Presus Anak Nciso Bener
-
Upload
dionissashabira -
Category
Documents
-
view
230 -
download
2
description
Transcript of Presus Anak Nciso Bener
BAB I
STATUS PASIEN
A. Identitas Pasien
Nama Pasien : An. T Y
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir : 28 agustus 2005
Umur : 7 tahun 7 bulan
Alamat : Kota Gajah Lampung RT 01/01, Lampung Tengah
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : Sekolah Dasar (SD)
Tanggal masuk : 13 Maret 2013
Identitas Orang tua pasien
Data Orang Tua Ayah Ibu
Nama Tn. Supriyadi Ny. Aprilia
Umur 43 tahun 38 tahun
Perkawinan ke Pertama Pertama
Umur saat menikah 25 20
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan TNI Ibu rumah tangga
Pangkat Sertu -
Agama Islam Islam
Suku Bangsa Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
B. Anamnesis
Dilakukan alloanamnesis pada tanggal 20 Maret 2013
Keluhan Utama
Pucat
Keluhan Tambahan
Nafsu makan berkurang, mudah lelah, dan berat badan turun
Riwayat Penyakit Sekarang
Sekitar 2 bulan sebelum masuk rumah sakit, orang tua mengatakan pasien
sempat mengalami demam selama 3 hari dan dirasakan terus menerus. Pasien juga
mengeluhkan pucat, lemas, pusing namun tidak sampai menganggu konsentrasi
belajar, aktifitas fisik menurun, tidak terdapat mual, muntah. Buang air kecil
dirasakan tidak ada masalah, warna air kencing kuning jernih dan orangtua pasien
menyangkal kulit atau mata berwarna kuning namun terdapat lebam-lebam pada
tubuh pasien. Mimisan tidak ada, gusi berdarah tidak ada, berat badan tidak dirasakan
meningkat. Karena adanya keluhan tersebut, orangtua pasien membawa pasien ke RS
DKT Lampung pada tanggal 31 Januari 2013 dan dirawat selama 5 hari namun
orangtua pasien mengatakan keluhan yang dialami tidak kunjung membaik.
Pada tanggal 6 Februari 2013 pasien dirujuk ke RSPAD Gatot Subroto karena
keluhan tidak kunjung membaik. Pasien datang ke RSPAD Gatot Subroto dengan
keadaan demam, pucat, lemas dengan kadar Hb saat datang 4 gr/dl. Pasien dirawat
dan dilakukan tranfusi darah serta dilakukan pengambilan darah untuk dilakukan
pemeriksaan laboratorium di RSCM namun orangtua pasien lupa pemeriksaan apa
yang dilakukan namun dari hasil pemeriksaan tersebut anaknya didiagnosa menderita
Thalasemia HbE.
Pada tanggal 13 Maret 2013 pasien datang kembali ke RSPAD dengan
keluhan pucat. Pucat dirasakan 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Pucat yang
dialami dirasakan mendadak namun perlahan-lahan dirasakan semakin berat.
Sebelumnya tidak ada riwayat terjatuh ataupun perdarahan yang dialami. Pasien juga
mengeluhkan nafsu makan berkurang, aktifitas fisik berkurang dan mudah lelah.
Pasien tidak ada demam, batuk tidak ada, mual ataupun muntah tidak ada. Sebulan
lalu pasien juga mengalami hal yang sama dan sempat dirawat di RSPAD dan
mendapatkan transfusi darah. Pasien didiagnosa thalasemia sejak 1 bulan yang lalu.
Penyakit sebelumnya yang ada hubungannya dengan penyakit sekarang
Pasien pernah mengalami gejala yang sama 1 bulan lalu
Riwayat penyakit dalam keluarga yang ada hubungannya dengan penyakit
sekarang
Kakak perempuan pasien mengalami gejala yang sama namun orang tua
pasien atau keluarga yang lain tidak ada yang mengalami gejala serupa.
Riwayat Kehamilan
Pasien merupakan anak ketiga dari enam bersaudara. Selama kehamilan ibu
tidak pernah sakit berat, tidak pernah menkonsumsi obat-obatan selain vitamin
kehamilan, tidak pernah merokok dan minum-minuman alkohol. Kontrol kehamilan
teratur setiap bulan pada Trimester I, setiap 2 minggu sekali pada Trimester II dan III
di bidan di daerah Lampung.
Riwayat Kelahiran
- Tempat bersalin : Rumah bersalin
- Penolong : Bidan
- Cara persalinan : spontan
- Berat badan lahir : 3600 gram (berat lahir cukup)
- Panjang badan lahir : 48 cm
- Masa gestasi : cukup bulan (40 minggu)
- Keadaan setelah lahir : Langsung menangis, pucat (-), biru (-), kuning (-).
- Kelainan bawaan : Tidak ada
Riwayat Perkembangan
- Pertumbuhan gigi pertama : 6 bulan
- Perkembangan psikomotor
o Tengkurap : 4-5 bulan
o Duduk : 8 bulan
o Berdiri : 10 bulan
o Berjalan : 11 bulan
o Bicara : 9-10 bulan
Kesimpulan : pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai umur
Riwayat Makanan
Umur
(Bln)
ASI/PASI Buah Biskuit Bubur Susu Nasi Tim
0-2 ASI - - - -
2-4 ASI - - - -
4-6 ASI - - - -
6-8 ASI+PASI + + - -
8-10 ASI+PASI + + + +
10-12 ASI+PASI + + + +
Kesan : kualitas dan kuantitas pemberian makanan baik, nafsu makan pasien baik
Batas 1 tahun:
Jenis Makanan Frekuensi
Nasi
Sayuran
Daging
Telur
Ikan
Tahu
Tempe
Susu
3 x sehari, 1 piring @ 1 centong nasi
Tidak boleh
Tidak boleh
Tidak boleh
1x dalam seminggu @1 potong
3 x dalam seminggu, 1 x sehari @ 1 butir
3 x dalam seminggu, 1 x sehari @ 1 potong
Tidak boleh
Kesan : secara kualitatif dan luantitatif kebutuhna makanan pasien cukup baik
Riwayat Imunisasi
Jenis Imunisasi I II III IV Ulangan
BCG 1 bulan - - -
DPT 2 bulan 4 bulan 6 bulan -
Polio 1 bulan 2 bulan 4 bulan 6 bulan -
Campak 9 bulan - - -
Hepatitis B 1 minggu 1 bulan 3 bulan -
Kesan : imunisasi dasar lengkap dan imunisasi ulangan tidak lengkap
Riwayat Keluarga
No
.
Tgl lahir
(umur)
Kelamin Hidup Lahir
mati
Abort
us
Mati/
sebab
Keterangan
1 18 tahun Perempua
n
Susp.
Thalasemia
2 12 tahun Perempua
n
Thalasemia
3 8 tahun Laki-laki Pasien
4 5 bulan -
5 2.5 tahun Laki-laki Sehat
6 2.5 tahun Laki-laki Sehat
Anggota Keluarga Lain yang serumah
Nenek pasien
Masalah Dalam Keluarga
Tidak ada.
Status Rumah Tinggal
Tinggal di rumah sendiri
Lingkungan sekitar rumah bersih dan sumber air tanah untuk keperluan sehari-hari,
dan sumber air minum Aqua Galon. Jarak septic tank dengan sumber air ± 18 meter
dari sumber air
C. PEMERIKSAAN FISIK (dilakukan 20 Maret 2013)
Dilakukan di Ruang Perawatan IKA pukul 15.00 perawatan hari ke - 7
Kesadaran : komposmentis
Keadaan umum : sedang
Status mental : tenang
Berat badan : 19 Kg
Tinggi badan : 112 cm
Data Antopometri
Berat badan ideal menurut usia : 25 kg (berdasarkan kurva NCHS)
Tinggi badan ideal menurut usia : 128 cm (berdasarkan kurva NCHS)
Berat badan ideal menurut tinggi badan : 19 kg (berdasarkan kurva NCHS)
Status Gizi :
Berdasarkan CDC-NCHS growth chart 2000 anak usia 2-20 tahun menurut gender laki –
laki:
- Berdasarkan BB/U = BB sekarang
BB ideal menurut usia
= 19
25
= 76 % (gizi kurang 60-80%)
- Berdasarkan TB/U = TB sekarang
TB ideal menurut usia
= 112
128
= 87.5% (gizi kurang 85 – 95 %)
- Berdasarkan BB/TB = BB sekarang
BB ideal menurut TB
= 19
19
= 100 % (normal 90-110 %)
Kesan : status gizi normal, dulu kurang gizi.
Tanda-tanda vital :
Frekuensi Nadi : 110 kali/menit. kuat angkat, irama teratur, isi cukup
Frekuensi Nafas : 28 kali/menit, teratur
Suhu : 36.2 oC (axilla)
Kepala : normochepal, distribusi rambut merata, warna hitam kemerahan,
tidak mudah dicabut
Wajah : fasies colley (+)
Mata : kedudukan simetris, konjungtiva anemic (+/+),sklera ikterik (+/+),
kornea jernih, pupil bulat, isokor, reflex cahaya langsung (+/+), reflex
cahaya tidak langsung (+/+)
Hidung : bentuk normal, napas cuping hidung (-) deviasi septum nasi (-/-)
tidak ada secret
x 100%
x 100%
x 100%
x 100%
x 100%
x 100%
Telinga : bentuk normal, tidak ada secret
Mulut : mukosa bibir lembab, bibir tidak sianotik, tonsil T2-T2 tenang, lidah
tidak kotor dan tidak tremor, gusi tidak membesar
Leher : KGB tidak teraba
Thoraks : simetris, pergerakan bebas ke segala arah, trakea ditengah, tekanan
vena jugularis tidak diukur
Paru :
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis, tidak ada retraksi
Palpasi :
Perkusi : Sonor pada kedua paru
Auskultasi : Napas vesikuler +/+, rhonki dan wheezing tidak ada
Jantung :
Inspeksi : ictus cordis tidak nampak
Palpasi : Ictus kordis teraba di ICS IV linea midclavicula
sinistra, tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung atas ICS II garis parasternal sinistra
Batas Jantung kanan di ICS V linea parasternal dekstra
Batas Jantung kiri di ICS V linea midclavicula sinistra
Batas Pinggang Jantung di ICS III linea parasternal
sinistra
Auskultasi : Bunyi Jantung 1 dan 2 regular, Murmur dan gallop
tidak ada
Abdomen :
Inspeksi : Datar, supel, tidak ada luka / sikatrik / perdarahan.
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani (+), redup pada kuadran kiri atas
Palpasi : Supel, tidak ada nyeri tekan, hepar tidak teraba
membesar, limpa teraba membesar pada schuffner III
Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada sianosis, edema tidak ada, tonus baik, CRT <
2”
Refleks :
Refleks Fisiologis :
Refleks biseps : +/+ Refleks patella : +/+
Refleks triseps : +/+ Refleks Achilles : +/+
Refleks Patologis :
Refleks babinski : -/- Refleks Oppenheim : -/-
Refleks Chaddoks : -/- Refleks Gordon : -/-
Laseque : -/-
Rangsang Meningeal :
Kaku kuduk : - Brudzinsky II : -
Brudzinsky I : - Kernig : -
D. Pemeriksaan Penunjang
Jenis Pemeriksaan 13 Maret 2013 18 Maret 2013 Nilai NormalHematologiDarah Rutin
Hb Ht Eritrosit Leukosit Trombosit MCV MCH MCHC
Hitung Jenis Eosinofil Segmen Limfosit
Kimia klinik Bilirubin total Bilirubin
direk Bilirubin
indirek SGOT (AST) SGPT (ALT) ureum kreatinin asam urat
9.0 gr/dl28 %3.8 juta/ul10.400/mm3
373.000/mm72 fl24 pg33 g/dl
8.1 gr/dl25 %3.7 juta/ul8.040/mm3
276.000/mm3
69 fl22 pg31 g/dl
4 %45 %43 %
3.020.70
2.32
2110190.54.5
13 – 18gr/dlL : 40 – 52%4.3-6.0 juta/ul4.800-10.800
150.000-400.00080-96 fl27-32 pg
32-36 g/dl
1-3 %50-70 %20-40 %
< 1.5 mg/dl<0.3 mg/dl
<1.1 mg/dl
< 3.5 U/L< 40 U/L
20-50 mg/dl0.5-1.5 mg/dl3.5-7.4 mg/dl
E. Resume
Pasien seorang anak laki – laki berumur 7 tahun 8 bulan dengan berat badan
19 Kg dan tinggi badan 112 cm, dibawa oleh orangtuanya ke RS dengan keluhan
pucat 1 minggu sebelum masuk RS. Pucat dirasakan tiba-tiba dan semakin lama
dirasakan semakin berat. Sebelumnya tidak ada riwayat terjatuh ataupun perdarahan
yang dialami. Pasien juga mengeluhkan nafsu makan berkurang, aktifitas fisik
berkurang dan mudah lelah. Pasien tidak ada demam, batuk tidak ada, mual ataupun
muntah tidak ada. Sebulan lalu pasien juga mengalami hal yang sama dan sempat
dirawat di RSPAD dan mendapatkan transfusi darah. Pasien di diagnosa thalasemia
sejak 1 bulan yang lalu
Dari pemeriksaan fisik didapatkan anak tampak sakit sedang, kesadaran
compos mentis, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 110 kali per menit, teratur, isi
cukup. Pernapasan 28 kali per menit, teratur. Raut muka pasien facies coley (+), dari
hasil pemeriksaan mata konjungtiva anemis (+/+) serta sklera ikterik (+/+). Hasil
pemeriksaan THT, jantung dan paru masih dalam batas normal. Pemeriksaan
abdomen dengan mempalpasi didapatkan adanya pembesaran limpa sesuai dengan
schuffner III tanpa disertai adanya pembesaran hati. Ekstremitas didapatkan akral
hangat, tidak adanya edema ataupun sianosis
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan hasil adanya penurunan kadar
hemoglobin, hematokrit, eritrosit serta MCV dan MCH yang menandakan terjadinya
anemia mikrositik hipokrom. Sedangkan kadar leukosit pasien masih dalam batas
normal.
F. Diagnosa kerja
- Thalasemia Hb E
- Gizi normal, dulu gizi kurang
G. Diagnosa Banding
- Thalasemia (mayor, intermedia, minor)
- Gangguan struktur dinding eritrosit ( sferositosis, ovalositosis)
- Anemia aplastik
H. Penatalaksanaan
Non medikamentosa
- Makan Biasa 3x sehari
Medikamentosa
- Desferal 1 gram/hari (IV)
- Asam folat 2 x 5 mg (p.o)
- Vit E 2 x 100 IU (p.o)
I. Prognosis
Qua ad vitam : dubia
Qua ad fuctionam : dubia
Qua ad sanationam : dubia
J. Follow UP
Tanggal 13 Maret 2013Hari perawatan ke I
Tanggal 14 Maret 2013Hari perawatan ke II
S Demam (-), pucat (+), lemas (-), mual,muntah (-), makan minum (+), BAB dan BAK normal
Demam (-), pucat (+), lemas (-), mual,muntah (-), makan minum (+), BAB dan BAK normal
O KU/Kes : Tampak sakit sedang /ComposmentisStatus mental : tenangTanda-tanda vital :
HR: 100 x/menitSuhu : 36 0CRR : 30 x/menit
Kepala : facies coley (+)Mata : Konjungtiva anemis +/+, sclera ikterik +/+Telinga : liang telinga lapang, sekret -/-Hidung : sekret (-), NCH (-) Mulut: mukosa bibir lembabLeher : Pembesaran KGB (-)Thorax : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-).SN Vesikuler, Rhonki (-), Wheezing(-).Abdomen : datar, supel, hepar tidak teraba, lien teraba di schuffner IIIEkstremitas : Akral hangat, CRT < 2”
KU/Kes : Tampak sakit sedang/ComposmentisStatus mental : TenangTanda-tanda vital :
HR: 104 x/menitSuhu : 36.5 0CRR : 28 x/menit
Kepala : facies coley (+)Mata : Konjungtiva anemis +/+, sclera ikterik +/+Telinga : liang telinga lapang, sekret -/-.Hidung : sekret (-), NCH (-)Mulut: mukosa bibir lembabLeher : Pembesaran KGB (-)Thorax : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-).SN Vesikuler, Rhonki (-), Wheezing(-).Abdomen : datar, supel, hepar tidak teraba, lien teraba di schuffner IIIEkstremitas : Akral hangat, CRT < 2”
A Thalasemia mayor Hb E Thalasemia mayor Hb E
P - Desferal 1 gram/hari (IV)
- Asam folat 2 x 5 mg (p.o)
- Vit, E 2 x 100 IU (p.o)
Desferal 1 gram/hari (IV)
- Asam folat 2 x 5 mg (p.o)
- Vit, E 2 x 100 IU (p.o)
- Diet : makan biasa 3 kali/hari - Diet : makan biasa 3 kali/hari
Tanggal 15 Maret 2013
Hari perawatan ke 3
Tanggal 16 Maret 2013
Hari perawatan ke 4
S Demam (-), pucat (-), lemas (-), mual,muntah (-), makan minum (+), BAB dan BAK normal
Demam (-), pucat (-), lemas (-), mual,muntah (-), makan minum (+), BAB dan BAK normal
O KU/Kes : Tampak sakit sedang /Composmentis
Status mental : tenang
Tanda-tanda vital :
HR: 88 x/menit
Suhu : 35,8 0C
RR : 28 x/menit
Kepala : facies coley (+)
Mata: Konjungtiva anemis +/+, sclera ikterik +/+
Telinga : liang telinga lapang, sekret -/-
Hidung : sekret (-), NCH (-)
Mulut: mukosa bibir lembab
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorax :
BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-).
SN Vesikuler, Rhonki (-), Wheezing(-).
Abdomen : datar, supel, hepar tidak teraba, lien teraba di schuffner III
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2”
KU/Kes : Tampak sakit sedang/Composmentis
Status mental : Tenang
Tanda-tanda vital :
HR: 100 x/menit
Suhu : 36 0C
RR : 30 x/menit
Kepala : facies coley (+)
Mata: Konjungtiva anemis +/+, sclera ikterik +/+
Telinga : liang telinga lapang, sekret -/-.
Hidung : sekret (-), NCH (-)
Mulut: mukosa bibir lembab
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorax :
BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-).
SN Vesikuler, Rhonki (-), Wheezing(-).
Abdomen : datar, supel, hepar tidak teraba, lien teraba di schuffner III
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2”
A Thalasemia mayor Hb E Thalasemia mayor Hb E
P - Desferal 1 x 1000 mg (IV) sampai hari senin (5 hari)
- Desferal 1 x 1000 mg (IV)
- Asam folat 2 x 5 mg (p.o)
- Asam folat 2 x 5 mg (p.o)
- Vit, E 2 x 100 IU (p.o)
- Diet : makan biasa 3 kali/hari
- Vit, E 2 x 100 IU (p.o)
- Diet : makan biasa 3 kali/hari
Tanggal 17 Maret 2013
Hari perawatan ke 5
Tanggal 18 Maret 2013
Hari perawatan ke 6
S Keluhan tidak ada makan minum (+), BAB normal, BAK warna cokelat
O KU/Kes : Tampak sakit sedang /Composmentis
Status mental : tenang
Tanda-tanda vital :
HR: 100 x/menit
Suhu : 36.4 0C
RR : 24 x/menit
Kepala : facies coley (+)
Mata: Konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik +/+
Telinga : liang telinga lapang, sekret -/-
Hidung : sekret (-), NCH (-)
Mulut: mukosa bibir lembab
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorax :
BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-).
SN Vesikuler, Rhonki (-), Wheezing(-).
Abdomen : datar, supel, hepar tidak teraba, lien teraba di schuffner III
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2”
KU/Kes : Tampak sakit sedang/Composmentis
Status mental : Tenang
Tanda-tanda vital :
HR: 100 x/menit
Suhu : 36 0C
RR : 28 x/menit
Kepala : facies coley (+)
Mata: Konjungtiva anemis +/+, sclera ikterik +/+
Telinga : liang telinga lapang, sekret -/-.
Hidung : sekret (-), NCH (-)
Mulut: mukosa bibir lembab
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorax :
BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-).
SN Vesikuler, Rhonki (-), Wheezing(-).
Abdomen : datar, supel, hepar tidak teraba, lien teraba di schuffner III
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2”
A Thalasemia mayor Hb E Thalasemia mayor Hb E
P - Desferal 1 x 1000 mg (IV)
- Aspilet 2 x 5 mg (p.o)
- Desferal 1 x 1000 mg (IV)
- Asam folat 2 x 5 mg (p.o)
- Vit, E 2 x 100 IU (p.o) - Vit, E 2 x 100 IU (p.o)
- cek DL, UL
- foto thoraks, EKG susp.pjk??
Tanggal 19 Maret 2013
Hari perawatan ke 7
Tanggal 20 Maret 2013
Hari perawatan ke 8
S Keluhan tidak ada Pilek (+), demam (-), makan minum baik
O KU/Kes : Tampak sakit sedang /Composmentis
Status mental : tenang
Tanda-tanda vital :
HR: 108 x/menit
Suhu : 36 0C
RR : 28 x/menit
Kepala : facies coley (+)
Mata: Konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-
Telinga : liang telinga lapang, sekret -/-
Hidung : sekret (-), NCH (-)
Mulut: mukosa bibir lembab
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorax :
BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-).
SN Vesikuler, Rhonki (-), Wheezing(-).
Abdomen : datar, supel, hepar tidak teraba, lien teraba di schuffner III
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2”
KU/Kes : Tampak sakit sedang /Composmentis
Status mental : Tenang
Tanda-tanda vital :
HR: 102 x/menit
Suhu : 36.5 0C
RR : 30 x/menit
Kepala : facies coley (+)
Mata: Konjungtiva anemis +/+, sclera ikterik +/+
Telinga : liang telinga lapang, sekret -/-.
Hidung : sekret (-), NCH (-)
Mulut: mukosa bibir lembab
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorax :
BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-).
SN Vesikuler, Rhonki (-), Wheezing(-).
Abdomen : datar, supel, hepar tidak teraba, lien teraba di schuffner III
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2”
A Thalasemia mayor Hb E Thalasemia mayor Hb E
P - Desferal 1 x 1000 mg (IV)
- Asam folat 2 x 5 mg (p.o)
- Vit, E 2 x 100 IU (p.o)
- cek HBsAg, anti HBs, IgM, anti HSV
- pukul 09.30 transfusi PRC 290 cc selama 2 jam
- pukul 11.30 transfusi PRC 1 = 150 cc dan II = 150 cc
- transfuse PRC II 150 cc
- Desferal 1 x 1000 mg (IV)
- Asam folat 2 x 5 mg (p.o)
- Vit, E 2 x 100 IU (p.o)
- echo dgn hasil cor triatiaum, sekundum ASD, Mild PH
Tanggal 21 Maret 2013Hari perawatan ke 9
S Keluhan tidak ada
O KU/Kes : Tampak sakit ringan /ComposmentisStatus mental : tenangTanda-tanda vital :
HR: 80 x/menitSuhu : 35,8 0CRR : 24 x/menit
Kepala : facies coley (+)Mata : Konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-Telinga : liang telinga lapang, sekret -/-Hidung : sekret (-), NCH (-) Mulut: mukosa bibir lembabLeher : Pembesaran KGB (-)Thorax : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-).SN Vesikuler, Rhonki (-), Wheezing(-).Abdomen : datar, supel, hepar tidak teraba, lien teraba di schuffner IIIEkstremitas : Akral hangat, CRT < 2”
A Thalasemia mayor Hb E
P - Asam folat 2 x 5 mg (p.o)
- Vit, E 2 x 100 IU (p.o)
- rencana konsul BTKV
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Status Gizi Anak adalah keadaan kesehatan anak yang ditentukan oleh derajat
kebutuhan fisik energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan makanan yang
dampak fisiknya diukur secara antroppometri ( Suharjo, 1996), dan dikategorikan
berdasarkan standar baku WHO-NCHS dengan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB.
Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat. Salah
satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan Antropometri. Dalam
pemakaian untuk penilaian status gizi, antropomteri disajikan dalam bentuk indeks yang
dikaitkan dengan variabel lain. Variabel tersebut adalah sebagai berikut :
a. Umur.
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan
akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan
maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan
penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya
kecenderunagn untuk memilih angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun.
Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya adalah
1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam
bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan ( Depkes, 2004).
b. Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa
jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang
mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat
badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau
melakukan penilaian dengam melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran
dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan
paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja
tergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan
perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu (Djumadias Abunain, 1990).
c. Tinggi Badan
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari
keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan
gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan
kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U
( tinggi badan menurut umur), atau juga indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi
Badan) jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya
hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan
gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat yang
menahun ( Depkes RI, 2004).
Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk
menentukan status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi.
Penggunaan Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator status gizi untuk
melihat adanya gangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi tubuh (M.Khumaidi, 1994).
Penggunaan berat badan dan tinggi badan akan lebih jelas dan sensitive/peka
dalam menunjukkan keadaan gizi kurang bila dibandingkan dengan penggunaan BB/U.
Dinyatakan dalam BB/TB, menurut standar WHO bila prevalensi kurus/wasting < -2SD
diatas 10 % menunjukan suatu daerah tersebut mempunyai masalah gizi yang sangat
serius dan berhubungan langsung dengan angka kesakitan.
Masalah Nutrisi pada thalasemia
Gangguan pertumbuhan pada thalassemia disebabkan oleh banyak faktor antara lain
faktor nutrisi. Gangguan pertumbuhan akibat kekurangan gizi dapat menyebabkan perawakan
pendek. Nutrisi yang adekuat sangat penting untuk pasien thalassemia sebagai modalitas
dalam pengobatan jangka panjang dan untuk mencegah gangguan gizi, gangguan
pertumbuhan, perkembangan pubertas dan defisiensi imun.
Asupan nutrisi yang dianjurkan pada thalassemia adalah tinggi kalori, protein, kalium,
seng, vitamin A,D, E, rendah besi sedangkan vitamin C harus dikurangi karena dapat
meningkatkan absorpsi besi. Suplementasi vitamin C dosis rendah diberikan bersamaan
dengan penggunaan desferoksamin untuk membantu meningkatkan pengeluaran besi.
Makronutrien
Kasus thalassemia pada masa pertumbuhannya memerlukan masukan protein dan
kalori yang tinggi, kalori terutama berasal dari karbohidrat, sedangkan lemak cukup diberikan
dalam jumlah normal. Pemberian kalori untuk thalassemia dianjurkan 20% lebih tinggi dari
pada angka kecukupan gizi harian (AKG). World Health Organization (WHO) menganjurkan
konsumsi lemak sebanyak 15-30% dari total kalori. Jumlah ini memenuhi kebutuhan asam
lemak esensial dan untuk membantu penyerapan vitamin yang larut dalam lemak.10 Setelah
dewasa masukan karbohidrat sebaiknya dibatasi, sebagai upaya untuk mencegah atau
mengatasi intoleransi glukosa.9 Tahun 1997 Fuchs di Thailand melakukan penelitian tentang
asupan nutrisi pada kasus thalassemia usia 20-36 bulan dengan status gizi kurang yang diberi
150 kalori/kg berat badan/hari dan protein 4 gram/kg berat badan/hari selama 1 bulan.
Hasilnya terjadi peningkatan berat badan yang bermakna, yaitu sekitar 1,2 kg.
Mikronutrien
Mikronutrien terdapat dalam jumlah sangat sedikit dalam tubuh, namun mempunyai
peran yang penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat selular, jaringan,
organ, maupun fungsi tubuh secara keseluruhan.
Besi
Transfusi darah terus menerus pada pasien thalassemia dapat mengakibatkan
penimbunan besi dalam tubuh dan terjadinya hemosiderosis. Untuk mengurangi penimbunan
besi yang terlalu cepat dapat dipergunakan desferoksamin, di samping itu juga dengan
pemberian nutrisi rendah besi. Pemberian besi dalam bentuk elemen pada pasien thalassemia
berusia di bawah 10 tahun sebaiknya dibatasi maksimal 10 mg/hari, sedangkan di atas 10
tahun dibatasi maksimal 18 mg/hari. Kebutuhan besi untuk anak-anak normal rata-rata 18
mg/hari.
Kesulitan memantau diet pada anak merupakan masalah yang sering dijumpai, oleh
sebab itu maka yang penting adalah membina pola makan yang baik pada mereka. Anak
harus diingatkan untuk menghindari makanan dengan kandungan besi tinggi seperti hati,
daging merah atau produk lainnya. Besi dari sumber hewani lebih mudah diserap daripada
sumber lain seperti sereal dan roti. Ikan merupakan sumber protein dengan kandungan besi
rendah. Sebaiknya dihindari memasak dengan alat masak dari besi, karena besi dari alat
masak tersebut dapat berpindah ke makanan. Minuman dengan kandungan vitamin C tinggi
seperti jus jeruk dapat meningkatkan absorbs besi, sedangkan teh dan kopi dapat
menghambat absorbsi besi bila dikonsumsi pada saat makan atau 1 jam setelah makan.
Makanan yang mengandung zat besi tinggi antara lain:
• Protein: kerang, hati, daging babi, kacangkacangan, daging sapi, selai kacang, tahu
• Tepung: tepung tortila, sereal bayi, krim gandum,sereal
• Buah dan sayuran: semangka, bayam, sayuran hijau, kismis, brokoli, buah prune
Seng
Absorpsi dan metabolisme seng menyerupai absorpsi dan metabolisme besi. Sebagian
seng menggunakan transferin sebagai alat transport, yang juga merupakan alat transport besi.
Bila perbandingan antara besi dengan seng lebih dari 2:1, transferin yang tersedia untuk seng
berkurang, sehingga menghambat absorpsi seng. Sebaliknya seng dosis tinggi juga
menghambat absorpsi besi. Pada thalassemia, kadar besi yang tinggi dapat menghambat
absorpsi seng karena diabsorbsi pada sel mukosa usus yang sama, yaitu pada jejunum dan
ileum, serta menggunakan transferin sebagai alat transport. Seluruh seng yang diabsorpsi
masuk ke dalam sirkulasi darah, disimpan dalam berbagai jaringan tubuh, terutama di dalam
otot dan tulang, kemudian diekskresi melalui saluran cerna.
Defisiensi seng yang berat pada thalassemia dapat menyebabkan gangguan
pertumbuhan, hambatan maturasi seksual, hipogonadisme, alopesia, defisiensi imun, serta
hambatan pada proses penyembuhan luka. Defisiensi seng yang kronis mengakibatkan
penurunan produksi somatomedin.Penelitian menunjukkan bahwa suplementasi seng pada
bayi dan anak dengan hambatan pertumbuhan menyebabkan pertumbuhan linier lebih cepat.
Makanan dengan kadar seng tinggi antara lain kerang, daging merah, sereal, sedangkan telur,
susu dan ikan mengandung seng dalam jumlah yang lebih sedikit.Suplementasi seng pada
thalassemia sebaiknya dengan dosis tinggi yaitu 45 mg/hari.
Kalsium
Kalsium diperlukan untuk membentuk dan mempertahankan kekuatan tulang dan gigi.
Bila kadar kalsium dalam darah rendah, tubuh akan meningkatkan produksi hormon
paratiroid yang berfungsi merangsang pelepasan kalsium dari tulang dan reabsorpsi kalsium
dalam ginjal untuk mempertahankan kadar kalsium dalam darah. Absorpsi kalsium pada
saluran cerna juga akan ditingkatkan dengan pemberian vitamin D. Bila asupan kalsium
dalam makanan kurang, maka deposit kalsium dalam tulang akan menurun dan pelepasan
kalsium dari tulang akan semakin meningkat, mengakibatkan terjadinya osteoporosis. Selain
hormon paratiroid dan vitamin D, densitas tulang juga dipengaruhi oleh hormone tiroksin,
estrogen dan testosteron.
Pada pasien thalassemia yang tidak mendapatkan transfusi darah secara adekuat
terjadi peningkatan aktifitas sumsum tulang, sehingga korteks tulang menjadi tipis.
Sebaliknya, pemberian transfuse berulang akan menyebabkan terjadinya hemosiderosispada
berbagai organ seperti testis, ovarium, kelenjar tiroid dan paratiroid dengan akibat
menurunnya densitas tulang pula; oleh karena itu selain pemberian desferoksamin diperlukan
pula terapi hormon dan suplementasi kalsium. Pemberian kalsium pada thalassemia
dianjurkan kurang lebih 1 gram perhari. Pada remaja kebutuhan akan meningkat menjadi 1,5
sampai 2 gram perhari
Vitamin C
Vitamin C merupakan bahan esensial yang diperlukan tubuh untuk membentuk
jaringan penunjang (connective tissue), juga diperlukan untuk penyerapan besi dari makanan,
serta berperan pada metabolism besi. Defisiensi vitamin C menyebabkan scurvy, dengan
gejala pada mulut / gusi mudah memar, perdarahan mukosa dan anemia. Telah diketahui
bahwa vitamin C dapat menyembuhkan scurvy dan meningkatkan kadar besi dalam plasma.
Vitamin C dapat membantu meningkatkan kerja desferoksamin untuk mengeluarkan
besi sampai dua kali lipat, namun ditemukan bahwa pemberian desferoksamin yang disertai
pemberian vitamin C 500 mg perhari dapat mengakibatkan menurunnya fungsi jantung. Hal
ini disebabkan karena vitamin C akan meningkatkan kadar besi yang aktif di dalam sel
(mengubah feritin menjadi transferin), sehingga meningkatkan jumlah besi untuk dikelasi
oleh desferoksamin; terlalu banyak besi bebas dapat menyebabkan peroksidasi membran lipid
sehingga menimbulkan efek toksik pada jantung dan organ lainnya. Oleh karena itu
dianjurkan pemberian vitamin C dosis rendah yaitu 100-250 mg/hari atau 3 mg/kg berat
badan/ hari, diberikan setelah infus desferoksamin dimulai
Vitamin D
Fungsi utama vitamin D membantu pembentukan dan pemeliharaan tulang dengan cara
mengatur agar kalsium dan fosfat tersedia di dalam darah untuk diendapkan pada proses
pengerasan tulang. Hal ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:
- Pada saluran cerna kalsitriol meningkatkan absorpsi aktif kalsium dengan cara
merangsang sintesis protein pengikat kalsium dan protein pengikat fosfor pada
mukosa usus halus.
- Pada tulang kalsitriol bersama hormon paratiroid merangsang pelepasan kalsium dari
permukaan tulang ke dalam darah.
- Pada ginjal kalsitriol merangsang reabsorpsi kalsium dan fosfor.
Vitamin D banyak ditemukan pada kuning telur,hati, krim, mentega dan minyak hati ikan
cod. Susu sapi dan ASI bukan merupakan sumber vitamin D yang baik. Untuk menjamin
terpenuhinya kebutuhan vitamin D dilakukan fortifikasi makanan, terutama pada susu,
mentega, dan produk makanan untuk bayi.
Pasien thalassemia yang mendapat transfuse darah berulang biasanya memiliki kadar
vitamin D yang rendah sebagai akibat disfungsi hati. Bila sudah terjadi osteoporosis
dianjurkan pemberian vitamin D dengan dosis yang lebih tinggi, 800-1000 unit perhari. Efek
samping pemberian vitamin D dan kalsium yang terlalu tinggi adalah hiperkalsiuria dan
hiperkalsemia. Pasien thalassemia mayor dianjurkan melakukan pemeriksaan densitas tulang,
kadar hormon paratiroid, kadar 1,25 dihidroksi vitamin D serta tanda-tanda terjadinya
hipogonadisme. Evaluasi densitas tulang mulai dilakukan setelah pasien berusia 13 tahun
pada anak perempuan dan usia 15 tahun pada anak laki-laki. Sedangkan evaluasi kadar
hormon paratiroid, tes toleransi glukosa oral, kadar TSH, dan T4 dapat dilakukan mulai usia
10 tahun, selanjutnya dapat diulang setiap 2 tahun. Evaluasi fungsi jantung dan ginjal
sebaiknya juga dilakukan setiap 3 bulan, terutama bila kadar feritin di atas 2000 ng/ml.
Vitamin E
Fungsi utama vitamin E adalah sebagai antioksi dan dengan cara memberikan
hidrogen dari gugus hidroksil (OH) pada struktur cincin ke radikal bebas. Radikal bebas
adalah molekul-molekul reaktif yang dapat merusak jaringan tubuh. Radikal bebas ini
mempunyai elektron tidak berpasangan dan bila menerima ion hidrogen, radikal bebas
menjadi tidak reaktif. Vitamin E berada pada lapisan fosfolipid membran sel dan berperan
melindungi asam lemak tidak jenuh ganda dan komponen membran sel lain dari oksidasi oleh
radikal bebas. Membran sel utama terdiri atas asam lemak tidak jenuh ganda yang sangat
mudah dioksidasi oleh radikal bebas. Proses peroksidasi lipid ini dapat menyebabkan
kerusakan struktur dan fungsi membran sel. Reaksi ini dipercepat oleh besi dan tembaga,
serta dapat dicegah bila radikal bebas diikat oleh antioksidan.
Peran biologik utama vitamin E adalah memutuskan rantai proses peroksidasi lipid
dengan menyumbangkan satu atom hidrogen dari gugus OH pada cincinnya ke radikal bebas,
sehingga terbentuk ikatan radikal vitamin E yang stabil dan tidak merusak.Pada thalassemia
vitamin E berfungsi sebagai antioksidan, menghambat peroksidasi membran sel sehingga
dapat melindungi sel dari efek toksisitas besi, melindungi asam lemak tidak jenuh terhadap
serangan radikal bebas, serta melindungi sel darah merah terhadap proses hemolisis.
Sumber utama vitamin E adalah tumbuh-tumbuhan, terutama kecambah, gandum, dan
bijibijian. Minyak kelapa dan zaitun hanya sedikit mengandung vitamin E. Sayur dan buah-
buahan juga merupakan sumber vitamin E yang baik. Dosis vitamin E yang dianjurkan pada
orang dewasa adalah 200-400 IU/ hari, sedangkan pada anak 1 IU/kgBB per kali.
Antioksidan lain seperti vitamin A (karoten), seng, dan selenium, juga sangat berguna untuk
melindungi sel-sel dari efek peroksidasi besi pada membran sel.
Asam Folat
Pada pasien thalassemia yang tidak mendapat transfusi secara adekuat biasanya terjadi
defisiensi asam folat, akibat peningkatan eritropoiesis serta asupan asam folat yang rendah.
Asam folat digunakan untuk sintesis DNA, maka pada thalassemia diperlukan dalam jumlah
besar untuk mempercepat proses regenerasi sel; dosis yang dianjurkan 1 mg per hari.
ANALISIS KASUS
Seorang pasien anak laki – laki berusia 7 tahun 7 bulan datang keluhan pucat. Pasien
juga mengeluhkan nafsu makan berkurang, mudah lelah, dan berat badan turun. Sejak 1 bulan
lalu pasien di diagnose Thalasemia Hb E pada bulan februari dan dilakukan transfusi darah.
Diagnosis tersebut ditegakkan berdasarkan anamnesis bahwa pasien mengeluhkan pucat.
mudah lelah, berat badan turun. Selain itu tampak perubahan pada tulang yang menetap, yaitu
bentuk tulang yang mongoloid (facies coleey’s). pada pemeriksaan penunjang menunjukkan
hasil lab Hemoglobin, hematokrit, eritrosit, MCV,MCH yang menurun.
Dalam kasus ini terdapat permasalahan:
1. Thalasemia
Sesuai hasil laboratorium darah lengkap diberikan terapi:
a. Transfusi PRC dengan ketentuan jumlah darah yang diperlukan
Dosis PRC = (12 – 8,1) x 4 x 19 Kg
= 296,4 ml. lama transfusi 2 – 4 jam
b. Suplemen
Diberikan multivitamin yang mengandung vitamin E yang berguna sebagai
antioksidan, memperpanjang sel darah merah.
c. Kelasi besi
Pasien diberikan desferoksamin, untuk mencegah keracunan zat besi pada tubuh,
karena pasien thalasemia terjadi penimbunan zat besi. Preparat yang diberikan
desferoksamin 500 mg. setelah diberikan, lalu diperiksa kadar Hb. Memberikan
edukasi kepada orang tua pasien untuk membatasi aktifitas berat pada pasien.
2. Status Gizi normal, dulu kurang
Status gizi pasien tergolong mild malnutrition berdasarkan BB/U. diagnosis ini
ditegakkan berdasarkan pemeriksaan antopometri dengan menggunakan kurva WHO
NCHS:
Berat badan pasien : 19 Kg
Tinggi badan pasien : 112 cm
Berat badan ideal : 25 Kg
Tinggi badan ideal : 128 cm
Tinggi badan tidak sesuai usia (perawakan pendek), berada di bawah P5
Berdasarkan CDC-NCHS growth chart 2000 anak usia 2-20 tahun menurut gender
laki – laki
Berat badan ideal :
- Berdasarkan BB/U = BB sekarang
BB ideal menurut usia
= 19
25
= 76 %
Berdasarkan literature dijelaskan bahwa status gizi pasien adalah gizi kurang, ini
sesuai dengan indeks BB/U 76% termasuk dalam kategori gizi kurang.
Berdasarkan kurva CDC-NCHS growth chart 2000 anak usia 2-20 tahun menurut
gender laki - laki
Tinggi badan ideal (TB/U):
- Berdasarkan TB/U = TB sekarang
TB ideal menurut usia
= 112
128
= 87.5%
Berdasarkan literatur didapatkan bahwa status gizi pasien kurang. Ini menunjukkan
bahwa perawakan pasien pendek
Berdasarkan kurva CDC-NCHS growth chart 2000 anak usia 2-20 tahun menurut
gender laki – laki
- Berdasarkan BB/TB = BB sekarang
BB ideal menurut TB
= 19
19
= 100 %
Berdasarkan literatur didapatkan bahwa status gizi pasien adalah baik
x 100%
x 100%
x 100%
x 100%
x 100%
x 100%
Kebutuhan kalori dihitung berdasarkan RDA calories :
Kebutuhan kalori pasien = 90 kkal x 19 Kg
= 1710 kkal/hari
Kebutuhan karbohidrat = 50 % x 1710
= 855 kkal
Kebutuhan lemak = 35 % x 1710
= 597,5 kkal
Kebutuhan protein = 15 % x 1710
= 256,5 kkal
Daftar Pustaka
1. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Masalah nutrisi pada thalasemia : Sari Pediatri,
vol.5, No. 1. Jakarta: 2003:21-26
2. Almatsier S. Vitamin. Dalam: Prinsip dasar ilmu gizi. Edisi pertama. Jakarta: Pt.
Gramedia Pustaka Utama, 2001. H. 167-73
3. Almatsier S. mineral mikro . Dalam: Prinsip dasar ilmu gizi. Edisi pertama. Jakarta:
Pt. Gramedia Pustaka Utama, 2001. H. 249-257
4. Vitamin D and osteoporosis. Di unduh dari www.thalassemia.com/ tanggal 24 Maret
2013