Presentation1.pptx

15
Penelitian Klinis Terhadap Otitis Media Supuratif Kronis dengan Kolesteatoma Oktavia Sulistiana, S.Ked* Rahmawati Risna, S.Ked* dr. Umi Rahayu, Sp.THT-KL M.Kes**

Transcript of Presentation1.pptx

Page 1: Presentation1.pptx

Penelitian Klinis Terhadap Otitis Media Supuratif Kronis dengan Kolesteatoma

Oktavia Sulistiana, S.Ked* Rahmawati Risna, S.Ked* dr. Umi Rahayu, Sp.THT-KL M.Kes**

Page 2: Presentation1.pptx

• Pendahuluan : • Kolesteatoma merupakan kantong yang terdiri dari epitel gepeng bertingkat yang

mengandung lapisan keratin yang terkumpul disertai epitel gepeng yang mengalami desquamasi dengan atua tanpa adanya kristal kolesterol. Lesi ini sering terjadi pada penyakit yang progresifitasnya lambat da destruktif dari bagian telinga tengah, dimana kolesteatom dapat merusak jaringan padat dan lunak di sektiarnya, sehingga menyebabkan komplikasi ekstra dan intra-cranial. Berdasarkan etiologi yang ada, kolesteatoma dapat dibagi menjadi kolesteatoma primer dan sekunder. Kolesteatoma kongetinal diperkirakan terjadi dari inklusi embrional atau adanya sisa sel epitel yang tertinggal pada membran timpani yang masih utuh. Acquired kolesteatoma (yang didapat), terjadi karena adanya retraksi kantong pada bagian kulit. Tipe lainnya, yaitu secondary acquired cholesteatoma (kolesteatom sekunder), biasanya terjadi dari pertumbuhan kulit yang berlebihan dan melewati membran timpani, dan juga karena adanya inflammasi sehingga mukosa mengalami metaplasia menjadi tipe epitel gepeng (squamous).

Page 3: Presentation1.pptx

• Walaupun etiologi pasti dari kolesteatoma masih belum diketahui, namun oembentukan dan pengembangan kolesteatoma dan komplikasi lainnya menunjukkan hubungan terhadap beberapa faktor seperti tingkat kemiskinan, infeksi berulang dari saluran pernafasan atas, pembesaran adenoid pada masa anak-anak, sering mandi di kolam sambil berenang, hidup di rumah berlantai dengan yang tidak higienis dan terlalu padat, ketidaktahuan terhadap akibat dari penyakit dan kurangnya dokter yang terlatih di lingkungan sekitar. Gambaran klinis dari chronic suppurative otitis media (CSOM) dengan kolesteatoma biasanya menunjukkan adanya discharge (keluarnya cairan) serta gangguan pendengaran/tuli; namun jika disertai komplikasi, pasien juga akan mengalami nyeri telinga, demam, rasa menggigil, pembengkakan post-auricular, muntah, vertigo, sakit kepala, post-auricular dischage sinus, kelemahan otot wajah, dan lainnya. Di negara peneliti, banyak kasus CSOM disertai dengan kolesteatoma yang mengalami komplikasi ekstrakranial, bahkan intrakranial, jadi diagnosis awal dan mengobati penyakit ini sangat penting untuk kemanan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan dari semua tingkatan dokter dan menurunkan tingkat keasalah diagnosis dengan cara merujuk pasien secepatnya, pilihan intervensi bedah yang sesuai, sehingga dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas pada pasien.

Page 4: Presentation1.pptx

• Target dan Tujuan :• Untuk menemukan berbagai keragaman dari sifat CSOM

dengan kolesteatoma yang dihubungkan dengan usia, jenis kelamin, status pendidikan, kondisi sosio-ekonomi pada pasien CSOM dengan atau tanpa komplikasi

• Untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap semua tingkatan dokter dan juga menurunkan tingkat kesalahan diagnosis dengan cara merujuk secepatnya, pemilihan intervensi bedah yang sesuai, sehingga bisa menurunkan morbiditas dan mortalitas pada pasien.

Page 5: Presentation1.pptx

Metode PenelitianPersyaratan dan Pendaftaran

Total 100 pasien dengan otitis media supuratif kronik (Chronic suppurative otitis media [CSOM]) dikumpulkan dari bagian Otolaryngology – Head & Neck Surgery (THT), di Universitas Kesehatan Bangabandhu Sheikh Mujib, Rumah Sakit Pendidikan Kesehatan Dhaka (Dhaka Medical College Hospital [DMCH]) dan Sir Salimullah Medical College serta Rumah Sakit Mitford Dhaka, dari bulan Januari 2003 hingga Februari 2004. Pasien yang mengalami CSOM disertai kolesteatoma dengan atau tanpa komplikasi akan dimasukkan ke dalam penelitian ini, walaupun terdapat perbedaan usia dan jenis kelamin dan juga perbedaan kondisi sosio-ekonomi.

Page 6: Presentation1.pptx

HASIL

Page 7: Presentation1.pptx

Pada penelitian ini usia tertua dan termuda pada pasien adalah 6 tahun serta 40 tahun, dengan usia rata-rata 17.2 tahun.

Page 8: Presentation1.pptx
Page 9: Presentation1.pptx

PEMBAHASAN

Page 10: Presentation1.pptx

• Pada penelitian ini, kasus tertinggi didapati pada kelompok pasien berusia 11-20 tahun (54%). Pasien termuda dalam penelitian ini berusia 6 tahun dan pasien tertua berusia 40 tahun (Tabel 1), hal ini juga didukung dengan hasil penelitian lainnya. Jumlah pasien pria terbukti lebih tinggi dibandingkan wanita, dengan rasio pria : wanita adalah 2.33:1. Hasil ini juga serupa dengan temuan lainnya. Terdapat hubungan erat antara pasien dengan kolesteatoma dan kondisi sosio-ekonomi, dimana pasien dengan konidisi seosioekonomi sangat miskin (44%) dan miskin (40%) mempunyai tingkat kejadian penyakit yang lebih tinggi, hasil ini juga didukung oleh beberapa penelitian lainnya

Page 11: Presentation1.pptx

• Pada penelitian ini, untuk status pendidikan, menunjukkan bahwa kebanyakan pasien berasal dari kelompok buta huruf (22%) atau hanya menyelesaikan pendidikan dasar saja (40%) lebih sering mengalami penyakit ini, dimana temuan ini juga serupa dengan hasil penelitian lainnya. Pasien yang hidup di perumahan yang kumuh dengan lantai tanah lebih sering mengalami kolesteatoma 80%) dibandingkan pasien yang hidup di gedung/bangunan. Hal ini karena di daerah kumuh terdapat prevalensi infeksi saluran pernafasan atas yang lebih sering dikarenakan tingkat kemiskinan, kepadatan, malnutrisi, sehingga penyakit telinga kronis lebih sering terjadi, hal ini juga serupa dengan temuan penelitian lainnya

Page 12: Presentation1.pptx

• Pasien yang tinggal di derah terpencil Bangladesh mempunyai kebiasaan untuk berenang di komal atau sungai di sekitarnya, dimana pasien seperti ini lebih sering mengalami koleteatoma (60%) dibandingkan dengan pasien yang mandi dengan menggunakan air bersih (40%). Hal ini dikarekanan penyakit telinga kronik bisa terjadi karena masuknya air ke dalam telinga.

• Hampir semua pasien mengalami berbagai gejala. Otorea (100%) merupakan gejala yang paling sering terjadi, diikuti dengan gangguan pendengaran (80%), otalgia (15%), massa (155) pada liang telinga luar, post-auricular discharging sinus (10%) dan hanya 6% pasien yang mengalami komplikasi intracranial, hal ini kemungkinan disebabkan keacuhan pasien terhadap etio-patologi dari penyakit, dan juga disebabkan kurangnya personel medis terlatih pada tempat itu, dimana hasil ini juga serupa dengan penelitian lainnya.

Page 13: Presentation1.pptx

• Terkait komplikasi, pada penelitian ini terdapat 6 kasus pasien yang mengalami komplikasi intracranial, tiga dengan menigitis, satu dengan abses ekstradural, satu dengan thrombophlebitis sinus lateral, dan satu dengan abses lobus temporal. Hampir ¼ dari total kasus menunjukkan komplikasi ekstrakranial, 12 dengan abses sub-periosteal dan 10 dengan post-aural discharging sinus, sementara 3 kasus dengan facial nerve palsy, temuan ini juga serupa dengan penelitian lainnya. Pada penelitian ini, komplikasi terjadi setelah munculnya kolesteatoma dalam jangka waktu panjang.

• Untuk temuan pemeriksaan audiologis, gangguan pendengaran ditemukan pada semua pasien penelitian, dan kebanyakan pasien mengalami gangguan tuli konduktif sedang (74.47%) diikuti dengan tuli konduktif ringan (19.15%) dan beberapa pasien mengalami tuli campuran (6.38%) yang berhubungan juga dengan penelitian lainnya. Dapat disimpulkan, dengan meningkatkan kewaspadaan semua tingkatan dokter dan menurunkan tingkat kesalahan diagnosis dengan cara merujuk pasien secepatnya, pemilihan intervensi bedah yang tepat dapat menurunkan mortalitas dan morbiditas dari penyakit ini.

Page 14: Presentation1.pptx

KESIMPULAN

Penelitian ini menyimpulkan bahwa menghindari faktor penyebab, meningkatkan kondisi

sosioekonomi dan status pendidikan serta menyediakan tenaga dokter yang terlatih di daerah terpencil, dapat menurunkan tingkat

perkembangan penyakit dan terjadinya komplikasi, sehingga dapat menyelamatkan ribuan nyawa

dengan cara merujuk pasien lebih awal dan pemilihan intervensi bedah yang tepat.

Page 15: Presentation1.pptx

Terima Kasih