BENDUNGAN AS1

24
BENDUNGAN ASI A. Definisi Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan. (Prawirohardjo, 2005:700). Pada hari-hari pertama, payudara sering terasa penuh dan nyeri disebabkan bertambahnya aliran darah ke payudara bersamaan dengan ASI mulai di produksi di dalam jumlah banyak (Ambarwati,2008) Bila ibu menyusui bayinya : Susukan sesering mungkin Kedua payudara disusukan Kompres hangat payudara sebelum disusukan Bantu dengan memijat payudara untuk pemulaan menyusui Sangga payudara Kompres dingin pada payudara di antara permulaan waktu menyusui Bila demem tinggi berikan PCT 500 mg per Oral setiap 4 jam Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengetahui hasilnya Bila ibu tidak menyusui : Sangga payudara Kompres dingin payudara untuk mengurangi pembengkakan dan rasa sakit Bila di perlukan berikan PCT 500 mg per Oral setiap 4 jam Jagan di pijat atau memakai kompres hangat payudara Pompa dan kosongkan payudara B. Etiologi Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu: 1. Pengosongan mamae yang tidak sempurna (Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi ASI- nya berlebihan. apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu, & payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI). 2. Faktor hisapan bayi yang tidak aktif (Pada masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif mengisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI).

description

BENDUNGAN ASI

Transcript of BENDUNGAN AS1

BENDUNGAN ASIA.DefinisiBendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan. (Prawirohardjo, 2005:700).Pada hari-hari pertama, payudara sering terasa penuh dan nyeri disebabkan bertambahnya aliran darah ke payudara bersamaan dengan ASI mulai di produksi di dalam jumlah banyak (Ambarwati,2008)Bila ibu menyusui bayinya :Susukan sesering mungkinKedua payudara disusukanKompres hangat payudara sebelum disusukanBantu dengan memijat payudara untuk pemulaan menyusuiSangga payudaraKompres dingin pada payudara di antara permulaan waktu menyusuiBila demem tinggi berikan PCT 500 mg per Oral setiap 4 jamLakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengetahui hasilnya

Bila ibu tidak menyusui :Sangga payudaraKompres dingin payudara untuk mengurangi pembengkakan dan rasa sakitBila di perlukan berikan PCT 500 mg per Oral setiap 4 jamJagan di pijat atau memakai kompres hangat payudaraPompa dan kosongkan payudara

B.EtiologiBeberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu:1.Pengosongan mamae yang tidak sempurna (Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi ASI-nya berlebihan. apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu, & payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI).2.Faktor hisapan bayi yang tidak aktif (Pada masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif mengisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI).3.Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar (Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya Ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI).4.Puting susu terbenam (Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI).5.Puting susu terlalu panjang (Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI).

C.PatofisiologiSesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron turun dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi prolaktin waktu hamil, dan sangat di pengaruhi oleh estrogen tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mammae terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkan dibutuhkan refleks yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut. Refleks ini timbul bila bayi menyusui. Apabila bayi tidak menyusu dengan baik, atau jika tidak dikosongkan dengan sempurna, maka terjadi bendungan air susu. Gejala yang biasa terjadi pada bendungan ASI antara lain payudara penuh terasa panas, berat dan keras, terlihat mengkilat meski tidak kemerahan. ASI biasanya mengalir tidak lancar, namun ada pula payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri, puting susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI. Ibu kadang-kadang menjadi demam, tapi biasanya akan hilang dalam 24 jam (wiknjosastro,2005)

D.Penatalaksanaana.Upaya pencegahan untuk bendungan ASI adalah :b.Menyusui dini, susui bayi sesegera mungkin (setelah 30 menit) setelah dilahirkanc.Susui bayi tanpa jadwal atau ondemandd.Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi melebihi kebutuhan bayie.Perawatan payudara pasca persalinan

Upaya pengobatan untuk bendungan ASI adalah :a.Kompreshangat payudara agar menjadi lebih lembekb.Keluarkansedikit ASI sehingga puting lebih mudah ditangkap dan dihisap oleh bayi.c.Sesudahbayi kenyang keluarkan sisa ASId.Untukmengurangi rasa sakit pada payudara, berikan kompres dingin5.Untukmengurangi statis di vena dan pembuluh getah bening lakukan pengurutan (masase) payudara yang dimulai dari putin kearah korpus.(Sastrawinata, 2004)

B.Tinjauan asuhan kebidananKonsep asuhan kebidanan pada ibunifas denganbendungan ASI menurut manajemen kebidanan Varney.1.Manajemen Kebidanana.Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengkajian analisa data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (PP IBI, 2006).b.Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan, ketrampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien (PPKC, 2002).2.Langkah-langkah Manajemen Kebidanan menurut VarneyMenurut Varney (1997), proses manajemen kebidanan terdiri dari 7 (tujuh) langkah yang berurutan dimana setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan dalam situasi apapun. Ketujuh langkah manajemen kebidanan menurut Varney adalah sebagai berikut :a.Langkah I : Pengumpulan Data DasarPada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan pengumpulan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan, meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya, meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan hasil studi. Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari sumber yang berkaitan dengan kondisi klien, bidan mengumpulkan data dasar awal yang lengkap.b.Langkah II : Interpetasi Data DasarPada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan, sehingga ditemukan masalah atau diagnosis yang spesifik. Kata masalah atau diagnosa keduanya digunakan, karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi sungguh membutuhkan penanganan yang dituangkan ke dalam rencana asuhan kebidanan terhadap klien. Masalah yang berkaitan dengan wanita yang diidentifikasikan oleh bidan sesuai dengan pengarahan masalah ini sering menyertai diagnosa.c.Langkah III : Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensialPada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasikan. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila kemungkinan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhanyang aman.d.Langkah IV : Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segeraMengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsulkan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi. Langkah keempat ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus-menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.e.Langkah V : Merencanakan asuhan yang menyeluruhPada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasikan atau antisipasi. Pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah diidentifikasi dan kondisi klien atau setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnyaf.Langkah VI : Melaksanakan PerencanaanPada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kesehatan dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya, jika bidan tidak melakukannya sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. Misalnya memastikan agar langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah bertanggung jawab terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.g.Langkah VII : EvaluasiPada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasikan didalam masalah dan diagnosa rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif pelaksanaannya, ada kemungkinan bahwa bagian sebagian rencana tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif (PPKC, 2002).B.Penerapan Manajemen Kebidanan padakasus ibu nifas dengan mastitis1.Langkah I : Pengkajiana.Data Subyektif1)Identitas pasiena)NamaDimaksudkan untuk lebih mengenal pasien, memanggil pasien dan menghindari kekeliruan dengan pasien lain.b)UmurMenurut Manuaba (1998), untuk mengetahui apakah ibu termasuk resiko tinggi atau tidak (umur reproduksi sehat adalah 20 35 tahun) selain itu dapat digunakan untuk menilai keadaan emosional ibu yang mana umur yang kurang dari 20 tahun pada sebagian ibu keadaan emosionalnya belum siap untuk mengalami kehamilan sedangkan kesiapan psikologi seseorang adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhidalam perawatan bayinyac)PendidikanDimaksudkan untuk memudahkan petugas memperoleh keterangan ataupun sebaiknya memberikan penjelasan mengenai sesuatu hal, menggunakan metode penyampaian yang tepat sesuai dengan tingkat pendidikan pasien (Mochtar, 1998).d)PekerjaanDimaksudkan untuk mengetahui taraf hidup dan tingkat sosial ekonomi pasien. Agar pasien atau anjuran yang disampaikan sesuai dengan tingkat sosial ekonomi pasien.(Mochtar, 1998).e)AlamatMenurut Manuaba (1998), dikaji untuk mengetahui tempat tinggal pasien, menghindari kekeliruan bila adaduapasien yang namanya sama, maka dapat dibedakan dengan alamatnya serta diperlukan untuk keperluan kunjungan rumah.f)Penanggung jawabMenurut Mochtar (1998), dikaji untuk mengetahui siapa yang bertanggung jawab terhadap perawatan pasien di rumah sakit dan bila diperlukan komunikasi dengan penanggung jawab sehingga tidak mengganggu pasien.2)Keluhan pasienManuaba (1998) mengemukakan bahwa dalam hiperemesis gravidarum perlu dikaji yang paling utama yang dirasakan pasien, keluhan yang timbul pada pasien hiperemesis gravidarum adalah mual muntah dan nafsu makan berkurang.3)Riwayat kesehatanMenurut Wiknjosastro (2002), riwayat kesehatan perlu dikaji antara lain sebagai berikut :a)Riwayat kesehatan sekarangSecara umum perlu dikaji untuk mengetahui kondisi kesehatan ibu. Dalam hiperemesis gravidarum gastritis merupakan salah satu faktor pencetus dimana hal ini dapat mempengaruhi keadaan ibu.b)Riwayat kesehatan terdahuluSecara umum perlu dikaji untuk mengetahui kondisi kesehatan ibu yang lalu. Apakah ibu pernah mempunyai gangguan lambung yang dapat mempercepat terjadinya hiperemesis gravidarum.c)Riwayat kesehatan keluargaPada hiperemesis gravidarum perlu dikaji keturunan kembar dalam keluarga karena keadaan tersebut akan terjadi peningkatan kadar HCG yang berlebihan, dimana hal ini merupakan salah satu pencetus terjadinya hiperemesis gravidarum.d)Riwayat obstetri(1)Riwayat haidHPHT perlu dikaji berkaitan dengan umur kehamilan, karena hiperemesis gravidarum terjadi pada trimester I (Mochtar, 1998).

(2)Riwayat kehamilan yang laluPada hiperemesis gravidarum perlu dikaji apakah ibu pernah mengalami kehamilan molahidatidosa yang mungkin terulang (Wiknjosastro, 2002).(3)Riwayat kehamilan sekarangPada hiperemesis gravidarum perlu dikaji untuk mengetahui jumlah kehamilan atau kehamilan yang ke berapa karena bila ini kehamilan yang pertama atau primigravida maka merupakan salah satu pencetus hiperemesis gravidarum (Wiknjosastro, 2002).4)Riwayat perkawinanMenurut Manuaba (1998), pada hiperemesis gravidarum perlu dikaji karena dengan status perkawinan yang tidak jelas atau belum menikah akan berdampak pada psikologis ibu. Dimana pada ibu hamil dengan status perkawinan yang jelas sekalipun atau pada kehamilan yang normal, psikologis ibu akan mengalami perubahan, apalagi pada ibu hamil yang bermasalah sudah tentu akan memperberat beban psikologis ibu sehingga ibu akan mengalami gangguan kejiwaan berat.5)Riwayat psikologis dan ekonomiPada hiperemesis gravidarum perlu dikaji untuk mengetahui bagaimana respon atau adaptasi ibu terhadap masalah-masalah tersebut di atas apakah ibu mampu beradaptasi dengan baik atau sebaliknya sehingga akan berdampak pada psikologis ibu yang akhirnya akan mempengaruhi peningkatan asam lambung sehingga merangsang mual dan muntah (Wiknjosastro, 2002).6)Pola kehidupan sehari-hariMenurut Wiknjosastro (2002), pola kehidupan sehari-hari perlu dikaji yaitu sebelum dan waktu hamil.a)Pola nutrisiPada hiperemesis gravidarum perlu dikaji bagaimana pola makan ibu apakah suka mengkonsumsi makanan yang berlemak yang dapat merangsang mual dan muntah, nafsu makan apakah berkurang karena merupakan pencetus hiperemesis gravidarum.b)MinumKaitannya dengan hiperemesis gravidarum perlu dikaji berapa banyak air dalam gelas diminum ibu per hari, apakah cukup untuk mengganti cairan yang keluar dan hilang.c)Pola istirahat dan tidurPada hiperemesis gravidarum perlu dikaji pasien cukup istirahat, kebiasaan pasien saat bangun tidur, langsung turun dari tempat tidur dan beraktivitas karena hal ini dapat menyebabkan mual dan muntah.d)Pola eliminasiSecara umum perlu dikaji untuk mengetahui apakah pada BAB dan BAK ibu tertur baik sebelum hamil dan waktu hamil, karena pada hiperemesis gravidarum pasien akan mengalami konstipasi dan diguria.e)Pola aktivitasPada hiperemesis gravidarum aktivitas tinggi dan berlebihan sehingga menyebabkan hiperemesis gravidarum.b.Data Obyektif1)Pemeriksaan umuma)Keadaan umumDikaji untuk mengetahui keadaan ibu saat datang, apakah terlihat pucat, lemah, karena terjadi mual-muntah sehingga keadaan umum menjadi buruk (Mochtar, 1998).b)Tanda-tanda vitalDikaji tekanan darah, suhu, nadi dan pernafasan pada hiperemesis gravidarum berat sebagian besar jaringan mengalami hipoksia, maka sebagai kompensasinya pernafasan cepat, nadi pun cepat juga karena berusaha untuk memenuhi kebutuhan oksigen jaringan tubuh (Wiknjosastro, 2002).(1)Tekanan darahDikaji pasien mengalami penurunan tekanan darah, ini merupakan salah satu tanda gejala dari hiperemesis gravidarum (Manuaba, 1998).(2)NadiDikaji denyut nadi teraba cepat, ini merupakan salah satu tanda gejala dari hiperemesis gravidarum (Manuaba, 1998).(3)Berat badanPada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum berat badan ibu turun karena nafsu makan berkurang, hal ini merupakan salah satu tanda gejala hiperemesis gravidarum (Manuaba, 1998).(4)Lingkar lenganPada hiperemesis gravidarum nafus makan berkurang maka berat badan menurun sehingga lila kurang dari normal (Wiknjosastro, 2002).2)Pemeriksaan fisikMenurut Manuaba (1998), pemeriksaan fisik perlu dikaji antara lain :a)MataDikaji mata tampak cekung karena hal ini merupakan tanda dan gejala hiperemesis gravidarum.b)MulutDikaji lidah kering atau kotor, tercium bau acetone dalam nafasnya karena keadaan-keadaan tersebut merupakan tanda dan gejala hiperemesis gravidarum pada stadium lanjut.c)Turgor kulitDikaji turgor kulit kurang, untuk mengetahui distribusi cairan ke kulit, merupakan salah satu tanda dan gejala hiperemesis gravidarum.3)Pemeriksaan obstetriMenurut Wiknjosastro (2002), pemeriksaan obsteri perlu dikaji antara lain :PalpasiPerutLI : Dikaji apakan TFU lebih tinggi dari umur kehamilan.Bila TFU lebih tinggi dari umur kehamilan normal kemungkinan terjadi molahidatidosa, hal ini merupakan faktor predisposisi hiperemesis gravidarum.2.Langkah II : Interpretasi DataData dasar yang diperoleh dari pengkajian diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa masalah dan kebutuhan.a.Diagnosa KebidananBerkaitan denganpara, abortus, umur ibu, umur kehamilan dengan hiperemesis gravidarum tingkat I dasar dari diagnosa.1)Pernyataan ibu tentang melahirkan anak ke berapa2)Pernyataan ibu tentang riwayat keguguran3)Pernyataan ibu tentang umur4)Pernyataan ibu tentang haid pertama haid terakhir5)Pernyataan ibu tentang keluhan yang dirasakannya6)Hasil pemeriksaan umum tentang keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, BB, pemeriksaan fisik tentang mata, mulut, abdomen, turgor kulit.7)Hasil pemeriksaan Leopoldb.MasalahPermasalahan yang sering muncul pada ibu nifas bendungan ASI adalah :1)Kecemasan pasien karena keadaan yang dialaminya.2)Ketidaknyamanan pasien dengan lingkungan tempat ia berada atau bahwa dia harus menjalani perawatan di rumah sakit.Permasalahan tersebut didasari kurangnya informasi yang diterima pasien didukung dengan kecemasan pasien sehingga timbul gangguan psikologis. Dukungan support mental atas apa yang dialaminya dari orang-orang yang dekat dengannya (terutama suami dan keluarga).3.Langkah III : Diagnosa PotensialMansjoer (1999), mengemukakan bahwa diagnosa potensial pada kasus ini adalah mastitis4.Langkah IV : Indentifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan antisipasi segeraTindakan segera pada diagnosa potensial di atas adalah dengan memberikanPenanganan mastitis, KIE tentang mastitis, KIE tentang menyusui(Wiknjosastro, 2002).5.Langkah V : Perencanaanf.Wiknjosastro (2002), mengemukakan perencanaan yang dilakukan sesuai dengan kewenangan kompetensi bidan. Berkaitan dengan masalah dan diagnosa. Pencegahan terhadap bendungan ASI yaituMenyusui dini, susui bayi sesegera mungkin (setelah 30 menit) setelah dilahirkan,Susui bayi tanpa jadwal atau ondemand, Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi melebihi kebutuhan bayi, Perawatan payudara pasca persalinan.6.Langkah VI : PelaksanaanMenurut Wiknjosastro (2002), pelaksanaan untuk mengantisipasi diagnosa masalah dan kebutuhan pasien sesuai dengan rencana yang telah dibuat berkaitan dengan diagnosa maka rencana dilaksanakan dengan memberikan informasi keadaan ibu.Berkaitan dengan permasalahan makan kecemasan pasien, sesuai dengan perencanaan maka dilaksanakan penyuluhan dan konseling untukKompreshangat payudara agar menjadi lebih lembek.Keluarkansedikit ASI sehingga puting lebih mudah ditangkap dan dihisap oleh bayi. Sesudahbayi kenyang keluarkan sisa ASI, Untukmengurangi rasa sakit pada payudara, berikan kompres dingin.7.Langkah VII : EvaluasiEvaluasi dilaksanakan untuk mengetahui apakah asuhan yang diberikan telah sesuai dengan hasil yang diharapkan serta apakah asuhan yang diberikan telah benar-benar efektif dalam pelaksanaannya sesuai dengan masalah dan diagnosa yang diidentifikasikan (Pusdiknakes, 2003).

C.Landasan HukumLandasan hukum tentang kehamilan dengan hiperemesis gravidarum tingkat I terdapat dalam KEP MENKES No. 900/MENKES/VII/2002, tentang registrasi dan praktek bidan, wewenang bidan yaitu sebagai berikut :1.Permenkes No. 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang ijin penyelenggara praktik Bidanbidan dapat memberikan pelayanan kegawatdaruratan dan rujukan.2.KepMenKes RI No.369/MENKES/SK/III/2007 tentang standar Profesi Bidan pada kompetensi ke-5yaitu Bidan memberikan asuhannifasbermutu tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan selamamasa nifasyang meliputi, deteksi dini,pengobatan atau rujukan dari komplikasi tertentu.

BAB IIITINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS PADA IBU NIFAS DENGANBENDUNGAN ASITERHADAP NY.ADIRSUD WONOSARI

Oleh:Sulastri NingsihWaktu :4Maret 2013, pukul21.00wibI.PENGKAJIANA.IdentitasIstrisuamiNama: Ny.ATn.AUmur:31tahun37tahunSuku: JawaJawaAgama: IslamIslamPendidikan: SMUSMPPekerjaan: IRTkaryawanAlamat:karang mojo I, wonosari

1.Keluhan utamaIbu mengatakan terasa bengkak dan nyeri pada payudaranya sejaktadi pagitanggal4Maret2013.2.Riwayat kehamilan inia.Riwayat menstruasi1)Menarche: 12 tahun2)Siklus: 28 hari3)Lama: 7 hari4)Dismenorhea: tidak ada5)Sifat darah: encer,sedikit menggumpal6)Banyaknya: 3 kali ganti pembalut7)HPHT:76 20128)HPL:14 03 20139)G.P.A: G1P0A0

b.Riwayat perkawinanSah, kawin 1 kali pada umur 29tahun, dengan suami pertamanya umur35tahun, lama perkawinan 2 tahun.

c.Riwayat KBIbu mengatakan dia belum pernah menggunakan alat kontrasepsi.

d.Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.NoTahun partusTempat partusUsia kehamilanJenis partusPenolongKelainananakket

hmlprtsnfsJKBBPB

1.

2013

RSAtermSCDokter---Lk3,548

-

e.Riwayat imunisasiImunisasi TT1 dilakukan pada saat usia kehamilan 20 minggu dan TT2 pada usia kehamilan 24 minggu, ibu tidak mengalami penyulit dalam kehamilannya.f.BayiJenis kelamin laki - laki, berat badan 3500 gram, panjang badan 48cm, lingkar kepala 33cm, lingkar dada 33cm,LLA 12 cm,jam partus 11.10wib,2maret2013.

DATA OBJEKTIFB.Pemeriksaan umum1.Keadaan umum: Baik2.Keadaan emosional: Cemas3.Kesadaran: Composmentis4.TB: 140cm5.BB:81kg, sebelum hamil :68kg6.LILA: 25 cm7.Tanda-tanda vital:TD: 120/80 mmHgN: 84x/mntR: 18x/mntT: 36,0CC.Pemeriksaan fisikInspeksi1.Kepalaa.Rambut:Kebersihan: Bersih, tidak berketombeWarna: HitamKekuatan: Kuat, tidak rontokb.Mata:Kelopak mata: Tidak oedemaKonjungtiva: Tidak anemisSclera: Tidak ikterikc.Hidung: Bersihd.Telinga: Bersih, tidak ada pengeluarane.Mulut dan gigi: Bibir: NormalLidah: BersihGigi:ada cariesGusi: Tidak ada stomatitis

2.Leher: Kelenjar Thyroid: Tidak ada pembengkakanKelenjar Limfe: Tidak ada pembengkakan

3.Dadaa.Payudara1)Pembesaran: Ada2)Putting susu: Menonjol3)Pengeluaran ASI: Sudah ada berupa colostrum4)Simetris: Ya5)Benjolan:ada6)Rasa nyeri: ada7)Hyperpigmentasi: Adab.Abdomen:ada bekas operasi,TFU 3 jari bawah pusat.c.Ekstermitas atas: lengkap kiri dan akanan, fungsi pergerakan baik, tidak ada oedema, keadaan bersih.d.Ekstermitas bawah: tungkai tidak ada oedema, fungsi pergerakan baik, tidak ada cacat, tidak ada varises, lengkap kanan kiri, reflek patella baik.e.Genetalia: tidak ada oedema dan varises pada vulva, ada pengeluaran darah nifas warna merah.f.Punggung: tulang sedikit lordosis.g.Rectum: tidak ada hemoroid.h.Anogenital: perineum normal tidak ada laserasi jalan lahir, tidak ada pembengkakan pada vulva, anus normal

II.IDENTIFIKASI MASALAH, DIAGNOSA, DAN KEBUTUHANA.Diagnosa: Ibuny.AP1A0AH1post partum hari ke 2 denganbendungan ASIB.Dasar:1.Ibu mengatakanpayudara terasanyeri, dan bengkak,2.Ibu mengatakanmelahirkan anaknya 2 hari yang lalupada tanggal2maret2013.3.Ibu mengatakan belum pernah keguguran4.Pengeluarah pervaginam berupa lochea rubra5.Kontraksi uterus baikC.Masalah: Payudara nyeri dan bengkakD.Kebutuhan: Penangananbendungan ASI,KIE tentang menyusui

III.ANTISIPASI MASALAH POTENSIALMastitisIV.TINDAKAN SEGERAPenangananbendungan ASI,KIE tentang menyusui.V.PERENCANAANTanggal/pukul :4 maret2013,21.10wib1.Jelaskan pada ibu tentang kondisinya berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan3.jelaskan tentang bendungan ASI yang ibu alami4.beritahu ibu bahwa keluhan yang ibu rasakan sekarang ini5.Beritahu ibu cara mengatasi keluhan yang ibu rasakan,6.Ajarkan kepada ibu cara perawatan/masase payudara,7.Ajarkan ibu teknik dan posisi menyusui yang baik8.Ajarkan ibu cara memeras ASI untuk mengosongkan payudara9.Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi sayuran hijau10.Anjurkan ibu banyak beristirahat

VI.PELAKSANAANTanggal/pukul :4 maret 2013,21.25wib

1.Menjelaskan pada ibu tentang kondisinya berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa ibu mengalamibendungan ASI2.Menjelaskan tentang bendungan ASI yang ibu alami yaitu ASI yang tidak keluar karena adanya sumbatan saluran ASI sehingga kelenjar ASI membesar/membengkak dan menyebabkan rasa nyeri serta ASI tidak keluar3.Memberitahu ibu bahwa keluhan yang ibu rasakan sekarang ini adalah pengaruh dari sumbatan ASI tersebut dan ibu akan diberikan pengobatan untuk megurangi keluhan yang ibu rasakan.4.Memberitahu ibu cara mengatasi keluhan yang ibu rasakan, yaitu:Sebelum menyusui, pijat payudara dengan lembut, mulailah dari luar kemudian perlahan-lahan bergerak ke arah puting susu dan lebih berhati-hati pada area yang mengeras.5.Menyusui sesering mungkin dengan jangka waktu selama mungkin, susui bayi dengan payudara yang sakit jika ibu kuat menahannya, karena bayi akan menyusui dengan penuh semangat pada awal sesi menyususi, sehingga bisa mengeringkannya dengan efektif- Lanjutkan dengan mengeluarkan ASI dari payudara itu setiap kali selesai menyusui jika bayi belum benar-benar menghabiskan isi payudara yang sakit tersebut.- Tempelkan handuk halus yang sudah dibasahi dengan air hangat pada payudara yang sakit beberapa kali dalam sehari (atau mandi dengan air hangat beberapa kali), lakukan pemijatan dengan lembut di sekitar area yang mengalami penyumbatan kelenjar susu dan secara perlahan-lahan turun ke arah puting susu.- Kompres dingin pada payudara di antara waktu menyusui.- Pakai bra yang dapat menyangga payudara6.Mengajarkan kepada ibu cara perawatan/masase payudara, yaitu:Dengan tangan yang sudah dilicinkan dengan minyak lakukan pengurutan 3 macam cara :- Tempatkan kedua telapak tangan diantara ke 2 payudara kemudian urut keatas, terus kesamping, kebawah dan melintang hingga tangan menyangga payudara, kemudian lepaskan tangan dari payudara.- Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari-jari tangan saling dirapatkan, kemudian sisi kelingking tangan kanan mengurut payudara dari pangkal ke arah puting, demikian pula payudara kanan.- Telapak tangan menopang payudara pada cara ke-2 kemudian jari tangan kanan dikepalkan kemudian buku-buku jari tangan kanan mengurut dari pangkal ke arah puting.7.Mengajarkan ibu teknik dan posisi menyusui yang baik, yaitu:- Usahakan pada saat menyusui ibu dalam keadaan tenang. Hindari menyusui pada saat keadaan haus dan lapar oleh karena itu dianjurkan untuk minum segelas air /secukupnya sebelum menyusui- Memasukkan semua areola mamae kedalam mulut bayi- Ibu dapat menyusui dengan cara duduk atau berbaring dengan santai dan dapat menggunakan sandaran pada punggung- Sebelum menyusui usahakan tangan dan payudara dalam keadaan bersih- Payudara dipegang dengan ibu jari di atas, jari yang lain menopang di bawah (bentuk C) atau dengan menjepit payudara dengan jari telunjuk dan jari tengah (bentuk gunting) dibelakang areola- Berikan ASI pada bayi secara teratur dengan selang waktu 2-3 jam atau tanpa jadwal (on demand) selama 15 menit. Setelah salah satu payudara mulai terasa kosong, sebaiknya ganti menyusui pada payudara yang satunya- Setelah selesai menyusui oleskan ASI ke payudara, biarkan kering sebelum kembali memakai bra, langkah ini berguna untuk mencegah lecet pada puting- Sendawakan bayi tiap kali habis menyusui untuk mengeluarkan udara dari lambung bayi supaya bayi tidak kembung dan muntah8.Mengajarkan ibu cara memeras ASI untuk mengosongkan payudara, yaitu :- Ibu mencuci tangan hingga bersih- Duduk atau berdiri dengan nyaman dan pegang cangkir atau mangkok bersih dan dekatkan pada payudara- Letakan ibu jari diatas puting dan areola dan jari telunjuk pada bagian bawah puting dan areola bersamaan dengan ibu jari dan jari lain menopang payudara- Tekan ibu jari dan telunjuk sedikit ke arah dada, jangan terlalu kuat agar tidak menyumbat aliran susu- Kemudain tekan sampai berada di sinus laktiferus yaitu tenpat tampungan ASI dibawah areola- Tekan dan lepas, kemudian tekan dan lepas kembali. Kalau teraba sakit berarti tekniknya salah. ASI akan mengalir terutama bila refleks oksitosinnya aktif.9.Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi sayuran hijau dan makanan yang bergizi untuk memperbanyak dan memperlancar ASI, misalnya daun katuk, bayam dan lain-lain10.Menganjurkan ibu banyak beristirahat, ibu dapat beristirahat dan tidur pada saat bayi tidur. Selain itu ibu juga jangan terlalu bekerja berat. Serta, mengingatkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan diri, terutama di daerah payudara.

VII.EVALUASITanggal/pukul :4 maret2013, pukul21.45wib1.Ibu mengerti dirinya sedang mengalamibendungan asi2.Jelaskan pada ibu tentang kondisinya berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan3.Ibu mengertitentang bendungan ASI yang ibu alami4.Ibu mengertibahwa keluhan yang ibu rasakan sekarang ini5.Ibu mengerticara mengatasi keluhan yang ibu rasakan,6.Ibu mengerticara perawatan/masase payudara,7.Ibu mengertidan dapat mmpratkan teknik dan posisi menyusui yang baik8.Ibu mengertidan dapatmemeras ASI untuk mengosongkan payudara9.Ibubersediauntuk mengkonsumsi sayuran hijau10.Ibubersedia untukberistirahat

BAB IVPEMBAHASAN

Pada pembahasan dalam asuhan kebidanan ibu nifas patologis ini dilakukan setelah penerapan asuhan kebidanan yang terkait dengan teori-teori yang ada. Selain itu untuk memperoleh gambaran secara nyata tentang sejauh mana kesulitan serta upaya penempuhan dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan bendungan ASI.Dalam bab ini akan mengurai sesuai dengan manajemen kebidanan menurut Varney yang terdiri dari 7 langkah, yaitu :1.PengkajiandataPengkajian data merupakan langkah awal yang menentukan langkah selanjutnya. Langkah ini dilakukan dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan ibu. Data ini diperoleh melalui wawancara, observasi, serta pemeriksaan fisik. Data yang diperoleh berupa data subyektif dan obyektif. Data subyektif yaitu ibu mengeluhtersa bengkak dan merasa nyeri pada payudara..Data objektif yaitu wajah ibu terlihat cemas, dan hasil pemeriksaan dalam diperoleh hasil bahwa ibu mengalamibendungan ASI. Apabila data yang diperoleh secara akurat maka akan diinterpretasikan data-data tersebut. Pada tahap ini tidak terlalu mengalami hambatan atau kesulitan karena adanya sifat kooperatif dari keluarga dan ibu sendiri memberikan informasi serta adanya kerjasama antara bidan di ruangan yang membantu dalam mengumpulkan data.2.Interpretasi DataInterpretasi data dengan melakukan observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik pada ibu, maka pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa dan masalah yang aktual berdasarkan interpretasi data yang benar. Dalam studi kasus terhadap ibu yang dimulai dengan pengkajian data sampai dengan dilakukan pemeriksaan fisik, ditemukan ibu nifas dengan kecemasanyang berhubungan denganbendungan ASIyang dialaminya. Adapun yangmendasari diagnosabendungan ASIpada ibu nifas adalah dengan data dasar yakni ibu mengatakanmerasa bengkak dan nyeri pada payudara. Pada langkah ini, tidak terdapat kesenjangan antara diagnosa yang dibuat dengan teori yang sudah ada.3.Diagnosa PotensialIdentifikasi diagnosa potensial. Berdasarkan diagnosa masalah yang telah diidentifikasikan, sehingga pada langkah ini memerlukan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pemecahan sambil melakukan pengamatan terhadap ibu nifas dan diharapkan dapat bersiap-siap bila memang diagnosa dan masalah potensial ini benar-benar akan terjadi.Pada kasus Ny.A denganbendungan ASIdengan diagnosa potensialnyamastitiskarena ibu mengeluhterasa bengkak dan nyeri pada payudara.4.Antisipasi Tindakan SegeraTindakan segera atau kolaborasi. Pada langkah ini bidan diharapkan melakukan tindakan segera berdasarkan data yang telah diidentifikasi, menetapkan kebutuhan terhadap masalah. Pada tahap ini, perlu menjelaskan tentang antisipasi tindakan terhadap diagnosa potensial. Kerjasama antar ibu dan bidan melalui pendekatan dan perhatian serta simpati semuanya berjalan dengan lancar melalui penerapan konseling yang diberikan.Berdasarkan teori tersebut diatas maka tindakan yang telah dilakukan penulis tidak mempunyai kesenjangan dengan teori.5.PerencanaanDalam menyusun rencana asuhan yang menyeluruh sebagai kelanjutan dari diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi, maka pada langkah ini bidan melakukan asuhan secara menyeluruh. Tujuan perencanaan untuk mengurangi dan mencegah masalah pada ibu nifas dengan sepsis puerperium. Masalah dalam kasus ini adalah gangguan aktivitas sehubungan dengan nyeri pada luka jahitan yang dialaminya. Rencana tindakan yang dilakukan oleh bidan adalah memberikan konseling mengenai keadaan yang dialami oleh diri ibu sesuai dengan keluhan yang disampaikan oleh ibu, disamping itu juga memberikan motivasi dan dorongan. Adapun rencana asuhan yang akan diberikan adalah sebagai berikut :1.Jelaskan pada ibu tentang kondisinya berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan2.Jelaskan tentang bendungan ASI yang ibu alami3.Beritahu ibu bahwa keluhan yang ibu rasakan sekarang ini4.Beritahu ibu cara mengatasi keluhan yang ibu rasakan,5.Ajarkan kepada ibu cara perawatan/masase payudara,6.Ajarkan ibu teknik dan posisi menyusui yang baik7.Ajarkan ibu cara memeras ASI untuk mengosongkan payudara8.Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi sayuran hijau9.Anjurkan ibu banyak beristirahat6.PelaksanaanPelaksanaan merupakan rangkaian perencanaan yang telah diuraikan pada langkah sebelumnya secara efisien. Perencanaan ini dilakukan oleh penulis dan bidan jaga. Untuk mengatasi rasa cemas yaitu penulis memberikan penjelasan tentang ketidaknyamanan yang dialaminya ,melalui konseling, sehingga ibu dapat memahami serta melaksanakannya secara kooperatif. Penulis melakukan kegiatan sesuai dengan rencana yang sudah dibuat.Dalam kasus ini pelaksanaan yang dilakukan oleh penulis telah sesuai dengan perencanaan seperti :1.Menjelaskan pada ibu tentang kondisinya berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa ibu mengalamibendungan ASI2.Menjelaskan tentang bendungan ASI yang ibu alami yaitu ASI yang tidak keluar karena adanya sumbatan saluran ASI sehingga kelenjar ASI membesar/membengkak dan menyebabkan rasa nyeri serta ASI tidak keluar3.Memberitahu ibu bahwa keluhan yang ibu rasakan sekarang ini adalah pengaruh dari sumbatan ASI tersebut dan ibu akan diberikan pengobatan untuk megurangi keluhan yang ibu rasakan.4.Memberitahu ibu cara mengatasi keluhan yang ibu rasakan, yaitu:Sebelum menyusui, pijat payudara dengan lembut, mulailah dari luar kemudian perlahan-lahan bergerak ke arah puting susu dan lebih berhati-hati pada area yang mengeras.5.Menyusui sesering mungkin dengan jangka waktu selama mungkin, susui bayi dengan payudara yang sakit jika ibu kuat menahannya, karena bayi akan menyusui dengan penuh semangat pada awal sesi menyususi, sehingga bisa mengeringkannya dengan efektifa.Lanjutkan dengan mengeluarkan ASI dari payudara itu setiap kali selesai menyusui jika bayi belum benar-benar menghabiskan isi payudara yang sakit tersebut.b.Tempelkan handuk halus yang sudah dibasahi dengan air hangat pada payudara yang sakit beberapa kali dalam sehari (atau mandi dengan air hangat beberapa kali), lakukan pemijatan dengan lembut di sekitar area yang mengalami penyumbatan kelenjar susu dan secara perlahan-lahan turun ke arah puting susu.c.Kompres dingin pada payudara di antara waktu menyusui.- Pakai bra yang dapat menyangga payudara6.Mengajarkan kepada ibu cara perawatan/masase payudara, yaitu:Dengan tangan yang sudah dilicinkan dengan minyak lakukan pengurutan 3 macam cara :a.Tempatkan kedua telapak tangan diantara ke 2 payudara kemudian urut keatas, terus kesamping, kebawah dan melintang hingga tangan menyangga payudara, kemudian lepaskan tangan dari payudara.- Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari-jari tangan saling dirapatkan, kemudian sisi kelingking tangan kanan mengurut payudara dari pangkal ke arah puting, demikian pula payudara kanan.- Telapak tangan menopang payudara pada cara ke-2 kemudian jari tangan kanan dikepalkan kemudian buku-buku jari tangan kanan mengurut dari pangkal ke arah puting.7.Mengajarkan ibu teknik dan posisi menyusui yang baik, yaitu:- Usahakan pada saat menyusui ibu dalam keadaan tenang. Hindari menyusui pada saat keadaan haus dan lapar oleh karena itu dianjurkan untuk minum segelas air /secukupnya sebelum menyusui- Memasukkan semua areola mamae kedalam mulut bayi- Ibu dapat menyusui dengan cara duduk atau berbaring dengan santai dan dapat menggunakan sandaran pada punggung- Sebelum menyusui usahakan tangan dan payudara dalam keadaan bersih- Payudara dipegang dengan ibu jari di atas, jari yang lain menopang di bawah (bentuk C) atau dengan menjepit payudara dengan jari telunjuk dan jari tengah (bentuk gunting) dibelakang areolaa.Berikan ASI pada bayi secara teratur dengan selang waktu 2-3 jam atau tanpa jadwal (on demand) selama 15 menit. Setelah salah satu payudara mulai terasa kosong, sebaiknya ganti menyusui pada payudara yang satunya- Setelah selesai menyusui oleskan ASI ke payudara, biarkan kering sebelum kembali memakai bra, langkah ini berguna untuk mencegah lecet pada putingb.Sendawakan bayi tiap kali habis menyusui untuk mengeluarkan udara dari lambung bayi supaya bayi tidak kembung dan muntah8.Mengajarkan ibu cara memeras ASI untuk mengosongkan payudara, yaitu :a.Ibu mencuci tangan hingga bersihb.Duduk atau berdiri dengan nyaman dan pegang cangkir atau mangkok bersih dan dekatkan pada payudarac.Letakan ibu jari diatas puting dan areola dan jari telunjuk pada bagian bawah puting dan areola bersamaan dengan ibu jari dan jari lain menopang payudarad.Tekan ibu jari dan telunjuk sedikit ke arah dada, jangan terlalu kuat agar tidak menyumbat aliran susue.Kemudain tekan sampai berada di sinus laktiferus yaitu tenpat tampungan ASI dibawah areolaf.Tekan dan lepas, kemudian tekan dan lepas kembali. Kalau teraba sakit berarti tekniknya salah. ASI akan mengalir terutama bila refleks oksitosinnya aktif.9.Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi sayuran hijau dan makanan yang bergizi untuk memperbanyak dan memperlancar ASI, misalnya daun katuk, bayam dan lain-lain10.Menganjurkan ibu banyak beristirahat, ibu dapat beristirahat dan tidur pada saat bayi tidur. Selain itu ibu juga jangan terlalu bekerja berat. Serta, mengingatkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan diri, terutama di daerah payudara.7.EvaluasiLangkah terakhir yang diambil dalam melaksanakan asuhan kebidanan dalam manajemen kebidanan menurut varney, adalah evaluasi. Dalam mengevaluasi hasil tindakan, penulis melaksanakan dengan cara mengevaluasi apakah pasien sudah merasa jelas dengan apa yang sudah di sampaikan oleh nakes dan bersedia melakukan apa yang dianjurkan oleh nakes.Pada saat di RSUD Wonosari Gunung Kidul pasien menunjukkan kepatuhan klien terhadap advis yang telah diberikan oleh bidan dan bersedia untuk melakukan anjuran yang telah diberikan.Tindakan penulis diatas sudah sesuai dengan langkah varney yang ketujuh yaitu mengevaluasi tahap asuhan yang telah diberikan, apa benar-benar sudah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasikan dalam diagnosa dan masalah. Langkah ini bertujuan mengevaluasi dan mengetahui sejauh mana manajemen kebidanan yang sudah dilakukan oleh peneliti pada pasien.

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

Setelah mempelajari tentang konsep selama pembuatan laporan magangini maka pada bab ini penulis akan mengungkap kesimpulan dan saran yang bisa diterima sebagai bahan penngkatan mutu dan pelayanan kebidananA.KESIMPULAN1.Manajemen kebidanan varney dapat digunakan pada asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan sepsis puerperium. Manajemen kebidanan varney sangat efektif untuk mengatasi masalah yang ada.Data subjektif : Ibumengeluhterasa bengkak dan nyeri pada payudara.Dataobjektif: Setelah dilakukan pemeriksaan. Didapatkan suhu ibu 36,0 C.Interpretasi data dasar yaitu seorang Ibu Ny A P1A0H1umur31tahun denganbendungan ASI.2.Diagnosa potensial yang timbul berdasarkan data yang diperoleh dalam studi kasus ini adalahmastitis.Antisipasi tindakan segera dalam kasus ini adalahPenangananbendungan ASI,KIE tentang menyusui.3.Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh yaitu :Jelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan yang dilakukan1.Jelaskan tentang bendungan ASI yang ibu alami2.Beritahu ibu bahwa keluhan yang ibu rasakan sekarang ini3.Beritahu ibu cara mengatasi keluhan yang ibu rasakan,4.Ajarkan kepada ibu cara perawatan/masase payudara,5.Ajarkan ibu teknik dan posisi menyusui yang baik6.Ajarkan ibu cara memeras ASI untuk mengosongkan payudara7.Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi sayuran hijau,8.Anjurkan ibu banyak beristirahat

3.Pelaksanaan yang dilakukan oleh penulis telah sesuai dengan rencana asuhan yang akan diberikan pada pasien. Dan telah terlaksana secara efektif

B.Saran1.Bagi MahasiswaMahasiswa diharapkan dapat lebih meningkatkan keterampilan dan pengetahuannya mengenai sepsis puerperium yang terjadi di masyarakat dengan cara sering melakukan latihan pelaksanaanbendungan ASI.2.Bagi bidanHendaknya bagi bidan diharapkan sering mengikuti pelatihan penanganan dan deteksi dini infeksi nifas.3.Bagi Institusi PendidikanKepada pihak akademik, agar terus mempertahankan dan meningkatkan mutu pembelajaran khususnya untuk pembelajaran mengenai infeki nif