PRINSIP PERENCANAAN BENDUNGAN DAN BANGUNAN …
Transcript of PRINSIP PERENCANAAN BENDUNGAN DAN BANGUNAN …
PRINSIP PERENCANAAN
BENDUNGAN DAN BANGUNAN
PELENGKAP
2018 (2 JP)
BALAI PENERAPAN TEKNOLOGI KONSTRUKSI
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
MATERI SUPLEMEN PENGETAHUAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN
TAHAP PERENCANAAN BENDUNGAN
T A H A P P E R E N C A N A A N B E N D U N G A N
3
POLA
PENGELOLAAN
SDA
RENCANA
PENGELOLAAN
SDA
PRA STUDI
KELAYAKAN
STUDI
KELAYAKAN
PERENCANAAN
TEKNIS /
DESAIN R INCI
Pasal 26 UU SDA • Pasal 34 UU SDA
• Perlu bendungan / tidak ?
• inventarisasi potensi SDA
• Daya dukung SDA
• Rencana tata ruang
• Inventarisasi kebutuhan air
• Kemampuan dana
Kelestarian hayati air
• Pasal 26 PP 29 tahun 2000
(bagi bendungan berisiko
tinggi)
• 21 PP 37 tahun 2010
• (Teknik, Ekonomi,
Lingkungan)
• Perencanaan Umum
• Desain Pendahuluan
• Pasal 26 UU SDA:
Pembangunan SDA
dilakukan melalui konsultasi
publik
• Pasal 34 UU SDA: Tanpa
merusak keseimbangan
lingkungan
STUDI KELAYAKAN
S T U D I K E L A Y A K A N
5
Tinjauan Aspek Teknik
Pilihan dilakukan berdasar arus biaya dan manfaat
yang akan datang, selama umur ekonomi
bendungan, berdasarkan pendekatan kepada
indikator/nilai:
• Net Present Value (NPV) : Harus Positif,
• Internal Rate of Return (IRR) yang terdiri dari
Economical Rate of Return dan Financial Rate of
Return : umumnya diambil nilai > 12%
• Benefit Cost Ratio (BCR) : nilainya harus positif.
IRR, tidak cocok digunakan untuk perbandingan
proyek alternative mutually exclusive, untuk kondisi
tersebut lebih tepat menggunakan nilai NPV.
Dalam analisis harga financial, bila diperlukan harga
internasional dan perkiraan harga yang akan datang,
digunakan harga dari FAO atau Bank Dunia.
Untuk proyek yang terkait dengan pertanian, lazim dilakukan
tes sensitifitas dengan perubahan paramer sebagai berikut :
1) Bertambahnya biaya pembangunan proyak
2) Mundurnya pelaksanaan konstruksi
3) Turunnya hasil/produksi pertanian dari prediksi semula
4) Turunnya harga produksi pertanian dari prediksi semula
Lakukan tinjauan aspek teknik yang mencakup
antara lain:
1) Lokasi: tinjau berdasar kondisi topografi,
geologi fondasi dan volume tampungan.
2) Tipe : tinjau berdasar: ketersediaan material,
keahlian & pengalaman tenaga pelaksana,
kemudahan pelaksanaan, dll.
3) Tinggi: tinjau berdasar: volume tampungan,
geologi fondasi, topografi, hidrologi, dll
4) Manfaat: tinjau berbagai manfaat yang dapat
dikembangkan seperti: irigasi, PLTA, pengendali
banjir, air baku, dll.
5) Pola Operasi Waduk: waduk harian, tahunan,
pengendali banjir, pemenuhan air irigasi, air
baku air minum, PLTA beban dasar / beban
puncak, dll.
Kri ter ia Investas i Tes Sensi t i f i tas
Tinjauan Ekonomi
TUJUAN PEMILIHAN TIPE DAN LOKASI
T U J U A N P E M I L I H A N T I P E & L O K A S I
7
Bendungan Beton
Bendungan urugan tanah adalah bendungan yang
paling lazim dibangun, karena konstruksinya
menggunakan material galian setempat yang tersedia
yang tidak perlu banyak pemrosesan. Dibanding
dengan tipe lain, tipe ini dapat dibangun hampir pada
segala jenis tanah fondasi dan pada topografi yang
kurang baik, dan umumnya lebih sering dibangun
untuk tujuan penampung air. Bendungan urugan
tanah, dapat dikelompokan lagi menjadi dua tipe,
yakni :
• Bendungan urugan tanah homogen
• Bendungan urugan tanah berzona (dengan inti
tegak atau inti miring)
Bendungan urugan batu adalah bendungan urugan yang
sebagian besar material timbunannya berupa batu, yang
berfungsi sebagai pendukung utama stabilitas bendungan.
Agar bendungan kedap air, dipasang lapisan kedap air
berupa membran kedap air dimuka lereng hulu (dikenal
sebagai bendungan sekat atau facing dams) atau didalam
tubuh bendungan berupa inti. Lapisan kedap air atau
membran dapat berupa zona kedap air dari tanah, beton,
paving beton aspal, geomembran, plat baja, atau didalam
tubuh bendungan dapat berupa lapisan kedap air tipis dari
tanah, beton, beton aspal, dan geomembran, seperti yang
diperlihatkan pada gambar 8-4. Bendungan urugan batu
dengan zona kedap air dari tanah harus dilengkapi dengan
filter dan atau transisi untuk mencegah perpindahan material
dari zona berbutirhalus ke zona bebutir lebih kasar. Secara
garis besar bendungan urugan batu dapat dikelompokkan
menjadi dua tipe, yaitu:
• bendungan urugan batu dengan lapis kedap air dimuka
(bendungansekat / facing dams)
• bendungan urugan batu berzona (dengan inti tegak atau
inti miring)
Bendungan beton umumnya dibangun pada fondasi
batuan walaupun ada juga bendungan beton yang
rendah yang dibangun pada fondasi kerikil. Mulanya
bendungan beton dibangun dengan menggunakan
material yang memiliki kuat tekan yang tinggi tetapi
kuat tarik yang rendah. Oleh karena itu bentuk
bendungan beton dirancang secara khusus agar
dapat meneruskan beban kerja ke fondasi dalam
bentuk beban tekan, sementara beban tarik
diperkecil atau dihilangkan dengan cara merancang
bentuk bendungan secara cermat. Faktor terpenting
dalam pemilihan bendungan beton adalah fondasi
bendungan.
Bengungan Urugan Tanah Bendungan Urugan Batu
Bendungan dibangun dengan berbagai tujuan antara lain untuk: Penampung air guna memenuhi berbagai kebutuhan (irigasi, air baku domestik. industri, dll), Pengendali banjir,
Pembangkit listrik tenaga air (PLTA), Serbaguna, Imbuhan air tanah (ground water recharge), Penampung sedimen, Penampung limbah, dll.
Tipe Bendungan
T U J U A N P E M I L I H A N T I P E & L O K A S I
8
Tujuan pembangunan bendungan biasanya akan berpengaruh pada
operasi waduk yang kemudian akan berakibat pada fluktuasi muka air
waduk. Untuk muka air waduk yang sangat fluktuatif kurang cocok
bagi bendungan urugan tanah homogeen.
Tu juang Pembangunan
B Untuk ketinggian kurang dari 30 m, biasanya lebih cocok
digunakan jenis yang sederhana dan mudah pelaksanaanya yaitu
tipe urugan homogeen; sedangkan Untuk tinggi lbendungan lebih
dari 30 m, biasanya digunakan tipe zonal
Tingg i Bendungan
C Kuantitas dan kwalitas material yang secara ekonomis
tersedia disekitar lokasi bendungan merupakan faktor
yang sangat penting dalam pemilihan tipe bendungan.
Mate r ia l yang Te rsed ia
DLembah sempit berbentuk V dengan fondasi batuan yang kuat,
cocok untuk bendungan beton tetapi tidak cocok untuk bendungan
urugan karena dalam pelaksanaan konstruksi, bendungan urugan
memerlukan medan kerja yang cukup luas. Untuk lembah yang
agak lebar lebih cocok untuk bendungan urugan.
Topogra f i
EPertimbangan geologi mencakup menilai kecocokan jenis tanah dan
batuan sebagai fondasi dan kesesuaiannya dengan material tubuh
bendungan. Geologi fondasi lokasi bendungan sering menjadi
penentu didalam menetapkan tipe bendungan yang cocok dengan
lokasi tersebut.
Geo log i
FKeadaan hidrologi akan berpengaruh pada operasi waduk yang
kemudian berakibat pada fluktuasi air waduk yang perlu
dipertimbangkan didalam pemilihan tipe bendungan. Disamping itu
ada hubungan erat antara faktor ekonomi dengan hirologi, aliran dan
curah hujan dapat berpengaruh besar pada biaya konstruksi
Hid ro log i dan Meteo ro log i
A
Pemilihan Tipe Bendungan
1 2 3
T U J U A N P E M I L I H A N T I P E & L O K A S I
9
Kondisi topografi akan berpengaruh pada
tinggi dan panjang tubuh bendungan,
volume tampungan, tata letak/penempatan
bangunan pelengkap, kemudahan jalan
masuk, stabilitas lereng, dan lain-lainnya.
Kondisi topografi yang perlu menjadi
perhatian antara lain:
• bentuk dan lebar penampang melintang
dan memanjang lembah,
• bentuk kolam waduk, kemiringan tebing
sungai, dll.
Kondis i
Topograf i
Beberapa kondisi geologi yang perlu
menjadi pertimbangan dalam pemilihan
lokasi bendungan adalah:
• jenis dan sifat batuan fondasi,
• daya dukung fondasi,
• longsoran skala besar,
• struktur sesar sekala besar,
• adanya material yang berbahaya seperti
abu vulkanik, logam berat dialiran sungai
Kondis i
Geologi
Fondasi
Disamping aspek-aspek diatas, aspek berikut
juga tidak kalah pentingnya untuk
dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi
bendungan, yaitu:
1) Kesesuaian dengan rencana
pengembangan wilayah
2) Kaitannya dengan masyarakat dan ekonomi
3) Rencana pengembangan jangka panjang
4) Kelestarian lingkungan,
Pert imbangan
Lain
Pemilihan Lokasi Bendungan
KRITERIA POKOK DAN STRATEGI
DESAIN
K R I T E R I A P O K O K & S T R A T E G I D E S A I N
11
Bendungan harus didesain dan dikonstruksi sesuai perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, kokoh dan aman untuk segala kondisi dan
kombinasi beban kerja serta aman dioperasikan pada segala kondisi operasi.
Keamanan Struktur1
Bendungan harus selalu dipantau sehingga dapat diketahui sedini mungkinsetiap
problem yg sedang berkembang sebelum menjadi ancaman yang nyata dan
selalu dipelihara dengan baik sehingga selalu siap dioperasikanpada segala
kondisi operasi.
Pemantauan dan Pemel iharaan2
Pemilik/Pengelola bendungan harus selalu siap siaga menghadapi kondisi
darurat sampai kondisi terburuk dari bendungan yang dimilikinya/dikelolanya.
Penanganan pada kondisi darurat tidak dibenarkan dilakukan dengan
cara ”improvisasi” / coba-coba tetapi harus berdasarkan RENCANA TINDAK
DARURAT yang telah disiapkan secara matang.
Kesiaps iagaan Tanggap Darurat3
Bendungan harus didesain dan dikonstruksi sesuai perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, aman untuk segala kondisi dan kombinasi beban kerja serta aman
dioperasikan pada segala kondisi operasi .
Aman terhadap Kegagalan
Struktura l dan Operas ional1
Bendungan urugan harus dilengkapi dengan pelimpah yang mampu melewatkan
banjir desain dengan aman. Kapasitas bangunan pelimpah harus cukup untuk
mengalirkan banjir desain sesuai SNI 03-3432-1994 (lihat tabel 6-3), dan
alirannya tidak boleh membahayakan terhadap bangunan pelimpah sendiri
maupun tubuh bendungan.
Aman terhadap Kegagalan Hidro l ik2
Tidak boleh terjadi tekanan pori dan rembesan yang berlebihan pada tubuh
bendungan dan fondasi yang mengakibatkan terjadinya erosi internal, aliran
buluh (piping), sembulan/didih pasir, likuifaksi, arching, retak hidrolik ,dll
Aman terhadap Kegagalan Rembesan3
Konsepsi Keamanan Bendungan Kriteria Pokok Desain Bendungan
SURVAI DAN INVESTIGASI
S U R V A I D A N I N V E S T I G A S I
13
Surva i t opogra f i
un tuk
perencanaan
umum
Pada pembangunan bendungan, survai dan investigasi
merupakan tahap yang penting dalam rangka mendapatkan
data pendukung dalam menentukan tipe dan disain bendungan
yang akan dibangun. Tidak memadainya survai dan investigasi
akan menyebabkan tidak akuratnya desain bendungan,
sehingga dapat berakibat fatal berupa keruntuhan bendungan.
Survai Topografi
Surva i t opogra f i
un tuk
perencanaan
pendahu luan dan
perencanaan
r inc i
Su rva i t opogra f i
un tuk superv i s i
dan pe laksanaan
kons t ruks i
Jenis-jenis survai investigasi yang diperlukan untuk mendukung
pembuatan desain antara lain : survai topografi, geologi teknik,
material bangunan, meteorologi dan hidrologi. Kegiatan survai
investigasi ini, harus memenuhi kebutuhan minimal desain
bendungan sesuai jenis dan dimensi bendungan yang akan
dibangun, antara lain : cakupan arealnya, lokasi,
kedalamannya, jumlah sample, jenis dan jumlah uji laborat
serta uji insitu, dan lain sebagainya. Metode survai investigasi
harus mengikuti aturan, standar dan pedoman lain yang
berlaku. Seperti halnya kegiatan desain, kegiatan survai
investigasi belum dianggap selesai sebelum pelaksanaan
konstruksi bendungan selesai.
14
Tahap
Penyel id ikan
Geologi
Invest igas i
Geologi
PermukaanUj i Ins i tu
Geoteknik
Invest igasi
Geologi Bawah
Permukaan Uji
Laborator ium
Peta dasar yang digunakan berupa foto udara atau peta topografi :
• Peta wilayah dengan skala 1:50.000 sampai 1:100.000
• Peta semi detil lapangan skala 1:10.000 sampai 1:25.000
• Peta detil dengan skala 1:500 sampai 1:5.000 • Uji pembebanan / uji deformasi
• Uji insitu geseran
• Uji cepat rambat gelombang
elastis
• Survei Seismik
• Pemboran
• Terowongan Ujia. Uji laboratorioum
mekanika tanah
b. Uji laboratorium
mekanika batuan
SURVAI DAN INVESTIGASI
Investigasi Geologi dan Geoteknik
• Penyelidikan geoteknik pendahuluan
• Penyelidikan geoteknik tahap desain pendahuluan
• Penyelidikan geoteknik tahap desain rinci
1
2
3
15
SURVAI DAN
INVESTIGASI
Investigasi ini dilakukan untuk mengetahui dan menentukan :
• Kualitas material, yang mencakup klasifikasi teknis, sifat fisik, dan mekanik,
sekaligus menetapkan material yang memenuhi persyaratan desain dan
konstruksi.
• Ketersediaan cadangan material yang memenuhi syarat.
• Kondisi yang berkaitam dengan penggalian, lokasi sumber yang mencakup
jalan masuk, jarak, status, perlunya konservasi, dll.
Material Lulus Air / Pasir
Material Semi Kedap Air / Pasir
Material Kedap Air / Tanah Lempung
Investigasi Geologi dan Geoteknik
S U R V A I D A N I N V E S T I G A S I
16
Parameter gempa desain bendungan, dapat ditentukan dengan menggunakan Peta Zona Gempa atau dengan
melakukan studi gempa tersendiri. Peta Zona Gempa tidak dapat digunakan bagi bendungan besar (tinggi diatas
~100 m) atau yang terletak didaerah yang memiliki kondisi geologi khusus seperti sesar besar yang aktif, atau
bendungan yang terletak pada zona E dan F pada Peta Zona Gempa. Bagi bendungan yang memiliki kondisi
seperti tersebut, para meter gempa desainnya harus ditetapkan dengan melakukan studi gempa sendiri.
Studi Gempa
• Gempa dasar operasi (operating basis earthquacke/OBE), atau gempa dengan periode ulang sekitar 100~200 tahun.
• Gempa desain maksimum (maximum design earthquacke/MDE atau maximum consider earthquacke/MCE), atau gempa
dengan periode ulang 1000 ~ 10.000 tahun.
• Gempa imbas waduk (Reservoir induce earthquacke/RIE), khusus bagi bendungan dengan tinggi diatas 100 m atau
tampungan diatas 500.000 m3.
J e n i s b e b a n g e m p a y a n g
h a r u s d i p e r h i t u n g k a n a d a l a h :
• Tingkat bahaya gempa (seismic hazard rating) dilokasi bendungan
• Tingkat / kelas resiko setelah bendungan dan waduk selesai dibangun
• Tipe bendungan
• Kebutuhan atau persyaratan yang terkait dengan fungsi bendungan
• Konsekuensi atas perkiraan resiko yang terlalu rendah atau terlalu tinggi
D a l a m m e n e t a p k a n
p a r a m e t e r g e m p a y a n g
d i g u n a k a n d a l a m a n a l i s i s
k e a m a n a n b e n d u n g a n , h a r u s
d i p e r t i m b a n g k a n , h a l - h a l
b e r i k u t :
17
Material Kedap Air / Tanah Lempung
Material Semi Kedap Air / Pasir
Material Lulus Air / Pasir
An graeci melius deleniti cum, mei ut dicant constituto. Nullam
imperdiet assueverit ne sea.
SURVAI DAN
INVESTIGASI
Investigasi ini dilakukan untuk mengetahui dan menentukan :
• Kualitas material, yang mencakup klasifikasi teknis, sifat fisik,
dan mekanik, sekaligus menetapkan material yang memenuhi
persyaratan desain dan konstruksi.
• Ketersediaan cadangan material yang memenuhi syarat.
• Kondisi yang berkaitam dengan penggalian, lokasi sumber yang
mencakup jalan masuk, jarak, status, perlunya konservasi, dll.
Kebutuhan minimal mengenai jenis investigasi dan uji material
sesuai jenis materialnya, diuraikan pada sub bab 6.4 dan pada
tabel 6-1.
Investigasi Geologi dan Geoteknik
Uji material sesuai jenis materialnya seperti berikut ini :
01
02
03
04
S U R V A I D A N I N V E S T I G A S I
18
Sedimentasi
Tinggi Jagaan
Ketersediaan Air Waduk
Data Hidrologi dan Meteorologi
Cakupan Analisis
Pemeriksaan Data
Analisis Banjir Desain
Analisis Banjir Desain dari Data Hujan
Hidrologi Jenis data yang harus dikumpulkan antara lain :
• Aliran air / debit sungai, mencakup debit minimum, rata-rata, dan
maksimum.
• Kualitas air, terkait dengan syarat / baku mutu untuk masing-
masing mengguna, dll.
• Sedimentasi, terkait dengan umur layanan waduk.
• Curah hujan, periode jam-jaman, harian, bulanan dan tahunan.
• Kelembapan udara dan penguapan, terkait dengan perhitungan
ketersediaan air.
• Suhu / temperatur, terkait dengan perhitungan ketersediaan air.
• Kecepatan angin, terkait dengan perhitungan ketersediaan air dan
tinggi jagaan.
Analisis dilakukan untuk mendapatkan besaran mengenai:
1) Kebutuhan air, misal kebutuhan air irigasi, air baku
domestic, industri, dll.
2) Ketersediaan air/water availability: 80% (irigasi), 90%
(PLTA), 98% (air baku)
3) Banjir desain: PMF, Q1000 , Q100, Q50, Q20, Q10 , Q2
tergantung keperluan ke dalam bentuk hidrograf banjir
4) Tinggi jagaan.
5) Laju sedimentasi waduk, dll.
PONDASI BENDUNGAN URUGAN
F O N D A S I B E N D U N G A N U R U G A N
20
Fondasi bendungan yang berupa batuan kompak dan masif dapat dianggap sebagai fondasi yang baik (ideal), namun kondisi tersebut jarang dijumpai. Pada kenyataannya
lapisan batuan fondasi sering mengandung sejumlah rekahan, retakan, kekar, sesar lapukan, dan diskontinyuitas dengan batuan lainnya, sehingga diperlukan investigasi
geologi untuk mempelajari sifat fisik dan sifat teknik guna merencanakan perbaikan fondasi yang paling tepat.
FONDASI BATUAN1
Fondasi ini biasanya berupa endapan aluvial yang lulus air, yaitu pasir dan kerikil; bervariasi mulai dari pasir halus sampai dengan kerikil, tapi sering dijumpai berupa
campuran berlapis – lapis yang heterogen. Fondasi ini mempunyai kuat geser yang cukup untuk mendukung beban bendungan urugan rendah (40~50m), namun keamanan
bendungan harus diverifikasi dengan eksplorasi yang cukup, pengujian dan analisis yang memadai.
FONDASI PASIR DAN KERIKIL2
Umumnya bersifat kedap air dengan daya dukung dan kuat geser yang rendah. Namun untuk fondasi yang berumur tua (tertier ketas) biasanya daya dukungnya cukup
baik untuk mendukung bendungan urugan. Untuk fondasi tanah berupa alluvial muda yang berumur kwarter daya dukungnya rendah sehingga untuk fondasi bendungan
urugan yang rendah lapisan tanah seperti ini mungkin tidak bisa digunakan.
FONDASI TANAH3
DESAIN TUBUH BENDUNGAN URUGAN
D E S A I N T U B U H B E N D U N G A N U R U G A N
22
Pertimbangan utama dalam pemilihan tipe bendungan urugan adalah: Kondisi
geologi, Ketersediaan material, Perkiraan biaya
Bendungan tipe homogen dipilih apabila: tinggi bendungan kurang dari 40 m, material
yang tersedia hanya berupa tanah atau material kedap air (impervious). Bendungan
homogen perlu dilengkapi dengan sistem drainase seperti gambar dibawah ini.
Bendungan urugan adalah bendungan yang dibangun dari material galian yang diurugkan dengan tanpa menggunakan material pengikat buatan. Material yang digunakan, biasanya
menggunakan material yang tersedia disekitar lokasi bendungan.
Pertimbangan dalam Pemilihan Tipe Bendungan Homogen
D E S A I N T U B U H B E N D U N G A N U R U G A N
23
Bendungan ini dipilih bila material yang tersedia lebih dari 2 macam, dapat berupa
zonal urugan tanah atau zonal urugan batu. Zona urugan pada bendungan zonal
biasanya terdiri atas:
• Zona kedap air, berfungsi sebagai inti untuk penahan air,
• Zona filter dan trasisi, berfungsi sebagi drainase saring untuk melindungi material
inti agar tidak bergerak masuk ke zona pendukung /urugan batu.
• Zona pendukung (shoulder), yang terletak disebelah luar filter dan transisi
berfungsi untuk mendukung stabilitas bendungan.
• Lapis pelindung lereng, adalah merupakan lapisan terluar yang berfungsi untuk
melindungi timbunan di sebelah dalam dari pengaruh: curah hujan, gelombang
dan fluktuasi air waduk, perubahan kondisi basah dan kering, dll.
Dilihat dari posisi zona kedap airnya, bendungan zonal dibedakan menjadi :
• bendungan tirai
• bendungan inti miring
• bendungan inti tegak
Bendungan ini dipilih bila disekitar lokasi bendungan tersedia cukup cadanganbatu dan
fondasi bendungan berupa batuan yang kokoh.
Bendungan urugan adalah bendungan yang dibangun dari material galian yang diurugkan dengan tanpa menggunakan material pengikat buatan. Material yang digunakan, biasanya
menggunakan material yang tersedia disekitar lokasi bendungan.
Bendungan Zonal Bendungan Urugan Batu
24
D E S A I N T U B U H B E N D U N G A N U R U G A N
Bagian-Bagian Tubuh Bendungan
ANALISIS DESAIN
A N A L I S I S D E S A I N
26
Berat Sendiri
G = Berat tubuh bendungan
W = Berat basah / jenuh air
V = Volume tubuh bendungan
Tekanan Air (Hidrostatis)
p = tekanan hidrostatis
w0 = berat satuan air
h = kedalaman air
Tekanan Air Pori
Tekanan air pori diperhitungkan bekerja tegak lurus bidang gelincir. Pada analisis
stabilitas tubuh bendungan, tekanan pori setidak-tidaknya ditinjau pada kondisi akhir
konstruksi, muka air normal dan surut cepat.
Beban Gempa
Gk = gaya gempa
g = berat tubuh bendungan
k = koefisien gempa
Analisis statik stablitas bendungan dilakukan untuk mengetahui stabilitas bendungan
pada berbagai kondisi dan kombinasi beban, dengan cara statik. Untuk mempermudah
hitungan, pada analisis statik beban gempa diperhitungkan sebagai beban pseudo statik.
Analisis stabilitas dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
• Cara keseimbangan batas (limit equilibrium method), dengan bidang gelincir
berbentuk: lingkaran (circular slip surface / sliding circle) dan bentuk baji (wedge)
• Cara elemen hingga (Finite Elemen Method)
Beban Anal is is Stat ik
A N A L I S I S D E S A I N
27
Analisis likuifaksi: dilakukan untuk mengetahui adanya potensi likuifaksi pada tubuh bendungan atau endapan fondasi, termasuk besarnya peningkatan tekanan pori bila
tidak terjadi likuifaksi. Analisis dilakukan bila tanah fondasi atau material tubuh bendungan berupa tanah pasiran. Jenis tanah pasiran yang jenuh air dengan butirannya
relatif seragam dan kepadatan relatif yang rendah, cenderung mengalami likuifaksi pada saat terjadi goncangan gempa, sehingga daya dukungnya menurun.
ANALISIS DINAMIK1
Ada dua macam analisis yang dilkukan yaitu:
- Analisis deformasi untuk memperkirakan besarnya penurunan yang terjadi akibat konsolidasi yang biasa disebut analisis penurunan.
- Analisi deformasi untuk memperkirakan besarnya penurunan atau alihan tetap akibat goncangan gempa.
ANALISIS DEFORMASI2
Bentuk-bentuk kegagalan akibat pengaruh rembesan air, diantaranya adalah: gradien keluaran yang berlebihan, tekanan air pori berlebihan, gradien internal yang tinggi dari
zona inti, debit rembesan berlebihan, retak desikasi, drainasi tidak berfungsi baik atau kapasitasnya tidak mencukupi.
FONDASI TANAH3
INSTRUMENTASI
I N S T R U M E N T A S I
29
Umum
Secara garis besar jenis instrument dikelompokkan
menjadi:
• pemantau tekanan pori (berbagai jenis pisometer)
• pemantau deformasi (inklinometer, multi layer
settlement, patok geser, strain meter, joint meter,
dll)
• pemantau rembesan (V notch) Selain itu di
bendungan tinggi juga sering dipasang instrumen
untuk memanatau “ancaman dari luar” berupa
pemantau gempa SMA dan hidro-meteorologi.
Pola, jenis dan jumlah, ditentukan berdasarkan faktor :
• Tingkat risiko, kelas bahaya dan dimensi bendungan.
• Kondisi geologi, topografi, kegempaan.
• Masalah/problem yang dijumpai saat desain, konstruksi,
OP.
• Tipe Bendungan
• Perencanaan / Penentuan pola, jenis dan jumlah Harus
dilakukan oleh Tenaga Ahli Instrumentasi yang
berpengalaman (sarjana Teknik Sipil/Geoteknik yang
menguasai desain bendungan dan mendalami sistem
instrumentasi).
• Instalasi harus mengikuti standar / manual pabrik.
• Tidak boleh merubah rejim yang ada (merusak struktur
bendungan atau pondasi).
Untuk mengetahui perilaku tubuh bendungan dan
fondasi, didalam tubuh bendungan dan fondasi
dipasang sistem pemantau atau instrumentasi.
Tujuan pemasangan ada tiga macam yaitu untuk:
• pengendalian pelaksanaan konstruksi
(khususnya untuk bendungan yang dibangun
pada fondasi tanah lunak)
• pemantauan perilaku bendungan jangka panjang
pada masa O&P.
• penelitian
Jenis Instrumen Pola & Jumlah Instrumen
BANGUNAN PELENGKAP
B A N G U N A N P E L E N G K A P
31
Untuk bendungan urugan, terdapat beberapa tipe yang biasa digunakan. Untuk
menentukan tipe yang paling sesuai diperlukan studi yang mendalam hingga
diperoleh alternatif yang paling ekonomis. Tipe atau jenis pelimpah biasanya diberi
nama sesuai ciri yang menonjol dari bangunan tersebut, diantaranya adalah:
• Ogee atau over flow (frontal, lengkung)
• ambang jatuh (free overfall, biasa dipakai pada bendungan beton),
• sipon,
• corong (shaft atau morning glory),
• pelimpah samping (side channel)
• terowong.
Bangunan pengambilan berfungsi untuk melepas air waduk guna mencukupi kebutuhan
di daerah hilir. Pemilihan lokasi, sama seperti pemilihan lokasi bangunan pelimpah,
dilakukan berdasar pertimbangan: topografi, geologi fondasi, kapasitas dan ekonomi.
Jenis-jenis bangunan pengeluaran, antara lain:
• Tipe menara (tower intake)
• Tipe sandar atau miring (inclined intake)
• Tipe lain, seperti tipe tenggelam (drop inlet)
Bangunan Pel impah Bangunan Pengambi lan
PENGELAKAN SUNGAI
P E N G E L A K A N S U N G A I
33
Pemilihan Debit Banjir Rencana
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan besarnya banjir rencana
yang akan digunakan, adalah :
1) Waktu konstruksi yang diperlukan.
2) Biaya yang ditimbulkan akibat kerusakan bila terjadi banjir.
3) Biaya akibat tertundanya pekerjaan, termasuk biaya akibat idle-nya peralatan
berat yang digunakan.
4) Keselamatan pekerja dan daerah banjir di hilrnya
Perencanaan pengelakan yang baik dapat meminimalkan potensi kerusakan akibat
banjir yang berarti juga meminimalkan biaya yang diakibatkannya. Oleh karena itu,
perencanaan sistim pengelak harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1) Karekteristik/sifat dari aliran sungai; aliran permukaan pada setiap daerah aliran
sungai, masing-masing mempunyai aliran puncak dan perioda aliran rendah
pada waktu berbeda untuk setiap tahun, kondisi aliran permukaan tersebut akan
mempengaruhi pemilihan/penetuan sistim pengelakan sungai.
2) Debit banjir yang direncanakan; penentuan debit banjir rencana untuk
pengelakan sungai ini, tergantung dari:
• Waktu pelaksanaan konstruksi, untuk mengantisipasi berapa kali terjadi
banjir.
• Biaya kerugian akibat banjir selama konstruksi.
• Biaya akibat tidak beroperasinya tenaga/peralatan berat dan selama
perbaikan akibat banjir.
• Keselamatan kerja dan kerugian di bagian hilir saat terjadi banjir.
3) Metode/cara pengelakan sungai dan pemilihan metode pengelakan, tergantung dari :
• Besar banjir yang akan dialihkan,
• Karakter fisik dari lokasi (site),
• Tipe/jenis bangunan pengelak yang akan digunakan,
• Kondisi bangunan-bangunan pelengkap lainnya (spillway, outlet, dll),
• Urutan/tahapan pekerjaan konstruksi.
4) Kebutuhan spesifikasinya; di dalam spesifikasi harus dicantumkan tanggung jawab
kontraktor, biasanya spesifikasi tidak menguraikan kapasitas pekerjaan pengelakan
atau detil dari cara pengelakan, namun data-data banjir dan hidrograf adalah menjadi
tanggung jawab pemberi tugas/konsultan pengawas.
Bangunan pengelak diperlukan untuk mengalihkan aliran sungai selama periode pelaksanaan konstruksi bendungan, yakni dengan membuat saluran pengelak (terowongan atau
konduit) dan mengalihkan/mengelakkan aliran sungai dengan membuat bendungan pengelak/cofferdam.
P E N G E L A K A N S U N G A I
34
TerowonganKonduit atau gorong-gorong cocok diterapkan pada
pondasi batuan yang lebih jelek dan pada lembah
yang cukup lebar, sehingga mungkin biaya
konstruksinya akan lebih tinggi. Konduit beton
sepanjang kira-kira 200 m diperkirakan memerlukan
beton bertulang minimum 20 m³ untuk setiap debit 1
m³/det. Konduit dibangun di daerah kering di bagian
hilir bendungan pengelak dan bila sudah siap, aliran
sungai dialihkan melalui konduit dan sistim
penutupan dapat dilakukan seperti penutupan pada
terowongan.
Bendungan pengelak (cofferdam) adalah bersifat
sementara yang digunakan untuk mengalihkan
aliran sungai atau menutup suatu daerah tertentu
selama konstruksi bendungan dilakukan. Tinggi
bendungan pengelak ini harus didesain bersama-
sama dengan ukuran bukaan terowongan/konduit,
sehinga tercapai kondisi ang optimum, ditinjau dari
keamanan dan ekonominya. Studi optimalisasi ini
mencangkup studi tinggi bendungan pengelak
terhadap kapasitas aliran sungai yang melalui
terowongan/konduit, termasuk penelusuran banjir
(flood routing) dari debit banjir yang didesain.
Pada suatu lembah yang sempit, tidak mungkin
untuk melakukan penggalian fondasi bendungan
tanpa mengalihkan aliran sungai terlebih dahulu.
Untuk kondisi lembah sempit ini, pengelakan sungai
melalui terowongan akan lebih layak dibandingkan
saluran konduit. Terowongan tersebut dapat dibuat
pada satu sisi bukit tumpuan atau pada dua bukit
tumpuannya. Terowongan pengelak ini dapat
dimanfaatkan dan dikombinasikan sebagai
bangunan pelimpah, sehingga dapat menekan biaya
proyek secara keseluruhan (contoh bendungan
Ciratai di Jawa Barat).
Konduit Bendungan Pengelak
Metode Pengelakan
P E N G E L A K A N S U N G A I
35
Desain Hidraul is Pengelak
Terowongan dan konduit dapat direncanakan sebagai aliran tertekan/tertutup atau
aliran terbuka. Pada aliran terbuka, terowongan dan konduit tidak boleh dialiri lebih
dari 70% luas penampang untuk debit banjir rencana, atau 80% bila banjir rencana
terjadi pada waktu yang sangat singkat. Akan tetapi, dimensinya akan jauh berbeda
dari ukuran optimum secara teoritis bila digunakan penutup standar atau pintu.
Dimensi dapat juga dipengaruhi oleh pertimbangan lain, misalnya pepohonan yang
mengambang, sampah, atau ikan. Ruangan bebas di atas aliran dan lubang angin
harus disediakan.
Apabila daerah pengaliran sungainya mempunyai pola curah hujan dan pola aliran
sungai yang sejenis, estimasi puncak aliran dari pengukuran satu stasiun sering
dapat digunakan untuk mengestimasi aliran pada titik lain, dengan akurasi yang
cukup. Koefisien korelasi antara puncak aliran QA pada titik A dan puncak aliran QB
pada titik B dengan kedua titik tersebut terletak pada daerah pengaliran sungai (DPS)
yang sejenis, dapat digunakan perbandingan dari luas daerah aliran sungai secara
berturutan :
dengan :
SA adalah luas DPS untuk titik A
SB adalah luas DPS untuk titik B
n adalah konstanta yang tergantung dari DPS dan sering diambil n =
0,5
Periode ulang banjir untuk mendesain bangunan pengelak atau besar resiko yang dapat
ditoleransi misal, banjir 10 tahunan, 20 tahunan dan lain-lain dapat ditetapkan
berdasarkan analisis hidrologi. Tetapi dalam memilih periode ulang perlu diingat bahwa
probabilitas suatu kejadian dengan suatu periode ulang T tahun, terjadi paling sedikit
sekali dalam T tahun adalah mendekati 0,64.
Resiko R dari banjir periode ulang T tahun, akan terlampaui paling sedikit sekali dalam L
tahun, selama bendungan beroperasi.
atau dapat didekati dengan hubungan (berlaku untuk T > 10 dan R < 50%) :
Sebagai contoh, apabila bangunan pengelak didesain agar beroperasi lebih dari periode
pelaksanaan 3 tahun dan bendungan pengelak dibuat untuk menahan banjir 10 tahunan,
presentase resiko dari kegagalan selama periode pelaksanaan adalah:
Kapasitas Pengelak
36
P E N G E L A K A N S U N G A I
Penutupan akhir bangunan pengelak merupakan tahapan penting di dalam program konstruksi dan harus direncanakan secara hati-hati. Sebelumnya, semua pendataan
terhadap lahan yang ada di daerah genangan waduk harus sudah dibebaskan. Penutupan sungai boleh dilakukan dengan memperhatikan syarat-syarat spesifikasi debit
sungai dan setelah memperoleh kepastian hasil kajian hidrologi dengan menggunakan periode air rendah yang paling menguntungkan.
Setelah penutupan, elevasi muka air akan naik dengan cepat, sehingga balok stoplog dan lain-lainnya harus didesain agar dapat dapat menahan tinggi tekanan air pada
elevasi waduk saat penuh sebelum pekerjaan penutupan permanen selesai dikerjakan. Kebutuhan air di hilir juga harus diperhitungkan, sehingga selama pekerjaan
penutupan dilakukan, pelepasan aliran harus diatur sedemikian rupa, sampai saatnya bangunan permanen mampu menerima debit aliran.
Penutupan Bangunan Pengelak
Contoh resiko sebagai fungsi umur pemakaian pengelak dan periode ulang banjir rencana.
Keterangan gambar:
A. Resiko terlampaui (%)
B. Jaminan tidak terlampaui (%)
BANGUNAN PELIMPAH
B A N G U N A N P E L I M P A H
38
Berdasarkan data statistik, banyak bendungan tipe urugan tanah yang runtuh akibat
kurangnya kapasitas pelimpah, dengan kata lain pelimpah tidak didesain dengan
benar. Bebarapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam mendesain bangunan
pelimpah tersebut, adalah :
a) Debit inflow, frekuensi dan bentuk hidrografnya.
b) Tinggi mercu pelimpah yang direncanakan.
c) Kapasitas waduk pada beberapa variasi permukaan.
d) Kondisi geologi dan kondisi lapangan lainnya.
e) Lokasi berupa lereng yang terjal/curam.
f) Bekas galian yang dapat dimanfaatkan sebagai material timbunan.
g) Daya dukung, stabilitas lereng, rembesan/uplift, dll.
Bagian utama dari pelimpah, adalah :
a) Saluran depan/masuk, untuk mengalirkan dan mengontrol air dari waduk.
b) Konduit/saluran untuk mengalirkan aliran air waduk dari bangunan/saluran depan ke
bagian level muka air rendah bagian hilirnya.
c) Bangunan pengeluar untuk meredam energi aliran air yang cepat dan
mengalirkannya ke saluran balik.
Fungsi utama dari bangunan pelimpah (spillway) adalah membuang kelebihan air waduk, sehingga air tidak melimpas puncak bendungan (overtopping) yang dapat membahayakan
bendungan, terutama bendungan tipe urugan tanah. Bila pelimpah tersebut dilengkapi dengan pintu untuk mengendalikan aliran banjir, disebut sebagai pelimpah berpintu (gated
spillway). Bila tidak dan aliran cukup dikendalikan oleh mercu pelimpah, disebut sebagai pelimpah tidak berpintu (ungated spillway).
B A N G U N A N P E L I M P A H
39
Jenis-Jenis Pelimpah
Pelimpah jenis ini adalah berupa ambang berbentuk menyerupai huruf S atau ogee.
Bentuk ogee tersebut dapat dilengkapi dengan aerasi di bagian bawah “nappe” dan
jatuh dari ambang yang tajam. Kurva bagian atas pada puncak dapat dibuat lebih
lebar atau lebih tajam dibandingkan nappe-nya. Kurva yang lebih lebar akan
menyangga aliran dan tekanan hidrostatik akan terjadi di sepanjang permukaan
kontak. Penyangga tersebut akan menimbulkan pengaruh aliran balik dan
mengurangi koefisien debit aliran. Sedangkan ambang yang lebih tajam akan
menimbulkan tekanan negatif yang dapat meningkatkan / bertambahnya head dan
debit aliran.
Pada pelimpah jenis ini, aliran air akan jatuh bebas dari mercu pelimpah. Pelimpah jenis
ini cocok untuk bendungan beton yang rendah. Kadang-kadang puncak pelimpah
diperpanjang dalam bentuk “bibir” yang mengantung sebagai tempat aliran supaya jatuh
cukup jauh dari kaki bendungan. Bagian bawah nappe dilengkapi dengan aerasi /
ventilasi untuk mencegah terjadinya pusaran air. Kondisi geologi saluran di bawah mercu
untuk pelimpah jenis ini harus bener-benar keras, supaya tidak mudah tergerus air.
Ogee (Overf low Spi lway) Ambang Jatuh Bebas
(Free Overfal l )
B A N G U N A N P E L I M P A H
40
Jenis-Jenis Pelimpah
Pelimpah jenis ini adalah merupakan konduit sistim tertutup berbentuk tabung U
terbalik. Debit aliran awal adalah sama seperti pada ambang bebas (weir), tetapi bila
udara yang terdapat di belokan melalui mercu ditarik oleh aliran air, maka terjadi
aksi/tarikan sifon dan aliran berlangsung secara menerus, akibat pengaruh sifon yang
menarik aliran air dari intake.
Pada pelimpah jenis ini, aliran air masuk melalui suatu ambang berbentuk lingkaran dan
jatuh melalui lubang (shaft) vertikal atau miring, kemudian mengalir ke hilir melalui
terowongan atau konduit. Pelimpah jenis ini cocok untuk bendungan yang terletak pada
lembah yang sempit. Keuntungan lainnya adalah kapasitas maksimum dapat dicapai
pada head yang relatif rendah. Oleh karena itu, pelimpah jenis ini adalah ideal untuk
aliran maksimum yang harus dibatasi.
Siphon Spi lway Drop In let / Glory Hole
B A N G U N A N P E L I M P A H
41
Jenis-Jenis Pelimpah
Ambang pengendali/pengontrol diletakkan di sepanjang sisi dan
hampir sejajar dengan bagian atas dari saluran pelepas aliran. Aliran
air melimpasi ambang samping dan mengalir ke saluran yang sempit
di belakang ambang serta mengalir ke saluran balik untuk kembali ke
sungai. Karakteristik aliran adalah sama dengan aliran melalui
ambang bebas, kecuali pada debit aliran tinggi yang mungkin
merendam sebagian puncak pelimpah. Pelimpah jenis ini mempunyai
keuntungan lain, yakni :
• Mempunyai saluran yang sempit, akibat terjalnya lereng tumpuan.
• Ambang pelimpah dapat didesain cukup panjang untuk
mengakomodasi debit banjir desain.
Air waduk dialirkan memalui saluran tertutup yang disebut sebagai
tunnel/conduit spillway. Saluran tertutup tersebut dapat berupa shaft yang
vertikal atau miring atau horisontal yang melalui formasi tanah atau
batuan. Sebagai bangunan/ambang pengendali dapat berupa hampir
semua jenis ambang pelimpah dengan bukaan (orify) vertikal atau miring,
lubang glory atau saluran samping, dan lain-lain. Terowongan biasanya
didesain untuk aliran sebagian penuh, kecuali untuk lubang glory. Tipe ini
biasanya dilengkapi dengan aerasi. Pelimpah jenis ini cocok untuk
bendungan yang terletak pada lembah yang sempit.
Pel impah Samping Tunnel / Condui t Spi lway
B A N G U N A N P E L I M P A H
42
Jenis-Jenis Pelimpah
Apabila diperlukan, penambahan bangunan pelimpah darurat
(emergency spillway) untuk menambah kapasitas bangunan pelimpah
layanan (service spillway) akan mengurangi biaya konstruksi serta
menambah faktor keamanan terhadap pelimpasan puncak
(overtopping) tanpa mengurangi efesiensi operasi normal waduk.
Bila topografinya memungkinkan dapat dibuat pelimpah darurat untuk
mengeluarkan air waduk pada kondisi darurat. Pelimpah darurat ini dapat
berupa timbunan tanah yang pada elevasi tertentu dibuat dengan
timbunan dari pasir kasar dan kerikil yang dibuat mudah tergerus oleh air.
Elevasi bagian timbunan yang mudah tergerus lebih tinggi sedikit
dibandingkan dengan elevasi mercu pelimpah utama. Pelimpah darurat
ini disebut sebagai ”fuseplug dyke” (Contoh pada bendungan PLTA
Soedirman, Jawa Tengah).
Pel impah Darurat dan Pel impah
Layanan
B A N G U N A N P E L I M P A H
43
Tipe 1
tipe ini cocok untuk pelimpah ogee yang mempunyai
beda tinggi tekanan yang rendah (low head).
Tipe 3
permukaan pelimpah bagian depan berbentuk
vertikal dan membesar pada bagian mercu yang
menggantung(overhang). Pembesaran tersebut
sebesar minimal 1/3 tinggi tekanan dan
menyambung dengan permukaan hulu dengan sudut
30º terhadap vertikal.
Tipe 2
tipe yang paling banyak digunakan. Permukaan
pelimpah bagian hulu/depan berbentuk vertikal dan
melengkung ke atas sampai mercu dan setelah itu
akan membentuk lereng, seperti gambar di bawah.
Desain Hidraulis Pelimpah
Bentuk Mercu
B A N G U N A N P E L I M P A H
44
Desain Hidraul is Pelimpah
Beberapa faktor yang mempengaruhi koefisien aliran, diantaranya adalah :
• Kondisi penampang bagian atas, bila desainnya memadai koefisen 2,76 dapat
dicapai.
• Kemiringan bagian hilir (glacis).
• Pengaruh kedalaman dari saluran depan.
• Tinggi tekanan yang berbeda dari tinggi desain.
• Kemiringan bagian hulu.
• Pengaruh apron hilir dan kondisi terendam tidaknya bagian hilir.
Bila puncak pier dan tumpuan berbentuk tertentu, hal tersebut akan menyebabkan
terjadinya kontraksi aliran air. Panjang efektif akan lebih kecil dari panjang bersih (netto)
puncak. Pengaruh kontraksi dapat diperhitungkan seperti rumus di bawah.
Dimana:
L’ = panjang efektif puncak pier,
L = panjang puncak,
N = banyak pier,
Kp = Koefisien kontrasi pier,
Ka = Koefisien kontrasi tumpuan,
Hd = Total head pada puncak termasuk head akibat kecepatan air.
Koefisien yang tergantung dari bentuk pier, adalah :
• Untuk bentuk pier yang bujur sangkar, Kp = 0,02
• Untuk pier berbentuk membundar, Kp = 0,01
• Untuk pier yang runcing, Kp = 0,01
Sedangkan untuk berbagai bentuk tumpuan :
• Tumpuan berbentuk persegi panjang, Kp = 0,20
• Tumpuan berbentuk membundar, Ka = 0,10
Kri ter ia Desain Tinggi Tekanan
melalui Pel impah
Desain Puncak Pier dan Tumpuan
B A N G U N A N P E L I M P A H
45
Desain Hidraul is Pelimpah
Kemiringan saluran pada awalnya harus dipilih lebih kritis, sehingga saluran tidak
mempengaruhi karakteristik aliran dari mercu. Aliran yang masuk ke dalam saluran
luncur adalah pada kondisi superkritis. Untuk mencegah formasi loncatan air di
bawah mercu, aliran yang mengalir di dalam saluran luncur harus dijaga tetap pada
kondisi superkritis di sepanjang saluran. Aliran di dalam saluran dapat seragam atau
dipercepat atau diperlambat, tergantung dari kemiringan dan dimensi saluran. Aliran
di sebarang titik di sepanjang saluran akan tergantung pada specific energy (d x h).
Energi ini adalah sama dengan beda tinggi tekanan (head drop) dari level air hulu ke
lantai saluran hilir dikurangi kehilangan tinggi tekanan (headloss).
Kolam peredam energi biasanya dibangun dihilir saluran luncur untuk meredam energi
dari aliran air dari saluran.
Bentuk dan karakteristik loncatan aliran air adalah sesuai dengan faktor aliran kinetik,
debit aliran, kedalaman kritis aliran dan angka Froude. Dibawah adalah
sketsa karakteristik kolam olak tipe flip bucket.
Saluran Luncur (chute) Kolam Peredam Energi
B A N G U N A N P E L I M P A H
46
Desain Hidraul is Pelimpah
Karakteristik aliran air yang masuk ke dalam mulut pemasaukan (inlet), adalah :
1) Aliran terbuka, muka air masih rendah dan aliran dikontrol oleh ambang.
2) Aliran terbuka, muka air meningkat, tetapi konduit masih sebagian terbuka,
kondisi ini seperti pada pipa atau orifice.
3) Aliran tertutup, muka air meningkat, konduit dalam kondisi tertekan.
Gorong-gorong (culvert) tersebut dapat berupa pipa atau persegi empat. Faktor-faktor
yang mempengaruhi sifat aliran antara lain adalah kemiringan dasar, ukuran, bentuk,
panjang dan kekasaran dari culvert serta geometri inlet dan outletnya. Lokasi dari pintu
pengatur akan mementukan sifat aliran, apakah aliran bersifat terbuka atau aliran
tertekan. Kurva pada gambar tersebut juga menunjukkan hubungan antara tinggi tekanan
terhadap diameter (H/D) dengan debit aliran terhadap diameter (Q/D5/2) yang tergantung
juga dari bentuk mulut pemasukan (tajam atau membundar).
Drop In let Spi lway Culver t Spi lway
BANGUNAN PENGELUARAN
B A N G U N A N P E N G E L U A R A N
48
Bangunan pengeluaran juga dapat diklasifikasikan
sesuai dengan konfigurasinya sebagai pembawa air,
bangunan pengeluaran ini dapat berupa :
• Konduit melalui bendungan beton
• Konduit melalui bendungan urugan tanah
• Pipa atau penstock
• Konduit di dalam suatu terowongan yang digali
di luar bendungan
Komponen-komponen dari suatu bangunan pengeluaran (outlet)
adalah :
a) Saluran masuk, fungsinya untuk membawa/mengalirkan air
dari waduk.
b) Bangunan pemasukan (intake), fungsinya untuk
memasukkan air waduk ke dalam bangunan pengeluaran.
c) Rumah pintu atau katup, tempat pintu atau katup
dioperasikan melepaskan air waduk.
d) Konduit, saluran pembawa air melalui bendungan.
e) Peredam energi, suatu bangunan untuk mengurangi energi
dan kecepatan aliran air.
f) Saluran balik (return channel), saluran untuk pembuangan
air kembali ke sungai.
Tujuan utama dari bangunan pengeluaran, adalah :
• Pengendalian banjir (flood control).
• Pengaturan air pada kondisi muka air waduk
normal.
• Mengeluarkan air pada kondisi darurat.
Bangunan pengeluaran (outlet works) adalah suatu bangunan untuk melepaskan air dari waduk pada kondisi muka air waduk normal. Bangunan pengeluaran tersebut juga dapat
diletakkan di dekat dasar waduk, untuk mengeluarkan air waduk pada kondisi darurat (bottom outlet).
B A N G U N A N P E N G E L U A R A N
49
Bangunan pengambil (intake) ini adalah berfungsi sebagai mulut pemasukan
langsung dari waduk. Bangunan pengambil tersebut juga dilengkapi dengan pintu
pengatur aliransaringan sampah (trashrack) dan saringan ikan (fish screen), bila
diperlukan serta fasilitasuntuk perbaikan, yakni alat penutup bulkhead atau stoplogs.
Konduit pemasukan dapat diletakkan vertikal, miring atau horisontal, tergantung dari
keperluannya. Pemasukan vertikal biasanya dipasang pada elevasi yang sama
dengan level konduit. Bila pintu dioperasikan pada lereng hulu dari suatu bendungan
yang rendah dapat digunakan pemasukan yang miring (inclined spillway). Bila
diinginkan level ambang pelimpah yang lebih tinggi dari konduit, dapat digunakan
jenis drop inlet. Untuk mengurangi kehilangan tinggi tekanan, mulut pemasukan
biasnya didesain berbentuk bellmouth atau rounded.
Bangunan intake yang miring biasanya diletakkan pada bagian lereng hulu bendungan
atau di sepanjang tepi waduk bagian hulu bendungan. Tergantung dari kebutuhan dan
kondisi di lapangan, bangunan pengambil miring tersebut dapat terendam seluruhnya
atau diperpanjang sampai di atas elevasi muka air waduk maksimum untuk memudahkan
operasinya pada setiap level muka air waduk.
Bangunan pengambil miring yang diperpanjang sampai di atas air waduk tersebut
biasanya mempunyai fungsi yang sama dengan bangunan pengambil menara. Jenis
bangunan pengambil miring sering dipilih, karena pertimbangan sedimentasi dan
stabilitasnya.
Bangunan Pengambi l Tegak Bangunan Pengambi lan Mir ing
Bangunan Pengambilan ( Intake)
B A N G U N A N P E N G E L U A R A N
50
Saluran pemasukan dibangun untuk mengarahkan
air waduk masuk ke dalam mulut pemasukan yang
dibuat di bukit tumpuan dan saluran pembuangan
untuk mengalirkan aliran kembali ke sungai.
Saluran-saluran tersebut harus digali pada
kemiringan lereng yang stabil dan mudah tergerus
aliran air. Kecepatan aliran pada pemasukan
biasanya dibuat lebih kecil dibandingkan kecepatan
air melalui saringan sampah. Saluran tersebut dibuat
melebar bila telah mendekati bangunan
pengambilan untuk membuat aliran mengalir lancar
(smooth) dan merata melalui kisi-kisi saringan
sampah.
Saluran balik ini adalah berfungsi untuk mengalirakan air
pengeluaran dari bangunan outlet dan pelimpah kembali ke
sungai. Bila saluran balik ini runtuh, aliran berlebihan akan
dapat menggerus bagian bawah pelimpah, kaki bendungan
atau bagian hilir lainnya.
Saluran balik juga dapat rusak seperti saluran pembawa
lainnya, yakni :
• Gerusan ; aliran masuk ke dalam saluran balik pada
kecepatan tinggi di bandingkan aliran yang melalui
saluran masuk. Saluran balik biasanya sangat rawan
terhadap gerusan, bila ukuran, arau dan
perlindungannya tidak di desain dengan benar.
• Kurang panjang ; saluran balik harus cukup panjang
untuk menjamin bahwa aliran tidak dapat merusak kaki
bendungan. Bila terjadi kerusakan, hal tersebut perlu
dicatat dan dilaporkan ke atasan yang bersangkutan.
Aliran yang keluar dari pintu, katup atau konduit
aliran bebas, mempunyai kecepatan yang tinggi.
Untuk konduit dengan aliran bebas, perlu dilengkapi
dengan konstruksi pengalih/deflektor untuk
mengarahkan semprotan air jauh dari bangunan
intake dan kaki bendungan, bila dasar dan tebing
saluran pembuang terdiri dari batuan yang keras.
Bila batuannya tidak keras, diperlukan alat peredam
energi berupa kolam olak di bagian hilir outlet. Bila
bagian ujung outlet berupa pipa yang terendam,
dapat digunakan sumur/kolam peredam energi di
bagian hilirnya.
Saluran Pemasukan
dan Pengeluaran
Peredam Energi Masalah Khusus
Saluran Balik
B A N G U N A N P E N G E L U A R A N
51
Pada umumnya, kinerja hidraulis bangunan pengeluaran adalah bersifat seperti
saluran terbuka dan konduit tertutup/tertekan (pressured conduit). Analisis aliran di
dalam saluran terbuka adalah berdasarkan dari prinsip aliran langgeng yang tidak
seragam (steady nonuniform flow). Sedangkan aliran penuh di dalam pipa tertutup
adalah dianggap aliran tertekan. Kolam olak, baffle atau blok-blok peredam energi
digunakan untuk mengurangi energi aliran pada bagian hilir bangunan pengeluaran.
Kehilangan tinggi tekanan kumulatif akibat antara lain dari trashrack, mulut
pemasukan,`bentuk belokan/tekukan, pintu atau katup, gesekan dan lain-lain, seperti
gambar di bawah.
Koefisien kehilangan tinggi tekanan akibat kecepatan aliran di bagian keluaran ini adalah
sama dengan 1,0, karena air yang keluar dari konduit tertekan dalam kondisi mengalir
bebas atau dalam kondisi terendam. Bila ujung pipa dilengkapi dengan pipa yang
berbeda diameternya, koefisien kehilangan tinggi tekanan menjadi < 1,0 dan berbanding
kuadrat dengan luas pipa, yakni Kv = (a1/a2)^2, dimana a1 adalah luas pipa yang mulai
berbeda diameterrnya dan a2 luas pipa di bagian ujung.
Desain Hidraul is Bangunan
Pengeluaran
Kehi langan Tinggi Tekanan pada
Keluaran
TERIMA KASIHBALAI PENERAPAN TEKNOLOGI KONSTRUKSI
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT