PROBABILITAS PEMILIHAN ANGKUTAN UMUM ANTARA …
Transcript of PROBABILITAS PEMILIHAN ANGKUTAN UMUM ANTARA …
TUGAS AKHIR
PROBABILITAS PEMILIHAN ANGKUTAN UMUM ANTARAMINI BUS DAN TRAVEL
RUTE MEULABOH – BANDA ACEH
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syaratYang Diperlukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Teknik (S-1)
Disusun Oleh :
Immahlin
NIM : 08C10203054BIDANG : TransportasiJURUSAN : Teknik Sipil
JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TEUKU UMAR
ALUE PEUNYARENG - MEULABOH2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Meulaboh sebagai ibu kota Kabupaten Aceh Barat terus mengalami
perkembangan kota dan dinamika pergerakan dikarenakan pertumbuhan kota maupun
daerah di sekitarnya. Dari pengamatan yang penulis lakukan terdapat satu arah rute
pergerakan yang dominan menjadi pergerakan ke Banda Aceh yaitu ibu kota provinsi
yang menjadi pusat pemerintahan, pusat pendidikan, pusat ekonomi dan tarikan dari
ibu kota provinsi yang menyebabkan bangkitan yang berbanding lurus dengan tingkat
pertumbuhan ekonomi warga.
Pergerakan masyarakat sebagian besar masih sangat bergantung terhadap
transportasi pada saat akan melakukan pergerakan, dari Meulaboh menuju Banda
Aceh. Transportasi yang tersedia dari Meulaboh menuju Banda Aceh masih
mempergunakan pelayanan transportasi darat. Moda yang tersedia hingga pada saat
ini umumnya adalah Mini Bus dan Travel yang dioperasikan oleh perusahaan yang
berbeda - beda. Masing-masing moda transportasi yang ada akan menawarkan
pelayanan jasa yang berbeda-beda pada calon penumpang. Berkaitan dengan kondisi
tersebut penulis tertarik untuk mengetahui kompetisi pemilihan moda oleh
penumpang, apa yang menjadi karakteristik penumpang pada saat memilih moda,
serta penulis juga ingin mengetahui dan mengamati seberapa besar atribut perjalanan
mempengaruhi mereka pada saat memilih moda.
Secara umum di Meulaboh terdapat dua jenis angkutan yaitu Mini Bus dan
Travel untuk rute Meulaboh - Banda Aceh yang sering digunakan oleh Masyarakat.
Untuk Mini Bus dari segi kapasitas sedikit lebih unggul karena dapat menampung 9
orang penumpang dan penyediaan bagasi yang cukup luas, sedangkan untuk jenis
2
Travel merupakan jenis angkutan umum yang lebih mengutamakan keungulan
fasilitas seperti AC.
Untuk itu penulis ingin melakukan penelitian bagaimana pemilihan
masyarakat terhadap moda angkutan penumpang antara Mini Bus dan Travel dengan
trayek Meulaboh – Banda Aceh. Kedua jenis moda ini dipilih karena menunjukkan
perbedaan yang secara berbeda seperti halnya dalam atribut serta menunjukkan
persaingan yang kompetitif dalam hal pelayanan jasa angkutan.
Moda Travel tidak memiliki izin trayek resmi, dari hasil wawancara dengan
pihak operator Travel mengenai dasar hukum pengoperasian moda travel ini,
menyebutkan bahwa Travel memiliki izin usaha angkutan dan untuk izin operasi
mengunakan izin operasi angkutan untuk keperluan pariwisata.
Walaupun hanya mengantongi memiliki izin Travel, permintaan terhadap
moda Travel tetap ada bahkan untuk rute Meulaboh – Banda Aceh permintaan
penggunaan jenis Travel lebih dominan dibandingkan dengan Mini Bus terlebih
setelah penurunan tarif angkutan Mini Bus. Pertanyaannya adalah kenapa moda
Travel ini memiliki peminat yang cukup banyak sehingga mulai menggungu operasi
Mini Bus, padahal jika dilihat dari segi perizinan jelas moda angkutan Travel ini
termasuk dalam moda angkutan umum yang ilegal. Penelitian ini mencoba untuk
melihat berapa besar permintaan akan moda Travel dan kelebihan apa yang
menyebabkan pelaku pejalanan memilih jenis moda Travel tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Rute yang ditinjau Meulaboh-Banda Aceh dengan jarak 250 km dari Meulaboh ke
Banda Aceh, waktu tempuh 4,5 jam dengan Mini Bus dan 4 jam dengan Travel .
2. Terdapat perbedaan tarif untuk angkutan Mini Bus sebesar Rp 80.000. sedangkan
travel Rp 110.000.
3
3. Angkutan travel hanya memiliki izin usaha angkutan umum dan izin oprasional
berupa angkutan pariwisata, tetapi permintaan terhadap angkutan travel tetap ada,
sehingga perlu dilakukan penelitian tentang preferensi perjalanan dalam memilih
moda.
4. Seberapa besar peluang angkutan umum Mini Bus dan transportasi travel sebagai
moda transportasi alternatif dalam melayani pengguna jasa transportasi.
1.3 Batasan Masalah
Agar penulisan ini sesuai dengan judul maka diperlukan pembatasan masalah.
Adapun yang menjadi batasan masalah dalam penulisan ini adalah:
1. Moda yang digunakan dalam penulisan ini adalah Angkutan umum Mini Bus dan
Travel rute Meulaboh – Banda Aceh.
2. Model yang diterapkan adalah model logit binomial.dan selisih
3. Tinjauan model didasarkan pada asumsi bahwa pembuat keputusan dalam
memilih moda adalah pelaku perjalanan yang menggunakan Angkutan umum
Mini Bus dan Travel.
4. Analisis preferensi pelaku pejalanan memakai teknik Stated Preferece
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian model pemelihan moda angkutan umum rute
Meulaboh-Banda Aceh adalah:
1. Memperoleh karakteristik responden pelaku perjalanan dalam pemilihan moda
transportasi.
2. Untuk memperoleh suatu model pemilihan moda yang dapat menjelaskan
probabilitas pelaku perjalanan dalam memilih moda transportasi antara angkutan
umum Mini Bus dan travel bila ditinjau dari segi tarif perjalanan, waktu tempuh
perjalanan, dan waktu lamanya waktu menunggu kendaraan di pemberhentian.
4
3. Untuk meneliti seberapa besar peluang terpilihnya angkutan umum Mini Bus dan
Travel sebagai salah satu moda transpotasi angkutan umum luar kota.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan hasil pemodelan yang
akurat untuk mengetahui variabel yang mempegaruhi minat masyarakat
menggunakan angkutan umum . Hasil penelitian ini juga diharapkan nantinya dapat
bermanfaat bagi mahasiswa, masyarakat, pemerintah, maupun perguruan tinggi,yaitu:
1. Bagi pemerintah daerah, yaitu sebagai bahan masukan dalam melakukan kajian,
evaluasi dan pemantauan penggunaan moda angkutan umum.
2. Bagi mahasiswa, dapat megetahui dan memahami bagaimana studi tentang
pemodelan pemilihan moda angkutan Mini Bus dan Travel luar kota.
3. Bagi pengurus tinggi, penelitian ini dapat memperkaya khasanah penilitian di
bidang tranportasi.
4. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat memberikan alternatif terbaik dalam
pemilihan moda untuk mengatasi masalah tranportasi yang ada.
5
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Konsep Pemodelan
Model adalah suatu yang dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya
yang ada di lapangan atau merupakan suatu alat bantu atau media yang dapat
digunakan untuk mencerminkan dan menyederhanakan suatu realitas (dunia
sebenarnya) secara terukur. Menurut Tamin (2000), model memiliki berbagai macam
jenis yaitu.
1. Model verbal, yakni model yang menggambarkan keadaan yang ada dalam bentuk
kalimat. Misalnya: suatu kota yang di penuhi dengan pepohonan yang rindang
dengan sungai yang indah.
2. Model fisik, yakni model yang menggambarkan keadaan yang ada dengan ukuran
yang lebih kecil. Misalnya: model bagunan, model saluran, model jembatan, dan
maket bangunan.
3. Model matematis, yakni model yang menggambarkan keadaan yang ada dalam
bentuk persamaan-persamaan matematis, model inilah yang di pakai pada
perencanaan transportasi. Misalnya: Jumlah lalu lintas yang sebanding dengan
jumlah penduduk.
Menurut Tamin (2000) model matematis transportasi dapat dijabarkan dalam
bentuk – bentuk berikut ini:
1. Deskriptif, yang menjelaskan keadaan yang ada atau keadaan jika dilakukan suatu
perubahan terhadap keadaan yang ada.
2. Prediktif, yang meramalkan keadaan yang akan datang.
3. Plaining, yang meramalkan keadaan yang akan datang disertai dengan rencana-
rencana perubahannya.
6
2.2.1 Angkutan Umum
Angkutan pada dasarnya adalah sarana untuk memindahkan orang dan atau
barang dari satu tempat ke tempat lain. Tujuannya membantu orang atau kelompok
orang menjangkau berbagai tempat yang dikehendaki atau mengirimkan barang dari
tempat asalnya ke tempat tujuannya. Prosesnya dapat dilakukan dengan
menggunakan sarana angkutan berupa kendaraan. Sementara Angkutan Umum
Penumpang adalah angkutan penumpang yang menggunakan kendaraan umum yang
dilakukan dengan sistem sewa atau bayar. Termasuk dalam pengertian angkutan
umum penumpang adalah angkutan kota (bus, mini bus), kereta api, angkutan air, dan
angkutan udara. (Warpani, 1990)
Angkutan Umum Penumpang bersifat massal sehingga biaya angkut dapat
dibebankan kepada lebih banyak orang atau penumpang yang menyebabkan biaya per
penumpang dapat ditekan serendah mungkin. Karena merupakan angkutan massal,
perlu ada kesamaan diantara para penumpang, antara lain kesamaan asal dan tujuan.
Kesamaan ini dicapai dengan cara pengumpulan di terminal dan atau tempat
perhentian. Kesamaan tujuan tidak selalu berarti kesamaan maksud. Angkutan umum
massal atau masstransit memiliki trayek dan jadwal keberangkatan yang tetap.
Pelayanan angkutan umum penumpang akan berjalan dengan baik apabila tercipta
keseimbangan antara ketersediaan dan permintaan. Oleh karena itu, Pemerintah perlu
turut campur tangan dalam hal ini. (Warpani, 1990)
2.2.2 Trayek Angkutan Umum
Trayek merupakan keputusan menteri perhubungan No 35 Tuhun 2013 Pasal
1 adalah lintasan kendaraan umum untuk pejalanan jasa angkutan orang dengan mobil
bus, yang menpuyai asal dan tujuan perjalanan tetap, lintasan tetap, dan jadwal tetap
maupun tidak berjadwal.
Keputusan menteri perhubungan No 35 tahun 2013.pasal 6 ayat 3
menyebutkan bahwa dalam melakukan evaluasi kebutuhan penambahan kendaraan
dalam suatu trayek dilakukan dengan mempertimbangkan:
7
a. Jumlah perjalanan pergi - pulang per hari rata - rata dan tertinggi;
b. Jumlah rata - rata tempat duduk kendaraan;
c. Laporan realisasi faktor muatan;
d. Faktor muatan 70 % ;
e. Tersedianya fasilitas terminal yang sesuai;
f. Tingkat pelayanan jalan.
2.3. Konsep Dasar Pemodelan Transpotasi
Menurut Tamin (2000) ada beberapa konsep perencanaan transportasi yang
telah berkembang hingga saat ini dan yang paling popular adalah, Model perencanaan
transportasi Empat tahap. Keempat model tersebut antara lain:
1. Model bangkitan pergerakan, yaitu pemodelan transportasi yang berfungsi untuk
memperkirakan dan meramalkan jumlah (banyaknya) perjalanan yang berasal
(meninggalkan) dari suatu zona/kawasan/ petak lahan dan jumlah (banyaknya)
perjalanan yang datang/tertarik (menuju) ke suatu zona/kawasan/petak lahan pada
masa yang akan datang (tahun perencanaan) persatuan waktu.
2. Model Sebaran Pergerakan, yaitu pemodelan yang memperlihatkan jumlah
(banyaknya) perjalanan/yang bermula dari suatu zona asal yang menyebar ke
banyak zona tujuan atau sebaliknya jumlah (banyaknya) perjalanan/yang datang
mengumpul ke suatu zona tujuan yang tadinya berasal dari sejumlah zona asal.
3. Model Pemilihan Moda Transportasi, yaitu pemodelan atau tahapan proses
perencanaan angkutan yang berfungsi untuk menentukan pembebanan perjalanan
atau mengetahui jumlah (dalam arti proporsi) orang dan barang yang akan
menggunakan atau memilih berbagai moda transportasi yang tersedia untuk
melayani suatu titik asal tujuan tertentu, demi beberapa maksud perjalanan
tertentu pula.
8
4. Model Pilihan Rute, yaitu pemodelan yang memperlihatkan dan memprediksi
pelaku perjalanan yang memilih berbagai rute dan lalu lintas yang
menghubungkan jaringan transportasi tersebut.
2.4 Faktor Yang Menpengaruhi Pemilihan Moda
Menurut Tamin (2008) menyatakan model pemilihan moda bertujuan untuk
mengetahui proporsi orang yang menggunakan setiap moda transpotasi. Proses ini
dilakukan dengan maksud untuk mengkalibrasi model pemilihan moda pada tahun
dasar dengan mengetahui pemilihan moda tersebut dan setelah dilakukan proses
kalibrasi model dapat digunakan untuk diramalkan pemilihan moda dengan nilai
peupah bebas untuk masa mendatang. Pemilihan model ini sangat sulit dimodelkan,
walaupun hanya dua buah moda yang digunakan (umum atau pribadi). Ini disebabkan
oleh banyak faktor yang sulit dikuantifikasikan, misalnya kenyamanan, keamanan,
kehandalan atau ketersediaan mobil pada saat diperlukan.
Menurut Tamin (2000) Faktor yang dapat mempengaruhi pemilihan moda ini
dapat dikelompokkan menjadi tiga, sebagaimana dijelaskan berikut ini.
1. Beberapa faktor berikut ini diyakini akan sangat mempengaruhi pemilihan
moda:
• ketersediaan atau pemilikan kendaraan pribadi; semakin tinggi pemilikan
kendaraan pribadi akan semakin kecil pula ketergantungan pada angkutan
umum;
• pemilikan Surat Izin Mengemudi (SIM);
•struktur rumah tangga (pasangan muda, keluarga dengan anak, pensiun,bujangan,
dan lain-lain);
• pendapatan; semakin tinggi pendapatan akan semakin besar peluang
menggunakan kendaraan pribadi;
• faktor lain misalnya keharusan menggunakan mobil ke tempat bekerja dan
keperluan mengantar anak sekolah.
9
2 Ciri pergerakan
• tujuan pergerakan contohnya, pergerakan ke tempat kerja di negara maju
biasanya lebih mudah dengan memakai angkutan umum karena ketepatan waktu
dan tingkat pelayanannya sangat baik dan ongkosnya relatif lebih murah
dibandingkan dengan angkutan pribadi (mobil). Akan tetapi, hal yang
sebaliknya terjadi di negara sedang berkembang, orang masih tetap
menggunakan mobil pribadi ke tempat kerja, meskipun lebih mahal, karena
ketepatan waktu, kenyamanan, dan lain-lainnya tidak dapat dipenuhi oleh
angkutan umum.
• waktu terjadinya pergerakan kalau kita ingin bergerak pada tengah malam, kita
pasti membutuhkan kendaraan pribadi karena pada saat ituangkutan umum tidak
atau jarang beroperasi.
• jarak perjalanan semakin jauh perjalanan, kita semakin cenderung memilih
angkutan umum dibandingkan dengan angkutan pribadi. Contohnya, untuk
bepergian dari Jakarta ke Surabaya, meskipun mempunyai mobil pribadi, kita
cenderung menggunakan angkutan umum (pesawat, kereta api, atau bus) karena
jaraknya yang sangat jauh.
3 Ciri fasilitas moda transportasi. Hal ini dapat dikelompokkan menjadi dua
kategori. Pertama, faktor kuantitatif seperti:
• waktu perjalanan; waktu menunggu di tempat pemberhentian bus, waktu
berjalan kaki ke tempat pemberhentian bus, waktu selama bergerak, dan lain-
lain;
• biaya transportasi (tarif, biaya bahan bakar, dan lain-lain);
• ketersediaan ruang dan tarif parkir.
10
2.4.1 Model pemilihan moda
Dalam model pemilihan moda ini ada beberapa hipotesis yang diajukan yaitu
bahwa pelaku perjalanan selalu memilih moda yang salah satu atau kombinasi dari
beberapa atribut berikut yaitu: tercepat, termurah, dan ternyaman. Oleh karena itu,
untuk memodelkan pemilihan moda tersebut dikutip (Tamin. 2000)
merekomendasikan asumsi-asumsi sebagai berikut :
1. Pelaku perjalanan yang waras (rasional) selalu memaksimumkan kepuasan
yang diperolehnya.
2. Dalam pemanfaatan sumber kepuasan tersebut, pelaku perjalanan mempunyai
batasan-batasan seperti pendataan dan sebagainya.
3. Pelaku perjalanan mempunyai pengetahuan yang cukup tentang karakteristik
masing-masing alternatif moda yang akan dipilihnya.
4. Jatuhnya pilihan pada salah satu moda menunjukkan bahwa dia
mempertimbangkan karakteristik moda tersebut sesuai dengan karakteristik
perjalanannya.
5. Pelaku perjalanan konsisten sepanjang waktu terhadap pilihannya selama
tidak terdapat perubahan pada karakteristik pribadinya.
Model pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini terhadap pemilihan
moda adalah model pemilihan diskret. Secara umum, model pemilihan diskret
dinyatakan sebagai probabilitas setiap individu memilih suatu pilihan merupakan
fungsi ciri sosio ekonomi dan daya tarik pilihan tersebut. Untuk menyatakan daya
tarik suatu alternatif, digunakan konsep utilitas. Utilitas didefinisikan sebagai sesuatu
yang dimaksimumkan oleh setiap individu. (Tamin , 1997).
2.5. Penaksiran regresi linier
Metode regresi secara luas digunakan dalam pemodelan transportasi. Dalam
penggunaan analisa stated preference, teknik regresi linier digunakan pada pilihan
11
ranting. Pengolahan data dilakukan untuk mendapatkan hubungan kuantitatif antara
sekumpulan atribut dan responden.
Hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk persamaan linier sebagai berikut :
y = a + b1x1 + b2x2 +………+ bnxn………………………………………….(2.0)
dimana :
y = respon individu
x1,x2,…,xn = atribut pelayanan
a = konstanta regresi
b1,b2,…,bn = parameter model
Residual untuk setiap kejadian dirumuskan sebagai berikut :
δ = y – (a + b1x1 + b2x2…….+ bnxn)……………………………….. (2.1)
dan jumlah kuadrad terkecil residual untuk sejumlah n observasi adalah :
∑δ2 = ∑[y – (a + b1x1+b2x2+…..+ bnxn)]……………………………......(2.2)
Dengan menggunakan prinsip kuadran terkecil, dengan meminimalkan nilai ∑δ2 ,
diperoleh jika turunan parsial ∑δ2 berturut-turut terhadap a, b1, b2,…, bn adalah sama
dengan nol.
Dengan langkah ini, maka diperoleh k+1 persamaan dengan sejumlah k+1 koefisien
regresi sehingga masing-masing koefisien dapat ditentukan. (Tamin , 1997).
2.6. Teknik Stated Preference (SP)
Teknik stated preference menawarkan sebuah teknik untuk menyediakan
informasi tentang permintaan dan perilaku perjalanan dengan baik untuk suatu
pengeluaran tertentu dengan alasan tertentu. Teknik stated preference mengacu pada
suatu pendekatan yang menggunakan pertanyaan mengenai bagaimana responden
memberikan respon terhadap situasi yang berbeda dan berubah.
Metode ini telah secara luas dipergunakan dalam bidang transportasi karena
metode ini dapat mengukur/memperkirakan bagaimana masyarakat memilih moda
perjalanan yang belum ada atau melihat bagaimana reaksi mereka bereaksi terhadap
12
suatu peraturan baru. Menurut defenisinya Stated Preference berarti pernyataan
preferensi tentang suatu alternatif dibanding alternatif-alternatif yang lain. Teknik ini
menggunakan pernyataan preferensi dari para responden untuk menentukan alternatif
rancangan yang terbaik dari beberapa macam pilihan rancangan. Teknik stated
preference mendasarkan estimasi permintaan pada sebuah analisis respon terhadap
pilihan yang sifatnya hipotetikal misalnya sarana yang masih dalam perencanaan. Hal
ini tentu saja dapat mencakup atribut-atribut dan kondisi-kondisi dalam lingkup yang
lebih luas daripada sistem yang sifatnya nyata, (Andri, 2007).
Sifat utama dari stated preference suvey adalah sebagai berikut :
1. Stated preference didasarkan pada pernyataan pendapat responden tentang
bagaimana respon mereka terhadap beberapa alternatif hipotesa.
2. Setiap pilihan direpresentasikan sebagai ‘paket’ dari atribut yang berbeda seperti
waktu, ongkos, headway, reability dan lain-lain.
3. Peneliti membuat alternative hipotesa sedemikian rupa sehingga pengaruh
individu pada setiap atribut dapat diestimasi, ini diperoleh dengan teknik desain
eksperimen (experimental design).
4. Alat interview (quistionare) harus memberikan alternative hipotesa yang dapat
dimengerti oleh responden.
5. Responden menyatakan pendapatnya pada setiap pilihan (option) dengan
melakukan rangking, rating dan choise pendapat terbaiknya dari sepasang atau
kelompok pernyataan.
6. Respon sebagai jawaban yang diberikan oleh individu di analisa untuk
mendapatkan ukuran secara kuantitatif mengenai hal yang penting (relative) pada
setiap atrubut.
2.7. Model Logit Binomial
Model Logit Binomial merupakan metode yang digunakan untuk memodelkan
pemilihan moda yang terdiri dari dua alternatif saja. Model yang sering digunakan,
13
yaitu model binomial logit selisih yang dapat diselesaikan dengan mengunakan
penaksiran regresi linear. Parameter kuantitatif yang sering digunakan adalah biaya
perjalanan dan waktu perjalanan. Model binomial logit selisih sangat ditentukan oleh
persepsi seseorang dalam membandingkan biaya perjalanan dan waktu perjalanan
ketika memilih suatu moda.
Untuk model ini diasumsikan bahwa U1 dan U2 merupakan Utilitas pemilihan
moda Mini Bus (MB) dan Travel (TV) Jika proporsi pemilihan moda diketahui maka
kita dapat menghitung nilai U1 dan U2 dengan mengunakan analisis regresi linear
sesuai dengan persamaan berikut. (Tamin , 1997).
P1 = ( ) .....................................................................(2.3)
Dengan mengasumsikan ∆U= U2-U1 dan melakukan beberapa penyerdehanaan
maka persamaan (2.3) dapat ditulis kembali menjadi persamaan berikut :
P1[1+ ( )] = 1……........................................................................................(2.4)
P1+P1( ) = 1…….........................................................................................(2.5)
P1( ) = 1 – P1……......................................................................................(2.6)
= ( )………...……............................................................................(2.7)
Persamaan (2.3) dapat ditulis kembali dalam bentuk logaritma seperti terlihat pada
Persamaan (2.4) berikut :
Loge = (U2-U1) ................................ ……………..................................(2.8)
Dengan diketahuinya P1,U1 dan U2 sehingga parameter yang tidak diketahui
adalah nilai.Nilai ini dapat dikalibrasi dengan analisis regresi linear dengan sisi kiri
berperan sebagai variabel tidak bebas (Y) dan dan (X) = ∆U =U2-U1 sebagai variabel
bebas, sehingga β adalah kemiringan garis regresi dan α adalah intersepsinya. (Tamin ,
1997).
Dengan asumsi Yi =Loge dan Xi= ∆Ui , persamaan tidak linear .....................(2.9)
14
2.8 Populasi dan Sampel
Populasi merupakan sekumpulan orang atau objek yang memiliki kesamaan
dalam satu atau beberapa hal dan yang membentuk masalah pokok dalam suatu riset
khusus. Populasi yang akan diteliti harus didefinisikan dengan jelas sebelum
penelitian dilakukan. Sedangkan sampel merupakan unsur-unsur yang diambil dari
populasi. Populasi dalam penelitian dapat pula diartikan sebagai keseluruhan unit
analisis yang ciri-cirinya akan diduga. Unit analisis adalah unit/satuan yang akan
diteliti atau di analisis.
Menurut Nazir (2003), untuk menentukan jumah sampel dapat menggunakan
rumus sebagai berikut :
n =( )( ) ( )………………………………………..…………(2.10)
D = ……………………………………………………..…………….(2.11)
Dimana :
n = jumlah sampel yang dicari
N = jumlah populasi
p = proporsi populasi
B = Bound of error dalam pengambilan sampel
4 = konstanta
Tiap hasil observasi yang memiliki sifat yang diinginkan diberi nilai 1 dan tidak
diberi niali 0. Jika ditarik sebuah sampel yang besarnya n, maka proporsi sampel
adalah ratio dari unsur dalam sampel yang mempunyai sifat yang diinginkan. Dengan
kata lain p adalah rata-rata dari harga 0 dan 1 dari nilai observasi sampel. Menurut
Isgianto (2009), proporsi populasi (p) biasanya diketahui dari hasil survei
sebelumnya, namun jika nilai p sama sekali tidak diketahui, maka yang mungkin
dilakukan adalah mencari sampel sebanyak mungkin. Dari rumus ini nilai sampel
15
yang paling besar bisa diperoleh dari nilai terbesar p(1-p) yaitu pada saat p = 0,5.
Nilai derajat ketepatan sebesar 90% atau Bound of error (B) ditetapkan = 0,1.
2.9 Probabilitas Pemilihan Moda
Untuk mengetahui probabilitas terpilihnya moda Mini Bus dan Travel
dianalisis dari model binomial logit. Probabilitas bahwa individu memilih Min Bus
dan Travel adalah fungsi perbedaan utilitas antar kedua moda. Dengan menganggap
bahwa kedua fungsi utilitas linier antara kedua moda, maka perbedaan utilitas
diekspresikan dalam bentuk perbedaan dengan sejumlah atribut yang relevan diantara
kedua moda.
Probabilitas pelaku perjalanan dalam memilih Mini Bus ( PMB ) dan Travel (TR)
dari model binomial logit terhadap atribut biaya (cost) dan waktu (time) dapat
diselesaikan dengan persamaan :
(U1 – U2) = a + b.x …………………………………………….…………(2.12)
P MB = ( ) ……………..…………………...………..……(2.13)
P MB = . ...................................................................................(2.14)
PTR = 1- PMB ………………………………………...………………….(2.15)
Respon dari responden terhadap preferensinya kemoda transportasi Mini Bus
dan Travel dinyatakan dalam skala ranking 1 sampai 5, dimana 5 menyatakan
prefensi ¨pasti pilih Mini Bus ( PMB )¨ (dengan skala probabilitas P = 0.9), 4 =
¨mungkin Mini Bus ( PMB )¨ dengan P = 0.7), 3 = ¨netral¨ (dengan P = 0.5), 2 =
¨mungkin pilih Travel¨ dengan P = 0.3), dan 1 = ¨pasti pilih Travel¨ dengan P = 0.1).
16
2.10 Uji Sensitivitas
Uji ini dilakukan untuk mengetahui dan memahami perubahan nilai dari
probabilitas pemilihan Mini Bus seandainya dilakukan perubahan nilai atribut
pelayanannya. Untuk menggambarkan sensitivitas ini dapat dilakukan beberapa
perubahan atribut terhadap model pada masing-masing kelompok, yakni:
1. Biaya perjalanan dikurangi atau ditambah
2. Waktu tunggu perjalanan diperlambat atau dipercepat
3. Waktu tempuh diperlambat atau dipercepat
Dari uji sensitivitas juga akan diperlihatkan bagaimana nilai probabilitas dari
setiap perubahan atribut dengan model logit.
17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian
Secara garis besar metode penelitian yang akan dilaksanakan seperti diagram
alir dibawah ini :
Data Primer1. Data preferensi moda
angkutan2. Data estimasi jumlah
Penumpang3. Data jumlah armada
Mulai
Identifikasi MasalahPemilihan moda angkutan yang lebih tepat
jurusan Meulaboh – Banda Aceh
Kajian pustakaPengumpulan bahan dan studi literatur
Pengumpulan DataData sekunder
1. Jumlah armada MiniBus dan travel
2. Jumlah Rit/hari bustrayek
Penyajian dan analisa dataPengolahan data dari hasil survei dilapangan dengan menggunakan: Regresi Linier Model logit Binomial Probabilitas pilihan Moda
Kesimpulan dan saran
Selesai
Pengolahan DataTarif,dan waktu tunggu
Gambar 3.3 Diagram Alir (Flow Chart) Penelitian.
18
3.1.1 Tahapan kegiatan penelitian
Penelitian dimulai dengan melakukan pengumpulan bahan literatur dan data-
data primer dan sekunder berupa pengamatan di lapangan dan dari instansi-instansi
terkait mengenai penelitian yang dilakukan. Dalam pelaksanaan survey di lapangan,
data primer diperoleh dengan dua cara, yaitu:
1. Pembagian kuisioner kepada pengguna moda angkutan Mini bus dan Travel.
2. Dengan teknik wawancara secara langsung kepada pengguna angkutan Mini Bus
dan Travel.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi pemerintah maupun swasta,
misalnya perusahaan angkutan, maupun instansi lainnya. Data yang diperoleh dapat
berupa data mengenai rata-rata jumlah penumpang dalam sekali berangkat, jadwal
keberangkatan Mini Bus, dan Travel.
Bentuk pertanyaan yang terdapat pada formulir angket yang akan disurvei
meliputi dua hal, yaitu :
1. Pertanyaan akan difokuskan untuk mengetahui kondisi sebenarnya dan
karakteristik umum pengguna moda mulai dari kondisi sosial ekonomi dari
pengguna moda angkutan dan informasi perjalanan pengguna moda angkutan.
2. Pertanyaan difokuskan untuk preferensi responden seandainya beberapa atribut
pelayananan yang ditawarkan mengalami perubahan mulai dari ongkos
perjalanan, waktu tempuh perjalanan untuk rute Meulaboh – Banda Aceh, jadwal
keberangkatan Mini Bus dan Travel, dan lama perjalanan menuju terminal. Dari
kedua bentuk pertanyaan diatas, akan dilihat sensitifitas pengguna jasa angkutan
umum terhadap pemilihan moda antara Mini Bus atau Travel.
Prosedur pelaksanaan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Menentukan data-data yang diperlukan dengan survei ke lapangan.
2. Penyajian data dari data survei. Semua data yang diperoleh dari survei
lapangan disajikan dalam bentuk tabulasi.
3. Tahap terakhir adalah analisis data dari survei lapangan. Dalam penelitian ini
meliputi klasifikasi data-data yang dikumpulkan, analisis setiap parameter, evaluasi
19
kondisi angkutan umum Mini Bus dan Travel rute Meulaboh-Banda Aceh. Dalam
rangka mencapai tujuan dalam penelitian sangatlah diperlukan terlebih dahulu
metodologi penelitian dengan membuat diagram alir. Dapat dilihat pada lampiran
dibelakang.
Maksud dari pengerjaan metodologi ini adalah:
a. Untuk merencanakan secara lebih detail tahap-tahap pelaksanaan kegiatan
yang akan dilakukan selanjutnya, dengan tujuan untuk mengefisienkan
waktu dan sumber daya.
b. Menentukan metoda yang akan dipergunakan dalam mengolah dan
menganalisis data serta membahas model yang sudah ditetapkan, hal ini
sangat penting dan mempengaruhi kebutuhan data, waktu dalam analisis
dan kualitas hasil penelitian.
c. Menyusun rencana pengerjaan survei yaitu berupa pemilihan metode
survei dan formulir survei.
3.2 Permasalahan
Mencermati perkembangan akan angkutan umum di daerah Meulaboh maka
penulis bermaksud untuk meneliti seberapa besar peluang angkutan umum Mini Bus
dan transportasi travel sebagai moda transportasi alternatif dalam melayani pengguna
jasa transportasi, yang hasilnya dapat digunakan untuk mendukung pengembangan
penumpang jurusan Meulaboh – Banda Aceh.
3.2.1 Studi pendahuluan dan kajian pustaka
Sebelum melakukan suatu kegiatan diperlukan suatu penelitian berupa studi
pendahuluan yang bertujuan untuk mengidentifikasi masalah yang akan diteliti.
Dengan melakukan penelitian ini akan ditemukan masukan dalam pengembangan
model dan tujuan akhir yang akan dicapai. Selanjutnya akan dilakukan studi literatur
yang berguna untuk mencari, dan mengumpulkan bahan-bahan literatur berupa
20
landasan teori, metode-metode yang akan digunakan dalam pengolahan dan analisis
data serta memaksimalkan atau memperkaya bahasan dan validasi dari model yang
dikembangkan dalam kajian ini.
3.3 Persiapan Penelitian
Persiapan penelitian ini merupakan sekumpulan tahapan yang beruntung dan
saling terkait suatu dengan yang lain dengan tujuan untuk mendapatkan data yang
diperlukan bagi kepentingan penelitian. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan
meliputi studi pustaka, penetapan daerah studi, periode pengamatan, menentukan
kebutuhan data dan desen formulir wawancara.
3.4 Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan prosedur yang sistemik dan harus
memperhatikan garis yang ditentukan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari data
yang tidak terpakai karena informasi yang diperoleh tidak relevan dengan
keperluannya. Seluruh data yang diperlukan dalam penelitian ini dapat
dikelompokkan menjadi data primer dan data sekunder.
3.4.1 Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh tidak langsung dari sumbernya, data
ini berasal dari tangan kedua, ketiga, dan seterusnya. Dalam penelitian ini data
sekunder berasal dari berbagai publikasi instansi pemerintah di wilayah kota
Meulaboh. Parameter data sekunder yang dibutuhkan meliputi data karakteristik
daerah dan karakteristik pelayanan angkutan umum, yaitu terdiri dari:
1. Karakteristik trayek (panjang lintasan),
2. Karakteristik armada angkutan umum Mini Bus dan travel,
3. Kebijakan armada (ketentuan pemerintah), misalnya struktur dan besaran tarif,
21
4. Data jumlah armada yang beroperasi per hari rute Meulaboh - Medan.
5. Peta jalur rute Meulaboh - Banda Aceh
3.4.2 Data primer
Data primer merupakan data yang diambil secara langsung melalui survei
pada lokasi yang bersangkutan (terminal Meulaboh dan travel yang ada di sekitar
kota Meulaboh jurusan Meulaboh – Banda Aceh dan sebaliknya). Data primer yang
dibutuhkan yaitu karakteristik sosial - ekonomi secara langsung melalui kuisioner.
Kuesioner ini diajukan pada responden.
Responden disini adalah sampel dari populasi penumpang berangkat dari
Meulaboh – Banda Aceh. Data primer yang terkumpul melalui survei primer dapat
berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Data kuantitatif adalah data yang
dinyatakan dalam bentuk angka, misalnya usia. Sedang data kualitatif data yang
dinyatakan dalam bentuk bukan angka, sehingga data tersebut perlu diubah menjadi
angka untuk selanjutnya dapat diproses.
Jenis data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Data karakteristik responden
2. Data Survei preferensi responden metode Stated Preference
3.5 Lokasi Survei
Dalam menetapkan lokasi survei penelitian ini, dilakukan di terminal
Meulaboh Jl. Singgah Mata, yang melayani pergerakan penumpang dari Meulaboh
ke Banda Aceh untuk loket pergerakan keberangkatan Mini Bus. Sedangkan Travel
di lakukan lokasi survey pada tempat yang berbeda-beda yang ada di Meulaboh.
22
3.5.1 Waktu survei
Waktu survei pada penelitian ini dilakukan pada tanggal 01 Mei 2013 sampai
dengan 07 Mei 2013 untuk survei pendahuluan dan tanggal 17 Juni 2013 sampai
dengan tanggal 22 juni 2013 untuk survei penelitian. Survei pendahuluan yaitu untuk
mendapatkan jumlah sampel. Setelah jumlah sampel didapat, maka tahap selanjutnya
melakukan survei penelitian dengan jumlah sampel yang telah ditentukan pada survei
pendahuluan.
.
3.6 Teknik Survey
Survei pada penelitian ini dilakukan sebelum responden melakukan
pejalananya, yaitu dengan membagikan kuisioner kepada responden yang akan
berangkat.
Dalam perancangan survei ini, kegiatan-kegiatan yang dilakukan mencakup:
1. Penentuan model survei untuk mendapatkan data–data yang digunakan dalam
penelitian, data primer diperoleh dari cara sampling yaitu dengan wawancara
langsung dan pengisian kuisioner oleh responden.
2. Perancangan desain kuisioner ini dilakukan dengan melakukan analisa teknik
stated preference. Perancangan kuisioner ini dilakukan berdasarkan kondisi
eksisting dari moda yang sudah ada untuk kemudian pada proses selanjutnya
dilakukan dilakukan perubahan (baik peningkatan, pengurangan ataupun tidak ada
perubahan) pada tiap artibut yang ada.
Adapun atribut-atribut yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Biaya Perjalanan
Biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran ongkos transportasi dalam satuan
rupiah per orangnya, yang merupakan biaya dari stasiun Mini Bus hingga ke
tempat tujuan.
23
2. Waktu tempuh perjalanan
Waktu tempuh kendaraan dalam satuan jam, yang merupakan waktu tempuh dari
stasiun Mini Bus dan Travel hingga ke tempat tujuan.
3. Waktu lamanya menunggu
Waktu lama menunggu kendaraan di pemberhentian (terminal) Waktu yang
dibutuhkan oleh pelanggan kenderaan menunggu di stasiun kenderaan.
3.6.1 Survei pendahuluan
Teknik survei pendahuluan dilakukan pada terminal dan stadiun masing-
masing armada angkutan umun, survei dilakukan dengan wawancara langsung
kepada angkutan umum, dari hasil survey diperoleh 2 (dua) data yaitu sosio ekonomi
dan data stated preference untuk pelaku perjalanan. Untuk data stated preference
diolah agar dapat digunakan sebagai masukan dalam proses analisa, dimana analisa
data kualitatif hasil survei di lapangan yang disajikan dalam skala semantik
selanjutnya ditransformasikan ke dalam skala numerik dengan mengunakan model
logit binomial.dan nisbah.
3.6.2 Teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel dilakukan secara proporsional, penggunaan yang
dipilih sebagai sampel penelitian mewakili populasi yang terbesar pada masing –
masing moda angkutan Mini Bus dan Travel yang beroperasi melayani rute
Meulaboh – Banda Aceh.
3.7 Jumlah Sampel
Jumlah sampel diperoleh dari populasi jumlah rata - rata penumpang angkutan
Mini Bus dan Travel yang dilakukan selama 1 (satu) minggu pada survei
pendahuluan. Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah sampel 18 orang untuk Travel
dan 65 orang untuk Mini Bus.
24
Tabel 3.1 perhitungan jumlah sampel Travel
Nama Perusahaan JumlahArmada
Jumlahpenumpang dalam 1minggu
Jumlahpenumpang
rata-rata perhari
n =( )( ) ( )
CV. Dedek Lestari 9 80 11,4 10
CV.Cahaya AksaMentari
6 62 8,9 8
Jumlah Sampel 18
Tabel 3.2 perhitungan jumlah sampel Travel
NamaPerusahaan
JumlahRit/Armada
YangBeroperasi
Jumlahpenumpang
dalam 1minggu
pengamatan
Jumlahpenumpang
rata-rata perhari
n =( )( ) ( )
CV. Nusintra 6 77 11,0 10Tenaga Desa 7 76 10,9 10Aceh Barat 7 34 4,9 5CV.RincongMas
7 69 9,9 9
CV.MandalTOUR
8 33 4,7 5
CV.Metro 7 38 5,4 5
CV.BuraqWisata
7 69 9,9 9
CV.FlamboyanTour
7 38 5,4 5
CV.PrimadonaTour
7 58 8,3 8
Jumlah 492 70,3 65
3.8 Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis regresi linier dan
analisis binomial logit.
25
3.8.1 Regresi linier
Analisis regresi linier adalah metode statistik yang dapat digunakan untuk
mempelajari hubungan antar sifat permasalahan yang sedang diselidiki. Model
analisis regresi linier dapat memodelkan hubungan antara dua peubah atau lebih.
Pada model ini terdapat peubah tidak bebas (y) yang mempunyai hubungan
fungsional dengan satu atau lebih peubah bebas (xi).
3.8.2 Analisis model binomial logit
Pada penelitian ini untuk mendapatkan model pemilihan moda digunakan metode
binomial logit nisbah yang dapat diselesaikan dengan menggunakan penaksiran regresi
linier. Parameter kuantitatif yang sering digunakan adalah biaya perjalanan dan waktu
perjalanan. Model binomial logit ini sangat ditentukan oleh persepsi seseorang dalam
membandingkan biaya perjalanan dan waktu perjalanan ketika memilih suatu moda.
26
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil penelitian yang disajikan dalam hasil dari data primer diperoleh
melalui survei kuisioner. Permodelan dilakukan dengan regresi linier karena akan
menghubungkan satu variabel atau lebih variable. Pemodelan dilakukan dengan
bantuan perangkat lunak SPSS versi 18.0. Berdasarkan hal tersebut kemudian
dikembangkan model pemilihan moda angkutan penumpang rute Meulaboh-
Banda Aceh. dengan pendekatan analisa regresi linier, selanjutnya dilakukan uji
sentivitas model terhadap atribut tarif, waktu tunggu dan waktu tempuh.
4.1.1 Data angkutan umum
Berdasarkan data dari Dinas Perhubungan Aceh Barat, angkutan umum
Mini Bus yang melayani rute Meulaboh – Banda Aceh berjumlah Sembilan
operator, dan dapat dilihat lebih jelah pada tabel 4.1
Tabel 4.1 Data Jumlah Angkutan Umum Mini Bus
No Nama PerusahaanJumlah KendaraanYang Mimiliki Izin
Jumlah KendaraanYang Beroperasi Alama Perusahaan
1 CV. Nusintra 6 6 Jl. Singamata2 CV.Tenaga Desa 7 7 Jl. Singamata3 CV. Aceh Barat 7 7 Jl. Singamata4 CV. Rincong Mas 7 7 Jl. Singamata5 CV. Mandala 8 8 Jl. Singamata6 CV. Metro 7 7 Jl. Singamata7 Burag Wisata 7 7 Jl. Singamata8 CV.Flanboyan Toar 7 7 Jl. Singamata9 CV. Primadana Tour 7 7 Jl. Singamata
Jumlah 63 63
27
Berdasarkan data dari hasil survei di lapangan angkutan umum Travel
untuk melayani rute Meulaboh – Banda Aceh berjumlah dua operator,dan untuk
lebih jelas dapat dilihat pada table 4.2
Tabel 4.2 Data Jumlah Angkutan Umum Travel
4.2 Data jumlah penumpang
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan selama satu minggu diperoleh
data jumlah penumpang yang menggunakan moda Mini Bus untuk rute Meulaboh
– Banda Aceh dapat dilihat pada tabel berikut 4.3
Tabel 4.3 Data Jumlah Penumpang Mini Bus Selama Satu Minggu
No Nama Perusahaan Jenis Moda Jumlah Penumpang
1 CV. Nusintra Mini Bus 77 Orang
2 CV.Tenaga Desa Mini Bus 76 Orang
3 CV. Aceh Barat Mini Bus 34 Orang
4 CV. Rincong Mas Mini Bus 69 Orang
5 CV. Mandala Mini Bus 33 Orang
6 CV. Metro Mini Bus 38 Orang
7 Burag Wisata Mini Bus 38 Orang
8 CV.Flanboyan Toar Mini Bus 38 Orang9 CV. Primadana Tour Mini Bus 58 Orang
Berdasarkan data jumlah penumpang dari hasil surve dilapangan angkutan
umum Travel untuk melayani rute Meulaboh – Banda Aceh, dapat dilihat pada
tabel 4.4.
No Nama PerusahaanJumlah KendaraanYang Beroperasi Alama Perusahaan
1 CV. Dedek Lestari 9 Jl. Manekro2 CV. Cahaya Aksa Mentari 6 Jl. Sisingamangaraja
Jumlah 15
28
Tabel 4.4 Data Jumlah Penumpang Umum Travel
No Nama Perusahaan Jenis Moda Jumlah Penumpang1 CV. Dedek Lestari Travel 80 Orang2 CV. Cahaya Aksa Mentari Travel 62 Orang
4.3 Frekuensi dan jadwal keberangkatan
Jadwal keberangkatan angkutan umum Mini Bus untuk rute Meulaboh –
Banda Aceh setiap harinya yaitu jam 10.00 wib dan tiba dilokasi tujuan jam
14.30, jam 14.00 dan tiba ke Banda Aceh 18.30, dan 20.00 wib keberangkatn dan
tiba kebanda Aceh jam 00.30 wib. Dan untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel
4.5.
Tabel 4.5 Jadwal Keberangkatan
No. Nama Perusahaan Jam Berangkat Jam Tiba
1 CV. Nusintra
10.00 wib 14.30 wib
14,00 wib 18.30 wib
20,00 wib 00.30 wib
2 CV. Tenanga Desa
10.00 wib 14.30 wib
14.00 wib 18.30 wib
20.00 wib 00.30 wib
3 CV. Aceh Barat 20.00 wib 00.30 wib
4 CV.Rincong Mas
10.00 wib 14.30 wib
14,00 wib 18.30 wib
20,00 wib 00.30 wib
5 CV. Mandala Tour10.00 wib 14.30 wib
14,00 wib 18.30 wib
20,00 wib 00.30 wib
6 CV.Metro10.00 wib 14.30 wib
14.00 wib 18.30 wib
7 CV.Flamboyan Tour10.00 wib 14.30 wib
14.00 wib 18.30 wib
8 CV.Primadona Tour10.00 wib 14.30 wib
14.00 wib 18.30 wib
9 CV.Buraq Wisata10.00 wib 14.30 wib
14.00 wib 18.30 wib
29
Dari hasil survei dilapangan Jadwal keberangkatan angkutan umum untuk
travel setiap harinya yaitu jam 14.00 wib dan tiba dilokasi tujuan jam 18.00 wib,
dan 20.00 wib keberankatan dan jam tiba 00.00 untuk rute Meulaboh – Banda
Aceh, dan untuk lebih jelas data keberangkatan Travel dapat dilihat pada tabel 4.6
Tabel 4.6 Jadwal Keberangkatan
No. Nama Perusahaan Jam Berangkat Jam Tiba
1 CV. Dedek Lestari14.00 Wib 18.00 Wib
20.00 Wib 00.00 Wib
2 CV. Cahaya Aksa Mentari 14.00 Wib 18.00 Wib
4.4 Jarak dan Waktu Tempuh
Berdasarkan data dari Dinas Perhubungan Aceh Barat, data jarak tempuh
angkutan umum Mini Bus dan Travel yang melayani rute Meulaboh – Banda
Aceh dengan jarak 289 km.
4.5 Hasil Survei Karakteristik Responden
Dari hasil survei karakteristik responden, diperoleh tabel dan grafik
sebagai berikut :
1. Berdasarkan Umur Responden
Berdasarkan umur untuk moda angkutan Mini Bus didominasi oleh usia 20
tahun yaitu sebesar 52%. Untuk usia 20 tahun s/d 40 tahun yaitu sebesar 32% dan
untuk usia 40 tahun keatas yaitu 15%. Sedangkan untuk moda angkutan Travel
didominasi oleh usia 20 tahun yaitu sebesar 28%. Untuk usia 20 tahun s/d 40
tahun yaitu sebesar 50%. dan untuk usia 40 tahun keatas yaitu 22%. Dan untuk
lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.7 dan grafik di bawah ini.
30
Tabel 4.7 Berdasarkan Umur Responden
Umur RespondenModa MB L-300 Moda Travel
Jumlah Persentase Jumlah Persentase< 20 th 34 52 5 2820 s/d 40 th 21 32 9 50
> 40 th 10 15 4 22
Gambar 4.1 distribusi umur responden
2. Berdasarkan jenis kelamin responden penguna moda Mini Bus didominasi
oleh Pria 58% dan Wanita 42%. Sedangkan penguna responden travel didominasi
oleh Pria 78% dan Wanita 22%.Dan untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.8
dan grafik di bawah ini.
Tabel 4.8 Berdasarkan Jenis Kelamin
Gambar 4.2 distribusi Jenis Kelamin
Jumlah Persentase Jumlah PersentasePria 38 58 14 78Wanita 27 42 4 22
Jenis Kelamin Moda MB L-300 Moda Travel
30
Tabel 4.7 Berdasarkan Umur Responden
Umur RespondenModa MB L-300 Moda Travel
Jumlah Persentase Jumlah Persentase< 20 th 34 52 5 2820 s/d 40 th 21 32 9 50
> 40 th 10 15 4 22
Gambar 4.1 distribusi umur responden
2. Berdasarkan jenis kelamin responden penguna moda Mini Bus didominasi
oleh Pria 58% dan Wanita 42%. Sedangkan penguna responden travel didominasi
oleh Pria 78% dan Wanita 22%.Dan untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.8
dan grafik di bawah ini.
Tabel 4.8 Berdasarkan Jenis Kelamin
Gambar 4.2 distribusi Jenis Kelamin
Jumlah Persentase Jumlah PersentasePria 38 58 14 78Wanita 27 42 4 22
Jenis Kelamin Moda MB L-300 Moda Travel
30
Tabel 4.7 Berdasarkan Umur Responden
Umur RespondenModa MB L-300 Moda Travel
Jumlah Persentase Jumlah Persentase< 20 th 34 52 5 2820 s/d 40 th 21 32 9 50
> 40 th 10 15 4 22
Gambar 4.1 distribusi umur responden
2. Berdasarkan jenis kelamin responden penguna moda Mini Bus didominasi
oleh Pria 58% dan Wanita 42%. Sedangkan penguna responden travel didominasi
oleh Pria 78% dan Wanita 22%.Dan untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.8
dan grafik di bawah ini.
Tabel 4.8 Berdasarkan Jenis Kelamin
Gambar 4.2 distribusi Jenis Kelamin
Jumlah Persentase Jumlah PersentasePria 38 58 14 78Wanita 27 42 4 22
Jenis Kelamin Moda MB L-300 Moda Travel
31
3. Berdasarkan pekerjaan
Berdasarkan pekerjaan Mini Bus, didominasi oleh pegawai negri sebesar
23%, untuk pegawei swasta sebesar yaitu 34% dan mahasiswa yaitu 43%.
Sedangkan untuk moda angkutan travel didominasi pegawai negri 22%. Untuk
pegawai swasta sebesar yaitu 61% dan mahasiswa 17%. Dan untuk lebih jelas
dapat di lihat pada tabel 4.9 dan grafik di bawah ini.
Tabel 4.9 Berdasarkan Pekerjaan
Gambar 4.3 Distribusi Pekerjaan Responden
4. Berdasarkan penghasilan
Secara umum, tingkat penghasilan antara respondem penggunaan Mini
Bus menunjukkan persentase tingkat penghasilan sebagian besar antara
Rp.1.000.000, yaitu sebesar 55%. Tingkat penghasilan Rp. 1.000.000 - Rp
2.000.000 yaitu sebesar 17%, tingkat penghasilan Rp. 2.000.000 – Rp 5.000.000
sebesar 28%, dan pendapatan Rp.5.000.000 juta keatas yaitu 4%. Sedangkan
tingkat penghasilan antara responde pengguna Travel menunjukkan persentase
tingkat penghasilan antara Rp.1.000.000, yaitu sebesar 11%. Tingkat penghasilan
1.000.000 – 2.000.000 yaitu sebesar 22%, tingkat penghasilan Rp. 2.000.000 –
Jumlah Persentase Jumlah PersentasePegawai Negri 15 23 4 22Pegawai Swasta 22 34 11 61Mahasiswa 28 43 3 17
Umur Responden Moda MB L-300 Moda Travel
31
3. Berdasarkan pekerjaan
Berdasarkan pekerjaan Mini Bus, didominasi oleh pegawai negri sebesar
23%, untuk pegawei swasta sebesar yaitu 34% dan mahasiswa yaitu 43%.
Sedangkan untuk moda angkutan travel didominasi pegawai negri 22%. Untuk
pegawai swasta sebesar yaitu 61% dan mahasiswa 17%. Dan untuk lebih jelas
dapat di lihat pada tabel 4.9 dan grafik di bawah ini.
Tabel 4.9 Berdasarkan Pekerjaan
Gambar 4.3 Distribusi Pekerjaan Responden
4. Berdasarkan penghasilan
Secara umum, tingkat penghasilan antara respondem penggunaan Mini
Bus menunjukkan persentase tingkat penghasilan sebagian besar antara
Rp.1.000.000, yaitu sebesar 55%. Tingkat penghasilan Rp. 1.000.000 - Rp
2.000.000 yaitu sebesar 17%, tingkat penghasilan Rp. 2.000.000 – Rp 5.000.000
sebesar 28%, dan pendapatan Rp.5.000.000 juta keatas yaitu 4%. Sedangkan
tingkat penghasilan antara responde pengguna Travel menunjukkan persentase
tingkat penghasilan antara Rp.1.000.000, yaitu sebesar 11%. Tingkat penghasilan
1.000.000 – 2.000.000 yaitu sebesar 22%, tingkat penghasilan Rp. 2.000.000 –
Jumlah Persentase Jumlah PersentasePegawai Negri 15 23 4 22Pegawai Swasta 22 34 11 61Mahasiswa 28 43 3 17
Umur Responden Moda MB L-300 Moda Travel
31
3. Berdasarkan pekerjaan
Berdasarkan pekerjaan Mini Bus, didominasi oleh pegawai negri sebesar
23%, untuk pegawei swasta sebesar yaitu 34% dan mahasiswa yaitu 43%.
Sedangkan untuk moda angkutan travel didominasi pegawai negri 22%. Untuk
pegawai swasta sebesar yaitu 61% dan mahasiswa 17%. Dan untuk lebih jelas
dapat di lihat pada tabel 4.9 dan grafik di bawah ini.
Tabel 4.9 Berdasarkan Pekerjaan
Gambar 4.3 Distribusi Pekerjaan Responden
4. Berdasarkan penghasilan
Secara umum, tingkat penghasilan antara respondem penggunaan Mini
Bus menunjukkan persentase tingkat penghasilan sebagian besar antara
Rp.1.000.000, yaitu sebesar 55%. Tingkat penghasilan Rp. 1.000.000 - Rp
2.000.000 yaitu sebesar 17%, tingkat penghasilan Rp. 2.000.000 – Rp 5.000.000
sebesar 28%, dan pendapatan Rp.5.000.000 juta keatas yaitu 4%. Sedangkan
tingkat penghasilan antara responde pengguna Travel menunjukkan persentase
tingkat penghasilan antara Rp.1.000.000, yaitu sebesar 11%. Tingkat penghasilan
1.000.000 – 2.000.000 yaitu sebesar 22%, tingkat penghasilan Rp. 2.000.000 –
Jumlah Persentase Jumlah PersentasePegawai Negri 15 23 4 22Pegawai Swasta 22 34 11 61Mahasiswa 28 43 3 17
Umur Responden Moda MB L-300 Moda Travel
32
Rp 5.000.000 yaitu sebesar 44%, dan tingkat penghasilan Rp 5.000.000 juta
keatas sebesar 22%.
Untuk lebih jelasnya mengenai tingkat pendapatan responden Mini Bus
dan Travel dapat dilihat pada tabel 4.10, dan grafik di bawah ini.
Tabel 4.10 Berdasarkan penghasilan
PenghasilanModa MB L-300 Moda Travel
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
< Rp. 1 Jt 36 55 2 11
Rp. 1 jt s/d Rp 2 jt 11 17 4 22
Rp. 2 jt s/d Rp 5 jt 18 28 8 44
> Rp 5 jt 0 0 4 22
Gambar 4.4 Distribusi Penghasilan Responden
5. Berdasarkan Kepemilikan Kendaran
Berdasarkan kepemilikan kendaraan Mini Bus didominasi Masyarakat
yang tidak memiliki kendaran 55%, yang memiliki sepeda motor 17%, Yang
memiliki Mobil 28% dan yang memiliki sepeda motor dan mobil 0. Sedangkan
Kepemilikan moda Travel yang tidak memiliki kendaran 11%, yang memiliki
sepeda motor 22%, yang memiliki mobil 44% dan untuk berdasarkan
kepemilikan kendaraan Sepeda Motor dan Mobil 22%. Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada tabel 4.11 dan Grafik dibawah ini.
32
Rp 5.000.000 yaitu sebesar 44%, dan tingkat penghasilan Rp 5.000.000 juta
keatas sebesar 22%.
Untuk lebih jelasnya mengenai tingkat pendapatan responden Mini Bus
dan Travel dapat dilihat pada tabel 4.10, dan grafik di bawah ini.
Tabel 4.10 Berdasarkan penghasilan
PenghasilanModa MB L-300 Moda Travel
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
< Rp. 1 Jt 36 55 2 11
Rp. 1 jt s/d Rp 2 jt 11 17 4 22
Rp. 2 jt s/d Rp 5 jt 18 28 8 44
> Rp 5 jt 0 0 4 22
Gambar 4.4 Distribusi Penghasilan Responden
5. Berdasarkan Kepemilikan Kendaran
Berdasarkan kepemilikan kendaraan Mini Bus didominasi Masyarakat
yang tidak memiliki kendaran 55%, yang memiliki sepeda motor 17%, Yang
memiliki Mobil 28% dan yang memiliki sepeda motor dan mobil 0. Sedangkan
Kepemilikan moda Travel yang tidak memiliki kendaran 11%, yang memiliki
sepeda motor 22%, yang memiliki mobil 44% dan untuk berdasarkan
kepemilikan kendaraan Sepeda Motor dan Mobil 22%. Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada tabel 4.11 dan Grafik dibawah ini.
32
Rp 5.000.000 yaitu sebesar 44%, dan tingkat penghasilan Rp 5.000.000 juta
keatas sebesar 22%.
Untuk lebih jelasnya mengenai tingkat pendapatan responden Mini Bus
dan Travel dapat dilihat pada tabel 4.10, dan grafik di bawah ini.
Tabel 4.10 Berdasarkan penghasilan
PenghasilanModa MB L-300 Moda Travel
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
< Rp. 1 Jt 36 55 2 11
Rp. 1 jt s/d Rp 2 jt 11 17 4 22
Rp. 2 jt s/d Rp 5 jt 18 28 8 44
> Rp 5 jt 0 0 4 22
Gambar 4.4 Distribusi Penghasilan Responden
5. Berdasarkan Kepemilikan Kendaran
Berdasarkan kepemilikan kendaraan Mini Bus didominasi Masyarakat
yang tidak memiliki kendaran 55%, yang memiliki sepeda motor 17%, Yang
memiliki Mobil 28% dan yang memiliki sepeda motor dan mobil 0. Sedangkan
Kepemilikan moda Travel yang tidak memiliki kendaran 11%, yang memiliki
sepeda motor 22%, yang memiliki mobil 44% dan untuk berdasarkan
kepemilikan kendaraan Sepeda Motor dan Mobil 22%. Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada tabel 4.11 dan Grafik dibawah ini.
33
Tabel 4.11 Berdasarkan kepemilikan kendaraan
Gambar 4.5 Distribusi kepemilikan Kendaraan Responden
6. Berdasarkan Tujuan Perjalanan
Berdasarkan tujuan perjalanan yang dilakukan terlihat bahwa karakteristik
pengguna Mini Bus lebih banyak melakukan perjalanan dengan tujuan Bisnis
sebesar 37%. Di bandingkan perjalanan dengan tujuan Rekreasi 23% ,Belajar
17% dan Berlanja 1%.Sedangkan pengguna moda Trevel, mayoritas tujuan
perjalananya untuk bisnis sebesar 56%. Dibandingkan perjalanan dengan tujuan
rekreasi 17%, Berbelanja 11%, dan Belajar 17%. Untuk lebih jelas dapat dilihat
pada tabel 4.12 dan grafik dibawah ini.
Jumlah Persentase Jumlah PersentaseTidak memiliki kenderaan 36 55 2 11Sepeda Motor 11 17 4 22Mobil 18 28 8 44Sepeda Motor dan Mobil 0 0 4 22
Kepemilikan kenderaan Moda MB L-300 Moda Travel
34
Tabel 4.12 Berdasarkan Tujuan Perjalanan
Gambar 4.6 Distribusi Tujuan Pejalanan Moda Mini Bus dan Travel
7. Berdasarkan pengalaman menggunakan angkutan umum
Berdasarkan pengalaman menggunakan angkutan umum didominasi oleh
pengguna moda Mini Bus hanya yang memilih Mini Bus 60%, Sedangkan yang
hanya memilih Travel 33%, dan yang pernah memilih kedua moda sebesar 67%.
Dan untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.13 dan Grafik dibawah ini.
Tabel 4.13 Berdasarkan Pengalaman Menggunakan Angkutan Umum
Gambar 4.7 Distribusi Pengalaman
Jumlah Persentase Jumlah PersentaseBisnis 24 37 10 56Rekreasi 23 35 3 17Berbelanja 1 2 2 11Belajar 17 26 3 17
Tujuan Perjalanan Moda MB L-300 Moda Travel
Jumlah Persentase Jumlah PersentaseHanya MB L-300 39 60 0 0Travel 0 0 6 33Pernah Keduanya 26 40 12 67
Angkutan Umum YangPernah di Gunakan
Moda MB L-300 Moda Travel
35
8. Berdasarkan jenis angkutan umum yang sering digunakan
Berdasarkan jenis angkutan umum yang sering digunakan untuk moda
Mini Bus sebesar 97%. Sedangkan Travel sebesar 94%. Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada tabel 4.14 dan Grafik dibawah ini.
Tabel 4.14 Berdasarkan jenis angkutan umum yang sering digunakan
Gambar 4.8 Distribusi Jenis Angkutan yang sering digunakan
Alasan Pertimbanggan Utama Pemilihan Moda Mini Bus dan Travel.
Berdasarkan pertimbangan utama memilih angkutan umum, dari beberapa alasan
pemilihan moda, pada umumnya pengguna angkutan Mini Bus alasan biaya
sebagai alasan utama yang paling banyak dipilih responden dengan persentase
sebesar 72%. Untuk penggunaan Travel, pada umumnya justru mereka
mengemukakan alasan kecepatan sebagai alasan utama yang paling banyak dipilih
sebesar 50%. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.15 dan grafik dibawah
ini.
Jumlah Persentase Jumlah PersentaseMini Bus L300 63 97 1 6Travel 3 5 17 94
Jenis Moda AngkutanUmum yang Sering di
Gunakan
Moda MB L-300 Moda Travel
36
Tabel 4.15 Alasan Pertimbanggan Utama Pemilihan Moda Mini Bus dan Travel.
Gambar 4.9 Distribusi Alasan Pemilikan Moda
9. Berdasarkan pertimbangan utama tidak memilih angkutan umum Mini Bus
dan Travel.
Berdasarkan pertimbangan utama tidak memilih angkutan umum Mini Bus
dan Travel, dari beberapa alasan tidak memilih moda, pada umumnya pengguna
angkutan Mini Bus alasan biaya sebagai alasan utama yang paling banyak dipilih
responden dengan persentase sebesar 77%. Untuk penggunaan Travel, pada
umumnya justru mereka mengemukakan alasan kecepatan sebagai alasan utama
yang paling banyak dipilih sebesar 56%. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel
4.16 dan grafik dibawah ini.
Jumlah Persentase Jumlah PersentaseBiaya 47 72 1 6Waktu Tunggu 2 3 0 0Waktu Tempuh 5 8 9 50Kenyamanan 11 17 8 44
Pertimbangan UtamaMemilih Moda
Moda MB L-300 Moda Travel
37
Tabel 4.16 Berdasarkan pertimbangan utama tidak memilih angkutan umum Mini
Bus dan Travel.
Gambar 4.10 Distribusi Pertimbangan
4.6 Kompilasi data stade preference
Kompilasi data dilakukan terhadap semua responden yang ada berdasarkan
jawaban atau pilihan yang diberikan (point rating) pada setiap option yang
ditawarkan. Proses kompilasi data dimana dilakukan dengan menggunakan
program dari Microsoft Office Ecxel 2007.
Dalam analisis dengan menggunakan data stated preference terdapat
banyak skala numerik yang dapat dihubungkan pada responden individu dan
pendekatan regresi yang digunakan dalam studi ini, seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, merupakan analisa regresi yang menggunakan nilai skala standart
dalam probabilitas pilihannya.
Untuk lebih jelas kompilasi data hasil survei kuisioner Stated Preferencepemilihan moda rute Meulaboh - Banda Aceh dapat dilihat pada tabel 4.17dibawah ini :
Jumlah Persentase Jumlah PersentaseBiaya 50 77 0 0Waktu Tunggu 4 6 0 0Waktu Tempuh 3 5 10 56Kenyamanan 8 12 8 44
Pertimbangan TidakMemilih Moda
Moda MB L-300 Moda Travel
38
Tabel 4.17 Jumlah Pilihan Responden dengan Perubahan Atribut Tarif
Tabel 4.18 Jumlah Pilihan Responden dengan Perubahan Atribut Waktu Tempuh
Tabel 4.19 Jumlah Pilihan Responden dengan Perubahan Atribut Waktu Tunggu
4.7 Persamaan Regresi Linier
Model logit binomial yang digunakan dalam studi pemilihan moda antara
Mini Bus dan Travel merupakan fungsi dari selisih utilitas pada kedua jenis moda
yang ditinjau. Persamaan (UMini Bus – UTravel) adalah fungsi selisih utilitas antara
Mini Bus dan Travel. Fungsi selisih utilitas dalam pemilihan moda ini
dipresentasikan sebagai parameter-parameter linear (linear in parameter) dimana
Selisis Tarif
(UTR - UMB)50000 66 1 1 0 1540000 63 2 1 2 1530000 50 5 6 1 2120000 28 1 8 14 3210000 13 1 2 5 62
Jumlah respon masing-masing skala pilihan
1 2 3 4 5
Selisis Waktu Tempuh
(UTR - UMB)0 54 1 5 1 22
-0,5 43 6 1 5 28-1 29 3 7 10 34
-1,5 13 6 6 11 47-2 8 0 2 9 64
Jumlah respon masing-masing skala pilihan
1 2 3 4 5
Selisis Waktu Tunggu
(UTR - UMB)0 59 1 2 0 21
-10 43 8 2 4 26-20 22 6 8 13 34-30 9 2 2 16 54-40 6 2 1 7 67
Jumlah respon masing-masing skala pilihan
1 2 3 4 5
39
perbedaan utilitas diekspresikan dalam bentuk perbedaan sejumlah n atribut di
antara kedua moda.
Dalam analisa pengolahan data, persamaan fungsi selisih utilitas tersebut
dapat digunakan untuk mendapatkan hubungan kuantitatif antara atribut dan
respon yang diekspresikan dalam skala semantik, dimana UMini Bus – UTravel
menyatakan respon individu terhadap pernyataan pilihan.
Persamaan fungsi selisih utilitas Mini Bus dan Travel yang digunakan
dalam model pemilihan moda pada studi ini adalah persamaan linear.
Bentuk umum dari persamaan linear dengan tiga atribut adalah sebagai berikut:
1. Persamaan regresi dengan atribut tarif
y = a + b.x1
y = 1,518 – 0,00006847 .x1
2. Persamaan regresi dengan atribut waktu tunggu perjalanan
y = a + b.x2
y = -1,069 – 0,073 .x2
3. Persamaan regresi dengan waktu tempuh perjalanan
y = a + b.x3
y = -1,712 – 1,500.x3
dimana :
y = utilitas ( Mini Bus dan Travel).
X1 = selisih biaya perjalanan antara Mini Bus dan Travel.
X2 = selisih waktu tempuh perjalanan antara Mini Bus dan Travel.
X3 = selisih waktu tunggu perjalanan antara Mini Bus dan Travel.
4.8 Uji Statistik
Ukuran statistik digunakan untuk menentukan sifat penting yang menjadi
dasar dalam memahami perilaku penumpang, yaitu konsep goodness of fit yaitu
ukuran kesesuaian model (R²) atau yang disebut koefisien determinasi.
Validasi dengan Uji statistik dilakukan untuk mengukur tingkat
kepercayaan dari model yang diuji dengan mengestimasi nilai utilitas pemilihan
40
moda yaitu dengan melakukan uji t test, Ftest dan melihat besarnya nilai koefisien
determinasi (R2).
Uji ttest merupakan pengujian terhadap kosfisisen regresi secara parsial
yang dilakukan dengan melihat pengaruh masing-masing atribut yang terdapat
dalam persamaan dari model secara individu terhadap utilitas pemilihan moda.
Hipotesa yang digunakan H1 diterima jika sig. < α.
Uji Ftest merupakan pengujian terhadap variasi nilai utilitas yang dilakukan
dengan melihat pengeruh seluruh atribut yang terdapat dalam persamaan dari
model secara simultan terdapat utilitas pemilihan moda. Pengujian ini dilakukan
dengan menbandingkan Fhitung dengan Ftabel. Hipotesa yang digunakan H1 diterima
jika Fhitung > Ftabel
Uji R2 merupakan koefisien determinasi yang menunjukan besarnya
persentase perngaruh semua atribut terhadap utilitas pemihan moda, semakin
besar nila R2 (mendekati 1) semakin baik model regresi tersebut.
4.8.1 Validasi fungsi utilitas terhadap tarif angkutan
Berikut ini adalah hasil validasi uji statistik fungsi utilitas terhadap tarif
angkutan rute Meulaboh-Banda Aceh.
1. Uji ttest
Variabel tarif, mempunyai angka sig. sebesar 0,00 (dapat dilihat pada lapiran
B tabel B.4.3 Halaman 56) dimana hasil ini signifikan karena nilai sig. lebih kecil
dari α = 0,05, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel tarif
mempengaruhi pemilihan moda.
2. Uji Ftest
Analisis uji Ftest dengan melihat indikator Fhitung pada lapiran B tabel B.4.1
Uji Anova halaman 67 dengan nilai Ftabel. Selanjunya dari hasil perhitungan pada
Tabel B.4.1 Uji Anova diperoleh nilai Fhitung = 157,918 sementara itu dari Ftabel
dengan tingkat kepercayaan 5 % akan diperoleh F1;83;0,05 = 3,955 ( nilai ini dapat
dilihat pada lampiran B tabel B.4.10 uji statistic F halaman 69 dengan derajat
41
kebebasan df1= 1,df2 = 83 dan p = 0,05) dari hasil perbandingan keduanya Fhitung =
157,918 > Ftabel = 3,955
Karena nila Fhitung > Ftabel , maka dapat disimpulkan kita dapat menolak H0 dan
menerima H1 yang artinya terdapat hubungan linear pada model regresi linear
berganda antara variable bebas dan variable terikat.
3. Uji R2
Dari hasil perhitungan pada lampiran B Tabel B.4.2 Model Sumary halaman
67 maka diperoleh koefisien determinasi (R2) persamaan sebesar 0,482. Dari nilai
koefisien determinasi (R2) dapat diartikan besarnya pengaruh variabel X1
terhadap variable Y adalah sebesar 48,2 % dan besarnya variable lain yang
mempengaruhi variabel Y dalah sebesar 51,8 %.
4.8.2 Validasi fungsi utilitas terhadap waktu tunggu
Berikut ini adalah hasil validasi uji statistik fungsi utilitas terhadap waktu
tunggu perjalanan rute Meulaboh-Banda Aceh.
1. Uji ttest
Variabel waktu tunggu, mempunyai angka sig. sebesar 0,00 (dapat dilihat
pada lampiran B tabel B.4.3 halaman 67) dimana hasil ini signifikan karena nilai
sig. lebih kecil dari α = 0,05, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel
waktu tunggu mempengaruhi pemilihan moda.
2. Uji Ftest
Analisis uji Ftest dengan melihat indikator Fhitung pada lapiran B Tabel B.4.4
dengan Uji Anova halaman 67 dengan nilai Ftabel. Selanjunya dari hasil
perhitungan pada tabel B4.4 Uji Anova diperoleh nilai Fhitung = 148,979 sementara
itu dari F tabel dengan tingkat kepercayaan 5 % akan diperoleh F1;83;0,05 = 3,955
(nilai ini dapat dilihat pada lampiran B tabel B 4.10 uji stasitik F halaman 69
dengan derajat kebebasan df1= 1,df2 = 83 dan p = 0,05) dari hasil perbandingan
keduanya Fhitung = 148,979 > Ftabel = 3,955
Karena nila Fhitung > Ftabel , maka dapat disimpulkan kita dapat menolak H0 dan
menerima H1 yang artinya terdapat hubungan liniar pada model regresi linear
42
berganda antara variabel bebas dan variabel terikat. Untuk lebih jelas dapat dilihat
tabel dibawah ini.
3. Uji R2
Dari hasil perhitungan lampiran B Tabel B.4.5 Model Sumary halaman 67
maka diperoleh koefisien determinasi (R2) persamaan sebesar 0,515. Dari nilai
koefisien determinasi (R2) dapat diartikan besarnya pengaruh variabel X2
terhadap variable Y adalah sebesar 51,5% dan besarnya variabel lain yang
mempengaruhi variabel Y dalah sebesar 48,5 %.Untuk lebih jelas dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.
4.8.3 Validasi fungsi utilitas terhadap waktu tempuh
Berikut ini adalah hasil validasi uji statistik fungsi utilitas terhadap waktu
tempuh perjalanan rute Meulaboh-Banda Aceh.
1. Uji ttest
Variabel waktu tempuh, mempunyai angka sig. sebesar 0,00 (dapat dilihat
pada lampiran B tabel B.4.3 halaman 68) dimana hasil ini signifikan karena nilai
sig. lebih kecil dari α = 0,05, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel
waktu tunggu mempengaruhi pemilihan moda.
2. Uji Ftest
Analisis uji Ftest dengan melihat indikator Fhitung pada lampiran B tabel B 4.7
dengan Uji Anova halaman 68 dengan nilai Ftabel. Selanjunya dari hasil
perhitungan pada Tabel B 4.7 Uji Anova diperoleh nilai Fhitung = 280,949
sementara itu dari Ftabel dengan tingkat kepercayaan 5 % akan diperoleh F1;83;0,05 =
3,955 (nilai ini dapat dapat dilihat pada lampiran B tabel B 4.10 uji stasitik F
halaman 69 dengan derajat kebebasan df1= 1,df2 = 83 dan p = 0,05) dari hasil
perbandingan keduanya Fhitung = 280,949 > Ftabel = 3,955
Karena nila Fhitung > Ftabel , maka dapat disimpulkan kita dapat menolak H0 dan
menerima H1 yang artinya terdapat hubungan linear pada model regresi linear
berganda antara variable bebas dan variable terikat.
3. Uji R2
43
Dari hasil perhitungan pada lampiran B.4.8 Model Sumary halaman 68 maka
diperoleh koefisien determinasi (R2) persamaan sebesar 0,429. Dari nilai koefisien
determinasi (R2) dapat diartikan besarnya pengaruh variabel X1 terhadap variable
Y adalah sebesar 42,9 % dan besarnya variable lain yang mempengaruhi variabel
Y dalah sebesar 57,1 %.
4.9 Model Pemilihan Moda Angkutan Umum
Model pemilihan moda angkutan umum antara moda Mini Bus dan Travel
yang diperoleh dalam studi tugas akhir ini adalah model logit biner dengan fungsi
utilitas antara kedua moda dalam bentuk persamaan linier.
4.9.1 Model pemilihan moda angkutan umum terhadap atribut tarif
Dengan menggunakan fariabel tarif pada kondisi ekisting maka diperoleh
model pemilihan moda Mini Bus (PMB) dan Travel (PTR) sebagai berikut :
PBus = ( − )PTR = 1 – PMB
Dimana :
UTR-UMB = selisih utilitas pemilihan moda Mini Bus dan Travel
PMB = Probabilitas terpilihnya Mini Bus
PTR = Pobabilitas terpilihnya Travel
UTR – UMB = 1,518 – 0,00006847 . x1
PMB = ( − )PMB = 1,518 – 0,00006847. 1PMB = 1,518 – 0,00006847 (30.000)PMB = 0,628
44
PTR = 1 – PMB
PTR = 1 – 0,628
PTR = 0,372
Probabilitas terpilihnya moda Mini Bus yang dipengaruhi oleh faktor tarif
pada kondisi eksisting Rp 30.000-. yaitu sebesar 62,8% dan Travel sebesar 37,2%
dengan nilai fariabel x1 merupakan perbedaan tarif antara Mini Bus dan Travel.
4.9.2 Model Pemilihan Moda Terhadap Atribut Waktu Tunggu
Dengan menggunakan fariabel waktu tunggu pada kondisi ekisting maka
diperoleh probabilitas pemilihan moda Mini Bus (PMB) dan Travel (PTR) sebagai
berikut :
PBus = ( − )PTR = 1 – PMB
Dimana :
UTR-UMB = selisih utilitas pemilihan moda Mini Bus dan Travel
PMB = Probabilitas terpilihnya Mini Bus
PTR = Pobabilitas terpilihnya Travel
UTR – UMB = 1,069 – 0,073. X2
PMB = ( − )PMB = 1,069 – 0,073 . 2PMB = 1,069 – 0,073 (20)PMB = 0,926
PTR = 1 – PMB
PTR = 1 – 0,926
PTR = 0,074
45
Probabilitas terpilihnya moda Mini Bus yang dipengaruhi oleh faktor
waktu tunggu pada kondisi eksisting 20 menit yaitu sebesar 92,6% dan Travel
7,4%, dengan nilai fariabel x2 merupakan perbedaan waktu tunggu antara Mini
Bus dan Travel.
4.9.3 Model Pemilihan Moda Terhadap Atribut Waktu Tempuh
Dengan menggunakan fariabel waktu tempuh pada kondisi ekisting maka
diperoleh model pemilihan moda Mini Bus (PMB) dan Travel (PTR) sebagai
berikut :
PMB = ( − )PTR = 1 – PMB
Dimana :
UTR-UMB = selisih utilitas pemilihan moda Mini Bus dan Travel
PMB = Probabilitas terpilihnya Mini Bus
PTR = Pobabilitas terpilihnya Travel
UTR – UMB = y = -1,712 - 1,500 . x3
PMB = ( − )PMB = −1,712 − 1,500 . 3PMB = −1,712 − 1,500 (1)PMB = 0,961
PTR = 1 – PMB
PTR = 1 – 0,961
PTR = 0,039
Probabilitas terpilihnya moda Mini Bus yang dipengaruhi oleh faktor
waktu tempuh pada kondisi eksisting 1 jam yaitu sebesar 96,1 % dan Travel
46
sebesar 3,9%, dengan nilai fariabel x3 merupakan perbedaan waktu tempuh antara
Mini Bus dan Travel.
4.10 Sensitivitas Model
Sensitivitas model dimaksudkan untuk memahami perubahan nilai
probabilitas pemilihan moda seandainya dilakukan perubahan nilai atribut
pelayanannya secara gradual. Untuk menggambarkan sensitivitas ini dilakukan
beberapa perubahan atribut berikut terhadap model pada masing-masing
kelompok, yaitu :
a. Biaya perjalanan dikurangi atau ditambah
b. Waktu tunggu diperlambat atau dipercepat
c. Waktu tempuh dikurangi atau ditingkatkan
Analisa sensitivitas terhadap atribut dari salah satu perubahan diatas
dilakukan dengan menganggap bahwa dengan perubahan ini tidak mempengaruhi
atribut lainnya, atau pengaruh balik (feed back effect) tidak diperhitungkan.
4.10.1 Sensitivitas terhadap atribut tarif angkutan
Berdasarkan analisa sensitivitas terhadap perubahan atribut tarif
sebagaimana diperlihatkan pada grafik 4.16 maka dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut:
Tabel 4.20 sentifitas variable tarif
No Selisih Tarif(Rupiah)
Utilitas( UTR - UMB)
Probabilitas PemilihanModa Mini Bus
1 60.000 -2,562 0,9282 54.000 -2,154 0,8963 48.000 -1,746 0,8514 42.000 -1,338 0,7925 36.000 -0,930 0,7176 30.000 -0,522 0,6287 24.000 -0,114 0,5288 18.000 0,294 0,4279 12.000 0,702 0,331
10 6.000 1,110 0,248
47
11 0 1,518 0,18012 -6.000 1,926 0,12713 -12.000 2,334 0,08814 -18.000 2,742 0,06115 -24.000 3,150 0,04116 -30.000 3,558 0,02817 -36.000 3,966 0,01918 -42.000 4,374 0,01219 -48.000 4,782 0,00820 -54.000 5,190 0,00621 -60.000 5,598 0,004
Gambar 4.11 sensitivitas terhadap tariff
Memperlihatkan arah kemiringan garis, menunjukkan arah kemiringan
positif, yaitu semakin besar selisih perbedaan tarif akan semakin
memperbesar probabilitas memilih moda Mini Bus.
Probabilitas terpilihnya Mini Bus pada kondisi ekisting tarif Rp 30.000-,
adalah sebesar 62,8% .
Sendangkan pada saat tariff Rp. 0, maka nilai probabilitas pemilihan moda
mini bus sebesar Rp 0.
Untuk meningkatkan probabilitas terpilihnya moda Mini Bus sebesar 80%
maka selisih tarif Rp. 42.000,artinya tariff Mini Bus harus lebih murah Rp
42.000-, yang artinya tarif Bus harus lebih murah 42.000, atau tarif Travel
harus lebih mahal 42.000.
48
4.10.2 Sensitivitas terhadap atribut waktu tempuh perjalanan
Berdasarkan analisa sensitivitas terhadap perubahan atribut waktu tempuh
perjalanan sebagaimana diperlihatkan pada grafik 4.10.2, maka dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut:
Tabel 4.21 Perhutungan sensitifitas terhadap Waktu Tempuh
Gambar 4.12 sensitifitas terhadap waktu tempuh
No Selisih Waktu Tempuh(jam)
Utilitas( UTR - UMB)
Probabilitas PemilihanModa Mini Bus
1 2 -4,712 0,9912 1,8 -4,412 0,9883 1,6 -4,112 0,9844 1,4 -3,812 0,9785 1,2 -3,512 0,9716 1 -3,212 0,9617 0,8 -2,912 0,9488 0,6 -2,612 0,9329 0,4 -2,312 0,91010 0,2 -2,012 0,88211 0 -1,712 0,84712 -0,2 -1,412 0,80413 -0,4 -1,112 0,75314 -0,6 -0,812 0,69315 -0,8 -0,512 0,62516 -1 -0,212 0,55317 -1,2 0,088 0,47818 -1,4 0,388 0,40419 -1,6 0,688 0,33420 -1,8 0,988 0,27121 -2 1,288 0,216
0,00
0,10
0,20
0,30
0,40
0,50
0,60
0,70
0,80
0,90
1,00
-2,0 -1,8 -1,6 -1,4 -1,2 -1,0 -0,8 -0,6 -0,4 -0,2 0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2 1,4 1,6 1,8 2,0
PM
B
Selisih Waktu Tempuh Moda Travel dan Mini Bus ( Jam)
49
Arah kemiringan garis (positif), maka menunjukkan bahwa semakin besar
selisih waktu tempuh Mini Bus, maka semakin memperkecil probabilitas
orang dalam pemilihan Travel.
Pada saat kondisi selisih ektisting terhadap variable waktu tempuh selama
1 jam maka nilai probabilitas pemilihan moda mini bus adalah 96,1%
Semakin besar selisih waktu tempuh, maka semakin besar probabilitas
pemilihan moda Mini Bus.
Probabilitas terpilihnya Mini Bus pada kondisi eksisting 1 jam adalah
sebesar 96,1% .
Untuk meningkatkan peluang terpilihnya moda Mini Bus, maka selisih
waktu tempuh harus lebih ditingkatkan dari waktu tempuh Travel.
4.10.3 Sensitivitas terhadap atribut waktu tunggu perjalanan
Berdasarkan analisa sensitivitas terhadap perubahan atribut waktu tunggu
perjlanan sebagaimana diperlihatkan pada grafik 4.10.3, maka dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut:
Tabel 4.22 Sensitifitas terhadap artibut waktu tunggu
No Selisih Waktu Tunggu(menit)
Utilitas( UTR - UMB)
Probabilitas PemilihanModa Mini Bus
1 40 -3,989 0,9822 36 -3,697 0,9763 32 -3,405 0,9684 28 -3,113 0,9575 24 -2,821 0,9446 20 -2,529 0,9267 16 -2,237 0,9048 12 -1,945 0,8759 8 -1,653 0,83910 4 -1,361 0,79611 0 -1,069 0,74412 -4 -0,777 0,68513 -8 -0,485 0,61914 -12 -0,193 0,54815 -16 0,099 0,47516 -20 0,391 0,40317 -24 0,683 0,33618 -28 0,975 0,27419 -32 1,267 0,22020 -36 1,559 0,17421 -40 1,851 0,136
50
Gambar 4.13 sensitifitas terhadap waktu tunggu
Memperlihatkan arah kemiringan garis,menujukan arah kemiringan
positif,yaitu semakin besar selisih perbedaan waktu tempuh akan semakin
memperbesar probabilitas memilih moda mini bus.
Pada kondisi eksisting terhadap variable waktu tunggu selama 20 menit,
maka nilai Probabilitas pemilihan moda mini bus adalah sebesar 92,6%.
0,00
0,10
0,20
0,30
0,40
0,50
0,60
0,70
0,80
0,90
1,00
-40 -36 -32 -28 -24 -20 -16 -12 -8 -4 0 4 8 12 16 20 24 28 32 36 40
PMB
Selisih Waktu Tunggu Moda Travel dan Mini Bus ( Menit)
52
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Hasil survei kuisioner yang diperoleh adalah:
a. Responden penumpang Mini Bus didominasi oleh yang berusia 20s/d40
tahun sebesar 52%, penumpang pria 58% dan wanita sebesar 42%,
kebanyakan adalah pegawai swasta 61%, berpenghasilan Rp 1 juta s/d 2
juta yaitu sebesar 55%, tujuan perjalanan yang dilakukan didominasi oleh
rekreasi sebesar 37% dan alasan memilih moda Bus dikarenakan faktor
biaya yaitu sebesar 72%.
b. Responden penumpang Travel didominasi oleh yang berusia 20s/d40 tahun
sebesar 50%, penumpang wanita mencapai 22%, kebanyakan adalah
pegawai swasta 61%, berpenghasilan Rp 2 juta s/d 5 juta yaitu sebesar
44%, tujuan perjalanan yang dilakukan didominasi oleh bisnis sebesar
56% dan alasan memilih moda Travel dikarenakan faktor waktu tempuh
yaitu sebesar 50%.
2. Dari hasil penelitian maka model pemilihan moda angkutan umum
terhadap variabel tarif, waktu tempuh, dan waktu tunggu adalah:
a. Model pemilihan moda angkutan umum terhadap variabel tarif.
PMB = 1,518 – 0,00006847 (30.000)b. Model pemilihan moda angkutan umum terhadap variabel waktu
tunggu.
PMB = 1,069 – 0,073 (20)c. Model pemilihan moda angkutan umum terhadap variabel waktu
tempuh.
MMB = −1,712 − 1,500 (1)
53
3. Hasil yang diperoleh dari analisa sensitivitas dari atribut tarif, waktu
tempuh, dan waktu tunggu adalah :
a. Probabilitas terpilih moda Mini Bus akan semakin besar pada saat
selisih tarif semakin besar.
b. Semakin besar selisih waktu tempuh, maka semakin besar probabilitas
terpilihnya Mini Bus.
c. Probabilitas memilih Mini Bus akan lebih besar dari probabilitas
memilih Travel bila selisih waktu tunggu kurang dari 20 menit.
4. Dari hasil penelitian maka dapat disimpulkan beberapa rekomendasi :
a. Untuk mendapatkan peluang terpilihnya Mini Bus maka harus ada
kebijakan batasan tarif maksimal bagi moda Mini Bus dan tarif
minimal bagi moda travel.
b. Pengelola Mini Bus harus meningkatkan pelayanannya terutama
dalam hal waktu tempuh dan waktu tunggu agar lebih singkat.
5.2 Saran
Guna mendapatkan hasil yang lebih baik tentang penelitian model
pemilihan moda ini maka perlu studi lanjutan sebagai berikut :
1. Perlu diteliti tentang biaya operasional kendaraan untuk mendapatkan tarif
angkutan umum yang lebih baik.
2. Perlu penelitian lebih lanjut tentang model penelitian ini dengan metode
lainnya.
31
DAFTAR PUSTAKA
Andri, 2007, Potensi Angkutan Penumpang Pada Koridor Rantau Prapat Dumai,
Sumatera, ITB, Bandung
Ben- Akiva and Lerman. 1985. Discrete Choice Analysis. By John Wiley and Sons,
Ltd.
Bruton, M.J, (1985), Intruduction to Transportation Planning, Hutcinson & Co, Ltd,
London
Isgianto A, 2009, Teknik Pengambilan Sampel, Jogjakarta : Mitra Cendikia Press
Morlok, E. K, 1991, Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi, Erlangga,
Jakarta
Nazir, 2003, Metode Penelitian Edisi 5, Jakarta, Penerbit: Ghahlia Jakarta
Ofyar Z, 2000, Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, ITB, Bandung
Warpani, Suwarjoko, 1990, Merencanakan Sistem Perangkutan, ITB, Bandung
www.acehprov.go.id/23Kab_kota/geografis/acehbarat/2010