Preskas Fix

download Preskas Fix

of 37

description

kejang demam

Transcript of Preskas Fix

BAB I

PENDAHULUANKejang demam merupakan salah satu masalah neurologis yang paling sering ditemukan pada anak. Terminologi kejang demam banyak mengalami perubahan seiring dengan perkembangan teknologi. Pada tahun 1949, Lennox mengatakan bahwa febrile convulsion ialah kelainan patologis pada otak akibat deficit neurologis baik bersifat transient ataupun permanen. Sedangkan menurut Robinson tahun 1991, kejang demam merupakan bangkitan kejang dengan prognosis yang baik. 1Berdasarkan definisi dari The international League Against Epilepsy 2 kejang demam adalah kejang yang disebabkan oleh kenaikan suhu tubuh lebih dari 38.4oC tanpa adanya infeksi susunan syaraf pusat atau gangguan elektrolit akut pada anak berusia diatas 1 bulan tanpa riwayat kejang demam sebelumnya 3Kejadian kejang demam tergantung pada usia. 85% kejang demam pertama terjadi pada anak sebelum berusia 4 tahun, terutama 17-23 bulan. Jarang yang mengalami kejang demam pertama sebelum usia 5-6 bulan atau setelah usia 5-8 tahun.4

2-5% anak pernah mengalami kejang demam minimal 1 kali, biasanya kejang demam tipe sederhana. Kejang demam tipe sederhana tidak memiliki resiko mortalitas yang tinggi meskipun memiliki riwayat pada keluarga. Sedangkan kejang demam tipe kompleks memiliki resiko mortalitas 2 kali lipat setelah 2 tahun menderita kejang demam, hal ini disebabkan oleh coexisting factors.3Diantara anak-anak yang mengalami kejang demam sekitar 70-75% ialah kejang demam sederhana, 20-25% kejang demam kompleks dan sekitar 5% adalah kejang demam berulang.5,6Anak yang mengalami kejang demam rentan untuk mengalami kekambuhan. 30% anak mengalami kejang demam ulangan setelah mengalami kejang demam pertama kali dan 50% mengalami kejang demam ulangan setelah mengalami kejang demam kedua atau lebih. Dimana 50% terjadi pada anak dengan onset kejang demam pertama di bawah usia 1 tahun.3Salah satu komplikasi yang paling dikhawatirkan ialah timbulnya epilepsi. 15% anak dengan epilepsi memiliki kejang demam. Namun hanya 2-7% anak dengan kejang demam yang berkembang menjadi epilepsy di kemudian hari.3Kemungkinan terjadinya epilepsi pada anak kejang demam tidak dapat dicegah dengan pemberian obat rumatan sekalipun.4BAB IIPRESENTASI KASUS

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

RS PENDIDIKAN : RSUD BUDHI ASIH

STATUS PASIEN KASUS INama Mahasiswa: Malika

Pembimbing : Dr. Meiharty, Sp.A

NIM: 030.10.168

Tanda tangan :

IDENTITAS PASIEN

Nama

: An. AR

Jenis kelamin

: Laki-laki

Umur

: 4 tahun 9 bulanTempat/ tanggal lahir

: Jakarta, 21 April 2011Agama

: Islam

Pendidikan

: Belum sekolahAlamat: Jl.Kebon nanas utara II/19 RT05/04 Cipinang Cempedak .Jatiegara.Jakarta Timur.

IDENTITAS ORANG TUAAyahIbu

Nama

: Tn. HUmur

: 30 tahun

Pekerjaan: WiraswastaPendidikan: SMASuku bangsa: Jawa

Agama

: Islam

TB

: 172 cm

Alamat : Jl.Kebon nanas utara II/19 RT05/04 Cipinang Cempedak .Jatiegara.Jakarta Timur.

Nama

: Ny. YUmur

: 27 tahun

Pekerjaan: Ibu rumah tangga

Pendidikan: SMASuku bangsa: Jawa

Agama

: Islam

TB

: 164 cm

Alamat : Jl.Kebon nanas utara II/19 RT05/04 Cipinang Cempedak .Jatiegara.Jakarta Timur.

Hubungan dengan orang tua : Pasien merupakan anak kandung.PERAWATAN KE-1

I. ANAMNESIS

Lokasi : Bangsal lantai 5 Timur, kamar 514 Tanggal / waktu: 3 Februari 2015 pukul 07.00 WIBTanggal masuk : 1 Februari 2016 pukul 00.54 WIBKeluhan utama: Os kejang 5 menit ,sejak 10 menit SMRS.Keluhan tambahan: Demam, batuk.A. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke UGD RSUD Budhi Asih dengan keluhan kejang 5 menit SMRS, berupa kejang seluruh tubuh dengan disertai demam dengan gerakan menyentak, berulang, cepat, kaki dan tangan dalam tertekuk, mata berkedip, rahang bawah maju mundur, perut tegang, dada nyendol dengan durasi 3 menit. Setelah kejang pasien langsung tersadar dan bersikap kembali normal,sebelumnya pasien memang sudah mengalami demam sejak 1 hari SMRS dan ini adalah kejang pertama kali yang di alami oleh pasien.Pasien juga mengeluh keluhan lainnya berupa batuk dan pilek yang sudah berlangsung 1 hari.Keluhan lain seperti diare,nyeri kepala, kepala yang terasa memberat, mata merah, telinga berdengung, nyeri tenggorokan, suara serak, sesak nafas, mual, muntah maupun penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan disangkal.BAK dan BAB tidak terdapat kelainan.B. Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita

PenyakitUmurPenyakitUmurPenyakitUmur

Alergi(-)Difteria(-)Penyakit ginjal(-)

Cacingan(-)DiareKadang-kadangPenyakit jantung(-)

DBD(-)Kejang(-)Radang paru(-)

Otitis(-)Morbili(-)TBC(-)

Parotitis(-)Operasi(-)Transfusi darah(-)

Kesimpulan riwayat penyakit yang pernah diderita: Pasien tidak pernah mengalami gejala serupa atau menerima transfusi darah sebelumnya. C. Riwayat Kehamilan/ Persalinan

KEHAMILANMorbiditas kehamilanTidak ada

Perawatan antenatalRutin kontrol ke Klinik Bidan(selalu datang sesuai anjuran bidan)

KELAHIRANTempat persalinanKlinik Bidan

Penolong persalinanBidan

Cara persalinanSpontan

Penyulit : Tidak ada

Masa gestasi39 minggu

Keadaan bayiBerat lahir : 2.900 gr

Panjang lahir : 49 cm

Lingkar kepala : Tidak tahu

Langsung menangis (+)

Kemerahan (+)

Kuning (-)

Nilai APGAR : 9/10Kelainan bawaan : Tidak ada

Kesimpulan riwayat kehamilan/ persalinan : Kontrol kehamilan baik, persalinan spontan, cukup bulan, berat badan lahir sesuai dengan masa kehamilan, tidak ada kelainan atau penyakit yang membutuhkan perawatan di rumah sakit. D. Riwayat Perkembangan

Pertumbuhan gigi I: 9 bulan (Normal: 5-9 bulan)Gangguan perkembangan mental: Tidak adaPsikomotor : Tengkurap: 4 bulan(Normal: 3-4 bulan)Duduk : 7 bulan(Normal: 6-9 bulan)

Berdiri: 9 bulan(Normal: 9-12 bulan)

Berjalan : 12 bulan(Normal: 13 bulan)

Bicara: 12 bulan(Normal: 9-12 bulan)

Perkembangan pubertas: Belum masa pubertas. E. Riwayat MakananUmur (bulan)ASI/PASIBuah / BiskuitBubur SusuNasi Tim

0 2ASI---

2 4ASI---

4 6ASI---

6 8ASI++-

8 10ASI+++

10 -12ASI+++

Umur diatas 1 tahun:

Jenis MakananFrekuensi dan Jumlah

Nasi3x/ hari, 1 centong

Sayur2x/ minggu

Daging 2-3x/ minggu, setengah potong

Telur2x/ minggu, 1 butir

Ikan 1-2x/ minggu, seperempat ikan

Tahu2-3/ minggu, 1 potong

Susu14x/ minggu, 250 mL.

Lain-lainCiki , somay , cimol, jarang makan buah .

Kesulitan makan : Sejak lahir pasien mendapatkan ASI eksklusif. Asupan makanan pasien sehari-hari cukup baik, untuk makan sayur dan buah , pasien jarang makan sayur danbuah.Untuk minum susu pasien suka untuk minum susu , pasien meminum susu 2 x dalam sehari saat pagi hari dan malam hari

Kesimpulan riwayat makanan : Pasien mengalami kesulitan makan.Namun untuk total kalori yang dikonsumsi per hari kesannya cukup untuk usianya. Asupan serat dan zat besi terkesan kurang. F. Riwayat Imunisasi

VaksinDasar ( umur )Ulangan ( umur )

BCG1 bulan----

DPT / PT2 bulan4 bulan6 bulan--

Polio0 bulan2 bulan4 bulan--

Campak9 bulan----

Hepatitis B0 bulan1 bulan6 bulan--

Kesimpulan riwayat imunisasi: Imunisasi dasar lengkap dan tepat waktu.G. Riwayat Keluarga

a. Corak Reproduksi

NoTanggal lahirJenis kelaminHidupLahir matiAbortusMati (sebab)Keterangan kesehatan

1.21-04-2011Laki-laki+---pasien

b. Riwayat Pernikahan

Ayah Ibu

NamaTn. HNy. Y

Perkawinan ke-11

Umur saat menikah25 tahun23 tahun

Pendidikan terakhirSMASMA

AgamaIslamIslam

Suku bangsaJawaJawa

Keadaan kesehatanSehatSehat

KosanguinitasTidak adaTidak ada

Penyakit, bila adaTidak adaTidak ada

c. Riwayat Penyakit Keluarga: kakek pasien memiliki penyakit dibetes melitus , utnuk keluarga lain tidak ada kelainan. d. Riwayat Kebiasaan: Ayah pasien yang tinggal serumah memiliki kebiasaan.merokok.Keluarga pasien yang tinggal serumah tidak ada yang memiiki kebiasaan suka meminum alkohol atau mengkonsumsi obat-obatan terlarang.Kesimpulan riwayat keluarga: Tidak ada keluarga pasien yang memiliki gejala serupa. Riwayat transfusi darah (-). H. Riwayat LingkunganPasien tinggal bersama dengan kedua orang tua .Rumah merupakan rumah sewaan, bertingkat satu, beratap genteng, berlantai keramik, dan berdinding tembok. Ventilasi dan pencahayaan cukup baik. Sumber air bersih dari jet sanyo. Sumber air minum dari air isi ulang. Sampah dibuang ke tempat sampah dan setiap hari dikumpulkan di tempat sampah depan rumah. Rumah pasien terletak di kawasan padat penduduk namuntidak kumuh.Tidak terdapat kawasan peternakan di sekitar tempat tinggal pasien. Tidak ada orang di sekitar pasien yang mengkonsumsi obat TB ataupun memiliki gejala batuk berdahak > 3 minggu.Kesimpulan keadaan lingkungan: Keadaan lingkungan rumah cukup baik.I. Riwayat Sosial dan Ekonomi

Ayah pasien saat ini bekerja sebagai wiraswasta, dengan penghasilan Rp.5.000.000,00/bulannya. Sedangkan ibu pasien adalah ibu rumah.Penghasilan tersebut diakui cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.Kesimpulan sosial ekonomi: Pasien berasal dari keluarga dengan taraf sosial ekonomi menengah .II. PEMERIKSAAN FISIKPemeriksaan fisik pada pasien dilakukan di bangsal lantai 5 timur, kamar 515, pada tanggal 3 Februari 2016 pukul 16.30 WIBSTATUS GENERALISATAKEADAAN UMUM

Kesan Sakit

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Compos mentis

Kesan Gizi

: Cukup

Keadaan lain

: Anemis (-), ikterik (-), sianosis (-), dyspnoe (-)

DATA ANTROPOMETRI

Berat Badan sekarang: 14 kg

Lingkar Kepala : 50 cm

Tinggi Badan

: 105 cmLingkar Lengan Atas: 14 cm

STATUS GIZI BB / U= Antara -2SD- +2SD = Berat badan cukup menurut kurva WHO 2006 TB / U= Antara -2SD- +3SD = Tinggi badan normal menurut kurva WHO 2006 BB / TB= Antara -2SD - +2SD = Gizi cukup berdasarkan kurva WHO 2006 LK = 50cm (2 SD menurut Kurva Nellhaus)Kesimpulan status gizi : Menurut parameter BB/TB, gizi pasien termasuk dalam kategori gizi cukup. Menurut parameter TB/U pasien termasuk kategori normal.

TANDA VITAL Tekanan Darah : 110/ 60 mmHg Nadi : 110 x/ menit, kuat, isi cukup, ekual kanan dan kiri, regular

Pernapasan : 22 x/ menit, tipe abdomino-torakal. Suhu: 36,0o C (diukur dengan termometer air raksa di aksila)KEPALA: Normocephali, deformitas (-), hematoma (-).RAMBUT: Rambut hitam, distribusi merata dan tidak mudah dicabut.WAJAH: Wajah simetris, tidak terdapat edema.Kelainan dismorfik (-). Facies Cooley (-). Kumis dan janggut (-). MATA:

Visus

: Kesan baik

Ptosis

: -/-

Sklera ikterik

: -/-

Lagofthalmus: -/-

Konjuntiva pucat: -/-

Cekung: -/-

Exophthalmus: -/-

Kornea jernih : +/+

Strabismus

: -/-

Lensa jernih: +/+

Nistagmus

: -/-

Pupil

: Bulat, isokor

Refleks cahaya: Langsung +/+ , tidak langsung +/+Alis

: Hitam, distribusi merata

Bulu mata

: Hitam, distribusi merata, madarosis (-/-), trikiasis (-/-)

TELINGA :

Bentuk : NormotiaTuli: -/-

Nyeri tarik aurikula : -/-Nyeri tekan tragus : -/-

Liang telinga: LapangMembran timpani : Sulit dinilai

Serumen: -/-Refleks cahaya : Sulit dinilai

Cairan: -/-

HIDUNG :

Bentuk: SimetrisNapas cuping hidung: - / -

Sekret: +/-+Deviasi septum

: -

Mukosa hiperemis: -/-Konka eutrofi

: +/+BIBIR:Simetris saat diam, mukosa pucat (-), kering (-), sianosis (-), labioschizis (-), cheilitis (-), perleche (-).MULUT:

Trismus (-), , oral higiene kurang baik, mukosa gusi dan pipi merah muda, ulkus (-), halitosis (-), palatoschizis (-). Caries dentis (+) di molar 2 bawah dextra. Lidah : Normoglosia, pucat (-), kering (-), ulkus (-), hiperemis (-) massa (-), atrofi papil (-),coated tongue (-), geographic tongue (-), bifurcatio lidah (-), tremor (-)TENGGOROKAN:

Arkus faring simetris, hiperemis (-), oral thrush (-). Tonsil T1-T1tenang, kripta tidak melebar, detritus (-). Faring hiperemis (-), granulasi (-), massa (-), abses (-), PND (-)

LEHER:

Bentuk tidak tampak kelainan, tidak tampak pembesaran tiroid maupun KGB, tidak tampak deviasi trakea. Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid. Tidak teraba pembesaran KGB. Trakea teraba di tengah.KETIAK: Tidak tampak pertumbuhan rambut ketiak.

THORAKS:

JANTUNG

Inspeksi: Ictus cordis tidak tampakPalpasi: Ictus cordis teraba pada ICS V linea midklavikularis sinistra

Perkusi: Batas kiri jantung: ICS V linea midklavikularis sinistra

Batas kanan jantung: ICS III V linea parasternalis dextra

Batas atas jantung : ICS III linea parasternalis sinistra

Auskultasi: BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-) PARU

Inspeksi

Bentuk thoraks simetris pada saat statis dan dinamis, tidak ada pernapasan yang tertinggal, tipe pernapasan abdomino-torakal, retraksi (-), tidak ditemukan efloresensi pada kulit dinding dada.

Palpasi

Nyeri tekan (-), benjolan (-), gerak napas simetris kanan dan kiri, vocal fremitus sama kuat kanan dan kiri. Angulus costae 75oPerkusi

Sonor di kedua lapang paru. Batas paru dan hepar di ICS VI linea midklavikularis dextraAuskultasi:Suara napas vesikuler, reguler, ronkhi -/-, wheezing -/-

ABDOMEN :

Inspeksi

Perut datar, tidak ada efloresensi yang bermakna, roseola spots (-), tidak tampak adanya benjolan, gerakan peristaltik, venektasi, dan smiling umbilicus.Palpasi

Supel, nyeri tekan (-) pada, turgor kulit baik. Hepar : Tidak teraba membesar. Lien : Tidak teraba membesar. Ginjal : Ballotement -/-, Nyeri ketok CVA -/-

Perkusi: Timpani pada seluruh regio abdomen. Shifting dullness (-).Auskultasi:Bising usus (+), frekuensi 4x / menit.KGB :

Preaurikuler: Tidak teraba membesar

Postaurikuler: Tidak teraba membesar

Submandibula: Tidak teraba membesar

Supraclavicula: Tidak teraba membesar

Axilla: Tidak teraba membesar

Inguinal: Tidak teraba membesarANGGOTA GERAK :Simetris, tidak terdapat kelainan pada bentuk tulang, posisi tangan dan kaki, serta sikap badan, tidak terdapat keterbatasan gerak sendi, akral hangat pada keempat ekstremitas, sianosis (-), edema (-), capillary refill time< 2 detik.TanganKananKiri

Tonus ototNormotonusNormotonus

SendiAktifAktif

Lain-lainEdema (-)Edema (-)

KakiKananKiri

Tonus ototNormotonusNormotonus

SendiAktifAktif

Refleks fisiologis(+)(+)

Refleks patologis(-)(-)

Lain-lainEdema (-)Edema (-)

Status Neurologis Refleks FisiologisKananKiri

Biseps++

Triceps++

Patella++

Achiles++

Refleks PatologisKananKiri

Babinski--

Chaddock--

Oppenheim--

Gordon--

Schaeffer--

Rangsang meningeal

Kaku kuduk--

KananKiri

Kerniq--

Laseq--

Brudzinski I--

Brudzinski II--

Saraf cranialis

- N. I (Olfaktorius)Tidak dilakukan pemeriksaan

- N. II dan III (Opticus dan Occulomotorius)

Pupil bulat isokor 3mm / 3mm, RCL +/+, RCTL +/+

- N. IV dan VI (Trochlearis dan Abducens)

Gerakan bola mata baik ke segala arah

- N. V (Trigeminus)

Tidak ada gangguan sensibilitas wajah

- N. VII (Facialis)Wajah simetris

Motorik: dapat menutup mata sempurna, dapat mengernyitkan dahi, dan dapat tersenyum dengan baik

Sensorik: tidak ada gangguan pengecapan

- N. VIII (Vestibulo-kokhlearis)

Dapat mendengar bunyi gesekan jari pada kedua telinga

- N. IX, X (Glosofaringeus, Vagus)Tidak ada gangguan menelan

- N. XI (Aksesorius)

Dapat mengangkat kedua bahu dan memutar kepala dengan baik

- N. XII (Hipoglosus)Gerakan lidah tidak terganggu, tidak terdapat paralisis, kekuatan lidah baik

PUNGGUNG:

Bentuk tulang belakang normal, tidak terdapat deviasi, benjolan (-), ruam (-)

KULIT:

-warna sawo matang merata, pucat (-), tidak ikterik, tidak sianosis, tidak terdapat efloresensi bermakna, turgor kulit baik, lembab, capillary refill time< 2 detik.PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan darah lengkap :Tanggal 1-2-2016

HematologiHasilNilai Normal

Leukosit 9,3 ribu/ L*5,5 15,5

Eritrosit4,9 jt/ L 3,7 5.7

Hemoglobin11,9 g/ dL 10,8 12,8

Hematokrit36 % 31 43

Trombosit218 ribu / L 217 497

MCV73,6 fL 73 101

MCH24,5pg 23 31

MCHC33,3 g/dL 32 36

RDW13,6 % 38oCDosis : 10-20 mg /kgbb/kali

Pasien : 10x14kg= 140 mg/kali

Diazepam 1,4 mg kalau suhu >38,5 oC Dosis :0,1 mg/kgbb/kali

Pasien : 0,1 x 14 =1,4 /kali

Ambroxol 3mg (dosis: 1,5 mg/kgbb/hari = 1,5x14=9/hari) Salbutamol 0,5 mg(dosis: 0,1mg/kgbb/hari=0,1x14=1,4/hari)m.f pulv (3 x 1

Cetirizine 2 x 3,5 mg syrDosis : 0,25 mg/kgbb/kali

Pasien : 3,5 mg / sendok obat

VIII. PROGNOSIS

Ad Vitam

: dubia ad bonam Ad Sanationam: dubia ad bonam Ad Fungsionam: dubia ad bonamIX. FOLLOW UPHari Perawatan ke-2 (2-2-2016)

SOAP

Demam (-) Kejang (-)

Batuk (+)

Pilek(+)TSS, CM

BB 14 kg

N: 104x/ menit

R: 20x/ menit

S: 37,5oC

Mata: CA +/+, SI -/-Hidung:NHC(-),sekret+/+Mulut: pucat (+)caries dentis (+)Pulmo:SNV (+/+), ronchi (-/-)

Cor: BJ I II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen: supel, NTE(+), hepar 2/5-1/2, lien Schuffner II-III.Ekstremitas: hangat ++/++, pucat ++/++, CRT 38oCDiazepam 1,4 mg kalau suhu >38,5 oC

Ambroxol 3mg Salbutamol 0,5 Cetirizine 2 x 3,5 mg syr

Saran :Konsul dokter gigi

Cek H2TL , elektrolit ulang

URINALISISHasilNilai Normal

WarnaKuningKuning

KejernihanJernihJernih

GlukosaNegatifNegatif

BilirubinNegatifNegatif

Keton+1Negatif

pH6,04,6 8

Berat jenis1.0251,005 1,030

Darah samarNegatifNegatif

Albumin urinNegatifNegatif

Urobilinogen0,2 EU/ dL0,1 1

NitritNegatifNegatif

Esterase lekositNegatifNegatif

Sedimen Urin :

Leukosit

Eritrosit

Epitel

Silinder

Kristal

BakteriJamur0-1/ LPB

0-1/ LPB

Positif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif< 5

< 2

Positif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

FAECES LENGKAPHasilNilai Normal

Makroskopik :

Warna

Konsistensi

Lendir

DarahCoklat kehitaman

Lembek

Positif

NegatifCoklat

Lunak

Negatif

Negatif

Mikroskopik :

Leukosit

Eritrosit

Amoeba coli

Amoeba histolitika

Telur cacingNegatif

Positif

Negatif

Negatif

NegatifNegatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Pencernaan :

Lemak

Amilum

Serat

Sel ragiNegatif

Negatif

Negatif

NegatifNegatif

Negatif

Negatif

Negatif

Darah samarNegatif Negatif

Hari Perawatan ke-3 (3-2-2016)

SOAP

Demam (-) Kejang (-)

Batuk (+)

Pilek(+)TSS, CM

BB 14 kg

N: 100x/ menit

R: 20x/ menit

S: 36,8oC

Mata: CA +/+, SI -/-Hidung:NHC(-),sekret-/-Mulut: pucat (+)caries dentis (+)

Pulmo:SNV (+/+), ronchi (-/-)

Cor: BJ I II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen: supel, NTE(+), hepar 2/5-1/2, lien Schuffner II-III.

Ekstremitas: hangat ++/++, pucat ++/++, CRT 15 menit) sangat berbahaya dan dapat menimbulkan kerusakan permanen dari otak.107. DIAGNOSISa. Anamnesis

1.) Adanya kejang , jenis kejang, kesadaran, lama kejang, suhu sebelum/saat kejang, frekuensi, interval, pasca kejang, penyebab demam diluar susunan saraf pusat. 2.) Riwayat perkembangan, kejang demam dalam keluarga, epilepsi dalam keluarga.

3.) Singkirkan penyebab kejang lainnya.

b. Pemeriksaan fisik : kesadaran, suhu tubuh, tanda rangsal meningeal, tanda peningkatan tekanan intrakranial, tanda infeksi di luar SSP.6

c. Pemeriksaan Penunjang1.) Pemeriksaan laboratoriumPemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam, atau keadaan lain misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan misalnya darah perifer, elektrolit dan gula darah.5

2.) Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Resiko terjadinya meningitis bakterialis adalah 0,6%-6,7%. Pada bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada ; bayi kurng dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan, bayi antara 12-18 bulan dianjurkan, bayi > 19 bulan tidak rutin. Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal. 5

3.) Elektroensefalografi (EEG)Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi berulangnya kejang atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang demam. Oleh karenanya tidak direkomendasikan. Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam tidak khas misalnya kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun atau kejang demam fokal.54.) Pencitraan

Foto X- ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography scan (CT-scan) atau magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas indikasi seperti ; kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis), paresis nervus VI, papil edema.58. DIAGNOSIS BANDING

Penyebab lain kejang yang disertai demam harus disingkirkan, khususnya meningitis atau ensefalitis. Pungsi Lumbal teriondikasi bila ada kecurigaan klinis meningitis. Adanya sumber infeksi seperti ototis media tidak menyingkirkan meningitis dan jika pasien telah mendapatkan antibiotika maka perlu pertimbangan pungsi lumbal.79. PENATALAKSANAAN

a. Penatalaksanaan saat kejang

Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien datang kejang sudah berhenti. Apabila datang dalam keadaan kejang obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam intravena adalah 0,3 -0,5 mg/kg perlahan lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 20 mg. Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau dirumah adalah diazepam rektal. Diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg. Atau Diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak diatas usia 3 tahun.10Bila setelah pemberian Diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit. Bila setelah 2 kali pemberian Diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit. Di rumah sakit dapat diberikan Diazepam intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg. Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis awal 10-20 mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal. Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat di ruang rawat intensif. Bila kejang berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang demam apakah kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor resikonya.10b. Pemberian obat pada saat demam

1. Antipiretik

Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi resiko terjadinya kejang demam, namun para ahli di Indonesia sepakat bahwa antipiretik tetap dapat diberikan. Dosis Paracetamol yang digunakan adalah 10-15 mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis Ibuprofen 5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali sehari. Meskipun jarang, asam asetilsalisilat dapat menyebabkan sindrom Reye terutama pada anak kurang dari 18 bulan, sehingga penggunaan asam asetilsalisilat tidak dianjurkan.7,8,102. Antikonvulsan

Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam menurunkan resiko berulangnya kejang pada 30% -60% kasus, begitu pula dengan diazepam rektal dosis 0,5 mg/kg setiap 8 jam pada suhu > 38,5oC. Dosis tersebut cukup tinggi dan menyebabkan ataksia, iritabel dan sedasi yang cukup berat pada 25-39% kasus. Fenobarbital, karbamazepin dan fenitoin pada saat demam tidak berguna untuk mencegah kejang demam.c. Pemberian Obat Rumat

1. Indikasi Pemberian obat Rumat

Pengobatan rumat diberikan bila kejang demam menunjukkan ciri sebagai berikut (salah satu) ;

Kejang lama > 15 menit

Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental, hidrocephalus.

Kejang fokal

Pengobatan rumat dipertimbangkan bila ; kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam, kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan, kejang demam 4 kali per tahun.5

2. Jenis Antikonvulsan untuk Pengobatan Rumat

Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam menurunkan risiko berulangnya kejang. Berdasarkan bukti ilmiah bahwa kejang demam tidak berbahaya dan penggunaan obat dapat menyebabkan efek samping, maka pengobatan rumat hanya diberikan terhadap kasus selektif dan dalam jangka pendek. Pemakaian fenobarbital setiap hari dapat menimbulkan gangguan perilaku dan kesulitan belajar pada 40-50% kasus. Obat pilihan saat ini adalah asam valproat. Pada sebagian kecil kasus, terutama yang berumur kurang dari 2 tahun asam valproat dapat menyebabkan gangguan fungsi hati. Dosis asam valproat 15-40 mg/kg/hari dalam 2-3 dosis, dan fenobarbital 3-4 mg/kg per hari dalam 1-2 dosis. Pengobatan rumat diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan.1010. EDUKASI PADA ORANG TUA

Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Pada saat kejang sebagian besar orang tua beranggapan bahwa anaknya telah meninggal. Kecemasan ini harus dikurangi dengan cara yang diantaranya :

a. Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik

b. Memberitahukan cara penanganan kejang

c. Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembalid. Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus diingat adanya efek samping obat.4,5Beberapa hal yang harus dikerjakan bila kembali kejang

a. Tetap tenang dan tidak panik.

b. Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher.

c. Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah tergigit, jangan memasukkan sesuatu ke dalam mulut.

a. Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang.

b. Tetap bersama pasien selama kejang.

c. Berikan diazepam rektal, dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti.

d. Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih .511. VAKSINASISejauh ini tidak ada kontra indikasi untuk melakukan vaksinasi terhadap anak yang mengalami kejang demam. Kejang setelah demam karena vaksinasi jarang. Kejang demam pasca imunisasi tidak memiliki kecenderungan berulang yang lebih besar daripada kejang demam pada umumnya. Dan kejang demam pasca imunisasi kemungkinan besar tidak akan berulang pada imunisasi berikutnya. Angka kejadian pasca vaksinasi DPT adalah 6-9 kasus per 100.000 anak yang divaksinasi, Risiko ini tinggi pada hari imunisasi, dan menurun setelahnya.5,7 Sedangkan setelah vaksinasi MMR 25-34 per 100.000, resiko meningkat pada hari 8-14 setelah imunisasi.7 Dianjurkan untuk memberikan diazepam oral atau rektal bila anak demam, terutama setelah vaksinasi DPT atau MMR. Beberapa dokter anak merekomendasikan parasetamol pada saat vaksinasi hingga 3 hari kemudian.512. PROGNOSIS

Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan.8 Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya normal. Penelitian lain secara retrospektif melaporkan kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus, dan kelainan ini biasanya terjadi pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang baik umum atau fokal. Kematian karena kejang demam tidak pernah dilaporkan.5,9

BAGAN PENGHENTIAN KEJANG DEMAM

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

KETERANGAN :

1. Bila kejang berhenti terapi profilaksis intermitten atau rumatan diberikan berdasarkan kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor resikonya.

2. Pemberian fenitoin bolus sebaiknya secara drip intravena dicampur dengan cairan NaCl fisiologis, untuk mengurangi sfek samping aritmia dan hipotensi.9DAFTAR PUSTAKA1. Robinson, R.J. (1991) Febrile Convulsions. Further reassuring news about prognosis. Br. Med. J. 303, 1345-1346. 2. ILAE, Commission on Epidemiology and Prognosis. Epilepsia 1993; 34;592-8.

3. Mikati MA, 2011. Febrile Seizures. In: Nelson textbook of pediatrics. Elsevier Ed. 19th;2017-20184. Pusponegoro H., Widodo DP., Ismael S., 2006. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2006

5. Soetomenggolo, 2000. Kejang Demam. In: Soetomenggolo, Ismael, Buku Ajar Neurologi Anak. Jakarta: Balai Penerbit IDAI, 244-2526. Baumann, 2001. Febrile Seizure. Available From: http://www.emedicine.medscape.com/article//117620.htm accesd on 5 februari 2016.

7. Behrem RE, Kliegman RM,. 1992. Nelson Texbook of Pediatrics. WB Sauders.Philadelpia.

8. Hardiono D. Pusponegoro, Dwi Putro Widodo dan Sofwan Ismail. 2006. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Badan Penerbit IDAI. Jakarta

9. Hardiono D. Pusponegoro, dkk,.2005. Kejang Demam di Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak.Badan penerbit IDAI. Jakarta

10. Staf Pengajar IKA FKUI. 1985. Kejang Demam di Ilmu Kesehatan Anak 2. FKUI. Jakarta.

KEJANG

1. Diazepam rektal 0,5 mg/kgBB atau

BB < 10 kg = 5 mg, BB > 10 kg = 10 mg

2. Diazepam IV 0,3-0,5 mg/kgBB

KEJANG

Diazepam rektal

( 5 menit )

Di Rumah Sakit

KEJANG

Diazepam IV, Kecepatan 0,5-1 mg/menit (3-5 menit)

(depresi pernapasan dapat terjadi)

KEJANG

Fenitoin bolus IV 10-20 mg/kgBB

Kecepatan 0,5 -1 mg/kgBB/menit

KEJANG

Transfer ke Ruang Rawat Intensif

PAGE 20