Presus Fam Nike ratna
-
Upload
nikeratnakemala -
Category
Documents
-
view
235 -
download
10
description
Transcript of Presus Fam Nike ratna
BAB I
A. IDENTITAS PASIEN
- Nama Pasien : Ny. R
- Usia : 25 tahun
- Alamat : Salatiga
- Agama : Islam
- Jenis Kelamin : Perempuan
- No. RM : Diketahui
- Masuk RS :25 Juni 2014 pkl 13.30 wib
- Dirawat di : Bangsal Flamboyan 2 RSUD Salatiga
B. ANAMNESIS
Keluhan utama : Benjolan pada payudara kiri
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang dengan keluhan terdapat benjolan pada payudara kiri bagian
samping atas sejak 1,5 bulan yang lalu. Pada awalnya benjolan dirasakan
sebesar kacang ijo, kemudian bertambah besar menjadi sebesar buah
kelengkeng. Pasien juga merasakan nyeri pada payudara kirinya terutama di
daerah benjolan dan terasa panas yang hilang timbul. Nyeri dirasakan
terutama pada saat pasien sedang menstruasi (haid). Pada saat ini pasien
sedang tidak menstruasi, sehingga nyeri tidak dirasakan. Riwayat keluar
cairan dari putting payudara kiri disangkal. Riwayat datang bulan pertama kali
sekitar umur 13 tahun. Riwayat menstruasi teratur.
Riwayat Penyakit Dahulu: pasien pernah mondok di RS dan pernah operasi
appendicitis 6 tahun yang lalu, riwayat batuk lama (-), riwayat konsumsi obat-
obatan atau jamu (-), riwayat hipertensi (-), riwayat DM (-), riwayat penyakit
jantung (-), riwayat sakit ginjal (-)
1
Riwayat Penyakit Keluarga : Ibu punya benjolan jinak di payudara sekitar 1
tahun lalu, didiagnosis tumor jinak dan sudah menjalani operasi, keluarga
tidak ada yang mempunyai hipertensi, jantung, kanker ataupun DM.
Riwayat alergi obat : tidak ada alergi obat-obatan dan makanan tertentu
C. PEMERIKSAAN FISIK
Kesan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Vital Sign : T : 110/70 mmHg
RR : 20 x/menit
N : 84 x/menit, reguler, ekual, tegangan dan isi cukup
S : 36,5 0C aksila
1. - Bentuk Kepala : Bentuk mesocepal, tidak ada
deformitas
- Rambut : Warna hitam, distribusi merata,
tidak mudah dicabut
- Inflamasi : (-)
2. Pemeriksaan Mata
- Palpebra : Edema (-/-), ptosis (-/-)
- Konjunctiva : Anemis (-/-)
2
- Sklera : Ikterik (-/-)
- Pupil : Reflek cahaya (+/+)
4. Pemeriksaan Telinga : nyeri tekan (-/-), discharge (-)
5. Pemeriksaan Hidung : Nafas cuping hidung (-/-),
epistaksis (-), deviasi septum (-)
6. Pemeriksaan Tenggorokan : Faring tidak hiperemis, epistaksis
posterior (-), tonsil dbn
7. Pemeriksaan Leher
- Trakea : Deviasi trakea (-)
- Kelenjar Tiroid : Membesar (-)
- Kelenjar lnn : Tidak membesar, nyeri (-)
- JVP : Tidak meningkat
8. Pemeriksaan Dada
:
Paru-paru Dx/sn:
inspeksi: simetris (+) ketinggalan gerak (-), retraksi dada (-),
skikatrik (-)
Palpasi: Nyeri tekan (-), fokal fremitus simetris (+), massa (-),
krepitasi (-)
Perkusi: sonor +/+
Auskultasi: vesikuler +/+, wheezing -/-, ronki -/-
3
Jantung: S1-S2 reguler, bising jantung (-), gallop (-)
9. Pemeriksaan Abdomen
- Inspeksi : Datar, tidak ada distensi
- Auskultasi : Peristaltik usus (+) normal
- Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, masa
tidak teraba, defans muskular (-)
- Perkusi : Timpani (+)
10. Pemeriksaan ekstremitas
Superior Inferior
Edema -/- -/-
Pembesaran Kelenjar Getah
Bening-/- -/-
Sianosis - / - - / -
Akral Hangat Hangat
CRT < 2 detik < 2 detik
Turgor baik baik
4
Status Lokalis
Pemeriksaan/regio Mammae dekstra Mammae sinistra
Inspeksi Warna kulit mamae sama seperti warna kulit sekitar, penebalan
kulit mamae tidak ada, kedua payudara tampak simetris, tak
tampak adanya masa, cekungan atau dimpling mamae tidak ada,
retraksi atau cekungan papila mamae tidak ada, arah papila
mamae menunjuk, pengeluaran discharge secara spontan tidak
ada
Palpasi Tidak teraba masa, papilla
mamae simetris, tidak terdapat
pengeluaran discharge,
pembesaran kelenjar getah
bening di axilla tidak ada
Teraba sebuah masa pada
kuadran superolateral, bentuk
bulat ukuran 3x3 cm,
permukaan licin, konsistensi
kenyal lunak, mobile, berbatas
jelas, nyeri tekan (-), papila
mamae elastis, pengeluaran
discharge tidak ada,
pembesaran Kelenjar getah
bening (-)
5
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah rutin
Hasil Hasil
AL 6 (4,5-11 x 103) AT 160 (150-450 x 103)
AE 4,8 (4,5-5,5 x 106) MCV 87 (85-100)
HB 14,2 (14-18) MCH 28,5 (28-31)
HMT 42 (40-54) MCHC 35,5 (33-37)
USG mammae : tampak bayangan hipoechoic, bulat, tepi licin, ukuran 2,15x2,45
pada kuadran lateral.
Kesan : FAM sinistra
E. DIAGNOSIS KERJA :
Fibroadenoma Mammae (FAM) sinistra
F. PENATALAKSANAAN
Infus RL 20 tpm
Pro eksisi FAM
Inform Consent
Puasa
Konsul anestesi
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi
Payudara adalah organ yang berperan dalam proses laktasi, sedangkan pada pria
organ ini tidak berkembang dan tidak memiliki fungsi dalam proses laktasi seperti
pada wanita (rudimeter). Payudara terletak antara iga ketiga dan ketujuh serta
terbentang lebarnya dari linea parasternalis sampai axillaris anterior dan mediana.
Berat dan ukuran payudara bervariasi sesuai pertambahan umur, pada masa pubertas
membesar, dan bertambah besar selama kehamilan dan sesudah melahirkan, dan
menjadi atropi pada usia lanjut.
Setiap payudara terdiri atas 15 sampai 25 lobus kelenjar yang masing-masing
mempunyai saluran ke papilla mamma yang disebut duktus laktiferus dan dipisahkan
oleh jaringan lemak yang bervariasi jumlahnya. Diantara kelenjar susu dan fasia
pektoralis, juga di antara kulit dan kelenjar tersebut terdapat jaringan lemak. Di antara
lobus tersebut terdapat jaringan ikat yang disebut ligamentum cooper yang
merupakan tonjolan jaringan payudara, yang bersatu dengan lapisan luar fasia
superfisialis yang berfungsi sebagai struktur penyokong dan memberi rangka untuk
payudara. Jaringan ikat memisahkan payudara dari otot-otot dinding dada, otot
pektoralis dan anterior.
Pembuluh darah mammae berasal dari arteri mamaria interna dan arteri torakalis
lateralis. Vena supervisialis mamae mempunyai banyak anastomosa yang bermuara
ke vena mamaria interna dan vena torakalis interna/epigastrika, sebagian besar
bermuara ke vena torakalis lateralis. Aliran limfe dari payudara kurang lebih 75% ke
aksila, sebagian lagi ke kelenjar terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada
pula aliran ke kelenjar interpektoralis.
Untuk lebih jelas dari anatomi payudara dapat dilihat pada gambar berikut:
7
Menurut Hoskins et, al (2005) Untuk mempermudah menyatakan letak suatu kelainan,
payudara dibagi menjadi lima regio, yaitu :
1. Kuadran atas bagian medial (inner upper quadrant)
2. Kuadran atas bagian lateral (outer upper quadrant)
3. Kuadran bawah bagian medial (inner lower quadrant)
4. Kuadran bawah bagian lateral (outer lower quadrant)
5. Regio puting susu (nipple)
8
Fisiologi
Perkembangan dan fungsi payudara dimulai oleh berbagai hormon. Esterogen
diketahui merangsang perkembangan duktus mamilaris. Progesteron memulai
perkembangan lobulus-lobulus payudara juga diferensiasi sel epitelial.
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi oleh hormon, yakni :
a. Perubahan pertama adalah mulai dari masa hidup anak melalui masa hidup
pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium, dan menopause. Sejak pubertas
pengaruh estrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon
hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.
b. Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke-8 haid,
payudara menjadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum haid berikutnya terjadi
pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata.
Selama beberapa hari menjelang haid, payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga
pemeriksaan fisik terutama palpasi tidak mungkin dilakukan. Begitu haid dimulai,
semuanya berkurang.
c. Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada masa kehamilan,
payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus berproliferasi,
dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu
laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus mengisi asinus, kemudian
dikeluarkan melalui duktus ke puting susu.
Definisi Tumor Payudara
Tumor payudara adalah benjolan tidak normal akibat pertumbuhan sel yang terjadi
secara terus menerus (Kumar dkk, 2007). Dalam klinik, istilah tumor sering
9
digunakan untuk semua tonjolan dan diartikan sebagai pembengkakan, yang dapat
disebabkan baik oleh neoplasma maupun oleh radang, atau perdarahan. Neoplasma
membentuk tonjolan, tetapi tidak semua tonjolan disebabkan oleh neoplasma
(Sukardja, 2000).
Etiologi dan Faktor Resiko
Menurut Rosjidi (2000) Sampai saat ini, penyebab pasti tumor payudara belum
diketahui. Namun, ada beberapa faktor resiko yang telah teridentifikasi, yaitu :
a. Jenis kelamin
Wanita lebih beresiko menderita tumor payudara dibandingkan dengan pria.
Prevalensi tumor payudara pada pria hanya 1% dari seluruh tumor payudara.
b. Riwayat keluarga
Wanita yang memiliki keluarga tingkat satu penderita tumor payudara beresiko tiga
kali lebih besar untuk menderita tumor payudara.
c. Faktor genetik
Mutasi gen BRCA1 pada kromosom 17 dan BRCA2 pada kromosom 13 dapat
meningkatkan resiko tumor payudara sampai 85%. Selain itu, gen p53, BARD1,
BRCA3, dan noey2 juga diduga meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.
d. Faktor usia
Resiko tumor payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia.
e. Faktor hormonal
Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif, terutama jika tidak diselingi oleh
perubahan hormon akibat kehamilan, dapat meningkatkan resiko terjadinya tumor
payudara.
f. Usia saat kehamilan pertama
10
Hamil pertama pada usia 30 tahun beresiko dua kali lipat dibandingkan dengan hamil
pada usia kurang dari 20 tahun.
g. Terpapar radiasi
h. Intake alkohol
i. Pemakaian kontrasepsi oral
Pemakaian kontrasepsi oral dapat meningkatkan resiko tumor payudara. Penggunaan
pada usia kurang dari 20 tahun beresiko lebih tinggi dibandingkan dengan
penggunaan pada usia lebih tua.
Patofisiologi
Fibroadenoma merupakan tumor jinak payudara yang sering ditemukan pada masa
reproduksi yang disebabkan oleh beberapa kemungkinan yaitu akibat sensitivitas
jaringan setempat yang berlebihan terhadap hormon estrogen sehingga kelainan ini
sering digolongkan dalam mamary displasia. Fibroadenoma biasanya ditemukan pada
kuadran luar atas, merupakan lobus yang berbatas jelas, mudah digerakkan dari
jaringan di sekitarnya. Fibroadenoma mammae biasanya tidak menimbulkan gejala
dan ditemukan secara kebetulan. Fibroadenoma biasanya ditemukan sebagai benjolan
tunggal, tetapi sekitar 10%-15% wanita yang menderita fibroadenoma memiliki
beberapa benjolan pada kedua payudara.
Penyebab munculnya beberapa fibroadenoma pada payudara belum diketahui secara
jelas dan pasti. Hubungan antara munculnya beberapa fibroadenoma dengan
penggunaan kontrasepsi oral belum dapat dilaporkan dengan pasti. Selain itu adanya
kemungkinan patogenesis yang berhubungan dengan hipersensitivitas jaringan
payudara lokal terhadap estrogen, faktor makanan dan faktor riwayat keluarga atau
11
keturunan. Kemungkinan lain adalah bahwa tingkat fisiologi estrogen penderita tidak
meningkat tetapi sebaliknya jumlah reseptor estrogen meningkat. Peningkatan
kepekaan terhadap estrogen dapat menyebabkan hyperplasia kelenjar susu dan akan
berkembang menjadi karsinoma. Fibroadenoma sensitif terhadap perubahan hormon.
Fibroadenoma bervariasi selama siklus menstruasi, kadang dapat terlihat menonjol,
dan dapat membesar selama masa kehamilan dan menyusui. Akan tetapi tidak
menggangu kemampuan seorang wanita untuk menyusui. Diperkirakan bahwa
sepertiga dari kasus fibroadenoma jika dibiarkan ukurannya akan berkurang bahkan
hilang sepenuhnya. Namun yang paling sering terjadi, jika dibiarkan ukuran
fibroadenoma akan tetap. Tumor ini biasanya bersifat kenyal dan berbatas tegas dan
tidak sulit untuk diraba. Apabila benjolan didorong atau diraba akan terasa seperti
bergerak-gerak sehingga beberapa orang menyebut fibroadenoma sebagai “breast
mouse”. Biasanya fibroadenoma tidak terasa sakit, namun kadang kala akan
menimbulkan rasa tidak nyaman dan sangat sensitif apabila disentuh.
Klasifikasi Fibroadenoma Mammae
Secara sederhana fibroadenoma dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam:
1. Common Fibroadenoma
Common fibroadenoma memiliki ukuran 1-3 cm, disebut juga dengan simpel
fibroadenoma. Sering ditemukan pada wanita kelompok umur muda antara 21-25
tahun. Ketika fibroadenoma dapat dirasakan sebagai benjolan, benjolan itu biasanya
berbentuk oval atau bulat, halus, tegas, dan bergerak sangat bebas. Sekitar 80% dari
seluruh kasus fibroadenoma yang terjadi adalah fibroadenoma tunggal.
2. Giant Fibroadenoma
Giant fibroadenoma adalah tumor jinak payudara yang memiliki ukuran dengan
diameter lebih dari 5 cm. Secara keseluruhan insiden giant fibroadenoma sekitar 4%
dari seluruh kasus fibroadenoma. Giant fibroadenoma biasanya ditemui pada wanita
hamil dan menyusui. Giant fibroadenoma ditandai dengan ukuran yang besar dan
12
pembesaran massa enkapsulasi payudara yang cepat. Giant fibroadenoma dapat
merusak bentuk payudara dan menyebabkan tidak simetris karena ukurannya yang
besar, sehingga perlu dilakukan pemotongan dan pengangkatan terhadap tumor ini.
3. Juvenile Fibroadenoma
Juvenile fibroadenoma biasa terjadi pada remaja perempuan dengan insiden 0,5-2%
dari seluruh kasus fibroadenoma. Sekitar 10-25% pasien dengan juvenile
fibroadenoma memiliki lesi yang multiple atau bilateral. Tumor jenis ini lebih banyak
ditemukan pada orang Afrika dan India Barat dibandingkan pada orang Kaukasia.
Fibroadenoma mammae juga dapat dibedakan secara histologi antara lain:
a. Fibroadenoma Pericanaliculare
Yakni kelenjar berbentuk bulat dan lonjong dilapisi epitel selapis atau beberapa lapis.
b. Fibroadenoma intracanaliculare
Yakni jaringan ikat mengalami proliferasi lebih banyak sehingga kelenjar berbentuk
panjang-panjang (tidak teratur) dengan lumen yang sempit atau menghilang.
Pada saat menjelang haid dan kehamilan tampak pembesaran sedikit dan pada saat
menopause terjadi regresi.
Penegakan Diagnosis
Diagnosis tumor payudara dapat ditegakkan dengan berdasarkan anamnesis yang
baik, pemeriksaan fisik dasar dan pemeriksaan penunjang. Sedangkan diagnosis pasti
adalah pemeriksaan histopatologi anatomi (Siregar, 2003).
1. Anamnesa meliputi: riwayat timbulnya tumor, adanya faktor resiko untuk
terjadinya tumor payudara dan adanya tanda-tanda penyebaran tumor.
2. Pemeriksaan fisik dari tumor payudara
13
Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
Pemeriksaan terhadap payudara sendiri dilakukan setiap bulan secara teratur. Dengan
melakukan pemeriksaan sendiri secara teratur maka kesempatan untuk menemukan
tumor dalam ukuran kecil lebih besar, sehingga dapat dengan cepat dilakukan
tindakan pengobatan. SADARI dapat dilakukan dengan cara:
1. Berdiri di depan cermin, perhatikan payudara. Dalam keadaan normal, ukuran
payudara kiri dan kanan sedikit berbeda. Perhatikan perubahan perbedaan ukuran
antara payudara kiri dan kanan dan perubahan pada puting susu (misalnya tertarik ke
dalam) atau keluarnya cairan dari puting susu. Perhatikan apakah kulit pada puting
susu berkerut.
2. Masih berdiri di depan cermin, kedua telapak tangan diletakkan di belakang kepala
dan kedua tangan ditarik ke belakang. Dengan posisi seperti ini maka akan lebih
mudah untuk menemukan perubahan kecil akibat tumor. Perhatikan perubahan
bentuk dan kontur payudara, terutama pada payudara bagian bawah.
3. Kedua tangan diletakkan di pinggang dan badan agak condong ke arah cermin,
tekan bahu dan sikut ke arah depan. Perhatikan perubahan ukuran dan kontur
payudara.
4. Angkat lengan kiri. Dengan menggunakan 3 atau 4 jari tangan kanan, telusuri
payudara kiri. Gerakkan jari-jari tangan secara memutar (membentuk lingkaran kecil)
di sekeliling payudara, mulai dari tepi luar payudara lalu bergerak ke arah dalam
sampai ke puting susu. Tekan secara perlahan, rasakan setiap benjolan atau massa di
bawah kulit. Lakukan hal yang sama terhadap payudara kanan dengan cara
mengangkat lengan kanan dan memeriksanya dengan tangan kiri. Perhatikan juga
daerah antara kedua payudara dan ketiak.
5. Tekan puting susu secara perlahan dan perhatikan apakah keluar cairan dari puting
susu. Lakukan hal ini secara bergantian pada payudara kiri dan kanan.
6. Berbaring terlentang dengan bantal yang diletakkan di bawah bahu kiri dan lengan
kiri ditarik ke atas. Telusuri payudara kiri dengan menggunakan jari-jari tangan
14
kanan. Dengan posisi seperti ini, payudara akan mendatar dan memudahkan
pemeriksaan. Lakukan hal yang sama terhadap payudara kanan dengan meletakkan
bantal di bawah bahu kanan dan mengangkat lengan kanan, dan penelusuran
payudara dilakukan oleh jari-jari tangan kiri.
7. Pemeriksaan no. 5 dan 6 akan lebih mudah dilakukan ketika mandi karena dalam
keadaan basah tangan lebih mudah digerakkan dan kulit lebih licin.
Jika ditemukan benjolan maka yang akan dilakukan:
1) Lokasi tumor
2) Diskripsi tumor
Menurut Soeprianto (2003) klinis jinak dan ganas memberikan gambaran sebagai berikut:
klinis jinak memberikan gambaran
a. Bentuk bulat, teratur atau lonjong.
b. Permukaan rata
c. Konsistensi kenyal, lunak
d. Mudah digerakkan terhadap sekitar
e. Tidak nyeri tekan.
Klinis ganas memberikan gambaran
a. Permukaan tidak rata dan berbenjol-benjol
b. Tepi tidak rata
c. Bentuk tidak teratur
d. Konsistensi keras, padat
e. Batas tidak tegas
f. Sulit digerakkan terhadap jaringan sekitar
15
g. Kadang nyerti tekan
Pemeriksaan penunjang
a. Mammography
Pemeriksaan mammografi terutama berperan pada payudara yang mempunyai jaringan
lemak yang dominan serta jaringan fibroglanduler yang relatif sedikit. Pada mammografi,
keganasan dapat memberikan tanda-tanda primer dan sekunder. Tanda primer berupa
fibrosis reaktif, comet sign (Stelata), adanya perbedaan yang nyata antara ukuran klinis
dan radiologis, adanya mikroklasifikasi, adanya spikulae, dan ditensi pada struktur
payudara. Tanda sekunder berupa retraksi, penebalan kulit, bertambahnya vaskularisasi,
keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglandular tidak teratur, infiltrasi dalam jaringan
lunak di belakang mamma dan adanya metastatis ke kelenjar (gambaran ini tidak khas).
Mammografi digunakan untuk mendiagnosa wanita dengan usia tua sekitar 60-70 tahun.
b. Ultrasound (USG)
Untuk mendeteksi luka-luka pada daerah padat payudara usia muda karena fibroadenoma
pada wanita muda tebal, sehingga tidak terlihat dengan baik jika menggunakan
mammografi. Pemeriksaan ini hanya membedakan antara lesi atau tumor yang solid dan
kistik. Pemeriksaan gabungan antara USG dan mammografi memberikan ketepatan
diagnosa yang tinggi
c. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Dalam pemeriksaan MRI, fibroadenoma tampak sebagai masa bulat atau oval yang rata
dibandingkan dengan kontras gadolinium-based. Fibroadenoma digambarkan sebagai lesi
yang hypointense atau isointense, jika dibandingkan dengan jaringan sekitarnya dalam
gambaran T1-weighted dan hypointense dan hyperintense dalam gambaran T2-weighted.
d. Biopsi
16
Terbuka : dilakukan dengan operasi seperti biasa dapat berupa pengangkatan seluruh
benjolannya (eksisi) atau sebagian saja (insisi).
Tertutup : biopsi aspirasi jarum halus (Djamaloeddin, 2005).
Biopsi aspirasi jarum halus
Biopsi aspirasi jarum halus merupakan alat diagnostik jaringan dengan cara memeriksa
sejumlah sel dari ekstra tumor atau nodul yang diambil dengan mempergunkan jarum dan
tabung suntik (Tambunan 1992).
Penatalaksanaan
Operasi eksisi merupakan satu-satunya pengobatan untuk fibroadenoma. Operasi
dilakukan sejak dini, hal ini bertujuan untuk memelihara fungsi payudara dan untuk
menghindari bekas luka. Pemilihan tipe insisi dilakukan berdasarkan ukuran dan
lokasi dari lesi payudara. Terdapat tiga tipe insisi yang digunakan, yaitu :
1. Radial incision, yaitu dengan menggunakan sinar
2. Circumareolar incision
3. Curve/Semicircular incision
Tipe insisi yang sering digunakan adalah tipe radial. Tipe circumareolar hanya
meninggalkan sedikit bekas luka dan deformitas, tetapi hanya memberikan
pembukaan yang terbatas. Tipe ini digunakan hanya untuk fibroadenoma yang
tunggal dan kecil dari lokasinya sekitar 2 cm di sekitar batas areola. Semiscircular
incision biasanya digunakan untuk mengangkat tumor yang besar dan berada di
daerah lateral payudara.
Dengan pembiusan general, punggung penderita diganjal bantal tipis, sendi bahu
diabduksikan ke arah kranial. Lokasi tumor ditandai dengan spidol atau tinta.
Desinfeksi di lapangan operasi (dibawah klavikula), midsternal, linea aksilaris
posterior sela iga torakal 8, dengan larutan desinfektan povidone iodine. Lapangan
operasi dipersempit dengan doek steril.
17
Bila memungkinkan insisi dikerjakan sirkumareolar, tetapi bila lokasi tumor cukup
jauh dari areola (>4 cm), maka insisi dikerjakan diatas tumor sesuai dengan garis
Langer atau diletakan pada daerah daerah tersembunyi. Untuk insisi sirkumareolar
maka putting susu dipegang dengan jari telunjuk dan ibu jari, dilakukan marker insisi.
Dengan pisau dilakukan insisi periareolar sampai fasia superfisialis subkutan. Flap
kulit diangkat ke atas dengan bantuan hak tajam, dengan gunting dilakukan
undermining sepanjang fasia superfisial ke arah lokasi tumor. Rawat perdarahan lalu
identifikasi tumor. Jepit jaringan sekitar tumor pada 3 tempat dengan kocher, lalu
dilakukan eksisi tumor sesuai tuntunan kocher. Rawat perdarahan lagi, orientasi
seluruh bed tumor lalu dipasang redon drain dengan lubang di kuadran lateral bawah
(bila menggunakan penrose drain, drain dikeluarkan di garis insisi). Jahit subkutan fat
dengan plain cat gut 3.0. Jahit kulit dengan prolene 4.0. Luka operasi ditutup dengan
kasa betadin.
Diagnosis Banding
1. Cystosarcoma phylloides. Tumor ini jauh lebih jarang ditemukan dan
diperkirakan berasal dari stroma intralobulus. Tumor ini berdiameter kecil,
sekitar 3-4 cm, tetapi sebagian besar terus tumbuh dan membesar sehingga
menyebabkan payudara membesar. Tumor ini terdapat pada semua usia,
namun kebanyakan ditemukan pada usia 45 tahun. Gambaran radiologis
(mammografi) dari tumor ini berupa masa berbentuk bulat dan berbatas tegas.
Gambaran USG tumor ini, pada umumnya hipoechoic dengan batas yang
masih tegas, echo-internal dapat homogeny atau sedikit inhomogen serta
adanya penyangatan akustik posterior lemah, hal ini mungkin disebabkan
struktur kistik pada tumor tersebut.
18
2. Kista payudara dapat berasal dari adenosis, ketika lamina duktus dan acini
mengalami dilatasi dan dibatasi oleh jaringan epitel. Gambaran mamografinya
berupa bulat atau oval yang berbatas tegas. Tepi kista ini dapat berbatasan
dengan jaringan fibroglandular, baik sebagian maupun seluruhnya. Gambaran
USG pada kista adalah lesi dengan bentuk bulat atau oval, mempunyai batas
tegas dan teratur, an-echoic dan adanya penyengatan akustik posterior
3. Papilloma. Merupakan lesi jinak yang berasal dari duktus laktiferus dan 75%
tumbuh di areola mammae. Papilla memberikan gejala berupa sekresi cairan
serous atau berdarah, adanya tumor subareola kecil dengan diameter beberapa
millimeter atau retraksi putting payudara (jarang ditemukan). Biasanya ukuran
lesi papilloma sangat kecil, hanya beberapa millimeter, sehingga pada
mammografi, terlihat gambaran sedikit penggembungan atau normal dari
ductus retro areolar.
19
BAB III
Masalah yang dikaji
Bagaimana penegakan diagnosis pada pasien ini?
Analisis masalah
Pasein ini didiagnosis fibroadenoma mammae karena berdasarkan anamnesis pasien
memiliki keluhan yakni terdapat benjolan pada payudara kiri bagian samping atas
sejak 1,5 bulan yang lalu. Pada awalnya benjolan dirasakan sebesar kacang ijo,
kemudian bertambah besar menjadi sebesar buah kelengkeng. Pasien juga merasakan
nyeri pada payudara kirinya terutama di daerah benjolan dan terasa panas yang hilang
timbul. Riwayat Penyakit Keluarga : Ibu punya benjolan di payudara sekitar 1 tahun
lalu sudah menjalani operasi, hal tersebut merupakan faktor risiko terjadinya
fibroadenoma mammae.
Pada pemeriksaan fisik, status lokalis di mammae sinistra ditemukan warna kulit
mamae sama seperti warna kulit sekitar, penebalan kulit mamae tidak ada, kedua
payudara tampak simetris, tak tampak adanya masa, cekungan atau dimpling mamae
tidak ada, retraksi atau cekungan papila mamae tidak ada, arah papila mamae
menunjuk, pengeluaran discharge secara spontan tidak ada. Palpasi : Teraba sebuah
masa pada kuadran superolateral, bentuk bulat ukuran 3x3 cm, permukaan licin,
konsistensi kenyal lunak, mobile, berbatas jelas, nyeri tekan (-), papila mamae elastis,
pengeluaran discharge tidak ada, pembesaran kelenjar getah bening (-).
Dari pemeriksaan fisik, benjolan mengarah ke tumor jinak.
Dari pemeriksaan penunjan yakni USG ditemukan adanya tampak bayangan
hipoechoic, bulat, tepi licin, ukuran 0,89x1,21 pada kuadran lateral posisi jam 9.
Kesan : FAM sinistra
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat, R & Wimde Jong. 2007. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi.
EGC : Jakarta
2. Snell, Richard. 2008. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran. EGC :
Jakarta
3. Doherty, Gerard M. 2009. Current Diagnosis & Treatment Surgery 13
Edition. USA : Mc Graw-Hill Companies
4. Norton, J.A. 2003. Essential Practice of Surgery: Basic science and Clinical
Evidence. New York: Springer
21