Presus THT
-
Upload
fikri-fajrul-falah -
Category
Documents
-
view
24 -
download
1
description
Transcript of Presus THT
PENDAHULUAN
Saluran pernafasan membawa udara dari dunia luar kedalam paru. Saluran
pernafasan terdiri dari hidung, faring, laring, trakhea, bronkus dan bronkiulus.
Laring merupakan bagian dari saluran pernafasan yang teridiri dari rangkaian
cincin tulang rawanyang dihubungkan oleh otot-otot dan mengandung pita suara.
Laring merupakan bagian yang penting karena merupakan tempat pembentukan
suara serta sebagai organ pelindung saluran pernafasan. berbagai kondisi patologis
pada organ ini dapat menggangu peranya sebagai fonasi dan organ pelindung
(Wilson, 2006).
Laringitis merupakan salah satu penyakit yang sering dijumpai pada
daerah laring. Laringitis merupakan suatu proses inflamasi pada laring yang dapat
terjadi baik akut maupun kronik. Pasien dengan laringitis biasanya mengeluh
suara serak atau kehilangan suara sama sekali (Shah, 2011).
Laringitis akut merupakan klasifikasi dari laringitis berdasarkan onsetnya.
Laringitis akut biasanya terjadi mendadak dan biasanya dapat sembuh dengan
sendirinya. Laringitis dikatakan akut jika gejala dari laringitis berlangsung tidak
kurang dari 3 minggu, jika gejala berlangsung lebih dari 3 minggu di
klasifikasikan sebagai laringitis kronik (Shah, 2011).
Etiologi dari laringitis akut bermacam-macam. Pengguanaan suara
berlebihan, paparan gas beracun, atau agen infeksi termasuk etiologi dari laringitis
akut. Agen infeksi paling sering adalah virus, namun kadang-kadang bakteri juga
bisa menyebabkan keadaan ini. Virus yang turut berperan antara lain influenza
(tipe A dan B), parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirus dan adenovirus. Radang
pada laring juda dapat merupakan kelanjutan dari rinofaringitis (coomon cold)
(Abdurrahman, 2003; Shah, 2011).
Laringitis akut dapat mengakibatkan suara menjadi sesak atau bahkan
hilang sama sekali karena keadaan ini menyebabkan gangguan pada bergetarnya
pita suara. Selain itu membrane yang menutupi pita suara dapat membengkak dan
memerah. Gejala umum radang juga muncul pada keadaan ini seperti demam dan
malaise (Hermani et al, 2007).
Prevalensi laringitis akut kurang diketahui secara pasti karena banyak
pasien yang menggunakan tindakan konservatif untuk mengobati laringitis
daripada konsultasi madis. Gejala infeksi saluran pernafasan atas sering menyertai
penyakit ini sehingga pasien terbiasa mengelola pengobatan mereka sendiri.
Berdasarkan hasil studi laringitis terutama menyerang pada usia 18-40 tahun
untuk dewasa sedangkan pada anak-anak umumnya terkena pada usia diatas 3
tahun (Shah, 2011).
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Laringitis merupakan salah satu penyakit yang sering dijumpai
pada daerah laring. Laringitis merupakan suatu proses inflamasi pada
laring yang dapat terjadi baik akut maupun kronik (Shah, 2011).
Berdasarkan onsetnya laringitis diklasifikasikan menjadi
laringitis akut dan laringits kronik. Laringitis akut jika gejala
berlangsung kurang dari 3 minggu, sedangkan laringitis kronik jika
gejala berlangsung lebih dari 3 minggu (Shah, 2011).
Laringitis akut adalah suatu inflamasi yang diakibatkan oleh
infeks bakteri maupun virus. Selain itu dapat disebabkan oleh paparan
zat beracun serta pengguanaan suara yang berlebih (Shah, 2011).
Gambar 1. Laringitis
B. Epidemiologi
Prevalensi laringitis akut kurang diketahui secara pasti karena
banyak pasien yang menggunakan tindakan konservatif untuk
mengobati laringitis daripada konsultasi madis. Gejala infeksi saluran
pernafasan atas sering menyertai penyakit ini sehingga pasien terbiasa
mengelola pengobatan mereka sendiri. Numun demikian, laringitis
merupakan salah satu patologi laring yang paling sering dijumpai
(Shah, 2011).
Laringitis akut biasanya dapat sembuh dengan sendirinya
sehingga angka morbiditas dan mortalitas yang signifikan tidak
ditemuai. Pasien laringitis akut akibat infeksi dapat menyebabkan
rusaknya pita suara daripada laringitis yang disebabkan karena trauma
vocal (Shah, 2011).
Berdasarkan hasil studi laringitis terutama menyerang pada
usia 18-40 tahun untuk dewasa sedangkan pada anak-anak umumnya
terkena pada usia diatas 3 tahun (Shah, 2011).
C. Anatomi dan Fisiologi
Saluran pernafasan membawa udara dari dunia luar kedalam
paru. Saluran pernafasan terdiri dari hidung, faring, laring, trakhea,
bronkus dan bronkiulus. Laring merupakan bagian dari saluran
pernafasan yang teridiri dari rangkaian cincin tulang rawanyang
dihubungkan oleh otot-otot dan mengandung pita suara. Laring
merupakan bagian yang penting karena merupakan tempat
pembentukan suara serta sebagai organ pelindung saluran pernafasan
(Wilson, 2006).
Gambar 2. Saluran Pernafasan
Bentuk laring menyerupai limas segitiga terpancung dengan
bagian atas lebih terpancung dan bagian atas lebih besar daripada
bagian bawah. Batas atas laring adalah aditus laring sedangkan batas
kaudal kartilago krikoid (Hermani et al, 2007).
Gambar 3. Laring
Struktur kerangka laring terdiri dari satu os hyoid dan beberapa
tulang rawan. Komponen utama pada struktur laring adalah kartilago
tiroid yang berbentuk seperti perisai dan kartilago krikoid. Os hyoid
terletak disebelah superior dengan bentuk huruf U dan dapat dipalapsi
pada leher depan. Dibagian bawah os hyoid ini bergantung ligamentum
tirohioid. Sementara itu kartilago krikoid mudah teraba dibawah kulit
yang melekat pada kartilago tiroid lewat membran krikotiroid yang
berbentuk bulat penuh. Pada permukaan superior lamina terletak
pasangan kartilago aritinoid yang berbentuk piramid bersisi tiga. Pada
masing-masing kartilago aritinoid ini mempunyai dua buah prosesus
yakni prosessus vokalis anterior dan prosessus muskularis lateralis
(Cohen, 1997).
Prossesus vokalis akan membentuk 2/5 bagian belakang dari
korda vokalis sedangakan ligamentum vokalis membentuk pita suara
yang dapat bergetar. Ujung bebas dan permukaan superior korda
okalis suara membentuk glottis (Cohen, 1997).
GGambar 4. Pita suara
Kartilago epiglotika merupakan struktur garis tengah tunggal
yang memisahkan saluran pernafasan atas dan bawah. Pada waktu
menelan, epiglottis menutup dan mengarahkan makanan masuk ke
esophagus. Pada waktu bernafas epiglottis terbuka. Selain itu juga
teradpat dua pasang kartilago kecil didalam laring yang mana tidak
mempunyai fungsi yakni kartilago kornikulata dan kuneiformis
(Cohen, 1997; Wilson, 2006).
Laring memiliki berbagai fungsi antara lain sebagai sebagai
proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, respirasi, sirkulasi, menelan, emosi
dan fonasi (Cohen, 1997)
a) Proteksi
Fungsi laring untuk proteksi adalah untuk mencegah agar
makanan dan benda asing masuk kedalam trakea dengan jalan
menutup aditus laring dan rima glotis yang secara bersamaan.
Benda asing yang telah masuk ke dalam trakea dan sekret yang
berasal dari paru juga dapat dikeluarkan lewat reflek batuk.
b) Respirasi
Fungsi respirasi laring dengan mengatur mengatur besar
kecilnya rima glotis.
c) Sirkulasi
Dengan terjadinya perubahan tekanan udara maka didalam
traktus trakeo-bronkial akan dapat mempengaruhi sirkulasi darah
tubuh.
d) Menelan
Fungsi laring dalam proses menelan mempunyai tiga
mekanisme yaitu gerakan laring bagian bawah keatas, menutup
aditus laringeus, serta mendorong bolus makanan turun ke
hipofaring dan tidak mungkin masuk kedalam laring.
e) Emosi dan fonasi
Laring mempunyai fungsi untuk mengekspresikan emosi
seperti berteriak, mengeluh, menangis dan lain-lain yang berkaitan
dengan fungsinya untuk fonasi dengan membuat suara serta
mementukan tinggi rendahnya nada.
D. Etiologi dan Predisposisi
Laringitis akut disebabkan oleh beberapa sebab antara lain
(Masjoer et al., 2009; Abdurrahman, 2003; Shah, 2011) :
1) Infeksi
a) Virus
Common Cold Virus
Influenza (tipe A dan B)
Parainfluenza (tipe 1,2,3)
Rhinovirus
Adenovirus
b) Bakteri
Haemophilus Influenzae
Stafilococcus
Streptococcus
Pneumococus
c) Jamur
Candida albican
Histoplasmosis
2) Trauma
a) Vocal
b) GERD
c) Rokok
d) Korosif
3) Alergi
Sementara faktor predisposisi yang turut berperan dalam kejadian
laringitis akut antara lain
1) Perubahan cuaca
2) Gizi kurang
3) Imunisasi tidak lengkap
E. Patofisiologi
Hampir semua penyebab inflamasi ini adalah virus. Laringitis
biasanya disertai rinitis atau nasofaringitis. Awitan infeksi mungkin
berkaitan dengan pemajanan terhadap perubahan suhu mendadak,
defisiensi diet, malnutrisi, dan tidak ada immunitas. Laringitis umum
terjadi pada musim dingin dan mudah ditularkan. Ini terjadi seiring
dengan menurunnya daya tahan tubuh dari host serta prevalensi virus
yang meningkat. Laringitis ini biasanya didahului oleh faringitis dan
infeksi saluran nafas bagian atas lainnya. Hal ini akan mengakibatkan
iritasi mukosa saluran nafas atas dan merangsang kelenjar mucus
untuk memproduksi mucus secara berlebihan sehingga menyumbat
saluran nafas. Kondisi tersebut akan merangsang terjadinya batuk
hebat yang bisa menyebabkan iritasi pada laring. Dan memacu
terjadinya inflamasi pada laring tersebut. Inflamasi ini akan
menyebabkan membrane pita suara menjadi bengkak dan memerah
sehingga menghambat getaran pita usara untuk memproduksi suara.
Selain itu inflamasi menyebabkan nyeri akibat pengeluaran mediator
kimia darah yang jika berlebihan (John, 2001; Shah, 2011).
Infeksi- Virus- Bakteri- Jamur
Trauma- Vocal- GERD- Rokok- Korosif
Alergi
Inflamasi
NyeriMukosa pita suara bengkak
Gejala radang umum
Suara Parau
Penyempitan saluran nafas
Gambar 5. Patofisiologi laringitis akut
F. Penegakan Diagnosis
Diagnosis laringitis akut dapat ditegakkan dengan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemerinksaan penunjang.
1) Anamnesis
Pada anamnesis dapat didapatkan informasi sebagai berikut
(Hermani et al, 2007; Shah, 2011):
a) Suara parau bahkan sampai tidak bersuara sama sekali (afoni)
b) Sesak nafas dan stridor
c) Nyeri tenggorokan seperti nyeri ketika menalan atau berbicara.
d) Gejala radang umum seperti demam, malaise
e) Batuk kering yang lama kelamaan disertai dengan dahak kental
f) Gejala commmon cold seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok
hingga sulit menelan, sumbatan hidung (nasal congestion),
nyeri kepala, batuk dan demam dengan temperatur yang tidak
mengalami peningkatan dari 38 derajat celsius.
g) Gejala influenza seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga
sulit menelan, sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri
kepala, batuk, peningkatan suhu yang sangat berarti yakni lebih
dari 38 derajat celsius, dan adanya rasa lemah, lemas yang
disertai dengan nyeri diseluruh tubuh
Gejala diatas tidak muncul lebih dari 3 minggu
Sesak nafas
2) Pemeriksaan fisik
Pada anamnesis biasanya didapatkan informasi sebagai berikut:
a) Pada pemeriksaan laringoskopi akan tampak mukosa laring
hiperemis dan membengkak
Gambar 6. Laringoskopi
b) Pada pemeriksaan rinoskopi anterior dapat ditemukan tanda
radang akut pada hidung
3) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain
(Abdurrahman, 2003; Shah, 2011):
a) Foto rontgen leher AP : bisa tampak pembengkakan jaringan
subglotis (Steeple sign). Tanda ini ditemukan pada 50% kasus.
b) Pemeriksaan laboratorium : gambaran darah dapat normal. Jika
disertai infeksi sekunder, leukosit dapat meningkat
c) Tes alergi
G. Diagnosis Banding (Abdurrahman, 2003)
1) Faringitis
2) Bronkiolitis
3) Bronkitis
4) Pnemonia
5) Benda asing pada laring
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien laringitis akut dapat diklasisfikasikan
menjadi medikamentosa dan nin medikamontosa.
1) Medikamentosa
Terapi medikamentosa bertujuan untuk mengurangi atau
menghilangkan gejala yang muncul (simtomatis) dan mengobati
penyebabnya (kausatif).
a) Simtomatis
Demam : Parasetamol
Nyeri : Asam mefenamat
Hidung tersumbat : Dekongestif nasal ( PPA, efedrin)
Pengencer dahak : Ambroksol
b) Kausatif
Antibiotik : Penicilin (Shah, 2011)
2) Non-medikamentosa
a) Istirahat berbicara dan bersuara selama 2-3 hari
b) Jika pasien sesak dapat diberikan O2 2 l/ menit
c) Istirahat
d) Menghirup uap hangat dan dapat ditetesi minyak atsiri /
minyak mint bila ada muncul sumbatan dihidung atau
penggunaan larutan garam fisiologis (saline 0,9 %) yang
dikemas dalam bentuk semprotan hidung atau nasal spray
(Shah, 2011)
I. Prognosis
Laringitis akut umumnya dapat sembuh dengan sendirinya.
Bila terapi dilakukan dengan baik maka prognosisnya sangat baik.
Namun pada anak khususnya pada usia 1-3 tahun penyakit ini dapat
menyebabkan udem laring dan udem subglotis sehingga dapat
menimbulkan obstruksi jalan nafas dan bila hal ini terjadi dapat
dilakukan pemasangan endotrakeal atau trakeostomiaik (Abdurrahman,
2003; Shah, 2011).
J. Komplikasi
Komplikasi jarang terjadi karena laringitis akut dapat sembuh
dengan sendirinya. Kerusakan pita suara mungkin terjadi pada
penderita yang kompensasi berlebih terhadap disfoni (Schwartz et al.,
2009).
KESIMPULAN
Laringitis merupakan salah satu penyakit yang sering dijumpai pada
daerah laring. Berdasarkan onsetnya laringitis diklasifikasikan menjadi laringitis
akut dan laringits kronik. Laringitis dikatakan akut jika gejala dari laringitis
berlangsung tidak kurang dari 3 minggu. Tanda dan gejala laringitis akut meliputi
suara parau, nyeri tenggorokan, sesak nafas, gejala umum radang dan batuk.
Laringitis disebabkan oleh infeksi, trauma, dan alergi pada laring.
Diagnosis didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang yang dilakukan secara tepat. Tatalaksana dilakukan adalah medika
mentosa dan non medikamentosa. Medikamentosa bertujuan untuk mengurangi
gejala dan mengobati penyebab penyakit dengan obat-obatan. Prognosis pada
laringitis akut umumnya baik karena dapat sembuh sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman MH. 2003. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Edisi ke2. Jakarta: FKUI
Cohen JL. 1997. Anatomi dan Fisiologi Laring. Dalam BOIES-Buku Ajar Penyakit THT.Edisi ke6. Jakarta: EGC
Hermani B,Kartosudiro S & Abdurrahman B. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta : FKUI
Jhon SD., Maves MD. 2001. Byron- Head and Neck surgery Otolaryngology : Surgical Anatomy of the Head and Neck. USA: Wilkins Publisher
Mansjoer A., Triyanti K., Savitri R., wardhani WI., Sutiowulan W. 2009. Kapita Selekta Kedokteran: Ilmu Telinga Hidung dan Tenggorokan. Jakarta: Media Aesculapeus
Schwartz SR, Cohen SM, Dailey SH, et al. 2009. Clinical practice guideline: hoarseness (dysphonia). Otolaryngol Head Neck Surg. Vol. 141: S1-S31.
Shah RK., 2011. Acute Laryngitis. Terdapat dalam: http://emedicine.medscape.com/article/864671 [diakses tanggal 12 Desember 2012]
Wilson LM. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Konsep-konsep Penyakit: Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernafasan. Jakarta: EGC