presus THT Q

download presus THT Q

If you can't read please download the document

Transcript of presus THT Q

BAB I

BAB IKASUS

I. IDENTITAS.Nama : Bp. SUsia : 37 Tahun.Agama : Islam.Jenis kelamin : Laki - lakiAlamat : Jodag Sumberadi Mlati.Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil.No. Rekam medis : 071410.Tanggal Periksa : 26- 07- 2007.

II. ANAMNESA :Keluhan utama : Keluar cairan dari telinga kiriKeluhan penyakit sekarang : Pasien mengeluh mengeluarkan cairan dari telinga kiri. Cairan berwarna kekuningan, darah (-), terkadang bau busuk, pendengaran berkurang, tidak ada vertigo dan tidak demam. Keluhan dirasakan kurang lebih sejak 2 tahun yang lalu dan kambuhan. Riwayat penyakit dahulu : Belum pernah menderita penyakit serupa sebelumnya.Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada keluarga yang menderita penyakit serupa.Resume anamnesis : Pasien seorang laki laki dengan keluhan telinga kiri mengeluarkan cairan berwarna agak kekuningan, bau (+) disertai pendengaran berkurang. Keluhan dirasakan sejak kurang lebih 2 tahun yang lalu dan kambuhan.

III. PEMERIKSAAN FISIK Status generalisata :Keadaan Umum : Compos mentis.Vital Sign : T : 120/70 mmHg. N : 88X/ mmt. R : 20X/ mmt. S : 36,5 C.Status Lokalis : Telinga : Dextra : Inspeksi : Tidak tampak kelainan.Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.Otoskopi : Auricula tidak tampak kelainan. CAE : serumen (-), sekret (-). Membran timpani intact, RC (+)Sinistra : Inspeksi : Tidak tampak kelainan Palpasi : Tidak ada nyeri tekan Otoskopi : Auricula tidak tampak kelainan CAE : serumen (-), sekret (+) Membran timpani tidak dapat dinilai.Hidung dan paranasal : Kavum nasi : polip (-/-), konka eutrofi (+/+). Septum nasi : deviasi (-).Tenggorok : - Faring hiperemis (-). - Tonsil TI TIMaksilo fasial : Tidak ada kelainan.Leher : kelenjar getah bening ( -/- ).

IV. DIAGNOSIS KERJA Otitis Media Supuratif Kronik

V. PEMERIKSAAN PENUNJANGKultur dari sekret telingaFoto Rontgent mastoid

VI. PENATALAKSANAANNon farmakologis

Nasehat untuk menjaga telinga agar tetap keringAnjuran untuk tidak berenang dan menghindari masuknya air ke dalam telingaMenjaga kebersihan telinga dan makan makanan bergiziPembersihan telinga dengan penghisap

Farmakologis

Obat cuci telinga, seperti larutan H2O2 3% selama 3-5 hariObat tetes telinga yang mengandung antibiotik dan steroidAntibiotik broadspectrum secara oral, seperti golongan Ampisilin atau Eritromisin diberikan sebelum dilakukan tes resistensi.

BAB IIPEMBAHASAN

II.1. DefinisiOtitis Media Supuratif Kronis ( OMSK ) ialah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah yang terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah.

II.2. EtiologiOtitis media akut dengan perforasi membran timpani akan menjadi otitis media supuratif kronis apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila proses infeksi kurang dari 2 bulan disebut otitis media supuratif subakut. Beberapa faktor yang menyebabkan otitis media akut menjadi otitis media supuratif kronis, ialah terapi yang terlambat diberikan, tetapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang) atau higiena buruk.1,4

II.3. EpidemiologiIndonesia termasuk negara dengan prevalensi tinggi, sekitar 3,1%. Beban yang disebabkan penyakit ini terutama terletak pada sifat penyakit yang berulang, yang umumnya dimulai dari usia anak- anak yang memerlukan pengobatan yang berulang. Disamping itu gangguan pada fungsi pendengaran yang mengganggu perkembangan intelektual.II. 4. PatogenesisA.Otitis Media Supuratif Kronis Tipe BenignaOleh karena proses patologi, telinga tengah pada tipe ini didahului oleh kelainan fungsi tuba, maka disebut sebagai penyakit tubotimpanik. Terjadinya otitis media supuratif kronis dimulai dengan otitis media berulang pada anak- anak, jarang dimulai setelah dewasa. Terjadinya otitis media disebabkan multifaktor antara lain infeksi virus atau bakteri, gangguan fungsi tuba, alergi, kekebalan tubuh, lingkungan dan sosial ekonomi. Anak lebih mudah terkena infeksi telinga, karena struktur tuba anak yang berbeda dengan orang dewasa serta kekebalan tubuh yang belum berkembang sempurna. Sehingga bila terjadi infeksi saluran nafas atas maka otitis media merupakan komplikasi yang sering terjadi. Fokus infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis, tonsillitis, rhinitis dan sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba eustachius, kadang- kadang infeksi berasal dari telinga luar masuk ke telinga tengah melalui perforasi membran timpani, maka terjadilah proses inflamasi. Bila terjadi perforasi membran timpani yang permanent maka mukosa telinga tengah akan terpapar keluar. Sehingga memungkinkan terjadinya infeksi berulang setiap waktu.1,2

B. Otitis Media Supuratif Kronis Tipe MalignaOtitis media supuratif kronis tipe maligna ialah yang mengandung kolesteatoma dan tipe ini sering menimbulkan komplikasi berbahaya. Perforasi pada tipe maligna letaknya marginal atau atik.kadang- kadang terdapat juga kolesteatoma pada tipe otitis media supuratif kronis dengan perforasi subtotal. Sebagian besar komplikasi yang berbahaya atau fatala timbul pada otitis media supuratif kronis tipe maligna. 1,4

II. 5. Kuman Penyebab Otitis Media Supuratif Kronis Kuman gram negative dan gram positif aerob dan anaerob berperan pada otitis media supuratif kronis dengan insiden yang berbeda- beda. Pseudomonas aeruginosa merupakan kuman paling banyak ditemukan pada biakan sekret otitis media supuratif kronis tanpa kolesteatoma. Berbagai kuman lain yang harus diperhatikan karena sifat khususnya adalah stapilococcus aureus yang telah resisten terhadap ampisilin atau amoxcilin. Stapilococcus epidermitis dan klebsiela pneumonia yang juga resiten terhadap penisilin maupun ampisilin, bakreri yang harus diperhatikan adalah bakterioides fragilis dan haemophilus influenza yang mempunyai potensi untuk menghasilkan beta- laktamase.

II. 6. Tanda Klinis Pada Otitis Media Supuratif KronisA. Otitis media supuratif kronis tipe benignaProses peradangan terbatas terdapat pada mukosa saja, dan biasanya tidak mengenai tulang. Perforasi terletak disentral , terdapat kolesteatoma dan jarang menimbulkan komplikasi.

B. Otitis media supuratif kronis tipe malignaSeringkali menimbulkan komplikasi yang berbahaya, maka perlu ditegakkan diognosis dini. Perforasi pada daerah marginal atau atik, tanda ini biasanya merupakan tanda dini dari otitis media supuratif kronis tipe maligna. Sedangkan pada kasus yang sudah lanjut dapat terlihat abses atau fistel retro-aurikuler ( belakang telinga ), polip atau jaringan granulasi di liang telinga luar yang berasal dari telinga tengah.terlihat kolesteatoma pada telinga tengah, sekret berbentuk nanah dan berbau khas.3,4 II. 7. Diagnosis Otitis Media Supuratif KronisDiagnosis tepat memerlukan beberapa alat pemeriksaan antara lain lampu kepala yang cukup baik, corong telinga, alat pembersih sekret telinga, alat penghisap sekret, otoskop. Diagnosis otitis media supuratif kronis ditegakkan bila ditemukan perforasi membran timpani dengan riwayat otore menetap atau berulang lebih dari 2 bulan. Sebaiknya diagnosis otitis media supuratif kronis disertai dengan keterangan jenis dan derajat ketulian. Apabila terdapat ketulian dapat menandakan komplikasi ke labirin, dapat juga akibat penggunaan obat topical yang ototoksik.Pemeriksaan pencitraan mastoid bukan pemeriksaan rutin tetapi perlu untuk melihat perkembangan pneumatisasi mastoid dan bukan perluasan penyakit, pemeriksaan mikrobiologi sekret telinga penting untuk menentukan antibiotik yang tepat. Tanda otitis media supuratif kronis tipe maligna harus dikenali yaitu perforasi nya diatik, mukosa disekitar perforasi diganti oleh epitel berlapis gepeng. Apabila dengan kolesteatoma yang terinfeksi biasanya otore berbau khas, tetapi pada yang tidak terinfeksi bila kering sering terdapat jaringan granulasi yang biasanya menandakan telah terpaparnya tulang. Pemeriksaan pencitraan dengan foto polos atau CT scan menunjukkan adanya pemeriksaan kolesteatoma.

II. 8. Komplikasi Pada Otitis Media Supuratif KronisKomplikasi intratemporal terdiri dari : - Abses sobperiosteal.Labirintis.Paresis Fasial.Petrositis.

Komplikasi intracranial terdiri dari : - Abses ektra dura.Abses Perisinus.Abses otak dan meningitis otikus.Meningitis.Tromboflebitis sinus lateral.

II.9. Penatalaksanaan Otitis Media Supuratif KronisPrinsip terapi pada otitis media supuratif kronis tipe benigna ialah konservatif atau dengan medikamentosa. Bila sekret yang keluar terus menerus maka diberikan obat pencuci telinga berupa larutan H2O2 3% selama 3-5 hari. Setelah sekret berkurang maka terapi dilanjutkan dengan memberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid. Secara oral diberikan antibiotik dari golongan ampicilin atau eritromicin, (bila pasien alergi terhadap ampicilin). Pada infeksi yang dicurigai karena penyebabnya telah resisten terhadap ampicilin dapat diberikan ampicilin asam klavulariat. Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama 2 bulan, maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini bertujuan untuk menghentikan infeksi secara permanent, memperbaiki membrane timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat.4 Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada atau terjadinya infeksi berulang maka sumber infeksi harus diobati terlebih dahulu, mungkin juga perlu melakukan pembedaan misalnya adenoidektomi dan tonsilektomi. Perinsip terapi tipe maligna yaitu pembedahan ialah mastiodektomi,terapi konservatif dengan medikamentosa hanya merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan.

II.9.1. Terapi BedahA. Mastoidektomi SederhanaOperasi ini dilakukan pada otitis media supuratif kronis tipe benigna yang dengan pengobatan konservatif tidak sembuh. Dengan tindakan operasi ini dilakukan pembersihan ruang mastoid dari jaringan patologik. Tujuannya ialah agar dapat telinga tidak berair lagi.4

B. Mastoidektomi RadikalOperasi ini dilakukan pada otitis media supuratif kronis tipe maligna dengan infeksi atau kolesteatoma yang sudah meluas. Tujuan operasi ini ialah untuk membuang semua jaringan patologik dan mencegah komplikasi ke intracranial, kerugian operasi ini ialah pasien tidak diperbolehkan berenang seumur hidupnya pasien harus dating teratur untuk kontrol supaya tidak terjadi infeksi kembali.4

C. Mastoidektomi Radikal Dengan Modifikasi (operasi bondy)Operasi ini dilakukan pada otitis media supuratif kronis dengan kolesreatoma di daerah atik, tetapi belum merusak kavum timpani seluruh rongga mastoid dibersihkan dan dinding posterior liang telinga direndahkan. Tujuan operasi ini ialah untuk membuang semua jaringan patologik dari rongga mastoid.3,4

D. MiringoplastiOperasi ini merupakan jenis timpanoplasti yaNg paling ringan dikenal juga dengan nama timpamoplasti tipe 1. Rekontruksi hanya dilakukan pada membran timpani. Tujuan operasi ini ialah untuk mencegah berulangnya infeksi telinga pada otitis media supuratif kronis tipe benigna yang sudah tenang dengan ketulian ringan, yang hanya disebabkan oleh perforasi membran timpani.3,4

E. TimpanoplastiOperasi ini dikerjakan pada otitis media supuratif kronis tipe benigna dengan kerusakan yang lebih berat atau otitis mesia supuratif kronis tipe benigna yang tidak bisa disembuhkan dengan pengobatan medikamentosa. Tujuan operasi ini ialah untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran,pada operasi ini selain rekontruksi membrane timpani seringkali harus dilakukan juga rekontruksi tulang pendengaran. Sebelum rekontruksi dikerjakan lebih dahahulu dilakukan eksplorasi kavum timpani dengan atau tanpa mastoidektomi untuk membersihkan jaringan patologik.3,4

F. Timpanoplasti dengan pendekatan gandaOperasi ini merupakan tekni timpanoplasti dikerjakan pada kasus otitis media supuratif kronis tipe maligna atau tipe benigna dengan jaringan granulasi yang luas. Tujuan operasi ini ialah untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran tanpa melakukan tekni mastoidektomi radikal, membersihkan kolesteatoma dan jaringan granulasi di kavum timpani, dikerjakan melalui dua jalan yaitu melalui liang telinga dan rongga mastoid dengan melakukan timpanotomi posterior.1,2

DAFTAR PUSTAKAHelmi, 2005, Otitis Media Supuratif Kronis, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Halaman 55- 68.

Iskandar Nurbaiti, Hj.,Prof.Dr.Sp.THT., 2004, Panduan Penatalaksanaan Gawat Darurat Telinga Hidung Tenggorok, edisi dua, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Halaman 15- 17.

L.Jensen. dr.,2000, Penyakit Telinga Hidung Tenggorok, edisi empat, Halaman 10-12.

Soepardi Arsyad Efiaty, H.Dr.Sp.THT., 2000, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok, edisi empat, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Halaman 54- 56.

PRESENTASI KASUS

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Di Bagian THT Rumah Sakit Umum Daerah Sleman

Disusun oleh :

Christin Masitoh20010310087

Pembimbing:

dr.RM. Indra Soerja, Sp.THT

BAGIAN THTFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTARSUD SLEMAN YOGYAKARTA2007LEMBAR PENGESAHAN

Presentasi Kasus

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Di Bagian THT Rumah Sakit Umum Daerah Sleman

Disusun oleh:

Christin Masitoh 20010310087

Disahkan pada tanggal:

Mengetahui,Dosen Pembimbing:

dr. RM. Indra Soerja, Sp.THT

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA2007