Presus Fam Nike ratna

30
BAB I A. IDENTITAS PASIEN - Nama Pasien : Ny. R - Usia : 25 tahun - Alamat : Salatiga - Agama : Islam - Jenis Kelamin : Perempuan - No. RM : Diketahui - Masuk RS :25 Juni 2014 pkl 13.30 wib - Dirawat di : Bangsal Flamboyan 2 RSUD Salatiga B. ANAMNESIS Keluhan utama : Benjolan pada payudara kiri Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang dengan keluhan terdapat benjolan pada payudara kiri bagian samping atas sejak 1,5 bulan yang lalu. Pada awalnya benjolan dirasakan sebesar kacang ijo, kemudian bertambah besar menjadi sebesar buah kelengkeng. Pasien juga merasakan nyeri pada payudara kirinya terutama di daerah benjolan dan terasa panas yang hilang timbul. Nyeri dirasakan terutama pada saat pasien sedang menstruasi (haid). Pada saat ini pasien sedang tidak menstruasi, 1

description

tugas stase bedah

Transcript of Presus Fam Nike ratna

Page 1: Presus Fam Nike ratna

BAB I

A. IDENTITAS PASIEN

- Nama Pasien : Ny. R

- Usia : 25 tahun

- Alamat : Salatiga

- Agama : Islam

- Jenis Kelamin : Perempuan

- No. RM : Diketahui

- Masuk RS :25 Juni 2014 pkl 13.30 wib

- Dirawat di : Bangsal Flamboyan 2 RSUD Salatiga

B. ANAMNESIS

Keluhan utama : Benjolan pada payudara kiri

Riwayat penyakit sekarang :

Pasien datang dengan keluhan terdapat benjolan pada payudara kiri bagian

samping atas sejak 1,5 bulan yang lalu. Pada awalnya benjolan dirasakan

sebesar kacang ijo, kemudian bertambah besar menjadi sebesar buah

kelengkeng. Pasien juga merasakan nyeri pada payudara kirinya terutama di

daerah benjolan dan terasa panas yang hilang timbul. Nyeri dirasakan

terutama pada saat pasien sedang menstruasi (haid). Pada saat ini pasien

sedang tidak menstruasi, sehingga nyeri tidak dirasakan. Riwayat keluar

cairan dari putting payudara kiri disangkal. Riwayat datang bulan pertama kali

sekitar umur 13 tahun. Riwayat menstruasi teratur.

Riwayat Penyakit Dahulu: pasien pernah mondok di RS dan pernah operasi

appendicitis 6 tahun yang lalu, riwayat batuk lama (-), riwayat konsumsi obat-

obatan atau jamu (-), riwayat hipertensi (-), riwayat DM (-), riwayat penyakit

jantung (-), riwayat sakit ginjal (-)

1

Page 2: Presus Fam Nike ratna

Riwayat Penyakit Keluarga : Ibu punya benjolan jinak di payudara sekitar 1

tahun lalu, didiagnosis tumor jinak dan sudah menjalani operasi, keluarga

tidak ada yang mempunyai hipertensi, jantung, kanker ataupun DM.

Riwayat alergi obat : tidak ada alergi obat-obatan dan makanan tertentu

C. PEMERIKSAAN FISIK

Kesan Umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos Mentis

Vital Sign : T : 110/70 mmHg

RR : 20 x/menit

N : 84 x/menit, reguler, ekual, tegangan dan isi cukup

S : 36,5 0C aksila

1. - Bentuk Kepala : Bentuk mesocepal, tidak ada

deformitas

- Rambut : Warna hitam, distribusi merata,

tidak mudah dicabut

- Inflamasi : (-)

2. Pemeriksaan Mata

- Palpebra : Edema (-/-), ptosis (-/-)

- Konjunctiva : Anemis (-/-)

2

Page 3: Presus Fam Nike ratna

- Sklera : Ikterik (-/-)

- Pupil : Reflek cahaya (+/+)

4. Pemeriksaan Telinga : nyeri tekan (-/-), discharge (-)

5. Pemeriksaan Hidung : Nafas cuping hidung (-/-),

epistaksis (-), deviasi septum (-)

6. Pemeriksaan Tenggorokan : Faring tidak hiperemis, epistaksis

posterior (-), tonsil dbn

7. Pemeriksaan Leher

- Trakea : Deviasi trakea (-)

- Kelenjar Tiroid : Membesar (-)

- Kelenjar lnn : Tidak membesar, nyeri (-)

- JVP : Tidak meningkat

8. Pemeriksaan Dada

:

Paru-paru Dx/sn:

inspeksi: simetris (+) ketinggalan gerak (-), retraksi dada (-),

skikatrik (-)

Palpasi: Nyeri tekan (-), fokal fremitus simetris (+), massa (-),

krepitasi (-)

Perkusi: sonor +/+

Auskultasi: vesikuler +/+, wheezing -/-, ronki -/-

3

Page 4: Presus Fam Nike ratna

Jantung: S1-S2 reguler, bising jantung (-), gallop (-)

9. Pemeriksaan Abdomen

- Inspeksi : Datar, tidak ada distensi

- Auskultasi : Peristaltik usus (+) normal

- Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, masa

tidak teraba, defans muskular (-)

- Perkusi : Timpani (+)

10. Pemeriksaan ekstremitas

Superior Inferior

Edema -/- -/-

Pembesaran Kelenjar Getah

Bening-/- -/-

Sianosis - / - - / -

Akral Hangat Hangat

CRT < 2 detik < 2 detik

Turgor baik baik

4

Page 5: Presus Fam Nike ratna

Status Lokalis

Pemeriksaan/regio Mammae dekstra Mammae sinistra

Inspeksi Warna kulit mamae sama seperti warna kulit sekitar, penebalan

kulit mamae tidak ada, kedua payudara tampak simetris, tak

tampak adanya masa, cekungan atau dimpling mamae tidak ada,

retraksi atau cekungan papila mamae tidak ada, arah papila

mamae menunjuk, pengeluaran discharge secara spontan tidak

ada

Palpasi Tidak teraba masa, papilla

mamae simetris, tidak terdapat

pengeluaran discharge,

pembesaran kelenjar getah

bening di axilla tidak ada

Teraba sebuah masa pada

kuadran superolateral, bentuk

bulat ukuran 3x3 cm,

permukaan licin, konsistensi

kenyal lunak, mobile, berbatas

jelas, nyeri tekan (-), papila

mamae elastis, pengeluaran

discharge tidak ada,

pembesaran Kelenjar getah

bening (-)

5

Page 6: Presus Fam Nike ratna

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan darah rutin

Hasil Hasil

AL 6 (4,5-11 x 103) AT 160 (150-450 x 103)

AE 4,8 (4,5-5,5 x 106) MCV 87 (85-100)

HB 14,2 (14-18) MCH 28,5 (28-31)

HMT 42 (40-54) MCHC 35,5 (33-37)

USG mammae : tampak bayangan hipoechoic, bulat, tepi licin, ukuran 2,15x2,45

pada kuadran lateral.

Kesan : FAM sinistra

E. DIAGNOSIS KERJA :

Fibroadenoma Mammae (FAM) sinistra

F. PENATALAKSANAAN

Infus RL 20 tpm

Pro eksisi FAM

Inform Consent

Puasa

Konsul anestesi

6

Page 7: Presus Fam Nike ratna

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi

Payudara adalah organ yang berperan dalam proses laktasi, sedangkan pada pria

organ ini tidak berkembang dan tidak memiliki fungsi dalam proses laktasi seperti

pada wanita (rudimeter). Payudara terletak antara iga ketiga dan ketujuh serta

terbentang lebarnya dari linea parasternalis sampai axillaris anterior dan mediana.

Berat dan ukuran payudara bervariasi sesuai pertambahan umur, pada masa pubertas

membesar, dan bertambah besar selama kehamilan dan sesudah melahirkan, dan

menjadi atropi pada usia lanjut.

Setiap payudara terdiri atas 15 sampai 25 lobus kelenjar yang masing-masing

mempunyai saluran ke papilla mamma yang disebut duktus laktiferus dan dipisahkan

oleh jaringan lemak yang bervariasi jumlahnya. Diantara kelenjar susu dan fasia

pektoralis, juga di antara kulit dan kelenjar tersebut terdapat jaringan lemak. Di antara

lobus tersebut terdapat jaringan ikat yang disebut ligamentum cooper yang

merupakan tonjolan jaringan payudara, yang bersatu dengan lapisan luar fasia

superfisialis yang berfungsi sebagai struktur penyokong dan memberi rangka untuk

payudara. Jaringan ikat memisahkan payudara dari otot-otot dinding dada, otot

pektoralis dan anterior.

Pembuluh darah mammae berasal dari arteri mamaria interna dan arteri torakalis

lateralis. Vena supervisialis mamae mempunyai banyak anastomosa yang bermuara

ke vena mamaria interna dan vena torakalis interna/epigastrika, sebagian besar

bermuara ke vena torakalis lateralis. Aliran limfe dari payudara kurang lebih 75% ke

aksila, sebagian lagi ke kelenjar terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada

pula aliran ke kelenjar interpektoralis.

Untuk lebih jelas dari anatomi payudara dapat dilihat pada gambar berikut:

7

Page 8: Presus Fam Nike ratna

Menurut Hoskins et, al (2005) Untuk mempermudah menyatakan letak suatu kelainan,

payudara dibagi menjadi lima regio, yaitu :

1. Kuadran atas bagian medial (inner upper quadrant)

2. Kuadran atas bagian lateral (outer upper quadrant)

3. Kuadran bawah bagian medial (inner lower quadrant)

4. Kuadran bawah bagian lateral (outer lower quadrant)

5. Regio puting susu (nipple)

8

Page 9: Presus Fam Nike ratna

Fisiologi

Perkembangan dan fungsi payudara dimulai oleh berbagai hormon. Esterogen

diketahui merangsang perkembangan duktus mamilaris. Progesteron memulai

perkembangan lobulus-lobulus payudara juga diferensiasi sel epitelial.

Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi oleh hormon, yakni :

a. Perubahan pertama adalah mulai dari masa hidup anak melalui masa hidup

pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium, dan menopause. Sejak pubertas

pengaruh estrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon

hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.

b. Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke-8 haid,

payudara menjadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum haid berikutnya terjadi

pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata.

Selama beberapa hari menjelang haid, payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga

pemeriksaan fisik terutama palpasi tidak mungkin dilakukan. Begitu haid dimulai,

semuanya berkurang.

c. Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada masa kehamilan,

payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus berproliferasi,

dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu

laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus mengisi asinus, kemudian

dikeluarkan melalui duktus ke puting susu.

Definisi Tumor Payudara

Tumor payudara adalah benjolan tidak normal akibat pertumbuhan sel yang terjadi

secara terus menerus (Kumar dkk, 2007). Dalam klinik, istilah tumor sering

9

Page 10: Presus Fam Nike ratna

digunakan untuk semua tonjolan dan diartikan sebagai pembengkakan, yang dapat

disebabkan baik oleh neoplasma maupun oleh radang, atau perdarahan. Neoplasma

membentuk tonjolan, tetapi tidak semua tonjolan disebabkan oleh neoplasma

(Sukardja, 2000).

Etiologi dan Faktor Resiko

Menurut Rosjidi (2000) Sampai saat ini, penyebab pasti tumor payudara belum

diketahui. Namun, ada beberapa faktor resiko yang telah teridentifikasi, yaitu :

a. Jenis kelamin

Wanita lebih beresiko menderita tumor payudara dibandingkan dengan pria.

Prevalensi tumor payudara pada pria hanya 1% dari seluruh tumor payudara.

b. Riwayat keluarga

Wanita yang memiliki keluarga tingkat satu penderita tumor payudara beresiko tiga

kali lebih besar untuk menderita tumor payudara.

c. Faktor genetik

Mutasi gen BRCA1 pada kromosom 17 dan BRCA2 pada kromosom 13 dapat

meningkatkan resiko tumor payudara sampai 85%. Selain itu, gen p53, BARD1,

BRCA3, dan noey2 juga diduga meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.

d. Faktor usia

Resiko tumor payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia.

e. Faktor hormonal

Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif, terutama jika tidak diselingi oleh

perubahan hormon akibat kehamilan, dapat meningkatkan resiko terjadinya tumor

payudara.

f. Usia saat kehamilan pertama

10

Page 11: Presus Fam Nike ratna

Hamil pertama pada usia 30 tahun beresiko dua kali lipat dibandingkan dengan hamil

pada usia kurang dari 20 tahun.

g. Terpapar radiasi

h. Intake alkohol

i. Pemakaian kontrasepsi oral

Pemakaian kontrasepsi oral dapat meningkatkan resiko tumor payudara. Penggunaan

pada usia kurang dari 20 tahun beresiko lebih tinggi dibandingkan dengan

penggunaan pada usia lebih tua.

Patofisiologi

Fibroadenoma merupakan tumor jinak payudara yang sering ditemukan pada masa

reproduksi yang disebabkan oleh beberapa kemungkinan yaitu akibat sensitivitas

jaringan setempat yang berlebihan terhadap hormon estrogen sehingga kelainan ini

sering digolongkan dalam mamary displasia. Fibroadenoma biasanya ditemukan pada

kuadran luar atas, merupakan lobus yang berbatas jelas, mudah digerakkan dari

jaringan di sekitarnya. Fibroadenoma mammae biasanya tidak menimbulkan gejala

dan ditemukan secara kebetulan. Fibroadenoma biasanya ditemukan sebagai benjolan

tunggal, tetapi sekitar 10%-15% wanita yang menderita fibroadenoma memiliki

beberapa benjolan pada kedua payudara.

Penyebab munculnya beberapa fibroadenoma pada payudara belum diketahui secara

jelas dan pasti. Hubungan antara munculnya beberapa fibroadenoma dengan

penggunaan kontrasepsi oral belum dapat dilaporkan dengan pasti. Selain itu adanya

kemungkinan patogenesis yang berhubungan dengan hipersensitivitas jaringan

payudara lokal terhadap estrogen, faktor makanan dan faktor riwayat keluarga atau

11

Page 12: Presus Fam Nike ratna

keturunan. Kemungkinan lain adalah bahwa tingkat fisiologi estrogen penderita tidak

meningkat tetapi sebaliknya jumlah reseptor estrogen meningkat. Peningkatan

kepekaan terhadap estrogen dapat menyebabkan hyperplasia kelenjar susu dan akan

berkembang menjadi karsinoma. Fibroadenoma sensitif terhadap perubahan hormon.

Fibroadenoma bervariasi selama siklus menstruasi, kadang dapat terlihat menonjol,

dan dapat membesar selama masa kehamilan dan menyusui. Akan tetapi tidak

menggangu kemampuan seorang wanita untuk menyusui. Diperkirakan bahwa

sepertiga dari kasus fibroadenoma jika dibiarkan ukurannya akan berkurang bahkan

hilang sepenuhnya. Namun yang paling sering terjadi, jika dibiarkan ukuran

fibroadenoma akan tetap. Tumor ini biasanya bersifat kenyal dan berbatas tegas dan

tidak sulit untuk diraba. Apabila benjolan didorong atau diraba akan terasa seperti

bergerak-gerak sehingga beberapa orang menyebut fibroadenoma sebagai “breast

mouse”. Biasanya fibroadenoma tidak terasa sakit, namun kadang kala akan

menimbulkan rasa tidak nyaman dan sangat sensitif apabila disentuh.

Klasifikasi Fibroadenoma Mammae

Secara sederhana fibroadenoma dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam:

1. Common Fibroadenoma

Common fibroadenoma memiliki ukuran 1-3 cm, disebut juga dengan simpel

fibroadenoma. Sering ditemukan pada wanita kelompok umur muda antara 21-25

tahun. Ketika fibroadenoma dapat dirasakan sebagai benjolan, benjolan itu biasanya

berbentuk oval atau bulat, halus, tegas, dan bergerak sangat bebas. Sekitar 80% dari

seluruh kasus fibroadenoma yang terjadi adalah fibroadenoma tunggal.

2. Giant Fibroadenoma

Giant fibroadenoma adalah tumor jinak payudara yang memiliki ukuran dengan

diameter lebih dari 5 cm. Secara keseluruhan insiden giant fibroadenoma sekitar 4%

dari seluruh kasus fibroadenoma. Giant fibroadenoma biasanya ditemui pada wanita

hamil dan menyusui. Giant fibroadenoma ditandai dengan ukuran yang besar dan

12

Page 13: Presus Fam Nike ratna

pembesaran massa enkapsulasi payudara yang cepat. Giant fibroadenoma dapat

merusak bentuk payudara dan menyebabkan tidak simetris karena ukurannya yang

besar, sehingga perlu dilakukan pemotongan dan pengangkatan terhadap tumor ini.

3. Juvenile Fibroadenoma

Juvenile fibroadenoma biasa terjadi pada remaja perempuan dengan insiden 0,5-2%

dari seluruh kasus fibroadenoma. Sekitar 10-25% pasien dengan juvenile

fibroadenoma memiliki lesi yang multiple atau bilateral. Tumor jenis ini lebih banyak

ditemukan pada orang Afrika dan India Barat dibandingkan pada orang Kaukasia.

Fibroadenoma mammae juga dapat dibedakan secara histologi antara lain:

a. Fibroadenoma Pericanaliculare

Yakni kelenjar berbentuk bulat dan lonjong dilapisi epitel selapis atau beberapa lapis.

b. Fibroadenoma intracanaliculare

Yakni jaringan ikat mengalami proliferasi lebih banyak sehingga kelenjar berbentuk

panjang-panjang (tidak teratur) dengan lumen yang sempit atau menghilang.

Pada saat menjelang haid dan kehamilan tampak pembesaran sedikit dan pada saat

menopause terjadi regresi.

Penegakan Diagnosis

Diagnosis tumor payudara dapat ditegakkan dengan berdasarkan anamnesis yang

baik, pemeriksaan fisik dasar dan pemeriksaan penunjang. Sedangkan diagnosis pasti

adalah pemeriksaan histopatologi anatomi (Siregar, 2003).

1. Anamnesa meliputi: riwayat timbulnya tumor, adanya faktor resiko untuk

terjadinya tumor payudara dan adanya tanda-tanda penyebaran tumor.

2. Pemeriksaan fisik dari tumor payudara

13

Page 14: Presus Fam Nike ratna

Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

Pemeriksaan terhadap payudara sendiri dilakukan setiap bulan secara teratur. Dengan

melakukan pemeriksaan sendiri secara teratur maka kesempatan untuk menemukan

tumor dalam ukuran kecil lebih besar, sehingga dapat dengan cepat dilakukan

tindakan pengobatan. SADARI dapat dilakukan dengan cara:

1. Berdiri di depan cermin, perhatikan payudara. Dalam keadaan normal, ukuran

payudara kiri dan kanan sedikit berbeda. Perhatikan perubahan perbedaan ukuran

antara payudara kiri dan kanan dan perubahan pada puting susu (misalnya tertarik ke

dalam) atau keluarnya cairan dari puting susu. Perhatikan apakah kulit pada puting

susu berkerut.

2. Masih berdiri di depan cermin, kedua telapak tangan diletakkan di belakang kepala

dan kedua tangan ditarik ke belakang. Dengan posisi seperti ini maka akan lebih

mudah untuk menemukan perubahan kecil akibat tumor. Perhatikan perubahan

bentuk dan kontur payudara, terutama pada payudara bagian bawah.

3. Kedua tangan diletakkan di pinggang dan badan agak condong ke arah cermin,

tekan bahu dan sikut ke arah depan. Perhatikan perubahan ukuran dan kontur

payudara.

4. Angkat lengan kiri. Dengan menggunakan 3 atau 4 jari tangan kanan, telusuri

payudara kiri. Gerakkan jari-jari tangan secara memutar (membentuk lingkaran kecil)

di sekeliling payudara, mulai dari tepi luar payudara lalu bergerak ke arah dalam

sampai ke puting susu. Tekan secara perlahan, rasakan setiap benjolan atau massa di

bawah kulit. Lakukan hal yang sama terhadap payudara kanan dengan cara

mengangkat lengan kanan dan memeriksanya dengan tangan kiri. Perhatikan juga

daerah antara kedua payudara dan ketiak.

5. Tekan puting susu secara perlahan dan perhatikan apakah keluar cairan dari puting

susu. Lakukan hal ini secara bergantian pada payudara kiri dan kanan.

6. Berbaring terlentang dengan bantal yang diletakkan di bawah bahu kiri dan lengan

kiri ditarik ke atas. Telusuri payudara kiri dengan menggunakan jari-jari tangan

14

Page 15: Presus Fam Nike ratna

kanan. Dengan posisi seperti ini, payudara akan mendatar dan memudahkan

pemeriksaan. Lakukan hal yang sama terhadap payudara kanan dengan meletakkan

bantal di bawah bahu kanan dan mengangkat lengan kanan, dan penelusuran

payudara dilakukan oleh jari-jari tangan kiri.

7. Pemeriksaan no. 5 dan 6 akan lebih mudah dilakukan ketika mandi karena dalam

keadaan basah tangan lebih mudah digerakkan dan kulit lebih licin.

Jika ditemukan benjolan maka yang akan dilakukan:

1) Lokasi tumor

2) Diskripsi tumor

Menurut Soeprianto (2003) klinis jinak dan ganas memberikan gambaran sebagai berikut:

klinis jinak memberikan gambaran

a. Bentuk bulat, teratur atau lonjong.

b. Permukaan rata

c. Konsistensi kenyal, lunak

d. Mudah digerakkan terhadap sekitar

e. Tidak nyeri tekan.

Klinis ganas memberikan gambaran

a. Permukaan tidak rata dan berbenjol-benjol

b. Tepi tidak rata

c. Bentuk tidak teratur

d. Konsistensi keras, padat

e. Batas tidak tegas

f. Sulit digerakkan terhadap jaringan sekitar

15

Page 16: Presus Fam Nike ratna

g. Kadang nyerti tekan

Pemeriksaan penunjang

a. Mammography

Pemeriksaan mammografi terutama berperan pada payudara yang mempunyai jaringan

lemak yang dominan serta jaringan fibroglanduler yang relatif sedikit. Pada mammografi,

keganasan dapat memberikan tanda-tanda primer dan sekunder. Tanda primer berupa

fibrosis reaktif, comet sign (Stelata), adanya perbedaan yang nyata antara ukuran klinis

dan radiologis, adanya mikroklasifikasi, adanya spikulae, dan ditensi pada struktur

payudara. Tanda sekunder berupa retraksi, penebalan kulit, bertambahnya vaskularisasi,

keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglandular tidak teratur, infiltrasi dalam jaringan

lunak di belakang mamma dan adanya metastatis ke kelenjar (gambaran ini tidak khas).

Mammografi digunakan untuk mendiagnosa wanita dengan usia tua sekitar 60-70 tahun.

b. Ultrasound (USG)

Untuk mendeteksi luka-luka pada daerah padat payudara usia muda karena fibroadenoma

pada wanita muda tebal, sehingga tidak terlihat dengan baik jika menggunakan

mammografi. Pemeriksaan ini hanya membedakan antara lesi atau tumor yang solid dan

kistik. Pemeriksaan gabungan antara USG dan mammografi memberikan ketepatan

diagnosa yang tinggi

c. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Dalam pemeriksaan MRI, fibroadenoma tampak sebagai masa bulat atau oval yang rata

dibandingkan dengan kontras gadolinium-based. Fibroadenoma digambarkan sebagai lesi

yang hypointense atau isointense, jika dibandingkan dengan jaringan sekitarnya dalam

gambaran T1-weighted dan hypointense dan hyperintense dalam gambaran T2-weighted.

d. Biopsi

16

Page 17: Presus Fam Nike ratna

Terbuka : dilakukan dengan operasi seperti biasa dapat berupa pengangkatan seluruh

benjolannya (eksisi) atau sebagian saja (insisi).

Tertutup : biopsi aspirasi jarum halus (Djamaloeddin, 2005).

Biopsi aspirasi jarum halus

Biopsi aspirasi jarum halus merupakan alat diagnostik jaringan dengan cara memeriksa

sejumlah sel dari ekstra tumor atau nodul yang diambil dengan mempergunkan jarum dan

tabung suntik (Tambunan 1992).

Penatalaksanaan

Operasi eksisi merupakan satu-satunya pengobatan untuk fibroadenoma. Operasi

dilakukan sejak dini, hal ini bertujuan untuk memelihara fungsi payudara dan untuk

menghindari bekas luka. Pemilihan tipe insisi dilakukan berdasarkan ukuran dan

lokasi dari lesi payudara. Terdapat tiga tipe insisi yang digunakan, yaitu :

1. Radial incision, yaitu dengan menggunakan sinar

2. Circumareolar incision

3. Curve/Semicircular incision

Tipe insisi yang sering digunakan adalah tipe radial. Tipe circumareolar hanya

meninggalkan sedikit bekas luka dan deformitas, tetapi hanya memberikan

pembukaan yang terbatas. Tipe ini digunakan hanya untuk fibroadenoma yang

tunggal dan kecil dari lokasinya sekitar 2 cm di sekitar batas areola. Semiscircular

incision biasanya digunakan untuk mengangkat tumor yang besar dan berada di

daerah lateral payudara.

Dengan pembiusan general, punggung penderita diganjal bantal tipis, sendi bahu

diabduksikan ke arah kranial. Lokasi tumor ditandai dengan spidol atau tinta.

Desinfeksi di lapangan operasi (dibawah klavikula), midsternal, linea aksilaris

posterior sela iga torakal 8, dengan larutan desinfektan povidone iodine. Lapangan

operasi dipersempit dengan doek steril.

17

Page 18: Presus Fam Nike ratna

Bila memungkinkan insisi dikerjakan sirkumareolar, tetapi bila lokasi tumor cukup

jauh dari areola (>4 cm), maka insisi dikerjakan diatas tumor sesuai dengan garis

Langer atau diletakan pada daerah daerah tersembunyi. Untuk insisi sirkumareolar

maka putting susu dipegang dengan jari telunjuk dan ibu jari, dilakukan marker insisi.

Dengan pisau dilakukan insisi periareolar sampai fasia superfisialis subkutan. Flap

kulit diangkat ke atas dengan bantuan hak tajam, dengan gunting dilakukan

undermining sepanjang fasia superfisial ke arah lokasi tumor. Rawat perdarahan lalu

identifikasi tumor. Jepit jaringan sekitar tumor pada 3 tempat dengan kocher, lalu

dilakukan eksisi tumor sesuai tuntunan kocher. Rawat perdarahan lagi, orientasi

seluruh bed tumor lalu dipasang redon drain dengan lubang di kuadran lateral bawah

(bila menggunakan penrose drain, drain dikeluarkan di garis insisi). Jahit subkutan fat

dengan plain cat gut 3.0. Jahit kulit dengan prolene 4.0. Luka operasi ditutup dengan

kasa betadin.

Diagnosis Banding

1. Cystosarcoma phylloides. Tumor ini jauh lebih jarang ditemukan dan

diperkirakan berasal dari stroma intralobulus. Tumor ini berdiameter kecil,

sekitar 3-4 cm, tetapi sebagian besar terus tumbuh dan membesar sehingga

menyebabkan payudara membesar. Tumor ini terdapat pada semua usia,

namun kebanyakan ditemukan pada usia 45 tahun. Gambaran radiologis

(mammografi) dari tumor ini berupa masa berbentuk bulat dan berbatas tegas.

Gambaran USG tumor ini, pada umumnya hipoechoic dengan batas yang

masih tegas, echo-internal dapat homogeny atau sedikit inhomogen serta

adanya penyangatan akustik posterior lemah, hal ini mungkin disebabkan

struktur kistik pada tumor tersebut.

18

Page 19: Presus Fam Nike ratna

2. Kista payudara dapat berasal dari adenosis, ketika lamina duktus dan acini

mengalami dilatasi dan dibatasi oleh jaringan epitel. Gambaran mamografinya

berupa bulat atau oval yang berbatas tegas. Tepi kista ini dapat berbatasan

dengan jaringan fibroglandular, baik sebagian maupun seluruhnya. Gambaran

USG pada kista adalah lesi dengan bentuk bulat atau oval, mempunyai batas

tegas dan teratur, an-echoic dan adanya penyengatan akustik posterior

3. Papilloma. Merupakan lesi jinak yang berasal dari duktus laktiferus dan 75%

tumbuh di areola mammae. Papilla memberikan gejala berupa sekresi cairan

serous atau berdarah, adanya tumor subareola kecil dengan diameter beberapa

millimeter atau retraksi putting payudara (jarang ditemukan). Biasanya ukuran

lesi papilloma sangat kecil, hanya beberapa millimeter, sehingga pada

mammografi, terlihat gambaran sedikit penggembungan atau normal dari

ductus retro areolar.

19

Page 20: Presus Fam Nike ratna

BAB III

Masalah yang dikaji

Bagaimana penegakan diagnosis pada pasien ini?

Analisis masalah

Pasein ini didiagnosis fibroadenoma mammae karena berdasarkan anamnesis pasien

memiliki keluhan yakni terdapat benjolan pada payudara kiri bagian samping atas

sejak 1,5 bulan yang lalu. Pada awalnya benjolan dirasakan sebesar kacang ijo,

kemudian bertambah besar menjadi sebesar buah kelengkeng. Pasien juga merasakan

nyeri pada payudara kirinya terutama di daerah benjolan dan terasa panas yang hilang

timbul. Riwayat Penyakit Keluarga : Ibu punya benjolan di payudara sekitar 1 tahun

lalu sudah menjalani operasi, hal tersebut merupakan faktor risiko terjadinya

fibroadenoma mammae.

Pada pemeriksaan fisik, status lokalis di mammae sinistra ditemukan warna kulit

mamae sama seperti warna kulit sekitar, penebalan kulit mamae tidak ada, kedua

payudara tampak simetris, tak tampak adanya masa, cekungan atau dimpling mamae

tidak ada, retraksi atau cekungan papila mamae tidak ada, arah papila mamae

menunjuk, pengeluaran discharge secara spontan tidak ada. Palpasi : Teraba sebuah

masa pada kuadran superolateral, bentuk bulat ukuran 3x3 cm, permukaan licin,

konsistensi kenyal lunak, mobile, berbatas jelas, nyeri tekan (-), papila mamae elastis,

pengeluaran discharge tidak ada, pembesaran kelenjar getah bening (-).

Dari pemeriksaan fisik, benjolan mengarah ke tumor jinak.

Dari pemeriksaan penunjan yakni USG ditemukan adanya tampak bayangan

hipoechoic, bulat, tepi licin, ukuran 0,89x1,21 pada kuadran lateral posisi jam 9.

Kesan : FAM sinistra

20

Page 21: Presus Fam Nike ratna

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat, R & Wimde Jong. 2007. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi.

EGC : Jakarta

2. Snell, Richard. 2008. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran. EGC :

Jakarta

3. Doherty, Gerard M. 2009. Current Diagnosis & Treatment Surgery 13

Edition. USA : Mc Graw-Hill Companies

4. Norton, J.A. 2003. Essential Practice of Surgery: Basic science and Clinical

Evidence. New York: Springer

21