preskas

35
PRESENTASI KASUS ILMU SARAF Disusun Untuk Memenuhi Syarat Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Saraf di RSUD Saras Husada Purworejo Diajukan Kepada : dr. Murgyanto Sp. S Disusun Oleh : Rr. Dristia Nugraheningtyas 20090310032

description

preskas

Transcript of preskas

Page 1: preskas

PRESENTASI KASUSILMU SARAF

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Saraf di RSUD Saras Husada Purworejo

Diajukan Kepada :

dr. Murgyanto Sp. S

Disusun Oleh :

Rr. Dristia Nugraheningtyas

20090310032

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2014

Page 2: preskas

HALAMAN PENGESAHAN

Diajukan Oleh :

Rr. Dristia Nugraheningtyas

20090310032

Telah dipresentasikan dan disetujui

Pada tanggal

Disahkan Oleh :

Dokter Pembimbing

dr. Murgyanto, Sp. S.

Page 3: preskas

LAPORAN KASUS

A. Identitas pasien

Nama : Sdr. A

Usia : 24 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Pegawai Swasta

Alamat :Gintungan RT 01/01 Gebang Purworejo

Tanggal masuk RS : 29 Agustus 2014

Diagnosis masuk : Febris, cephalgia

B. Anamnesis

Dari anamnesis dengan keluarga pasien didapatkan :

1. Keluhan Utama : Pasien mengeluh nyeri kepala.

2. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke IGD dengan keluhan

nyeri kepala (+) disertai dengan muntah (+), demam (+), kejang (-),

ngompol (+), sejak pagi pasien tidak dapat diajak berkomunikasi,

riwayat HT (-), riwayat DM (-).

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien mempunyai Riwayat Cidera Kepala Sedang sebulan yang lalu

dan sempat mengalami penurunan kesadaran serta dirawat di ruang

ICU.

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga pasien tidak ada yang memiliki penyakit Hipertensi, DM,

maupun penyakit yang lain.

5. Anamnesis Sistim

System saraf pusat : demam (+), kejang (-), penurunan

kesadaran(-)

System cardiovascular : nyeri dada (-), sesak nafas (-)

System respiratory : batuk (-),pernafasan cuping hidung (-)

System Gastrointestinal : kembung (-) , benjolan (-), BAB cair (-)

Page 4: preskas

System Urinaria : nyeri pinggang (-), BAK (+) warna keruh

(-) Ngompol (+)

System intugumentum : kulit pucat (-), turgor melambat (-)

System musculoskeletal : gerakan (+), lumpuh (-), nyeri otot(-)

C. Pemeriksaan Fisik

1. Status Internus

Keadaan Umum : lemah

Kesadaran : Somnolen

Vital Sign : TD : 100/80 mmHg

N : 88 x/menit

RR : 24 x/menit

T : 38,5˚C

Kepala : Conjungtiva Anemis -/-, Sklera Ikterik +/+

Leher : limfonodi tidak teraba, JVP tidak meningkat

Thorax :

- Inspeksi : Tidak terdapat tanda inflamasi, kedua paru

simetris.

- Palpasi : Kedua paru simetris.

- Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru.

- Auskultasi : Vesikuler +/+, wheezing -/-, ronkhi -/-.

Abdomen :

- Inspeksi : Tidak terdapat tanda inflamasi, supel.

- Auskultasi : Bising usus (+).

- Palpasi : Nyeri tekan (-), distended (-)

- Perkusi : Tymphani (+).

Ekstremitas : Akral hangat, edema -/-.

2. Status Mental

Kewaspadaan : kurang

Observasi perilaku

Page 5: preskas

Perubahan perilaku : gelisah

Status Mental

Tingkah laku umum : hiperaktif

Alat pembicaraan : sdn

Perubahan mood dan emosi : sdn

Isi pikiran : sdn

Kemampuan intelektual : sdn

3. Status Neurologi

Kesadaran : Somnolen/GCS E3V4M5

Kepala : Pupil isokor Ø 3/3mm RC +/+ RK+/+

Meningeal Sign : Kaku Kuduk (+)

Kerniq (+)

Bradzinky I (-)

Bradzinky II (+)

Nn Cranial sdn

No Nama Nervus Komponen Yg diperiksa Kanan Kiri

1 I : Olfaktorius (tidak

dilakukan)

Secara subyektif : membau sesuatu

secara bergantian hidung ditutup

(tidak dilakukan)

2 II: Optikus (tidak

dilakukan)

- Daya Penglihatan

- Pengenalan warna

- Fundus okuli

3 III : Occulomotorius - Bentuk dan ukuran pupil

- Refleks terhadap sinar

- Gerak mata: atas,bawah,medial

- Strabismus divergen

- Diplopia

dbn

dbn

dbn

(-)

(-)

dbn

dbn

dbn

(-)

(-)

4 IV : Trokhlearis - Gerak mata ke medial bawah

- Strabismus konvergen

- Diplopia

dbn

(-)

(-)

dbn

(-)

(-)

Page 6: preskas

5 V : Trigeminus (tidak

dilakukan)

- Menggigit

- Membuka mulut

- Sensibilitas muka atas-tengah-

bawah

- Refleks kornea

- Reflex bersin

- Reflex masseter

6 VI : Abducens - Gerak mata ke lateral

- Strabismus konvergen

- Diplopia

dbn

(-)

(-)

dbn

(-)

(-)

7 VII : Fasialis (tidak

dilakukan)

- Mengerutkan dahi

- Menutup mata

- Lipatan nasolabial

- Sudut mulut

- Mengerutkan alis

- Meringis

- Mengembungkan pipi

- Lakrimasi

- Reflek visio palpebra

- Reflek glabella

- Reflek Myerson

- Tanda chvostek

- Daya kecap lidah 2/3 depan

8 VIII: Akustikus - Mendengar suara berbisik

- Detik arloji

- Test rinie,weber (tidak dilakukan)

dbn

dbn

dbn

dbn

9 IX : Glossofaringeus - Arkus faring

- Daya kecap lidah bagian 1/3

belakang (tidak dilakukan)

- Sengau

- Tersedak

- Reflex muntah (tidak dilakukan)

dbn

(-)

(-)

dbn

(-)

(-)

10 X : Vagus - Bicara

- Menelan (tidak dilakukan)

- Nadi

dbn

dbn

Page 7: preskas

11 XI: Accesorius (tidak

dilakukan)

- Memalingkan kepala

- Sikap bahu

- Menganggkat bahu

- Trofi otot bahu

12 XII : Hipoglosus (tidak

dilakukan)

- Menjulurkan lidah

- Artikulasi

- Tremor lidah

- Kekuatan lidah

- Trofi otot lidah

- Fasikulasi lidah

Ektermitas :

Gerakan RF

Kekuatan RP

Tonus (normotonus)

Trofi (eutrofi)

Klonus (-)

4. Status Sensorium

Kesadaran : somnolen

Atensi : sdn

Orientasi

Memori jangka panjang dan pendek : sdn

Kecerdasan berhitung : sdn

Simpanan Informasi : sdn

Tilikan, keputusan, dan rencana : sdn

Fungsi visuospasial : sdn

+2 +2

+2 +2

- -

- -

Page 8: preskas

D. Diagnosis

Diagnosis Klinik : meningitis subakut stadium II

Diagnosis Topik : Leptomeningen

Diagnosis Etiologi : meningitis dd meningoenchepalitis

E. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Darah Rutin

Pemeriksaan Kimia Darah

Pemeriksaan Elektrolit

Pemeriksaan Kultur darah

Pemeriksaan HCTScan

F. Penatalaksanaan

Inf Ring As 16 tpm

Inj. Cefotaxim 2g/12 jam

Inj. Dexametason 1A/12 jam

Inj. Citicholin 500mg/12 jam

Inj. Ranitidin 1A/12 jam

PCT 3 X 1

Pasang DC

Pasang NGT

Page 9: preskas

LAMPIRANTgl Pemeriksaan Hasil

Pemeriksaan

Ass Plan

29

Agust

2014

S : Pasien mengeluh nyeri

kepala (+), demam sejak 1

hari yang lalu, kejang (-),

mual (-), muntah (+), tadi

malam pasien ngompol (+)

O : KU : sedang ;

Somnolen

GCS E3V4M5

Kepala : pupil isokor

Ø3/3mm RC +/+ RK +/+

Nn Cranial : sdn

Meningeal sign (+)

Kaku Kuduk (+)

Brudzinky I (-)

Brudzinky II (+)

Kernig sign (+)

Extermitas : lateralisasi (-)

Fungsi otonom : pasien

ngompol

- Hb : 13,5 [g/dl]

- Leu :24,4 [10^3/uL]

- HMT : 42 [%]

- Erit : 4,9 [10^6/uL]

- Tromb : 198 [10^3/uL]

- MCV : 86 [fL]

- MCH : 28 [pg]

- MCHC : 32 [g/dL]

- GDS : 127 [mg/dl]

- Ureum : 27 [mg/dl]

- Creatinin : 0,96

[mg/dl]

- HbsAg : negatif

Pemeriksaan

HCTScan ICH

lobus frontal

dan occipital

sinistra

Meningitis dd

meningoenchepalitis

Inf Ring As 16

tpm

Inj. Cefotaxim

2g/12 jam

Inj. Dexametason

1A/12 jam

Inj. Citicholin

500mg/12 jam

Inj. Ranitidin

1A/12 jam

PCT 3 X 1

Pasang DC

Pasang NGT

Kultur darah

Page 10: preskas

30

Agust

2014

S : Pasien mengeluh nyeri

kepala (+), pusing (+),mual

(+), demam (+), produk

NGT berwarna coklat

kemerahan

O : KU : sedang ; CM

GCS E4V5M6

Kepala : pupil isokor

Ø3/3mm RC +/+ RK +/+

Nn Cranial : sdn

Meningeal sign (+)

Kaku Kuduk (-)

Brudzinky I (-)

Brudzinky II (+)

Kernig sign (+)

Extermitas : lateralisasi (-)

Meningitis dd

meningoenchepalitis

Inf Ring As 16

tpm

Inj. Cefotaxim

2g/12 jam

Inj. Dexametason

1A/12 jam

Inj. Citicholin

500mg/12 jam

Inj. Ranitidin

1A/12 jam

PCT 3 X 1

1

Sept

2014

S : Pasien mengeluh nyeri

kepala (+), pusing (+),mual

(-), demam (+),

O : KU : sedang ; CM

GCS E4V5M6

TD : 110/80 mmHg

HR : 89 x/menit

RR : 20 x/menit

T : 37,5 °C

Kepala : pupil isokor

Ø3/3mm RC +/+ RK +/+

Meningitis dd

meningoenchepalitis

Inf Ring As 16

tpm

Inj. Cefotaxim

2g/12 jam

Inj. Dexametason

1A/12 jam

Inj. Citicholin

500mg/12 jam

Inj. Ranitidin

1A/12 jam

PCT 3 X 1

Page 11: preskas

Nn Cranial : sdn

Meningeal sign (-)

Kaku Kuduk (-)

Brudzinky I (-)

Brudzinky II (-)

Kernig sign (-)

Extermitas :

G : B/B RF : +2/+2 B/B +2/+2K : 5/5 RP : -/- 5/5 -/-

Page 12: preskas

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Meningoencephalitis

Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piameter

(lapisan dalam selaput otak) dan arakhnoid serta dalam derajat yang lebih ringan

mengenai jaringan otak dan medula spinalis yang superfisial.

Encephalitis adalah infeksi yang mengenai system saraf pusat (SSP) yang

disebabkan oleh virus atau mikroorganisme lain yang nonpurulen. Penyebab

tersering dari ensefalitis adalah virus kemudian herpes simpleks, arbovirus, dan

jarang disebabkan oleh enterovarius, mumps, dan adenovirus. Ensefalitis bisa juga

terjadi pascainfeksi campak, influenza, varicella, dan pascavaksinasi pertussis.

Meningoencephalitis adalah peradangan atau infeksi yang melibatkan

meningen, subarachnoid dan parenkim otak akan terjadi reaksi inflamasi pada

selaput meningen dan jaringan otak.

Meningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan perubahan yang terjadi

pada cairan otak yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta. Meningitis

serosa ditandai dengan jumlah sel dan protein yang meninggi disertai cairan

serebrospinal yang jernih. Penyebab yang paling sering dijumpai adalah kuman

Tuberculosis dan virus. Meningitis purulenta atau meningitis bakteri adalah

meningitis yang bersifat akut dan menghasilkan eksudat berupa pus serta bukan

disebabkan oleh bakteri spesifik maupun virus. Meningitis Meningococcus

merupakan meningitis purulenta yang paling sering terjadi.

Klasifikasi ensefalitis didasarkan pada factor penyebabnya. Ensefalitis

suparatif akut dengan bakteri penyebab ensefalitis adalah Staphylococcus aureus,

Streptococus, E.Colli, Mycobacterium, dan T.Pallidium. Sedangkan ensefalitis

virus penyebab adalah virus RNA (Virus Parotitis), virusmorbili, virus rabies,

virus Rubela, virus dengue, virus polio, cockscakie A dan B, herpes zoster, herpes

simpleks, dan varicella.

Page 13: preskas

2.2. Etiologi Meningoencephalitis

Etiologi meningoencephalitis sama dengan etiologi encephalitis. Berbagai

macam mikroorganisme dapat menimbulkan Ensefalitis :

2.2.1.   Bakteria, protozoa, cacing, jamur, spirochaeta, dan virus. Bakteri

penyebab Ensefalitis adalah Staphylococcus aureus, streptokok, E. Coli, M.

Tuberculosa dan T. Pallidum. Encephalitis bakterial akut sering disebut

encephalitis supuratif akut.

2.2.2   Penyebab lain adalah keracunan arsenik dan reaksi toksin dari thypoid

fever, campak dan chicken pox/cacar air.

2.2.3.   Penyebab encephalitis yang terpenting dan tersering ialah virus. Infeksi

dapat terjadi karena virus langsung menyerang otak, atau reaksi radang akut

infeksi sistemik atau vaksinasi terdahulu. Klasifikasi encephalitis berdasar

jenis virus serta epidemiologinya ialah:

a.   Golongan enterovirus : Poliomyelitis, virus Coxsackie, virus ECHO.

b.   Golongan virus Arbo : Western equine encephalitis, St. Louis encephalitis,

Eastern equine encephalitis, Japanese B encephalitis, Russian spring

summer encephalitis, Murray valley encephalitis.

Infeksi virus yang bersiat sporadik : rabies, Herpes simpleks, Herpes

zoster, Limfogranuloma, Mumps, Lymphocytic choriomeningitis, dan

jenis lain yang dianggap disebabkan oleh virus tetapi belum jelas.

Encephalitis pasca-infeksi : pasca-morbili, pasca-varisela, pasca-rubela,

pasca-vaksinia, pasca-mononukleosis infeksius, dan jenis-jenis lain yang

mengikuti infeksi traktus respiratorius yang tidak spesifik.

2.3. Anatomi dan Fisiologi Selaput Otak

Otak dan sumsum tulang belakang diselimuti meningea yang melindungi

struktur syaraf yang halus, membawa pembuluh darah dan sekresi cairan

serebrospinal. Meningea terdiri dari tiga lapis, yaitu:

2.3.1. Lapisan Luar (Durameter)

Durameter merupakan tempat yang tidak kenyal yang membungkus otak,

sumsum tulang belakang, cairan serebrospinal dan pembuluh darah.

Page 14: preskas

Durameter terbagi lagi atas durameter bagian luar yang disebut selaput tulang

tengkorak (periosteum) dan durameter bagian dalam (meningeal) meliputi

permukaan tengkorak untuk membentuk falks serebrum, tentorium serebelum

dan diafragma sella.

2.3.2. Lapisan Tengah (Arakhnoid)

Disebut juga selaput otak, merupakan selaput halus yang memisahkan

durameter dengan piameter, membentuk sebuah kantung atau balon berisi

cairan otak yang meliputi seluruh susunan saraf pusat. Ruangan diantara

durameter dan arakhnoid disebut ruangan subdural yang berisi sedikit cairan

jernih menyerupai getah bening. Pada ruangan ini terdapat pembuluh darah

arteri dan vena yang menghubungkan sistem otak dengan meningen serta

dipenuhi oleh cairan serebrospinal.

2.3.3. Lapisan Dalam (Piameter)

Lapisan piameter merupakan selaput halus yang kaya akan pembuluh

darah kecil yang mensuplai darah ke otak dalam jumlah yang banyak. Lapisan

ini melekat erat dengan jaringan otak dan mengikuti gyrus dari otak. Ruangan

diantara arachnoid dan piameter disebut sub arakhnoid. Pada reaksi radang

ruangan ini berisi sel radang. Disini mengalir cairan serebrospinalis dari otak

ke sumsum tulang belakang.

2.4. Patofisiologi Meningoencephalitis

Meningoencephalitis pada umumnya terjadi seperti meningitis dan

encephalitis. Meningioencephalitis sebagai akibat dari penyebaran penyakit di

organ atau jaringan tubuh yang lain. Virus masuk tubuh klien melalui kulit,

saluran napas, dan saluran cerna. Setelah masuk ke dalam tubuh, virus akan

menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara :

2.4.1.   Lokal : virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lender permukaan atau

organ tertentu.

2.4.2.   Penyebaran hematogen primer : virus masuk ke dalam darah, kemudian

menyebar ke organ dan berkembang biak di organ tersebut.

Page 15: preskas

2.4.3.   Penyebaran melalui saraf-saraf : virus berkembang biak di perukaan

selaput lendir dan menyebar melalui system persarafan.

Setelah terjadi penyebaran ke otak terjadi manifestasi klinis ensefalitis.

Masa prodromal berlangsung 1-4 hari ditandai dengan demam, sakit kepala,

pusing, muntah nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremitas, dan pucat. Suhu

badan meningkat, fotofobia, sakit kepala, muntah-muntah, kadang disertai kaku

kuduk apabila infeksi mengenai meningen. Pada anak, tampak gelisah kadang

disertai perubahan tingkah laku. Dapat disertai gangguan penglihatan,

pendengaran, bicara, serta kejang. Gejala lain berupa gelisah, rewel, perubahan

perilaku, gangguan kesaadaran, kejang. Kadang-kadang disertai tanda neurologis

fokal berupa afassia, hemiparesis, hemiplagia, ataksia, dan paralisis saraf otak.

2.5. Gejala Klinis Meningoencephalitis

Meningoencephalitis ditandai dengan adanya gejala-gejala seperti meningitis

dan encephalitis. Meningoencephalitis biasanya ditandai dengan gejala meningitis

seperti demam, sakit kepala, kekakuan pada leher, vomiting, diikuti oleh

penurunan kesadaran, konvulsi, dan kadang-kadang tanda-tanda neurologik, tanda

peningkatan tekanan intrakranial atau gejala-gejala psikiatri. Diagnosis pasti

ditegakkan dengan pemeriksaan cairan serebrospinal (CSS) melalui pungsi

lumbal.

Meningoencephalitis juga terkadang menunjukkan gejala – gejala

encephalitis. Gejala yang muncul adalah peningkatan tekanan intrakranial seperti

sakit kepala, vertigo, nause, konvulsi dan perubahan mental. Gejala lain yang

mungkin timbul termasuk photophobia, perubahan sensorik, dan kekakuan leher.

Meningoencephalitis bakteri biasanya didahului oleh gejala gangguan alat

pernafasan dan gastrointestinal. Meningitis bakteri pada neonatus terjadi secara

akut dengan gejala panas tinggi, mual, muntah, gangguan pernafasan, kejang,

nafsu makan berkurang, dehidrasi dan konstipasi, biasanya selalu ditandai dengan

fontanella yang mencembung. Kejang dialami lebih kurang 44 % anak dengan

penyebab Haemophilus influenzae, 25 % oleh Streptococcus pneumoniae, 21 %

oleh Streptococcus, dan 10 % oleh infeksi Meningococcus. Pada anak-anak dan

Page 16: preskas

dewasa biasanya dimulai dengan gangguan saluran pernafasan bagian atas,

penyakit juga bersifat akut dengan gejala panas tinggi, nyeri kepala nyeri kepala,

konstipasi, kurang nafsu makan, fotofobia, nyeri punggung, halusinasi, dan sangat

gelisah.

Stadium II atau stadium transisi berlangsung selama 1 – 3 minggu dengan

gejala penyakit lebih berat dimana penderita mengalami nyeri kepala yang hebat

dan kadang disertai kejang terutama pada bayi dan anak-anak. Tanda-tanda

rangsangan meningeal mulai nyata, seluruh tubuh dapat menjadi kaku, terdapat

tanda-tanda peningkatan intrakranial, ubun-ubun menonjol dan muntah lebih

hebat. Stadium III atau stadium terminal ditandai dengan kelumpuhan dan

gangguan kesadaran sampai koma. Pada stadium ini penderita dapat meninggal

dunia dalam waktu tiga minggu bila tidak mendapat pengobatan sebagaimana

mestinya.

2.6. Pemeriksaan Rangsangan Meningeal

2.6.1. Pemeriksaan Kaku Kuduk

Pasien berbaring terlentang dan dilakukan pergerakan pasif berupa fleksi

dan rotasi kepala. Tanda kaku kuduk positif (+) bila didapatkan kekakuan dan

tahanan pada pergerakan fleksi kepala disertai rasa nyeri dan spasme otot.

Dagu tidak dapat disentuhkan ke dada dan juga didapatkan tahanan pada

hiperekstensi dan rotasi kepala.

2.6.2. Pemeriksaan Tanda Kernig

Pasien berbaring terlentang, tangan diangkat dan dilakukan fleksi pada

sendi panggul kemudian ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut sejauh

mengkin tanpa rasa nyeri. Tanda Kernig positif (+) bila ekstensi sendi lutut

tidak mencapai sudut 135° (kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna)

disertai spasme otot paha biasanya diikuti rasa nyeri.

2.6.3. Pemeriksaan Tanda Brudzinski I ( Brudzinski Leher)

Pasien berbaring terlentang dan pemeriksa meletakkan tangan kirinya

dibawah kepala dan tangan kanan diatas dada pasien kemudian dilakukan

Page 17: preskas

fleksi kepala dengan cepat kearah dada sejauh mungkin. Tanda Brudzinski I

positif (+) bila pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada leher.

2.6.4. Pemeriksaan Tanda Brudzinski II ( Brudzinski Kontra Lateral Tungkai)

Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada sendi

panggul (seperti pada pemeriksaan Kernig). Tanda Brudzinski II positif (+)

bila pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada sendi panggul dan lutut

kontralateral.

2.7. Pemeriksaan Penunjang Meningoencephalitis

2.7.1. Pemeriksaan neurologis

Gangguan kesadaran, hemiparesis, tonus otot meningkat, spastisitas,

terdapat refleks patologis, refleks fisiologis meningkat, klonus, gangguan

nervus kranialis (buta, tuli), ataksia.

2.7.2. Pemeriksaan Pungsi Lumbal

Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan

protein cairan cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya

peningkatan tekanan intrakranial.

a. LCS jernih

b. Reaksi pandy/nonne-apelt (+)/(-)

c. Jumlah sel: 0 sampai beberapa ribu, sel polimorfonuklet.

d. Protein: normal sampai sedikit naik.

e. Gula: normal

f. Kultur: 70%-80% (+), untuk virus 80% (+)

2.7.3. Pemeriksaan darah

Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, Laju Endap

Darah (LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit dan kultur.

2.7.4. Pemeriksaan Radiologis (CT Scan/ MRI)

Membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran/ letak ventrikel, hematom,

daerah cerebral, hemoragic, atau tumor.

Page 18: preskas

2.8. Penatalaksanaan

Terapi untuk meningoencephalitis sama seperti terapi untuk meningitis dan

encephalitis. Terapi ini terbagi menjadi terapi umum dan terapi khusus, yaitu :

2.8.1 Terapi umum

a. Istirahat mutlak, bila perlu diberikan perawatan intensif

b. Pemberian gizi tinggi kalori tinggi protein

c. Posisi penderita dijaga agar tidak terjadi decubitus

d. Keseimbangan cairan tubuh

e. Perawatan kandung kemih

f. Mengatasi gejala demam, kejang

2.8.2 Terapi khusus

a. Penatalaksanaan meningitis serosa

1) Rejimen terapi : 2RHZE -7RH

2) Steroid :

Diberikan untuk

a) Menghambat reaksi inflamasi

b) Mencegah komplikasi infeksi

c) Menurunkan edem cerebri

d) Mencegah perlengketan arachnoid dan otak

e) Mencegah arteritis/infark otak

Indikasi :

a) Kesadaran Menurun

b) Defisit Neurologi Fokal

Dosis : Dexametason 10 mg bolus intravena, kemudian 4 x 5 mg

intravena selama 2-3 minggu, selanjutnya turunkan perlahan

selama 1 bulan

b. Penatalaksanaan meningitis purulenta

Pemberian antibiotik harus cepat dan tepat, sesuai dengan bakteri

penyebabnya dan dalam dosis yang cukup tinggi. Sambil menunggu hasil

biakan sebaiknya diberikan obat antibiotic dengan spectrum luas.

Page 19: preskas

Antibiotik diberikan selama 10-14 atau sekurang-kurangnya 7 hari setelah

bebas demam.

1) Penisilin G dosis 1-2 juta unit setiap 2 jam untuk infeksi

Pneumococcus, Streptococcus, Meningococcus.

2) Kloramfenikol dosis 4 x 1 gr/hari atau ampisilin 4 x 3 gr/hari untuk

infeksi Haemophilus

3) Gentamicin untuk infeksi E. Coli, Klebsiella, Proteus dan kuman-

kuman gram negative

c.   Terapi antimikroba, sesuai hasil kultur  Obat yang mungkin diberikan

1)   Ampicillin : 200 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis

2)   Kemicetin : 100 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis

3)   Bila encephalitis disebabkan oleh virus (HSV), agen antiviral

acyclovir secara signifikan dapat menurunkan mortalitas dan

morbiditas HSV encephalitis. Acyclovir diberikan secara intravena

dengan dosis 30 mg/kgBB per hari dan dilanjutkan selama 10-14

hari untuk mencegah kekambuhan.

4)  Untuk kemungkinan infeksi sekunder diberikan antibiotika secara

polifragmasi.

d.   Mengurangi meningkatnya tekanan intracranial, manajemen edema

otak

1) Mempertahankan hidrasi, monitor balans cairan; jenis dan jumlah

cairan yang diberikan tergantung keadaan anak.

2) Glukosa 20%, 10 ml intravena beberapa kali sehari disuntikkan

dalam pipa giving set untuk menghilangkan edema otak.

3) Kortikosteroid intramuscular atau intravena dapat juga digunakan

untuk menghilangkan edema otak.

e.   Mengontrol kejang  Obat antikonvulsif diberikan segera untuk

memberantas kejang. Obat yang diberikan ialah valium dan atau

luminal.

1) Valium dapat diberikan dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/kali.

Page 20: preskas

2) Bila 15 menit belum teratasi/kejang lagi bia diulang dengan dosis

yang sama.

3) Jika sudah diberikan 2 kali dan 15 menit lagi masih kejang, berikan

valium drip dengan dosis 5 mg/kgBB/24 jam.

f. Mempertahankan ventilasi  Bebaskan jalan nafas, berikan O2 sesuai

kebutuhan (2-3l/menit).

g. Penatalaksanaan shock septik 

h. Mengontrol perubahan suhu lingkungan

i. Untuk mengatasi hiperpireksia, diberikan kompres pada permukaan

tubuh yang mempunyai pembuluh besar, misalnya pada kiri dan kanan

leher, ketiak, selangkangan, daerah proksimal betis dan di atas kepala.

Sebagai hibernasi dapat diberikan largaktil 2 mg/kgBB/hari dan

phenergan 4 mg/kgBB/hari secara intravena atau intramuscular dibagi

dalam 3 kali pemberian. Dapat juga diberikan antipiretikum seperti

asetosal atau parasetamol bila keadaan telah memungkinkan pemberian

obat per oral

2.9. Prognosis Meningoencephalitis

Prognosis meningoencephalitis tergantung kepada umur, mikroorganisme

spesifik yang menimbulkan penyakit, banyaknya organisme dalam selaput otak,

jenis dan lama penyakit sebelum diberikan antibiotik. Penderita usia neonatus,

anak-anak dan dewasa tua mempunyai prognosis yang semakin jelek, yaitu dapat

menimbulkan cacat berat dan kematian.

Pengobatan antibiotika yang adekuat dapat menurunkan mortalitas

meningitis purulenta, tetapi 50% dari penderita yang selamat akan mengalami

sequelle (akibat sisa). Lima puluh persen meningitis purulenta mengakibatkan

kecacatan seperti ketulian, keterlambatan berbicara dan gangguan perkembangan

mental, dan 5 – 10% penderita mengalami kematian.

Penderita karena virus biasanya menunjukkan gejala klinis yang lebih

ringan, penurunan kesadaran jarang ditemukan. Penderita viral memiliki

Page 21: preskas

prognosis yang jauh lebih baik. Sebagian penderita sembuh dalam 1 – 2 minggu

dan dengan pengobatan yang tepat penyembuhan total bisa terjadi.

2.10. Pencegahan Meningoencephalitis

a. Pencegahan Primer

Tujuan pencegahan primer adalah mencegah timbulnya faktor resiko

meningitis bagi individu yang belum mempunyai faktor resiko dengan

melaksanakan pola hidup sehat.

Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan imunisasi meningitis

pada bayi agar dapat membentuk kekebalan tubuh. Vaksin yang dapat

diberikan seperti Haemophilus influenzae type b (Hib), Pneumococcal

conjugate vaccine (PCV7), Pneumococcal polysaccaharide vaccine

(PPV), Meningococcal conjugate vaccine (MCV4), dan MMR (Measles

dan Rubella). Imunisasi Hib Conjugate vaccine (HbOC atau PRP-OMP)

dimulai sejak usia 2 bulan dan dapat digunakan bersamaan dengan jadwal

imunisasi lain seperti DPT, Polio dan MMR. Vaksinasi Hib dapat

melindungi bayi dari kemungkinan terkena meningitis Hib hingga 97%.

Pemberian imunisasi vaksin Hib yang telah direkomendasikan oleh WHO,

pada bayi 2-6 bulan sebanyak 3 dosis dengan interval satu bulan, bayi 7-

12 bulan di berikan 2 dosis dengan interval waktu satu bulan, anak 1-5

tahun cukup diberikan satu dosis. Jenis imunisasi ini tidak dianjurkan

diberikan pada bayi di bawah 2 bulan karena dinilai belum dapat

membentuk antibodi.

Meningitis Meningococcus dapat dicegah dengan pemberian

kemoprofilaksis (antibiotik) kepada orang yang kontak dekat atau hidup

serumah dengan penderita. Vaksin yang dianjurkan adalah jenis vaksin

tetravalen A, C, W135 dan Y. meningitis TBC dapat dicegah dengan

meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan cara memenuhi kebutuhan

gizi dan pemberian imunisasi BCG. Hunian sebaiknya memenuhi syarat

kesehatan, seperti tidak over crowded (luas lantai > 4,5 m2 /orang),

ventilasi 10 – 20% dari luas lantai dan pencahayaan yang cukup.

Page 22: preskas

Pencegahan juga dapat dilakukan dengan cara mengurangi kontak

langsung dengan penderita dan mengurangi tingkat kepadatan di

lingkungan perumahan dan di lingkungan seperti barak, sekolah, tenda dan

kapal. Meningitis juga dapat dicegah dengan cara meningkatkan personal

hygiene seperti mencuci tangan yang bersih sebelum makan dan setelah

dari toilet.

b. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder bertujuan untuk menemukan penyakit sejak

awal, saat masih tanpa gejala (asimptomatik) dan saat pengobatan awal

dapat menghentikan perjalanan penyakit. Pencegahan sekunder dapat

dilakukan dengan diagnosis dini dan pengobatan segera. Deteksi dini juga

dapat ditingkatan dengan mendidik petugas kesehatan serta keluarga untuk

mengenali gejala awal meningitis.

Dalam mendiagnosa penyakit dapat dilakukan dengan pemeriksaan

fisik, pemeriksaan cairan otak, pemeriksaan laboratorium yang meliputi

test darah dan pemeriksaan X-ray (rontgen) paru .

Selain itu juga dapat dilakukan surveilans ketat terhadap anggota

keluarga penderita, rumah penitipan anak dan kontak dekat lainnya untuk

menemukan penderita secara dini. Penderita juga diberikan pengobatan

dengan memberikan antibiotik yang sesuai dengan jenis penyebab

meningitis yaitu :

b.1. Meningitis Purulenta

b.1.1. Haemophilus influenzae b : ampisilin, kloramfenikol,

setofaksim, seftriakson.

b.1.2. Streptococcus pneumonia : kloramfenikol , sefuroksim,

penisilin, seftriakson.

b.1.3. Neisseria meningitidies : penisilin, kloramfenikol, serufoksim

dan seftriakson.

b.2. Meningitis Tuberkulosa (Meningitis Serosa)

Kombinasi INH, rifampisin, dan pyrazinamide dan pada kasus yang

berat dapat ditambahkan etambutol atau streptomisin. Kortikosteroid

Page 23: preskas

berupa prednison digunakan sebagai anti inflamasi yang dapat

menurunkan tekanan intrakranial dan mengobati edema otak.

c. Pencegahan Tertier

Pencegahan tertier merupakan aktifitas klinik yang mencegah

kerusakan lanjut atau mengurangi komplikasi setelah penyakit berhenti.

Pada tingkat pencegahan ini bertujuan untuk menurunkan kelemahan dan

kecacatan akibat meningitis, dan membantu penderita untuk melakukan

penyesuaian terhadap kondisikondisi yang tidak diobati lagi, dan

mengurangi kemungkinan untuk mengalami dampak neurologis jangka

panjang misalnya tuli atau ketidakmampuan untuk belajar. Fisioterapi dan

rehabilitasi juga diberikan untuk mencegah dan mengurangi cacat.

Page 24: preskas

DAFTAR PUSTAKA

Arif mansjoer suprohaita. 2000. Kapita Selekta Kedokteran edisi 2 jilid 3. Jakarta: penerbit fakultas kedokteran universitas Indonesia.

Swartz, M. N. 2007. Meningitis: bakterial, viral, and other. Bakterial meningitis. Goldman: cecil medicine.

Tolan RW. Amebic meningoencephalitis. Saint Peter’s University hospital.update Jan 21, 2009. Available at. http://emedicine.medscape.com/article/996227.