGENALAN PRODUKSI BERSIH STUDI KASUS INDUSTRI KERTAS

Disusun oleh: Maritza Hanif 23509021

2009 PROGRAM PASCA SARJANA TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG BANDUNG

ABSTRAK Di Indonesia teknologi pengelolaan limbah untuk pengendalian pencemaran sudah cukup maju, namun biasanya kalangan industri melakukan pengelolaan limbah setelah limbah keluar dari proses produksi (end of pipe). Selain risiko yang lebih tinggi, biaya juga lebih mahal dibanding jika dilakukan usaha preventif. Usaha preventif yang dimaksud adalah usaha untuk mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas dan tingkat bahaya limbah yang keluar dari proses produksi. Usaha ini dikenal dengan istilah minimasi limbah, yang dapat dilakukan dengan jalan reduksi pada sumbernya dan atau pemanfaatan limbah. Produksi bersih merupakan strategi pelaksanaan reduksi limbah pada sumbernya yang dapat menciptakan win-win situation baik bagi dunia usaha, pemerintah maupun masyarakat. Industri pulp dan kertas cukup berpotensi dalam menghasilkan limbah, baik itu limbah padat, cair maupun gas. Untuk memperkecil resiko, jelas diperlukan suatu tindakan preventif. Produksi bersih merupakan alternatif yang dapat diterapkan pada industri pulp dan kertas. ABSTRACT In Indonesia, the technology of management of waste for the control of contamination have enough develop, but generally the industrial people manage the waste after it out from production process (end of pipe). Besides of the higher risk , the cost is more expensive compared to preventive effort. The effort is to lessen volume, concentration, toxicity and the danger level of waste from production process. This effort recognized with term of waste minimization, which can be done by way of reduction of its source and or the waste utilization. Clean production is a strategy of execution reduce waste at source which can create a win-win situation to corporate world, governmental and also the society. Industrial of pulp and paper enough have potency to create a waste. To minimization risk, needed an action of preventive. Clean production represent alternative which can be applied at industry of pulp and paper. The technic that used in this industry was white water recovery at stock preparation section, house keeping and reuse at paper machine, and recycle at finishing. PENDAHULUAN Industri primer pengolahan hasil hutan merupakan salah satu penyumbang limbah cair yang berbahaya bagi lingkungan. Bagi industri-industri besar, seperti industri pulp dan kertas, teknologi pengolahan limbah cair yang dihasilkannya mungkin sudah memadai, namun tidak demikian bagi industri kecil atau sedang. Namun demikian, mengingat penting dan besarnya dampak yang ditimbulkan limbah cair bagi lingkungan, penting bagi sektor industri kehutanan untuk memahami dasar-dasar teknologi pengolahan limbah cair.

Industri kertas merupakan salah satu jenis industri terbesar di dunia dengan menghasilkan 178 juta ton of pulp, 278 juta ton kertas dan karton, dan menghabiskan 670 juta ton kayu. Pertumbuhannya dalam dekade berikutnya diperkirakan antara 2% hingga 3.5% per tahun, sehingga membutuhkan kenaikan kayu log yang dihasilkan dari lahan hutan seluas 1 sampai 2 juta hektar setiap tahun. Perkembangan industri dan pola kehidupan masyarakat modern berhubungan langsung dengan peningkatan kebutuhan barang dan jasa, pemakaian sumber-sumber energi, dan sumber daya alam. Penggunaan sumber daya alam secara besar-besaran tanpa mengabaikan lingkungan mengakibatkan berbagai dampak negatif yang terasa dalam waktu yang relatif cepat maupun dalam jangka panjang. Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu upaya dan pola pendekatan dalam pemanfaatan sumber daya alam yaitu suatu pembangunan yang berusaha memenuhi kebutuhan kita sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Limbah dan emisi merupakan hasil yang tak diinginkan dari kegiatan industri. Sebagian besar industri masih berkutat pada pola pendekatan yang tertuju pada aspek limbah. Bahkan masih ada yang berpandangan bahwa limbah bukanlah menjadi suatu permasalahan dan kalau perlu keberadaannya tidak diperlihatkan. Pihak industri mungkin masih belum menyadari bahwa sebenarnya limbah sama dengan uang atau pengertian tentang limbah yang terbalik, artinya bahwa limbah merupakan uang atau biaya yang harus dikeluarkan dan mengurangi keuntungan. Memang benar bahwa dengan mengabaikan persoalan limbah, keuntungan tidak akan berkurang untuk jangka pendek. Pihak industri yang demikian mungkin belum melihat faktor biaya yang berkaitan dengan image perusahaan dan tuntutan pembeli dari luar negri yang mensyaratkan pengelolaan lingkungan dengan ketat. Kita melihat bahwa ada peluang yang sebenarnya mempunyai nilai ekonomi tinggi tetapi pada akhirnya terlepas karena mengabaikan aspek lingkungan. Produksi bersih merupakan model pengeloaan lingkungan dengan mengedepankan bagaimana pihak manajemen untuk selalu berpikir agar dalam setiap kegiatan yang dilakukan mempunyai efisiensi tinggi sehingga timbulan

limbah dari sumbernya dapat dicegah dan dikurangi. Penerapan Produksi Bersih akan menguntungkan industri karena dapat menekan biaya produksi, adanya penghematan, dan kinerja lingkungan menjadi lebih baik. Penerapan Produksi Bersih di suatu kawasan industri dipakai sebagai pendekatan untuk mewujudkan Kawasan Eco-industrial (Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan). Penerapan Produksi Bersih di kawasan akan memberikan keuntungan berlebih dibanding dengan keuntungan yang diperoleh industri secara sendiri-sendiri.

PROSES PRODUKSI KERTAS Bahan Baku Pulp asli Dilihat berdasarkan jenis tumbuhan asalnya dan kegunaannya, dikenal dua macam pulp, yaitu LBKP (Laubholz Bleached Kraft Pulp) dan NBKP (Nadelholz Bleached Kraft Pulp). Keduanya didapat melalui proses sulfat / proses kraft yang diputihkan. Kertas bekas (broke paper) Terdapat dua jenis kertas bekas yang dikenal berdasarkan penggunaannya, yaitu Pre Consumerized dan Post Consumerized. Proses Produksi 1. Bagian Stock Preparation

Pembuburan (Pulping) Proses penghancuran bahan baku lembaran pulp yang dicampurkan dengan air sehingga menjadi bubur pulp dalam mesin pulper. Di dalam mesin pulper tersebut terdapat pengaduk (agitator) yang berfungsi untuk menghomogenkan bahan baku.

Pembersihan Buburan pulp yang sudah hancur kemudian dipisahkan kemungkinan terbawanya logam-logam yang dapat merusak alat. Penggilingan

Bertujuan untuk menghaluskan serat dengan cara kupas, potong, serabut, dan dikembangkan untuk mendapatkan bahan serat dengan karakteristik yang diinginkan, khususnya untuk mendapat derajat giling yang sesuai dengan gramatur kertas yang akan diproduksi.

Pencampuran di chest Bertujuan untuk meningkatkan kualitas kertas menurut permintaan konsumen. Di dalamnya terjadi proses pencampuran buburan pulp LBKP, NBKP dan broke paper dengan komposisi sesuai dengan gramatur kertas yang akan diproduksi. Pencampuran di stuff box Bahan- bahan yang ditambahkan, yaitu: Optical Bright Agent, dyes, cationic starch dan Alkyl Ketene Dimer.

NBKP, LBKP, broke paper, air

Penghancuran (pulping)

Pembersihan

kotoran

Kontrol aliran buburan pulp

Penggilingan

Pencampuran di chest

OBA, dyes, AKD, cationic starch

Pencampuran di stuff box

Bagian Paper Machine

Gambar 1. Diagram alir proses Bagian Stock Preparation

2. Bagian Paper Machine Seksi paper machine bertugas mengolah buburan kertas yang dihasilkan di seksi SP menjadi lembaran kertas. Adapun proses yang terjadi di seksi ini meliputi pembersihan, penyaringan, penyebaran, pengurangan kadar air, pengepresan, pengeringan, surface sizing, calendaring, dan reeling.Bagian Stock Preparation

Pewarna, air

Pembersihan

kotoran

Filler CaCO3, air

Penyaringan

kotoran

Retention aid

Penyebaran

Pengurangan kadar air

Air/ampas

Pengepresan

Pengeringan ISurface sizing agent

Pengeringan II

Calendering

Reeling

Bagian Finishing Gambar 2. Diagram alir proses Bagian Paper Machina

Penyaringan Bertujuan untuk menyaring buburan pulp sehingga didapat buburan pulp dengan ukuran yang sama (homogen) dan tidak mengandung gumpalan serat dan kotoran-kotoran yang mungkin masih terbawa. Penyebaran Buburan pulp yang telah disaring dimasukan ke dalam wadah yang berfungsi untuk menyebar dan meratakan buburan pulp ke atas permukaan wire, menstabilkan aliran buburan pulp yang keluar dan untuk menghindari peggumpalan pada buburan pulp.

Pengurangan kadar air (dewatering) Bertujuan untuk mengurangi kadar air yang terkandung dalam buburan pulp.

Pengepresan Proses ini terdiri dari tiga tahap, yaitu 1st press,2nd press dan 3rd press. Pengeringan Proses pengeringan dengan alat drum dryer ini dilakukan dengan menggunakan superheated steam yang terbagi menjadi proses drying I dan II. Antara drying I dan II, terjadi penambahan surface sizing ke dalam lembaran kertas untuk memperkuat permukaan kertas terutama untuk meningkatkan kemampuan penetrasi kertas terhadap tinta. Calendering Bertujuan untuk menghaluskan permukaan kertas sehingga memiliki smoothness dan caliper yang sesuai standar. Reeling Bertujuan untuk menggulung permukaaan kertas menjadi bentuk jumbo roll.

3. Bagian Finishing Bagian Finishing bertugas untuk mengolah produk kertas dalam bentuk gulungan besar (jumbo roll) menjadi bentuk lembaran dan gulungan kecil (mini roll).Bagian Converting

Rewinder

Pembungkusan

Bagian Paper Machine

Gudang Produksi

Cutter

Penyortiran

Pembungkusan

Bagian Converting

Gambar 3. Diagram alir proses Seksi Finishing

gulungan atau lembaran ke dalam bentuk cut size seperti A4, F4, memo, dll.

4. Bagian Converting

Seksi Converting bertugas mengolah produk kertas dalam bentuk

Gambar 4. Diagram alir proses produksi Seksi ConvertingCutt er Big she et Pen yort iran Order cut size (conv erting ) MC Pol ar Ord er big she et Gud ang Pro duk si Kon vey or Pe mb ung kus an Hug o bec k Kon vea yor Gud ang Pro duk si

Bagi an Fini shin g

Rew inde r

Min i roll

Conv erting (MC Will)

Ord er roll

Cut size

Pe mb ung kus an

Kon vey or

Gud ang Pro duk si

LIMBAH YANG DIHASILKAN Pada dasarnya limbah adalah bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam dan atau belum mepunyai nilai ekonomi bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi yang negatif. Menurut sumber-nya limbah dapat dibagai menjadi tiga yaitu : (a) limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari perumahan, perdagangan, dan rekreasi; (b) limbah industri; dan (c) limbah rembesan dan limpasan air hujan. Sesuai dengan sumbernya maka limbah mempunyai komposisi yang sangat bervariasi bergantung kepada bahan dan proses yang dialaminya. Zat pencemar dari proses pembuatan kertas yang berpotensi mencemari lingkungan dibagi menjadi 4 kelompok yaitu : 1. Efluen limbah cair Padatan tersuspensi yang terdiri dari partikel kayu, serat, pigmen, Senyawa organik koloid terlarut serat hemisellulosa, gula, lignin, debu dan sejenisnya. alkohol, terpentin, zat pengurai serat, perekat pati dan zat sintetis yang menghasilkan BOD tinggi. kertas. lain. Limbah panas. Mikroorganisme seperti golongan bakteri koliform. Abu dari pembakaran kayu bakar dan sumber energi lain. Partikulat zat kimia terutama yang mengandung Na dan Ca. Gas sulfur yang berbau busuk seperti merkaptan dan H2S yang Bahan anorganik terlarut seperti NaOH, Na2SO4, klorin dan lainLimbah cair berwarna pekat yang berasal dari lignin dan pewarna

2. Partikulat 3. Gas dilepaskan dari berbagai tahap dalam proses kraft pulping dan proses pemulihan bahan kimia.

Oksida sulfur dari pembakaran bahan bakar fosil, dan kraft Uap yang akan membahayakan karena mengganggu jarak

recovery furnace. pandangan. 4. Solid Wastes Sludge dari pengolahan limbah primer dan sekunder. Limbah padat seperti potongan kayu dan limbah pabrik lainnya.

Pencemaran lingkungan yang disebabkan industri kertas antara lain : Membunuh ikan, kerang dan invertebrata akuatik lainnya Memasukkan zat kimia karsinogen dan zat pengganggu Menghabiskan jutaan liter air tawar Menimbulkan risiko terpaparnya masyarakat oleh

aktivitas hormon ke dalam lingkungan lingkungan. Sebagian besar industri kertas menggunakan pemutih yang mengandung klorin. Klorin akan bereaksi dengan senyawa organik dalam kayu membentuk senyawa toksik seperti dioksin. Dioksin ditemukan dalam proses pembuatan kertas, air limbah (efluen), bahkan di dalam produk kertas yang dihasilkan. Industri kertas menggunakan air dalam jumlah yang sangat besar untuk membilas zat kimia dan senyawa yang tidak diinginkan dari pulp. Oleh karenanya air yang telah digunakan mengandung berbagai jenis zat kimia berbahaya termasuk dioksin. Meskipun konsentrasi dioksin sangat kecil di dalam air limbah, tetapi pabrik terus beroperasi dan terus menghasilkan dioksin sehingga konsentrasinya dalam air akan terus bertambah. Dioksin adalah senyawa organik yang sukar terdegradasi dan konsentrasinya akan berlipat ganda jika masuk ke dalam rantai makanan karena adanya proses biomagnifikasi. Hal ini menyebabkan konsentrasi dioksin di dalam jaringan tubuh hewan air menjadi ratusan kali lebih besar dibandingkan di dalam air tempat hidupnya.

buangan zat kimia berbahaya dari limbah industri yang mencemari

PRODUKSI BERSIH Industri menghadapi permasalahan pengolahan limbah yang kadangkala dirasa sangat memberatkan. Hal ini dapat dipahami karena industri menganggap bahwa pengelolaan lingkungan adalah pekerjaan tambahan yang merepotkan. Selain itu juga karena pendekatan pengelolaan lebih memfokuskan pada Pengolahan tahap akhir" (end-of-pipe treatment) yaitu memfokuskan pada apa yang harus dilakukan terhadap limbah ketika limbah itu terbentuk, sehingga tidak ada nilai tambah apapun bagi industri. Walaupun kemajuan dalam teknologi pengolahan limbah telah dapat mengurangi jenis polutan yang dibuang ke lingkungan, namun metoda ini telah terbukti sangat mahal dan pada akhirnya tidak dapat berkelanjutan. Pencegahan polusi (pollution prevention) yang sering juga dikenal dengan nama lain waste minimization, ataupun Produksi bersih, lebih memfokuskan perhatian dari pengolahan dan pembuangan limbah menjadi mengarah kepada penghilangan atau pengurangan produk samping yang tidak diinginkan pada proses produksi. Dari pengalaman telah menunjukkan bahwa dalam jangka panjang, pencegahan polusi melalui minimisasi limbah dan produksi bersih memerlukan biayanya yang lebih efektif dan lebih baik bagi lingkungan daripada metoda pengendalian polusi tradisional. Teknik pencegahan polusi dapat dilaksanakan pada berbagai proses, mulai dari perubahan operasional yang relatif mudah berupa pengubahan praktek housekeeping (menjaga kebersihan) yang baik sampai perubahan yang lebih ekstensif seperti misalnya penggantian bahan B3, penggunaan teknologi bersih, dan pemasangan peralatan recovery yang canggih. Pencegahan polusi secara otomatis juga akan meningkatkan efisiensi pabrik, mempertinggi kualitas dan kuantitas produk, meningkatkan penghematan sehingga memungkinkan untuk melakukan investasi lebih banyak guna pengembangan industri. Kalau kita memahami bahwa sesuatu yang terbuang dari suatu proses, namun tidak menjadi produk sebagai limbah maka semakin efisien suatu proses produksi, tentu akan semakin banyak produk yang dihasilkan serta

mengurangi limbah yang dihasilkan begitu juga sebaliknya. Hal ini ditunjukkan dalam diagram sederhana berikut :

Karena semua output dari suatu industri manufaktur dapat diklasifikasi menjadi dua yaitu: produk atau limbah, maka dapat kita sederhanakan bahwa jika segala sesuatu yang dibayar oleh konsumen adalah produk; maka semua sisanya yang keluar dari fasilitas tersebut adalah limbah. Sehingga secara ideal, seharusnya kegiatan operasional dapat menghasilkan nol limbah, sehingga setiap kegiatan harus berjuang keras untuk mengurangi limbah dari kegiatannya karena limbah mencerminkan suatu pemakaian sumber bahan baku yang tidak efisien. Sehingga limbah, yang kemudian menjadi polutan bagi lingkungan, pada dasarnya adalah bahan baku yang tidak terpakai atau produk sampingan yang timbul dari proses produksi. Adanya limbah mencerminkan suatu kehilangan keuntungan dalam proses kegiatan operasional. Pencegahan adalah kegiatan melakukan tindakan awal/sebelumnya terhadap sesuatu yang mungkin atau dapat dilakukan. Pencegahan umumnya bertentangan dengan pengendalian atau penyembuhan. Jika diungkapkan secara umum; usaha, waktu, dan uang yang dihubungkan dengan pencegahan adalah lebih kecil dari pada yang dihubungkan dengan pengendalian atau penyembuhan. Gagasan ini diambil dari pepatah "Lebih baik mencegah daripada mengobati." Dan bagi industri pendekatan seperti ini akan lebih dapat diterima dari pada sekedar pendekatan hukum, yang memaksa industri harus mengolah limbah untuk mencapai baku mutu lingkungan. Dengan pendekatan pencegahan, aka

bukan hanya akan lebih baik bagi lingkungan tetapi juga akan menambah keuntungan bagi industri. Bila industri akan melakukan Pencegahan Limbah kegiatan berikut ini merupakan bagian dari program yang dapat dilaksanakan: mengurangi jumlah bahan berbahaya, polutan, atau kontaminan yang terbuang melalui saluran pembuangan limbah atau terlepas ke lingkungan (termasuk emisi yang cepat menguap diudara) sebelum didaur ulang, diolah atau dibuang.; atau mengurangi bahaya terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan yang dikaitkan dengan pelepasan bahan-bahan tertentu, polutan, atau kontaminan; atau mengurangi atau menghilangkan terciptanya polutan melalui (1) efisiensi yang ditingkatkan dalam penggunaan bahan-bahan mentah; atau (2) perlindungan sumber-sumber alam dengan konservasi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memodifikasi pada peralatan dan teknologi, atau memodifikasi pada proses dan prosedurnya, atau memformulasimendesain ulang produk, penggantian bahan baku dan juga perbaikan pada penataan, perawatan, training dan pengontrolan persediaan Pencegahan Polusi sering pula didefinisikan sebagai setiap tindakan yang mengurangi atau menghilangkan terciptanya polutan atau limbah pada sumbernya, yang dilakukan melalui kegiatan yang mempromosikan, mendorong atau melakukan perubahan dalam pola perilaku dasar dari penghasil limbah (industri, komersial dan institusi ataupun individu). Banyak istilah yang mirip dengan pencegahan polusi digunakan pada masa kini, dan istilah lain yang sering dipakai adalah produksi bersih, teknologi bersih, pengurangan limbah, pencegahan limbah, efisiensi ekologi, dan minimisasi limbah. Tidak ada konsensus universal mengenai arti istilah-istilah ini. Bila Industri anda kesulitan untuk mengimplementasi, menggunakan konsultan adalah pilihan yang mudah dan cepat, dengan hasil yang terukur. Pola pendekatan produksi bersih dalam melakukan pencegahan dan pengurangan limbah yaitu dengan strategi 1E4R (Elimination, Reduce, Reuse, Recycle,

Recovery/Reclaim) (UNEP, 1999). Prinsip-prinsip pokok dalam strategi produksi bersih dalam Kebijakan Nasional Produksi Bersih (KLH, 2003) dituangkan dalam 5R (Re-think, Re-use, Reduction, Recovery and Recycle). Elimination (pencegahan) adalah upaya untuk mencegah timbulan limbah langsung dari sumbernya, mulai dari bahan baku, proses produksi sampai produk. Re-think (berpikir ulang), adalah suatu konsep pemikiaran yang harus dimiliki pada saat awal kegiatan akan beroperasi, dengan implikasi : Perubahan dalam pola produksi dan konsumsi berlaku baik pada proses maupun produk yang dihasilkan, sehingga harus dipahami betul analisis daur hidup produk Upaya produksi bersih tidak dapat berhasil dilaksanakan tanpa adanya perubahan dalam pola pikir, sikap dan tingkah laku dari semua pihak terkait pemerintah, masyarakat maupun kalangan usaha Reduce (pengurangan) adalah upaya untuk menurunkan atau mengurangi timbulan limbah pada sumbernya. Reuse (pakai ulang/penggunaan kembali) adalah upaya yang memungkinkan suatu limbah dapat digunakan kembali tanpa perlakuan fisika, kimia atau biologi. Recycle (daur ulang) adalah upaya mendaur ulang limbah untuk memanfaatkan limbah dengan memprosesnya kembali ke proses semula melalui perlakuan fisika, kimia dan biologi. Recovery/ Reclaim (pungut ulang, ambil ulang) adalah upaya mengambil bahan-bahan yang masih mempunyai nilai ekonomi tinggi dari suatu limbah, kemudian dikembalikan ke dalam proses produksi dengan atau tanpa perlakuan fisika, kimia dan biologi.

V. PENERAPAN PRODUKSI BERSIH PADA INDUSTRI KERTAS

Minimisasi limbah dimaksudkan untuk mengurangi jumlah limbah yang dibuang ke lingkungan dalam rangka produksi bersih. Minimisasi limbah pada industri pulp dan kertas dilakukan dengan menambah unit disc filter yang berfungsi untuk menangkap serat yang lolos bersama limbah cair. Serat ini berasal dari proses produksi yang hilang dan terbuang bersama limbah cair sebagai produk samping. Serat yang tertangkap oleh unit disc filter dapat digunakan kembali sebagai bahan baku pulp dan kertas. Penelitian yang telah dilakukan oleh Masduqi dan Wardhani (2005) bertujuan untuk memaksimumkan kinerja disc filter, yaitu menghasilkan tangkapan serat sebanyakbanyaknya. Pengaturan dilakukan terhadap kecepatan putaran disc filter dan bukaan katup sweetener (serat pemancing). Hasil yang diperoleh adalah kecepatan putaran disc filter 0,2 rpm dan bukaan katup sweetener 20% hingga 25% menghasilkan jumlah tangkapan serat sebesar 98% dari jumlah serat produk samping dan serat yang terbawa limbah cair adalah 0,48% dari kapasitas produksi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hasibuan (2007) Industri pulp dan kertas Indonesia memiliki prospek yang cerah dan Indonesia dinilai potensial menjadi salah satu negara produsen terbesar pulp dan kertas dunia. Pada era perdagangan bebas ke depan, industri ini kini ditantang untuk mampu bekerja dengan menerapkan standar-standar bisnis internasional seperti ISO 9000 dari sisi manajemen mutu dan ISO 14000 dari sisi manajemen lingkungan. Pelaksanaan ISO 14000 bukan hanya menuntut jaminan kualitas produk, tetapi juga proses produksinya harus efisien dan peduli terhadap lingkungan hidup. Solusi pengolahan akhir pipa dirasakan belum memberikan jawaban yang memuaskan untuk masalah pencemaran lingkungan. Kini sejumlah besar perusahaan di dunia sedang mengupayakan keuntungan melalui suatu pendekatan pencegahan lingkungan yang dikenal,.sebagai produksi bersih. Sebagai salah satu pendekatan dalam pengelolaan lingkungan, penerapan produksi bersih masih baru di Indonesia. Berbagai pandangan telah dikemukakan para pakar berkaitan dengan produksi bersih. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk melihat upaya implementasinya dalam perusahaan industri Indonesia. Penelitian ini mencoba mengidentifikasi keterkaitan karakteristik internal organisasi dengan penerapan produksi bersih pada kasus industri pulp dan kertas.

Karakteristik internal yang positif mempengaruhi penerimaan produksi bersih adalah Pemahaman Mamfaat Ekonomi, Kebijakan Strategis, dan, Gaya Kepemimpinan; sedang Mekanisma Evaluasi dan Sistem Insentif perusahaan masih merupakan faktor penghambat bagi penerimaan konsep produksi bersih ini. Karakteristik internal yang turut mendorong bagi pelaksanaan produksi bersih adalah Mekanisma Evaluasi, Kepedulian pada Lingkungan Eksternal, Sistern Insentif, Koordinasi Internal, Gaya Kepemimpinan dan Kebijakan Operasional; adapun Kebijakan Strategis ternyata masih menjadi faktor penghambat terhadap upaya pelaksanaan produksi bersih perusahaan. Dari sisi proses produksi, ternyata pelaksanaan produksi bersih pada industri pulp dan kertas banyak terkait dengan upaya recovery bahan kimia pemasak serta penggunaan bahan pemutih yang aman bagi lingkungan, disamping upaya konservasi bahan baku, air, dan energi. Ada beberapa teknik pelaksanaan produksi bersih adalah (Afmar, 1999): 1. Pengurangan pada Sumber Pengurangan pada sumber merupakan pengurangan atau eliminasi limbah pada sumbernya. Upaya ini meliputi a. Perubahan produk Perancangan ulang produk, proses dan jasa yang dihasilkan sehingga akan terjadi perubahan produk, proses dan jasa. Perubahan ini adapat bersifat komprehensif maupun radikal. Dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu: Subsitusi produk Konservasi produk Perubahan komposisi produk material input dilaksanakan untuk mengurangi atau

b. Perubahan Material Input Perubahan menghilangkan bahan berbahaya dan beracun yang masuk atau digunakan dalam proses produksi sehingga dapat menghindari terbentuknya limbah B3 dalam proses produksi. c. Volume Buangan Diperkecil Ada dua macam cara yang dapat dilakukan, yaitu: Pemisahan

Pemisahan limbah dimaksudkan untuk memisahkan limbah yang bersifat racun dan berbahaya dengan limbah yang tidak beracun. Teknologi ini dipakai untuk mengurangi volume limbah dan menaikan jumlah limbah yang dapat diolah kembali. Mengkonsentrasikan Mengkonsentrasikan limbah pada umumnya untuk menghilangkan sejumlah komponen. Dilakukan dengan pengolahan fisik, misalnya pengendapan atau penyaringan. Komponen yang terpisah dapat digunakan kembali. d. Perubahan Teknologi Perubahan teknologi mencakup modifikasi proses dan peralatan. Tujuannya untuk mengurangi limbah dan emisi. Perubahan teknologi dapat dilaksanakan mulai dari yang sederhana dalam waktu singkat dan biaya yang murah sampai perubahan yang memerlukan investasi tinggi. Pengeluaran biaya yang tinggi untuk memodifikasi peralatan akan diimbangi dengan adanya penghematan bahan, kecepatan produksi dan menurunnya biaya pengolahan limbah (Susanti, 1997). e. Penerapan Operasi yang Baik (good house keeping) Praktek operasi yang baik (good house keeping) adalah salah satu pilihan pengurangan pada sumber, mencakup tindakan prosedural, administratif atau institusional yang dapat digunakan di perusahaan untuk mengurangi terbentuknya limbah. Penerapan operasi ini melibatkan unsur-unsur: 2. Daur Ulang Pengawasan terhadap prosedur-prosedur operasi Loss prevention Praktek manajemen Segregasi limbah Perbaikan penanganan material Penjadwalan produk Peningkatan good housekeeping umumnya dapat menurunkan

jumlah limbah antara 20 sampai 30% dengan biaya yang rendah.

Daur ulang merupakan penggunaan kembali limbah dalam berbagai bentuk, di antaranya: a. Dikembalikan lagi ke proses semula b. Bahan baku pengganti untuk proses produksi lain c. Dipisahkan untuk diambil kembali bagian yang bermanfaat d. Diolah kembali sebagai produk samping Walaupun daur ulang limbah cenderung efektif dari segi biaya dibanding pengolahan limbah, ada hal yang harus diperhatikan yaitu bahwa proses daur ulang limbah harus mempertimbangkan semua upaya pengurangan limbah pada sumber telah dilakukan. Adapun menurut penelitian yang dilakukan oleh Nugraha dan Susanti pada tahun 2006 dengan studi kasus di PT Indah Kiat Pulp and Paper Serang mill, Pelaksanaan produksi bersih di PT. IKPP adalah sebagai berikut : 1. White Water Recovery di Stock Preparation 3/6 Kegiatan yang dilakukan adalah mengolah air sisa produksi atau back water dengan menambahkan zat kimia untuk memisahkan serat dengan air. Serat yang berhasil dipisahkan akan dipress untuk mengurangi kadar air kemudian dikirim ke tempat penyimpanan bahan baku untuk diproses kembali ke dalam pulper. Sedangkan white water akan dikirim ke tangki air untuk digunakan kembali sebagai media pembuburan bahan baku dalam proses produksi. Alat yang digunakan untuk memisahkan serat dan air ini disebut purgomat dan pengoperasiannya dikendalikan atau dilakukan dengan menggunakan komputer di ruang Distribution Control System (DCS). Pengolahan air sisa produksi ini merupakan upaya untuk menghemat penggunaan air dari sungai Ciujung dan mengurangi terbentuknya limbah cair yang harus diolah oleh WWT. Selain itu serat yang diperoleh dari proses recovery ini digunakan kembali untuk proses produksi, hal ini dapat menghemat penggunaan sumber daya alam dan sangat menguntungkan dari segi ekonomi bagi perusahaan yaitu sebagai berikut: Keuntungan yang dapat diambil dari operasional purgomat untuk memisahkan antara white water dengan serat adalah sebagai berikut:

adalah -

Biaya produksi fresh water di RWT ( selama 1 bulan) Debit= 1.680.000 m3 PAC = Rp 1.696.900,00 NaOH = Rp 1.801.200,00 Coagulant = Rp 22.881.000,00 Polimer = Rp 37.805.100,00 Biocide = Rp 68.000.000,00 Listrik = Rp 61.800.000 ,00 + Biaya total = Rp193.984.200,00 Biaya per m3 air adalah Rp 1.680.000m3 193.984.200,00 = Rp 115,46 Biaya retribusi pengambilan air dari sungai per m3 = Rp 75,00 Biaya untuk mendapatkan I m3 air bersih di RWT = Rp 190,46 Harga bahan baku 1 ton LBKP = Rp 3.600.000,00 1 ton NBKP = Rp 5.100.000,00 1 ton koagulan = Rp29.050.000,00 1 ton flokulan = Rp 32.520.000,00 Biaya recovery white water Debit inlet = 5.040 m3/hari Serat yang tersisihkan= 35.000 kg/hr Debit air = 5.005 m3/hari Kebutuhan listrik = 384 KWH = Rp 4.100,00 Kebutuhan flokulan= 15,12 kg/hari = Rp 491.750,00 Kebutuhan coagulant= 15,12 kg/hari = Rp 439.250,00 Biaya total = Rp 935.100,00 per hari = Rp 185,60 per m3 Keuntungan yang dihasilkan dari pengolahan white water Serat LBKP= 35 ton x Rp 3.600.000,00 = Rp 126.000.000,00

-

Air = (Rp 190,46 x 5.005m3/hari) (Rp 185,60 x 5.005 Profit total =Rp 126.024.400,00 / hari

m3/hari) = Rp 24.400,00

2. Penerapan produksi bersih di paper machine Kegiatan produksi bersih yang dilakukan di paper machine meliputi beberapa tindakan house keeping dan reuse sebagai berikut : a. Mengurangi fiber loss 1. Mengoptimalkan kinerja mesin-mesin produksi yang ada di paper machine. 2. Pengontrolan mesin secara intensif yaitu dilakukan sebulan sekali. 3. Memperhatikan formula dari bahan-bahan pembuatan kertas. Manfaat yang diperoleh dari kegiatan ini adalah : 1. Kerusakan mesin yang dapat menyebabkan lolosnya serat atau dapat menghambat kelancaran proses dapat teratasi dengan baik. 2. Diperoleh buburan serat yang memiliki karakter sesuai dengan standar mesin yang digunakan, misalnya dari segi konsentrasi buburan serat. 3. Mengurangi penggunaan bahan kimia untuk memisahkan serat dari air. 4. Meningkatkan efisiensi produksi dengan minimnya serat yang lolos. b. Efisiensi bahan kimia 1. Pengurangan dosis bahan kimia dalam proses produksi sedikit dengan tidak mengurangi kualitas 2. Pemilihan bahan baku yang tidak mengkonsumsi bahan kimia terlalu banyak yaitu dengan menggunakan bahan baku dari waste paper yang masih cukup bagus. c. Efisiensi penggunaan steam Tindakan yang dilakukan adalah menutup mesin menggunakan bahan dari besi. Tindakan ini mendatangkan manfaat berupa: 1. Mengurangi lolosnya uap panas yaitu uap panas yang terdistribusi ke lingkungan yang memiliki suhu yang lebih rendah dari steam dapat ditekan.

2. Tercipta lingkungan kerja yang nyaman bagi karyawan, yaitu lingkungan yang tidak terlalu panas. d. Mengurangi terjadinya broke 1. Mengatur dengan baik turbulensi buburan yang menuju head box. 2. Mengatur tekanan roll saat pengepresan, yaitu jangan terlalu kuat karena dapat memutuskan lembaran kerja yang terbentuk. 3. Mengontrol kualitas buburan di stock preparation untuk memastikan buburan terbebas dari kotoran yang dapat menghambat proses pembentukan lembaran kerja di paper machine. Manfaat dari kegiatan ini adalah: 1. Mengurangi jumlah broke sehingga dapat melakukan efisiensi biaya produksi. 2. Memperlancar proses produksi. e. Reuse Broke Broke adalah terputusnya lembaran kerja saat melalui Wire Part yang terjadi di paper machine. Broke terjadi dikarenakan tekanan yang terlalu kuat, atau adanya kotoran yang masih terbawa dalam buburan serat. Broke akan dikembalikan ke machine chest untuk diproses kembali melalui tahapan awal di paper machine. Jumlah broke mencapai 10 % dari jumlah produksi kertas. Pada bulan September 2005 jumlah produksi di paper machine adalah 35.000 ton sehingga jumlah broke adalah 3.500 ton. Dengan harga serat Rp 3.600.000,00 per ton maka keuntungan yang dapat dikantongi perusahaan adalah Rp 12.600.000.000, 00 per bulan atau Rp 420.000.000,00 per hari. 3. Recycle di Finishing Kegiatan produksi bersih yang dilakukan di finishing adalah produk disortir.Produk yang cacat seperti bergelombang, sobek atau kotor akan dikirim ke gudang bahan baku untuk diproses kembali mulai dari awal proses produksi sebagai bahan baku. Manfaat dari kegiatan ini adalah 1. Tidak ada produk cacat yang dibuang percuma sehingga kerugian tidak terlalu besar. Selain itu kegiatan penyortiran ini sangat penting untuk menjamin kualitas produk yang akan dipasarkan benar-benar baik.

2. Menghemat bahan baku alam, karena digunakan produk cacat atau reject finishing sebagai bahan baku. Reject finishing seperti yang telah dijelaskan di atas memiliki keuntungan finansial sebagai berikut: Jumlah reject = 20 ton per hari Harga per ton = Rp 5.000.000,00 Profit = 20 ton per hari X Rp 5.000.000,00 per ton = Rp 100.000.000,00 per hari

VI. KESIMPULAN Pencegahan Polusi sering pula didefinisikan sebagai setiap tindakan yang mengurangi atau menghilangkan terciptanya polutan atau limbah pada sumbernya, yang dilakukan melalui kegiatan yang mempromosikan, mendorong atau melakukan perubahan dalam pola perilaku dasar dari penghasil limbah (industri, komersial dan institusi ataupun individu). Pola pendekatan produksi bersih dalam melakukan pencegahan dan pengurangan limbah yaitu dengan strategi 1E4R (Elimination, Reduce, Reuse, Recycle, Recovery/Reclaim). Teknik pelaksanaan produksi bersih meliputi pengurangan pada sumber dan daur ulang. Adapun kegiatan yang dilakukan pada pengurangan sumber yaitu: perubahan produk (substitusi, konservasi, perubahan komposisi), perubahan material input (untuk mengurangi atau menghilangkan bahan berbahaya dan beracun yang masuk atau digunakan dalam proses produksi sehingga dapat menghindari terbentuknya limbah B3 dalam proses produksi), volume buangan diperkecil (pemisahan dan pengkonsentrasian), perubahan teknologi (modifikasi proses dan peralatan), serta penerapan operasi yang baik (tindakan prosedural, administratif atau institusional yang dapat digunakan di perusahaan untuk mengurangi terbentuknya limbah). Daur ulang merupakan penggunaan kembali limbah dalam berbagai bentuk, di antaranya dikembalikan lagi ke proses semula, bahan baku pengganti untuk proses produksi lain, dipisahkan untuk diambil kembali bagian yang bermanfaat, dan diolah kembali sebagai produk samping.

Penerapan produksi bersih pada industri kertas meliputi 3 seksi produksi kertas, yaitu white water recovery pada seksi stock preparation, house keeping dan reuse pada seksi finishing, dan recycle pada seksi finishing. DAFTAR PUSTAKA Afmar, M. 1999. Faktor Kunci dan Efektif Penerapan Cleaner Production di Industri. Prosiding Seminar teknik Kimia Soehadi Reksowardojo 1999. Bandung : Jurusan Teknik Kimia dan Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia ITB, 1999, hlm. II.15-II.22. Hasibuan S. 2007. Identifikasi Karakteristik Organisasi Yang Mempengaruhi Upaya Implementasi Produksi Bersih :Studi Kasus Pada Industri Pulp Dan Kertas. Tesis. Program studi Teknik dan Manajemen Industri Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Bandung. Bandung. Nugraha, W.D., I. Susanti. 2006. Studi Penerapan Produksi Bersih (Studi Kasus Pada Perusahaan Pulp And Paper Serang). Skripsi. Program studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Semarang Masduqi. A. dan S. Wardhani. 2005. Minimasi Limbah pada Industri Pulp dan Kertas. Prosiding Seminar Nasional Kimia Lingkungan VII (28-05-2005). Jurusan Teknik Lingkungan - Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Sittadewi, E.H. 1997. Minimasi Limbah Pada Industri Pulp dan Kertas dengan Penerapan Sistem Produksi Bersih. Jurnal alami SiRRMA Vol 2. Susanti, M.T. 1997. Studi Minimasi Limbah. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Fakultas Teknik UGM 1997. Yogyakarta : Jurusan Kimia FT-UGM dan PAU Ilmu Teknik UGM, 1997, hlm.263-268. UNEP. United Nations Environmental Program, www.unep.org (diakses tanggal 1 desember 2009)