Prosiding SNMTK - UNJ 2015.pdf

429

Transcript of Prosiding SNMTK - UNJ 2015.pdf

  • i

    Prosiding

    Seminar Nasional Mesin Dan Teknologi Kejuruan (SNMTK)

    Editor : Prof. Dr. Hj. Zulfiati Syahrial, M.Pd.

    Prof. Dr. Basuki Wibawa Prof. Dr. Hartati, M.Pd.

    Prof. Dr. G. Margono, M.Ed. Dr. C. Rudy Prihantoro, M.Pd.

    Dr. Priyono, M.Pd. Dr. Eng. Agung Premono, M.T.

    Riza Wirawan, M.T., Ph.D. Dr. Darwin Rio Budi Syaka, M.T.

    Dr. Agus Dudung, M.Pd.

    Lay Out: Ragil Sukarno, S.T., M.T.

    I Wayan Sugita, S.T., M.T.

    Diterbitkan Oleh : Jurusan Teknik Mesin

    Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta

  • ii

    Seminar Nasional Teknik Dan Kejuruan (SNMTK) Editor : Prof. Dr. Hj. Zulfiati Syahrial, M.Pd., Prof. Dr. Basuki Wibawa, Prof. Dr. Hartati, M.Pd., Prof.

    Dr. G. Margono, M.Ed., Dr. C. Rudy Prihantoro, M.Pd., Dr. Priyono, M.Pd., Riza Wirawan, M.T., Ph.D., Dr. Darwin Rio Budi Syaka, M.T., Dr. Agus Dudung, M.Pd.

    ISBN : 978-602-14000-2-9

    Disclaimer This book proceeding represents information obtained from authentic and highly regarded sources. Reprinted material is quoted with permission, and sources are indicated. A wide variety of references are listed. Every reasonable effort has been made to give reliable data and information, but the author(s) and the publisher can not assume responsibility for the validity of all materials or for the consequences of their use. All rights reserved. No part of this publication may be translated, produced, stored in a retrieval system or transmitted in any form by other any means, electronic, mechanical, photocopying, recording or otherwise, without written consent from the publisher. Direct all inquiries to Department of Mechanical Engineering, Faculty of Engineering State University of Jakarta, B Building, Kampus A, Jl. Rawamangun Muka, Jakarta 13220, Indonesia @2015 by Department of Mechanical Engineering, Faculty of Engineering State University of Jakarta

  • iii

    SEMINAR NASIONAL

    MESIN DAN TEKNOLOGI KEJURUAN (SNMTK) 2015

    UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

    Penanggung Jawab :

    Dekan Fakultas Teknik : Drs. Ir. Riyadi Joyokusumo, M.T. Ketua Jurusan : Agung Premono, M.T., Ph.D.

    Ketua Program Studi : Ahmad Kholil, S.T., M.T.

    Drs. Sugeng Priyanto, M.Si.

    Pengarah : Drs. Supria Wiganda, M.Pd.

    Panitia Pelaksana

    Ketua : Dr. Catur Setyawan K., S.T, M.T.

    Sekretaris : Ir. Yunita, M.T., M.Si.

    Ferry Budhi Susetyo, S.T., M.T.

    Ragil Sukarno, S.T., M.T.

    I Wayan Sugita, S.T., M.T.

    Reviewer :

    Prof. Dr. Hj. Zulfiati Syahrial, M.Pd.

    Prof. Dr. Basuki Wibawa

    Prof. Dr. Hartati, M.Pd.

    Prof. Dr. G. Margono, M.Ed.

    Dr. C. Rudy Prihantoro, M.Pd.

    Dr. Priyono, M.Pd.

    Agung Premono, M.T., Ph.D.

    Riza Wirawan, M.T., Ph.D.

    Dr. Darwin Rio Budi Syaka, M.T.

    Dr. Agus Dudung, M.Pd.

    Anggota :

    Drs. H. Supria Wiganda, M.Pd.

    Drs. Adi Tri Tyassmadi, M.Pd.

    Dra. Ratu Amilia Avianti, M.Pd.

    Drs. Tri Bambang AK., M.Pd.

    Drs. H. Sirojuddin, M.T.

    Drs. Enday Hidayat, S.T., M.Pd.

    Drs. H. Syamsuir, M.T.

    Drs. Sopiyan

    Drs. Syaripudin, M.Pd.

    Ja'Far Amiruddin, S.T., M.T.

    Lukman Arhami, S.Pd., M.T.

    Siska Titik Dwiyati, S.Si., M.T.

    Nugroho Gama Yoga, S.T., M.T.

    Pratomo Setyadi, S.T., M.T.

    Dyah Arum Wulandari, S.T., M.T.

    H. Wardoyo, S.T., M.T.

    Aam Aminingsih Jumhur, S.T., M.T.

    Eko Arif Syaefudin, S.T., M.T.

    Himawan Hadi Sutrisno, S.T., M.T.

    Imam Basori, S.T., M.T.

    Imam Mahir, S.Pd., M.Pd.

    Triyono, S.T., M.Eng.

  • iv

    Sekretariat Jurusan Teknik Mesin

    Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta

    Kampus A UNJ, Gedung B Teknik Mesin,

    Jl. Rawamangun Muka 1, Jakarta Timur

    Telp : (021) 4700918

    Email : [email protected]

    [email protected]

  • v

    Kata Pengantar

    Seminar Nasional Mesin Dan Teknologi Kejuruan (SNMTK) bertempat di Jakarta, Indonesia

    pada tanggal 27 mei 2015 dengan Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri Jakarta sebagai tuan

    rumah. Seminar ini diadakan sebagai ajang bertemunya para peneliti dan praktisi kejuruan dan teknik

    mesin diseluruh Indonesia untuk menyajikan, berdiskusi dan mempromosikan perkembangan teknik

    mesin di Indonesia.

    Seminar melingkupi para ilmuwan dan insinyur mesin dalam tema Kompetensi Pendiddikan Teknik Mesin : Tantangan dan Harapan Buku elektronik prosiding ini adalah kompilasi dari semua paper yang dipresentasikan dalam SNMTK

    dengan topik :

    1. Pendidikan Vokasi Kejuruan

    2. Otomotif

    3. Manufaktur

    4. Konversi Energi

    5. Manajemen Industri

    6. Material

    7. Perancangan

    Panitia SNMTK mengucapkan terima kasih kepada pembicara kunci, para pemakalah yang

    berkontribusi dalam buku ini dan semua partisan yang menghadiri seminar ini.

    Panitia

  • vi

    DAFTAR ISI

    PROSIDING i

    DISCLAIMER ii

    SUSUNAN PANITIA iii

    SEKRETARIAT iv

    KATA PENGANTAR v

    DAFTAR ISI vi

    KELOMPOK PENDIDIKAN VOKASI KEJURUAN (PEND)

    PEND-01 PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013

    SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DALAM UPAYA

    MENINGKATKAN KUALITAS KOMPETENSI KEAHLIAN

    BIDANG TEKNOLOGI DAN REKAYASA

    Tuti Suartini dan Aan Sukandar

    1

    PEND-02 PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI

    PRAKTIKUM ENGINE OTOMOTIF SISWA SMK PROGRAM

    KEAHLIAN TEKNIK OTOMOTIF

    Agus Suratno, Gaguk Margono

    8

    PEND-03 PENGARUH PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH

    DAN SELF-LEARNING GURU TERHADAP KINERJA GURU SMK

    DI KOTA PALANGKA RAYA KALIMANTAN TENGAH

    Debora

    16

    PEND-05 MODEL PEMBELAJARAN REFLEKTIF DALAM MENGASAH

    KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA BARU

    FAKULTAS TEKNIK UNM

    Muh. Rais

    22

    PEND-06 EVALUASI PELAKSANAAN BIMBINGAN DALAM PRAKTIK

    KETERAMPILAN MENGAJAR MAHASISWA FAKULTAS

    TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

    Daryati

    28

    PEND-07 PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PDTSm DALAM

    MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA SMK

    Asep Hadian Sasmita

    37

    PEND-08 MODEL PEMBELAJARAN COMPETENCE BASED TRAINING

    (CBT) BERBASIS KARAKTER PADA PEMBELAJARAN PRAKTIK

    SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN VOKASI

    Dwi Rahdiyanta, Sunarso, Paryanto

    41

    PEND-09 MODEL BENTUK PEMBELAJARAN PROGRAM STUDI

    PENDIDIKAN VOKASI TEKNIK MESIN DALAM MEMENUHI

    HARAPAN DUNIA USAHA

    Parabelem Tinno Dolf Rompas

    47

    PEND-10 PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

    DAN DAMPAKNYA DALAM BIDANG PENDIDIKAN

    Syamsuir

    52

  • vii

    PEND-11 PENINGKATAN LEMBAGA PENDIDIKAN TENAGA

    KEPENDIDIKAN SEBAGAI PUSAT INOVASI CALON GURU

    VOKASI

    Theodorus Wiyanto

    55

    PEND-12 PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TUTOR

    SEBAYA TERHADAP HASIL BELAJAR TIK SISWA SMA NEGERI

    7 MANADO

    Christine T.M. Manoppo

    61

    PEND-13 MODEL KERJASAMA JURUSAN TEKNIK MESIN

    UNIVERSITAS NEGERI MEDAN DENGAN DUNIA

    USAHA/INDUSTRI

    Selamat Riadi

    64

    PEND-14 PENGEMBANGAN ROADMAP PENELITIAN PENDIDIKAN

    TEKNOLOGI DAN KEJURUAN SECARA HOLISTIK

    Wagiran

    70

    PEND-15 PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK LISTRIK DASAR OTOMOTIF ANTARA SISWA YANG DIBELAJARKAN

    DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS

    GAMES TOURNAMENTS) DAN STAD (STUDENT TEAMS

    ACHIEVEMENT DIVISION)

    Supria, Priyono, Bayu

    78

    PEN-16 PENDIDIKAN NASIONAL TANTANGAN, HARAPAN DAN

    SOLUSI

    C. Rudy Prihantoro

    83

    KELOMPOK MANUFAKTUR (MAN)

    MAN-02 PENCEGAHAN TERJADINYA DIE SOLDERING PADA PROSES

    DIE CASTING

    Niger Azali, M. Irsyad Afif ,Woro. W.A, Fadhlan R, dan Rio Kurniawan

    87

    MAN-04 PROSES PERMESINAN DRILLING PADA KACA Rusnaldy, Rupi

    Ajie S. Atmaja

    90

    MAN-05 PENGARUH KEDALAMAN PEMAKANAN TERHADAP GETARAN

    DAN KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES MILING

    PUTARAN RENDAH

    Jhonni Rahman

    94

    MAN-06 ANALISIS TINGKAT KEKASARAN PERMUKAAN HASIL PROSES

    MILL SLOT PADA BAJA PERMESINAN SCM 440

    Yohanes Tri Joko Wibowo

    100

    MAN-07 PENGARUH POLARITAS TERHADAP KARAKTERISTIK

    KEKERASAN MATERIAL ASTM A36

    Ferry Budhi Susetyo

    106

  • viii

    MAN-08

    MESIN PENGHANCUR GELAS PLASTIK BAGI KETAHANAN

    EKONOMI MASYARAKAT DI KEPULAUAN SERIBU

    Darwin R.B Syaka, Imam Basori, Ahmad Kholil

    111

    MAN-09 PENGARUH BESARNYA ARUS DAN TEMPERATUR

    PENGELASAN TERHADAP KEDALAMAN PENETRASI PADA

    BAJA LUNAK ST37

    Hidir Efendi

    115

    KELOMPOK OTOMOTIF (OTO)

    OTO-01 STUDI KOPARASI EFEKTIVITAS PENGGUNAAAN AIR

    PENDINGIN KOMERSIAL PADA MOTOR BENSIN 4 SILINDER

    2000cc

    Agung Sudrajad, Ipick Setaiwan, Hasrul Wijaya

    119

    OTO-02 UJI Coba KONSUMSI BAHAN BAKAR ANTARA BAN TIPE

    RADIAL DAN TIPE BIAS

    Hadi Pranoto

    124

    OTO-03 ANALISIS TRANSIENT TERMAL PADA PERMUKAAN ROTOR

    DISK BRAKE KENDARAAN RODA EMPAT FRONT WHEEL

    STEERING

    Rolan Siregar, Mohammad Adhitya, Danardono A. Sumarsono

    129

    OTO-04 PENGARUH PENAMBAHAN ZAT ADITIF OZONIDA ASAM

    OLEAT TERHADAP UJI PRESTASI MESIN MOTOR DIESEL

    PADA BAHAN BAKAR SOLAR

    Yos Nofendri, A. Deacy Capeberg

    135

    OTO-05 KAJIAN EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN

    VARIASI BAHAN BAKAR TERHADAP EMISI DAN FUEL

    ECONOMY MOBIL SISTEM INJEKSI DENGAN MESIN SI (SPARK

    IGNITION)

    Agus Mustiko, Darwin Rio Budi Syaka, Hari Septiapraja

    140

    OTO-06 PENGARUH JUMLAH PLAT DAN JENIS MATERIAL

    ELEKTRODA PADA ELEKTROLISER TIPE DRY CELL

    TERHADAP UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR

    Sehat Abdi Saragih

    147

    OTO-07 RANCANG BANGUN SISTEM PENGISIAN BATERAI MOBIL

    MENGGUNAKAN PANEL SURYA

    Nugroho Gama Yoga, Ragil Sukarno, M. Purnomo

    153

    OTO-08 Pengaruh TEKANAN UDARA SPRAY GUN TERHADAP

    KUALITAS PENGECATAN PLASTIK COVER BODI KENDARAAN

    Siska Titik Dwiyati

    158

  • ix

    KELOMPOK KONVERSI ENERGI (KE)

    KE-01 PENGEMBANGAN DAN APLIKASI VISKOMETER (JENIS BOLA

    JATUH)

    Ridwan, Ridha Iskandar , Nizar

    163

    KE-02 ANALISA PERBANDINGAN POMPA AKSIAL DENGAN GEARBOX

    dan TANPA GEARBOX SEBAGAI PENGGANTI ELECTRO MOTOR

    PADA STASIUN POMPA PLUIT JAKARTA UTARA Sorimuda

    Harahap, La Oe M. Firman, Dodi Sri Mulyanto

    167

    KE-03 PENGEMBANGAN LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM (PJU)

    BERTENAGA ANGIN SETARA 50 WATT

    Maria F. Soetanto, Sugianto, Radi S. Kartanegara

    172

    KE-04 SIMULASI NUMERIK AERODINAMIKA KENDARAAN TRUCK

    SAAT OVERTAKING

    Radi S Kartanegara, Sugianto, Maria F Soetanto

    178

    KE-05 SIMULASI NUMERIK TEST-BENCH CAKRAM REM KENDARAAN

    MPV PADA KECEPATAN 80 KM/JAM

    Sugianto, Maria F Soetanto, Radi S Kartanegara

    184

    KE-06 ANALISA AERODINAMIKA AIRFOIL NACA 0012

    DENGAN ANSYS FLUENT

    M. Fajri Hidayat, Andi Saidah

    190

    KE-08 ANALISA PENGARUH LAJU ALIRAN MAIN STEAM

    TERHADAP EFISIENSI HIGH PRESSURE TURBINE PADA

    PERUBAHAN BEBAN

    M Denny Surindra

    198

    KE-10 PENGARUH PENAMPANG SUDU DAN VARIASI BEBAN

    TERHADAP PERFORMA TURBIN PELTON Eddy Elfiano, Natsir

    Darin, Hendry Cahyadi, Sukarno Putro

    204

    KE-12 STUDI OPTIMASI - DAYA YANG AKAN DIBANGKITKAN PADA

    SUATU PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MINI HIDRO (PLTM)

    Sirojuddin

    209

    KE-13 MODIFIKASI DAN UJI COBA RANCANGAN SEBUAH

    REAKTOR FLUIDIZED BED TIPE SIRKULASI INTERNAL

    UNTUK MENGAKOMODASI PROSES AUTOTHERMAL PADA

    REAKTOR GASIFIKASI BIOMASSA Janter Pangaduan Simanjuntak

    213

    KE-14 PENGARUH KEMIRINGAN MINI-TUBE TERHADAP

    PERPINDAHAN KALOR DUA FASA ALIRAN GELEMBUNG Dyah Arum Wulandari, Wardoyo, dan M. Lutfi

    218

  • x

    KE-15 ANALISA PERBANDINGAN LAJU PERPINDAHAN PANAS

    PIPA KALOR DENGAN SUMBU (WICK) DAN TANPA SUMBU I Wayan Sugita

    223

    KE-16 PEMANFAATAN ENERGI MATAHARI UNTUK PROSES

    DESTILASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE

    PEMANTULAN PANAS Ragil Sukarno, Nugroho Gama Yoga, Firdaus

    228

    KELOMPOK PRC (PERANCANGAN)

    PRC-01 IMPLEMENTASI MSWT-01 (MOBILE SURFACE WATER

    TREATMENT) DI DAERAH BENCANA BANJIR, BAGIAN DARI

    UNIT KEGIATAN MAHASISWA POLITEKNIK MANUFAKTUR

    BANDUNG

    Gamawan Ananto dan Albertus B. Setiawan

    233

    PRC-02 ANALISIS DESAIN PORTABELTELESKOPIK TOWER DENGAN

    METHODA PENDEKATAN VDI 2222 DAN DFMA

    Djoko W. Karmiadji

    240

    PRC-04 MODELING PROSESDEEP DRAWING DENGAN PERANGKAT

    LUNAK BERBASIS METODE ELEMEN HINGGA

    Didik Sugiyanto, Harini

    246

    PRC-05 PERANCANGAN ALAT UJI KEOLENGAN GEARBOX RODA

    KERETA REL LISTRIK PADA SERI 203 JAPAN RAILWAYS DAN

    SERI 7000 METRO

    Yani Kurniawan, Eko Prasetyo, Anang Kurniawan

    255

    PRC-06 IDENTIFIKASI AWAL KERUSAKAN DRIVE SHAFT

    KEMPA ULIR PADA PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

    Purwo Subekti, Legisnal Hakim

    262

    PRC-07 PERANCANGAN MESIN PELIPAT DAN PEMOTONG KERTAS

    KORAN KAPASITAS 17,2 KG/JAM

    Saiful Anwar, Arif Rahman Saleh

    267

    PRC-08 REKAYASA MESIN PENGURAI SERAT TANDAN KOSONG SAWIT

    (TKS) UNTUK MENGHASILKAN SERAT MEKANIS SEBAGAI

    BAHAN BAKU PAPAN PARTIKEL

    Junaidi, Anwar Kasim, Uyung Gatot, Aidil Zamri

    272

    PRC-11 PERANCANGAN ALAT BANTU COLD PRESS UNTUK PROSES

    PEMASANGAN LCD PANEL UNTUK MODEL RF-ABC

    Aip Pahrudin, Megara m, Eddy Djatmiko

    279

    PRC-13 PERANCANGAN MESIN WEIGH CHECKER OTOMATIS DENGAN

    SISTEM ELEKTRO-PNEUMATIK BERBASIS PLC

    Adi Purwanto, Yasir Ismail

    283

  • xi

    PRC-14 APLIKASI TURUNAN NUMERIK DALAM PENGENALAN POLA

    CITRA

    Agus Dudung, Diana Suzana Mandar, Yuliani Genesis

    288

    PRC-15 UJI STREAMLINES PROFIL LENGKUNG 2-D BADAN IKAN HIU

    PADA KENDARAAN MOBIL SEDAN X DENGAN SOFTWARE CFD

    Sirojuddin, Geri Sugiat

    292

    KELOMPOK MATERIAL (MATERIAL)

    MAT-01 PENGARUH PENGGUNAAN INHIBITOR KOROSI EKSTRAK

    POLAR KULIT BUAH KAKAO TERHADAP SIFAT MEKANIK

    BAJA LUNAK

    Yuli Yetri, Emriadi, Novesar Jamarun , Gunawarman

    296

    MAT-02 PENGARUH ALUMINIZING PADA KETANGGUHAN BAJA

    Dody Prayitno, Ammar Abyan Abdunnaafi

    304

    MAT-03 STUDI KOROSI RETAK TEGANG BAJA API 5L X52 DALAM

    LINGKUNGAN KLORIDAYANG MENGANDUNG GAS

    KARBONDIOKSIDA

    Agus Solehudin, Ega Taqwali B, Solihudin, Christine Gumulya

    307

    MAT-04 ANALISA PENGARUH PERLAKUAN PANAS DAN VARIASI

    MEDIA PENDINGIN UNTUK ALUMINIUM CORAN TERHADAP

    SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISIK

    Irwan Anwar, Syawaldi, Gatot Joko Aryanto

    311

    MAT-05 PENGARUH UKURAN SERBUK KATALISATOR CANGKANG

    KEPITING (PORTUNUS PELAGICUS) PADA PROSES

    KARBURASI TERHADAP SIFAT MEKANIK BAJA St 42

    Johannes Leonard

    317

    MAT-06 ANALISA PENGARUH VARIASI MODEL KOMPOSIT ANYAMAN

    SERAT DAUN NENAS TERHADAP SIFAT MEKANIK BEMPER

    MOBIL DENGAN MENGGUNAKAN METODE AIR GUN

    COMPRESSOR

    Dody Yulianto, Syawaldi, Sarimadoni

    322

    MAT-07 ANALISA PENGARUH PERLAKUAN PANAS DENGAN VARIASI TEMPERATUR TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIK WORM

    SCREW PRESS PENGOLAHAN SAWIT

    Syawaldi, Dedek Hertanto

    328

    MAT-09 PENGARUH SOLUTION TREATMENT PADA STRUKTUR MIKRO

    DAN SIFAT MEKANIK Ti-50.7at.% Ni SHAPE MEMORY ALLOY

    Kurnia Hastuti

    332

    MAT-10 EFEK TEKANAN TERHADAP KARAKTERISTIK KOMPOSIT

    MATRIKS Al9Zn6Mg3Si BERPENGUAT ALUMINA HASIL

    PROSES SQUEEZE CASTING

    Dwi Rahmalina, Nana Sukmana, I Gede E. Lesmana, Hendri Sukma,

    Fajar H.

    338

  • xii

    MAT-11 ANALISIS STRUKTUR MIKRO AUSTEMPERED DUCTILE IRON

    Yunita Sari

    342

    MAT-12 STUDI PEMBUATAN FILM TIPIS TIN PADA BAJA AISI-D2

    DENGAN PROSES PVD

    Yunita Sari

    346

    MAT-13 DEFORMATION ANALYSIS ON THE CARTRIDGE CASE OF

    SMALL CALIBER

    Imam basori , Bondan T. Sofyan

    351

    MAT-14 PENGARUH PENAMBAHAN NB2O5TERHADAP

    KARAKTERISTIK KOMPOSIT KERAMIK AL2O3-SIC-ZRO2

    Bondan T. Sofyan*, Qurratul A. Nasution, David Jendra, Hafsah I.

    Pratiwi

    357

    MAT-15 ANALISIS UJI KEKUATAN IMPAK DINAMIK AA2024-T3

    SEBAGAI DATA INPUT PADA SIMULASI MSC-NASTRAN

    UNTUK PEMODELAN PELEK MOBIL YANG TANGGUH

    Batumahadi Siregar dan Erma Yulia

    362

    MAT-16 MENELISIK PERBEDAAN BATERE HANDPHONE KONDISI FIT

    DAN BATERE HANDPHONE KONDISI RUSAK PADA SALAH

    SATU JENIS HANDPHONE YANG ADA DI INDONESIA

    Himawan Hadi Sutrisno, Triyono, A. Saufan

    369

    KELOMPOK MANAJEMEN INDUSTRI (MI)

    MI-01 ANALISA TINGKAT KELELAHAN CLEANING SERVICE DI

    UNIVERSITAS XYZ DENGAN METODE THE SUBJECTIVE

    SYMPTOM TEST (SST)

    Nabila Ramadhany Barley, Imron Baskara, Budi Aribowo

    374

    MI-02 ENTERPRISE RESOURCE PLANNING (ERP) IMPLEMENTATION

    AT FOOD FRANCHISE IN YOGYAKARTA

    Ignatius Alvin Krisnugraha, Ririn Diar A., The Jin Ai

    377

    MI-03 ANALISIS PRODUK FIRE EXTINGUISHER TERHADAP BEBAN

    KERJA FISIK

    Adri Fajar Jenie, Alfa Suryadibrata, Budi Aribowo

    386

    MI-04 ANALISIS PEMINDAHAN OHP DENGAN MENGGUNAKAN

    METODE RAPID ENTIRE BODY ASSESSMENT (REBA)

    Yusuf Caraka P.R, Kharisma Y, Budi Aribowo

    389

    MI-05 PERANCANGAN SISTIM KERJA

    PADA PROSES PEMBUATAN TEPUNG KELAPA

    Jenly D.I. Manongko

    394

    MI-06 KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DENGAN METODE

    BOBOT POSISI PADA PT. XYZ

    Lukman Arhami

    398

  • xiii

    MI-07 PENENTUAN LOKASI USAHA JASA PERBAIKAN KENDARAAN

    SEPEDA MOTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE AHP

    (STUDI KASUS DI JAKARTA TIMUR)

    Ja'far Amiruddin, Isnaini Choirul Miftahuddin, Riza Wirawan

    404

    MI-08 STRUKTUR INDUSTRI DAN FAKTOR LINGKUNGAN

    PENGARUHNYA TERHADAP KEUNGGULAN BERSAING

    INDUSTRI KECIL BATIK TRUSMI CIREBON

    Aam Amaningsih Jumhur, Nik Hasnaa Nik Mahmood, M. Muchdie,

    Dahmir Dahlan

    410

  • PEND-01

    Seminar Nasional Mesin dan Teknologi Kejuruan, 27 Mei 2015 1

    PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013

    SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DALAM UPAYA

    MENINGKATKAN KUALITAS KOMPETENSI KEAHLIAN BIDANG

    TEKNOLOGI DAN REKAYASA

    Tuti Suartini dan Aan Sukandar

    Fakultas Pendidikan Teknologi Kejuruan

    Universitas Pendidikan Indonesia

    [email protected] dan [email protected]

    ABSTRAK

    Penerapan pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi di SMK sudah berjalan hampir dua puluh tahun, namun sampai

    saat ini kualitas lulusan SMK masih belum menunjukkan perkembangan yang diharapkan dunia kerja. Perkembangan

    Teknologi dan Rekayasa di masyarakat saat ini, menuntut adanya pengembangan model pembelajaran yang tidak cukup

    hanya mengembangkan kemampuan aspek kognitif dan aspek psikomotor peserta didik. Dalam pendidikan sekolah

    menengah kejuruan saat ini kompetensi kelulusan mencapai 100 % tingkat kelulusan dari seluruh peserta didik yang

    mengikuti ujian sekolah, dan mencapai tingkat 100 % dari peserta didik yang mengikuti uji kompetensi,untuk aspek

    psikomotor yang masih menjadi pertanyaan adalah bagaimana dengan aspek afektif ? Hal ini masih belum nampak jelas.

    Sejalan dengan implementasi kurikulum 2013 yang memberikan pedoman implementasi pembelajaran berbasis pendekatan

    student center berpotensi adanya penyimpangan interprestasi dalam implementasi proses pembelajaran yang harus

    diterapkan oleh para guru. Hal ini seiring dengan pesatnya teknologi informasi tentunya tidak mengherankan, dalam aspek

    kognitif dan psikomotor peserta didik berhasil dengan baik.. Jenis informasi pengetahuan maupun keterampilan dapat

    dengan mudah peserta didik belajar secara mandiri. Sedangkan aspek afektif yang merupakan aspek karakteritik peserta

    didik sebagai manusia yang harus memiliki etika, norma, mengerti dan memahami hak dan kewajiban tanggungjawab

    sebagai manusia, tidak dapat diputuskan oleh dirinya sendiri. Dari hasil observasi dan wawancara pada peserta Program

    Pelatihan Profesi Guru (PLPG) dan Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) pemahaman terhadap hakekat mengajar

    masih menganut prinsip bahwa mengajar hanya merupakan transfer pengetahuan dan keterampilan kepada siswa, dan

    hakekat belajar diartikan sebagai perubahan tingkah laku dari tidak bisa menjadi bisa dan tidak tahu menjadi tahu.

    Penghayatan terhadap tugas dan peranannya dalam pembelajaran masih sebagai pembimbing, hal ini ditunjukkan oleh

    sikap guru dalam penampilan peer teaching yang belum nampak adanya interprestasi student center learning.

    Kata kunci : Pembelajaran, student center learning, Teknologi dan Rekayasa

    1. PENDAHULUAN

    Pengembangan model pembelajaran pada

    Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam

    mengembangkan kemampuan aspek kognitif dan

    aspek psikomotor peserta didik masih dianggap

    belum memenuhi kompetensi yang diharapkan.

    Seyogyanya tidak perlu terjdi karena program link

    and match sudah diterapkan dari mulai tahun 1999

    pada saat kementerian pendidikan dipimpin oleh

    Wardiman Djoyonegoro. Akan tetapi kondisi

    kualifikasi di SMK hingga saat ini : (1) teori yang

    diperoleh belum bisa digunakan secara langsung di

    tempat kerja; (2) belum bisa melakukan pekerjaan

    yang memerlukan skill khusus; (3) belum mampu

    mengoperasikan mesin-mesin khusus dan

    berteknologi mutakhir dan (4) Performa karakter soft

    skill yang masih rendah. Peranan industri bukan

    berarti tidak ada, seperti salah satu peran Djarum

    Foundation telah banyak berkontribusi dari tahun

    1963di dunia pendidikan Indonesia. Dalam berita

    Kompas (2015) Djarum Foundation menggandeng

    Cisco Systems sebuah perusahaan global pada bidang

    telekomunikasi, Politeknik ATMI Surakarta dan

    beberapa industri terkemuka diantaranya Korber-

    Stiffung dan Focke & Co mengembangkan

    kurikulum metoda PBET (Production base

    Education Trainning) dan membantu penyediaan

    peralatan canggih untuk praktikum siswa pada

    Jurusan Teknik Permesinan Di SMK Wisuda Karya

    dan SMK NU Maarif Kudus. Peran Djarum

    Foundation yang berupaya mengembangkan model

    pembelajaran tersebut sejalan dengan penerapan

    kurikulum 2013 yang diharapkan dapat menjawab

  • PEND-01

    Seminar Nasional Mesin dan Teknologi Kejuruan, 27 Mei 2015 2

    hal tersebut. Sayangnya hal itu tidak dapat

    menyentuh semua SMK, seiring dengan hakekatnya

    pembelajaran pendidikan kejuruan sebagai

    suatu proses akumulasi pengalaman kerja yang

    semestinya diperoleh oleh semua peserta didik

    di SMK agar lulusannya dapat memenuhi

    kualifikasi yang diharapkan oleh dunia industri dan

    dunia usaha sesuai perkembangan teknologi dan

    rekayasa. Kurikulum 2013 yang mengembangkan

    model pembelajaran yang berbasis student center

    tersebut apakah dapat menjawab permasalahan itu ?

    Upaya dalam pendidikan adalah menghasilkan

    manusia yang dapat menggunakan ilmu

    pengetahuannya yang dikuasainya untuk membuat

    berbagai keputusan dan pilihan penting agar dapat

    menjamin kesejahteran hidupnya dan memecahakan

    berbagai permasalahan dalam kehidupan manusia.

    2. IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 Pembelajaran tentang teknologi dan rekayasa yang

    ada di masyarakat harus merupakan pembelajaran

    untuk dapat membekali peserta didik memiliki

    kehidupan yang layak. Sehingga pengetahuan

    teknologi dan rekayasa seyogyanya menjadi suatu

    kompetensi life skill.

    Dalam orientasi implementasi kurikulum 2013

    memberikan pedoman implementasi pembelajaran

    berbasis kompetensi inti dalam aspek afektif,

    kognitif, dan psikomotor melalui strategi

    pembelajaran student center, pendekatan scientific,

    model pembelajaran problem base learning, project

    base learning, discovery learning menjadi

    penekanan pada pengembangan kurikulum 2013.

    Pesatnya teknologi dan rekayasa, terutama dalam

    bidang komunikasi dan informasi menjadi sangat

    penting menerapkan model aktivitas pembelajaran

    yang menyenangkan bagi peserta didik. Dalam

    Seminar Nasional IKA UNY pada 25 April 2015

    Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies

    Baswedan mengatakan pentingnya pembelajaran

    yang menyenangkan. Tentunya dengan

    pembelajaran yang menyenangkan maka

    peningkatkan aspek kognitif dan psikomotor peserta

    didik saat ini harus sejalan dengan teknologi

    komunikasi dan informasi yang sudah menjadi

    bagian dari kehidupan para peserta didik.

    Keberhasilan pembelajaran berbasis teknologi dan

    informasi tidak perlu diragukan lagi memiliki dan

    dapat dikatakan berhasil dengan baik berfungsi

    sebagai media pembeljaran, sumber belajar yang

    jauh meninggalkan kemampuan guru. Berbagai

    jenis informasi pengetahuan maupun keterampilan

    dapat dengan mudah peserta didik belajar secara

    mandiri belajar melalui media komunikasi dan

    informasi tersebut. Keadaan ini menjadi pertanyaan

    penting : Bagaimana peranan guru ? Apakah aspek

    afektif dapat dipahami tanpa adanya guru atau

    apakah hak dan kewajiban tanggungjawab sebagai

    manusia dapat diputuskan oleh dirinya sendiri ?

    Kurikulum 2013 merupakan upaya untuk

    mengatasi peningkatan aspek afektif selain

    meningkatkan kualitas kompetensi keahlian dalam

    bidang teknologi dan rekayasa di SMK. Akan tetapi

    pada pelaksnaannya masih menyisakan beberapa isu

    publik. Hal ini diungkapkan pada penyegaran nara

    sumber pelatihan guru untuk implementasi

    kurikulum 2013 antara lain :

    Terkesan mendadak, tanpa evaluasi kurikulum yang sedang berjalan.

    Tidak melibatkan guru atau asosiasi profesi pendidik.

    Kurang sosialisasi.

    Menghapus mata pelajaran yang mendukung di persaingan global (Bahasa Inggris dan TIK).

    Mengabaikan kemampuan guru di.dalam membuat RPP dan silabus.

    Tidak menjawab apa yang dibutuhkan peserta didik.

    Berkembangnya stigma negatif terhadap guru.

    Mestinya metodologi yang diperbaiki bukan kurikulum.

    Anggaran sangat besar, khawatir seperti kasus hambalang.

    Tarik-ulur anggaran antara Kemdikbud dan DPR.

    Implementasi bakal terhambat karena anggaran belum disetujui.

    Dari sekian masalah di atas terdapat kalimat

    Mestinya metodologi yang diperbaiki bukan kurikulum. Hal ini perlu dikaji lebih lanjut.

    Pentingnya kurikulum menurut fungsinya

    terdapat tiga hal yaitu : (1) Kurikulum sebagai

    produk, (2) kurikulum sebagai proses dan (3)

    kurikulum sebagai praksis kontektual. Peranan

    kurikulum pada dasarnya harus dapat menjawab

    tantangan kebutuhan peserta didik yang harus

    memiliki kompetensi keahlian terutama dalam

    menghadapi perkembangan teknologi dan rekayasa.

    Kajian dalam penelitian ini adalah bagaimana

    guru dalam mengembangkan model pembelajaran

    kurikulum 2013 yang dideskripksan dalam Rencana

    Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan dalam

    kegiatan pelaksanaan pembelajaran di kelas.

    Apakah model pembelajaran sebagai salah satu

    metodologi yang merupakan hal yang menjadi

    menjadi kendala dalam upaya meningkatkan

    keahlian dalam bidang teknologi dan rekayasa ?

    2.1 MODEL PEMBELAJARAN

    Model pembelajaran merupakan pola yang

    diterapkan oleh guru untuk dapat mengoptimalkan

    hasil belajar peserta didik. Menurut Bruce & Weil

  • PEND-01

    Seminar Nasional Mesin dan Teknologi Kejuruan, 27 Mei 2015 3

    (2009:30) mengatakan bahwa:"Model pengajaran

    merupakan gambaran suatu lingkungan

    pembelajaran, yang juga meliputi perilaku kita

    sebagai guru saat model tersebut diterapkan."

    Pernyataan tersebut, menggambarkan bahwa model

    pembelajaran merupakan segala bentuk atau pola

    dalam pendidikan mulai dari perencanaan materi

    pembelajaran, strategi pembelajaran, alat

    bantu/media/sumber belajar/sarana/prasarana

    pembelajaran, dan penilaian untuk evaluasi yang

    akan digunakan dalam suatu kegiatan pembelajaran.

    Penerapan model pembelajaran menjadi

    penting, karena pembelajaran seperti yang

    dikemukan oleh Asarid an Anggari (2013) dalam kurikulum 2013 adalah:

    Menyediakan sumber belajar.

    Mendorong siswa berinteraksi dengan sumber belajar (Menugaskan).

    Mengajukan pertanyaan agar siswa memikirkan hasil interaksinya.

    Memantau persepsi dan proses berpikir siswa serta memberikan scaffolding.

    Mendorong siswa berdialog/berbagi hasil pemikirannya.

    Mengkonfirmasi pemahaman yang diperoleh

    Mendorong siswa untuk merefleksikan pengalaman belajarnya.

    Pembelajaran adalah terjemahan dari

    instruction yang banyak dipakai di Amerika Serikat, Sanjaya

    (2008:102). Istilah ini menjadi

    penting dalam konteks model pembelajaran di yang

    dapat menempatkan peserta didik sebagai sumber

    dari kegiatan pembelajaran. Kegiatan interaksi

    antara peserta didik dengan pendidik dalam aktivitas

    pembelajaran mempermudah peserta didik dalam

    memverifikasi sumber belajar sesuai perkembangan

    teknologi melalui berbagai macam media untuk

    mencapai tujuan pendidikan tertentu dengan cara-

    cara belajar yang mendorong guru dapat berperan

    sebagai fasilitator. Kegiatan pembelajaran dapat

    mengembangkan proses pembelajaran sesuai dengan

    perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

    proses pembelajaran bisa terjadi dimana saja baik di tempat yang didesain untuk berlangsungnya proses

    pembelajaran, maupun tempat yang tidak didesain

    secara khusus untuk proses pembelajaran.

    (Dirjentendit, 2008:33). Sehingga model

    pembelajaran sebagai bentuk implementasi

    kurikulum sebagai produk yang dikemukan pada

    implementasi kurikulum 2013 mampu mewujudkan

    adanya : Result oriented, mewakili pandangan

    produktif, kebutuhan pasar atas kompetensi yang

    harus dikuasai oleh lulusan (produk) program

    pendidikan, kebebasan dalam penyampaian

    pembelajaran, yang dapat mencapai hasil akhir

    sesuai standar, yaitu memiliki kompetensi

    sebagaimana dirumuskan, melalui penilaian

    terstandar (harus ketat) yang sejalan dengan konsep

    produk dimana pengecekan adalah pada hasil akhir

    yang sesuai standar. Dengan uraian di atas maka

    upaya pengembangan model pembelajaran untuk

    meningkatkan kualitas implementasi kurikulum

    menjadi hal sangat penting. Dalam teori

    yang melandasi implementasi suatu model

    Pembelajaran menurut Sinaga (2013) dalam

    kurikulum 2013 digambarkan :

    Gambar. 1

    2.2 PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013

    Pembelajaran pada kurikulum 2006 pada

    Sekolah Menengah Kejuruan dalam aktivitas

    pembelajaran cenderung didominasi domain

    pengetahuan yang tertinggal oleh perkembangan

    teknologi dan rekayasa saat ini dan domain

    psikomotor yang tidak dapat mendukung life skill

    yang dibutuhkan untuk bidang keahlian yang

    berkembang pada dunia industri dan dunia usaha.

    Hal ini nampaknya menjadi bahan implementasi

    dalam kurikulum 2013 yang dideskripsikan melalui

    aktivitas pembelajaran yang didesain pada 3 ranah

    sikap, pengetahuan dan keterampilan secara terpadu.

    Dalam langkah-langkah pembelajaran pada

    salah satu model yang disarankan untuk pendekatan

    ilmiah dalam pembelajaran pada implementasi

    kurikulum 2013, Sinaga (kurikulum 2013)

    mengggambarkan :

    Gambar 2.

    Dalam pembelajaran menggunakan pendekatan

    ilmiah seperti pada Gambar 2. di atas untuk

    diterapkan dalam pembelajaran di SMK bidang

    keahlian berbasis teknologi dan rekayasa tidak

    mudah diterapkan. Model yang pembelajaran pada

    tingkat SMK yang menerapkan pendekatan ilmiah

    langkah pengamatan perlu diawali dengan

    pemahaman konsep. Pemahaman konsep menjadi

    sangat penting untuk menjadi katalisator dalam

    meningkatan kemampuan aspek psikomotor yang

    dapat mengembangkan kemampuan kecakapan

  • PEND-01

    Seminar Nasional Mesin dan Teknologi Kejuruan, 27 Mei 2015 4

    motorik untuk beradaptasi dengan teknologi dan

    rekayasa yang sangat cepat.

    Pendekatan konsep dalam teori belajar David

    Ausabel dalam Dahar, R. W. (1989) pembelajaran

    yang memiliki makna dapat meningkatkan

    kemampuan mengembangkan teknologi dan

    rekayasa. Implemetasi pembelajaran dengan

    pendekatan ilmiah perlu didukung sistem sarana

    prasarana yang memadai. Kompetensi lulusan SMK

    pada bidang keahlian teknologi dan rekayasa bukan

    hanya sekedar menguasai materi melalui langkah

    pendekatan seperti pada Gambar 2, tetapi harus

    dapat mengembangkan implementasi teknologi dan

    rekayasa yang terkait produk yang telah digunakan

    dan inovasi-inovasi implementasi teknologi

    mempermudah manusia beraktivitas.

    2.3 PROGRAM PENDIDIKAN DI SMK

    Pendidikan SMK adalah salah satau program

    pendidikan kejuruan yang berprinsip pada Charless

    Prosser (1916), ada 3 hal yang sangat penting dari

    16 prinsip yang harus menjadi acuan pengembangan

    model pembelajaran yaitu : (1) Mempersiapkan

    peserta didik memasuki lapangan kerja, (2)

    Didasarkan kebutuhan dunia kerja Demand-Market-Driven, (3) Penguasaan kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja, prinsip yang lainnya

    untuk menunjang keberhasilan pendidikan kejuruan.

    Gambaran program pada Pendidikan kejuruan

    di SMK menurut kurikulum 2013 terdiri dari muatan

    peminatan kejuruan SMK/MAK. Pada Permen No.

    70Tahun 2013 keahlian teknologi dan rekayasa

    merupakan salah satu bidang mengembangkan

    Program Studi Teknik Elektronika memiliki Paket

    Keahlian: Teknik Audio Video (057), Teknik

    Elektronika Industri (058), Teknik Elektronika

    Komunikasi (059), Teknik Mekatronik (060),

    Teknik Ototronik (061). Program tersebut

    merupakan Paket keahlian bidang kejuruan

    kompleks yang menurut Nolker (1985) kegiatan

    pembelajaran yang dilaksanakan harus memiliki

    perbandingan 1 :1=Teori : Praktek.

    3 METODA PENELITIAN

    Penelitian dalam pengembangan model

    pembelajaran kurikulum 2013 didasarkan pada teori

    pendidikan berdasarkan standar (standard-based education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi

    (competency-based curriculum). Penelitian ini

    merupakan kajian evaluasi. Evaluasi adalah suatu

    proses meyakinkan keputusan, memilih informasi

    yang tepat, mengumpulkan, dan menganalisa

    informasi sehingga dapat melaporkan ringkasan data

    yang berguna bagi pembuat keputusan dalam

    memilih beberapa alternative Alkin (1969). Data

    penelitian ini diperoleh melalui kajian pustaka,

    dokumentasi, observasi dan wawancara selama 2

    tahun yang dilakukan pada SMK Negeri di kota

    Bandung dan peserta Program Pelatihan Profesi

    Guru (PLPG) dan Pendidikan Profesi Guru (PPG).

    4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Menurut hasil penilaian pada akhir tahun ajaran

    2012/2013 yang dilakukan di SMK Negeri yang ada

    di Kota Bandung penilaian kompetensi kelulusan

    mencapai tingkat kelulusan 100% dari seluruh

    peserta didik yang mengikuti ujian sekolah, dan

    aspek psikomotor hasil uji kompetensi mencapai

    tingkat 100 % peserta didik dari seluruh peserta

    didik yang mengikuti uji kompetensi. Yang masih

    menjadi pertanyaan adalah bagaimana dengan aspek

    afektif ? Gambaran untuk penilaian afektif tidak

    dideskripsikan secara jelas. Hal inilah yang

    merupakan salah satu berbeda dalam implementasi

    kurikulum 2013 yang memberikan pedoman

    implementasi pembelajaran berbasis pendekatan

    student center melalui adanya penilaian autentik.

    Hal ini sangat menyulitkan para guru dan berpotensi

    adanya penyimpangan interprestasi dalam

    melakukan penilaian terhadap siswa, karena guru

    akan dituntut melakukan penilaian dalam proses

    pembelajaran harus diterapkan selama kegiatan

    pembelajaran berlangsung, demikianlah salah satu

    hal dikemukan oleh para guru pada PLPG dan PPG.

    4.1. Pengembangan model pembelajaran di SMK Kegiatan pembelajaran di SMK pada tahun

    2013 secara riil yang diterapkan oleh para guru di

    SMK mengembangkan pendekatan berbasis

    pelatihan. Ada 3 (tiga) model pelatihan yaitu :

    Pelatihan Berbasis Kompetensi (Competency Based

    Training). Pelatihan Berbasis Produksi (Production

    Based Training), Pelatihan Berbasis Industri

    (Pembelajaran di Dunia Kerja). Pembelajaran di

    dunia kerja adalah suatu strategi di mana setiap

    peserta mengalami proses belajar melalui bekerja

    langsung (learning by doing) pada pekerjaan yang

    sesungguhnya melalui adanya Prakerin (Praktek

    Kerja Industri).

    Deskripsi kegiatan pembelajaran yang disusun

    oleh para guru dari 5 SMK yang ada di kota

    Bandung disusun berdasarkan Permen No. 41 Th 2007 (2007: 8-9), baik dalam Rencana Pelaksanaan

    Pembelajaran maupun dalam implementasi di dalam

    kelas.

    Langkah kegiatan pembelajaran yang

    dikembangkan guru dari salah satu SMK yang mengikuti Permen No. 41 Tahun 2007 pada standar

    kompetensi memperbaiki penerima radio yang

    mensdeskripsikan kegiatan pendahuluan, inti, dan

    penutup seperti berikut ini :

  • PEND-01

    Seminar Nasional Mesin dan Teknologi Kejuruan, 27 Mei 2015 5

    1. KEGIATAN AWAL ( 15 Menit ) : Berdoa, Absensi siswa, Persiapan buku,Apersepsi,

    Memotivasi.

    2. KEGIATAN INTI ( 240 Menit ) : a. Eksplorasi : Siswa menjawab segala

    pertanyaan guru tentang radio dan modulasi,

    Menggali informasi dari berbagai macam

    literatur tentang macam-macam radio

    penerima dan modulasi.

    b. Elaborasi : Siswa mampu memberikan

    contoh yang termasuk radio penerima, Siswa

    mampu membedakan amplitudo modulasi,

    frekuensi modulasi dan phasa modulasi.

    c. Konfirmasi : Siswa mampu

    menyimpulkan perbedaan radio penerima

    dan modulasi, Siswa bisa membedakan

    prinsip kerja radio penerima dan

    mengukur macam-macam modulasi.

    3. KEGIATAN AKHIR ( 15 Menit ) : a. Refleksi : Siswa bisa menyimpulkan

    informasi tentang radio penerima,Siswa bisa

    menyebutkan perbedaan Amplitudo Modulsi

    (AM), rekuensi Modulasi (AM) dan Phasa

    Modulasi (PM) Siswa mampu mengerti

    tentang karakteristik macam-macam

    modulasi.

    b. Penutupan.

    Kegiatan praktek dilakukan setelah

    mengimplementasikan kegiatan RPP di atas dengan

    melaksanakan kegiatan pembelajaran antara lain :

    a. Diselesaikan berdasrkan Siswa menelusuri, mengukur tingkat kerusakan pada radio

    penerima.

    b. Siswa menganalisa dan memperbaiki

    kerusakan pada radio penerima.

    c. Siswa mengoperasikan radio penerima sesuai

    dengan prosedur.

    d. Siswa memahami cara merawat dan

    menyimpan radio penerima dengan baik dan benar.

    RPP tersebut diatas menurut guru di SMK

    dikatakannya lebih mudah untuk dideskripsikan dan

    diterapkan baik pada tahap perencanaan maupun

    tahap pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Walaupun

    demikian para guru tetap siap dan berusaha

    menyesesuikan pembelajaran berbasis kurikulum

    2013, bahkan pada awal tahun 2013 pada SMK-

    SMK yang diobservasi yaitu SMKN, 4,6, dan 12

    menyatakan telah merintis implementasi kurikulum

    2013.

    Dari uraian kegiatan pembelajaran tersebut

    diatas kurikulum 2013 dapat dikatakan bukan hal

    yang baru. Pengembangan pendekatan ilmiah

    (scieintifik) telah diterapkan oleh para guru terutama

    pada peserta didik kelas 10 yang diharuskan belajar

    di laboratorium, untuk dapat memahami konsep teori

    elektronika/dasar listrik, pada kelas 11 diterapkan

    pembelajaran problem base learning, dan Praktek

    Kerja di industri sebagai bentuk training (Pelatihan

    kerja).

    Dengan gambaran tersebut diatas kemampuan

    guru dalam mengembangkan model pembelajaran

    kurikulum 2013 pada dasarnya tidak mengalami

    kesulitan. Hal ini ditunjukkan dari hasil wawancara

    bahwa permasalahan yang menjadi keberatan dalam

    pengembangan kurikulum 2013 bukan model

    pembelajaran, tetapi kesulitan dalam

    mendeskripsikan yang dimaksud kompetensi inti dan

    pendekatan student center kedalam tujuan

    pembelajaran, materi pembelajaran, dan skenario

    pembelajaran. Pendekatan student center melalui

    pendekatan scientifk 5 M diinterprestasikan bahwa

    peserta didik mencari sumber belajar mandiri, guru

    lebih memposisikan dirinya hanya sebagai

    pembimbing. Hal tersebut tentunya tidak sesuai

    dengan prinsip dan hakekat pendidikan kejuruan.

    Pada pendidikan kejuruan Standar lulusan

    Pendidikan kejuruan peserta didiknya harus

    memiliki pengalaman pembelajaran sesuai dunia

    kerja.

    Berdasarkan gambaran model pembelajaran

    Pendekatan student center yang dikembangkan guru

    berdasarkan kurikulum 2013 menjadi kegiatan

    pembelajaran digambarkannya seperti berikut :

    1. KEGIATAN PENDAHULUAN :

    Apersepsi : mengucapkan salam, membaca Al

    Quan minimal 2 surat pendek, ketua kelas

    memberi komando untuk kesiapan belajar dan

    membri salam.

    2. KEGIATAN INTI (60menit):

    a. Fase 1 orientasi : Guru bertanya tentang

    mengapa kita belajar mengenai peralatan

    gambar teknik khususnya dalam jurusan listrik,

    Bila siswa belum mampu menjawabnya, guru

    memberi scalfolding dengan mengingatkan

    siswa dengan pekerjaan-pekerjaan yang harus

    dilakukan tanpa adanya gambar maka

    pekerjaan-pekerjaan tersebut tidak akan

    terlaksana, selanjutnya, guru membuka

    cakrawala penerapan fungsi yang diperluas itu

    untuk penerapan penggunaan macam-macam

    peralatan gambar teknik. Dengan bantuan

    presentasi computer, guru mengingatkan

    fungsi-fungsi peralatan gambar teknik.

    b. Fase 2 Mengorganisasikan peserta didik :

    Guru membagi siswa ke dalam beberapa

    kelompok, tiap kelompok mendapat tugas

    untuk mendefinisikan fungsi-fungsi peralatan

    gambar teknik, serta menentukan hubungannya

  • PEND-01

    Seminar Nasional Mesin dan Teknologi Kejuruan, 27 Mei 2015 6

    dengan cara-cara penggunaan peralatan-

    peralatan gambar teknik, Tugas diselesaikan

    berdasarkan worksheet atau lembar kerja yang

    dibagikan.

    c. Fase 3 Membimbing penyelidikan individu

    dan kelompok : Selama siswa bekerja di

    dalam kelompok, guru memperhatikan dan

    mendorong semua siswa untuk terlibat diskusi,

    dan mengarahkan bila ada kelompok yang

    melenceng jauh pekerjaannya.

    d. Fase 4 Mengembangkan dan menyajikan

    hasil karya : Guru mengumpulkan semua

    hasil diskusi tiap kelompok, salah satu

    kelompok diskusi (tidak harus yang terbaik)

    diminta untuk mempresentasikan hasil

    diskusinya ke depan kelas, sememtara

    kelompok lain, menanggapi dan

    menyempurnakan apa yang dipresentasikan.

    3. PENUTUP (20 menit)

    Fase 5 Menganalisa dan mengevaluasi proses

    pemecahan masalah : Dengan tanya jawab

    diarahkan bahwa dalam melaksanakan

    pekerjaan-pekerjaan di bengkel perlu adanya

    perencanaan dalam suatu pekerjaan, siswa

    diyakinkan bahwa gambar adalah syarat mutlak

    yang harus dipenuhi dalam melaksanakan suatu

    pekerjaan yang ada di bengkel, guru

    menganalisa serta mengarahkan semua siswa

    pada kesimpulan mengenai fungsi macam-

    macam peralatan gambar teknik serta cara-cara

    penggunaannya, berdasarkan hasil reviu

    terhadap presentasi salah satu kelompok, guru

    memberikan soal terkait dengan fungsi dan

    prosedur penggunaan macam-macam peralatan

    gambar teknik, siswa dan guru menyelesaikan

    soal yang diberikan dengan strategi yang tepat.

    Gambaran RPP tersebut dapat dilaksanakan

    dengan baik oleh guru dan peran guru lebih

    berorientasi guru sebagai pembimbing. Namun

    demikian hal tersebut diperoleh dari hasil

    wawancara yang dilakukan oleh peer observer dan

    peneliti kepada peserta didiknya di SMK tetap

    memberikan penilain baik terhadap guru tersebut.

    Untuk mata pelajaran lainya juga hampir seluruh

    peserta didik menyatakan bahwa para gurunya dapat

    melakukan aktivitas pembelajaran dengan baik.

    4.2. Pengembangan Model Pembelajaran

    Kurikulum 2013 pada Program PLPG dan

    PPG.

    Pada kenyataannya, Kemampuan guru dalam

    melaksanakan kegiatan pembelajaran berdasarkan

    pengamatan yang dilakukan oleh peneliti ketika

    sedang melaksanakan Program Latihan Pendidikan

    Guru(PLPG) dan Pendidikan Profesi Guru (PPG)

    yang dlakukan peneliti tahun ajaran 2013/2014

    ditemukan bahwa rata-rata kemampuan guru PLPG

    dalam performa implementasi model pembelajaran

    cenderung berpusat pada guru (teacher centered),

    sedangkan pada peserta PPG mereka tampak lebih

    mudah untuk menerapkan startegi student center.

    Konsep yang diajarkan oleh guru pada peserta PLPG

    papan tulis/white bord lebih dan ceramah secara

    lisan lebih dominan. Sedangkan para peserta PPG

    penggunaan power point untuk bahan ajar semua

    peserta dapat mengembangkannya. Disini guru

    berperan mentranfer materi kurang dapat melibatkan

    keaktifan siswa, hal tersebut kemungkin yang

    akhirnya akan hanya memberikan materi secara

    verbalisme. Dari hasil penilaian kemampuan

    menyampaikan materi dalam simulasi peer teaching

    guru masih kurang dapat mengembangkan materi

    ajar ke dalam penguasaan konsep dasar pendekatan

    scientific menguasai mata pelajaran ini.

    Tabel 1.

    Kemampuan Guru dalam RPP dan Pelakasanaan

    Pembelajaran Program PLPG dan PPG Tahun

    Ajaran 2013/2014

    No Keterangan Penilaian

    RPP Penampilan

    1 Merumuskan/kemampua

    n/ membuka Pelajaran 90 90

    2 Penjabaran

    Indikator(kinerja

    guru)/Sikap guru dalam

    proses pembelajaran

    85 85

    3 Penguasaaan materi

    pembelajran

    pembelajaran

    80 80

    4 Implementasi langkah-

    langkah pembelajaran 90 90

    5 Pengguanan Media

    Pembelajaran 90 90

    6 Evaluasi 80 80

    7 Kemampuan menutup

    pelajaran 90 90

    Penilaian pada tabel 1. tersebut diberikan

    merupakan nilai rata-rata yang diberikan oleh dua

    orang instruktur. Penilaian dilakukan setelah para

    peserta diberikan saran dan masukan pada program

    latihan sebelum dilakukan ujian pelaksanaan

    pembelajaran. Dari hasil wawancara pada peserta

    Program Latihan Profesi Guru (PLPG) dan

    Pendidikan Profesi Guru (PPG) pemahaman

    terhadap hakekat mengajar masih menganut prinsip

    bahwa mengajar hanya merupakan transfer

    pengetahuan dan keterampilan kepada siswa, dan

    hakekat belajar diartikan sebagai perubahan tingkah

    laku dari tidak bisa menjadi bisa dan tidak tahu

  • PEND-01

    Seminar Nasional Mesin dan Teknologi Kejuruan, 27 Mei 2015 7

    menjadi tahu para guru telah mengerti benar dan

    mereka mendukung perubahan kurikulum tetapi

    harus disertai dengan peningkatan pelatihan materi

    yang terkait dengan teknologi yang sedang

    berkembang di dunia industri dan dunia usaha. Hal

    ini ditunjukkan oleh sikap guru dalam penampilan

    peer teaching yang belum nampak adanya

    interprestasi perfoma aktivitas strategi student

    center sesuai dalam pendekatan constructivism,

    dimana pembelajaran hakekat student center adalah

    pembelajaran yang berbasis pola pikir peserta didik.

    Sehingga agar kurikulum 2013 dapat

    menghasilkan lululsan yang berkualitas maka

    adanya model pengembangan pembelajaran

    kurikulum 2013 di sekolah adalah model

    pembelajaran di laboratorium berbasis manajemen

    ISO/IEC yang terintegrasi dengan training center

    berbasis produk menjadi sangat penting. Pada

    pembelajaran di laboratorium peserta didik harus

    mampu belajar sesuai Prosedur Operasional

    laboratorium, guru bukan sekedar pembimbing dan

    fasilitator, tetapi harus mampu menjadi instruktur

    sesuai dunia kerja dan hal ini sudah sangat dipahami

    oleh para guru SMK. Dengan demikian maka yang

    diperlukan oleh para guru SMK adalah pemenuhan

    kebutuahn sarana prasarana laboratorium dan

    pelatihan manajemen laboratorium yang memadai

    sesuai dunia kerja.

    5. KESIMPULAN DAN SARAN

    Penghayatan guru terhadap tugas dan

    peranannya dalam pembelajaran sebagai pengajar

    sudah dapat memenuhi harapan peserta didik di

    SMK dan dapat memberikan penampilan terbaik

    dalam mengikuti program PLPG dan PPG.

    Penguatan pengembangan model pembelajaran

    sebagai upaya meningkatkan kemampuan bidang

    keahlian teknologi dan rekayasa dengan strategi

    pendekatan student center, pendekatan

    pembelajaran scieintifik, model pembelajaran

    project base learning, problem base learning, atau

    inovasi pembelajaran lainnya sesungguhnya bukan

    permasalahan utama, karena para guru pada

    dasarnya mampu mengembangkan model

    pembelajaran sesuai dengan karakteristik kelasnya,

    hal ini ditujukkan oleh para guru baik dari hasil

    wawancara terhadap guru, siswa, observasi oleh

    peer observer, maupun hasil evaluasi peneliti

    terhadap dapat dikatakan dikatakan telah mampu

    melakukan inovasi pembelajaran. Hal yang

    sesungguhnya yang dibutuhkan para guru pada

    pendidikan kejuruan adalah service training atau

    inservice trainning terhadap guru dalam teknologi

    yang berkembang di dunia industri/usaha. Salah satu

    upaya yang dapat dilakukan adalah membangun

    kembali Pusat training center yang melibatkan

    pihak industry/usaha, sekolah, dan LPTK

    (Perguruan Tinggi).

    REFERENSI

    [1]. Calhoun, C.C. dan Finch, A.V. Vocational

    Education : Concept and Operations. California : Wads Worth Publishing Company.

    (1982).

    [2]. Dahar, R. W. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga.

    [3]. Departemen Pendidikan Nasional RI.

    Dokumen Standar Kompetesi Nasional

    Bidang Keahlian Telekomunikasi , (2003).

    [4]. Hofstein, A. L. The laboratory in science

    education: Foundations for the twenty-first

    century. Science Education ,November 2010,

    pp. 28-54, (2010).

    [5]. Joice, Bruce and Well, M. Model of Teaching . New Jersey USA: Allyn and Bacon. (2009).

    [6]. Kompas, Advertorial : SMK Siapkan SDM

    Unggul untuk Turut Membangun Bangsa,

    hal 36, Kamis 30 April 2015.

    [7]. Kurikulum 2013, Pelatihan guru untuk implementasi kurikulum 2013, Jakarta, 26-28

    juni 2013, (2013).

    [8]. Nolker, Helmut, E. S. Pendidikan Kejuruan. Jakarta: Gramedia, (1983).

    [9]. Hasan, B. Perencanaan Bidang Studi. Bandung: Pustaka Ramadhan, (2010).

    [10]. Maleong, L. J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosda,

    (2001).

    [11]. Sanjaya, W. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses, Jakarta:

    Kencana Prenada Media Group Karya. (2008).

    [12]. Seminar Nasional IKA UNY 2015, Guru

    Dalam Dinamika Implementasi Kurikulum

    25 April 2015, Yogyakarta, ( 2015).

  • PEND-02

    Seminar Nasional Mesin dan Teknologi Kejuruan, 27 Mei 2015 8

    PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI

    PRAKTIKUM ENGINE OTOMOTIF SISWA SMK PROGRAM

    KEAHLIAN TEKNIK OTOMOTIF

    Agus Suratno

    1, Gaguk Margono

    2

    1SMK Negeri 1 Cikarang

    2Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta

    [email protected],

    [email protected],

    [email protected]

    ABSTRAK

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan instrumen penilaian kompetensi praktikum engine otomotif siswa

    SMK Program Keahlian Teknik Otomotif. Sampel penelitian ini diambil dengan menggunakan metode proportional stratified

    random sampling. Secara konseptual konstruk kompetensi praktikum engine otomotif terdiri dari 3 dimensi, yakni: kognitif

    (pengetahuan), psikomotor (keterampilan), dan afektif (sikap). Pengembangan butir pernyataan komponen penilaian

    berdasarkan telaah pakar dan panelis.Melalui telaah pakar dan validasi panelis terpilih 51 butir dan nilai koefisien

    reliabilitas interrater cukup tinggi di atas 0,7. Instrumen diuji cobakan kepada siswa SMK kelas XI, tahap pertama sebanyak

    275 siswa dan tahap kedua sebanyak 325 siswa. Secara empiris, melalui pengujian analisis faktor konfirmatori didapatkan

    nilai loading factor di atas 0,5 pada uji coba pertama dan kedua. Dari perhitungan nilai koefisien reliabilitas multidimensi

    pada uji coba pertama dan kedua menunjukkan bahwa nilai koefisien reliabilitas lebih dari 0,9 dan nilai Average Variance

    Extracted (AVE) lebih besar dari 0,5 yang berarti tingkat validitas dan reliabilitas instrumen penilaian kompetensi

    praktikum engine otomotif siswa SMK Program Keahlian Otomotif tergolong sangat tinggi. Jadi dapat disimpulkan bahwa

    instrumen penilaian kompetensi praktikum engine otomotif ini telah memiliki validitas dan reliabilitas konstruk yang baik.

    Keywords: Pengembangan Instrumen, Penilaian Kompetensi Praktikum Engine Otomotif, Reliabilitas Multidimensi,

    Validitas Konstruk

    1. PENDAHULUAN Perkembangan dunia pendidikan pada era

    globalisasi seperti sekarang menuntut adanya

    penyesuaian sistem pendidikan yang selaras dengan

    tuntutan perkembangan teknologi dan dunia kerja,

    karena muara dari suatu proses pendidikan

    khususnya pada penyelenggaraan pendidikan

    kejuruan adalah dunia kerja. Sistem pendidikan yang

    dilaksanakan pada pendidikan kejuruan seperti SMK

    mengharuskan peserta didik untuk diberi

    kesempatan membelajarkan diri mengaktualisasikan

    semua potensi yang dimiliki menjadi kemampuan

    profesional yang dapat dimanfaatkan dalam dunia

    kerja. Pendidikan kejuruan sebagai pendidikan

    khusus, direncanakan untuk menyiapkan peserta

    didik yang mampu memasuki dunia kerja dan

    mengembangkan sikap profesional di bidang

    kejuruan. Lulusan pendidikan kejuruan, diharapkan

    menjadi individu produktif yang mampu bekerja

    menjadi tenaga kerja menengah dan memiliki

    kesiapan untuk menghadapi persaingan kerja sesuai

    dengan bidang keahlian secara kompetitif dan

    profesional

    Siswa dianggap memiliki kompetensi jika

    ia telah mampu mengerjakan tugas-tugas dalam

    kompetensi tersebut. Unsur-unsur pembentuk

    kompetensi, yakni: skills yang mencakup

    keterampilan psikomotor, keterampilan kognitif

    (menalar) dan keterampilan sosial (afektif), attitudes

    (sikap), value (tata nilai) dan appreciation

    (penghargaan terhadap pekerjaan). Oleh karena itu

    pengembangan kompetensi merupakan katakunci

    dari proses pendidikan terutama untuk sekolah

    kejuruan.

    Pendidikan kejuruan sangat erat

    hubungannya dengan konsep kompetensi.

    kompetensi dipandang sebagai sesuatu yang minimal

    yang telah ditetapkan. Dengan demikian instrumen

    penilaian yang digunakan hendaknya berupa

    penilaian yang tidak hanya mengukur sejauh mana

    materi pembelajaran terkuasai, tetapi harus sampai

    kepada penilaian sejauh mana siswa mampu

    mendemontrasikan kompetensi yang telah

    ditetapkan. Dalam artian di akhir pembelajaran suatu

    tes harus mampu mengukur suatu tugas(task) yang

    dilakukan siswa yang menunjukkan bahwa ia telah

    mencapai kompetensi tertentu

    Aspek atau ranah yang terkandung dalam

    konsep kompetensi meliputi: (1) Pengetahuan

    (knowledge) yaitu kesadaran dalam bidang kognitif,

    (2) Pemahaman (understanding) yaitu kedalaman

    kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu, (3)

    Kemampuan (skill) adalah sesuatu yang dimiliki

    oleh individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan

    yang dibebankan kepadanya, (4) Nilai (value) adalah

    suatu standar prilaku yang telah diyakini dan secara

    psikologis telah menyatu dalam diri seseorang, (5)

    Sikap (attitude), dan (6) Minat (interest)

    kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu

    perbuatan (Mulyasa, 2010: 38-39).[1]

    Definisi kompetensi memiliki implikasi

    penting bagi pendekatan dalam menilai kemampuan

  • PEND-02

    Seminar Nasional Mesin dan Teknologi Kejuruan, 27 Mei 2015 9

    seseorang, karena dapat mempengaruhi jenis

    informasi yang dicari untuk pendekatan dalam

    proses penilaian berdasakan pengumpulan bukti

    yang tepat dan sesuai untuk mendasari penilaian

    bahwa seseorang merupakan individu yang memiliki

    kemampuan (Jubaedah, 2010: 2).[2] Penilaian

    merupakan proses pengumpulan bukti dan membuat

    pertimbangan yang asli dan tingkat kemajuan

    terhadap seperangkat standar perilaku atau hasil

    belajar serta nilai berupa angka dalam membuat

    pertimbangan apakah kompetensi telah tercapai

    (Worsnop, 1993: 39).[3] Cara yang paling logis

    untuk menilai kompetensi yang terkait dengan

    keterampilan adalah meminta siswa untuk

    mengerjakan serangkaian kegiatan atau

    mendemonstrasikan kemampuan yang dimilikinya

    melalui simulasi dan praktik, dan dilakukan

    pengamatan untuk menilai sejauhmana tingkat

    keterampilannya. Instrumen yang dipergunakan

    adalah tes perbuatan atau tes unjuk kerja.

    Dalam pembelajaran berbasis kompetensi,

    muatan mata pelajaran bukan persoalan utama,

    melainkan kegiatan penilaian dan pemantauan

    tentang apa yang telah dipelajari dan dikuasai

    relevan dengan kesuksesan unjuk kerja. Oleh karena

    itu menghubungkan penilaian dengan pembelajaran

    yang berfokus pada unjuk kerja yang sesuai dengan

    tuntutan dunia kerja merupakan persoalan yang

    penting (Tillema, Kessels, dan Meijers, 2000: 266).

    [4]

    Proses pembelajaran praktikum mencakup

    tiga tahap, yaitu: (a) penyajian dari pendidik, (b)

    kegiatan praktik peserta didik, dan (c) penilaian hasil

    kerja peserta didik (Muslich, 2011: 148). Uji

    kegiatan praktikum digunakan untuk mengukur

    kemampuan kognitif tingkat tinggi atau menguji

    tujuan proses dari suatu program dengan

    menggunakan format penilaian tes praktikum

    (format station) atau pengamatan kegiatan terhadap

    kelompok atau individu (Lewy, 1997: 288).[5]

    Umumnya pengujian praktikum menggunakan

    kombinasi antara hasil pengamatan dan catatan

    tertulis atau laporan (report).

    Kompetensi pemeliharaan/servis engine

    dan komponen-komponenya melalui praktikum

    enginetune up membekali siswa pengetahuan dan

    ketrampilan serta sikap yang benar yang terkait

    dengan setiap pekerjaan perawatan/servis engine

    secara berkala, sehingga siswa memiliki kemampuan

    yang dapat diterapkan di dunia industri otomotif.

    Kompetensi siswa dalam praktikum engine tune up

    adalah kecakapan siswa yang ditunjukkan dalam

    pekerjaan perbaikan/servisengine tune up sebuah

    kendaraan.

    Kompetensi praktikum engine otomotif

    meliputi kompetensi ranah kognitif yaitu

    pengetahuan dan pemahaman siswa tentang engine

    seperti: 1) pengetahuan prinsip kerja engine, 2)

    pengetahuan prosedur kerja engine tune up.

    Kompetensi ranah psikomotor, yaitu kompetensi

    yang berhubungan dengan keterampilan motorik

    (skills) siswa pada saat praktikum meliputi: (a)

    persiapan kerja, (b) proses kerja (sistematika dan

    cara kerja), (c) hasil kerja, dan (d) waktu.

    Kompetensi ranah afektif, kompetensi ini

    berhubungan dengan sikap (attitudes) yang

    ditunjukkan oleh siswa ketika praktikum sedang

    berlangsung yang meliputi: (a) Sikap kerja, (b)

    inisiatif, (c) ketelitian, (d) tanggung jawab, (d)

    kejujuran, dan (e) disiplin.

    Pelaksanaan penilaian praktikum berbasis

    kompetensi (Competency Based Assessment)

    diarahkan untuk mengukur dan menilai performansi

    peserta didik dalam kemampuan kognitif,

    psikomotor dan afektif baik secara langsung pada

    saat melakukan aktivitas belajar maupun secara

    tidak langsung, melalui bukti hasil belajar (evidence

    of learning) sesuai dengan kriteria kinerja

    (performance criteria).Pelaksanaan penilaian

    praktikum kejuruan untuk menilai ketercapaian

    kompetensi peserta didik sebagai hasil belajar di

    SMK, pada umumnya belum menggunakan model

    penilaian yang mengakomodasi alat penilaian yang

    mengacu pada tuntutan dunia kerja. Alat penilaian

    yang dirancang dan digunakan oleh guru untuk

    menilai capaian kompetensi peserta didik masih

    heterogen pada setiap SMK dan belum ada

    instrumen yang baku.

    Instrumen penilaian yang mampu mengukur

    tingkat kompetensi seseorang dalam praktikum

    ternyata tidak bisa terpenuhi oleh bentuk penilaian

    obyektif (model paper and pencil tests), seperti

    pilihan ganda, benar-salah, jawaban singkat dan

    menjodohkan. Hal ini disebabkan alat-alat

    penilaian ini yang sering disebut penilaian

    konvensional lebih cocok untuk mengukur

    kemampuan pada ranah koginitif. Pada sisi lain

    pembelajaran berbasis kompetensi terutama dalam

    hal praktikum kejuruan membutuhkan instrumen

    penilaian yang mampu mengukur secara

    komprehensif ketiga ranah tujuan pembelajaran,

    sehingga diperlukan instrumen penilaian yang

    mampu untuk mengukur kompetensi sikap (afektif),

    keterampilan (psikomotor) dan pengetahuan

    (kognitif) yang mencakup: persiapan, proses dan

    hasil (product) pada saat praktikum. Mengingat

    pentingnya penilaian kompetensi dalam praktikum

    maka diperlukan alat ukur atau instrumen untuk

    mengukur sejauh mana kompetensi dapat tercapai

    oleh siswa. Penelitian ini berupaya untuk

    mengembangkan instrumen penilaian kompetensi

    praktikum engine otomotif siswa SMK Program

    Keahlian Teknik Otomotif yang memenuhi standar

    keshahihan (valid) dan keterandalan (reliabel).

    2. METODE PENELITIAN Pada penelitian ini menggunakan instrumen

    penilaian kompetensi praktikum engine otomotif

  • PEND-02

    Seminar Nasional Mesin dan Teknologi Kejuruan, 27 Mei 2015 10

    siswa SMK Program Keahlian Teknik Otomotif

    disusun dalam tiga perangkat, yaitu: Pedoman

    Umum, Lembar Kerja, dan Pedoman Penilaian.

    Skala penilaian yang dipergunakan dalam penilaian

    kompetensi praktikum engine otomotif adalah

    dengan menggunakan rating scale baik untuk

    kompetensi ranah kognitif, kompetensi ranah

    psikomotor dan kompetensi ranah afektif. Penentuan

    skor pengukuran kompetensi menggunakan daftar

    skala empat (1-4). Penilaian kompetensi praktikum

    menggunakan pedoman penilaian acuan kriteria.

    Kriteria skor untuk setiap butir komponen penilaian

    sebagai berikut; skor 4 berarti sangat baik; skor 3

    baik; skor 2 berarti kurang, dan skor 1 berarti sangat

    kurang.

    Data skor yang diperoleh dari hasil ujicoba

    dianalisis untuk melihat validasi konstruk serta

    koefisien reliabilitasnya dengan menggunakan

    analisis faktor konfirmatori dengan menggunakan

    metode ML(Maximum Likelihood).Kompetensi

    praktikum engine otomotif adalah capaian

    kecakapan siswa yang ditunjukkan dalam seluruh

    rangkaian kegiatan proses belajar mengajar selama

    praktikum yang diukur dari 3 dimensi yakni: (1)

    kognitif, (2) afektif dan (3) psikomotor.Dimensi dan

    indikator dari konstruk kompetensi praktikum

    engine otomotifdapat dilihat pada tabel 1 di bawah

    ini.

    Tabel 1. Dimensi dan Indikator Instrumen Penilaian kompetensi Praktikum Engine

    No Dimensi Indikator

    1 Kognitif Pengetahuan prinsip kerja mesin (engine), Pengetahuan

    prosedur kerja pemeriksaan dan penanganan kerusakan mesin

    2 Psikomotor Persiapan praktikum, proses pemeriksaan baterai, proses

    pemeriksaan sistem pendingin, proses pemeriksaan mekanik

    mesin, proses pemeriksaan sistem pengapian, hasil kerja

    praktikum dan waktu.

    3 Afektif Sikap kerja, disiplin kerja, inisiatif kerja, ketelitian, tanggung

    jawab dan kejujuran

    3. HASIL PENELITIAN Berdasarkan telaah dari para pakar, mereka

    memberikan penilaian yang relatif sama mengenai

    konstruk dari kompetensi praktikum engine

    otomotif. Secara umum indikator yang disusun

    dinilai sudah mewakili dimensi dari konstruk

    kompetensi praktikum engine otomotif siswa

    SMK.Indikator-indikator yang disusun merupakan

    representasi dari penjabaran dimensi dari konstruk

    yang telah didefinisikan. Dengan kata lain

    konstruksi butir sudah sesuai dengan indikatornya.

    Para pakar memberi beberapa masukan

    terhadap butir-butir komponen penilaian yang

    disusun berdasarkan indikatornya.Ada beberapa

    butir pernyataan komponen penilaian yang saling

    tumpang tindih (overlap) serta mirip dalam satu sub

    kompetensi sehingga butir tersebut harus direduksi.

    Hasil penelaahan dari pakar terhadap perangkat tes,

    yaitu pedoman penilaian menunjukkan bahwa secara

    umum perangkat tes tersebut cukup memadai jika

    dilihat dari sisi penggunaan tata bahasa dan

    penulisannya. Bahasa yang digunakan dalam

    penyusunan perangkat tes dinilai para pakar cukup

    komunikatif dan mudah dimengerti. Namun

    demikian, terdapat beberapa kalimat yang ada pada

    lembar kerja dan pedoman penilaian yang

    menggunakan istilah dalam bahasa asing (Inggris)

    maupun bahasa teknik disarankan untuk diperbaiki

    dengan merubah ke dalam bahasa Indonesia untuk

    mengurangi terjadinya salah interpretasi.

    Di samping itu, para pakar memberikan

    beberapa masukan guna penyempurnaan, antara lain

    agar melengkapi indikator dan kriteria penilaian

    supaya lebih jelas, lebih operasional, mudah

    dipahami serta tidak membingungkan. Berdasarkan

    validitas konstruk dan keterbacaan butir pernyataan,

    penggunaan tata bahasa, dan penulisannya di atas.

    Maka sesuai masukan para pakar ada 4 butir dari 55

    butir yang telah disusun agar dianulir dan dibuang.

    Dengan demikian terdapat 51 butir yang memenuhi

    syarat yang selanjutnya akan digunakan untuk

    keperluan analisis uji validitas dan reliabilitas.

    Hasil perbaikan dan penyempurnaan pada

    perangkat tes kemudian diperiksa kembali oleh 20

    panelis dalam pengujian secara rasional.Dalam

    kegiatan validasi teoritis ini, butir pernyataan dalam

    instrumen dinilai berdasarkan 2 aspek penilaian

    yaitu: (1) ketepatan butir dalam mengukur indikator

    dan (2) ketepatan penggunaan bahasa. Sedangkan

    jumlah butir pernyataan divalidasi sebanyak 51

    butir. Pengujian tingkat validitas butir instrumen

    menggunakan koefisien validitas Aiken (V Aiken).

    Dari hasil analisa koefisien validitas butir

    Aiken, maka didapatkan bahwa semua butir yang

    berjumlah 51 butir tersebut valid karena semua butir

    memiliki nilai positif melebihi dari nilai kritis tabel

    pada tingkat signifikansi 5% dan jumlah rater 20

    yaitu 0,42. Nilai positif pada analisis validitas butir

    dengan menggunakan validitas Aiken

    mengindikasikan bahwa butir tersebut valid, yang

    berarti bahwa semua butir tersebut sudah sesuai atau

    tepat untuk mengukur masing-masing indikator

    yang menyusun konstruk kompetensi praktikum

    engine otomotif. Perhitungan reliabilitas konstruk

  • PEND-02

    Seminar Nasional Mesin dan Teknologi Kejuruan, 27 Mei 2015 11

    penilaian dari panelis terhadap instrumen tes

    kompetensi praktikum engine dengan menggunakan

    rumus Hoyt. Hasil perhitungan koefisien reliabilitas

    interrater menunjukkan nilai yang cukup tinggi,

    yaitu lebih dari 0,70. Masing-masing dimensi yang

    menyusun konstruk kompetensi praktikum engine

    otomotif memiliki nilai koefisien reliabilitas yang

    tinggi baik untuk ketepatan butir dengan indikator

    maupun ketepatan dengan penggunaan bahasa.

    Koefisien reliabilitas interrater menunjukkan bahwa

    berdasarkan penilaian yang diberikan oleh panelis

    terhadap instrumen yang telah disusun tersebut

    sudah reliabel, sehingga dapat dikatakan bahwa

    instrumen ini sebagai alat ukur dapat dipercaya.

    Tabel 2. Koefisien Reliabilitas Hoyt Instrumen Penilaian Kompetensi Praktikum EngineOtomotif Siswa SMK

    No Dimensi Ketepatan Butir dengan

    Indikator

    Ketepatan Penggunaan

    Bahasa

    1. Kognitif 0,711 0,825

    2. Psikomotor 0,713 0,732

    5. Afektif 0,782 0,771

    Dari hasil perhitungan ujicoba empiris,

    pengujian validitas terhadap 51 butir menghasilkan

    48 butir valid dan 3 tidak valid karena mempunyai

    nilai rhitunglebih kecil dari 0,2. Sedangkan uji

    reliabilitas dengan menggunakan formula koefisien

    reliabilitas Alpha Cronbach pada masing-masing

    dimensi didapatkan nilai koefisien reliabilitas untuk

    masing-masing dimensi mempunyai nilai alpha

    Cronbach yang bernilai lebih besar dari 0,7.

    Berdasarkan kriteria yang dikemukakan oleh Naga

    (2012: 241)[6], dapat dikatakan bahwa alat ukur

    yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai

    reliabilitas yang dapat diterima dan baik. Nilai

    koefisien reliabilitas tersebut dikatakan tinggi,

    sehingga instrumen penilaian kompetensi praktikum

    engine ini digunakan sebagai alat ukur yang handal.

    Tabel 3. Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach Uji

    Coba I

    No Dimensi Koefisien

    Reliabilitas

    1. Kognitif 0,736

    2. Psikomotor 0,882

    3. Afektif 0,864

    Skor komposit didapatkan dari

    penjumlahan tiap-tiap butir yang sesuai dengan

    indikatornya. Selanjutnya dengan menggunakan

    analisis faktor konfirmatori, indikator-indikator

    tersebut dikonfirmasi apakah sudah sesuai dengan

    dimensi dari kompetensi praktikum engine yang

    mendasarinya. Penilaian derajat kecocokan suatu

    model persamaan struktural (Structural Equation

    Modeling) secara menyeluruh tidak dapat dijalankan

    secara langsung sebagaimana pada teknik

    multivariat yang lain. SEM tidak mempunyai uji

    statistik terbaik yang dapat menjelaskan kekuatan

    prediksi model. Untuk itu telah dikembangkan

    beberapa ukuran derajat kecocokan yang dapat

    digunakan secara saling mendukung.

    Uji ini dilakukan untuk mengevaluasi

    derajat kecocokan/goodness of fit (GOF) antara data

    dengan model. Uji kecocokan untuk keseluruhan

    model (overall model) melibatkan model struktural

    dan model pengukuran secara terintegrasi yang

    dibagi menjadi tiga kelompok pengujian, yaitu:

    ukuran kecocokan absolut (absolute fit measures),

    ukuran kecocokan model inkremental (incremental

    fit measures), dan ukuran kecocokan parsimoni

    (parsimonious fit measures) (Latan, 2013:

    49).[7]Sebagian besar ukuran GOF menunjukkan

    kecocokan yang baik sehingga dapat disimpulkan

    bahwa kecocokan keseluruhan model adalah baik

    (model fit).

    Evaluasi kecocokan model pengukuran

    dilakukan terhadap setiap konstruk dengan melihat

    validitas dan evaluasi terhadap reliabilitas

    konstruknya.Pengujian model pengukuran dilakukan

    dengan menguji validitas konvergen dan reliabilitas.

    Validitas konvergen menunjukkan bahwa indikator-

    indikator pengukur (variabel manifes) dari sebuah

    konstruk laten seharusnya berkorelasi cukup tinggi.

    Uji reliabilitas diperlukan untuk mengetahui akurasi,

    konsistensi, dan ketepatan instrumen dalam

    mengukur konstruk.

    Model pengukuran menunjukkan

    bagaimana variabel manifes atau observed variable

    merepresentasikan konstruk laten untuk diukur yaitu

    dengan menguji validitas dan reliabilitas konstruk

    laten tersebut. Evaluasi model pengukuran ini

    dilakukan terhadap setiap konstruk dengan melihat

    validitas dan evaluasi terhadap reliabilitas

    konstruknya dengan metode estimasi Maximum

    Likelihood (ML) menggunakan program Lisrel.

    Validitas konvergen dapat dilihat nilai

    loading factor tiap-tiap item dari masing-masing

    dimensi dan nilai average variance extracted (AVE)

    dengan kriteria dan nilai average variance extracted

    (AVE) masing-masing konstruk minimal 0,5 dapat

    diterima (Fornell dan Larcker, 1981:

    46).[8]Selanjutnya untuk mengevaluasi model

    pengukuran secara keseluruhan dengan menghitung

  • PEND-02

    Seminar Nasional Mesin dan Teknologi Kejuruan, 27 Mei 2015 12

    nilai reliabilitas konstruk (CR) untuk tiap konstruk

    atau dimensi.Rule of thumb dari koefisien reliabilitas

    konstruk adalah 0,7 (Hair, 2010: 710). [9] Nilai nilai

    AVE dan CR tidak dikeluarkan dalam output Lisrel,

    sehingga harus dihitung secara manual. Untuk

    menghitung AVE dan CR dilakukan secara

    bertahap, pertama untuk first order konstruk dan

    kedua untuk second order konstruk.

    Nilai loading factor masing-masing

    indikator pada tiap-tiap dimensi instrumen penilian

    kompetensi praktikum engine otomotif siswa SMK

    program keahlian Teknkik Otomotif pada Uji coba I

    dapat dilihat pada gambar berikut.

    Gambar 1. Nilai Loading Factor Masing-masing Indikator untuk Tiap-tiap Dimensi pada Model Ujicoba I

    Dari gambar 1 dapat diketahui bahwa

    seluruh indikator signifikan karena memiliki nilai

    loading factor > 0,5. Hal ini bisa dikatakan bahwa

    indikator penyusun masing-masing dimensinya

    dapat menjelaskan konstruk latennya dengan baik.

    Hasil uji validitas dengan memperhatikan loading

    factor juga relevan dengan uji t yang menunjukkan

    nilai thitung > tkritis. Nilai tkritis pada taraf signifikansi

    95% adalah 1,96. Nilai thitung bisa dilihat pada

    gambar 2 di bawah ini.

    Gambar 2. Nilai thitung Masing-masing Indikator untuk Tiap-tiap Dimensi pada Model Ujicoba I

    Dari gambar 2, semua nilai thitung pada masing-

    masing indikator lebih dari 1,96 sehingga seluruh

    indikator signifikan. Hal ini memberikan makna

    bahwa seluruh indikator memberikan informasi yang

    signifikan terhadap variabel latennya.Nilai nilai

    average variance extracted (AVE) dan reliabilitas

    konstruk (Construct Reliability) tidak dikeluarkan

    dalam output Lisrel, sehingga harus dihitung secara

    manual. Untuk menghitung AVE dan CRdilakukan

    secara bertahap, pertama untuk first order konstruk

    dan kedua untuk second order konstruk. Berikut

    hasil perhitungan nilai AVEdan CR untuk setiap

    konstruk ditunjukkan oleh tabel 4.Nilai koefisien

    reliabilitas konstruk ini dikategorikan tinggi,

    sehingga bisa dikatakan bahwa model yang

    didapatkan ini reliabel.

  • PEND-02

    Seminar Nasional Mesin dan Teknologi Kejuruan, 27 Mei 2015 13

    Tabel 4. Nilai AVE dan Reliabilitas Konstrukpada Model Uji Coba I

    No Indikator

    Reliabilitas

    Nilai

    1.

    Average

    Variance

    Extracted (AVE)

    0,557

    2. Construct

    Reliability (CR) 0,925

    Pada uji coba kedua, Nilai loading factor

    masing-masing indikator pada tiap-tiap dimensi

    instrumen penilian kompetensi praktikum engine

    otomotif siswa SMK program keahlian Teknkik

    Otomotif dapat dilihat pada gambar 3.

    Gambar 3. Nilai Loading Factor Masing-masing Indikator untuk Tiap-tiap Dimensi pada Model Ujicoba II

    Dari gambar 3 dapat diketahui bahwa

    seluruh indikator signifikan karena memiliki nilai

    loading factor > 0,5. Hal ini bisa dikatakan bahwa

    indikator penyusun masing-masing dimensinya

    dapat menjelaskan konstruk latennya dengan baik.

    Hasil uji validitas dengan memperhatikan loading

    factor juga relevan dengan uji t yang menunjukkan

    nilai thitung > tkritis. Nilai tkritis pada taraf signifikansi

    95% adalah 1,96. Nilai thitung bisa dilihat pada

    gambar 4 di bawah ini.

  • PEND-02

    Seminar Nasional Mesin dan Teknologi Kejuruan, 27 Mei 2015 14

    Gambar 4. Nilai thitung Masing-masing Indikator untuk Tiap-tiap Dimensi pada Model Ujicoba II

    Dari gambar 4 di atas, semua nilai thitung pada

    masing-masing indikator lebih dari 1,96 sehingga

    seluruh indikator signifikan. Hal ini memberikan

    makna bahwa seluruh indikator memberikan

    informasi yang signifikan terhadap variabel

    latennya. Perhitungan nilai AVEdan CR untuk setiap

    konstruk ditunjukkan oleh tabel 5.Nilai koefisien

    reliabilitas konstruk ini dikategorikan tinggi,

    sehingga bisa dikatakan bahwa model yang

    didapatkan ini reliabel.

    Tabel 5. Nilai AVEdan Reliabilitas Konstruk

    pada Model Uji Coba II

    No Indikator

    Reliabilitas

    Nilai

    1. Average Variance

    Extracted (AVE) 0,516

    2. Construct Reliability

    (CR) 0,940

    Karena model fit secara keseluruhan, nilai

    loading factor masing-masing indikator pada setiap

    dimensi lebih dari 0,5; semua nilai thitung > 1,96; dan

    nilai reliabilitas konstruk yang tinggi maka bisa

    dikatakan bahwa model ini sudah baik.

    4. PEMBAHASAN Dari hasil analisis secara kuantitatif dan

    kualitatif, secara umum dapat dikatakan bahwa

    perangkat tes performansi atau instrumen penilaian

    kompetensi praktikum engine otomotif siswa SMK

    program keahlian teknik otomotif yang

    dikembangkan berdasarkan kajian teoretik dan

    telaah para pakar dan panelis serta diujicoba secara

    empiris di beberapa SMK yang memiliki program

    keahlian teknik otomotif sudah sesuai dan dapat

    diaplikasikan pada penilaian kompetensi praktikum

    engine otomotif baik kompetensi: ranah kognitif

    psikomotor dan afektif. Jika dibandingkan konsep

    dan draft awal instrumen, terdapat beberapa

    perbaikan/revisi dan pengembangan sebagai hasil

    dari ujicoba rasional oleh pakar dan panelis serta

    ujicoba empiris kepada responden di lapangan baik

    tahap pertama dan tahap kedua. Pengembangan

    tersebut mencakup kesesuaian antara butir dengan

    indikator, indikator dengan dimensi pada konstruk

    latennya, serta penggunaan bahasa yang lebih

    komunikatif dan mudah dipahami

    Validitas berkaitan dengan sejauh mana

    suatu tes mampu mengukur apa yang seharusnya

    diukur. Instrumen tes performansi praktikum engine

    otomotif yang dikembangkan ini memiliki validitas

    yang memadai, baik validitas konstruk hasil

    penilaian pakar dan panelis, validitas butir dan

    validitas konstruk hasil ujicoba empiris. Validitas

    konstruk dilihat pada kesesuaian antara butir dengan

    indikatornya, indikator dengan dimensi pembentuk

    konstruk latennya. Instrumen tes ini dikembangkan

    berdasarkan pada perangkat penilaian kompetensi

    dan kajian teoritik yang mendukung. Hasil penilaian

    para pakar menunjukkanbahwa instrumen tes ini

    memiliki validitas konstruk yang memadai sehingga

    dapat digunakan untuk SMK program keahlian

    teknik otomotif, baik negeri maupun swasta.

    Reliabilitas instrumen tergolong cukup

    tinggi, baik dari hasil penilaian panelis, ujicoba

    empiris pertama maupun ujicoba empiris kedua.

    Adapun koefisien reliabilitas konstruk ujicoba

    empiris pertama dan kedua lebih dari 0,9. Koefisien

    reliabilitas ini bisa dikatakan sangat tinggi bahkan

    mendekati sempurna. Reliabilitas suatu alat ukur

    merupakan konsistensi atau keajegan alat ukur

    tersebut dalam mengukur apa yang diukur. Makin

    tinggi koefisien reliabilitas, makin dekat nilai sekor

    amatan ke nilai komponen sekor yang

    sesungguhnya, sehingga nilai sekor amatan dapat

    digunakan sebagai pengganti komponen sekor yang

    sesungguhnya. Dengan demikian dapat dinyatakan

    bahwa hasil pengukuran dengan menggunakan

    perangkat tes ini menunjukkan kemampuan

    kompetensi siswa SMK yang mendekati

    sesungguhnya.

    Tes performansi dilakukan untuk

    mengukur kompetensi siswa dalam mengerjakan

    tugas (task) yang diberikan sesuai dengan cakupan

    materi kompetensi. Namun demikian, sumber

    kesalahan yang perlu diestimasi: pertama, yang

    mengukur atau melakukan pengamatan adalah

    Penilai dalam hal ini guru atau instruktur

    praktik.Kondisi psikologis dan ketahanan

    (endurance) penilai selama praktikum berlangsung

    akan mempengaruhi reliabilitas instrumen. Kedua

    kondisi fisik siswa ketika mengikuti praktikum perlu

    diperhatikan apakah dalam kondisi prima atau

    kelelahan. Oleh karena itu, untuk menjamin

    diperolehnya reliabilitas yang tinggi, maka

    penggunaan instrumen tes ini di sekolah harus

    memperhatikan situasi dan kondisi siswa. Dalam hal

    ini, guru yang menguji praktik harus melihat

    kesiapan siswa secara baik untuk mengikuti tes

    kompetensi praktikum.

    5. KESIMPULAN Berdasarkan hasil uji empiris yang telah

    dilakukan sebanyak dua kali uji coba, maka dapat

    disimpulkan bahwa pertama, instrumen penilaian

    kompetensi praktikum engine otomotif pada siswa

    SMK program keahlian Teknik Otomotif ini ada tiga

    dimensi yang membangun konstruk teori kompetensi

    praktikum engine otomotif, yaitu dimensi: (1)

    Kognitif, (2) Psikomotor dan (3) Afektif. Dimensi-

    dimensi ini sudah sesuai dengan teori yang

    membangun konstruk kompetensi praktikum engine.

    Kedua, pengujian validitas konstruk dari 3

    dimensi dengan 15 indikator dilakukan dengan

  • PEND-02

    Seminar Nasional Mesin dan Teknologi Kejuruan, 27 Mei 2015 15

    analisis faktor konfirmatori (CFA) menggunakan

    metode ML (Maximum Likelihood). Pada uji coba

    pertama didapatkan nilai loading factor untuk

    masing-masing indikator sudah melebihi 0,5,

    sehingga dapat dikatakan bahwa indikator-indikator

    penyusun dimensi dari konstruk kompetensi

    praktikum engine otomotif tersebut valid.

    Berdasarkan uji kecocokan model dengan

    menggunakan model pengukuran second order

    confirmatory factor analysis maka model akhir yang

    didapat sudah tepat (fit) atau cocok untuk mengukur

    kompetensi praktikum engine otomotif siswa SMK

    yang dilihat dari nilai goodness of fityang memenuhi

    kriteria nilai cut off yang dipersyaratkan.

    Ketiga, diperolehnya instrumen penilaian

    kompetensi praktikum engine otomotif siswa SMK

    program keahlian Teknik Otomotif yang terdiri dari

    3 dimensi, 15 indikator dan 46 butir yang memiliki

    reliabilitas sangat tinggi. Instrumen ini sudah reliabel

    dengan nilai CR dan AVE diatas nilai cut off.

    Instrumen penilaian kompetensi praktikum engine

    otomotif siswa SMK program keahlian Teknik

    Otomotif ini sudah valid dan reliabel dan dapat

    digunakan sebagai alat ukur. Namun demikian

    hendaknya juga dapat dikembangkan instrumen

    penilaian kompetensi praktikum mata diklatlainnya

    sehubungan dengan kompetensi yang ada di SMK

    program keahlian Teknik Otomotif sangat banyak

    dan beragam sehingga diperoleh instrumen penilaian

    yang valid dan reliabel lebih banyak.

    REFERENSI

    [1]. E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis

    Kompetensi: Konsep, Karakteristik dan

    Implementasi, Remaja Rosdakarya, (2010).

    [2]. Yoyoh Jubaedah,Competency Based Assessment Sebagai Model Pengujian

    Kompetensi di SMK, Makalah Seminar

    Internasional Peran LPTK Dalam

    Pengembangan Pendidikan Vokasi di

    Indonesia, 1-8, (2010).

    [3]. Percy J. Worsnop, Competency Based

    Training: How To Do itFor Trainers, VEETAC, (1993).

    [4]. H. H. Tillema, J. W. M. Kessels, and F. Meijers. Competencies As Building Blocks

    For Integrating Assessment With

    Instruction In Vocational Education: A Case

    From The Netherlands, J. Assessment &

    Evaluation in Higher Education, Vol. 3 (3), pp.

    265-278, (2000).

    [5]. Arieh Lewy,Handbook of Curriculum Evaluation. New York: Longman, (1997).

    [6]. Dali S. Naga, Teori Sekor pada Pengukuran Mental, PT. Nagarani Citrayasa, (2012).

    [7]. Hengky Latan,Model Persamaan Struktural Teori dan Implementasi AMOS 21.0,Alfabeta,

    (2013).

    [8]. C. Fornell and David F. Larcker, Evaluating

    Structural Equation Models with

    Unoservable Variable and Measurement

    Error,J. of Marketing Research, Vol. 18, 39-

    50, (1981).

    [9]. J. F. Hair, R. E. Anderson, Barry J. Babin, and William C. Black,Multivariate Data Analysis,

    Pearson Prentice Hall, Inc., (2010).

  • PEND-03

    Seminar Nasional Mesin dan Teknologi Kejuruan, 27 Mei 2015 16

    PENGARUH PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN

    SELF-LEARNING GURU TERHADAP KINERJA GURU SMK DI KOTA

    PALANGKA RAYA KALIMANTAN TENGAH

    Debora

    Prodi Pendidikan Teknik Mesin, Jurusan Pendidikan Teknologi Kejuruan, FKIP,

    Universitas Palangka Raya

    [email protected]

    ABSTRACT

    The preparation of students expertise in the Vocational High School in a particular field will improve the quality of life and

    developed into productive workforce in accordance with the manpower in business and industry. Fulfillment of the functions

    of the vocational education can not be separated from the role of vocational schools as human resource output that closely

    related to the process. The Principals of teachers as one of the important in the process that forms a reliable human

    resources in accordance with the function of vocational education. The purpose of this study to see whether or not: (1) the

    influence of the Principal Leadership Behaviors on teacher pe