PRIVATISASI BUMN

5
PRIVATISASI BUMN Privatisasi adalah pengubahan status kepemilikan pabrik- pabrik, badan-badan usaha, dan perusahaan-perusahaan, dari kepemilikan negara atau kepemilikan umum menjadi kepemilikan individu. Privatisasi merupakan salah satu ide dalam ideologi Kapitalisme, yang menetapkan peran negara di bidang ekonomi hanya pada aspek pengawasan pelaku ekonomi dan penegakan hukum. Privatisasi selain diterapkan di Amerika Serikat dan Eropa, juga dipropagandakan dan diterapkan di Dunia Ketiga melalui lembaga-lembaga keuangan internasional seperti IMF, Bank Dunia, dan WTO, sebagai salah satu program reformasi ekonomi untuk membayar utang luar negeri. Bureaucrats in Business adalah laporan yang dibuat oleh sebuah tim dari Bank Dunia yang sasaran pokoknya adalah mempromosikan dan mendorong reformasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berada di negara-negara berkembang maupun miskin. Reformasi diarahkan untuk menciptakan BUMN yang beroperasi seperti perusahaan privat. Operasi BUMN secara privat diharapkan bisa meningkatkan kinerja perusahaan yang berimplikasi pada semakin baiknya struktur insentif yang diberikan kepada negara. Laporan ini memberikan bukti bahwa pengurangan peran birokrat dalam bisnis melalui reformasi secara privat dapat mendatangkan keuntungan penting secara ekonomi. Di samping itu reformasi menawarkan potensi untuk memperoleh keuntungan yang besar bagi masyarakat termasuk semakin baiknya kualitas produk barang dan jasa yang bisa diperoleh dengan harga lebih murah, semakin besarnya peluang

description

Tugas Kuliah

Transcript of PRIVATISASI BUMN

PRIVATISASI BUMNPrivatisasi adalah pengubahan status kepemilikan pabrik-pabrik, badan-badan usaha, dan perusahaan-perusahaan, dari kepemilikan negara atau kepemilikan umum menjadi kepemilikan individu. Privatisasi merupakan salah satu ide dalam ideologi Kapitalisme, yang menetapkan peran negara di bidang ekonomi hanya pada aspek pengawasan pelaku ekonomi dan penegakan hukum. Privatisasi selain diterapkan di Amerika Serikat dan Eropa, juga dipropagandakan dan diterapkan di Dunia Ketiga melalui lembaga-lembaga keuangan internasional seperti IMF, Bank Dunia, dan WTO, sebagai salah satu program reformasi ekonomi untuk membayar utang luar negeri.Bureaucrats in Business adalah laporan yang dibuat oleh sebuah tim dari Bank Dunia yang sasaran pokoknya adalah mempromosikan dan mendorong reformasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berada di negara-negara berkembang maupun miskin. Reformasi diarahkan untuk menciptakan BUMN yang beroperasi seperti perusahaan privat. Operasi BUMN secara privat diharapkan bisa meningkatkan kinerja perusahaan yang berimplikasi pada semakin baiknya struktur insentif yang diberikan kepada negara. Laporan ini memberikan bukti bahwa pengurangan peran birokrat dalam bisnis melalui reformasi secara privat dapat mendatangkan keuntungan penting secara ekonomi. Di samping itu reformasi menawarkan potensi untuk memperoleh keuntungan yang besar bagi masyarakat termasuk semakin baiknya kualitas produk barang dan jasa yang bisa diperoleh dengan harga lebih murah, semakin besarnya peluang untuk memperoleh pelayanan kesehatan, pendidikan dan jaminan sosial lainya. Secara agregat hal akan memberikan sumbangan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi.Menurut Mary M. Shirley (1998) yang menelaah kecenderungan privatisasi di negara berkembang dan negara-negara transisi (dari ekonomi perencanaan terpusat ke ekonomi pasar) antara tahun 1988 hingga 1995 berdasarkan data dari Bank Dunia, menunjukkan bahwa jumlah negara yang melakukan privatisasi meningkat secara tajam dari 12 negara pada tahun 1988 menjadi 43 negara pada tahun 1995. Sementara itu, nilai transaksinya juga meningkat dari tahun ke tahun, yang bila diukur dari persentase rata-rata GDP negara-negara yang melakukan privatisasi di tahun 1988 hanya merupakan 0,5%, pada tahun 1995 telah menjadi 10%.BUMN di negara berkembang maupun miskin menyedot sejumlah besar anggaran belanja yang dikeluarkan oleh negara. Wujudnya bisa berbentuk subsidi, pinjaman dalam negeri maupun hutang perusahaan yang kemudian menjadi tanggung jawab pemerintah untuk mengembalikannya. Di samping itu, BUMN menyerap sejumlah besar investasi yang masuk di negara-negara berkembang sehingga mempengaruhi pendapatan domestik bruto dan investasi dalam negari. Banyaknya jumlah BUMN menyerap tenaga kerja yang cukup besar di negara-negara tersebut sehingga mempengaruhi angka pengangguran. Posisi BUMN yang sangat penting mengakibatkan kinerja yang dimiliki sangat mempengaruhi stabilitas makroekonomi sehingga berdampak pada tingkat pertumbuhan ekonomi negara.Berdasarkan laporan Bureaucrats in Business, kinerja BUMN di negara-negara tersebut ternyata rendah dan terus mengalami kerugian. Rendahnya kinerja disebabkan oleh kegagalan untuk mengembalikan kredit sehingga menjadi tanggungan pemerintah, terjadi defisit anggaran yang dikeluarkan BUMN sehingga subsidi pemerintah semakin besar, dan tidak efisiennya operasional perusahaan. Di banyak negara berkembang yang memiliki banyak BUMN dan selalu mendukung pembiayaannya, terjadi inefisiensi dan defisit sehingga berdampak negatif pertumbuhan ekonomi. Alih-alih meningkatkan kualitas hidup masyarakat, yang terjadi justru semakin terpuruk dalam kemerosotan ekonomi.Kinerja privatisasi BUMN dipengaruhi oleh faktor politik. Faktor politik disini terkait dengan asumsi pengelolaan BUMN oleh pemerintah yang dianggap tidak efisien sehingga memungkinkan terjadinya proses buying votes & political power. Disini bisa terjadi konflik seperti keputusan untuk menjual dengan upaya menumbuhkan kompetisi, atau bagaimana metoda privatisasi yang akan dipilih. Shirley menunjukan privatisasi tidak akan berjalan mudah bila terjadi politisasi BUMN, sehingga mengurangi minat investor. Schleifer &Visny serta Vickers & Yarrow berpendapat bahwa privatisasi akan mengurangi intervensi politisi terhadap BUMN.Kelemahan-kelemahan struktural yang biasanya melekat pada BUMN adalah: kualitas direksi, yang disebabkan karena orang-orang yang ditunjuk sebagai direksi bukanlah orang-orang yang terpilih dan terbaik. Tetapi banyak di antara mereka yang karena penunjukan politis atau adanya kepentingan-kepentingan tertentu dari golongan-golongan tertentu. Yang jadi kriteria bukanlah kapabilitas, tetapi loyalitas, besarnya setoran, sehingga banyak terjadi KKN.

Kemudian posisi monopoli dari beberapa BUMN yang merugikan konsumen, karena perusahaan ini bekerja semaunya, mengurangi jumlah produksi, menjual dengan harga tinggi dan mengambil keuntungan yang tinggi. Memang bukanlah tujuan utama dari BUMN untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya, tetapi mengabdi kepada rakyat dan bahkan kadang-kadang harus merugi karena mengemban misi-misi tertentu dari pemerintah.Privatisasi terjadi karena pemerintah tidak memiliki kemampuan untuk mengelola negara. Tidak aneh, setiap tahun pemerintah hanya bisa menjual aset/kekayaan negara dengan frontal. Rendahnya kinerja bukan karena birokrat yang terlibat tidak memiliki kemampuan atau tidak berkompeten dalam bidang bisnis tapi karena terjadi kontradiksi tujuan dalam melaksanakan pekerjaannya. Birokrat dihadapkan pada keharusan untuk memperoleh dan menggali keuntungan yang sebesar-besarnya atas binis yang dijalankannya atau pengabdian pada pelayanan kepada masyarakat. Masalah ini bukan pada sistemnya tapi pada individu birokrat yang terlibat dalam aktivitas bisnis. Pendekatan birokratis dan pandangan politis dalam memberikan pelayanan sosial terkadang justru kontraproduktif dengan prinsip-prinsip efisiensi dalam aktivitas bisnis.Hal yang perlu dipertimbangkan adalah bagaimana dengan UUD 1945 Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) UUD 1945. Isi Pasal 33 ayat (2) itu adalah Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. Sedangkan ayat (3) berbunyi Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.Untuk dapat mengoptimalkan peran dari BUMN agar mampu mempertahankan keberadaannya dalam perkembangan ekonomi dunia yang makin terbuka dan kompetitif, BUMN perlu menumbuhkan profesionalisme antara lain melalui pengurusan dan pengawasannya. Penerapan sistem pengurusan dan pengawasan BUMN harus dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip efisiensi dan prinsip-prinsip tata-kelola perusahaan yang baik (good corporate governance). Hal ini untuk mengatasi masalah agar BUMN dapat dipimpin oleh Direksi yang profesional, kompeten, jujur, dan diangkat karena factor keahlihan di bidangnya dan bukan kepentingan politik atau lobby. Direksi diharapkan dapat memperlakukan BUMN sebagai perusahaan korporasi , yang dapat menguntungkan BUMN .Reformasi harus dijalankan secara hati-hati dan cermat. Meskipun petunjuk teknis tentang proses yang dilakukan ada dalam Bureaucrats in Business tapi tidak harus sama persis mengadospi mentah-mentah. Pengkritisan perlu untuk selalu dilakukan sehingga reformasi yang terjadi sesuai dengan kebutuhan BUMN yang ada di Indonesia bukan kepentingan yang dipaksakan dari luar.