Print Ekwan 2

19
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Populasi dapat didefinisikan sebagai kelompok kolektif organisme- organisme dari spesies yang sama yang menduduki ruang atau waktu tertentu dengan pola tertentu. Kumpulan dari beberapa populasi disebut dengan komunitas.Proses identifikasi suatu komunitas dalam suatu habitat tertentu salah satunya bisa dengan metode pitfalltraps. Metode pitfall traps merupakan metode penangkapan hewan dengan sistem perangkap, khususnya untuk hewan yang hidup dipermukaan tanah contohnya serangga. Jumlah dan jenis spesies di suatu komunitas tergantung pada kondisi suatu daerah misalnya faktor biotik dan abiotik. Kemudian suatu spesies yang dapat beradaptasi dengan lingkungannya dan berinteraksi dengan sesamanya akan dapat bertahan di lingkungan tersebut. Faktor- faktor lingkungan yang mempengaruhi komunitas suatu spesies antara lain adalah : suhu, kelembaban, pH. Metode pitfall traps ini digunakan untuk mendapatkan cerminan komunitas binatang tanah dan indeks diversitas dari data yang diperoleh. Serangga tanah merupakan fauna yang mempunyai jenis dan jumlah paling besar yang secara berhasil menempati berbagai habitat, serta mempunyai daerah penyebaran yang sangat luas. Peranan serangga di alam sangat penting, diantaranya sebagai penghasil bahan pangan dan papan, sebagai penyerbuk tumbuhan, sebagai hama penyakit dan parasit serta tidak kalah penting yaitu sebagai dekomposer atau pengurai. Peranan serangga sebagai decomposer pada tahap-tahap awal yang secara tidak langsung merupakan sarana penting bagi terciptanya keseimbangan ekosistem alam. Serangga memindahkan dan memakan dauntumbuhan serta bagian lain dari tumbuhan yang jatuh ke tanah, sehingga mempercepat proses hancurnya bahan organik tersebut. Hasil hancuran selanjutnya diuraikan kembali oleh mikroflora dan fauna tanah lainnya. Mikroorganisme mempunyai peranan yang besar dalam mineralisasi dan

description

ekologi hewan

Transcript of Print Ekwan 2

Page 1: Print Ekwan 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Populasi dapat didefinisikan sebagai kelompok kolektif organisme-

organisme dari spesies yang sama yang menduduki ruang atau waktu tertentu

dengan pola tertentu. Kumpulan dari beberapa populasi disebut dengan

komunitas.Proses identifikasi suatu komunitas dalam suatu habitat tertentu

salah satunya bisa dengan metode pitfalltraps. Metode pitfall traps merupakan

metode penangkapan hewan dengan sistem perangkap, khususnya untuk hewan yang

hidup dipermukaan tanah contohnya serangga. Jumlah dan jenis spesies di suatu

komunitas tergantung pada kondisi suatu daerah misalnya faktor biotik dan

abiotik. Kemudian suatu spesies yang dapat beradaptasi dengan lingkungannya dan

berinteraksi dengan sesamanya akan dapat bertahan di lingkungan tersebut. Faktor-

faktor lingkungan yang mempengaruhi komunitas suatu spesies antara lain

adalah : suhu, kelembaban, pH. Metode pitfall traps ini digunakan untuk

mendapatkan cerminan komunitas binatang tanah dan indeks diversitas dari

data yang diperoleh.

Serangga tanah merupakan fauna yang mempunyai jenis dan jumlah

paling besar yang secara berhasil menempati berbagai habitat, serta

mempunyai daerah penyebaran yang sangat luas.

Peranan serangga di alam sangat penting, diantaranya sebagai penghasil

bahan pangan dan papan, sebagai penyerbuk tumbuhan, sebagai hama

penyakit dan parasit serta tidak kalah penting yaitu sebagai dekomposer atau

pengurai. Peranan serangga sebagai decomposer pada tahap-tahap awal yang

secara tidak langsung merupakan sarana penting bagi terciptanya

keseimbangan ekosistem alam. Serangga memindahkan dan memakan

dauntumbuhan serta bagian lain dari tumbuhan yang jatuh ke tanah, sehingga

mempercepat proses hancurnya bahan organik tersebut. Hasil hancuran

selanjutnya diuraikan kembali oleh mikroflora dan fauna tanah lainnya.

Mikroorganisme mempunyai peranan yang besar dalam mineralisasi dan

Page 2: Print Ekwan 2

peredaran kembali elemen-elemen mineral. Melalui proses mineralisasi inilah

akan terbentuk garam-garam mineral (hara) yang dapat digunakan oleh

tumbuhan

Manusia memperoleh banyak manfaat dari serangga dengan banyak cara.

Tanpa mereka manusia tidak dapat ada dalam kehidupan seperti sekarang.

Penelitian mengenai serangga telah menolong ahli-ahli pengetahuan

memecahkan banyak masalah dalam keturunan.

Morfologi serangga sangat bervariasi dalam hal ukuran, bentuk, dan warna

tubuh atau bagian tubuh lainnya. Umumnya serangga hidup di hampir semua

lingkungan, di air, tanah, dimana struktur dan tingkah laku serta siklus

hidupnya mengalami modifikasi penyesuaian serta mempunyai daerah

penyebaran yang luas. Aspek-aspek itu sangat menarik untuk dipelajari.

Mengingat begitu besar peranan serangga dalam ekosistem, terutama

serangga permukaan tanah, maka dilakukan praktikum ekologi hewan dengan

materi populasi serangga permukaan tanah yang dikaitkan dengan kajian

ekosistemnya.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Apa keunggulan metode pitfall trap dibanding dengan metode lain

2. Apa jenis serangga permukaan tanah yang mendominasi

3. Bagaimana nilai kelimpahan (diversitas) dari hasil pengamatan

1.3 Maksud dan tujuan

1. Maksud

Untuk mengetahui populasi jenis serangga tanah di suatu area

2. Tujuan

Untuk melakukan inventarisasi serangga tanah serta menghitung jumlah

populasi, kelimpahan, keanekaan dan distribusi jenis-jenis serangga

perrmukaan tanah disuatu area.

Page 3: Print Ekwan 2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Hewan tanah adalah hewan yang hidup di tanah, baik yang hidup di

permukaan tanah maupun yang hidup didalam tanah. Tanah itu sendiri adalah

suatu bentangan alam yang tersusun dari bahan-bahan mineral yang merupakan

hasil proses pelapukan batu-batuan dan bahan organik yang terdiri dari organisme

tanah dan hasil pelapukan bisa tumbuhan dan hewan lainnya, salah satu contoh

dari hewan tanah adalah serangga (Muhamad, 1989).

Serangga ( disebut juga insekta ) adalah kelompok utama dari hewan beruas

(Arthropoda) yang bertunkai 6 ( 3 pasang ), karena itulah mereka disebut pula

Hexapoda. Serangga merupakan hewan beruas dengan tingkat adaptasi yang

sangat tinggi. Ukuran serangga relatif kecil dan pertama kali sukses berkolonisasi

di bumi (Campbell, 2003).

Serangga merupakan kelompok hewan yang dominan di muka bumi dengan

jumlah spesies hampir 80 persen dari jumlah total hewan di bumi. Dari 751.000

spesies golongan serangga, sekitar 250.000 spesies terdapat di Indonesia

(Kalshoven, 1981).

Tubuh serangga terdiri dari 3 bagian yaitu kepala, thoraks, dan abdomen.

Kutikula dibangun oleh lapisan epikutikula, eksokutikula, dan endokutikula.

Kepala dibangun oleh cranium dimana terletak mulut, antena, dan mata. Thoraks

terdiri dari 3 segmen prothoraks, mesothoraks, metathoraks. Pasangan struktur

organ reproduksi terdapat pada bagian abdomen. Serta untuk mendukung proses

kehidupannya, serangga memerlukan kesetimbangan dalam makan dan

pencernaan, pernapasan, peredaran , ekskresi, syaraf, dan reproduksi. Saluran

makan serangga terdiri dari foregut, midgut, dan hindgut. Zat makanan yang

diperlukana serangga adalah karbohidrat, asam amino, lemak, vitamin, kolestrol,

air dan mineral ( Sugeng, 2010).

Page 4: Print Ekwan 2

Gambar 1. Morfologi Serangga

Sumber : (Hidayat, 2008)

T ek n ik p e ngu mpu la n da t a u nt uk me ng h it u ng po pu la s i

se r a ngg a per mu kaa n t a na h a nt a r a la in :

1 . S is t e m ba n j i r

T ek n ik in i d igu nak a n u nt uk s e r a ng g a

per muk aa n t a na h. T ek n ik in i r e la t i f le b ih mu da h

da n c ep a t ya it u d e ng a n me mba s a h i su a t u a r ea ya n g

d it e nt uka n de nga n a ir . B e ber ap a s a a t ke mud ia n ,

se r a ngg a - s e r a ngga ya ng ber ada d i da la m t a na h

ke lu ar , ke mud ia n dap a t d i h it u ng ju mla hn ya .

2 . P it fa l l t r ap

T ek n ik in i d i gu nak a n u nt uk se r a ngg a t a na h

pada da er a h ve ge t as i r e nda h a t au d i l a ha n ko so ng ,

d ima na s e r a ngga - se r a ngg a t e r se bu t mer upa ka n

se r a ngg a ak t i f .

Page 5: Print Ekwan 2

3 . Capt u r e r e - c ap t u r e

T ek n ik in i d igu nak a n u nt uk s e r a ng g a

per muk aa n t a na h ya ng t e r ba ng d ia t a s 1 - 2 met e r .

Se r a ng ga d i t a ngka p de nga n me ngg u naka n ins ec t

ne t . se r a ngga ya ng t e r t a ngk ap ke mu d ia n d it a nda i

da n d i le p as ka n k e mba l i , d i la ku ka n d e ng a n

pe ngu la ng a n pe na ng kap a n s e r a ng ga .

4 . L ig ht t r ap

T ek n ik in i d igu nak a n u nt uk s e r a ngga ma la m,

de ng a n me ng gu na ka n s ua t u la yar a t au su a t u wa da h

ya ng t e la h ber is i a ir , sa bu n d a n f o r ma l i n la lu

d ia mk a n d iba wa h c a ha ya la mp u . S er a ng ga t e r t a r ik

t e r had ap c a ha ya la mpu ya ng ke mu d ia n ak a n

t e r ja t u h ked a la m wad a h t e r se bu t ( Sugeng, 2010).

Pada praktikum ini metode yang digunakan adalah pitfall trap. Meetode

pitfall trap merupakan metode penangkapan hewan engan sistem perangkap,

khusunya untuk hewan yang hidup di permukaan tanah. Tujuan dari metode pitfall

trap adalah untuk menjebak binatang-binatang permukaan tanah agar jatuh

kedalamnya sehingga bisa dilakukan identifikasi atau untuk mengoleksi jenis

binatang permukaan tanah yang berada pada lingkungan perangkap. Metode

pitfall trap tidak digunakan untuk mengukur besarnya populasi namun dari data

yang diperoleh bisa didapatkan cerminan komunitas binatang tanah dan indeks

diversitasnya ( Joshua, 2012).

Pada suatu tempat atau area tertentu terdapat berbagai macam spesies

serangga yang hidup atau yang menempati, untuk mengetahui keanekaragaman

serangga yang hidup di area tertentu maka dapat mengunakan perhitungan

Page 6: Print Ekwan 2

menggunakan rumus Indeks Dominansi (D), Indeks Sympson (SID), dan Shanon

Wiener (H’)

Indeks Dominansi (D)

D = ∑ (ni/N)2 Keterangan :

ni : Jumlah Individu tiap spesies

N : Jumlah Individu seluruh spesies

Indeks Sympson (SID)

SID = I-D

Indeks Shanon Wienet (H’)

H’ = -∑ pi log pi Keterangan : H’ : Indeks Keanekaragaman Shanon Wiener

pi = ni/N = Kelimpahan relative spesies

( Fenti, 2012).

Diantara banyak organisme yang membentuk suatu komunitas, hanya

spesies atau grup yang memperlihatkan pengendalian yang nyata dalam

memfungsikan keseluruhan komunitas. Kepentingan relatif dari organisme dalam

suatu komunitas tidak ditentukan oleh posisitaksonominya tetapi jumlah, ukuran,

produksi dan hubungan lainnya.

Tingkat kepentingan suatu spesies biasanya dinyatakan oleh indeks

keunggulannya (dominansi). Komunitas diberi nama dan digolongkan menurut

spesies atau bentuk hidup yang dominan, habitat fisik, atau kekhasan fungsional.

Analisis komunitas dapat dilakukan dalam setiap lokasi tertentu berdasarkan pada

pembedaan zone atau gradien yang terdapat dalam daerah tersebut.

Umumnya semakin curam gradien lingkungan, makin beragam komunitas

karena batas yang tajam terbentuk oleh perbahan yang mendadak dalam sifat

fisika lingkungan. Angka banding antara jumlah spesies dan jumlah total individu

Page 7: Print Ekwan 2

dalam suatu komunitas dinyatakan sebagai keanekaragaman spesies. Ini berkaitan

dengan kestabilan lingkungan dan beragam komunitas berbeda (Wolf, 1992).

Page 8: Print Ekwan 2

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan

1. Alkohol 70%

2. cangkul kecil

3. Detergen

4. Gelas aqua bekas

5. Gula

6. Kardus

7. Tusuk sate

8. Sendok makan

3.2 Prosedur

1. Disediakan alat dan bahan untuk membuat pitfalltrap

2. Terlebih dahulu dibuat penutup pitfalltrap dengan mengunakan tusuk sate dan

karton 20x20 untuk menutup lubang agar tidak terkena air hujan secara

langsung

3. Dibuat larutan penjerat serangga dengan komposisi alkohol 70%, gula, dan

deterjen yang perbandingannya 1:2:1 lalu ambil bahan tersebut dengan sendok

dan dimasukan ke dalam aqua gelas

4. Dibuat lubang di 10 plot yang telah di tentukan dengan jarak 3 meter tiap plot

dengan menggunakan cangkul kecil

5. Aqua gelas disimpan pada lubang disetiap plot , lalu bagian atas aqua gelas

tersebut diberi penutup

Page 9: Print Ekwan 2

6. Amati setiap 12 jam dari mulai menyimpan perangkap dan diamati selama 3

hari tunggu keesokan harinya agar didapatkan serangga yang dapat akan amati

dan cara ini terus menerus dilakukan selama 3 hari.

3.3 Analisis Data

Hasil praktikum Ekologi Hewan mengenai pitfall trep dengan

menggunakan metode observasi. Data yang diperoleh praktikum tersebut adalah

sebagai berikut :

1. Hari pertama

2. Hari kedua

3. Hari ketiga

Nama Spesies Plot

1 Plot

2 Plot

3 Plot

4 Plot

5 Plot

6 Plot

7 Plot

8 Plot

9 Plot 10

Formica ruva 83 9 38 30 72 21 29 5 119 56

Polyrachis sp 11 68 5 11 - 3 6 1 - 9

Ordo Blattodea - - - - - 7 - 1 - 5

Gryllus sp - - - - - - 2 - - 2

Camponotus caryae - - - - - - - - 3 -

Ordo Isoptera - - - - - - - - 2 -

Nama Spesies Plot

1 Plot

2 Plot

3 Plot

4 Plot

5 Plot

6 Plot

7 Plot

8 Plot

9 Plot 10

Formica ruva 49 7 4 22 5 3 5 26 6 143

Polyrachis sp 1 - - - 2 4 - - - 7

Ordo Collembola - 1 - - - - - - - 2

Gryllus sp - - 1 1 - - 1 - - 2

Camponotus caryae - - - - - 2 3 - - 5

Ordo Blattodea 1 - - - - - 1 - - 3

Nama Spesies Plot

1 Plot

2 Plot

3 Plot

4 Plot

5 Plot

6 Plot

7 Plot

8 Plot

9 Plot 10

Polyrachis sp 3 6 2 1 1 2 - 2 - 1

Camponotus caryae 1 - - - 1 - 3 - -

Formica ruva 1 23 5 17 12 46 8 11 - 14

Ordo Isoptera - - - - - 1 - - - -

Page 10: Print Ekwan 2

Data yang diperoleh dari lapangan tersebut dapat di analisa dengan memakai

rumus sebgai berikut :

1. FM = Σ frekuensi pertemuan spesies i dalam plot

2. FR = FM X 100%

ΣFM

3. KM = Σindividu spesies i

Σplot

4. KR = KM X 100%

ΣKM

5. INP = FR + KR

6. Indeks shanon + whiener (kestabilan)

H’ = -ΣPi ln Pi -> Pi = ni/N

Keterangan : ni = jumlah individu dalam satu spesies

N = jumlah total individu

Range = 0-45/15-35

7. Indeks simpson diversity

SID = 1-D

D = Σ (ni / N)2

Keterangan :

Kestabilan jumlah spesies yang ditemui rendah, jika nilai H’

dibawah 1, sementara biodiversitas juga rendah jika indeks sympson

berada di bawah nilai 1.

Page 11: Print Ekwan 2

Grafik Perbandingan Pengamatan Harian

0

20

40

60

80

100

120

140

jum

lah

spesies

Hari ke 1

Plot 1

Plot 2

Plot 3

Plot 4

Plot 5

Plot 6

Plot 7

Plot 8

Plot 9

Plot 10

0

20

40

60

80

100

120

140

160

jum

lah

spesies

Hari ke 2

Plot 1

Plot 2

Plot 3

Plot 4

Plot 5

Plot 6

Plot 7

Plot 8

Plot 9

Plot 10

Page 12: Print Ekwan 2

0 5

10 15 20 25 30 35 40 45 50

jum

lah

spesies

Hari ke 3

Plot 1

Plot 2

Plot 3

Plot 4

Plot 5

Plot 6

Plot 7

Plot 8

Plot 9

Plot 10

Page 13: Print Ekwan 2

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hari ke-1

Hari ke- 2

Nama Spesies

FM FR

total indvidu (ni)

KM KR INP

=(FR+KR) Pi =

(ni/N) Pi ln Pi

(ni/N)2

Formica ruva

10 40% 270 27 88% 128% 0,8794 -0,1129 1

Polyrachis sp

4 16% 14 1,4 5% 21% 0,0456 -0,1408 0

Ordo Collembola

2 8% 3 0,3 1% 9% 0,0097 -0,0452 0

Gryllus sp

3 12% 5 0,5 2% 14% 0,0162 -0,0670 0

Camponotus caryae

3 12% 10 1 3% 15% 0,0325 -0,1115 0

Ordo Blattodea

3 12% 5 0,5 2% 14% 0,0162 -0,0670 0

JUMLAH

25 100% 307 30,7

100% 1 -0,5446 1

Nama Spesies

FM FR total

indvidu (ni)

KM KR INP=

(FR+KR) Pi= (ni/N)

Pi ln Pi (ni/N)2

Formica ruva 10 38% 462 46,2 77% 116% 0,7725 -0,199344 1

Polyrachis sp 8 31% 114 11,4 19% 50% 0,1906 -0,315957 0

Ordo Blattodea 3 12% 13 1,3 2% 14% 0,0217 -0,083231 0

Gryllus sp 2 8% 4 0,4 1% 8% 0,0066 -0,033493 0

Camponotus caryae 1 4% 3 0,3 1% 4% 0,0050 -0,026563 0

Ordo Isoptera 1 4% 2 0,2 0% 4% 0,0033 -0,019065 0

JUMLAH 26 96% 598 59,8 100% 1 -0,677655 1

H'=-Σpi.ln(pi) 0,677655 ΣD = 1

SID = 1-D D = Σ (ni - N)

2 = 1

SID = 1- 1

SID = 0

H' = 0,677655

Page 14: Print Ekwan 2

H'=-Σpi.ln(pi) 0,5446 ΣD = 1

SID = 1-D D = Σ (ni - N)

2 = 1

SID = 1- 1

SID = 0

H' = 0,5446

Hari ke- 3

Nama Spesies

FM FR

total indvidu (ni)

KM KR

INP= (FR+KR)

Pi = (ni/N)

Pi ln Pi (ni/N)

2

Polyrachis sp

8 38% 18 1,8 11% 49% 0,1118 -0,2449 0

Camponotus caryae

3 14% 5 0,5 3% 17% 0,0310 -0,1078 0

Formica ruva

9 43% 137 13,7 85% 128% 0,8509 -0,1373 1

Ordo Isoptera

1 5% 1 0,1 1% 5% 0,0062 -0,0315 0

JUMLAH

21 100% 161 16,1

100% 1 -0,5217 1

H'=-Σpi.ln(pi) 0,5217 ΣD = 1

SID = 1-D D = Σ (ni - N)

2 = 1

SID = 1- 1

SID = 0

H' = 0,5217

4.2 Pembahasan

Praktikum ekologi hewan tentang pitfall trap dilakukan pada tanggal 17

oktober 2012 pukul 17.30 WIB, dan dilakukan pengamatan berkala selama 3 hari

dengan interval 12 jam setelah penempatan pitfall trap di area amatan. Metode

pitfall trap merupakan metode penangkapan hewan dengan sistem jebakan,

khususnya untuk hewan yang hidup di permukaan tanah. Tujuan dari metode

pitfall trap adalah untuk menjebak hewan-hewan permukaan tanah (serangga) agar

jatuh kedalamnya sehingga bisa dilakukan identifikasi atau untuk mengoleksi/

mengiventarisasi jenis hewan permukaan tanah yang berada pada lingkungan

Page 15: Print Ekwan 2

perangkap, serta menghitung jumlah populasi, kelimpahan, keanekaan dan

distribusi jenis-jenis serangga perrmukaan tanah di area amatan.

Hal yang pertama dilakukan untuk melakukan praktikum ini adalah

membuat perangkap serangga dengan menggunakan gula, alkohol, dan detergen

dengan perbandingan 1:2:1. Gula berfungsi untuk memancing serangga

permukaan tanah supaya masuk ke perangkap, alkohol berfungsi untuk

mengawetkan serangga yang masuk kedalam perangkap, dan detergen berfungsi

sebagai tegangan airnya. Setelah larutannya dibuat, lalu dimasukan kedalam aqua

gelas sebanyak ¼ dari aqua gelas tersebut.

Dalam area plot yang panjangnya 30 meter di buat 10 titik plot dengan

jarak 3 meter, lalu titik tersebut dilubangi dengan cangkul kecil sampai aqua gelas

berada rata dengan permukaan tanah. Kemudian perangkap yang telah dibuat

ditutupi dengan karton/kardus 20x20 dengan menggunakan tusuk sate sebagai

penumpu karton/kardus, karton/kardus ini diletakan secara miring untuk

menghindari jika adanya air yang jatuh supaya tidak langsung jatuh ke perangkap.

Selanjutnya pengamatan dilakukan setelah 12 jam perangkap disimpan di area

pengamatan dan dilakukan pengulangannya selama 3 hari.

Dari hasil pengamatan serta analisis data yang dilakukan maka dapat

diketahui bahwa spesies yang ditemukan pada hari pertama di antaranya :

Formica ruva (semut merah kecil) berjumlah 462, Polyrachis sp. (semut hitam

besar) berjumlah 114, Gryllus sp. (jangkrik) berjumlah 4, Camponotus caryae

(semut hitam kecil) berjumlah 3, Ordo Blattodea berjumlah 13, dan Ordo Isoptera

berjumlah 2.

Pada hari ke-2 terjadi penurunan dan penambahan jenis spesies, yaitu tidak

ditemukannya ordo Isoptera namun ditemukan spesies baru dari ordo Collembola.

Spesies yang ditemukan pada hari kedua di antaranya adalah Formica ruva (semut

merah kecil) berjumlah 270, Polyrachis sp. (semut hitam besar) berjumlah 14,

Gryllus sp. (jangkrik) berjumlah 5, Camponotus caryae (semut hitam kecil)

berjumlah 10, Ordo Blattodea berjumlah 5, dan Ordo Collembola berjumlah 3.

Page 16: Print Ekwan 2

Pada hari ke-3 terjadi penurunan jenis spesies, yaitu tidak ditemukannya

Gryllus sp, Ordo Collembola, dan Ordo Blattodea. Spesies yang ditemukan pada

hari ketiga di antaranya adalah Formica ruva (semut merah kecil) berjumlah 137,

Polyrachis sp. (semut hitam besar) berjumlah 18, dan Camponotus caryae (semut

hitam kecil) berjumlah 5.

Data yang diperoleh sesuai dengan perhitungan dapat dilihat dari jumlah

spesies dan keanekaragamannya yang terus menurun. Penurunan jumlah dan jenis

spesies ini dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti kesalahan praktikan dalam

membuat perbandingan bahan untuk jebakan, lokasi/area plot yang memang

sedikit dilalui oleh hewan permukaan tanah mungkin dikarenakan jauh dari

habitat hewan-hewan tersebut dan keadaan lingkungan yang tidak sesuai untuk

aktivitas hewan-hewan permukaan tanah tersebut.

Berdasarkan hasil analisis data dan perhitungan terhadap jumlah individu

yang ditemukan pada tiap spesies, indeks nilai penting (INP) tiap spesies

didapatkan sebagai berikut : Formica ruva pada hari pertama sampai hari ketiga

berturut-turut sebesar 116%, 128%, 128%, dan INP rata-rata sebesar 124%.

Polyrachis sp. pada hari pertama sampai hari ketiga berturut-turut sebesar 50%,

21%, 49%, dan INP rata-rata sebesar 40%.

Gryllus sp. memiliki INP hari pertama hingga hari ketiga berturut-turut

sebesar 8%, 14%, 0%, dan INP rata-rata sebesar 7,3 %. Camponotus caryae

memiliki nilai INP hari pertama hingga hari ketiga berturut-turut sebesar 4%,

15%, 17%, dan INP rata-rata sebesar 12%.

Ordo Isoptera memiliki INP hari pertama hingga hari ketiga berturut-turut

sebesar 4%, 0%, 5% sehingga INP rata-ratanya sebesar 3%. Ordo Blattodea

memiliki INP hari pertama hingga hari ketiga berturut-turut sebesar 14%, 4%, 0%

sehingga INP rata-ratanya sebesar 6%.

Indeks Nilai Penting (INP) menggambarkan seberapa penting keberadaan

spesies tersebut pada komunitas yang terbangun di daerah amatan. Jika diurutkan,

Page 17: Print Ekwan 2

dari yang terbesar nilai INP yang ada hingga yang terkecil, Formica ruva

menempati urutan paling penting (INP rata-rata 124%), kedua Polyrachis sp. (INP

rata-rata sebesar 40%), ketiga Camponotus caryae (INP rata-rata sebesar 12%) ,

keempat Gryllus sp. (INP rata-rata sebesar 7,3 %.), kelima Ordo Blattodea (INP

rata-ratanya sebesar 6%), dan terakhir Ordo Isoptera (INP rata-ratanya sebesar

3%).

Hal tersebut menandakan jika Formica ruva hilang dalam komunitas

tersebut, akan terjadi ketidakstabilan atau terjadi gangguan yang besar, berbeda

halnya dengan Ordo Isoptera yang memiliki nilai terkecil, jika spesies Ordo

Isoptera (rayap) ini menghilang, ketidakstabilan hanya mengalami sedikit sekali

gangguan.

Jenis hewan permukaan tanah yang paling banyak ditemukan dilihat dari

hari pertama sampai hari terakhir adalah Formica ruva (semut merah kecil).

Sehingga spesies yang memiliki Indeks Nilai Penting (INP) paling tinggi adalah

Formica ruva. Hal ini mungkin disebabkan karena aktivitas atau habitat dari

Formica ruva ini yang memang melalui atau berada di area sekitar plot jebakan

yang telah dibuat. Selain itu semut ini juga termasuk jenis semut pekerja sehingga

jumlahnya banyak dan berkoloni sehingga memungkinkan paling banyak terkena

jebakan (pitfall).

Jenis hewan permukaan tanah paling sedikit ditemukan adalah dari ordo

Isoptera, ordo Blattodea, dan ordo Collembola. Hal ini mungkin disebabkan

karena jenis dari ordo-ordo ini aktivitasnya memang jarang melalui area plot

sekitar jebakan tersebut atau mungkin hanya kebetulan berada disekitar area plot

tersebut sehingga jatuh kedalam jebakan. Sama halnya dengan Gryllus sp.

termasuk dalam kategori yang sedikit ditemukan. Dapat dilihat pada hari pertama

hanya ditemukan 4 spesies, hari kedua 5 spesies dan hari ketiga 0 (tidak

ditemukan). Ini juga mungkin dikarenakan aktivitasnya yang jarang melalui area

sekitar plot jebakan.

Page 18: Print Ekwan 2

Polyrachis sp. (semut hitam besar) dan Camponotus caryae (semut hitam

kecil) termasuk dalam kategori sedang. Namun pada Polyrachis sp. terjadi

penurunan yang cukup drastis pada hari ke-2 dan ke-3. Hari pertama berjumlah

mencapai ratusan yaitu 114 sedangkan hari kedua berjumlah 14 dan hari ketiga

berjumlah 18. Hal ini mungkin disebabkan karena pada hari pertama hewan

tersebut beraktivitas melewati area plot jebakan sedangkan hari kedua dan ketiga

mereka melewati area/jalan yang berbeda sehingga pada hari kedua dan ketiga

tidak sebanyak hari pertama ditemukan.

Berbeda dengan Camponotus caryae (semut hitam kecil) yang ditemukan

paling sedikit pada hari pertama yaitu 3 spesies, hari kedua 10 spesies, dan hari

ketiga 5 spesies. Perubahnnya dapat dikatakan tidak terlalu jauh yang mungkin

disebabkan memang jenis dari semut ini habitat atau aktivitasnya dekat atau

sering melewati sekitar area plot jebakan yang telah dibuat.

Indeks Sympson (SID) menunjukan biodiversitas suatu komunitas, dari

hasil analisa dan perhitungan dari pengamatan yang dilakukan selama tiga hari,

nilai SID adalah 0. Nilai 0 untuk SID menggambarkan diversitas daerah yang

diamati selama tiga hari ini sangat rendah sekali.

Indeks Shannon Whiener (H’) menunjukan kestabilan suatu komunitas,

dari hasil pengamatan didapatkan nilai H’ berturut-turut sebesar 0,67 ; 0,55 ; 0,52

sehingga rata-rata untuk H’ adalah 0,58. Nilai ini berada di bawah 1, sehingga

menggambarkan bahwa kestabilan daerah amatan rendah.

Page 19: Print Ekwan 2

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Keunggulan metode pitfall trap dibanding metode lain adalah murah

dalam harga peralatan yang dibutuhkan, mudah dalam pembuatan larutan,

dan mudah dalam aplikasi metode di lapangan.

2. Jenis serangga yang mendominasi di permukaan tanah pada daerah amatan

adalah Formica ruva.

3. Nilai kelimpahan dari hasil pengamatan adalah 0, hal ini menandakan

daerah yang diamati memiliki tingkat diversitas yang rendah.