Presentasi unj kesiapan guru

27
RENDAHNYA MUTU GURU INDONESIA T AK SIAP IMPLEMENTASIKAN KURIKULUM 2013 Retno Listyarti Sekjen FSGI/ Guru SMAN 13 Jakarta

Transcript of Presentasi unj kesiapan guru

RENDAHNYA MUTU GURU INDONESIA

TAK SIAP IMPLEMENTASIKAN

KURIKULUM 2013

Retno Listyarti

Sekjen FSGI/ Guru SMAN 13 Jakarta

Apakah Kurikulum Sebagai SumberPermasalahan Sehingga Perlu Terus Diganti?

1947

Rencana Pelajaran →

Dirinci dalam Rencana

Pelajaran Terurai

1964

Rencana

Pendidikan

Sekolah Dasar

1968

Kurikulum

Sekolah Dasar

1973

Kurikulum Proyek

Perintis Sekolah

Pembangunan

(PPSP)

1975

Kurikulum

Sekolah Dasar

1984

Kurikulum 1984

1994

Kurikulum 1994

1997

Revisi Kurikulum 1994

2004

Rintisan

Kurikulum

Berbasis

Kompetensi

(KBK)

2006

Kurikulum

Tingkat Satuan

Pendidikan

(KTSP)

1945 1965 20151955 1975 20051985 1995

2013

‘Kurikulum 2013’

Keberatan FSGI atas Kurikulum 2013

Tidak didahului kajian yang mendalam terhadap kurikulum sebelumnya

Guru belum siap mengimplementasikan karena kurang pelatihan

Guru hanya dijadikan operator/robot

Guru yang akan ter-PHK mencapai ratusa ribu, kehilangan kesempatan berkarir dan mengembangkan ilmunya

Dokumen yang buruk dengan harga yang selangit Rp 2.49 T, patut diduga akan terjadi penyimpangan

Penyebab Mutu Rendah

A. Regulasi yang tidak berpihak pada

peningkatan mutu guru seperti :

1. dihapuskannya SPG/SGO/SGA

2. digantinya IKIP-IKIP dengan universitas,

dimana pendidikan guru hanya berada

pada satu fakultas

3. Rendahnya kualitas dosen/pengajar di

LPTK-LPTK

4. Regulasi wajib mengajar 24

jam dan SKB 5 Menteri

menyebabkan : a. Guru mengajar di 2 atau 3 sekolah demi mengejar

kekurangan jam agar memperoleh tunjangan sertifikasi

b. Kadang sekolah-sekolah tempatnya mengajar sangat jauh sehingga para guru sudah kelelahan dan tidak lagi memiliki waktu untuk belajar (membaca dan menulis)

c. Kadang di sekolah tempat menambah jam kelas yang diajarkan berbeda sehingga persiapan mengajar juga memakan waktu tersendiri

d. Waktu guru habis untuk mengajar dan menunju tempat mengajar, sehingga waktu untuk belajar (baca dan menulis sudah tidak ada lagi)

B. Pembangunan Kapasitas

Guru diabaikan Pemerintah

1. Postur anggaran dalam APBN dan APBD cenderung mengutamakan pembangunan fisik, seperti membangun sekolah, memperbaiki sekolah, membeli alat, sarana/prasarana dan sangat minim anggaran untuk membangun kapasitas guru (bahkan kadang-kadang tidak diajukan dalam rencana anggaran). Kondisi termasuk di DKI Jakarta

2. Kalaupun ada pelatihan untuk guru yang diselenggarakan dinas-dinas pendidikan di berbagai daerah tidak jelas kegiatannya, materinya, narasumbernya/pelatihnya

3. Waktu pelatihan untuk guru yang diselenggarakan

dinas-dinas pendidikan juga kerap dipotong

waktunya/jumlah harinya. Misalnya pelatihan jam 8

s.d. 17 hanya berlangsung jam 8 s.d 13, atau waktu

pelatihan diundangan 5 hari tapi hanya dilaksanakan

2 hari dan para guru harus tandatangan kehadiran 5

hari.

4. Para guru di Indonesia sangat kurang dilatih, hasil

survey FSGI di 29 daerah menunjukkan data bahwa

62% guru SD sampai menjelang pensiun belum

pernah ikut pelatihan. Sedangkan guru-guru kota

rata-rata hannya 1-2 kali pelatihan dalam 5 tahun

terakhir (Survay tahun 2012)

C. Kesejahteraan Guru yang Rendah

Data FSGI menunjukkan bahwa gaji/honor guru di berbagai daerah masih rendah, jauh dibawah UMR. Misalnya data FSGI menunjukkan, masih ada guru di Pandeglang yang dibayar Rp 60.000/bulan, di Tangerang Rp 125.000/bulan dan bahkan di DKI Jakarta Rp 150.000/bulan. APBD DKI Jakarta pun hanya memberikan tunjangan guru honor sebesar Rp 400.000/bulan, padahal biaya hidup di DKI Jakarta begitu tinggi.

D. Minimnya Sarana dan

Prasarana Penunjang Proses

Pembelajaran

Minimnya buku-buku berkualitas

Minimnya buku-buku penunjang dalam praktik pembelajaran di kelas

Minimnya alat peraga

Minimya fasilitas seperti komputer dan LCD

Masih cukup banyak gedung sekolah yang tidak memadai, baik fisiknya maupun sarana listrik dan air

E. Sistem Penilaian (UN) yang

Menjauhkan Makna dan

Tujuan Belajar Hakiki Merampas hak prerogatif guru dalam menilai

siswanya

Membangun budaya menghafal dan menjauhkan budaya bernalar

Belajar hanya untuk mengejar nilai

Bersekolah hanya untuk menjawab soal

Para guru hanya mengejar target penyelesaian materi sesuai kurikulum

Masyarakat (orangtua siswa) hanya mengejar kelulusan anaknya, dan mendorong belajar ke bimbel

Maraknya bimbingan belajar (bimbel) masuk kesekolah-sekolah mengisi jam efektif demi lulus UN

E. Tidak ada Daya Dukung

Pembangunan Budaya Ilmiah

bagi Para Guru

Tidak ada diskusi rutin bagi para guru yang difasilitasi pemerintah

Minimnya fasilitas buku-buku bermutu yang bermanfaat dan yang menginspirasi serta menumbuhkan minat membaca bagi guru untuk kreatif dan inovatif (membangun budaya baca)

Minimnya lomba-lomba menulis (membangun budaya menulis) untuk guru yang mudah diakses dan diikuti para guru di level daerah dan nasional (sementara ini hanya di nasional)

Pengamatan Pelaksanaan KTSP 2006

Sekolah hanya copypaste contoh kurikulum KTSP dari Kemendikbud, kurikulum yang seharusnya berbeda-beda antar sekolah jadi sama, baik dikota maaupun di pelosok

Guru hanya copypaste silabus KTSP 2006, termasuk RPP (skenario pembelajaran). Pengajaran jadi seragam

Metode pembeljaran juga tidak beranjak dari metode ceramah, diskusi dan tanya jawab

Guru sudah tak peduli pada perubahan kurikulum karena berubah seperti apapun tidak ada yang berubah dari cara mereka mengajar (EGP)

• Guru tak mampu mengimplementasikan KTSP 2006 karena tidak pernah dilatih menyusun kurikulum (bahkan waktu kuliah tidak ada mata kuliah membuat kurikulum)

• Guru juga tidak pernah dilatih mengajar dengan tematik integratif, jadi pada praktiknya mereka kebingungan menerapkanya.

• Tak ada tepat bertanya karena para kepala sekolah dan para pengawas sekolah juga sama bingungnya dengan para guru

Kalau nanti kurikulum 2013 akan diterapkan dengan model pendampingan, maka siapa yang akan mendampingi guru? Karena kepala sekolah dan pengawas sekolah :

(1) hasil UKG nya lebih rendah dari guru

(2) Mayoritas kepala sekolah dipilih bukan karena profesionalisme tapi lebih karena kedekatan dengan pejabat dinas pendidikan atau pemberi upeti.

(3) Kepala sekolah ketika menjadi guru umumnya adalah guru yang tidak suka mengajar, makanya kewajiban mengajar 6 jam sebagaian besar tidak dilaksanakan oleh para kepala sekolah. Ketika selesai masa jabatan menjadi kepala sekolah umumnya mereka tak mau jadi guru lagi, tetapi mendaftar menjadi pengawas sekolah

(4) Para pengawas sekolah sebagian besar datang ke sekolah sebulan sekali untuk menjemput jatah “amplop” bukan untuk melakukan pembinaan pada para guru.

Dampak Implementasi Kurikulum 2013

• Kebijakan menghapus mata pelajaran di jenjang SD, SMP dan SMA/SMK mengakibatkan para guru akan kehilangan pekerjaan, kesempatan berkarir, kesempatan mengembangkan pengetahuannya dan kehilangan TPP (tunjangan propesi pendidik)

Mata Pelajaran yang dihapus

• Bahasa Inggris dijenjang SD yang semula masuk muatan lokal dihapus, akibatnya para guru mata pelajaran bahasa Inggris di SD yang sebagian besar belum PNS harus mengalami PHK (Pemutusan Hubungan Kerja).

• TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) di jenjang SMP dan SMA dihapus, para gurunya dipersilahkan memilih mata pelajaran yang diminatinya untuk mengajar (mengajar bukan bidang studinya apakah hasilnya akan maksimal)

• IPA dan IPS di jenjang SMK akan dihapus. Para guru IPA dan IPS SMK diminta mutasi ke SMA (padahal SMA dan SMP juga kelebihan guru IPA dan IPS)

• Mata pelajaran bahasa asing lainnya (Jerman, Jepang, Perancis dan Arab) di jenjang SMA hanya ada di kelas peminatan bahasa (padahal tidak setiap sekolah membuka peminatan bahasa)

Mata Pelajaran Diganti Tidak Dihapus

• Mata pelajaran Tata Boga dan Tata Busana pada jenjang SMP di ganti prakarya, padahal substansinya jelas berbeda

• Ekonomi untuk mata pelajaran wajib di SMA diganti dengan mata kewirausahaan (apakah setiap siswa SMA didorong jadi wirausahawan? Ini juga mereduksi pembelajaran ilmu ekonomi itu sendiri

Mata pelajaran yang dikurangi Jamya

• Bahasa Inggris di SMA dikurangi jamnya dari 180 menit menjadi hanya 90 menit (akan terjadi kelebihan guru bahasa inggris di SMA dan SMP). Sementara pelajaran olahraga ditambah jamnya menjadi 3 jam.

Peningkatan Kualitas?

• Diharapkan guru kreatif tetapi semua hal yang harus disusun guru sudah disediakan. Ketika guru tidak kreatif, mungkinkah guru dapat membuat siswanya kreatif?

• Disparitas yang tinggi di negeri ini ingin diseragamkan lewat buku pelajaran dan buku babon

• Mata pelajaran di SD disinyalir terlalu banyak sehingga di kurangi tetapi jamnya di tambah 6 jam (terlalu lelah dan tidak sempat bermain)

Apakah Kurikulum 2013 untuk PKn Menjawab Pendidikan Karakter?

Kompetensi Inti (KI) 4

• Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

Kompetensi Dasar (KD) kelas X

• 4.2. Mengolah informasi faktual dan konseptual terkait berbagai kasus penyimpangan terhadap pasal-pasal UUD 1945 dari masa ke masa (PASAL YANG MANA DAN KONSTITUSI YANG MANA? KARENA DALAM SEJARAH ADA 4 YANG PERNAH BERLAKU)

• 4.5. Menyajikan makalah tentang sistem hukum dan peradilan nasional dalam lingkup Negara Kesatuan Republik Indonesia (menurut saya ini lebih tepat kegiatan pembelajara daripada KD)

• 4.6. Mengamati dan bersiap diri dalam mengantisipasi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan dalam membangun integrasi nasional dalam bingkai bhineka tunggal ika (kompetensi bersiap diri mengantisipasi ancaman disintegrasi bangsa, bagi saya aneh dan pasti sulit mengukurnya/evaluasi penilaiannya)

• 4.3 Mengolah informasi kompleksitas sistem kekuasaan negara tentang bentuk dan kedaulatan negara dan pelaksanaan Pemilu yang terkandung dalam isi pokok UUD 1945 (APA YANG DIMAKSUD DENGAN KOMPLEKSITAS SISTEM KEKUASAAN NEGARA?)

• 4.7 Menyajikan hasil kajian tentang perilaku kewarganegaraan yang mencerminkan komitmen terhadap NKRI (KAJIAN PERILAKU KEWARGANEGARAAN YANG MANA?)

KD Kelas XI• Menganalisis kandungan nilai kebernegaraan

yang terkandung dalam sila-sila Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa

• Menganalisis berbagai strategi yang telah diterapkan oleh negara dalm mengatasi ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan dalam membangun integrasi nasional dalam bingkai Bhineka tunggal ika

• Menyajikan hasil kajian secara argumentatif konstitusional tentang berbagai kebijakan publik sesuai dengn amanat pembukaan UUD 1945 dalam kehidupan bermasyarakat da bernegara (KEBIJAKAN PUBLIK YANG MANA/TENTANG APA?)

KD Kelas XII

• 4.1 Mengajukan solusi pemecahan masalah dengan menggunakan argumentasi sosial kultural tentang berbagai kasus pelanggaran HAM dalam konteks perwujudan nilai-nilai ancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa

• Menciptakan model rekayasa sosial kultural untuk menerapkan nilai yang terkandung dalam pasal-pasal UUD 1945 dalam kehidupaan bermasyarakat , berbangsa dan bernegara (BAGAIMANA CARA MENGUKURNYA?)

• Menciptakan model perilaku kewarganegaraan kreatif yang dilandasi jiwa, semangat, dan nilai kepahlawanan dalam konteks NKRI

Kesimpulan

Guru tak siap laksanakan kurikulum 2013

Bagi saya kurikulum 2013 juga tidak menjawab

persoalan bangsa terkait ancaman disintegrasi

bangsa, berbagai kekerasan, korupsi, dll

Konsep 4 pilar memang dimasukan di dalam

kurikulum 2013 ini, namun tidak sistematis, tidak

komprehensif dan cenderung “main tabrak”

PKn dalam kurikulum 2013 makin sulit diukur

(dievaluasi) dan tidak jelas tujuan yang ingin

dicapai disetiap jenjang