Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2
Transcript of Laporan Praktikum Ekwan Panjalu Kelompok c2
0
LAPORAN
KULIAH KERJA LAPANGAN EKOLOGI HEWAN
DI SITU LENGKONG PANJALU
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah Ekologi Hewan
Dosen : DR. Eming Sudiana, M.Si.
Disusun oleh :
KELOMPOK C2
Ai Santi Damayanti
Ade Nina Yuliana
Adi Hadiana
Annisa Puspita Rahmini
Igus Julius
M. Saeffulloh
Rudi Ari Nugraha
Susi Sulastri
Yanti Susilawati
Winda Yuni Deninta
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS GALUH
2012
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dari (http://id.wikipedia.org/wiki/ekologi) menyebutkan bahwa
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan
lingkungannya dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunanioikos ("habitat")
dan logos ("ilmu"). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik
interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan
lingkungannya. Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst
Haeckel (1834-1914). Dalam ekologi, makhluk hidup dipelajari sebagai
kesatuan atau sistem dengan lingkungannya.
Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan
berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor
biotik antara lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi, sedangkan
faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan,
tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan
tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas,
dan ekosistem yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu sistem
yang menunjukkan kesatuan. (Anonym. 2010 dalam
http://id.wikipedia.org/wiki/ekologi)
Situ Lengkong Panjalu berada di Desa/Kecamatan Panjalu
Kabupaten Ciamis yang telah ditetapkan sebagai cagar alam. Keadaan
vegetasi di dalam cagar alam ini cukup beranekaragam jenisnya, sebagian
besar merupakan hutan primer yang masih utuh dengan tumbuhan yang
didominasi diantaranya : Kihaji (Dysaxilum), Kondang (Ficus variegata),
Huru (Litsea sp), Kiara (Ficus sp), Kileho (Sauraula sp), Bungur
(Lagerstromia sp), sedangkan tumbuhan bawah diantaranya : Rotan
(Calamus sp), Tepus (Zingiberaceae) dan Langkap (Arenga sp).
2
Satwa Liar yang banyak dan mudah dijumpai adalah : Kalong
(Pteropus vampyrus) juga beberapa jenis burung seperti Burung Hantu
(Otusscops), Elang (Haliastur indus), Raja Udang (Halcion chloris) dan
Walik (Treron griccipilla).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana faktor Abiotik Ekosistem Terestrial (daratan) Situ
Lengkong?
2. Bagaimana Estimasi Populasi Hewan Tanah ?
3. Bagaimana faktor Abiotik dan Biotik Ekosistem Perairan Situ
Lengkong?
4. Bagaimana Estimasi Populasi Kalong ?
5. Bagamana cara memetakan Situ lengkong?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penyusunan
laporan KKL ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui faktor Abiotik Ekosistem Terestrial (daratan) Situ
Lengkong
2. Mengetahui struktur dan komposisi fauna aktif di permukaan tanah
pada daerah berkanopi dan tidak berkanopi.
3. Mengetahui pengaruh faktor lingkungan di dua lokasi terhadap
kelimpahan masing-masing kelompok taksa hewan tanah yang
ditemukan.
4. Mengetahui faktor Abiotik dan Biotik Ekosistem Perairan Situ
Lengkong
5. Mengetahui Pemetaan Situ Lengkong
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komponen Abiotik
a. Temperatur
Temperatur atau suhu merupakan faktor pembatas bagi
kehidupan ekosistem. Laju metabolisme organisme poikilotrem sangat
dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Ada interaksi negatif antara suhu
dan ketinggian tempat (altitude) dan posisi garis lintang (latitude).
Suhu diukur dengan termometer dengan °C, °F dan oK. (Eming dan
Dadi. 2010)
Tinggi rendahnya suhu sangat dipengaruhi oleh adanya cahaya
matahari. Terjadinya perubahan suhu dari panas ke dingin atau
sebaliknya sangat berpengaruh terhadap kehidupan makhluk hidup
yang ada di dalam suatu ekosistem. Perubahan itu dapat
mengakibatkan perubahan iklim dan curah hujan yang akan
mempengaruhi metabolism tubuh makhluk hidup. (Vicky Widuri. 2010.
dalam http://authorscream.com/presentation/VICKYwiduri-390803-
ekosistem-biologi-vicky-chintia-widuri-0901145120-education-ppt-
powerpoint/).
b. Kelembaban udara
Kelembaban udara sering diukur dengan nilai relatifnya, yaitu
kelembaban relatif udara (relative humidity/HR), menggambarkan
perbandingan antara tekanan uap air pada saat itu dengan uap air
jenuh pada suhu yang sama. Kelembaban relatif udara (%) diukur
dengan higrometer, psikometer berdasarkan pembacaan suhu kering
dan suhu basah. (Eming dan Dadi. 2010)
Suhu dan kelembaban udara sangat berpengaruh terhadap
keanekaragaman spesies (Ng dan Sivasothi, 2001; Lovelock, 1993
dalam Dony 2010 pada
4
http://dony.blog.uns.ac.id/2010/05/31/komponen-biotik-dan-abiotik-
lingkungan-mangrove/).
c. Derajat Keasaman (pH)
pH atau derajat keasaman digunakan untuk menyatakan
tingkat keasaman (atau ke basaanyang dimiliki oleh suatu larutan.
Yang dimaksudkan “keasaman” di sini adalah konsentrasi ion
hidrogen(H+) dalam pelarut air.Nilai pH berkisar dari 0 hingga 14.
Suatu larutan dikatakan netral apabila memiliki nilai pH=7. Nilai pH>7
menunjukkan larutan memiliki sifat basa, sedangkan nilai pH<7
menunjukan keasaman (Rizqi, Muhammad 2010 dalam
http://teknologi.kompasiana.com/terapan/2010/11/02/derajat-
keasaman-ph/)
Nilai pH 7 dikatakan netral karena pada air murni ion H+
terlarut dan ion OH- terlarut (sebagai tanda kebasaan) berada pada
jumlah yang sama, yaitu 10-7 pada kesetimbangan. Penambahan
senyawa ion H+ terlarut dari suatu asam akan mendesak
kesetimbangan ke kiri (ion OH- akan diikat oleh H+ membentuk air).
Akibatnya terjadi kelebihan ion hidrogen dan meningkatkan
konsentrasinya (Rizqi, Muhammad 2010 dalam
http://teknologi.kompasiana.com/terapan/2010/11/02/derajat-
keasaman-ph/).
Ph sangat penting sebagai parameter kualitas air karena ia
mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam
air. Selain itu ikan dan mahluk-mahluk akuatik lainnya hidup pada
selang pH tertentu, sehingga dengan diketahuinya nilai pH maka kita
akan tahu apakah air tersebut sesuai atau tidak untuk menunjang
kehidupan mereka (Rizqi, Muhammad 2010 dalam
http://teknologi.kompasiana.com/terapan/2010/11/02/derajat-
keasaman-ph/).
Besaran pH berkisar dari 0 (sangat asam) sampai dengan 14
(sangat basa/alkalis). Nilai pH kurang dari 7 menunjukkan lingkungan
5
yang masam sedangkan nilai diatas 7 menunjukkan lingkungan yang
basa (alkalin). Sedangkan pH = 7 disebut sebagai netral (Rizqi,
Muhammad 2010 dalam
http://teknologi.kompasiana.com/terapan/2010/11/02/derajat-
keasaman-ph/).
Fluktuasi pH air sangat di tentukan oleh alkalinitas air tersebut.
Apabila alkalinitasnya tinggi maka air tersebut akan mudah
mengembalikan pH-nya ke nilai semula, dari setiap “gangguan”
terhadap pengubahan pH (Rizqi, Muhammad 2010 dalam
http://teknologi.kompasiana.com/terapan/2010/11/02/derajat-
keasaman-ph/).
Dengan demikian kunci dari penurunan pH terletak pada
penanganan alkalinitas dan tingkat kesadahan air. Apabila hal ini
telah dikuasai maka penurunan pH akan lebih mudah dilakukan (Rizqi,
Muhammad 2010 dalam
http://teknologi.kompasiana.com/terapan/2010/11/02/derajat-
keasaman-ph/).
Sifat keasaman dan kebasaan tanah yang dinyatakan dengan
nilai pH. (Menurut Kartasapoetra dan Sutedjo, 1985) pH tanah adalah
suatu ukuran aktivitas ion hydrogen dalam larutan air tanah dan
dipakai sebagai ukuran keasaman tanah. Sebetulnya keasaman dan
kebasaan tanah merupakan pencerminan kadar, baik ion H+ maupun
ion OH- (Krisanisus 2011 dalam
http://krisanisus.blogspot.com/2011/11/v-
behaviorurldefaultvmlo_6102.html).
pH meter soil tester merupakan alat pengujian yang paling
murah, dan paling banyak digunakan. Bentuk alat ini seperti kerucut
dimana bagian bawahnya semakin runcing untuk ditancapkan pada
tanah. Pada bagian atasnya terdapat skala ukuran menunjukkan nilai
pH dan kelembaban. Meskipun tidak seakurat dan selengkap hasil test
laboratorium, namun alat ini mudah digunakan oleh siapa saja,
6
dimana kita tinggal menancapkan alat tersebut pada tanah untuk
kemudian dilihat pada skala pHnya yang terletak pada bagian atasnya.
Nilai pH yang tercantum pada skala menunjukkan kondisi nyata dari
lahan kita. Alangkah baiknya bila kita melakukan pengujian di
beberapa tempat sehingga hasil pengujian tersebut lebih mewakili
(Yoyos 2010 dalam http://yoyos1.wordpress.com/2010/02/24/kondisi-
tanah/).
d. Kadar Garam (salinitas)
Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut
dalam air. Kandungan garam pada sebagian besar danau, sungai, dan
saluran air alami sangat kecil sehingga air di tempat ini dikategorikan
sebagai air tawar. Kandungan garam sebenarnya pada air ini, secara
definisi, kurang dari 0,05%. Jika lebih dari itu, air dikategorikan
sebagaiair payau atau menjadi saline bila konsentrasinya 3 sampai
5%. Lebih dari 5%, ia disebut brine (anonym 2012 dalam
http://id.wikipedia.org/wiki/Salinitas).
2.2 Komponen Biotik
a. Populasi
Populasi adalah sekumpulan individu dengan ciri-ciri yang sama
(spesies) yang hidup menempati ruang yang sama
padawaktu tertentu. Anggota-anggota populasi secara alamiah saling
berinteraksi satu sama lain dan bereproduksi di antara sesamanya.
Konsep populasi banyak dipakai dalam ekologi dan genetika.
Ekologiwan memandang populasi sebagai unsur dari sistem yang lebih
luas. Populasi suatu spesies adalah bagian dari suatu komunitas.
Selain itu, evolusi juga bekerja melalui populasi. Ahli-ahli genetika, di
sisi lain, memandang populasi sebagai sarana atau wadah bagi
pertukaran alel-alel yang dimiliki oleh individu-individu anggotanya.
Dinamika frekuensi alel dalam suatu populasi menjadi perhatian utama
7
dalam kajian genetika populasi (anonym 2012 dalam
http://id.wikipedia.org/wiki/Populasi_%28biologi%29).
b. Kalong
Kalong (pteropus vampyrus) adalah anggota bangsa kelelawar
dari mangga Pteropus keluarga pteropodidae. Anonymous (2012)
mengidentifikasi kalong sebagai satu-satunya keluarga (familia) dari
sub ordo Megachiroptera yang masih bertahan. Secara anatomi dan
morfologi kalong termasuk mamalia peralihan sehingga memiliki
kekhasan. Dengan bentangan sayap hingga 170cm dan berat
mencapai 1500gr, kalong adalah spesies nokturnal yang secara
evolusioner bertahan dengan cara hidupnya. Pada siang hari spesies
ini beristirahat menggantung pada cabang atau ranting pepohonan
menggunakan jarinya dan mulai sore hari hidup lebih aktif dengan
tujuan mencari makanan. Dengan daya jelajah hingga 40 mil, pada
keesokan harinya kalong-kalong tersebut kembali ke habitatnya untuk
beristirahat (Eming dan Dadi. 2010).
Habitat kalong di Situ Panjalu tidak saja berkisar di area Situ
Panjalu tetapi dapat mencapai radius beberapa meter menjangkau
tempat area mencari makan. Jika area pencarian makan kalong
mengalami kerusakan maka populasi kalong di Situ Panjalu akan
mengalami gangguan. Mengingat kondisi faktual daerah di sekitar Situ
Panjalu mengalami perubahan maka pencacahan secara periodik
populasi kalong dapat memberikan informasi dini yang berharga
dalam rangkan konservasi area yang dimaksud (Eming dan Dadi.
2010).
8
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penyusunan laporan ini adalah :
1. Studi Pustaka yaitu mencari informasi dari berbagai referensi buku dan
internet
2. Pengamatan (observasi), yaitu teknik pengumpulan data melalui
pengamatan langsung kepada obyek penelitian. Menurut Soeratno &
Lincolin Arsyad (1993) dalam (ahmad 2009) pada
http://damandiri.or.id/file/ahmadsuyutiunairbab4.pdf, menyatakan
bahwa pengamatan atau observasi merupakan “cara pengumpulan
data dengan jalan melakukan pencatatan secara cermat dan
sistematik”. Teknik observasi biasanya dilakukan bersamaan dengan
teknik lain untuk mengamati keadaan fisik, lokasi atau daerah
penelitian secara sepintas lalu (on the spot) dan dengan melakukan
pencatatan seperlunya (ahmad, 2009).
3. Wawancara (interview), yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan
melalui tatap muka dan wawancara antara pengumpul data (pencacat)
dengan responden. Wawancara dilakukan secara langsung
menanyakan dan mencatat data yang diperoleh dari responden
Metode yang digunakan dalam melaksanakan penelitian adalah
sebagai berikut:
A. Faktor Abiotik Ekosistem Terestrial (daratan) Situ Lengkong
dan Estimasi Populasi Hewan Darat
1. Alat dan Bahan
Alat
Soil tester
Termometer
Higrometer sling
Bahan
Formalin
Sabun colek
Air
9
Cangkul
Toples bekas astor
Sterofom
Kantung plastik
2. Cara kerja
Membentuk tim kerja menjadi 6, yaitu A1, A2, A3, B1, B2, dan
B3. Dengan tugas nya A1 dan B1 pada perjalanan pertama
adalah memasang patok dan jebakan, sedangkan yang lainnya
mengestimasi populasi hewan dan mengidentifikasi faktor
abiotik. Sedangkan pada hari kedua seluruh tim kerja
melakukan estimasi populasi hewan dan mengidentifikasi faktor
abiotik.
Hari pertama praktikum dimulai dengan memasangan patok di
50 titik di sekitar Situ Lengkong pada siang hari oleh tim kerja
A1 (patok 1-25) dan B1 (patok 26-50) serta memasang alat
ukur curah hujan di tempat yang terbuka tepatnya pada patok
ke-13 dan patok ke-38 dan mengukur curah hujan keesokan
harinya jika terjadi hujan.
Setiap tim kerja berangkat 3 jam sekali secara bergantian,
dengan rincian A1 dan B1 Pukul .00, A2 dan B2 pukul .00, serta
A3 dan B3 pukul .00
Memberi perlakuan pada setiap patok yaitu :
o Melubangi tanah dengan cangkul setinggi dan sebesar toples
bekas astor
o Menanam toples dalam lubang tersebut
o Memperkirakan agar permukaan tanah sama dengan
permukaan bibir toples bekas astor
o mengisi toples dengan larutan formalin 4% setinggi 1,5cm
s.d. 2cm dan meneteskan sedikit larutan deterjen,
mencegah jangan sampai tanah masuk ke dalam toples.
o Di tempat terdapat patok menyimpan toples bekas astor
yang berisi air sebanyak 100 ml dan mengukur kembali
10
setelah disimpan selama 2 jam. Toples tersebut di kubur
sampai batas permukaan dan bagian dalamnya dibiarkan
tidak terkubur, kemudian bagian dalmnya diolesi sabun dan
dimasukan formalin sebanyak 5 ml bertujuan sebagai trap
hewan yang berada di tempat patok.
o Mengukur pH dan kelembaban tanah dengan Soil tester
o Mengukur suhu dengan termometer.
o Mengukur kelembaban udara dengan higrometer sling
o Mencatat hasil sementara.
Pada esok harinya tepat jam 06.00 tim A1 dan B1 berangkat
kembali menglilingi danau untuk mengamati alat-alat yang
telah dipasang pada setiap patok dan memberi perlakuan pada
setiap patok sebagai berikut :
o Mencatat hewan yang terjebak pada trap
o Mengukur suhu disekitar patok menggunakan thermometer
o Mengukur kelembaban udara dengan higrometer sling
o Mengukur pH dan kelembaban tanah menggunakan soil
tester
Selanjutnya A2 dan B2 berangkat pukul 09.00 dengan tugasnya
mengambil hewan yang terjebak pada setiap trap.
Selanjutnya A3 dan B3 berangkat pukul 11.00 dengan tugasnya
mengambil hewan yang terjebak pada setiap trap serta
mengambil kembali semua alat yang telah dipasang pada setiap
patok
B. Faktor Abiotik dan Biotik Ekosistem Perairan Situ Lengkong
1. Alat yang diperlukan
Termometer air raksa
Secchi Disc
Bola Kasur
Salinometer
11
Tongkat
Meteran atau tali rapia
PH indikator
Pelampung (bisa diganti Botol minuman)
Botol Winkler (250 ml)
Labu erlenmeyer (250 ml)
2. Bahan yang diperlukan
Larutan MnSO4
Larutan Iodida alkalis
Larutan Na2S2O3
Larutan amilum
Larutan NaCO3
Indikator Phenolphtalein
Larutan H2SO4
Indikator Metil Jingga
3. Cara Kerja
a. Mengukur Suhu Air
Mengambil sampel air dari 2 arah yaitu timur dan barat,
masing-masing 3 titik spot dan masing masing titik tersebut di
ambil 3 sampel yaitu dipermukaan air, di tengah dan di dasar.
pengukuran dapat digunakan dengan menggunakan alat yaitu
botol minuman diikatkan pada tongkat
Memasukan termometer pada botol tersebut kemudian
tenggelamkan kedalam air dampai gelembung udaranya hilang
biarkan selama 5 menit dengan asumsi bahwa selama 5 menit
tersebut suhu dalam botol sama dengan suhu luar.
Alat yang digunakan adalah termometer air raksa,
dengan cara termometer ditenggelamkan dalam air dengan
seutas tali kemudian dibiarkan sampai air raksa tidak bergerak
(± 5 menit). Kemudian baca nilai pada termometer tersebut
12
b. Mengukur Kecerahan Air
Alat yang digunakan adalah Secchi Disc. Pengukuran
kecerahan dilakukan dengan memasukkan Secchi disc melalui
seutas tali ke dalam perairan sampai warna hitam-putih dari
Secchi disc tidak kelihatan. Jarak antara jari yang memegang
tali (tepat di permukaan air) dengan Secchi disc pada saat
hilangnya warna tersebut merupakan kecerahan perairan
tersebut kemudian setelah secchi disk tidak keliatan tahan dan
ukurlah panjang tali dengan menggunakan meteran. Hasil
pengukuran dapat diklasifikasikan berikut:
Perairan berkecerahan baik : lebih dari 60 cm
Perairan berkecerahan sedang: lebih kurang 30 cm
Perairan berkecerahan buruk : kurang dari 10 cm.
c. Kedalaman Air
Pengukuran kedalaman suatu perairan dapat dilakukan
dengan memasukkan tongkat atau tali (yang diberi pemberat)
ke dalam perairan sampai tongkat tersebut mencapai dasar
kemudaian mengukur tali atau tongkat tersebut dengan
meteran
d. Pengukuran pH
Mengambil sampel air dari 2 arah yaitu timur dan barat,
masing-masing 3 titik spotkemudian tiap spot di bagi lagi 3
bagiantitik dan masing masing titik tersebut di ambil 3 sampel
yaitu dipermukaan air, di tengah dan di dasar. pengukuran
dapat digunakan dengan menggunakan alat yaitu volumeter
yang telah dimodivikasi dengan penutup karet dan di beri
benang dan diikatkan pada tongkat
Memasukan alat tersebut ke dalam air, alat ini digunakan
untuk mengambil sampel air di tengah dan di dasar perairan.
13
Pengukuran pH perairan dapat dilakukan dengan pH
meter portabel. Sebelum digunakan, alat ini harus dikalibrasi
yaitu dengan memasukkan pH probe ke dalam larutan buffer
(pH - 7) dan apabila belum menunjukkan angka 7 aturlah pH
meter untuk membaca pH 7. Cucilah probe dengan akuades,
lap dengan tissue dan kemudian masukkan probe ke dalam
larutan buffer (pH = 4) dan aturlah pH meter untuk dapat
membaca pH 4. Cucilah probe dengan aquades dan setelah
dikeringkan dengan tissue kemudian masukkan ke dalam
sampel air. Bacalah pH nya dan cucilah probe dengan akuades
sebelum digunakan untuk mengukur sampel yang lain. Cara
pengukuran yang lain dengan menggunakan kertas pH yang
kemudian dibandingkan dengan pH standar,
e. Kadar Oksigen Terlarut (DO)
Oksigen terlarut dapat diukur dengan metode Winkler
yang telah dimodifikasi
Pengukuran dengan metode Winkler
Reagen yang diperlukan:
1) Larutan MnSO4 (364 gram MnSO4, dilarutkan dalam
akuades hingga 1 liter)
2) Larutan Iodida alkalis (700 gram KOH dan 150 gram KI
diarutkan dalam akuades hingga 1000 ml)
3) H2SO4 pekat dengan BJ 1,83-1,84
4) Larutan Natrium Thiosulfat (Na2S2O3) 0,025 N (6,205
gram Na2S2O3 dilarutkan dalam akuades yang sudah
didihkan hingga 1000 ml. tambahkan 5 ml khloroform
dan simpan dalam lemari es.
5) Larutan kanji (amilum). Tambahkan 0,5 gram amilum
kedalam 100 ml akuades, aduk sambil didihkan sampai
larut. Biarkan beberapa jam. Yang akan dipakai adalah
bagian larutan yang bening sebelah atas, sesudah
14
ditambah dengan 1,25 gram asam salisilat sebagai
pengawet.
Cara Kerja :
1) Memasukan sampel air kedalam botol Winkler 250
ml. kemudian dengan menggunakan pipet berskala,
masukan 1 ml MnSO4 ke dalam sampel tersebut
2) Dengan cara yang sama, kemudian memasukan 1 ml
KOH-KI, dan botol sampel segera ditutup lalu
campuran tersebut dikocok beberapa kali. Biarkan
sebentar hingga endapan berkumpul dibawah dan
cairan bening sebelah atas. Seandainya sampel tidak
mengandung oksigen terlarut, maka endapan yang
terjadi berwarna putih.
3) Dengan pipet bersekala lalu memasukan 1 ml
H2SO4pekat. Endapan akan larut dan terjadi cairan
bening yang berwarna kekuning-kuningan. Botol
yang telah ditutup dikocok kembali.
Titrasi
1) Didalam labu erlenmeyer berukuran 250 ml,
kemudian memasukan 100 ml dari sampel air yang
sudah diolah diatas dan dititrasi dengan larutan
Na2S2O3 0,025 N hingga larutan berwana kuning
muda.
2) Memasukan 10 tetes larutan amilum, larutan
ssekarang berwarna biru.
3) Titrasi dilanjutkan hingga warna biru tetap hilang.
4) Mencatat berapa ml larutan Na2S2O3 yang terpakai.
5) Melakukan sekali lagi agar lebih teliti. Pemakaian
Na2S2O3, dari titrasi dirata-ratakan (=Q ml).
6) Maka 2Q adalah oksigen terlarut dalam satuan mg/l
atau 2 Q x 0,698 adalah oksigen dalam satuan ml/l
15
4) Seandainya larutan Na2S2O3 yang dipakai tidak tepat
bernormalisasi0,025 N, maka melakukan koreksi. Bila
nirmalisasi riil = Nr, maka Oksigen Terlarut Nr/0,025
x 2 mg/l
f. Kadar Karbondioksida Bebas Terlarut
Mengukur CO2 bebas yang terlarut dilakukan dengan
metodealkalimetri.
Reagen yang diperlukan :
a. Melarutkan Larutan NaCO31/44 N (0.909 gram NaCO3
kedalam akuadeshingga 1 liter)
b. Indikator phenolphtalein 0,5% (melarutkan 0,5 gram
phenolphtalein kedalam 100 ml alkohol 96%)
Cara kerja :
a. Memasukan 100 ml sampel air kedalam labu erlenmeyer
250 ml dan tambahkan 5 tetes indikator phenolphtalein
(larutan tidak berwarna)
b. Melarutan di titrasi dengan 1/44 NaCO3 hingga memberikan
warna merah jambu muda (titrasi sambil digoyang).
c. Melakukan titrasi berulang agar lebih teliti, lalu menghitung
rata-ratanya
d. Kadar CO2 bebas (mg/l) = ml NaCO3 x 10
g. Mengukur kadar garam (salinitas)
Kadar garam bisa diukur dengan menggunakan
Salinometer. Kadar garam diukur dari 4 titik sampel yaitu
utara, selatan timur dan barat dan tiap titik tersebut diukur
pada bagian pinggir, tengah dan dekat nusa.
h. Kelembaban
Kelembaban di ukur dengan menggunakan alat
hygrometer sling. Kelembaban yang di cari yaitu tiap spot.
Kelembabab di ukur dengan perbandingan suhu kering yang
16
ada di termometer kering dengan suhu basah yang ada pada
termometer basah setelah diputar.
C. Estimasi Populasi Kalong
1. Alat yang diperlukan
Tally Counter 5 buah
Alat Tulis (kertas format, pensil, papan kerani)
Kompas
2. Cara Kerja
Menentukan spot di empat arah dengan titik pusat nusa, yaitu
di sebelah utara, selatan, timur, dan barat. Di tiap titik di
siagakan delapan orang anggota untuk menghitung keluar dan
masuknya kalong.
Para anggota di setiap spot berangkat lebih awal yaitu sebelum
kalong diperikrakan keluar untuk mencari makan dan sebelum
kalong kembali ke Nusa Gede.
Memperkirakan waktu keluar kalong untuk mencari makan yaitu
pukul 16.30 WIB, sehingga para penghitung disiagakan, sampai
terlihat tidak ada lagi kalong yang keluar
Kemudian menghitung setiap kalong yang keluar selang waktu
5 menit dan mencatatnya
Kemudian esok harinya menyiagakan kembali para penghitung
pada 4 titik yang telah di tentukan dengan penghitungan di
mulai pada pukul 05.00 WIB. sampai terlihat tidak ada lagi
kalong yang masuk
D. Pemetaan Situ Lengkong
1. Alat yang diperlukan
Kertas Milimeter Block
Kompas Bidik
Tali rapia ukuran 20 m
17
Busur derajat
Papan krani
Pensil
Patok bambu bendera sebanyak dua buah
Penggaris
Kertas catatan lapangan
2. Cara Kerja
Menentukan titik pengamatan pertama
Kemudian membentangkan tali rapia 20 meter yang pada setiap
ujungnya telah dipasangkan patok berbendera
Satu orang peraktikan bertugas untuk menembak sudut yang
terjadi dari patok 1 ke patok 2. Kemudian mencatat sudutnya
Menandai bekas pemancangan patok 2 dengan patok penanda,
sementara 2 patok berbendera bergerak ke arah selanjutnya
Membentangkan kembali patok-patok dan tali rapia dengan titik
patok 1 menempati patok penanda yang ditinggalkan oleh
petugas patok 2
Petugas pemegang kompas kembali membidik sudut yang
terjadi antara patok 1 dan patok 2. Kemduian mencatat kembali
sudut hasil bidikan tersebut
mengulangi pekerjaan dengan patok berbendera bergerak
seperti langkah 3 dan seterusnya hingga pada akhirnya
pengamat tiba di tempat bidikan pertama
kemudian mem petabuat di basecamp di atas kertas
milimeterblock dengan menggunakan skala tertentu (misalnya
untuk bentangan 20 meter di lapangan diwakili dengan ukuran
1 cm diatas kertas millimeter block)
18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELUSURAN DARATAN
TABEL HASIL PENGAMATAN EKOSISTEM DARAT
(HARI PERTAMA)
KELOMPOK A1 & B1
Lokasi : A1 (dari arah barat ke timur), B1 (dari arah utara ke timur)
Tanggal : 5 juni 2012
Jam : 13.35 – 15.27
Musim : kemarau peralihan
Cuaca : cerah
KELOMPOK A2 & B2
Lokasi : A2 (dari arah barat ke timur), B2 (dari arah utara ke timur)
Tanggal : 5 juni 2012
Jam : 15.00 – 18.07
Musim : Kemarau peralihan
Cuaca : Cerah
19
TABEL 4.1
HASIL PENGAMATAN EKOSISTEM DARAT A2 DAN B2 SORE
Spot
Fisik Kimia Biologi
Udara Tanah PH
Tanah
Tumbuhan Hewan
Kelembaban (mmHg)
Suhu 0C
Serasah Suhu
0C Kelembaban
mmHg Jenis Jumlah Jenis Jumlah
1 84 Ranting,
Daun 23 55 6,9 - -
Semut 4
Laba laba 1
Rametuk ~
Ulat tritip 1
2 92 Daun jambu,
Daun bambu 26 40 7 - -
Semut merh 4
Semut hitam 3
3 78 Daun bambu, Daun nangka
24 44 6,9 - - Semut merah 1
Semut hitam 3
4 85 Rumput 26 60 6,8 - - Semut hitam 1
5 60 Rumput 24 50 6,8 Rumput Semut hitam 7
6 65 Daun
singkong, Rumput
26 60 6,7 rumput - rametuk ~
7 85 Rumput 24 68 6,8 - - Semut hitam 1
jangkrik 1
8 65 Jerami, Daun
singkong 24 70 6,6 - - Cacing 1
9 92 Jerami,
Padi 22 63 6,8 - -
rametuk ~
Semut hitam 9
Semut merah 1
10 92
Daun
singkong, Daun alba
23 62 6,9
belalang 2
Belalang kecil 2
11 92 Daun
singkong, Daun ubi
24 45 6,9
Semut hitam
besar 1
Semut hitam
kecil 1
12 65 Rumput 24 38 6,9 Semut hitam
besar 20
13 71 Rumput 23 50 6,8 Semut hitam 5
Laba laba 1
14 92 Rumput 22 69 6,8 Semut hitam 18
15 84
Buah singkong
karet, Rumput daun
singkong,
22 35 6,9 Semut merah 4
16 84
Daun cengkeh,
Daun kelapa, Rumput
22 58 6,8
Semut hitam 4
Cacing 1
17 92 Jerami 22 60 6,8 Semut hitam 8
Larva 1
18 92 Daun alang
alang 22 50 6,9 Semut 2
19 84 Rumput 22 48 6,9 Semut hitam 1
20 84 Jerami 23 67 6,6 Semut hitam 6
21
84
Jerami
22
70
6,6
Semut hitam
20
Laba laba 1
22 84 Jerami, Rumput
22 75 6,8 - -
23 91 Jerami 22 40 6,9 Semut 4
24 78 Rumput,
Daun pisang 22 79 6,9 - -
25 78 Rumput 22 55 6,8 semut 11
Laba laba 1
26 84 23 24,5 Semut 2
Jangkrik 1
27 76 23 25 Laba laba 1
20
28 80 23 24,5 Semut 1
29 8o 23 24 Laba laba 1
30 77 22,5
25 Belalang 1
31 77 22,5
24,5
semut 1
lalat 3
32 76 23,5
24 semut 2
33 92 24 25 cacing 1
semut 2
34 80 23 24,5 cacing 2
semut 2
35 69 23 24,5 - -
36
84
24
25
cacing 1
semut 4
lalat 1
37 64 23 24,5 jangkrik 1
cacing 1
38 63 26 25 cacing 4
39 69 26 25 cacing 1
Semut kecil 3
40 57 27 25 semut 2
Kuul 1
41 77 25 24,5 semut 3
cacing 1
42 63 25 24,5 lalat 2
43 67 25,5
25 semut 3
44 60 26 25,5 semut 1
45 70 25 24 semut 5
kuul 1
46 63 24 25
kuul 1
cacing 1
semut 1
47
72
26
24
Antanan/
kaki kuda
semut
1
Laba laba 2
Capung jarum 1
48 65 25 24 Semut hitam 2
kuul 1
49 65 24 24 semut 3
kuul 1
50 78 28 26
semut 16
kuul 1
Laba laba 1
Sumber : Hasil pengamatan GTK DARATAN TIM A2 DAN B2, tanggal 05
Juni 2012
KELOMPOK A3 & B3
Lokasi : A3 (dari arah barat ke timur), B3 (dari utara ke timur)
Tanggal : 5 juni 2012
Jam : 17.00 – 19.18
Musim : kemarau peralihan
Cuaca : cerah
21
TABEL 4.2
HASIL PENGAMATAN EKOSISTEM DARAT A3 DAN B3 SORE
SPOT WAKTU HEWAN
KETERANGAN JENIS JUMLAH
1. 17.00 Semut Drosophila
1 6
-
2. 17.01 - - Letak toples lebih tinggi dari
permukaan tanah
3. 17.06 - - Letak toples lebih tinggi dari
permukaan tanah
4. 17.10 Drosophila 5 -
5. 17.15 - - -
6. 17.22 Semut 3 -
7. 17.28 Semut Jangkrik Drosophila
1 1 1
-
8. 17.33 Drosophila 1 -
9. 17.38
Semut hitam
Semut merah Drosophila
1
1 1
-
10. 17.42 Semut hitam Drosophila
3 1
-
11. 17.49 Capung 1 -
12. 17.50 Semut hitam
Jangkrik
2
1 -
13. 17.53 Semut
bersayap
1 -
14. 17.56
Semut
Laba-laba Drosophila
1
1 1
-
15. 17.59 Semut hitam 4 -
16. 18.01 Semut terbang 1 -
17. 18.25 Semut hitam 2 -
18. 18.27 Semut hitam Drosophila
2 5
-
19. 18.30 - - -
20. 18.31
Kumbang Laba-laba
Semut hitam Lege
5 1
1 1
-
21. 18.46
Semut Laba-laba Nyamuk
Kumbang
4 1 1
1
-
22. 18.59 - - -
23. 19.05 - - -
24. 19.10 - - -
25. 19.18 - - -
26. 18.57 Semut 1 -
27. 18.53 - - -
28. 18.50 - - -
29. 18.45 Balalang kecil 1 -
22
Belalang besar 1
30. 18.32
Jangkrik Semut besar Drosophila
Lalat
1 1 6
1
-
31. 18.30
Drosophila Semut
Nyamuk Semut kecil
Belalang Laba-laba kecil
1 1 1 1
1 1
-
32. 18.29 Drosophila 1 -
33. 18.27 Drosophila Nyamuk
Serangga
2 1
1
-
34. 18.25 - - -
35. 18.23 Jangkrik 1 -
36. 18.21 - - -
37. 18.17 - - -
38. 18.16
Drosophila
Jangkrik Semut
2
1 2
-
39. 18.15 Kumbang 1 -
40. 18.12 Drosophila 1 -
41. 17.45 - - -
42. 17.42 - - -
43. 17.38 Anak capung 1 -
44. 17.34 Drosophila
Semut 1 2
-
45. 17.28 Drosophila 2 -
46. 17.22 Semut 2 -
47. 17.15 Drosophila
Semut 1 1
-
48. 17.10 Semut hitam 1 -
49. 17.05 - - -
50. 17.00
Semut Laba-laba
Jangkrik Semut hitam
1 1
1 1
-
Sumber : Hasil pengamatan GTK DARATAN TIM A3 DAN B3,
tanggal 05 Juni 2012
TABEL HASIL PENGAMATAN EKOSISTEM DARATAN
(HARI KEDUA)
KELOMPOK A1 & B1
Lokasi : A1 (dari arah barat ke timur), B1 (dari arah utara ke timur)
23
Tanggal : 6 juni 2012
Jam : 06.30 – 09.00
Musim : kemarau peralihan
Cuaca : cerah
TABEL 4.3
HASIL PENGAMATAN EKOSISTEM DARAT A1 DAN B1 PAGI
Spot Waktu Hewan Tumbuhan
Jenis Jumlah Jenis Jumlah
1 07.05
Jangkrik kecil kumbang
Laba laba Semut merah
1 1
2
Rumput teki
Sedikit
2 07.16 Semut hitam
Kumbang
17
1
Rumput teki
Rumput teki
Sedikit
Sedikit
3 07.31 Semut hitam Kumbang
5 1
Rumput …..
Banyak
4 07.40
Kumbang Ulat hitam
Nyamuk Semut hitam Laba laba
Anak jangkrik
1
1 1 5 1
1
-
- - - -
-
-
- - - -
-
5 07.48
Ulat Nyamuk Rametuk
1 1 ~
….. Banyak
6 07.58 Semut hitam Laba laba
Semut merah
2
….. …..
….. …..
Banyak Banyak
Banyak Banyak
7 08.10
Anak jangkrik Semut hitam Semut merah
drosophila rametuk
2 1 1
1
….. …..
….. ….. …..
Banyak Banyak
Banyak Banyak Banyak
8 08.16 - - - -
9 08.20
Jangkrik
Semut hitam kararangge
1 7
10
….. …..
…..
Sedikit Sedikit
Sedikit
10 08.30
Belalang jangkrik .. Semut hitam
2 2
2
…..
….. …..
Banyak
Banyak Banyak
11 08.40
Laba laba jangkrik semut
1
1 3
…..
….. …..
Sedikit
Sedikit Sedikit
24
12 08.43 Semut hitam besar ..
1
….. ….. …..
Banyak Banyak Banyak
13 08.45
kumbang Laba laba
Semut hitam drosophila
1 1 1
1
….. ….. …..
Banyak Banyak Banyak
14 08.46
jangkrik Laba laba
Semut
2 2
1
Putri malu Sedikit
15 08.47
Laba laba
semut rametuk
4 3
1
….. …..
…..
Sedikit Sedikit
Sedikit
16 08.50
cacing kumbang Semut hitam
1
1 2
…..
….. …..
Banyak
Banyak Banyak
17 08.52
kumbang Semut hitam besar Rametuk
1
2
….. …..
Sedikit Sedikit
18 08.55 ulat Belalang besar
1 2
….. …..
Sedikit Sedikit
19 08.58 belalang rametuk
2 20
….. …..
Sedikit Sedikit
20 09.00
Anak katak kumbang
jangkrik belalang Semut hitam
1
3 1 1
2
…..
….. ….. …..
…..
Sedikit
Sedikit Sedikit Sedikit
Sedikit
21 09.04 Belalang 5 ….. ….. …..
Banayk Banyak Banyak
22 09.10 belalang
jangkrik 5
1 nyalingit Banyak
23 09.13
kumbang Laba laba jangkrik
Semut hitam kararangge
1 1 2
5 2
….. …..
….. …..
Banyak Banyak
Banyak
24 09.18 - -
..... ….. …..
…..
Banyak Banyak Banyak
Banyak
25 09.20 Semut hitam besar
2
…..
….. …..
Banyak
Banyak Banyak
Sumber : Hasil pengamatan GTK DARATAN TIM A1 DAN B1, tanggal 06
Juni 2012
25
Keterangan : “……” : jenis tumbuhan atau hewan yang tidak diketahui
nama spesiesnya.
KELOMPOK A2 & B2
Lokasi : A2 (dari arah barat ke timur), B2 (dari arah utara ke timur)
Tanggal : 6 juni 2012
Jam : 09.00 – 11.00
Musim : kemarau peralihan
Cuaca : cerah
TABEL 4.4
HASIL PENGAMATAN EKOSISTEM DARAT A2 DAN B2 PAGI
Spot Hewan Tumbuhan
jenis jumlah waktu jenis jumlah Waktu
1 Rametuk 20 09.00 rumput 09.01
2 Rametuk 4 09.06 Rumput gajah 09.05
3 Rametuk 1 09.15 Rumput gajah Rumput jampang pait
09.14
4
Tataman Semut
kecil Semut hitam
besar
1 1 1
09.19 Rumput gajah
09.20
5 - - - Rumput areuy
babadotan
09.25
6 semut 1 09.33 Rumput Bunga mamataharian
09.34
7 rametuk 2 09.39 Rumput gajah 09.40
8 R u s a k
9 - - - ilalang 09.47
10 rametuk 18 09.49 rumput 09.50
11 tataman 1 09.53 - - -
12 -
- - Rumput jampang pait
09.55
13
Semut
hitam Laba laba
1 1
09.56
Rumput jampang
biasa
09.57
14 lalat 1 09.58
Putri malu Jampang kuda
Jampang biasa Harendong antanan
09.59
26
15 - - - Lameta Jampang kuda
10.00
16 - - - Jampang biasa 10.01
17 R u s a k
18 rametuk banyak 10.04 Ilalang Bunga mamataharian
10.03
19 rametuk 10 10.05 ilalang 10.06
20 semut 4 10.07 Kerema Padi
10.08
21 Semut hitam
3 10.09 Balakbak Lameta
Ubi jalar
10.10
22 - - - Jampang kuda 10.15
23 belalang 1 10.21 Teki Jampang kuda
10.22
24 - - - Jampang kuda
Jampang pait
10.25
25 semut 2 10.30 Jampang kuda 10.31
26 - - 10.20
27 - - 10.17
28 - - 10.14
29 - - 10.11
30 - - 10.09
31 lalat 2 10.08
32 lalat 5 10.06
33 R u s a k
34 semut 2 10.05
35 - - 10.04
36 - - 10.03
37 lalat 1 10.02
38 lalat 2 10.01
39 lalat 1 10.00
40 - - 09.59
41 lalat 1 09.58
42 semut 2 09.56
43 - - 09.52
44 - - 09.49
45 lalat 1 09.42
46 lalat 6 09.46
47 - - 09.31
48 - - 09.24
49 - - 0917
50 Semut Laba laba
5 2
09.07
Sumber : Hasil pengamatan GTK DARATAN TIM A2 DAN B2,
tanggal 06 Juni 2012
KELOMPOK A3 & B3
Lokasi : A3 (dari arah barat ke timur), B3 (dari arah utara ke timur)
Tanggal : 6 juni 2012
27
Jam : 10.58 – 12.40
Musim : kemarau peralihan
Cuaca : cerah
TABEL 4.5
HASIL PENGAMATAN EKOSISTEM DARAT A3 DAN B3 PAGI
Spot Waktu Hewan
Keterangan Jenis Jumlah
1. 10.58 Semut merah
Drosophila
5
Banyak (~)
Letak toples lebih tinggi
dari permukaan tanah
2. 11.06 - - Letak toples lebih tinggi
dari permukaan tanah
3. 11.18 - - -
4. 11.21 Drosophila
Belalang
4
1 -
5. 11.28 Drosophila 4 -
6. 11.33 Drosophila 2 -
7. 11.44
Laba-laba
Drosophila Jangkrik Semut merah
1
2 1 1
Rusak tertimbun tanah
8. 11.51 - - -
9. 11.56 R u s a k t e r i s i a i r
10. 12.00 - - -
11. 12.02
Semut
Lalat Drosophila
1
1 Banyak (~)
-
12. 12.03 Lalat Semut
Semut hitam
1 2
1
-
13. 12.04 Semut hitam
Drosophila
1
1 -
14. 12.06 Semut hitam 2 -
15. 12.08 Semut kecil
Semut besar
1
1 -
16. 12.10 Laba-laba
Semut
1
1 Rusak
17. 12.15 - - -
18. 12.16 Semut hitam
Drosophila
1
2 -
19. 12.17
Semut hitam
Drosophila Kumbang
2
Banyak (~) 1
-
20. 12.20 Lalat 4 -
21. 12.24 Semut Drosophila
1 Banyak (~)
-
22. 12.30 Kecoa 1 -
23. 12.34 Semut 1 -
24. 12.38 - - -
25. 12.40 - - -
26. 11.56 - - -
27. 11.54 Drosophila Semut terbang
2 12
-
28. 11.56 Drosophila 2 -
28
Semut terbang 1
29. 11.47 Semut terbang Semut hitam Drosophila
1 3 1
-
30. 11.46 Semut terbang Drosophila
Laba-laba
1 1
1
-
31. 11.45 Semut hitam 8 -
32. 11.44 Semut terbang
Drosophila
9
1 -
33. 11.43 R u s a k
34. 11.42 Drosophila 1 -
35. 11.41 - - -
36. 11.39 Cacing Drosophila
1 3
-
37. 11.38 Semut terbang Semut hitam kecil
4 3
-
38. 11.37 Semut terbang 8 -
39. 11.36 Semut terbang Drosophila
Semut merah
2 1
1
-
40. 11.35
Semut hitam
Drosophila Semut terbang Kumbang
8
2 3 1
-
41. 11.34 Semacam drosophila
Semut hitam kecil
2
2
-
42. 11.32 - - -
43. 11.29 Lalat 1 -
44. 11.27 - - -
45. 11.22 Semut hitam Semut terbang
1 4
-
46. 11.17 Semut terbang 1 -
47. 11.13 Semut hitam Semut terbang
1 1
-
48. 11.08 Drosophila 3 -
49. 11.02 Seperti drosophila
1 -
50. 10.54
Semut hitam bersayap
Seperti drosophila
1 1
-
Sumber : Hasil pengamatan GTK DARATAN TIM A3 DAN B3, tanggal 06
Juni 2012
Tabel 4.6
Data hasil Kerja Penelusuran Daratan Sore Hari
SPOT WAKTU
FISIK KIMIA
UDARA TANAH
pH Tanah Kelembaban
(mmHg) Suhu (0C) Serasah
Suhu
(0C)
Kelembaban
(mmHg)
1 15.30 84
- 23
55 6,9
2 15.49 92 Daun jambu,daun
26 40 7
29
TIDAK
DIHITUNG!
Bambu
3 15.58 78 Daun bambu,
daun nangka 24 44 6,9
4 16.15 85 Rumput 26
60 6,8
5 16.23 60 Rumput 24
50 6,8
6 16.31 65 Rumput,daun
singkong 26 60 6,7
7 16.40 85 Rumput 24
68 6,8
8 16.47 65 Jerami, daun
singkong 24 70 6,6
9 17.02 92 Jerami, padi 22
63 6,8
10 17.11 92 Daun pisang,
daun alba 23 62 6,9
11 17.15 92 Daun singkong,
ubi, rumput 24 45 6,9
12 17.19 65 Rumput 24
38 6,9
13 17.24 71 Rumput 23
50 6,8
14 17.27 82 Rumput 22
69 6,8
15 17.31 84
Buah sinhgkong
karet, rumput, daun singkong
22 35 6,9
16 17.33 84
Daun cengkeh, d. kelapa
Rumput
22 58 6,8
17 17.35 82 Jerami 22
60 6,8
18 17.36 23 Daun alang2 22
50 6,9
19 17.39 23 Rumput 22
48 6,9
20 17.41 84 Jerami 23
67 6,6
21 17.43 84 Jerami 22
70 6,6
22 17.50 84 Jerami, rumput 22
75 6,8
23 17.57 91 Jerami 22
40 6,9
24 18.01 78 Rumput, d.pisang 22
79 6,9
25 18.06 78 Rumput2 22
55 6,8
26 17.36 84 23
24.5
27 17.31 76 23
25
28 17.26 80 23
24.5
29 17.21 80 23
24
30 17.16 77 22.5
25
30
31 17.12 77 22.5
ANTANAN/KAKI KUDA
24.5
TIDAK ADA SOIL TESTER!
32 17.08 76 23.5
24
33 17.06 92 24
25
34 17.02 80 23
24.5
35 17.00 69 23
24.5
36 16.57 84 24
25
37 16.52 64 23
24.5
38 16.50 63 26
25
39 16.48 69 26
25
40 16.45 57
27
25
41 16.41 77 25
24.5
42 16.37 63 25
24.5
43 16.32 67 25.5
25
44 16.27 60 26
25.5
45 16.19 70 25
24
46 16.12 63 24
25
47 16.04 72 26
24
48 15.54 65 25
24
49 15.43 65 24
24
50 15.18 78 28
26
Rata-Rata 74.2 24.4
23.9 56.4 7
Sumber : Hasil Pengelompokan data kelompok 2C
31
Tabel 4.7
Data hasil Kerja Penelusuran Daratan Pagi Hari
SPOT WAKTU
FISIK KIMIA
UDARA TANAH pH
Tanah
Kelembaban (mmHg)
Suhu (0C) Suhu (0C)
Kelembaban (mmHg)
26 09.02 78 25.5 24.5 65 4.7
27 08.57 77 26 25 52 5.4
28 08.51 84 25.5 25 60 5
29 08.46 77 24 24 60 5
30 08.42 89 25 24.5 50 5.7
31 08.40 84 23 24 60 5
32 08.39 76 23.5 23 80 4
33 08.36 77 25 24.5 50 5.7
34 08.33 84 25 24.5 65 4.8
35 08.31 77 24.5 24 80 3.9
36 08.29 77 24.5 25 70 4.5
37 08.27 77 24 23.5 75 4.8
38 08.25 84 24 24 70 4.6
39 08.23 77 24.5 24 45 5.8
40 08.21 84 24.5 24 30 6.3
41 08.19 71 25 24.5 40 5.8
42 08.15 92 26 25 40 6
43 08.09 92 26 25 55 5.4
44 08.06 77 23.5 23 40 5.8
45 07.57 77 24 23 55 5.4
46 07.48 77 24 23 50 5.5
47 07.40 77 24 23 35 6
48 07.31 92 24 23 25 6.2
49 07.18 84 23 22 40 6
50 06.42 71 23 22.5 47.5 5.8
Rata-rata 80.48 24.44 23.9 53.58 5.324
Sumber : Hasil Pengelompokan data kelompok 2C
32
4.7 HASIL ESTIMASI HEWAN TANAH
Tabel 4.3
Estimasi Populasi Hewan Tanah Nokturnal
Nomor
Taksa
∑ Semut Kuul
Laba-
laba
Semut hitam
Capung Cacing Jangkrik Belalang Ulat Semut merah
Rawon Siraru Semut
Terbang kumbang Nyamuk
Lalat buah
Lalat Katak
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)
1 1
2 1
1
31
1
26
36
2
17
4
2
1
21
3
5
5
4
1 5
1
2 1
1 5
10
5
20 1
1
1 20
22
6
2 11
19
32
7 1
2
3
1 32
2
39
8
2
1
2
9
8
1
11
1
20
10
5
1 2
25
8
11 1
1 3
1 2
8
12
2
1
3
13
1 2 2
1
1 1
1
6
14 2
3
2
1
7
15 3
4 4
1
1
12
16
1
1 1
1
33
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)
17
4
18
1
22
18
2
1
19
5
22
19
2
1
30
33
20
1 5
1
8
1 7
21 3
1 3
1
1
8
22
5
1 5
11
23 2
1
1 6
2
1
12
24
2
2
25 1
1
3
5
26
2
1
3
27
3
12
2
3
28
1 2
1
5
1
2
9
29
1 6
1
1
7
30
1 1
1
0
31
11
5 2 2
3
18
32
2
9
1
2
33
2
1
3
34
4
1
4
35
5 3
8
36
1
7
3 1
8
37
3
2 1
8
4
14
38
4
8
4
39
3
1
2
1
4
40
1
10
1
3 3
2
12
34
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)
41
5
2
5
42
6
2
6
43
1
1
1 1 2
44 1
2 1
45
1 2 8
2
4
13
46 1 2
1
1
5
47 7
2 1 1
2
1
13
48
1
1
3
2
49
1
4
2
5
50 16 1 1 12
3
1
33
∑ individu 39.00 8.00 34.00 186.00 2.00 17.00 24.00 15.00 4.00 71.00 139.00 2.00 53.00 20.00 3.00 107.00 7.00 2.00 733
K total 3.30 16.08 3.30 0.69 64.31 7.57 5.36 8.57 32.2 1.81 0.93 64.31 2.43 6.43 42.87 1.20 18.3 64.3 344
F 0.24 0.14 0.34 0.76 0.04 0.18 0.34 0.10 0.34 0.18 0.26 0.02 0.32 0.20 0.06 0.44 0.08 0.04 4.08
KR 0.01 0.05 0.01 0.00 0.19 0.02 0.02 0.02 0.09 0.01 0.00 0.19 0.01 0.02 0.12 0.00 0.05 0.19 1.00
FR 0.06 0.03 0.08 0.19 0.01 0.04 0.08 0.02 0.08 0.04 0.06 0.00 0.08 0.05 0.01 0.11 0.02 0.01 1.00
NP 0.07 0.08 0.09 0.19 0.20 0.07 0.10 0.05 0.18 0.05 0.07 0.19 0.09 0.07 0.14 0.11 0.07 0.20 2.00
pi 0.034 0.041 0.046 0.094 0.098 0.03 0.049 0.025 0.09 0.025 0.033 0.096 0.0427 0.034 0.070 0.056 0.04 0.1 1.00
log pi -1.466 -1.39 -1.33 -1.0262 -1.007 -1.5 -1.3058 -1.607 -1.05 -1.607 -1.4787 -1.02 -1.3691 -1.4703 -1.1569 -1.25 -1.4 -1 -23.5
H` 0.05 0.056 0.062 0.0966 0.0991 0.05 0.0646 0.03972 0.09 0.0397 0.0491 0.098 0.0585 0.04978 0.0806 0.07 0.05 0.1 1.21
Sumber : hasil penghitungan kelompok C2 pada praktek EKWAN 2012
35
B. HASIL PENGUKURAN FAKTOR ABIOTIK DAN BIOTIK EKOSISTEM PERAIRAN
Tabel 4.4
Hasil Kerja Perairan Pada Pagi hari
Lokasi Waktu
(WIB)
Suhu oC Kecerahan Air
(cm)
PH DO
Kedalaman
(m) alkalinitas CO2terlarut kelembaban
Atas Tengah Dasar Atas Tengah Dasar
Timur
Spot
1
Pinggir
07.10
24,5 24,5 24 60 6 6 6 20 1.59 P=0 1.5 77
Tengah 25 25 24,5 60 6 6 6 11,6 3.26 P=0
1.75 67
Dekat
Nusa 24 24 24,5 65 6 6 6 14,2 0.92 P=0 1.5 84
Spot
2
Pinggir
08.10
24 24 24,5 63 6 6 6 15 1.68 P=0
1.5 84
Tengah 24 25 25 67
6 6 6 15 3 P=0
2 84
Dekat
Nusa 24,5 24,5 25 63 6 6 6 10 O.79
P=0 1 84
Spot
3
Pinggir
25 25 25 65 6 6 6 15 2.88 P=0 1.5 84
Tengah 24 24 24 67,5 6 6 6 15 2.76 P=0 1.5 81
Dekat
Nusa 24,5 24 24 65 6 6 6 10 2.69 P=0 1 77
Rata-rata 24,4 24,4 24,5 63,94 6 6 6 13.98 2.35
1.47 80
36
Barat
Spot
1
Pinggir
06.30
26
25
25 70
5
6
5 - 0.9
P=0 1.5 74
Tengah
26
25
26 70
6
6
6 - 1.47 P=0 1.5 92
Dekat
Nusa - - - - - - - - - - - -
Spot
2
Pinggir
08.30
26
25
26 65 6 5 7 - 1.45
P=0 1 80
Tengah 25 25 25 75 7 6 5 - 2.10 P=0 1.5 77
Dekat
Nusa 25 25 25 65 7 6 5 - 1.40 P=0 2 84
Spot
3
Pinggir
25 25 25 70 5 6 5 - 1.1 P=0
1 84
Tengah 25 26 25 70 6 5 5 - 1.95 P=0
1.5 77
Dekat
Nusa 26 25 25 70 6 6 5 - 1.6
P=0 1.5 84
Rata-rata 25,5 25,1 25,3 69,4 6 5,75 5,4 - 1.50 1.44 81.5
Sumber : hasil pengamatan GTK PERAIRAN pada tanggal 06 Juni 2012
37
Tabel 4.5
Tabel Hasil Kerja Perairan Pada Sore hari
Lokasi Waktu (WIB)
Suhu oC Kecerahan
Air
PH
DO Kedalaman
(m) alkalinitas CO2terlarut kelembaban
Atas Tengah Dasar Atas Tengah Dasar
Timur
Spot 1
Pinggir
13.55
26 26 25 65 cm
6 6 6 7
1,45 P=0 1,5 59
Tengah 25 25 25
65 cm 6 6 6
5 3,19 P=0
1,5 64
Dekat Nusa
26,5 26 25 75 cm
6 6 6 4
1,48 P=0 1 70
Spot 2
Pinggir
15.05
26 26 25 65 cm 5 6 6 3 1,52
P=0 1 74
Tengah 26 25,5 25 60 cm 6 6 6
3 3,9 P=0
1 70
Dekat Nusa
26 25 25 65 cm 6 6 6 3 0,91
P=0 1 77
Spot 3
Pinggir
16.30
26 25 24 60 cm 6 6 6
5 2,74 P=0
1,5 70
Tengah 25 25 24 55 cm 6 6 6
4 2,97 P=0
1,5 77
Dekat Nusa
25 25 25 55 cm 6 6 6
3 3,15 P=0
1 70
Rata-rata 25,7 25,4 24,7 59,4 cm 5,9 6 6 4,1
mg/L 2.37 1.22
70
Barat
Spot 1
Pinggir 13.30 WIB
26 26 60 cm 6 5 - 2 m 4 64
38
Tengah 25 26 60 cm 5 5 - 1,90 m 4,5 70
Dekat Nusa
25 26 60 cm 6 5 - 1,30 m 2,5 77
Sumber : hasil pengamatan GTK PERAIRAN pada tanggal 05 Juni 2012
39
C. HASIL ESTIMASI POPULASI KALONG
Tabel 4.6
Hasil Pengamatan Populasi Kalong Keluar Mencari Makan
Di Sekitar Situ Lengkong
No Waktu/
5 menit
Lokasi
Timur Barat Selatan Utara
1 17.55 0 3 0 0
2 18.00 1 15 0 4
3 18.05 0 9 2 5
4 18.10 0 1 1 0
5 18.15 0 0 0 0
6 18.20 0 0 0 1
7 18.25 0 0 0 0
Jumlah 1 28 3 10
Total 42
Sumber : hasil pengamatan GTK KALONG pada tanggal 05 Juni 2012
1. Populasi kalong terbang mencari makan:
a. Populasi kalong terbang mencari makan dimulai pada pukul 17.55
WIB
b. Puncak tertinggi jumlah populasi kalong terbang mencari makan
pukul 18.00WIB
c. Saat terakhir populasi kalong terbang keluar mencari makan pukul
18.25 WIB
d. Jumlah total populasi kalong yang terbang untuk mencari makan 42
ekor
e. Gambaran grafiknya
40
Tabel 4.7
Hasil Pengamatan Populasi Kalong Yang datang Untuk
Istirahat
Di Sekitar Situ Lengkong
No Waktu/5
Menit
Lokasi
Timur Barat Selatan Utara
1 04.35 0 7 0 0
2 04.40 0 3 0 0
3 04.45 0 5 0 0
4 04.50 0 5 0 0
5 04.55 6 9 1 0
6 05.00 12 5 0 0
7 05.05 11 10 0 5
8 05.10 16 0 0 8
9 05.15 19 11 0 10
10 05.20 17 19 0 3
11 05.25 18 8 2 9
12 05.30 26 0 0 39
13 05.35 32 0 0 33
14 05.40 45 0 0 23
15 05.45 4 0 0 0
16 05.50 23 0 0 0
17 05.55 54 0 0 0
18 06.00 313 0 0 0
19 06.05 10 0 0 0
3
20
16
20
100
5
10
15
20
25
17.55 18.00 18.05 18.10 18.15 18.20 18.25
Jum
lah
kal
on
g
Interval waku
Grafik Estimasi Populasi Kalong (sore)
Jumlah Kalong
41
20 06.10 0 0 0 0
21 06.15 0 0 0 0
22 06.20 1 0 0 0
Jumlah 607 82 3 130
Total 822
Sumber : hasil pengamatan GTK KALONG pada tanggal 06 Juni 2012
2. Populasi kalong datang untuk istirahat:
a. Populasi kalong datang untuk istirahat dimulai pada pukul 04.35
WIB
b. Puncak tertinggi jumlah populasi kalong yang datang untuk istirahat
pada pukul 06.00WIB
c. Saat terakhir populasi kalong yang datang untuk istirahat pada
pukul 06.20 WIB
d. Jumlah total populasi kalong yang datang untuk istirahat sebanyak
822 ekor
e. Gambaran grafiknya
0
50
100
150
200
250
300
350
Jum
lah
Kal
on
g
Interval Waktu
Grafik Estimasi Populasi Kalong (Pagi)
Jumlah Kalong
42
D. HASIL PEMETAAN
Tabel 4.8
Titik Sudut Situ Lengkong
Titik
ke- Sudut
o Titik
ke- Sudut
o Titik
ke Sudut
o Titik
ke Sudut
o
1 144 101 205 201 240 301 220
2 155 102 70 202 250 302 230
3 153 103 70 203 270 303 230
4 145 104 65 204 290 304 210
5 139 105 85 205 270 305 200
6 135 106 80 206 270 306 180
7 135 107 95 207 260 307 180
8 135 108 85 208 280 308 180
9 50 109 80 209 280 309 160
10 340 110 55 210 300 310 140
11 8 111 55 211 300 311 130
12 21 112 60 212 260 312 130
13 84 113 45 213 260 313 130
14 90 114 70 214 270 314 120
15 34 115 90 215 260 315 120
16 85 116 120 216 280 316 130
17 75 117 110 217 290 317 120
43
18 75 118 100 218 280 318 160
19 85 119 80 219 230 319 170
20 73 120 75 220 250 320 165
21 67 121 50 221 270 321 165
22 63 122 55 222 260 322 160
23 64 123 70 223 240 323 150
24 39 124 65 224 250 324 140
25 50 125 85 225 260 325 160
26 68 126 125 226 270 326 140
27 122 127 126 227 270 327 130
28 131 128 125 228 310 328 120
29 142 129 144 229 320 329 100
30 138 130 172 230 340 330 95
31 112 131 205 231 330 331 105
32 80 132 130 232 310 332 140
33 46 133 220 233 290 333
34 15 134 207 234 290 334
35 9 135 112 235 300 335
36 352 136 40 236 320 336
37 342 137 45 237 320 337
38 272 138 56 238 300 338
44
39 21 139 80 239 300 339
40 275 140 55 240 300 340
41 353 141 50 241 300 341
42 2 142 98 242 230 342
43 25 143 108 243 140 343
44 42 144 100 244 130 344
45 30 145 135 245 150 345
46 19 146 127 246 160 346
47 19 147 125 247 160 347
48 25 148 125 248 180 348
49 170 149 142 249 210 349
50 8 150 195 250 190 350
51 0 151 143 251 280 351
52 15 152 146 252 280 352
53 22 153 147 253 300 353
54 54 154 145 254 300 354
55 75 155 142 255 290 355
56 100 156 150 256 290 356
57 125 157 160 257 300 357
58 150 158 175 258 300 358
59 182 159 140 259 300 359
45
60 185 160 58 260 300 400
61 170 161 55 261 260 401
62 100 162 43 262 240 402
63 86 163 330 263 230 403
64 80 164 350 264 220 404
65 65 165 305 265 210 405
66 56 166 340 266 220 406
67 62 167 20 267 230 407
68 67 168 0 268 220 408
69 82 169 15 269 230 409
70 82 170 15 270 260 410
71 88 171 20 271 270 411
72 67 172 346 272 260 412
73 29 173 355 273 270 413
74 12 174 350 274 280 414
75 12 175 0 275 280 415
76 53 176 0 276 280 416
77 65 177 20 277 260 417
78 74 178 40 278 240 418
79 62 179 350 279 210 419
80 35 180 300 280 200 420
46
81 290 181 300 281 190 421
82 252 182 300 282 190 422
83 265 183 290 283 220 423
84 265 184 310 284 260 424
85 265 185 320 285 270 425
86 260 186 320 286 260 426
87 255 187 320 287 270 427
88 270 188 300 288 270 428
89 265 189 300 289 260 439
90 272 190 270 290 250 430
91 295 191 170 291 270 431
92 320 192 170 292 270 432
93 33 193 170 293 270 433
94 340 194 180 294 240 434
95 345 195 230 295 230 435
96 2 196 250 296 220 436
97 355 197 260 297 220 437
98 2 198 260 298 220 438
99 15 199 200 299 220 449
100 30 200 240 300 220 440
Sumber : hasil pengamatan GTK PEMETAAN pada tanggal 05 dan 06 Juni 2012
47
PETA SITU LENGKONG
Gb. 1 Peta Situ Lengkong
48
4.2 PEMBAHASAN
4.2.1 PENELUSURAN DARATAN
Pada siang-sore hari rata-rata temperatur di sekitar situ Lengkong
24,4oC, begitu pula pada pagi hari rata-rata suhunya sama yaitu 24,4oC.
Perubahan suhu yang tetap tidak terlalu berpengaruh terhadap
produktivitas organisme yang ada di sekitar daratan Situ Lengkong. Suhu
tersebut merupakan suhu yang ideal bagi Hewan-hewan yang ada
disekitar Situ Lengkong untuk hidup dan berkembang biak, dikatakan ideal
karena hewan atau tumbuhan dapat dengan mudah menyesuaikan diri
karena pagi sampai sore suhunya sama.
Kelembaban udara di sekitar Situ lengkong pada sore hari rata-rata
sebesar 74,22mmHg dan rata-rata kelembaban dara pada pengukuran
pagi hari nilainya 80,48mmHg. Artinya pada pagi hari kelembaban lebih
tinggi dikarenakan belum banyak cahaya matahari yang menyinari,
sehingga udara lebih sejuk dibandingkan ketika sore hari.
Pengukuran Kelembaban Tanah dan pH tanah menggunakan Soil
Tester pada pagi hari Kelembaban tanah rata-rata adalah 53,58mmHg
sementara pH tanah rata-rata 5,32. Pengukuran pada sore hari
menunjukkan kelembaban tanah rata-rata 56,44mmHg sementara pH
tanah rata-rata adalah 7 (netral).
4.2.2 HASIL ESTIMASI HEWAN TANAH
Semut hitam merupakan spesies yang paling dominan ditemukan
terbukt di daratatan dari data pada tabel Hasil Estimasi Hewan Tanah di
dapat frekuensi senilai 0.76
Pengaruh faktor abiotik terhadap komunitas hewan tanah sangat
besar pengaruhnya, misalnya pengaruh suhu dan PH tanah, juga faktor
biotik lainnya seperti pohon dan rumput juga mempengaruhi komunitas
hewan tanah.
49
Berdasarkan hasil pengamatan suhu mempengaruhi komunitas hewan
di suatu area, hewan akan mampu bertahan hidup pada suhu yang
normal, seperti halnya di Situ Lengkong suhu berkisar antara 21OC-27 OC,
suhu yang ideal dan perubahannya tidak terlalu extrem sehingga hewan
mampu menyesuaikan diri dengan mudah terhadap perubahan suhu
tersebut.
pH (derajat keasaman), berpengaruh pada kerja enzim suatu makhluk
hidup, enzim dapat bekerja dengan optimum jika berada pada pH yang
cenderung Normal (5,6). Dengan Instingnya Mahluk hidup akan
menyesuaikan diri dengan kondisi pH kearah normal agar mendukung
terhadap kerja enzim.
Pohon dan Rumput merupakan habitat hewan dan tempat berlindung
dari kelebihan cahaya matahari yang dapat menyebabkan pengupan
cairan yang berlebihan.
4.2.3 PENGUKURAN FAKTOR ABIOTIK DAN BIOTIK EKOSISTEM
PERAIRAN
Suhu dipengaruhi oleh intensitas cahaya, terbukti dari data yang
didapat bahwa suhu pada pagi dan siang hari cenderung lebih tinggi
dibandingkan dengan suhu pada sore hari, dan suhu permukaan perairan
yang mendapat intensitas cahaya lebih banyak (permukaan) lebih tinggi
dari pada suhu dibawah permukaan peraiaran (tengah dan dasar) yang
intensitas cahayanya kurang atau bahkan tidak ada.
Kecerahan perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
- Intensitas Cahaya, semakin banyak intensitas cahaya maka
tingkat kecerahan dalam perairan semakin baik.
- Sedimentasi (tingkat kekeruhan) akan menghalangi
intensitas cahaya, biasanya dipicu oleh Produksi ganggang
biru, semakin banyaknya intensitas cahaya akan
berbanding lurus dengan produksi ganggang biru.
50
Dari hasil pengamatan didapat bahwa kecerahan rata-rata pada
sore hari yaitu 59.4 cm dan pagi dan siang hari rata-rata 66,70 cm,
membuktikan bahwa kecerahan air situ Lengkong masih tergolong baik.
Kecerahan penting untuk diketahui, apabila kecerahan baik maka akan
banyak keanekaragaman mahluk hidup yang ada di situ Panjalu.
pH (Kadar keasaman) pada perairan situ lengkong rata-rata pada
pagi hari 5.7 sedagkan pada sore hari 5.97 sehingga rata-rata pH nya
adalah 5,84. pH dapat dipengaruhi oleh hujan asam kiriman dari daerah
lain yang jatuh tepat di wilayah Situ Lengkong, kemudian dapat
dipengaruhi juga oleh buangan sawah yang menggunakan pupuk kimia.
Biota/hewan yang hidup diperairan dipengaruhi oleh faktor-faktor
abiotik yang telah dijelaskan di atas seprti intensitas cahaya, semakin
banyaknya intensitas cahaya maka banyak biota yang senang hidup
ditempat tersebut karena, ditempat tersebut bisa didapatkan berbagai
macam makanan misalnya, ganggang biru yang pertumbuhannya dipicu
oleh intensitas cahaya matahari. pH mempengaruhi terhadap kerja enzim
makhluk hidup sehingga dengan instingnya makhluk hidup akan
mendekati perairan yang pH nya cenderung normal, karena pada pH
normal kerja enzim akan optimum.
4.2.4 ESTIMASI POPULASI KALONG
Kalong (Pteropus vampyrus) adalah anggota bangsa kelelawar dari
marga Pteropus keluarga Pteropodidae. Anonymous (2012). Kalong adalah
spesies nocturnal yang secara evolusioner bertahan dengan cara
hidupnya. Pada siang hari spesies ini beristirahat menggantung pada
cabang atau ranting pepohonan menggunakan jarinya dan mulai sore hari
lebih aktif dengan tujuan mencari makan, sebelum pergi kalong akan
mengitari tempat singgahnya untuk menentukan titik kordinat agar pada
waktu kembali tidak tersesat, kalong akan pergi ketempat yang sudah
diketahui terdapat banyak makanan, cara kalong mengetahui adanya
makanan yaitu dengan cara mengeluarkan gelombang ultra sonik.
51
Populasi kalong terbang mencari makan dimulai pada pukul 17.55WIB.
Puncak tertinggi jumlah populasi kalong terbang mencari makan pukul
18.00WIB. Saat terakhir populasi kalong terbang mencari makan pukul
18.25 WIB. Jumlah total populasi kalong yang terbang untuk mencari
makan 42 ekor
Berdasarkan hasil pengamatan jumlah antara kalong yang pergi
dan kalong yang datang ternyata lebih banyak kalong yang datang,
dikarenakan ada faktor kekeliruan dalam menghitung dan pada waktu
penghitungan kalong berbeda tempat pengamatan antara spot pergi
kalong dan datangnya kalong ini semua dapat terlihat dalam hasil
pengamatan. Diantaranya kalong pergi berjumlah 42 ekor dan kalong
pada waktu datang berjumlah 822 ekor, dengan selisih 780 ekor. Tapi
kami yakin jumlah kalong yang pergi akan sama dengan jumlah kalong
yang datang. Perbedaan tersebut dapat disebkan juga karena ada kalong
yang keluar pada malam hari yang diluar pengamatan.
Pada tahun sebelumya populasi kalong yang diamati di situ
lengkong,Panjalu. Mencapai jumlah ribuan akan tetapi dari tahun ketahun
populasi kalong yang teramati berkurang sangat drastis terbukti dari
pengamatan yang kami lakukan pada tahun ini, hal ini dapat disebabkan
oleh keadaan habitat asli kalong yang sudah mulai terganggu oleh aktifitas
manusia yang kurang peduli terhadap lingkungan sekitar, selain habitat
asli kalong, lingkungan sekitar wilayah situ lengkong pun yang menjadi
tujuan mencari makan sudah berkurang akibat pembangunan yang
dilakukan masyarakat sekitar yang terus menerus tanpa mempedulikan
tata ruang wilayah situ lengkong.
Tata ruang sangat penting dalam upaya pelestarian kalong di situ
lengkong, dengan melakukan tata ruang yang tepat dapat membantu
menanggulangi pengurangan populasi kalong. Dari segi kesadaran
masyarakat pun harus tetap diperhatikan dari mulai penggunaan mesin
perahu yang bising, penangkapan liar kalong untuk kepentingan
52
pribadi,banyaknya peziarah yang datang pun dapat menjadi salah satu
faktor penyebap berkurangnya populasi kalong.
53
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Faktor Abiotik dan Biotik Ekosistem Terestrial (daratan) Situ
Lengkong sangat berhubungan erat, apabila faktor Abiotik tersebut
mendukung habitat hidup faktor biotik maka akan berpengaruh
terhadap penyebaran populasi baik itu di daratan maupun perairan.
Pada Estimasi populasi kalong hasil yang diperoleh dipengaruhi
oleh tingkat ketelitian menghitung, sudut pandang penghitungan.
Hasil perhitungan kalong pada waktu sore (kalong Keluar Situ
lengkong) hari lebih sedikit dibandingkan hasil perhitungan pada pagi
hari (kalong yang datang) hal ini dimungkinkan karena adanya kalong
yang keluar pada malam hari yang tidak teramati oleh pengamat.
Penurunan jumlah populasi kalong di Situ Lengkong dari tahun
ke tahun semakin menurun, disebabkan karena banyak faktor antara
lain tata ruang di wilayah Situ Lengkong yang buruk dan kurangnya
kesadaran masyarakat sekitar terhadap lingkungan, serta banyaknya
penziarah yang datang dapat menjadi salah satu faktor penurunan
jumlah poulasi kalong.
B. Saran
1. Alat dan bahan yang diperlukan tidak semua tersedia, jadi untuk
ke depan harus dipersiapkan sebaik-baiknya.
2. Untuk mempergunakan peralatan harus dikalibrasikan lebih dahulu
agar data yang dihasilkan lebih valid.
3. Pendamping lapangan diutamakan yang lebih menguasai keilmuan
tentang teknis lapangan praktikum.
4. Alokasi waktu praktikum ditambah.
54
5. Panitia di anjurkan tidak merangkap menjadi peserta akan tetapi
dari tingkat lainnya sehingga tidak mengganggu kegiatan
praktikum.
6. Pada saat penentuan spot estimasi populasi kalong panitia
sebaiknya melakukan survei tempat (spot) yang strategis terlebih
dahulu.
55
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad (2009). Observasi. From
http://damandiri.or.id/file/ahmadsuyutiunairbab4.pdf, 27 Juni 2012
Anonym (2012). Populasi. From
http://id.wikipedia.org/wiki/Populasi_%28biologi%29, 27 Juni 2012
Anonym (2012). Salinitas. From http://id.wikipedia.org/wiki/Salinitas, 27
Juni 2012
Anonym (2010). Ekologi. From http://id.wikipedia.org/wiki/ekologi, 27
Juni 2012
Dadi, & Sudiana, Eming. 2010. Penuntun Praktikum Ekologi. Ciamis :
modul tidak diterbitkan.
Dony (2010). Komponen Biotik dan Abiotik Lingkungan Mangrove. From
http://dony.blog.uns.ac.id/2010/05/31/komponen-biotik-dan-abiotik-
lingkungan-mangrove/, 27 Juni 2012
Krisanisus (2011). Keasaman dan Kebasaan Tanah. From
http://krisanisus.blogspot.com/2011/11/v-
behaviorurldefaultvmlo_6102.html, 27 Juni 2012
Rizqi, Muhammad (2010). Derajat Keasaman pH. From
http://teknologi.kompasiana.com/terapan/2010/11/02/derajat-
keasaman-ph/, 27 Juni 2012
Vicky, Widuri (2010). Ekosistem. From
http://authorscream.com/presentation/VICKYwiduri-390803-
ekosistem-biologi-vicky-chintia-widuri-0901145120-education-ppt-
powerpoint/, 27 Juni 2012
Yoyos (2010). Kondisi Tanah. From
http://yoyos1.wordpress.com/2010/02/24/kondisi-tanah/, 27 Juni
2012
56
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur tercurah ke hadirat Allah SWT., karena atas berkat,
rahmat, dan ridho-Nya penyusun dapat menuliskan sebuah goresan kecil yang
akan selalu menjadi pengalaman berharga di kehidupan mendatang. Sholawat dan
salam terlimpah kepada baginda agung Nabi Muhammad SAW.
Penyusunan laporan ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Ekologi Hewan FKIP Biologi Universitas Galuh.
Penyusun telah berusaha secara optimal dan mempersembahkan yang
terbaik namun bukan sesuatu yang sempurna. Itu semua karena kedangkalan dan
keterbatasan ilmu pengetahuan yang penyusun miliki. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun dari pembaca, penyusun harapkan demi perbaikan
di masa yang akan datang.
Dalam penyusunan laporan ini terdapat banyak halangan dan rintangan
yang penyusun hadapi. Tetapi berkat kerja keras, keuletan, motivasi, dan bantuan
dari berbagai pihak akhirnya penyusun dapat menyelesaikan laporan ini. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati penyusun ingin menyampaikan rasa
terimakasih kepada :
1. Dr. Eming Sudiana, M.Si selaku dosen mata kuliah Ekologi Hewan yang
telah memberikan tugas laporan ini.
2. Dr. Dadi, M.Si selaku dosen pembimbing Kuliah Kerja Laapangan
Ekologi Hewan .
3. Ayahanda dan Ibunda sebagai orang tua yang pertama kali mendidik
penulis sejak kecil, dengan kasih sayang dan kesabaran untuk mendoakan
serta memberikan motivasi dan bantuan moril maupun materil yang
dirasakan sangat besar artinya.
4. Teman-teman terbaikku yang telah memberikan dorongan dan doannya.
i
57
5. Rekan-rekan FKIP Universitas Galuh Ciamis Program Studi Pendidikan
Biologi, yang telah membantu memberi saran dalam penyusunan laporan
ini.
6. Semua pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu yang telah
membantu penyusun baik berupa moril maupun materil dalam
penyusunan laporan ini.
Semoga dorongan, bimbingan, bantuan, dan dukungan yang telah
diberikan mendapat imbalan yang sesuai dari Allah SWT.
Terselip kata dan sedikit harapan semoga laporan ini dapat bermanfaat
untuk penyusun khususnya, pembaca pada umumnya, dan apa yang telah kita
lakukan mendapat balasan dan ridho serta berkah dari Allah SWT.
Amin.
Ciamis,30 Juni 2012
Penyusun
ii
58
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI .......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ......................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORITIS ....................................................... 3
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................ 8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................... 18
A. Faktor Abiotik Ekosistem Terestrial (daratan) Situ Lengkong dan
Estimasi Populasi Hewan Darat......................................................... 18
B. Faktor Abiotik dan Biotik Ekosistem Perairan Situ Lengkong ........ 33
C. Estimasi Populasi Kalong ............................................................ 39
D. Pemetaan Situ Lengkong ........................................................... 40
BAB V PENUTUP ......................................................................... 53
A. Kesimpulan ............................................................................... 53
B. Saran ....................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 55
iii