Print Ekwan 2
-
Upload
hana-hunafa -
Category
Documents
-
view
240 -
download
0
description
Transcript of Print Ekwan 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Populasi dapat didefinisikan sebagai kelompok kolektif organisme-
organisme dari spesies yang sama yang menduduki ruang atau waktu tertentu
dengan pola tertentu. Kumpulan dari beberapa populasi disebut dengan
komunitas.Proses identifikasi suatu komunitas dalam suatu habitat tertentu
salah satunya bisa dengan metode pitfalltraps. Metode pitfall traps merupakan
metode penangkapan hewan dengan sistem perangkap, khususnya untuk hewan yang
hidup dipermukaan tanah contohnya serangga. Jumlah dan jenis spesies di suatu
komunitas tergantung pada kondisi suatu daerah misalnya faktor biotik dan
abiotik. Kemudian suatu spesies yang dapat beradaptasi dengan lingkungannya dan
berinteraksi dengan sesamanya akan dapat bertahan di lingkungan tersebut. Faktor-
faktor lingkungan yang mempengaruhi komunitas suatu spesies antara lain
adalah : suhu, kelembaban, pH. Metode pitfall traps ini digunakan untuk
mendapatkan cerminan komunitas binatang tanah dan indeks diversitas dari
data yang diperoleh.
Serangga tanah merupakan fauna yang mempunyai jenis dan jumlah
paling besar yang secara berhasil menempati berbagai habitat, serta
mempunyai daerah penyebaran yang sangat luas.
Peranan serangga di alam sangat penting, diantaranya sebagai penghasil
bahan pangan dan papan, sebagai penyerbuk tumbuhan, sebagai hama
penyakit dan parasit serta tidak kalah penting yaitu sebagai dekomposer atau
pengurai. Peranan serangga sebagai decomposer pada tahap-tahap awal yang
secara tidak langsung merupakan sarana penting bagi terciptanya
keseimbangan ekosistem alam. Serangga memindahkan dan memakan
dauntumbuhan serta bagian lain dari tumbuhan yang jatuh ke tanah, sehingga
mempercepat proses hancurnya bahan organik tersebut. Hasil hancuran
selanjutnya diuraikan kembali oleh mikroflora dan fauna tanah lainnya.
Mikroorganisme mempunyai peranan yang besar dalam mineralisasi dan
peredaran kembali elemen-elemen mineral. Melalui proses mineralisasi inilah
akan terbentuk garam-garam mineral (hara) yang dapat digunakan oleh
tumbuhan
Manusia memperoleh banyak manfaat dari serangga dengan banyak cara.
Tanpa mereka manusia tidak dapat ada dalam kehidupan seperti sekarang.
Penelitian mengenai serangga telah menolong ahli-ahli pengetahuan
memecahkan banyak masalah dalam keturunan.
Morfologi serangga sangat bervariasi dalam hal ukuran, bentuk, dan warna
tubuh atau bagian tubuh lainnya. Umumnya serangga hidup di hampir semua
lingkungan, di air, tanah, dimana struktur dan tingkah laku serta siklus
hidupnya mengalami modifikasi penyesuaian serta mempunyai daerah
penyebaran yang luas. Aspek-aspek itu sangat menarik untuk dipelajari.
Mengingat begitu besar peranan serangga dalam ekosistem, terutama
serangga permukaan tanah, maka dilakukan praktikum ekologi hewan dengan
materi populasi serangga permukaan tanah yang dikaitkan dengan kajian
ekosistemnya.
1.2 Identifikasi Masalah
1. Apa keunggulan metode pitfall trap dibanding dengan metode lain
2. Apa jenis serangga permukaan tanah yang mendominasi
3. Bagaimana nilai kelimpahan (diversitas) dari hasil pengamatan
1.3 Maksud dan tujuan
1. Maksud
Untuk mengetahui populasi jenis serangga tanah di suatu area
2. Tujuan
Untuk melakukan inventarisasi serangga tanah serta menghitung jumlah
populasi, kelimpahan, keanekaan dan distribusi jenis-jenis serangga
perrmukaan tanah disuatu area.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hewan tanah adalah hewan yang hidup di tanah, baik yang hidup di
permukaan tanah maupun yang hidup didalam tanah. Tanah itu sendiri adalah
suatu bentangan alam yang tersusun dari bahan-bahan mineral yang merupakan
hasil proses pelapukan batu-batuan dan bahan organik yang terdiri dari organisme
tanah dan hasil pelapukan bisa tumbuhan dan hewan lainnya, salah satu contoh
dari hewan tanah adalah serangga (Muhamad, 1989).
Serangga ( disebut juga insekta ) adalah kelompok utama dari hewan beruas
(Arthropoda) yang bertunkai 6 ( 3 pasang ), karena itulah mereka disebut pula
Hexapoda. Serangga merupakan hewan beruas dengan tingkat adaptasi yang
sangat tinggi. Ukuran serangga relatif kecil dan pertama kali sukses berkolonisasi
di bumi (Campbell, 2003).
Serangga merupakan kelompok hewan yang dominan di muka bumi dengan
jumlah spesies hampir 80 persen dari jumlah total hewan di bumi. Dari 751.000
spesies golongan serangga, sekitar 250.000 spesies terdapat di Indonesia
(Kalshoven, 1981).
Tubuh serangga terdiri dari 3 bagian yaitu kepala, thoraks, dan abdomen.
Kutikula dibangun oleh lapisan epikutikula, eksokutikula, dan endokutikula.
Kepala dibangun oleh cranium dimana terletak mulut, antena, dan mata. Thoraks
terdiri dari 3 segmen prothoraks, mesothoraks, metathoraks. Pasangan struktur
organ reproduksi terdapat pada bagian abdomen. Serta untuk mendukung proses
kehidupannya, serangga memerlukan kesetimbangan dalam makan dan
pencernaan, pernapasan, peredaran , ekskresi, syaraf, dan reproduksi. Saluran
makan serangga terdiri dari foregut, midgut, dan hindgut. Zat makanan yang
diperlukana serangga adalah karbohidrat, asam amino, lemak, vitamin, kolestrol,
air dan mineral ( Sugeng, 2010).
Gambar 1. Morfologi Serangga
Sumber : (Hidayat, 2008)
T ek n ik p e ngu mpu la n da t a u nt uk me ng h it u ng po pu la s i
se r a ngg a per mu kaa n t a na h a nt a r a la in :
1 . S is t e m ba n j i r
T ek n ik in i d igu nak a n u nt uk s e r a ng g a
per muk aa n t a na h. T ek n ik in i r e la t i f le b ih mu da h
da n c ep a t ya it u d e ng a n me mba s a h i su a t u a r ea ya n g
d it e nt uka n de nga n a ir . B e ber ap a s a a t ke mud ia n ,
se r a ngg a - s e r a ngga ya ng ber ada d i da la m t a na h
ke lu ar , ke mud ia n dap a t d i h it u ng ju mla hn ya .
2 . P it fa l l t r ap
T ek n ik in i d i gu nak a n u nt uk se r a ngg a t a na h
pada da er a h ve ge t as i r e nda h a t au d i l a ha n ko so ng ,
d ima na s e r a ngga - se r a ngg a t e r se bu t mer upa ka n
se r a ngg a ak t i f .
3 . Capt u r e r e - c ap t u r e
T ek n ik in i d igu nak a n u nt uk s e r a ng g a
per muk aa n t a na h ya ng t e r ba ng d ia t a s 1 - 2 met e r .
Se r a ng ga d i t a ngka p de nga n me ngg u naka n ins ec t
ne t . se r a ngga ya ng t e r t a ngk ap ke mu d ia n d it a nda i
da n d i le p as ka n k e mba l i , d i la ku ka n d e ng a n
pe ngu la ng a n pe na ng kap a n s e r a ng ga .
4 . L ig ht t r ap
T ek n ik in i d igu nak a n u nt uk s e r a ngga ma la m,
de ng a n me ng gu na ka n s ua t u la yar a t au su a t u wa da h
ya ng t e la h ber is i a ir , sa bu n d a n f o r ma l i n la lu
d ia mk a n d iba wa h c a ha ya la mp u . S er a ng ga t e r t a r ik
t e r had ap c a ha ya la mpu ya ng ke mu d ia n ak a n
t e r ja t u h ked a la m wad a h t e r se bu t ( Sugeng, 2010).
Pada praktikum ini metode yang digunakan adalah pitfall trap. Meetode
pitfall trap merupakan metode penangkapan hewan engan sistem perangkap,
khusunya untuk hewan yang hidup di permukaan tanah. Tujuan dari metode pitfall
trap adalah untuk menjebak binatang-binatang permukaan tanah agar jatuh
kedalamnya sehingga bisa dilakukan identifikasi atau untuk mengoleksi jenis
binatang permukaan tanah yang berada pada lingkungan perangkap. Metode
pitfall trap tidak digunakan untuk mengukur besarnya populasi namun dari data
yang diperoleh bisa didapatkan cerminan komunitas binatang tanah dan indeks
diversitasnya ( Joshua, 2012).
Pada suatu tempat atau area tertentu terdapat berbagai macam spesies
serangga yang hidup atau yang menempati, untuk mengetahui keanekaragaman
serangga yang hidup di area tertentu maka dapat mengunakan perhitungan
menggunakan rumus Indeks Dominansi (D), Indeks Sympson (SID), dan Shanon
Wiener (H’)
Indeks Dominansi (D)
D = ∑ (ni/N)2 Keterangan :
ni : Jumlah Individu tiap spesies
N : Jumlah Individu seluruh spesies
Indeks Sympson (SID)
SID = I-D
Indeks Shanon Wienet (H’)
H’ = -∑ pi log pi Keterangan : H’ : Indeks Keanekaragaman Shanon Wiener
pi = ni/N = Kelimpahan relative spesies
( Fenti, 2012).
Diantara banyak organisme yang membentuk suatu komunitas, hanya
spesies atau grup yang memperlihatkan pengendalian yang nyata dalam
memfungsikan keseluruhan komunitas. Kepentingan relatif dari organisme dalam
suatu komunitas tidak ditentukan oleh posisitaksonominya tetapi jumlah, ukuran,
produksi dan hubungan lainnya.
Tingkat kepentingan suatu spesies biasanya dinyatakan oleh indeks
keunggulannya (dominansi). Komunitas diberi nama dan digolongkan menurut
spesies atau bentuk hidup yang dominan, habitat fisik, atau kekhasan fungsional.
Analisis komunitas dapat dilakukan dalam setiap lokasi tertentu berdasarkan pada
pembedaan zone atau gradien yang terdapat dalam daerah tersebut.
Umumnya semakin curam gradien lingkungan, makin beragam komunitas
karena batas yang tajam terbentuk oleh perbahan yang mendadak dalam sifat
fisika lingkungan. Angka banding antara jumlah spesies dan jumlah total individu
dalam suatu komunitas dinyatakan sebagai keanekaragaman spesies. Ini berkaitan
dengan kestabilan lingkungan dan beragam komunitas berbeda (Wolf, 1992).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
1. Alkohol 70%
2. cangkul kecil
3. Detergen
4. Gelas aqua bekas
5. Gula
6. Kardus
7. Tusuk sate
8. Sendok makan
3.2 Prosedur
1. Disediakan alat dan bahan untuk membuat pitfalltrap
2. Terlebih dahulu dibuat penutup pitfalltrap dengan mengunakan tusuk sate dan
karton 20x20 untuk menutup lubang agar tidak terkena air hujan secara
langsung
3. Dibuat larutan penjerat serangga dengan komposisi alkohol 70%, gula, dan
deterjen yang perbandingannya 1:2:1 lalu ambil bahan tersebut dengan sendok
dan dimasukan ke dalam aqua gelas
4. Dibuat lubang di 10 plot yang telah di tentukan dengan jarak 3 meter tiap plot
dengan menggunakan cangkul kecil
5. Aqua gelas disimpan pada lubang disetiap plot , lalu bagian atas aqua gelas
tersebut diberi penutup
6. Amati setiap 12 jam dari mulai menyimpan perangkap dan diamati selama 3
hari tunggu keesokan harinya agar didapatkan serangga yang dapat akan amati
dan cara ini terus menerus dilakukan selama 3 hari.
3.3 Analisis Data
Hasil praktikum Ekologi Hewan mengenai pitfall trep dengan
menggunakan metode observasi. Data yang diperoleh praktikum tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Hari pertama
2. Hari kedua
3. Hari ketiga
Nama Spesies Plot
1 Plot
2 Plot
3 Plot
4 Plot
5 Plot
6 Plot
7 Plot
8 Plot
9 Plot 10
Formica ruva 83 9 38 30 72 21 29 5 119 56
Polyrachis sp 11 68 5 11 - 3 6 1 - 9
Ordo Blattodea - - - - - 7 - 1 - 5
Gryllus sp - - - - - - 2 - - 2
Camponotus caryae - - - - - - - - 3 -
Ordo Isoptera - - - - - - - - 2 -
Nama Spesies Plot
1 Plot
2 Plot
3 Plot
4 Plot
5 Plot
6 Plot
7 Plot
8 Plot
9 Plot 10
Formica ruva 49 7 4 22 5 3 5 26 6 143
Polyrachis sp 1 - - - 2 4 - - - 7
Ordo Collembola - 1 - - - - - - - 2
Gryllus sp - - 1 1 - - 1 - - 2
Camponotus caryae - - - - - 2 3 - - 5
Ordo Blattodea 1 - - - - - 1 - - 3
Nama Spesies Plot
1 Plot
2 Plot
3 Plot
4 Plot
5 Plot
6 Plot
7 Plot
8 Plot
9 Plot 10
Polyrachis sp 3 6 2 1 1 2 - 2 - 1
Camponotus caryae 1 - - - 1 - 3 - -
Formica ruva 1 23 5 17 12 46 8 11 - 14
Ordo Isoptera - - - - - 1 - - - -
Data yang diperoleh dari lapangan tersebut dapat di analisa dengan memakai
rumus sebgai berikut :
1. FM = Σ frekuensi pertemuan spesies i dalam plot
2. FR = FM X 100%
ΣFM
3. KM = Σindividu spesies i
Σplot
4. KR = KM X 100%
ΣKM
5. INP = FR + KR
6. Indeks shanon + whiener (kestabilan)
H’ = -ΣPi ln Pi -> Pi = ni/N
Keterangan : ni = jumlah individu dalam satu spesies
N = jumlah total individu
Range = 0-45/15-35
7. Indeks simpson diversity
SID = 1-D
D = Σ (ni / N)2
Keterangan :
Kestabilan jumlah spesies yang ditemui rendah, jika nilai H’
dibawah 1, sementara biodiversitas juga rendah jika indeks sympson
berada di bawah nilai 1.
Grafik Perbandingan Pengamatan Harian
0
20
40
60
80
100
120
140
jum
lah
spesies
Hari ke 1
Plot 1
Plot 2
Plot 3
Plot 4
Plot 5
Plot 6
Plot 7
Plot 8
Plot 9
Plot 10
0
20
40
60
80
100
120
140
160
jum
lah
spesies
Hari ke 2
Plot 1
Plot 2
Plot 3
Plot 4
Plot 5
Plot 6
Plot 7
Plot 8
Plot 9
Plot 10
0 5
10 15 20 25 30 35 40 45 50
jum
lah
spesies
Hari ke 3
Plot 1
Plot 2
Plot 3
Plot 4
Plot 5
Plot 6
Plot 7
Plot 8
Plot 9
Plot 10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hari ke-1
Hari ke- 2
Nama Spesies
FM FR
total indvidu (ni)
KM KR INP
=(FR+KR) Pi =
(ni/N) Pi ln Pi
(ni/N)2
Formica ruva
10 40% 270 27 88% 128% 0,8794 -0,1129 1
Polyrachis sp
4 16% 14 1,4 5% 21% 0,0456 -0,1408 0
Ordo Collembola
2 8% 3 0,3 1% 9% 0,0097 -0,0452 0
Gryllus sp
3 12% 5 0,5 2% 14% 0,0162 -0,0670 0
Camponotus caryae
3 12% 10 1 3% 15% 0,0325 -0,1115 0
Ordo Blattodea
3 12% 5 0,5 2% 14% 0,0162 -0,0670 0
JUMLAH
25 100% 307 30,7
100% 1 -0,5446 1
Nama Spesies
FM FR total
indvidu (ni)
KM KR INP=
(FR+KR) Pi= (ni/N)
Pi ln Pi (ni/N)2
Formica ruva 10 38% 462 46,2 77% 116% 0,7725 -0,199344 1
Polyrachis sp 8 31% 114 11,4 19% 50% 0,1906 -0,315957 0
Ordo Blattodea 3 12% 13 1,3 2% 14% 0,0217 -0,083231 0
Gryllus sp 2 8% 4 0,4 1% 8% 0,0066 -0,033493 0
Camponotus caryae 1 4% 3 0,3 1% 4% 0,0050 -0,026563 0
Ordo Isoptera 1 4% 2 0,2 0% 4% 0,0033 -0,019065 0
JUMLAH 26 96% 598 59,8 100% 1 -0,677655 1
H'=-Σpi.ln(pi) 0,677655 ΣD = 1
SID = 1-D D = Σ (ni - N)
2 = 1
SID = 1- 1
SID = 0
H' = 0,677655
H'=-Σpi.ln(pi) 0,5446 ΣD = 1
SID = 1-D D = Σ (ni - N)
2 = 1
SID = 1- 1
SID = 0
H' = 0,5446
Hari ke- 3
Nama Spesies
FM FR
total indvidu (ni)
KM KR
INP= (FR+KR)
Pi = (ni/N)
Pi ln Pi (ni/N)
2
Polyrachis sp
8 38% 18 1,8 11% 49% 0,1118 -0,2449 0
Camponotus caryae
3 14% 5 0,5 3% 17% 0,0310 -0,1078 0
Formica ruva
9 43% 137 13,7 85% 128% 0,8509 -0,1373 1
Ordo Isoptera
1 5% 1 0,1 1% 5% 0,0062 -0,0315 0
JUMLAH
21 100% 161 16,1
100% 1 -0,5217 1
H'=-Σpi.ln(pi) 0,5217 ΣD = 1
SID = 1-D D = Σ (ni - N)
2 = 1
SID = 1- 1
SID = 0
H' = 0,5217
4.2 Pembahasan
Praktikum ekologi hewan tentang pitfall trap dilakukan pada tanggal 17
oktober 2012 pukul 17.30 WIB, dan dilakukan pengamatan berkala selama 3 hari
dengan interval 12 jam setelah penempatan pitfall trap di area amatan. Metode
pitfall trap merupakan metode penangkapan hewan dengan sistem jebakan,
khususnya untuk hewan yang hidup di permukaan tanah. Tujuan dari metode
pitfall trap adalah untuk menjebak hewan-hewan permukaan tanah (serangga) agar
jatuh kedalamnya sehingga bisa dilakukan identifikasi atau untuk mengoleksi/
mengiventarisasi jenis hewan permukaan tanah yang berada pada lingkungan
perangkap, serta menghitung jumlah populasi, kelimpahan, keanekaan dan
distribusi jenis-jenis serangga perrmukaan tanah di area amatan.
Hal yang pertama dilakukan untuk melakukan praktikum ini adalah
membuat perangkap serangga dengan menggunakan gula, alkohol, dan detergen
dengan perbandingan 1:2:1. Gula berfungsi untuk memancing serangga
permukaan tanah supaya masuk ke perangkap, alkohol berfungsi untuk
mengawetkan serangga yang masuk kedalam perangkap, dan detergen berfungsi
sebagai tegangan airnya. Setelah larutannya dibuat, lalu dimasukan kedalam aqua
gelas sebanyak ¼ dari aqua gelas tersebut.
Dalam area plot yang panjangnya 30 meter di buat 10 titik plot dengan
jarak 3 meter, lalu titik tersebut dilubangi dengan cangkul kecil sampai aqua gelas
berada rata dengan permukaan tanah. Kemudian perangkap yang telah dibuat
ditutupi dengan karton/kardus 20x20 dengan menggunakan tusuk sate sebagai
penumpu karton/kardus, karton/kardus ini diletakan secara miring untuk
menghindari jika adanya air yang jatuh supaya tidak langsung jatuh ke perangkap.
Selanjutnya pengamatan dilakukan setelah 12 jam perangkap disimpan di area
pengamatan dan dilakukan pengulangannya selama 3 hari.
Dari hasil pengamatan serta analisis data yang dilakukan maka dapat
diketahui bahwa spesies yang ditemukan pada hari pertama di antaranya :
Formica ruva (semut merah kecil) berjumlah 462, Polyrachis sp. (semut hitam
besar) berjumlah 114, Gryllus sp. (jangkrik) berjumlah 4, Camponotus caryae
(semut hitam kecil) berjumlah 3, Ordo Blattodea berjumlah 13, dan Ordo Isoptera
berjumlah 2.
Pada hari ke-2 terjadi penurunan dan penambahan jenis spesies, yaitu tidak
ditemukannya ordo Isoptera namun ditemukan spesies baru dari ordo Collembola.
Spesies yang ditemukan pada hari kedua di antaranya adalah Formica ruva (semut
merah kecil) berjumlah 270, Polyrachis sp. (semut hitam besar) berjumlah 14,
Gryllus sp. (jangkrik) berjumlah 5, Camponotus caryae (semut hitam kecil)
berjumlah 10, Ordo Blattodea berjumlah 5, dan Ordo Collembola berjumlah 3.
Pada hari ke-3 terjadi penurunan jenis spesies, yaitu tidak ditemukannya
Gryllus sp, Ordo Collembola, dan Ordo Blattodea. Spesies yang ditemukan pada
hari ketiga di antaranya adalah Formica ruva (semut merah kecil) berjumlah 137,
Polyrachis sp. (semut hitam besar) berjumlah 18, dan Camponotus caryae (semut
hitam kecil) berjumlah 5.
Data yang diperoleh sesuai dengan perhitungan dapat dilihat dari jumlah
spesies dan keanekaragamannya yang terus menurun. Penurunan jumlah dan jenis
spesies ini dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti kesalahan praktikan dalam
membuat perbandingan bahan untuk jebakan, lokasi/area plot yang memang
sedikit dilalui oleh hewan permukaan tanah mungkin dikarenakan jauh dari
habitat hewan-hewan tersebut dan keadaan lingkungan yang tidak sesuai untuk
aktivitas hewan-hewan permukaan tanah tersebut.
Berdasarkan hasil analisis data dan perhitungan terhadap jumlah individu
yang ditemukan pada tiap spesies, indeks nilai penting (INP) tiap spesies
didapatkan sebagai berikut : Formica ruva pada hari pertama sampai hari ketiga
berturut-turut sebesar 116%, 128%, 128%, dan INP rata-rata sebesar 124%.
Polyrachis sp. pada hari pertama sampai hari ketiga berturut-turut sebesar 50%,
21%, 49%, dan INP rata-rata sebesar 40%.
Gryllus sp. memiliki INP hari pertama hingga hari ketiga berturut-turut
sebesar 8%, 14%, 0%, dan INP rata-rata sebesar 7,3 %. Camponotus caryae
memiliki nilai INP hari pertama hingga hari ketiga berturut-turut sebesar 4%,
15%, 17%, dan INP rata-rata sebesar 12%.
Ordo Isoptera memiliki INP hari pertama hingga hari ketiga berturut-turut
sebesar 4%, 0%, 5% sehingga INP rata-ratanya sebesar 3%. Ordo Blattodea
memiliki INP hari pertama hingga hari ketiga berturut-turut sebesar 14%, 4%, 0%
sehingga INP rata-ratanya sebesar 6%.
Indeks Nilai Penting (INP) menggambarkan seberapa penting keberadaan
spesies tersebut pada komunitas yang terbangun di daerah amatan. Jika diurutkan,
dari yang terbesar nilai INP yang ada hingga yang terkecil, Formica ruva
menempati urutan paling penting (INP rata-rata 124%), kedua Polyrachis sp. (INP
rata-rata sebesar 40%), ketiga Camponotus caryae (INP rata-rata sebesar 12%) ,
keempat Gryllus sp. (INP rata-rata sebesar 7,3 %.), kelima Ordo Blattodea (INP
rata-ratanya sebesar 6%), dan terakhir Ordo Isoptera (INP rata-ratanya sebesar
3%).
Hal tersebut menandakan jika Formica ruva hilang dalam komunitas
tersebut, akan terjadi ketidakstabilan atau terjadi gangguan yang besar, berbeda
halnya dengan Ordo Isoptera yang memiliki nilai terkecil, jika spesies Ordo
Isoptera (rayap) ini menghilang, ketidakstabilan hanya mengalami sedikit sekali
gangguan.
Jenis hewan permukaan tanah yang paling banyak ditemukan dilihat dari
hari pertama sampai hari terakhir adalah Formica ruva (semut merah kecil).
Sehingga spesies yang memiliki Indeks Nilai Penting (INP) paling tinggi adalah
Formica ruva. Hal ini mungkin disebabkan karena aktivitas atau habitat dari
Formica ruva ini yang memang melalui atau berada di area sekitar plot jebakan
yang telah dibuat. Selain itu semut ini juga termasuk jenis semut pekerja sehingga
jumlahnya banyak dan berkoloni sehingga memungkinkan paling banyak terkena
jebakan (pitfall).
Jenis hewan permukaan tanah paling sedikit ditemukan adalah dari ordo
Isoptera, ordo Blattodea, dan ordo Collembola. Hal ini mungkin disebabkan
karena jenis dari ordo-ordo ini aktivitasnya memang jarang melalui area plot
sekitar jebakan tersebut atau mungkin hanya kebetulan berada disekitar area plot
tersebut sehingga jatuh kedalam jebakan. Sama halnya dengan Gryllus sp.
termasuk dalam kategori yang sedikit ditemukan. Dapat dilihat pada hari pertama
hanya ditemukan 4 spesies, hari kedua 5 spesies dan hari ketiga 0 (tidak
ditemukan). Ini juga mungkin dikarenakan aktivitasnya yang jarang melalui area
sekitar plot jebakan.
Polyrachis sp. (semut hitam besar) dan Camponotus caryae (semut hitam
kecil) termasuk dalam kategori sedang. Namun pada Polyrachis sp. terjadi
penurunan yang cukup drastis pada hari ke-2 dan ke-3. Hari pertama berjumlah
mencapai ratusan yaitu 114 sedangkan hari kedua berjumlah 14 dan hari ketiga
berjumlah 18. Hal ini mungkin disebabkan karena pada hari pertama hewan
tersebut beraktivitas melewati area plot jebakan sedangkan hari kedua dan ketiga
mereka melewati area/jalan yang berbeda sehingga pada hari kedua dan ketiga
tidak sebanyak hari pertama ditemukan.
Berbeda dengan Camponotus caryae (semut hitam kecil) yang ditemukan
paling sedikit pada hari pertama yaitu 3 spesies, hari kedua 10 spesies, dan hari
ketiga 5 spesies. Perubahnnya dapat dikatakan tidak terlalu jauh yang mungkin
disebabkan memang jenis dari semut ini habitat atau aktivitasnya dekat atau
sering melewati sekitar area plot jebakan yang telah dibuat.
Indeks Sympson (SID) menunjukan biodiversitas suatu komunitas, dari
hasil analisa dan perhitungan dari pengamatan yang dilakukan selama tiga hari,
nilai SID adalah 0. Nilai 0 untuk SID menggambarkan diversitas daerah yang
diamati selama tiga hari ini sangat rendah sekali.
Indeks Shannon Whiener (H’) menunjukan kestabilan suatu komunitas,
dari hasil pengamatan didapatkan nilai H’ berturut-turut sebesar 0,67 ; 0,55 ; 0,52
sehingga rata-rata untuk H’ adalah 0,58. Nilai ini berada di bawah 1, sehingga
menggambarkan bahwa kestabilan daerah amatan rendah.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Keunggulan metode pitfall trap dibanding metode lain adalah murah
dalam harga peralatan yang dibutuhkan, mudah dalam pembuatan larutan,
dan mudah dalam aplikasi metode di lapangan.
2. Jenis serangga yang mendominasi di permukaan tanah pada daerah amatan
adalah Formica ruva.
3. Nilai kelimpahan dari hasil pengamatan adalah 0, hal ini menandakan
daerah yang diamati memiliki tingkat diversitas yang rendah.