PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

70
PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG SELATAN PADA TAHUN 2016 2017 Laporan Penelitian Ini Menjadi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA KEDOKTERAN Oleh : Wahyuning Hapsari NIM : 11151030000017 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2018

Transcript of PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

Page 1: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG SELATAN

PADA TAHUN 2016 – 2017

Laporan Penelitian Ini Menjadi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

SARJANA KEDOKTERAN

Oleh :

Wahyuning Hapsari

NIM : 11151030000017

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/2018

Page 2: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ciputat, 5 Oktober 2018

Wahyuning Hapsari

ii

Page 3: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

ANGKA KEJADIAN APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG

SELATAN PADA TAHUN 2016 – 2017

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Kedokeran Fakultas Kedokteran untuk

Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)

Oleh

Wahyuning Hapsari

NIM: 11151030000017

Pembimbing 1

dr. Achmad Luthfi, Sp.B-KBD

NIP.19660420 199412 1 001

Pembimbing 2

dr. Ayat Rahayu, Sp. Rad

NIP.19640909 199603 1 001

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/2018

Page 4: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

iv

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan penelitian berjudul ANGKA KEJADIAN APPENDICITIS DI RSU

KOTA TANGERANG SELATAN PADA TAHUN 2016 – 2017 yang diajukan

oleh Wahyuning Hapsari (NIM: 11151030000017), telah diajukan dalam sidang di

Fakultas Kedokteran pada Oktober 2018. Laporan penelitian ini telah diterima

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada

Program Studi Kedokteran.

Ciputat, Oktober 2018

DEWAN PENGUJI

Ketua Sidang

dr. Achmad Luthfi, Sp.B-KBD

NIP.19660420 199412 1 001

Penguji 1

dr. Achmad Zaki, M.Epid, Sp.OT

NIP.19780507 200501 1 005

Penguji 2

dr. Ahmad Azwar Habibi, M.Biomed

NIP.19800522 200912 1 005

PIMPINAN FAKULTAS

Dekan FK UIN

dr. Hari Hendarto, Sp.PD, Ph.D, FINASIM

NIP.19651123 200312 1 003

Kaprodi PSKed FK UIN

dr. Achmad Zaki, M.Epid, Sp.OT

NIP.19780507 200501 1 005

Pembimbing 1

dr. Achmad Luthfi, Sp.B-KBD

NIP.19660420 199412 1 001

Pembimbing 2

dr. Ayat Rahayu, Sp. Rad

NIP.19640909 199603 1 001

iv

Page 5: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya

yang amat berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian yang

berjudul “ANGKA KEJADIAN APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG

SELATAN TAHUN 2016-2017”, sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

program sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan laporan penelitian ini tidak

terlepas dari dukungan dan bantuan pihak-pihak terkait, lewat tulisan ini penulis

mengucapkan terimakasih dan penghormatan kepada :

1. dr. Hari Hendarto, Ph.D, Sp.PD, FINASIM selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta

2. dr. Achmad Zaki, M.Epid, Sp.OT selaku Kepala Program Studi

Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negri Syarif

Hidayatullah Jakarta

3. dr. Achmad Luthfi, Sp.B-KBD selaku pembimbing satu, atas segala

motivasi dan bimbingan, dan waktu luang yang diberikan dari awal

laporan penelitian ini disusun hingga selesai disusun.

4. dr. Ayat Rahayu, Sp.Rad selaku pembibing dua, atas segala kesabaran,

bimbingan dan motivasi yang diberikan sehingga penulis dapat

menyelesaikan laporan penelitian ini dengan lebih baik.

5. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku penanggungjawab modul riset 2015,

yang selalu mengingatkan dan memberikan motivasi agar penulis segera

menyelesaikan laporan penelitian ini.

6. Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang Selatan yang telah menjadi

wadah bagi penulis untuk mengembangkan kemampuan dan

pengetahuannya dengan mengizinkan penulis untuk menggunakan data

rekam medis pasien.

7. Kedua orang tua penulis, Bapak Darikoen Kardi dan Ibu Tresnawati

yang selalu tidak kenal lelah memberikan motivasi, nasihat, do’a serta

v

Page 6: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

vi

kasih sayang yang tiada hentinya kepada penulis. Kakak-kakak penulis

Rizal Hardiyanto, Rahayu Dwikanthi dan Arya Wiranata serta adik

penulis Moch. Tegar Aulia atas semua do’a dan dukungan yang telah

diberikan.

8. Sahabat-sahabat terdekat penulis, Ressy Rizki Utari, Syara Azhari

Fauziyya, Syifa Hanifa Alawiyah, Puji Adhiayati, Dinan Fatharani, Ira

Ainurrahmah, Nilna Faza Mardiyatin, Fitria Tahta Alfina, Auliya

Yasmin Uzair, Lilis Siti Nursaadah, Syifa Sukmahayati, dan Rissa

Rizkiia Z, Eneng Siti Nurazizah, Safira Belarizkia atas semua motivasi,

hiburan, dukungan dan pikiran-pikiran positifnya agar penulis selalu

semangat dalam menyelesaikan laporan penelitian ini.

9. Teman-teman sekelompok penelitian, Syifa Sukmahayati, Allifka

Ramadhanti, Farah Alvi Ramadhani, dan Fitria Rahmi Ramadhani atas

semua perhatian dan pikiran-pikiran positifnya agar kita semua bisa

menyelesaikan penelitian ini bersama-sama.

10. Seluruh teman-teman angkatan 2015, atas semua dukungan dalam

menyelesaikan laporan penelitian ini.

11. Semua pihak yang telah memberikan bantuan sehingga penelitian ini

dapat terselesaikan

Penulis menyadari laporan penelitian ini masih jauh dari kata sempurna,

maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari

pembaca untuk laporan penelitian ini.

Demikian laporan penelitian yang dapat penulis tulis, semoga dapat

memberikan manfaat bagi pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya.

Ciputat, 12 Oktober 2018

Wahyuning Hapsari

Page 7: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

vii

ABSTRAK

Wahyuning Hapsari. Program Studi Kedokteran. Angka Kejadian

Appendicitis di RSU Kota Tangerang Selatan pada Tahun 2016-2017

Latar Belakang: Appendicitis adalah salah satu keadaan bedah yang paling sering

terjadi di dunia, dan Indonesia adalah negara yang memiliki angka morbiditas

appendicitis tertinggi diantara negara-negara ASEAN (Association of South East

Asia Nation). Sebagian besar kasus apedisitis tidak menunjukkan gejala yang khas,

sehingga banyak kasus yang terlambat diagosis dan ditemukan sudah menjadi kasus

kronik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka kejadian appendicitis di

RSU Kota Tangerang Selatan. Metodologi: Penelitian ini menggunakan metode

deskriptif dengan desain cross sectional. Pengumpulan data diperoleh dari data

rekam medik dengan sampel sebanyak 365 kasus. Hasil: Prevalensi appendicitis

berjumlah 365 kasus. Angka kejadian appendicitis adalah sebagai berikut;

distribusi pasien appendicitis berdasarkan status perawatan pasien yang tertinggi

adalah pasien rawat jalan berjumlah 133 (70%) kasus pada tahun 2016 dan 116

(66%) kasus pada tahun 2017. Distribusi pasien appendicitis akut berdasarkan usia

tertinggi pada kelompok usia 17-25 tahun. Distribusi pasien perempuan lebih

mendominasi dibandingkan pasien laki-laki, tahun 2016 pada rawat jalan berjumlah

86 (70,5%) kasus dan rawat inap berjumlah 36 kasus (29,5%) pada tahun 2017

rawat jalan didominasi perempuan dengan 79 kasus (76%) sedangkan rawat inap

didominasi laki-laki dengan 34 kasus (47,89%) . Distribusi pasien appendicitis

kronik lebih tinggi dibanding appendicitis akut. Distribusi pasien appendicitis

dengan tindakan konservatif lebih tinggi dibandingkan dengan yang dilakukan

operasi. Simpulan: usia dan jenis kelamin berpengaruh terhadap kejadian

appendicitis.

Kata Kunci : appendicitis, usia, jenis kelamin, status perawatan pasien, jenis

appendicitis, tindakan medik.

vii

Page 8: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

viii

ABSTRACT

Wahyuning Hapsari. School of Medicine. Incindence of Appendicitis in South

Tangerang Hospital in 2016-2017

Background: Appendicitis is one of the most common surgical conditions in the

world, and Indonesia is the country with the highest appendicitis morbidity rates

among ASEAN countries (Association of South East Asia Nation). Most cases of

appendicitis do not show typical symptoms, so many cases that are late to be

diagnosed and found to have become chronic cases. This study aims to determine

the incidence of appendicitis in South Tangerang Hospital. Method: This research

uses descriptive method with cross sectional design. Data collection was obtained

from medical record data with a sample of 365 cases. Results: The prevalence of

appendicitis is 365 cases. The highest distribution of appendicitis patients based on

patient care status was outpatients with 133 (70%) cases in 2016 and 116 (66%)

cases in 2017. The distribution of acute appendicitis patients was based on the

highest age in the 17-25 year age group. The distribution of female patients was

more dominant than male patients, in 2016 there were 86 (70.5%) outpatient cases

and 36 inpatients (29.5%) in 2017 female dominated outpatients with 79 cases

(76% ) while inpatients were dominated by men with 34 cases (47.89%). The

distribution of patients with chronic appendicitis is higher than acute appendicitis.

Distribution of appendicitis patients with conservative measures is higher than

those performed surgery. Conclusion: age and sex affect the incidence of

appendicitis.

Keywords: appendicitis, age, gender, patient care status, type of appendicitis,

medical action.

viii

Page 9: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................... v

ABSTRAK ........................................................................................................... vii

ABSTRACT ......................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii

DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 3

1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3

1.3.1. Tujuan Umum ................................................................................... 3

1.3.2. Tujuan Khusus .................................................................................. 3

1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 5

2.1. Landasan Teori ............................................................................................. 5

2.1.1.Anatomi Apendiks .................................................................................. 5

2.1.2. Fisiologi Apendiks ................................................................................. 7

2.1.3. Histologi Apendiks ................................................................................ 7

2.2. Appendicitis .................................................................................................. 8

2.2.1. Definisi................................................................................................... 8

2.2.2. Epidemiologi .......................................................................................... 9

2.2.3. Etiologi................................................................................................. 11

2.2.4. Patofisiologi ......................................................................................... 12

2.2.5. Gejala Appendicitis .............................................................................. 13

ix

Page 10: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

x

2.2.6. Klasifikasi Appendicitis ....................................................................... 14

2.2.8. Diagnosis Banding ............................................................................... 21

2.2.9.Tatalaksana ........................................................................................... 22

2.2.9.1. Komplikasi ........................................................................................ 24

2.3. Kerangka Teori ........................................................................................... 25

2.4. Kerangka Konsep ................................................................................... 26

2.5. Definisi Operasional ................................................................................... 27

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 29

3.1. Desain Penelitian ........................................................................................ 29

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................... 29

3.3. Populasi Penelitian ..................................................................................... 29

3.3.1. Populasi Target .................................................................................. 29

3.3.2. Populasi Terjangkau ........................................................................ 29

3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ...................................................................... 29

3.5. Besar Sampel .............................................................................................. 30

3.6. Cara Pengambilan Sampel .......................................................................... 30

3.7. Alur Penelitian ............................................................................................ 30

3.8. Cara Kerja Penelitian .................................................................................. 30

3.9. Rencana Analisis ........................................................................................ 31

4.0. Etika ............................................................................................................ 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 33

4.1. Hasil Penelitian ........................................................................................... 33

4.1.2. Angka Kejadian Appendicitis di RSU Kota Tangerang Selatan Tahun

2016-2017 ...................................................................................................... 33

4.1.3. Angka Kejadian Appendicitis Tahun 2016 Berdasarkan Status

Perawatan di RSU Kota Tangerang Selatan .................................................. 33

4.1.4. Angka Kejadian Appendicitis Tahun 2017 Berdasarkan Status

Perawatan di RSU Kota Tangerang Selatan .................................................. 34

4.1.5. Angka Kejadian Appendicitis Tahun 2016 Berdasarkan Usia di RSU

Kota Tangerang Selatan ................................................................................. 35

4.1.6. Angka Kejadian Appendicitis Tahun 2017 Berdasarkan Usia di RSU

Kota Tangerang Selatan ................................................................................. 36

Page 11: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

xi

4.1.7. Angka Kejadian Appendicitis Tahun 2016 Berdasarkan Jenis Kelamin

di RSU Kota Tangerang Selatan .................................................................... 37

4.1.8. Angka Kejadian Appendicitis Tahun 2017 Berdasarkan Jenis Kelamin

di RSU Kota Tangerang Selatan .................................................................... 38

4.1.9. Angka Kejadian Appendicitis Tahun 2016 Berdasarkan Jenis

Appendicitis Pasien di RSU Kota Tangerang Selatan ................................... 39

4.1.9.1 Angka Kejadian Appendicitis Tahun 2017 Berdasarkan Jenis

Appendicitis Pasien di RSU Kota Tangerang Selatan ................................... 40

4.1.9.2 Angka Kejadian Appendicitis Tahun 2016 Berdasarkan Tindakan

Medik Pasien di RSU Kota Tangerang Selatan ............................................. 41

4.1.9.3. Angka Kejadian Appendicitis Tahun 2017 Berdasarkan Tindakan

Medik Pasien di RSU Kota Tangerang Selatan ............................................. 42

4.2. Pembahasan ................................................................................................ 43

4.2.1. Karakteristik Pasien ............................................................................. 43

4.2.2. Jenis Appendicitis ................................................................................ 45

4.2.3. Tindakan Medik ................................................................................... 45

4.3. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 45

BAB V RINGKASAN DAN SARAN ................................................................. 46

5.1. Ringkasan ................................................................................................... 46

5.2. Saran ........................................................................................................... 47

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 48

LAMPIRAN ......................................................................................................... 52

Page 12: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Lokasi Apendiks pada Usus Besar.....................................5

Gambar 2.2 Variasi Regio Anatomi Apendiks.......................................6

Gambar 2.3 Histologi Apendiks.............................................................8

xii

Page 13: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Frekuensi Gejala yang Sering Muncul.............................14

Tabel 2.2 Skor Alvarado...................................................................19

Tabel 2.4 Definisi Operasional.........................................................28

xiii

Page 14: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

xiv

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1.3 Distribusi Pasien Appendicitis Tahun 2016 Berdasarkan

Status Perawatan Appendicitis di RSU Kota Tangerang

Selatan..............................................................................34

Grafik 4.1.4 Distribusi Pasien Appendicitis Tahun 2017 Berdasarkan

Status Perawatan Appendicitis di RSU Kota Tangerang

Selatan..............................................................................35

Grafik 4.1.5 Distribusi Pasien Appendicitis Tahun 2016 Berdasarkan

Usia di RSU Kota Tangerang Selatan..............................36

Grafik 4.1.6 Distribusi Pasien Appendicitis Tahun 2017 Berdasarkan

Usia di RSU Kota Tangerang Selatan..............................37

Grafik 4.1.7 Angka Kejadian Appendicitis Tahun 2016 Berdasarkan

Jenis Kelamin di RSU Kota Tangerang Selatan...............38

Grafik 4.1.8 Angka Kejadian Appendicitis Tahun 2017 Berdasarkan

Jenis Kelamin di RSU Kota Tangerang Selatan...............39

Grafik 4.1.9 Distribusi Pasien Appendicitis Tahun 2016 Berdasarkan

Jenis Appendicitis di RSU Kota Tangerang

Selatan..............................................................................40

Grafik 4.1.9.1 Distribusi Pasien Appendicitis Tahun 2017 Berdasarkan

Jenis Appendicitis di RSU Kota Tangerang

Selatan..............................................................................41

Grafik 4.1.9.2 Distribusi Pasien Appendicitis Tahun 2016 Berdasarkan

Tindakan Medik Pasien di RSU Kota Tangerang

Selatan..............................................................................42

xiv

Page 15: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

xv

Grafik 4.1.9.3 Distribusi Pasien Appendicitis Tahun 2017 Berdasarkan

Tindakan Medik Pasien di RSU Kota Tangerang

Selatan..............................................................................43

Page 16: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

xvi

DAFTAR SINGKATAN

ASEAN : Assocation of South East Asia Nation............................................2

SIAS : Spina Iliaka Anterior Superior........................................................6

GALT : Gut Associated Lymphoid Tissue....................................................7

IgA : Imunoglobulin A............................................................................7

MALT : Mucosa-Associated Lymphoid Tissue............................................8

USG : Ultrasonografi...............................................................................20

CT Scan : Computerized Tomography Scan.................................................21

xvi

Page 17: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Pengambilan Data............................................55

Lampiran 2. Daftar Riwayat Hidup......................................................56

xvii

Page 18: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Appendicitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks

vermiformis, dengan mula gejala akut yang ditandai adanya nyeri pada

kuadran abdomen kanan bagian bawah, nyeri lepas alih, spasme otot

diatasnya, dan hiperestesia kulit, dan appendicitis kronik ditandai adanya

penebalan fibrotik dinding organ apendiks vermiformis tersebut.1

Appendicitis pada usia muda biasanya disebabkan oleh hiperplasia folikel

limfatik pada apendiks yang menyumbat lumen. Pada lanjut usia, obstruksi

biasanya disebabkan oleh fekalit, suatu konkresi yang terbentuk disekitar

pusat bahan fekal. Bila sekresi dari apendiks tidak dapat keluar, apendiks

membengkak, meregangkan peritoneum visceralis. Nyeri appendicitis

biasanya dimulai sebagai nyeri samar di regio periumbilikal karena serat

nyeri aferen masuk medulla spinalis setinggi T10. Kemudian, nyeri hebat di

quadran kanan bawah disebabkan oleh iritasi peritoneum parietalis yang

melapisi dinding abdomen posterior. Meluruskan paha pada sendi panggul

mencetus nyeri.2

Appendicitis adalah salah satu keadaan darurat bedah yang paling

sering terjadi di dunia dengan prevalensi appendicitis secara global

berjumlah 52 kasus per 100.000 penduduk.3 Tercatat bahwa angka kejadian

appendicitis di negara-negara barat mengalami stabilisasi, angka

kejadiannya mencapai 100 per 100.000 penduduk pada Amerika utara

dengan jumlah kasus yang mencapai 378.614 pada tahun 2015 dan 151 per

100.000 penduduk pada Eropa Barat4 dan juga sekitar 300.000 orang

menjalani apendektomi setiap tahunnya di Amerika Serikat dengan

perkiraan insiden appendicitis seusia hidup berkisar dari 7-14% berdasarkan

jenis kelamin, harapan hidup dan ketepatan diagnosis yang telah

dikonfirmasi.5 Memasuki abad ke 21 angka kejadian appendicitis pada

1

Page 19: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

2

newly industrialized countries di Asia mengalami peningkatan, dengan

prevalensi paling tinggi terjadi di korea selatan berjumlah 206 kasus per

100.000 penduduk.4

Angka kejadian appendicitis di negara berkembang lebih rendah

dibandingkan negara maju, karena di negara maju mayoritas penduduknya

mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak dan rendah serat.3

Appendicitis menyerang 10 juta penduduk indonesia setiap

tahunnya, dan saat ini morbiditas angka appendicitis di Indonesia mencapai

95 per 1000 penduduk dan angka ini merupakan angka tertinggi diantara

negara-negara di Association of South East Asia Nation (ASEAN).6 Menurut

Departemen Kesehatan RI tahun 2008, telah dilakukan survey pada 12

provinsi di Indonesia yang menunjukkan jumlah appendicitis yang dirawat

di rumah sakit berjumlah 3.251 kasus yang menunjukkan adanya

peningkatan dibandingkan jumlah sebelumnya yaitu berjumlah 1.236

kasus.7 Tercatat berjumlah 144 kasus appendicitis akut ditemukan di RS

RUMKITAL dr Mintoharjo Jakarta Pusat dalam kurun waktu satu tahun

pada tahun 2014.8

Dalam profil kesehatan Provinsi Banten 2016, tidak ditemukan data

mengenai kejadian appendicitis di Provinsi Banten. Begitupula dengan

angka kejadian appendicitis yang ada di setiap kecamatan yang ada di

Provinsi Banten.9

Secara geografis, Provinsi Banten terletak di ujung barat Pulau Jawa.

Wilayahnya, berbatasan langsung dengan Provinsi DKI Jakarta. Provinsi

Banten mempunyai posisi yang strategis yaitu sebagai jalur penghubung

darat antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatra. Sebagian wilayahnya yaitu

Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan yang

merupakan kota penyangga Provinsi DKI Jakarta.9 Kota Tangerang Selatan

merupakan kota administrasi penyangga Provinsi DKI Jakarta dengan

jumlah penduduk sebanyak 1.593.812 jiwa10, memiliki peduduk yang gaya

hidupnya menyerupai penduduk DKI Jakarta. Hal ini memunculkan dugaan

tingginya angka appendicitis di Kota Tangerang Selatan. Tercatat

berjumlah 111 kasus appendicitis akut ditemukan di RSUD Kota Tangerang

Page 20: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

3

Selatan dalam kurun waktu 1 tahun pada tahun 2015 dengan angka kejadian

tertinggi pada rentang usia 17-25 tahun.11

Pada penelitian ini dilakukan pengamatan pada RSUD Kota

Tangerang Selatan, yang merupakan RS rujukan tingkat pertama. Tujuan

dari penilitian ini untuk mendapatkan gambaran angka kejadian

appendicitis di RSU Kota Tangerang Selatan dari tahun 2016-2017.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana angka kejadian appendicitis di RSU Kota Tangerang Selatan

tahun 2016-2017?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

iMengetahui angka kejadian appendicitis di RSU Kota Tangerang Selatan

tahun 2016 -2017

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui angka kejadian appendicitis di RSU Kota Tangerang

Selatan tahun 2016 – 2017

b. Mengetahui angka kejadian appendicitis di RSU Kota Tangerang

Selatan tahun 2016 – 2017 berdasarkan status perawatan pasien

c. Mengetahui angka kejadian appendicitis di RSU Kota Tangerang

Selatan tahun 2016 – 2017 berdasarkan status perawatan pasien terhadap

jenis kelamin

d. Mengetahui angka kejadian appendicitis di RSU Kota Tangerang

Selatan tahun 2016 – 2017 berdasarkan status perawatan pasien terhadap

usia

e. Mengetahui angka kejadian appendicitis di RSU Kota Tangerang

Selatan tahun 2016 – 2017 berdasarkan status perawatan pasien tehadap

jenis appendicitis

f. Mengetahui angka kejadian appendicitis di RSU Kota Tangerang

Selatan tahun 2016 - 2017 berdasarkan status perawatan pasien terhadap

tindakan medik

Page 21: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

4

1.4. Manfaat Penelitian

Bagi Peneliti

a. Menambah pengalaman dan kemampuan peneliti dalam penelitian

sederhana

b. Memperluas wawasan mengenai penyakit appendicitis

c. Mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang di dapat selama menempuh

pendidikan di Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Bagi Institusi

a) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

- Sebagai tambahan kepustakaan untuk mahasiswa UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

- Dapat memberikan informasi bagi peneliti lainnya dan juga

dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi peneliti lainnya

- Untuk mewujudkan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai

universitas yang dapat ikut berkontribusi dalam program

pemerintah untuk mengurangi angka kejadian appendicitis

b) RSU Kota Tangerang Selatan

- Sebagai bahan evaluasi untuk menindaklanjuti kasus

appendicitis yang terjadi di wilayah Tangerang Selatan

- Dapat memberikan informasi dan gambaran RSUD Kota

Tangerang Selatan mengenai angka kejadian appendicitis

Bagi Masyarakat

a. Memperluas wawasan mengenai penyakit appendicitis

Page 22: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1.Anatomi Apendiks

Apendiks (secara tradisional, apendiks vermiformis; L. Vermis,

seperti cacing) adalah divertikulum apendiks vermiformis (panjang 6-10

cm) yang berisi massa jaringan limfoid. Apendiks berasal dari aspek

posteromedial caecum di sebelah inferior taut ileocaecal.2

Gambar 2.1 Lokasi Apendiks pada Usus Besar

Sumber : Tortora, 2014

Apendiks memiliki mesentrium triangular pendek, mesoapendiks,

yang berasal dari sisi posterior mesentrium ileum terminalis. Mesoapendiks

menempel pada caecum dan bagian proksimal apendiks. Posisi apendiks

bervariasi, tetapi biasanya retrocaecal. Apendiks retrocaecal memanjang ke

superior ke arah flexura colica dextra dan biasanya bebas. Kadang-kadang

apendiks terletak di bawah lapisan peritoneal caecum, tempatnya sering

menyatu dengan caecum atau dinding abdomen posterior. Apendiks dapat

berprojeksi ke arah inferior atau melewati tepi pelvis. Posisi anatomis

apendiks menentukan gejala serta tempat spasme muskular dan nyeri tekan

5

Page 23: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

6

bila apendiks meradang. Dasar apendiks terletak di sebelah dalam suatu titik

yang merupakan sepertiga jalan sepanjang linea obliquus yang

menggabungkan SIAS kanan dengan umbilicus (titik McBurney pada linea

spinoumbilikalis).2

Gambar 2.2 Variasi Regio Anatomi Apendiks

Sumber : Harrison, 2015

Persarafan sekum dan apendiks vermiformis berasal dari saraf

simpatis dan parasimpatis, yaitu dari plexus mesenterica superior. Serabut

saraf simpatis berasal dari medula spinalis torakal bagian kaudal dan serabut

saraf parasimpatis berasal dari nervus vagus. Serabut saraf aferen dari

apendiks vermiformis mengiringi saraf simpatis ke segmen medula spinalis

thorakal 10.2 Oleh karena itu, nyeri viseral pada appendicitis bermula di

sekitar umbilikus. Apendiks diperdarahi oleh a. Apendikularis yang

merupakan arteri kolateral. Jika arteri ini tersumbat, misalnya karena

thrombosis pada infeksi, apendiks akan mengalami gangren.12

Retrocaecal

Postileal

Promonteric

Pelvical

Subcaecal

Page 24: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

7

2.1.2. Fisiologi Apendiks

Apendiks menghasilkan mukus 1-2 ml per hari. Mukosa dalam

apendiks diduga berperan dalam patogenesis appendicitis. Imunoglobulin

sekretoar (IgA) yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated Lymphoid

Tissue) yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk apendiks sangat

efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Namun demikian, pengangkatan

apendiks tidak mempengaruhi system imun tubuh karena jumlah jaringan

limfe disini kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlahnya di saluran

cerna dan diseluruh tubuh.12

2.1.3. Histologi Apendiks

Gambaran mikroskopik apendiks vermiformis secara struktural

mirip dengan kolon, terdapat empat lapisan yaitu, mukosa, submukosa,

tunika muskularis dan tunika serosa. Tetapi ada beberapa modifikasi yang

khas untuk apendiks.13

Terdapat beberapa persamaan antara mukosa apendiks dengan usus

besar yaitu terdapat epitel pelapis dengan banyak sel goblet, lamina propria

dibawahnya yang mengandung kelenjar intestinal (kriptus lieberkuhn) dan

mukosa muskularis. Kelenjar intestinal pada apendiks memiliki kurang

berkembang, lebih pendek dan sering terlihat berjauhan letaknya. Jaringan

limfoid difus didalam lamina propria sangat banyak dan sering terlihat

sampai ke submukosa berdekatan.13

Pada apendiks terdapat banyak limfonoduli dengan pusat germinal,

dan sangat khas untuk apendiks. Noduli ini berawal di lamina propria

namun karena ukurannya besar, noduli ini meluas dari epitel permukaan

sampai ke submukosa. Pada tunika muskularis terdapat pertemuan

gabungan dari taenia coli.13

Submukosa memiliki banyak pembuluh darah. Lapisan selanjutnya

yaitu muskularis eksterna, memiliki 2 lapisan yaitu lapisan sirkular dalam

dan longitudinal luar yang mana diantara 2 lapisan tersebut terdapat ganglia

Page 25: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

8

parasimpatis pleksus meientericus auerbach. Lapisan yang terluar yaitu

serosa yang mengandung substansi lemak.13

Gambar 2.3 Histologi Apendiks

Sumber : diFiore, 2003

Apendiks merupakan organ yang terletak di bagian awal usus besar

dan yang merupakan evaginasi dari sekum. Apendiks ditandai dengan

lumen yang relatif kecil dan irregular, kelenjar tubuler yang lebih pendek

dan kurang padat, dan tidak memiliki taeniae coli. Apendiks tidak memiliki

fungsi pencernaan, tetapi merupakan komponen penting sebagai MALT

(Mucosa-Associated Lymphoid Tissue), dengan sejumlah besar folikel

limfoid pada dindingnya.14

2.2. Appendicitis

2.2.1. Definisi

Appendicitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks

vermiformis, dengan mula gejala akut yang ditandai adanya nyeri pada

kuadran abdomen kanan bagian bawah, nyeri lepas alih, spasme otot

diatasnya, dan hiperestesia kulit, yang apabila sudah kronik maka akan

ditandai adanya penebalan fibrotik dinding organ apendiks vermiformis

tersebut.1

Page 26: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

9

2.2.2. Epidemiologi

Appendicitis adalah salah satu keadaan darurat bedah yang paling

sering terjadi di dunia dengan prevalensi appendicitis secara global

berjumlah 52 kasus per 100.000 penduduk.3 Pada tahun 2015 di Amerika

Serikat angka kejadian pasien yang masuk ke dalam departemen

kegawatdaruratan karena nyeri pada abdomen mencapai 38,8 juta, dan

penyakit penyebab yang paling sering adalah appendicitis yang

menyebabkan dilakukannya tindakan apendektomi mencapai 250.000

kasus.15 Tercatat bahwa angka kejadian appendicitis di negara-negara barat

mengalami stabilisasi, angka kejadiannya mencapai 100 per 100.000

penduduk pada Amerika utara dengan jumlah kasus yang mencapai 378.614

pada tahun 2015 dan 151 per 100.000 penduduk pada Eropa Barat4 dan juga

sekitar 300.000 orang menjalani apendektomi setiap tahunnya di Amerika

Serikat dengan perkiraan insiden appendicitis seusia hidup berkisar dari 7-

14% berdasarkan jenis kelamin, harapan hidup dan ketepatan diagnosis

yang telah dikonfirmasi.5 Memasuki abad ke 21 angka kejadian appendicitis

pada newly industrialized countries di Asia mengalami peningkatan, dengan

prevalensi paling tinggi terjadi di korea selatan berjumlah 206 kasus per

100.000 penduduk.4

Di indonesia, kasus appendicitis akut menempati urutan yang paling

tinggi dibandingkan dengan kasus kegawatdaruratan yang lainnya.

Appendicitis dapat ditemukan pada semua umur, hanya pada anak kurang

dari satu tahun jarang dilaporkan, kemungkinan karena tidak diduga.

Insiden tertinggi pada kelompok usia 20-30 tahun setelah itu terjadi

penurunan.16,12 Data epidemiologi appendicitis akut jarang terjadi pada

balita, tetapi meningkat pada pubertas dan mencapai puncaknya pada saat

remaja serta awal usia 20-an, kemudian akan menurun pada menjelang

dewasa. Kejadian appendicitis sama banyaknya antara wanita dan laki-laki

pada masa prapuber,sedangkan pada masa remaja dan dewasa muda

rasionya menjadi 3:2, kemudian angka yang tinggi ini menurun pada pria.

Page 27: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

10

Appendicitis menyerang 10 juta penduduk indonesia setiap

tahunnya, dan saat ini morbiditas angka appendicitis di Indonesia mencapai

95 per 1000 penduduk dan angka ini merupakan angka tertinggi diantara

negara-negara di Association of South East Asia Nation (ASEAN).6 Menurut

Departemen Kesehatan RI tahun 2008, telah dilakukan survey pada 12

provinsi di Indonesia yang menunjukkan jumlah appendicitis yang dirawat

di rumah sakit berjumlah 3.251 kasus yang menunjukkan adanya

peningkatan dibandingkan jumlah sebelumnya yaitu berjumlah 1.236

kasus.7 Tercatat berjumlah 144 kasus appendicitis akut ditemukan di RS

RUMKITAL dr Mintoharjo Jakarta Pusat dalam kurun waktu satu tahun

pada tahun 2014.8

Hasil laporan dari RS Gatot Soebroto, Jakarta tahun 2006 sebabkan

oleh pola makan pasien yang rendah akan serat setiap harinya. Menurut data

yang diperoleh dari rekam medis di ruang bedah (Bougenvile) rumah sakit

Dr. Soegiri Lamongan pada tahun 2013 dari bulan Januari sampai Desember

sebanyak 126 orang (100%). Pada tahun 2014, bulan Januari sampai

September terdapat 104 orang (100%) yang menderita appendicitis yang

meliputi pasien appendicitis akut (86 %). Appendicitis infiltrate (3 %),

appendicitis kronis (7%), appendicitis perforasi (4%) yang di rawat inap

dirung bedah RSUD Dr. Soegiri Lamongan. Berdasarkan observasi pada

tanggal 20 Oktober 2014 di ruang bedah (Bougenvile), dari 5 pasien(100%)

post op apendik pada 4 pasien (80%) mengalami nyeri sedang dan nyeri

ringan minimal 1 pasien (20%), Hal itu menunjukkan bahwa pasien post

apendicitis yang mengalami gangguan rasa nyaman nyeri itu cukup tinggi

terutama di ruang Bougenvile RSUD Dr. Soegiri Lamongan.17 Angka

kejadian appendicitis di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado periode

oktober 2012 – september 2015, menunjukkan bahwa terdapat 650 pasien.

Jumlah pasien terbanyak ialah appendicitis akut yaitu 412 pasien (63%)

sedangkan appendicitis kronik sebanyak 38 pasien (6%). Dari 650 pasien,

yang mengalami komplikasi sebanyak 200 pasien yang terdiri dari 193

pasien (30%) dengan komplikasi appendicitis perforasi dan 7 pasien (1%)

dengan periapendikuler infiltrate. Di RS Tk. III R.W. Mongisidi Telling

Page 28: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

11

Manado angka kejadian apendiksitis tahun 2016 yaitu 42 pasien. Dalam

penelitian yang dilakukan Dani & Calista (2013) yang berjudul karakteristik

penderita appendicitis akut di Rumah Sakit Imanuel Bandung menyatakan

bahwa keluhan utama yang tersering dari 152 kasus appendicitis adalah

nyeri perut di bagian kanan bawah sebanyak 96,05 %.18

2.2.3. Etiologi

Terjadinya appendicitis akut umumnya disebabkan oleh infeksi

bakteri. Namun terdapat banyak sekali faktor pencetus terjadinya penyakit

ini. Diantaranya obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks yang biasanya

disebabkan karena adanya timbunan tinja yang keras (fekalit), hiperplasia

jaringan limfoid12 yang merupakan salah satu respon imun dari infeksi,

faktor resiko infeksi diantaranya adalah buruknya personal hygiene

terutama anak yang ditunjukan dari hasil penelitian di bahwa 51,5% pasien

appendicitis anak memiliki personal hygiene yang rendah.19 Selanjutnya

dapat terjadi karena penyakit cacing, parasit, benda asing dalam tubuh,

tumor primer pada dinding apendiks dan striktur. Penelitian terakhir

menemukan bahwa ulserasi mukosa akibat parasit seperti E Hystolitica,

merupakan langkah awal terjadinya appendicitis pada lebih dari separuh

kasus, bahkan lebih sering dari sumbatan lumen. Beberapa penelitian juga

menunjukkan peran kebiasaan makan.12

Menurut penelitian epidemiologis menunjukkan bahwa kebiasaan

makan makanan rendah serat akan mengakibatkan konstipasi yang dapat

menimbulkan appendicitis. Hal tersebut akan meningkatkan tekanan

intrasekal, yang akan mengakibatkan timbulnya sumbatan fungsional pada

apendiks sehingga pertumbuhan bakteri flora kolon biasa akan meningkat.12

Organisme lain, termasuk anaerob juga dapat menyebabkan

inflamasi apendiks. Kadang-kadang cacing, termasuk Enterobius

vermicularis dan Ascaris Lumbricoides dapat mempercepat dan

mengakibatkan terjadinya kolik (rasa nyeri). Setelah terjadinya obstruksi

karena sebab apapun dapat menyebabkan tekanan keluar dari apendiks dan

Page 29: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

12

menghasilkan luka pada jaringan, sehingga menyebabkan invasi leukosit,

pembentukan nanah, dan gangrene apabila tidak segera ditangani maka

apendiks akan segera mengalami perforasi.20

Appendicitis pada orang muda biasanya disebabkan oleh hiperplasia

folikel limfatik pada apendiks yang menyumbat lumen. Pada orang lanjut

usia, obstruksi biasanya disebabkan oleh fekalit, suatu konkresi yang

terbentuk disekitar pusat bahan fekal. Bila sekresi dari apendiks tidak dapat

keluar, apendiks membengkak, meregangkan peritoneum visceralis. Nyeri

appendicitis biasanya dimulai sebagai nyeri samar di regio periumbilikal

karena serat nyeri aferen masuk medulla spinalis setinggi T10. Kemudian,

nyeri hebat di quadran kanan bawah disebabkan oleh iritasi peritoneum

parietalis yang melapisi dinding abdomen posterior. Meluruskan paha pada

sendi panggul mencetus nyeri.2

2.2.4. Patofisiologi

Fungsi apendiks sebenarnya belum dipahami dengan jelas,

meskipun terdapat jaringan limfatik di atasnya yang menunjukkan adanya

peran dalam sistem kekebalan tubuh. Apendiks dianggap sebagai vestigial

organ, tetapi ide ini keliru karena peran apendiks telah ditetapkan sebagai

neuroendokrin dan struktur imunologi.21

Patogenesis utama pada sebagian besar pasien dengan appendicitis

akut disebabkan karena obstruksi lumen, yang penyebabnya dapat

disebabkan oleh berbagai penyebab, termasuk fecalith, hiperplasia limfoid,

benda asing, parasit, dan oleh tumor primer (karkinoid, adenokarsinoma,

sarkoma kaposi, dan limfoma) dan metastatik (kolon dan payudara).21

Obstruksi lumen akan menyebabkan peningkatan pengeluaran

mukus sehingga akan menyebabkan peningkatan tekanan intralumen yang

menstimulasi serabut saraf eferen visceral sehingga menimbulkan rasa nyeri

yang samar-samar, nyeri difus dibawah abdomen epigastrium. Peningkatan

sekresi mukus akan menyebabkan peningkatan tekanan lumen pada

apendiks menjadi tempat berkembang biak yang baik bagi bakteri, sehingga

bakteri lebih mudah menginvasi dinding lumen apendiks. Akibat invasi

Page 30: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

13

bakteri akan menyebabkan aktivasi mediator inflamasi pada jaringan

apendiks. Pada saat eksudat inflamasi terhubung dengan peritoneum

parietal, serabut saraf somatik akan teraktivasi sehingga menyebabkan nyeri

yang terlokalisir pada titik McBurney.21

Appendicitis dapat terjadi tanpa adanya obstruksi pada lumen, dapat

terjadi karena penyebaran infeksi dari organ lain secara hematogen ke

apendiks. Terjadi abcess multiple kecil pada apendiks dan pembesaran lnn.

Mesentrica regional. Karena terjadi tanpa obstruksi maka gambaran

klinisnya tentu berbeda dengan gejala obstruksi tersebut diatas.22

2.2.5. Gejala Appendicitis

Gejala appendicitis akut ialah nyeri samar dan tumpul yang

merupakan nyeri viseral di daerah epigastrium disekitar umbilikus. Keluhan

ini sering disertai mual, muntah, peningkatan jumlah leukosit, demam

ringan (37,5- 38.50C) dan umumnya nafsu makan menurun,12 sedangkan

appendicitis kronik akan ditandai adanya penebalan fibrotik dinding organ

apendiks vermiformis.1 Gejala biasanya berlangsung selama 1-2 hari.23

Tabel 2.1 Frekuensi Gejala yang Sering Muncul

Gejala Frekuensi

Nyeri Abdomen >95%

Anoreksia >70%

Konstipasi 4-16%

Diare 4-16%

Demam 10-20%

Perpindahan nyeri ke kuadran kanan bawah 50-60%

Mual >65%

Muntah 50-75%

Sumber : Harrison, 2015

Page 31: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

14

2.2.6. Klasifikasi Appendicitis

Terdapat dua klasifikasi appendicitis yaitu akut dan kronik,

berikut adalah derajat-derajatnya :

1. Appendicitis akut

Appendicitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari

oleh radang mendadak pada apendiks yang membrikan tanda

setempat, disertai maupun tidak disertai rangsangan peritoneum lokal.

Gejala appendicitis akut ialah nyeri samar dan tumpul yang

merupakan nyeri viseral di daerah epigastrium disekitar umbilikus.

Keluhan ini sering disertai mual, muntah dan umumnya nafsu makan

menurun. Dalam beberapa jam nyeri tersebut akan berpindah ke titik

Mc. Burney. Nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya

sehingga merupakan nyeri somatik setempat.

Apendistis akut dibagi menjadi:

a) Appendicitis Akut Sederhana

Proses peradangan baru terjadi di mukosa dan submukosa

disebabkan obstruksi. Sekresi mukosa menumpuk dalam lumen

apendiks dan terjadi peningkatan tekanan dalam lumen yang

mengganggu aliran limfe, mukosa apendiks menebal, edema,

dan kemerahan. Gejala diawali dengan rasa nyeri di daerah

umbilikus, mual, muntah, anoreksia, malaise dan demam

ringan.24

b) Appendicitis Supuratif

Tekanan dalam lumen yang terus meningkat disertai

edema menyebabkan terbendungnya aliran vena pada dinding

apendiks dan menimbulkan trombosis. Keadaan ini dapat

menyebabkan iskemia dan edema pada apendiks.

Mikroorganisme yang berada di usus besar akan berinvasi ke

dalam apendiks dan menimbulkan infeksi serosa sehingga

serosa akan menjadi suram karena dilapisi eksudat dan fibrin.

Page 32: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

15

Apendiks dan mesoapendiks terjadi edema, hiperemia, dan di

dalam lumen terdapat eksudat fibrinopurulen. Ditandai dengan

rangsangan peritoneum lokal seperti nyeri tekan, nyeri lepas di

titik Mc. Burney, defans muskuler dan nyeri pada gerak aktif

dan pasif. Nyeri dan defans muskuler dapat terjadi pada seluruh

perut disertai dengan tanda-tanda peritonitis umum.24

c) Appendicitis Akut Gengrenosa

Bila tekanan dalam lumen terus bertambah, aliran darah

arteri mulai terganggu sehingga terjadi infark dan gangren.

Selain didapatkan tanda-tanda supuratif, apendiks mengalami

gangren pada bagian tertentu. Dinding apendiks berwarna ungu,

hijau keabuan atau merah kehitaman. Pada appendicitis akut

gangrenosa terdapat mikroperforasi dan kenaikan cairan

peritoneal yang purulen.24

d) Appendicitis Infiltrat

Appendicitis infiltrat adalah proses radang apendiks

yang penyebarannya dapat dibatasi oleh omentum, usus halus,

sekum, kolon dan peritoneum sehingga membentuk gumpalan

massa yang merekat erat satu dengan yang lainnya.24,25

e) Appendicitis Abses

Appendicitis abses terjadi bila massa lokal yang

terbentuk berisi nanah (pus), biasanya di fossa iliaka kanan,

lateral dari sekum, retrosekal, subsekal dan pelvikal.24

f) Appendicitis Perforasi

Appendicitis perforasi adalah pecahnya apendiks yang

sudah gangren yang menyebabkan pus masuk ke dalam rongga

perut sehingga terjadi peritonitis umum. Pada dinding apendiks

tampak daerah perforasi dikelilingi oleh jaringan nekrotik.24

Page 33: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

16

2. Appendicitis Kronik

Diagnosis appendicitis kronik baru dapat ditegakkan jika

ditemukan adanya riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari 2

minggu, radang kronik apendiks secara mikroskopik dan

makroskopik. Kriteria mikroskopik appendicitis kronik adalah

fibrosis menyeluruh dinding apendiks, sumbatan parsial atau atau

total lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama di

mukosa dan adanya sel inflamasi kronik. Insiden appendicitis kronik

antara 1-5%. Appendicitis kronik kadang-kadang dapat menjadi akut

lagi dan disebut appendicitis kronik dengan eksaserbasi akut yang

tampak jelas sudah adanya pembentukan jaringan ikat.24

2.2.7. Penegakan Diagnosis

Penegakkan diagnosis appendicitis dapat dilakukan beberapa

pemeriksaan, yaitu:

a. Anamnesis

Pasien dengan appendicitis biasanya datang dengan keluhan utama

nyeri akut abdomen. Keluhan dimulai dengan nyeri kolik-umbilikal yang

biasanya akan bertahan selama 24 jam pertama. Nyeri lalu menjalar ke iliaka

kanan abdomen dan berubah menjadi nyeri yang konstan dan tajam.

Keluhan mual, muntah, serta penurunan nafsu makan juga ditemukan pada

kasus appendicitis26

b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik appendicitis akut, dengan pengamatan akan tampak

dinding perut yang mengencang (distensi), pada perabaan (palpasi) di

daerah perut kanan bawah seringkali bila ditekan akan terasa nyeri dan bila

dilepas juga akan terasa nyeri, ini adalah kunci dari diagnosis appendicitis

akut. Kemudahan atau kesulitan dalam gerakan mencapai posisi terlentang

bisa digunakan sebagai tanda ada atau tidaknya iritasi peritoneum lokalisata.

Palpasi dilakukan dengan lembut dari sisi kiri ke sisi kanan abdomen untuk

Page 34: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

17

menilai rigiditasnya, tujuannya adalah untuk mengetahui apakah pasien

mengalami iritasi peritoneum atau tidak, tapi palpasi tidak bisa dijadikan

pedoman dikarenakan rasa nyeri yang dirasakan berdasarkan lokasi

apendiks.27

Karena banyak kemungkinan sebab lain keadaan intraabdomen akut

atau bahkan sistemik bisa meniru appendicitis akut, sehingga tidak mungkin

membuat diagnosis spesifik. Macam-macam pemeriksaan fisik dilakukan:

a) Inspeksi

Inspeksi pada appendicitis akut biasanya ditemukan adanya

distensi perut.27

b) Palpasi

Palpasi dinding abdomen dilakukan dengan ringan dan hati-

hati dengan sedikit tekanan, dimulai dari tempat yang jauh dari

lokasi, ditekan dengan sangat pelan dan halus, pada berbagai

tempat pada dinding perut (dinamakan pemeriksaan raba dangkal-

superfisial), kemudian baru dilakukan pemeriksaan raba dalam.27

c) Auskultasi

Auskultasi tidak banyak membantu dalam menegakkan

diagnosis appendicitis, tetapi bila telah terjadi peritonitis maka

tidak terdengar bunyi peristaltik usus.27

d) Pemeriksaan status lokalis abdomen kuadran kanan bawah :

Nyeri tekan McBurney positif apabila didapatkan nyeri tekan

pada kuardan kanan bawah atau titik McBurney dan nyeri

menetap.27,12,28

Rebound tenderness (nyeri lepas tekan) merupakan nyeri hebat

di abdomen kanan bawah saat tekanan secara tiba-tiba

dilepaskan setelah sebelumnya dilakukan penekanan perlahan

dan dalam di titik Mc Burney28

Page 35: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

18

Defence muscular merupakan nyeri tekan seluruh lapang

abdomen yang menunjukkan adanya rangsangan peritoneum

parietal28

Rovsing sign merupakan nyeri abdomen di kuadran kanan

bawah apabila dilakukan penekanan pada abdomen bagian kiri

bawah, hal ini diakibatkan oleh adanya nyeri yang dijalarkan

karena iritasi peritoneal pada sisi yang berlawanan28

Obturator sign digunakan untuk melihat apakah apendiks

yang meradang bersinggungan dengan m. Obturator internus

atau tidak. Dengan gerakan fleksi dan endorotasi sendi

panggul pada posisi terlentang, pada appendicitis pelvika akan

menimbulkan nyeri12,28

Psoas sign dilakukan dengan merangsang m. Psoas melalui

hiperekstensi atau fleksi aktif. Bila menimbulkan nyeri, maka

itu berarti apendiks yang meradang menempel di m. Psoas.12,28

e) Rectal toucher/ Colok dubur

Pada pemeriksaan colok dubur akan didapatkan nyeri pada

angka 9-12.27

f) Skor Alvarado

Salah satu sistem skoring sederhana yang digunakan untuk

mendiagnosis appendicitis ialah menggunakan skor Alvarado.

Skor Alvarado dibuat oleh Alfredo Alvarado pada tahun 1986

dengan menggunakan tiga gejala, tiga tanda, dan dua temuan

laboratorium sederhana sebagai alat diagnosis appendicitis.27

Tabel 2.2 Skor Alvarado

Kriteria Nilai

Page 36: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

19

3 Gejala

Migrasi nyeri ke RLQ 1

Anoreksia 1

Mual-Muntah 1

3 Tanda

Nyeri dalam RLQ 2

Rebound Tenderness 1

Demam (≥37,3° C) 1

2 Penemuan Lab

Leukosit (>10.000) 2

Shift to Left (>75%) 1

Total 10

Sumber: Tamanna, 2012

Temuan pada pasien dengan suspect appendicitis lalu

dijumlahkan dalam tabel Alvarado sesuai dengan skor yang telah

ditetapkan. Hasil penjumlahan lalu akan dilihat pada tabel

interpretasi skor Alvarado.29

Interpretasi:

Skor 7-10 = Appendicitis akut

Skor 5-6 = Curiga appendicitis akut

Skor 1-4 = Bukan appendicitis akut

Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik masih merupakan dasar

diagnosis appendicitis akut. Pemeriksaan tambahan dilakukan apabila

ada keragu-raguan atau untuk menyingkirkan diagnosis.27

c. Pemeriksaan penunjang

1) Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium pada pasien yang dicurigai

appendicitis biasanya meliputi hitung jumlah dan jenis sel darah

lengkap dan urinalisis. Leukositosis moderat biasanya terjadi pada

pasien appendicitis (75%) dengan jumlah leukosit berkisar antara

Page 37: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

20

10.000-18.000 sel/mL dengan pergeseran ke kiri dan didominasi

oleh sel polimorfonuklear. Sekalipun demikian, tidak adanya

leukositosis tidak menutupi kemungkinan terjadinya appendicitis.

Pada urinalisis terdapat peningkatan berat jenis urin, terkadang

ditemukan hematuria, piuria, dan albuminuria.27

2) Pemeriksaan radiologi

a. Ultrasonography (USG)

Banyak digunakan untuk diagnosis appendicitis akut

maupun appendicitis abses, Ultrasonography sangat bermanfat

terutama bagi wanita hamil dan anak-anak, tingkat

keakuratannya paling tinggi (93-98%). Tetapi sulit dilakukan

pada dewasa karena jumlah lemak dan gas yang banyak sehingga

apendiks sulit terlihat. Untuk dapat mendiagnosis apendistis akut

diperlukan keahlian, ketelitian, dan sedikit penekanan transduser

pada abdomen. Akurasi penggunaan USG ini sangat dipengaruhi

oleh pengalaman dan kemampuan pemeriksa. Pada pemeriksaan

appendicitis dengan menggunakan USG ditemukan fekalit,

udara intralumen, penebalan dinding apendiks dan adanya

pengumpulan cairan. Apabila apendiks mengalami perforasi

akan sulit untuk dinilai, hanya apabila cukup udara maka abses

apendiks dapat diidentifikasi.27

b. Computed Tomography Scanning (CT-Scan)

CT-Scan dapat melihat jelas gambaran appendicitis.

Namun dalam pemeriksaan normal apendiks jarang

tervisualisasi dengan pemeriksaan skrinning, gambaran

penebalan dinding apendiks dan jaringan sekitar yang melekat

mendukung keadaan apendiks yang meradang. CT-Scan

mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi serta akurasi

yang baik untuk mendeteksi appendicitis. Pemeriksaan ini

Page 38: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

21

terbatas digunakan pada wanita hamil dan anak-anak karena

menggunakan radiasi.27

c. Apendikogram

Apendikogram dilakukan dengan cara pemberian kontras

BaS04 serbuk halus yang diencerkan dengan perbandingan 1:3

secara peroral dan diminum sebelum pemeriksaan kurang lebih

8-10 jam untuk anak-anak atau 10-12 jam untuk dewasa, hasil

apendikogram dibaca oleh dokter spesialis radiologi.30

2.2.8. Diagnosis Banding

Banyak masalah yang dihadapi saat menegakkan diagnosis

appendicitis karena penyakit lain yang memberikan gambaran klinis yang

hampir sama dengan appendicitis, diantaranya :

1. Gastroenteritis, ditandai dengan terjadi mual, muntah, dan diare sebelum

terjadinya rasa sakit. Nyeri pada abdomen lebih ringan, demam dan

leukositosis kurang terlihat dibandingkan appendicitis akut.12

2. Limfadenitis Mesenterika, biasanya didahului oleh enteritis atau

gastroenteritis. Ditandai dengan nyeri perut kanan disertai dengan perasaan

mual dan nyeri tekan abdomen.12

3. Demam dengue, dimulai dengan nyeri pada abdomen mirip peritonitis dan

diperoleh hasil positif untuk Rumple Leede, trombositopeni, dan hematokrit

yang meningkat.12

4. Infeksi Panggul dan salpingitis akut kanan sulit dibedakan dengan

appendicitis akut. Demam biasanya lebih tinggi dari pada appendicitis dan

nyeri perut bagian bawah lebih difus. Infeksi panggul pada wanita biasanya

disertai keputihan dan infeksi urin.12

5. Gangguan alat reproduksi wanita, folikel ovarium yang pecah dapat

memberikan nyeri perut kanan bawah pada pertengahan siklus menstruasi.

Tidak ada tanda radang dan nyeri biasa hilang dalam waktu 24 jam.12

Page 39: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

22

6. Kehamilan ektopik, hampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan

keluhan yang tidak jelas seperti ruptur tuba dan abortus. Kehamilan di luar

rahim disertai pendarahan menimbulkan nyeri mendadak difus di pelvik dan

bisa terjadi syok hipovolemik.12

7. Divertikulitis Meckel, gambaran klinisnya hampir sama dengan

appendicitis akut dan sering dihubungkan dengan komplikasi yang mirip

pada appendicitis akut sehingga diperlukan pengobatan serta tindakan

bedah yang sama.12

8. Ulkus peptikum perforasi, sangat mirip dengan appendicitis jika isi

gastroduodenum mengendap turun ke daerah usus bagian kanan sekum.12

9. Batu ureter, jika diperkirakan mengendap dekat apendiks dan menyerupai

appendicitis retrosekal. Nyeri menjalar ke labia, skrotum, penis, dan terjadi

hematuria, demam atau leukositosis.12

2.2.9.Tatalaksana

Tatalaksana yang seharusnya dilakukan kepada pasien appendicitis

adalah tindakan bedah berupa apendektomi atau laparotomi, namun ada

pula tatalaksana yang hanya berupa konservatif.31

1. Konservatif

Perbaikan keadaan umum dengan infus, dan pemberian

antibiotik untuk kuman Gram negatif dan positif serta kuman

anaerob12

2. Apendektomi

Pengangkatan apendiks dengan pembedahan (apendektomi)

biasanya dilakukan dengan insisi gridion (memecah otot) atau

transversa yang dipusatkan pada titik McBurney di quadran

kanan bawah. Secara tradisional, insisi gridion dibuat dibuat

tegak lurus terhadap linea spinoumbilicalis, tetapi insisi

transversa juga sering digunakan. Pemilihan tempat dan jenis

insisi adalah berdasarkan kebijakan ahli bedah. Sementara

Page 40: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

23

apendiks yang meradang secara khas terletak di sebelah dalam

titik McBurney, tempat nyeri maksimal dan nyeri tekan

menunjukkan lokasi sebenarnya.2

Setelah insisi kulit dan jaringan subkutan, aponeurosis

obliquus externus diinsisi sepanjang garis seratnya. Suatu lubang

dibuat dijalan yang sama pada musculus transversus abdominis

dan musqulus obliquus internus, sehingga menghindari suplai

sarafnya. Nervus iliohypogastricus diidentifikasi diantara

lapisan otot segar dan diretraksi. Fascia transversalis dan

peritoneum diinsisi, dan caecum dibawa ke dalam luka bedah.

Apendiks berasal dari konvergensi ketiga taenia coli. Oleh karen

itu, jika apendiks tidak jelas, salah satu taenia coli dilacak

sampai dasarnya. Mesoapendiks yang berisi pembuluh darah

apendicularis diligasi kuat dan dibagi. Dasar apendiks diikat,

apendiks dieksisi, dan puntungnya biasanya dikauter dan

diinvaginasi ke dalam caecum. Insisi kemudian ditutup lapis

demi lapis. Karena setiap lapis otot berjalan dengan arah yang

berbeda, insisi dilindungi dengan baik ketika lapisan yang

diretraksi dikembalikan ke posisi normalnya.2

Pada kasus yang jarang dari malrotasi usus, atau kegagalan

turunnya caecum, apendiks tidak berada pada quadran kanan

bawah. Bila caecum terletak tinggi (caecum subhepatik),

apendiks terdapat di regio hipokondriak kanan dan nyeri terletak

di regio tersebut, bukan di quadran kanan bawah.2

3. Laparoskopi

Ketika diagnosis tidak jelas, pemeriksaan isi abdomen

dengan laparoskop yang dijalankan melalui suatu insisi kecil

pada dinding abdomen anterolateral berguna dalam

membedakan appendicitis akut dengan penyebab lain nyeri

abdominal, yang meliputi penyakit radang panggul. Laparoskopi

telah digunakan selama bertahun-tahun oleh ahli ginekologi

Page 41: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

24

dalam mengevaluasi perempuan dengan nyeri abdomen bawah.

Selain itu, laparoskopi digunakan untuk mengangkat vesica

fellea dan apendiks dan untuk mengobati obstruksi abdominal.2

2.2.9.1. Komplikasi

Komplikasi yang paling sering ditemukan adalah perforasi, baik

berupa perforasi bebas maupun perforasi pada apendiks yang telah

mengalami perdindingan sehingga berupa massa yang terdiri atas

kumpulan apendiks, sekum, dan letak usus halus.12

2.2.9.2. Prognosis

Angka kematian dipengaruhi oleh usia pasien, keadekuatan

persiapan pra bedah, serta stadium penyakit pada waktu intervensi bedah.

Appendicitis yang tidak mengalami komplikasi membawa mortalitas

<0,1%, gambaran yang mencerminkan perawatan pra bedah, bedah dan

pasca bedah yang tersedia saat ini. Angka kematian pada appendicitis yang

mengalami komplikasi telah berkurang drastis menjadi 2-5%, tetapi tetap

tinggi dan tak dapat diterima pada anak dan orang tua yaitu sebesar 10-

15%. Pengurangan mortalitas lebih lanjut harus dicapai dengan intervensi

bedah lebih dini.32

2.2.9.3. Angka Kejadian

1. Prevalensi : Semua populasi yang menderita penyakit (kasus baru dan

kasus lama) dari populasi yang beresiko menderita penyakit tersebut dalam

periode waktu tertentu.33

2. Insidensi : Angka kasus baru dari suatu penyakit dari populasi yang

beresiko selama periode waktu tertentu.33

Page 42: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

25

2.3. Kerangka Teori

Hiperplasia

jaringan

limfoid

Makan

rendah

serat

Benda

asing

Neoplasma

Fekalit

Dx klinis : Appendicitis

Infeksi

bakteri

Parasit

Anamnesis :

- Usia

- Jenis Kelamin

Prevalensi

Appendicitis

Tindakan medis

Akut Kronik

Operasi Tidak Operasi

Rawat

inap

Rawat

jalan

Pemeriksaan fisik :

- Nyeri tekan Mc

Burney

- Defence Muscular

- Rovsing sign

- Obturator sign

- Psoas sign

Prognosis

Komplikasi

Rekam medik

Angka

kejadian

Insidensi

Appendicitis

Page 43: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

26

2.4. Kerangka Konsep

Berdasarkan teori di atas, maka kerangka konsep dari penelitian ini

adalah sebagai berikut :

Anamnesis :

- Usia

- Jenis Kelamin

Pemeriksaan

Fisik

Appendicitis

Akut Kronik

Tindakan medis

Operasi Tidak operasi

Rawat

inap

Rawat

jalan

Prevalensi

appendicitis

Insidensi

appendicitis

Page 44: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

27

2.5. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat ukur Cara pengukuran Skala

Pengukuran

Referensi

Pengelompokkan

1 Prevalensi

appendicitis

Semua

kasus yang

terdiagnosa

appendicitis

yang terjadi

di RSU

Kota

Tangerang

Selatan

Rekam

medik

Rekam medik Ordinal

2 Status

perawatan

Status

perawatan

yang tertera

pada rekam

medik

pasien

Rekam

medik

1. Rawat inap

2. Rawat jalan

Nominal

3 Jenis

kelamin

Indikasi

jenis

kelamin

ketika lahir

Rekam

medik

1. Laki-laki

2. Perempuan

Nominal Kategori

berdasarkan

pengelompokkan

jenis kelamin

menurut Badan

Pusat Statistik

Indonesia

4 Usia Usia pasien

yang tertera

pada status

pasien

Rekam

medik

1. 0-5 tahun

2. 6-11 tahun

3. 12-16 tahun

4. 17-25 tahun

5. 26-35 tahun

6. 36-45 tahun

Ordinal Kategori

berdasarkan

pengelompokkan

usia menurut

Kementrian

Page 45: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

28

7. 46-55 tahun

8. 56-65 tahun

9. >65 tahun

Kesehatan RI

Tahun 2009

5 Jenis

Appendicitis

Status

diagnosa

pasien yang

tertera pada

rekam

medik

Rekam

medik

1. Akut

2. Kronik

Nominal Buku Ajar Ilmu

Bedah Tahun

2010

6 Tindakan

Medis

Tatalaksana

yang tertera

pada rekam

medik

Rekam

medik

1. Laparatomi

2. Apendektomi

3. Tidak

Operasi

Nominal

Page 46: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

29

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan pendekatan cross

sectional yaitu pengambilan data variabel independen dan dependent dilakukan

dalam waktu yang bersamaan dan bersifat retrospektif. Data yang digunakan

adalah data sekunder menggunakan rekam medis.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian dimulai sejak pembuatan proposal sampai selesai

laporan perbaikan, yaitu mulai September 2017 sd Oktober 2018.

Tempat penelitian adalah RSU Kota Tangerang Selatan.

3.3. Populasi Penelitian

3.3.1. Populasi Target

Semua pasien dengan diagnosa appendicitis di RSU Kota Tangerang

Selatan tahun 2016 - 2017

3.3.2. Populasi Terjangkau

Semua pasien dengan diagnosa appendicitis di RSU Kota Tangerang

Selatan tahun 2016 – 2017

3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria inklusi : Semua pasien dengan diagnosa appendicitis tahun

2016-2017 di RSU Kota Tangerang Selatan.

Kriteria eksklusi :

a. Pasien dengan diagnosa appendicitis Tahun 2016 – 2017 di RSU Kota

Tangerang Selatan yang merupakan rujukan dari RS di sekitarnya

b. Pasien dengan diagnosa appendicitis Tahun 2016 – 2017 di RSU Kota

Tangerang Selatan yang data rekam mediknya tidak lengkap

29

Page 47: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

30

3.5. Besar Sampel

Sampel yang diambil adalah total sampling, yaitu semua pasien yang

mempunyai diagnosa appendicitis di RSU Kota Tangerang Selatan periode

tahun 2016 – 2017 merupakan sampel dari penelitian ini.

3.6. Cara Pengambilan Sampel

Sampel diambil berdasarkan total sampel dengan memperhatikan kriteria

inklusi dan eksklusi.

3.7. Alur Penelitian

3.8. Cara Kerja Penelitian

1) Persiapan

Pada tahap persiapan yang dilakukan adalah memperbaiki proposal,

membuat surat perizinan penelitian dan memproses izin penelitian.

2) Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data sekunder pada penelitian kuantitatif, peneliti

lakukan dengan mengajukan proposal dan surat izin pengambilan data

Izin Penelitian

Pengajuan izin ke

RSU Kota

Tangerang Selatan

Pengambilan data

rekam medik di RSU

Kota Tangerang

Selatan

Pengolahan Data

Hasil Penelitian

Page 48: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

31

rekam medik ke RSU Kota Tangerang Selatan. Setelah mendapatkan data

kemudian dilakukan analisis data.

3) Pengolahan Data

Mengolah data secara univariat menggunakan Ms. Excel

4) Pelaporan Hasil

Melakukan pelaporan hasil yang dibuat dalam bentuk makalah laporan

penelitian

3.9. Rencana Analisis

Untuk melihat distribusi frekuensi serta persentase dari variabel yang

diteliti, baik variabel terikat maupun yang tidak terikat

Analisa dilakukan untuk mengetahui distribusi dan frekuensi

responden dengan cara menampilkan tabel–tabel frekuensi untuk melihat

gambaran distribusi responden menurut berbagai variabel yang diteliti.

Rumus untuk analisis univariat yaitu :

%100xN

FP

Keterangan :

P = Presentase

F = Frekuensi Jumlah responden yang sesuai kriteria

N = Jumlah sampel

Page 49: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

32

4.0. Etika

Penelitian ini dilakukan setelah mendapatkan izin dari fakultas

kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan RSU Kota Tangerang

Selatan. Data yang didapat dari rekam medik RSU Kota Tangerang Selatan

dijaga kerahasiaannya.

Pada penelitian ini akan menerapkan 3 prinsip, yaitu:

a. Respect for persons (menghormati harkat dan martabat manusia)

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh RSU Kota Tangerang

Selatan akan dijaga oleh peneliti.

b. Beneficience and maleficience (memenuhi persyaratan ilmiah

bermanfaat dan tidak merugikan)

Dalam penelitian ini, peneliti berusaha memaksimalkan manfaat

penelitian dan meminimalkan kerugian yang timbul akibat penelitian

ini.

c. Justice (keadilan)

Sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eklusi memiliki

kesempatan yang sama untuk menjadi responden.

Page 50: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

33

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.2. Angka Kejadian Appendicitis di RSU Kota Tangerang Selatan Tahun

2016-2017

Pada periode 1 Januari 2016 hingga 31 Desember 2017 ditemukan

365 kasus dengan diagnosis appendicitis di RSU Kota Tangerang Selatan.

Dari jumlah kasus yang ditemukan tersebut, seluruhnya memiliki data status

perawatan, usia, jenis kelamin, jenis appendicitis, dan tindakan medis.

4.1.3. Angka Kejadian Appendicitis Tahun 2016 Berdasarkan Status

Perawatan di RSU Kota Tangerang Selatan

Hasil analisis yang dilakukan pada data rekam medik berdasarkan

status perawatan pasien yaitu pasien yang menjalani rawat jalan dan rawat

inap di RSU Kota Tangerang Selatan pada tahun 2016 dapat dilihat pada

grafik 4.1.3.

Grafik 4.1.3 Distribusi Pasien Appendicitis Tahun 2016 Berdasarkan

Status Perawatan Appendicitis di RSU Kota Tangerang Selatan

133;

70%

57;

30%

Rawat Jalan Rawat Inap

33

Page 51: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

34

Berdasarkan grafik 4.1.3 angka kejadian appendicitis tahun 2016 di

RSU Kota Tangerang Selatan pada rawat jalan berjumlah 133 kasus (70%)

sedangkan rawat inap 57 kasus (30%).

4.1.4. Angka Kejadian Appendicitis Tahun 2017 Berdasarkan Status

Perawatan di RSU Kota Tangerang Selatan

Hasil analisis yang dilakukan pada data rekam medik berdasarkan

status perawatan pasien, yaitu pasien yang menjalani rawat jalan dan rawat

inap di RSU Kota Tangerang Selatan pada tahun 2017 dapat dilihat pada

grafik 4.1.4.

Grafik 4.1.4 Distribusi Pasien Appendicitis Tahun 2017 Berdasarkan

Status Perawatan Appendicitis di RSU Kota Tangerang Selatan

Berdasarkan grafik 4.1.4 angka kejadian appendicitis tahun 2017 di

RSU Kota Tangerang Selatan pada rawat jalan berjumlah 116 kasus (66%)

sedangkan rawat inap 59 kasus (34%)

116;

66%

59;

34%

Rawat Jalan Rawat Inap

Page 52: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

35

4.1.5. Angka Kejadian Appendicitis Tahun 2016 Berdasarkan Usia di RSU

Kota Tangerang Selatan

Hasil analisis yang dilakukan pada data rekam medik berdasarkan

usia pasien di RSU Kota Tangerang Selatan pada tahun 2016 dapat dilihat

pada grafik 4.1.5.

Grafik 4.1.5 Distribusi Pasien Appendicitis Tahun 2016 Berdasarkan Usia

di RSU Kota Tangerang Selatan

Berdasarkan grafik 4.1.5 angka kejadian appendicitis berdasarkan

usia tahun 2016 di RSU Kota Tangerang Selatan pada rawat jalan dengan

angka tertinggi pada rentang usia 17-25 tahun berjumlah 31 kasus (60,78%)

dan yang terendah pada rentang usia 56-65 tahun berjumlah 11 kasus

(91,6%) sedangkan pada rentang usia 0-5, 6-11 dan >65 tahun adalah 0

kasus (0%). Pada rawat inap angka kejadian tertinggi pada rentang usia 17-

25 tahun berjumlah 20 kasus (39,22%) dan terendah pada rentang usia 56-

65 tahun yaitu 1 kasus (8,3%) sedangkan pada rentang usia 0-5 dan >65

tahun adalah 0 kasus (0%).

0 0

16

31

21

27 27

11

001

10

20

12

8

5

10

0

5

10

15

20

25

30

35

0-5 6-11 12-16 17-25 26-35 36-45 46-55 56-65 >65

Ju

mla

h P

asi

en

Usia Pasien

Rawat Jalan Rawat Inap

Page 53: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

36

4.1.6. Angka Kejadian Appendicitis Tahun 2017 Berdasarkan Usia di RSU

Kota Tangerang Selatan

Hasil analisis yang dilakukan pada data rekam medik berdasarkan

usia pasien di RSU Kota Tangerang Selatan pada tahun 2016 dapat dilihat

pada grafik 4.1.6.

Grafik 4.1.6 Distribusi Pasien Appendicitis Tahun 2017 Berdasarkan Usia

di RSU Kota Tangerang Selatan

Berdasarkan grafik 4.1.6 angka appendicitis tahun 2017 berdasarkan

usia di RSU Kota Tangerang Selatan pada rawat jalan dengan angka

kejadian tertinggi pada rentang usia 17-25 tahun berjumlah 33 kasus

(70,21%) dan terendah pada rentang usia 56-65 dan >65 tahun yaitu 3 kasus

(75%) sedangkan pada rentang usia 0-5 tahun berjumlah 0 kasus (0%) sama

halnya dengan rawat inap, angka kejadian appendicitis tertinggi pada

rentang usia 17-25 tahun yaitu 14 kasus (29,79%) dan terendah pada rentang

usia56-66 dan >65 tahun yaitu 1 kasus (25%) sedangkan rentang usia 0-5

tahun yaitu 0 kasus (0%).

0

6

23

33

22

19

8

3 3

0

810

14 13

8

4

1 1

0

5

10

15

20

25

30

35

0-5 6-11 12-16 17-25 26-35 36-45 46-55 56-65 >65

Ju

mla

h P

asi

en

Usia Pasien

Rawat Jalan Rawat Inap

Page 54: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

37

4.1.7. Angka Kejadian Appendicitis Tahun 2016 Berdasarkan Jenis Kelamin di

RSU Kota Tangerang Selatan

Hasil analisis yang dilakukan pada data rekam medik berdasarkan

jenis kelamin pasien di RSU Kota Tangerang Selatan pada tahun 2016 dapat

dilihat pada grafik 4.1.7.

Grafik 4.1.7 Angka Kejadian Appendicitis Tahun 2016 Berdasarkan Jenis

Kelamin di RSU Kota Tangerang Selatan

Berdasarkan grafik 4.1.7 angka kejadian appendicitis tahun 2016

berdasarkan jenis kelamin di RSU Kota Tangerang Selatan pada rawat

jalan pada perempuan berjumlah 86 kasus (70,5%) dan pada laki-laki

berjumlah 47 kasus (69,12%) sedangkan pada rawat inap, perempuan

berjumlah 36 kasus (29,5%) dan laki-laki berjumlah 21 kasus (30,88%)

47

86

21

36

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Laki-laki Perempuan

Ju

mla

h P

asi

en

Jenis Kelamin Pasien

Rawat Jalan

Rawat Inap

Page 55: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

38

4.1.8. Angka Kejadian Appendicitis Tahun 2017 Berdasarkan Jenis Kelamin di

RSU Kota Tangerang Selatan

Hasil analisis yang dilakukan pada data rekam medik berdasarkan

jenis kelamin pasien di RSU Kota Tangerang Selatan pada tahun 2017 dapat

dilihat pada grafik 4.1.8.

Grafik 4.1.8 Angka Kejadian Appendicitis Tahun 2017 Berdasarkan Jenis

Kelamin di RSU Kota Tangerang Selatan

Berdasarkan grafik 4.1.8 angka kejadian appendicitis tahun 2017

berdasarkan jenis kelamin di RSU Kota Tangerang Selatan pada rawat jalan

pada perempuan berjumlah 79 kasus (76%) dan laki-laki 37 kasus (52,11%)

sedangkan pada rawat inap pada laki-laki berjumlah 34 kasus (47,89%) dan

pada perempuan 25 kasus (24%)

37

79

34

25

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Laki-laki Perempuan

Ju

mla

h P

asi

en

Jenis Kelamin Pasien

Rawat Jalan

Rawat Inap

Page 56: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

39

4.1.9. Angka Kejadian Appendicitis Tahun 2016 Berdasarkan Jenis

Appendicitis Pasien di RSU Kota Tangerang Selatan

Hasil analisis yang dilakukan pada data rekam medik berdasarkan

jenis appendicitis pasien di RSU Kota Tangerang Selatan pada tahun 2017

dapat dilihat pada grafik 4.1.9.

Grafik 4.1.9 Distribusi Pasien Appendicitis Tahun 2016 Berdasarkan Jenis

Appendicitis di RSU Kota Tangerang Selatan

Berdasarkan grafik 4.1.9 angka kejadian appendicitis tahun 2016

berdasarkan status diagnosa pasien di RSU Kota Tangerang Selatan pada

rawat jalan didapatkan angka kejadian tertinggi pada kasus kronik

berjumlah 125 kasus (72,7%) dan kasus akut berjumlah 8 kasus (44,44%)

sama halnya dengan rawat inap, angka tertinggi pada kasus kronik

berjumlah 47 kasus (27,3%) dan terkecil pada kasus akut yaitu 10 kasus

(55,56%)

8

125

10

47

0

20

40

60

80

100

120

140

Akut Kronik

Ju

mla

h P

asi

en

Jenis Appendicitis

Rawat Jalan

Rawat Inap

Page 57: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

40

4.1.9.1 Angka Kejadian Appendicitis Tahun 2017 Berdasarkan Jenis

Appendicitis Pasien di RSU Kota Tangerang Selatan

Hasil analisis yang dilakukan pada data rekam medik berdasarkan

jenis appendicitis pasien di RSU Kota Tangerang Selatan pada tahun 2017

dapat dilihat pada grafik 4.1.9.1.

Grafik 4.1.9.1 Distribusi Pasien Appendicitis Tahun 2017 Berdasarkan

Jenis Appendicitis di RSU Kota Tangerang Selatan

Berdasarkan grafik 4.1.9.1 angka kejadian appendicitis tahun 2017

berdasarkan status diagnosa pasien di RSU Kota Tangerang Selatan pada

rawat jalan didapatkan bahwa angka appendicitis tertinggi pada kasus

kronik yaitu 111 kasus (67,3%) dan terendah yaitu kasus akut berjumlah 5

kasus (50%) sama halnya dengan rawat inap angka tertinggi terdapat pada

kasus kronik berjumlah 54 kasus (32,7%) dan yang terendah adalah kasus

akut berjumlah 5 kasus (50%)

5

111

5

54

0

20

40

60

80

100

120

Akut Kronik

Ju

mla

h P

asi

en

Jenis Appendicitis

Rawat Jalan

Rawat Inap

Page 58: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

41

4.1.9.2 Angka Kejadian Appendicitis Tahun 2016 Berdasarkan Tindakan

Medik Pasien di RSU Kota Tangerang Selatan

Hasil analisis yang dilakukan pada data rekam medik berdasarkan

tindakan medik pasien di RSU Kota Tangerang Selatan pada tahun 2016

dapat dilihat pada grafik 4.1.9.2.

Grafik 4.1.9.2 Distribusi Pasien Appendicitis Tahun 2016 Berdasarkan

Tindakan Medik Pasien di RSU Kota Tangerang Selatan

Berdasarkan grafik 4.1.9.2 angka kejadian appendicitis berdasarkan

tindakan medik pasien di RSU Kota Tangerang Selatan pada pasien rawat

jalan yang memilih tindakan medik tidak dilakukan operasi berjumlah 86

kasus (64,7%) dan terendah pada pasien yang melakukan laparotomi yaitu

berjumlah 7 kasus (5,3%) sama halnya pada pasien rawat inap, tindakan

medik yang memilih tidak operasi berjumlah 41 kasus (71,9%) dan terendah

pada tindakan laparotomi yang berjumlah 1 kasus (1,75%)

7

40

86

1

15

41

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Laparotomi Apendiktomi Tidak Operasi

Ju

mla

h P

asi

en

Tindakan Medik Pasien

Rawat Jalan

Rawat Inap

Page 59: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

42

4.1.9.3. Angka Kejadian Appendicitis Tahun 2017 Berdasarkan Tindakan

Medik Pasien di RSU Kota Tangerang Selatan

Hasil analisis yang dilakukan pada data rekam medik berdasarkan

tindakan medik pasien di RSU Kota Tangerang Selatan pada tahun 2017

dapat dilihat pada grafik 4.1.9.3.

Grafik 4.1.9.3 Distribusi Pasien Appendicitis Tahun 2017 Berdasarkan

Tindakan Medik Pasien di RSU Kota Tangerang Selatan

Berdasarkan grafik 4.1.9.3 angka kejadian appendicitis berdasarkan

tindakan medik pasien di RSU Kota Tangerang Selatan pada pasien rawat

jalan yang memilih tidak dilakukan operasi berjumlah 58 kasus (50%) dan

yang terendah pada laparotomi yang berjumlah 8 kasus (6,89%). Sama

halnya pada pasien rawat inap kasus tertinggi pada pasien yang tidak operasi

berjumlah 29 kasus (49,15%) dan terendah pada kasus apendektomi yang

berjumlah 10 kasus (16,94%)

8

50

58

20

10

29

0

10

20

30

40

50

60

70

Laparotomi Apendiktomi Tidak Operasi

Ju

mla

h P

asi

en

Tindakan Medik Pasien

Rawat Jalan

Rawat Inap

Page 60: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

43

4.2. Pembahasan

4.2.1. Karakteristik Pasien

a. Usia

Berdasarkan analisis deskritif pada grafik 4.1.5 dan 4.1.6

pada status perawatan pasien yang melakukan rawat jalan atau rawat

inap pada tahun 2016 dan 2017 menempati rentang usia yang sama

yakni tertinggi pada rentang usia 17-25 tahun yang mana pada tahun

2016 status perawatan pada pasien rawat jalan berjumlah 31 kasus

(60,78%) dan rawat jalan berjumlah 20 kasus (39,22%) sedangkan

pada tahun 2017 pada rawat jalan berjumlah 33 kasus (70,21%) dan

rawat inap 14 kasus (29,79%). Hasil penelitian ini sama dengan

penelitian yang dilakukan oleh Hartwig Korner et al di Rogaland

Central Hospital, Norway dengan angka kejadian tertinggi pada

rentang usia 13-40 tahun dengan rata-rata usia 22 tahun.34 Pada

penelitian yang dilakukan oleh Rendy Hidayatullah di RUMKITAL

dr. Mintohardjo Jakarta Pusat didapatkan angka appendicitis

tertinggi pada rentang usia 15-30 tahun (55,17%).8 Penelitian ini pun

menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian yang dilakukan

oleh Iftina tahun 2015 di RSU Kota Tangerang Selatan yang

menunjukkan angka tertinggi pada rentang usia 17-25 tahun.11 dan

penelitian ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa angka

kejadian appendicitis tertinggi pada usia 20-30 tahun.12 Namun hasil

ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan di Joo Sung sun et al

yaitu angka kejadian appendicitis tertinggi pada rentang usia 31-50

tahun.35

Penyebab paling sering appendicitis adalah terjadinya

sumbatan pada lumen apendiks, pada usia remaja dan dewasa

memungkinkan terjadinya penyumbatan apendiks yang lebih besar,

karena kebiasaan makanan yang kurang terjaga dan kurang serat

akan mempengaruhi terhadap mudahnya invasi bakteri dan pada

saat remaja dan dewasa perkembangan apendiks sudah maksimal

sehingga aktivitas hormon dan kelenjar yang ada di apendiks

Page 61: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

44

meningkat sehingga menyebabkan meningkatnya resiko terjadi

sumbatan pada apendiks.36

b. Jenis Kelamin

Berdasarkan analisis deskriptif pada grafik 4.1.7 dan 4.1.8

terdapat perbedaan antara tahun 2016 dan 2017 yang mana tahun

2016, perempuan lebih banyak yang terkena penyakit appendicitis

dibandingkan laki-laki, Sedangkan pada tahun 2017 pada rawat

jalan didominasi oleh perempuan sebesar 10:100.000 kasus dengan

jumlah totalnya adalah 86 kasus, sedangkan pada rawat inap

didominasi oleh laki-laki sebesar 4:100.000 kasus dengan jumlah

total kasus adalah 36 kasus.. Hasil analisis pada angka kejadian

appendicitis tahun 2016 sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh sebelumnya tahun 2015 di RSU Kota Tangerang Selatan

dengan perempuan berjumlah 64 kasus (57,7%) dan laki-laki

berjumlah 47 kasus (42,3%). Sedangkan hasil analisis angka

kejadian appendicitis tahun 2017 pada rawat inap sesuai dengan

penelitian Hartwig Korner et al yang menyebutkan bahwa laki-laki

(794 kasus) lebih banyak terkena appendicitis dibandingkan

perempuan (692 kasus),34 Hasil penelitian ini juga tidak sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Gloria A Thomas et al pada

RSUD Prof Dr. R.D. Kandou Manado bahwa angka kejadian

appendicitis pada laki-laki berjumlah 363 kasus sedangkan pada

laki-laki 287 kasus.23 Dan menurut buku ajar ilmu bedah angka

kejadian apenditis tertinggi pada laki-laki 1,4 kali lebih banyak

dibandingkan pada perempuan.12 Menurut penelitian yang

dilakukan oleh Hwang & Khumbaar proporsi jaringan limfoid pada

laki-laki lebih banyak dibandingkan pada perempuan.37

Page 62: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

45

4.2.2. Jenis Appendicitis

Berdasarkan analisis deskriptif pada grafik 4.1.9 dan 4.1.91

didapatkan bahwa angka kejadian appendicitis lebih tinggi pada

appendicitis kronik dibandingkan dengan appendicitis akut. Hasil ini tidak

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Gloria A Thomas et al bahwa

angka kejadian appendicitis lebih tinggi pada appendicitis akut berjumlah

412 kasus (63%) sedangkan appendicitis kronik berjumlah 38 kasus (6%).23

Tidak sesuai pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Syifa di RSUD DR

Adjidarmo Lebak tahun 2016 dengan kasus terbanyak adalah appendicitis

akut sebanyak 140 kasus (47,8%).38

4.2.3. Tindakan Medik

Berdasarkan analisis pada grafik 4.1.9.2 dan 4.1.9.3 pada tahun 2016

dan 2017 angka kejadian appendicitis berdasarkan tindakan medik hasil

yang tertinggi adalah tidak dilakukan operasi. Berbeda halnya dalam

penelitian yang dilakukan oleh Ceresoli Marco et al yang menyatakan

bahwa tindakan medik berupa apendektomi lebih tinggi dibandingkan

dengan yang tidak dilakukan operasi.4 Berbeda pula dengan penelitian yang

dilakukan oleh Syifa di RSUD DR Adjidarmo Lebak tahun 2016 yang mana

tindakan medik terbanyak adalah apendektomi yaitu 128 pasien (65%).38

4.3. Keterbatasan Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross-sectional

sehingga pengambilan data hanya terbatas pada data cuplikan karakteristik

pasien yang tertera pada rekam medik di RSU Kota Tangerang Selatan pada

tahun 2016-2017, karena pencatatan rekam medik yang masih sangat

terbatas, sehingga masih ada data yang diperlukan untuk mendukung

analisis dalam penelitian ini, tapi tidak tercantum dalam rekam medik

tersebut.8

Page 63: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

46

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Dari hasil penelitian Angka Kejadian Appendicitis di RSU Kota

Tangerang Selatan Tahun 2016-2017, disimpulkan :

1. Angka kejadian appendicitis di RSU Kota Tangerang Selatan pada

tahun 2016-2017 sebesar 23:100.000 kasus dengan jumlah totalnya

adalah 365 kasus

2. Angka Kejadian appendicitis di RSU Kota Tangerang Selatan pada

tahun 2016-2017 berdasarkan :

a. Status perawatan pasien didominasi oleh pasien rawat jalan.

b. Status perawatan pasien terhadap jenis kelamin terdapat perbedaan,

tahun 2016 perempuan lebih tinggi jumlahnya dibandingkan pasien

laki-laki. Sedangkan pada tahun 2017 pada rawat jalan didominasi

oleh perempuan sebesar 10:100.000 kasus dengan jumlah totalnya

adalah 86 kasus, sedangkan pada rawat inap didominasi oleh laki-

laki sebesar 4:100.000 kasus dengan jumlah total kasus adalah 36

kasus.

c. Status perawatan pasien terhadap usia, rentang usia tertinggi adalah

17-25 tahun.

d. Status perawatan pasien tehadap jenis appendicitis tercatat bahwa

appendicitis kronik lebih tinggi jumlahnya dibandingkan

appendicitis akut.

e. Status perawatan pasien terhadap tindakan medik didominasi oleh

tidak dilakukannya operasi.

46

Page 64: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

47

5.2. Saran

1. Kepada peneliti selanjutnya untuk menggunakan metode dan variabel yang

berbeda.

2. Kepada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk menambah kepustakaan

mengenai appendicitis

3. Kepada RSU Kota Tangerang Selatan untuk melakukan pelengakapan data

rekam medik yang lebih baik sehingga dapat dijadikan acuan data kejadian

appendicitis di Tangerang Selatan.

Page 65: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

48

DAFTAR PUSTAKA

1. Dorland WA N. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 31. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC; 2010. 142 p.

2. Moore KL, Dalley AF. Anatomi Berorientasi Klinis. Edisi 5 Ji. Astikawati

R, editor. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2013. 271-276 p.

3. Kong VY, Bulajic B, Allorto NL, Handley J, Clarke DL. Acute appendicitis

in a developing country. World J Surg. 2012;36(9):2068–73.

4. Ceresoli M, Zucchi A, Allievi N, Harbi A, Pisano M, Montori G, et al. Acute

appendicitis: Epidemiology, treatment and outcomes- analysis of 16544

consecutive cases. World J Gastrointest Surg [Internet]. 2016;8(10):693.

Available from: http://www.wjgnet.com/1948-9366/full/v8/i10/693.htm

5. Flum DR. Acute Appendicitis — Appendectomy or the “Antibiotics First”

Strategy. N Engl J Med [Internet]. 2015;372(20):1937–43. Available from:

http://www.nejm.org/doi/10.1056/NEJMcp1215006

6. Lubis I, Wijaya H, Lubis M, Lubis C, Divis P, Beshir K. Intestinal Parasitic

Infestation in Indonesia. Jakarta: EGC; 2008.

7. Departemen Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta:

Departemen Kesehatan RI; 2009. 24-31 p.

8. Hidayatullah R. Efektivitas Antibiotik yang Digunakan pada Pasca Operasi

Apendisitis Di RUMKITAL dr . Mintohardjo. Universitas Islam Negri Syarif

Hidayatullah Jakarta; 2014.

9. Dinas Kesehatan Provinsi Banten. Profil Kesehatan Provinsi Banten Tahun

2016. Banten: Dinas Kesehatan Provinsi Banten; 2016.

10. Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan. Statistik Kota Tangerang

Selatan Tahun 2016. Kota Tangerang Selatan: Badan Pusat Statistik Kota

Tangerang Selatan; 2016.

48

Page 66: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

49

11. Amalia I. Gambaran Sosio-Demografi dan Gejala Apendisitis Akut di RSUD

Kota Tangerang Selatan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; 2015.

12. Pieter J. Usus Halus, Apendiks, Kolon dan Anorektum. In: Buku Ajar Ilmu

Bedah. 2nd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010. p. 646–7.

13. Eroschenko VP. Atlas Histologi diFiore. 9th ed. Jakarta: EGC; 2003. 319 p.

14. Mescher AL. Junquiera’s Basic Histology: Text & Atlas. 12th ed. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2012. 266-275 p.

15. Repplinger MD, Levy JF, Peethumnongsin E, Gussick ME, Svenson JE,

Golden SK, et al. Diagnose Appendicitis in the General Population.

2017;43(6):1346–54.

16. Antonius N. Perbandingan efek pemberian fluorokuinolon injeksi selama 3

hari dilanjutkan oral 4 hari dengan injeksi 7 hari terhadap penyembuhan luka

operasi apendisitis komplikata [Internet]. Universitas Sebelas Maret; 2017.

Available from:

https://eprints.uns.ac.id/39671/1/S561302002_pendahuluan.pdf

17. Faridah VN. Penurunan Tingkat Nyeri Pasien Post Of Apendisitis dengan

tehnik Distraksi Nafas Dalam Ritmik. Surya. 2015;07(02):68–74.

18. Kumaat LT. Pengaruh Teknik Relaksasi Benson Terhadap Skala. e-Journal

Keperawatan (e-Kp). 2017;5(1):1–10.

19. Azka R. Gambaran Tingkat Personal Hygiene pada Pasien Apendisitis Anak.

Universitas Sebelas Maret Surakarta; 2018.

20. AG G, TW R, AS N, P T. Goodman & Gillman The Pharmacological Basic

of Therapeutic. 9th ed. New York: The Mc Graw-Hill Companies; 1996.

21. Petroianu A, Villar Barroso TV. Pathophysiology of Acute Appendicitis.

JSM Gastroenterol Hepatol. 2016;4(3):4–7.

22. C.P I. Karakteristik Penderita Apendisitis di RSUP H.Adam Malik Medan

Tahun 2009. Universitas Sumatra Utara; 2010.

Page 67: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

50

23. Thomas GA, Lahunduitan I, Tangkilisan A. Angka kejadian apendisitis di

RSUP Prof . Dr . R . D . Kandou Manado Periode Oktober 2012 - September

2015. J e-Clinic. 2016;4(1):231–6.

24. Rukmono. Bagian Patologi Anatomi. Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia; 2011.

25. Rukmono. Kumpulan Kuliah Patologi. Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia; 2010. 226-51 p.

26. Gorter RR, Eker HH, Gorter-Stam MAW, Abis GSA, Acharya A, Ankersmit

M, et al. Diagnosis and management of acute appendicitis. EAES consensus

development conference 2015. Surg Endosc [Internet]. 2016;30(11):4668–

90. Available from: http://link.springer.com/10.1007/s00464-016-5245-7

27. Bongala, dkk. Evidence-Based Clinical Practice Guidelines on the Diagnosis

and Treatment of Acute Appendicitis. 2002.

28. Marijata. Nyeri Abdomen Akut. Yogyakarta: Sub Bagian Bedah Digesti

Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada; 2010.

27-38 p.

29. Tamanna M, Eram U, Al Harbi T. Clinical Value of Leukocyte Counts in

Evaluation of Patients with Suspected Appendicitis in Emergency

Department. Turkish J Trauma Emerg Surg. 2012;18(6):474–8.

30. Penfold D., Benedict C, Kelly J. Geographic Diparities in the Risk of

Perforated Appendicitis Among Children in Ohio. Int J Health Geogr.

2008;(7):56–7.

31. Brill A, et al. The Effect of Laparoscopic Cholecystectomy, hysterectomy,

and appendetomy on nosocomial infection risks. Vol. 22. 2000.

32. Grace P., Borley. At a Glance Ilmu Bedah. 3rd ed. Jakarta: Erlangga; 2007.

56-8 p.

33. Beaglehole R, Bonita R, Kjellstrom T. Teacher Guide for Basic

Page 68: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

51

Epidemiology Part I and II. Geneva: World Health Organization; 1993.

34. Körner H, Söndenaa K, Söreide JA, Andersen E, Nysted A, Lende TH, et al.

Incidence of Acute Nonperforated and Perforated Appendicitis: Age-specific

and Sex-specific Analysis. World J Surg [Internet]. 1997;21(3):313–7.

Available from: http://link.springer.com/10.1007/s002689900235

35. Sun JS, Noh HW, Min YG, Lee JH, Kim JK, Park KJ, et al. Receiver

operating characteristic analysis of the diagnostic performance of a

computed tomographic examination and the alvarado score for diagnosing

acute appendicitis: Emphasis on age and sex of the patients. J Comput Assist

Tomogr. 2008;32(3):386–91.

36. The Society for Surgery of the Alimentary Tract. SSAT Patient Care

Guidelines Appendicitis (Online) [Internet]. 2007 [cited 2018 Oct 4].

Available from: http://www.guidelineappendicitisen.ctg.htm

37. P C, Dani. Karakteristik Penderita Apendisitis Akut di Rumah Sakit

Immanuel Bandung Periode 1 Januari 2013 - 30 Juni 2013. Bandung; 2013.

38. Sukmahayati S. Angka Kejadian Apendisitis di RSUD dr. Adjidarmo

Kabupaten Lebak pada Tahun 2016. Universitas Islam Negri Syarif

Hidayatullah Jakarta; 2016.

Page 69: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

52

LAMPIRAN

52

Page 70: PREVALENSI APPENDICITIS DI RSU KOTA TANGERANG …

53

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Wahyuning Hapsari

Tempat, tanggal lahir : Karawang, 28 Agustus 1997

Alamat : Jalan Syeh Quro Dusun Buahaseum I RT 004/002 Desa

Karyamukti Kecamatan Lemahabang Kabupaten Karawang

No HP : 082312805633

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan

2001 – 2002 : TK Islam Annur Karawang

2002 – 2008 : SDN Lemahabang 1 Karawang

2008 – 2011 :SMP Plus Pesantren Amanah Muhammadiyah

Tasikmalaya

2012 – 2015 :SMA Plus Pesantren Amanah Muhammadiyah

Tasikmalaya

2015 – Sekarang : Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

53