presentasi Shirathal Mustaqiem awal

26

Transcript of presentasi Shirathal Mustaqiem awal

Page 1: presentasi Shirathal Mustaqiem awal
Page 2: presentasi Shirathal Mustaqiem awal

www.kuncicahaya.blogspot.com

MIFTAHUL HUDA (KUNCI CAHAYA)

Jl. Raya Cadas-Kukun No: 1. Kotabumi, Pasar Kemis, Tangerang, Banten.

(021) 59352777. Hp: 0815 927 9281. 0812 1880 3438.www.kuncicahaya.blogspot.com E-mail; [email protected]

Page 3: presentasi Shirathal Mustaqiem awal

MEMPERSEMBAHKANMEMPERSEMBAHKAN

Page 4: presentasi Shirathal Mustaqiem awal

PRESENTASIRumusan

Kebenaran

Oleh: Ust. Moh. Sulaiman Marzuqi

Kunci Cahaya

Page 5: presentasi Shirathal Mustaqiem awal

Mengukur“Kebenaran”

harus dengan akal sehat.Bukan

dengan “Emosi”dan Fanatik buta!.

Page 6: presentasi Shirathal Mustaqiem awal

Permasalahan1. Umat Islam berpecah-belah.2. Dua hadits yang bertentangan. *ـة ق- ر/ ب/ع1ي/ن- ف1 ت1ي/ ع-ل-ى ث-ال-ث-ة9 و-س- Aم

Cأ Cر1ق تـ- ت-ف/ س-ـد-ة/ . م/ ف1ي النAار1 إ1الA ال/و-اح1 CهTلCك

“Umatku akan pecah menjadi 73 golongan, semuanya di dalam Neraka, kecuali hanya satu golongan saja”.!

. Vـة م- ح/ ت1ي/ ر- AمCأ Cال-ف تـ1 ا1خ/

“Perbedaan pendapat di antara umatku adalah rahmat ”.!

Page 7: presentasi Shirathal Mustaqiem awal

3 .Bertentangan dengan firman Allah:

وا . Cق Aر يع*ا و-ال- ت-ف- م1 ب/ل1 اللAه1 ج- مCوا ب1ح- اع/ت-ص1 و-“Dan berpegang teguhlah kamu sekalian dengan tali Allah, dan janganlah bercerai-

berai.” Q.S. Al-Imran : 103.

ا وا م1ن/ ب-ع/د1 م- Cت-ل-ف اخ/ وا و- Cق Aر و-ال- ت-كCونCوا ك-الAذ1ين- ت-ف-() Vع-ظ1يم Vم/ ع-ذ-اب Cول-ئ1ك- ل-هCأ اء-هCمC ال/ب-يjن-اتC و- ج-

“Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai berai dan berselisih sesudah datangnya keterangan yang jelas kepada mereka; mereka itu orang-orang

yang mendapat siksa yang berat.” Q.S. Al-Imran : 105.

م/ Cن/ه ت- م1 ي-ع*ا ل-س/ ك-انCوا ش1 م/ و- Cوا د1ين-ه Cق Aر إ1نA الAذ1ين- ف-ء9 ي/ ف1ي ش-

ا ك-انCوا م/ ب1م- CهCئjن-بCي AمCه1 ثAم/ إ1ل-ى اللCه Cر م/ا أ- 1نAم- إ

ع-لCون- () ي-ف/

“Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya, dan mereka menjadi bergolong-golongan, maka tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu (Muhammad)

terhadap mereka, sesungguhnya urusan mereka hanyalah berpulang kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahu mereka, apa yang telah mereka perbuat.” Q.S. Al-

Anam : 159.

Dan masih banyak lagi ayat-ayat seperti itu.

Page 8: presentasi Shirathal Mustaqiem awal

Sebuah jawabanAllah Swt. berfirman:

اط- الAذ1ين- ر- يم- () ص1 ت-ق1 اط- ال/مCس/ ر- jد1ن-ا الص اه/م/ و-ال- وب1 ع-ل-ي/ه1 Cغ/ض م/ غ-ي/ر1 ال/م- -ن/ع-م/ت- ع-ل-ي/ه1 أ

الjين- Aالض ()“Ya Allah!, tunjukilah kami jalan yang lurus. Yaitu, jalannya orang-orang yang telah Engkau beri nikmat atas mereka; bukan jalannya orang-orang yang Engkau murkai; dan bukan pula jalannya orang-

orang yang tersesat.” Q.S. Al-Fatihah : 6-7.

Umat Islam

Orang-orang Yang Di murkai

Orang-orang Yang Di murkai

Orang-orang Yang Sesat

Page 9: presentasi Shirathal Mustaqiem awal

Langkah Pertama

Rumus ini sudah seribu tahun lebihdi tinggalkan; bahkan

“Terpendam”.

Ukurlah aliran Anda dengan rumus ini.

Anda pasti mengetahui Jawabannya!.

Page 10: presentasi Shirathal Mustaqiem awal

Seluruh Umat Islam,apapun madzhabnya, apapun alirannya, dari manapun asalnya, pasti meyakini,

bahwa Allah Swt. adalah Dzat Yang Maha Suci, Maha Benar, dan Maha

Sempurna; Dan tidak pernah melakukan kesalahan, walau sedikitpun.

الله

Page 11: presentasi Shirathal Mustaqiem awal

اللهالقرأن

محم�د

Allah Swt .“Sumber Kebenaran ”

“Kebenaran ”

Penampung

Sumber Air Suci. &Steril.

Air Suci & Steril.

Wadah

Page 12: presentasi Shirathal Mustaqiem awal

Umat Islam berbeda pendapat tentangnya.1. Bisa berbuat salah, karena “Manusia biasa”.

2. Bukti dari al-Qur’an, maupun al-Hadits.

-. Di antaranya Q.S. Abasa : 1-4 dan seterusnya.

اء-هC ا/أل-ع/م-ى () لAى () أ-ن/ ج- ت-و- ع-ب-س- و- CرAكAو/ ي-ذ

كAى () أ- Aي-ز CهAد/ر1يك- ل-ع-لCا ي و-م-ى ع-هC الذjك/ر- ت-ن/ف- () ف-

“Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling. Karena telah datang seorang buta kepadanya. Tahukah kamu,

barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa). Atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu

memberi manfa'at kepadanya?.”

-. Diriwayatkan dari Sa’id bin Yahya bin Sa’id Al-Umawi, dari ayahku, dari Hisyam bin Urwah, dari ayahnya (Urwah bin Zubair), dari Aisyah r.a. bahwa ia berkata: “Diturunkan

tentang Ibnu Ummi Maktum al-A’ma (yang buta). Dia (Ibnu Ummi Maktum) mendatangi Rasulullah Saw. seraya berkata:

“Berilah aku petunjuk!.”

Page 13: presentasi Shirathal Mustaqiem awal

Pada saat itu, beliau sedang bersama para pembesar kaum musyrikin, lalu beliau berpaling darinya (Ibnu Ummi Maktum) dan menghadap pada

yang lain (para pembesar Musyrikin). Kemudian Ibnu Ummi Maktum bertanya kepada beliau: “Apakah saya melakukan kesalahan dalam

ucapan saya tadi?.” Beliau Saw menjawab: “Tidak!.” Nah, dalam peristiwa inilah turun Surah ‘Abasa.” (Hadits ini ada dalam kitab Sunan Turmudzi juz 5, hal. 432; Pada Kitab tafsir bab 73, hadits yang ke 3331

cet. Syirkah maktabah wa matba’ah Mustafa al-Baaby al-Halaby Wa auladih, Mesir.

-. Menurut riwayat yang lain dikatakan: bahwa Abdullah bin Ummi Maktum datang kepada Rasulullah Saw., ia minta diajari firman Allah

Swt (al-Qur’an). Pada saat itu, beliau sedang menghadapi para pembesar quraisy, seperti ‘Utbah bin Rabi’ah, Abu Jahal, Abbas bin

Abdul Muththalib dan lain-lain. Lalu beliau bermuka masam dan berpaling darinya, karena beliau merasa terganggu dengan

kedatangannya. Maka Allah Swt. menegurnya dengan Surah itu.-. Dan riwayat-riwayat yang lain.

Dengan demikian, maka Nabi Saw. itu bisa “Berbuat salah”.

Dan dengan demikian, berarti ajaran Islam ini semenjak dari Nabinya saja sudah salah, apalagi sekarang. Dan karenanya, maka tak dapat

dipertanggung jawabkan kebenarannya!.

Page 14: presentasi Shirathal Mustaqiem awal

Pendapat kedua meyakini, bahwa Nabi Muhammad Saw. tidak mungkin alias mustahil berbuat kesalahan. Sebab:

1. Beliau adalah manusia pilihan Allah. Jika bisa salah, berarti Allah juga salah, sebab memilih manusia yang bisa salah menjadi utusan-Nya. Dan

jika beliau disebut “Manusia biasa”, lalu siapa “Manusia yang luar biasa?”, mustahil ada yang “Biasa” kok tidak ada yang “Luar biasa!”.

Jika ada, maka dialah yang seharusnya jadi nabi.

2. Sifat wajib bagi Rasul ada 4: Shiddiq (benar); Amanah (dapat dipercaya); Tabligh (menyampaikan apa yang diembannya); Fathonah

(cerdas luarbiasa).

3. Firman Allah Q.S. An-Najm ayat 1-4. Yaitu:

بCكCم/ اح1 لA ص- ا ض- 1ذ-ا ه-و-ى () م- م1 إ النAج/ و-ا غ-و-ى () و-م-

Aو- إ1ال Cو-ى () إ1ن/ ه ا ي-ن/ط1قC ع-ن1 ال/ه- و-م-يV يCو/ح-ى () و-ح/

“Demi bintang ketika terbenam. Tidaklah sekali-kali kawanmu (Muhammad), itu sesat dan tidak pula keliru. Dan tidaklah dia berbicara

menurut hawa nafsunya. Melainkan wahyu yang telah diwahyukan kepadanya”.

Apalagi Surat Abbasa di atas turun setelah Surat An-Najm ini. Jadi mustahil Allah firman-Nya kok saling bertentangan.

Page 15: presentasi Shirathal Mustaqiem awal

4. Dilihat dari sebab turunnya, Surat Abbasa turun di Mekah. Yang meriwayatkan kejadiannya adalah Ummul Mukminin ‘Aisyah r.a. Padahal, pada waktu itu (pada saat ayat itu turun), beliau masih kecil; dan belum menjadi istri Nabi Saw., atau mungkin malah belum lahir. Sebab, ia menjadi istri Nabi ketika beliau telah hijrah ke Madinah; dan saat ia dinikahi oleh beliau Saw. usianya masih sangat muda; ada yang yang mengatakan 6 tahun dan ada pula yang mengatakan 9 tahun. Sementara lamanya Nabi Saw. berdakwah di Mekah hingga mencapai masa 13 tahun. Karenanya, keterangannya sangat meragukan.

5. Di Surah as-Syu’ara’ ayat 214-215, Allah menyuruh Rasul-Nya untuk berlemah lembut kepada kaum kerabatnya, dan juga kepada kaum Mukminin yang mengikutinya.

ك- ن-اح- ف1ض/ ج- ب1ين- () و-اخ/ ر- ت-ك- ا/أل-ق/ ير- -ن/ذ1ر/ ع-ش1 أ و-ن1ين- م1 ؤ/ Cب-ع-ك- م1ن- ال/مAل1م-ن1 ات ()”Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman.”

Karenanya, mungkinkah beliau sebagai hamba yang paling taat kepada Khaliqnya, dan Rasul termulia di antara para Rasul, kok menjadi orang pertama yang melanggar firman Allah yang diturunkan kepada beliau sendiri?.

Page 16: presentasi Shirathal Mustaqiem awal

6. Allah Swt. memuji pribadi beliau Saw. dalam Q.S. at-Taubah ayat 128:

ا كCم/ ع-ز1يزV ع-ل-ي/ه1 م- س1 Cن/ف- ولV م1ن/ أ Cس اء-كCم/ ر- د/ ج- ل-ق-Vيم ح1 ءCوفV ر- ن1ين- ر- ؤ/م1 Cم/ ب1ال/مCع-ل-ي/ك Vر1يص () ع-ن1تTم/ ح-“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu'min.”

7. Dan dalam Q.S. al-Qolam ayat 4:

لCق9 ع-ظ1يم9 Cك- ل-ع-لى خA1ن إ () و-”Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”

Nah, bagaimana mungkin, setelah pujian itu disandang oleh beliau yang terkenal ramah dan lemah lembut serta berakhlak mulia, la kok tiba-tiba berubah menjadi orang yang berkarakter rendah dengan bermuka masam dan berpaling dari pengikutnya sendiri?. Sehingga kejadian tersebut, jika memang benar, maka akan menimbulkan pertanyaan: Apakah pujian Allah Swt. kepada beliau sebelum kejadian itu adalah salah?.

Page 17: presentasi Shirathal Mustaqiem awal

Atau, apakah Rasulullah Saw. tidak bisa menempatkan pujian itu pada tempatnya?, sehingga beliau sia-siakan pujian itu dengan bermuka masam?. Ini mustahil terjadi!. Atau, apakah mungkin ada pihak yang telah salah dalam meriwayatkan suatu masalah, dan tanpa disadari, hal itu telah menodai kesucian pribadi agung beliau?.

Padahal, sebagaimana kita ketahui, bahwa Allah Swt. tidak mungkin akan berbuat sesuatu yang sia-sia dalam penciptaan-Nya. Pengutusan beliau Saw. bukan merupakan hal yang sia-sia, pengutusannya untuk menjadi panutan, penunjuk jalan, serta suri tauladan bagi pengikutnya. Dan seandainya benar riwayat tersebut, maka bermuka masam serta berpalingnya beliau dari pengikutnya adalah sama sekali tidak ada hikmah yang bisa diambil darinya, dan itu berarti lebih bersifat tanpa tujuan (sia-sia). Ini adalah hal yang menyudutkan pribadi agung beliau Saw.

Sampai hatikah kita kaum muslimin berpegang teguh dengan hadits yang perawi dan sanadnya seperti itu?. Dengan resiko merendahkan keluhuran budi Nabi kita?. Apa jawaban kita, jika ada orang yang akan meniru perbuatan beliau seperti itu?. Karena semua perbuatan beliau adalah merupakan Sunnah (aturan) yang mesti dijalankan oleh seluruh pengikutnya. Sebagaimana firman-firman Allah Swt. berikut ini:

Page 18: presentasi Shirathal Mustaqiem awal

CمCب1ب/ك ن1ي/ يCح/ اتAب1عCو/ بTو/ن- الله- ف- ل/ إ1ن/ كCن/تCم/ تCح1 Cقب-كCم/ ر/ ل-كCم/ ذCنCو/ ي-غ/ف1 اللهC و-“Katakanlah!: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu!.”Q.S. Ali-Imran : 31.

  Vو-ة س/Cو/ل1 الله1 أ Cس د/ ك-ان- ل-كCم/ ف1ي/ ر- ل-ق-

Vن-ة س- () ح- “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah Saw itu suri tauladan yang baik.” Q.S. Al-Ahzab : 21.

Di samping itu, Nabi Saw. itu diwajibkan untuk menyampaikan wahyu yang telah diterimanya kepada manusia, serta memperagakannya (mewujudkannya) dalam perbuatan beliau dengan yang sebenarnya. Nah, jika beliau ma’sum (suci) dalam mewujudkannya, mungkinkah perbuatannya bisa bertentangan dengan isi al-Qur’an?. Dan jika beliau tidak ma’sum, sehingga bisa saja salah, berarti beliau juga bisa salah dalam mewujudkannya, termasuk dalam menerapkan hukum-hukumnya. Mungkinkah hal ini terjadi?. Rasanya mustahil!.

Page 19: presentasi Shirathal Mustaqiem awal

Mungkinkah seorang sahabat yang buta, yang minta diajari tentang ke Islaman, la kok malah dibalas dengan kemuka masaman oleh seorang Nabi yang dikenal sebagai suri tauladan dalam berakhlak?. Sedang yang tidak meminta, la kok malah dihadapi dengan sepenuh muka?.

Sayyid Jamaluddin berkata: “Telah terjadi padaku. Seorang pendeta Nasrani berkata kepadaku: “Nabi kami, Isa, itu lebih utama dari pada Nabimu, (Muhammad).” Aku bertanya: Mengapa bisa begitu!?. Ia menjawab: “Nabimu berbudi pekerti yang jahat, dan bermasam muka terhadap orang yang buta, serta memutar punggungnya kehadapannya. Dan kami telah mendengar yang demikian itu, dari para pengkhotbah di masjid-masjid!. Sedangkan Nabi kami, Isa, adalah berbudi pekerti yang luhur, beliau menyembuhkan orang yang buta sejak lahirnya, dan menyembuhkan orang yang berpenyakit sopak (belang) dan lepra!.”

Padahal, Allah Swt. berfirman dalam al-Qur’an, yang mana firman ini merupakan rangkaian wasiat Lukman al-Hakim kepada putranya. Yaitu:

ـدAك- ل1لـنAاس1 عjر/ خ- . و-ال- تCص-“Dan janganlah kamu memalingkan muka dari manusia.” Q.S. Lukman : 18.

Page 20: presentasi Shirathal Mustaqiem awal

Nah, jika Lukman saja memesan kepada putranya, agar jangan bermuka masan kepada seluruh manusia yang ia temui, maka

apakah tepat dan pantas untuk dikatakan, bahwa penghulu para Nabi dan Rasul, manusia suri tauladan, Nabi kita Muhammad Saw.

kok bermuka masam dan berpaling?.

Dan ini dilakukan kok justru terhadap salah seorang sahabatnya yang setia, hanya dengan alasan karena sedang menghadapi orang-orang kaya dan benggolan-benggolan kafir dari kalangan quraisy?.

Di samping itu, Allah Swt. juga berfirman: 

ر/ ال- ت-ن/ه- آئ1ل- ف- Aا الس Aمأ- ر/ . و- ه- ال- ت-ق/ ا ال/ي-ت1ي/م- ف- Aم

أ- . ف-“Adapun terhadap anak yatim, maka janganlah kamu berlaku

sewenang-wenang. Dan terhadap orang yang meminta-minta, maka janganlah kamu menghardiknya.” Q.S. 93 : 9-10.

أ-ع/ر1ض/ ع-ن/ مAن ت-و-لAى ع-ن ذ1ك/ر1ن-ا  () ف-

“Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari orang orang yang berpaling dari peringatan Kami.” Q.S. 53 : 29.

Page 21: presentasi Shirathal Mustaqiem awal

Vـو-ة س/Cول1 الله1 أ Cس ـد/ ك-ان- ل-كCم/ ف1ي/ ر- ل-ق-

ـر- ال/ي-و/م- ا/آلخ1 ا الله- و- و/ Cج ن-ةV لjم-ن ك-ان- ي-ر/ س- ح-ا ر- الله- ك-ث1ي/ر* () و-ذ-كـ-“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah.” Q.S. 33 : 21. Ayat-ayat tersebut menjelaskan, bahwa Nabi Saw. dilarang oleh Allah Swt. jangan sampai menghardik si peminta-minta. Terhadap orang yang meminta-minta (materi) saja, tidak boleh beliau menghardiknya; Apalagi yang diminta kok berupa ilmu pengetahuan, yang mana hal itu sudah merupakan kewajiban bagi beliau untuk memberikannya, la kok malah dicemberutin dan dipalingi muka. Padahal, orang buta itu tidak akan tahu jika ia dicemberutin dan dipalingi muka, karena memang matanya buta. Dengan demikian, maka hal ini tidak layak bila diperbuat oleh seorang Penghulu para Nabi dan Rasul yang telah dikatakan oleh Allah Swt. yang Maha Benar sebagai suri teladan dan memiliki akhlaq yang agung. Bahkan di Surah 53 ayat 29 dengan jelas dikatakan, bahwa beliau diperintahkan untuk berpaling dari orang-orang yang berpaling terhadap ayat-ayat Allah; la kok malah beliau meladeninya.

Page 22: presentasi Shirathal Mustaqiem awal

Bahkan lagi, di Surah An-Najm ayat 1-4, Allah Swt. memulai firman-Nya dengan kata-kata sumpah, berarti hal ini menunjukkan tidak sembarangan berfirman, yaitu: “Demi bintang ketika terbenam”. Setelah terbenamnya bintang, maka muncul-lah matahari. Nah, di sini berarti, bahwa Allah Swt. akan menunjukkan kepada seluruh hamba-Nya, bahwa apa yang akan Allah katakan ini adalah merupakan sesuatu yang sangat jelas, terang, gamblang, benar dan tidak mengandung kesalahan sedikitpun juga, sebagaimana jelas dan terangnya matahari yang menyinari bumi. Yaitu, tentang jaminan Allah Swt. terhadap beliau Saw., bahwa beliau adalah manusia yang suci, benar, dan bebas dari kesalahan, kekeliruan dan kesesatan. Karenanya, mustahil bila dihari berikutnya kok kemudian melakukan kesalahan dan lalu ditegur oleh yang menjaminnya sendiri, yakni Allah Swt..

Dengan kata lain, al-Qur’an yang suci tidak mungkin ayatnya kok saling bertentangan. Karena itu, hadits tersebut atau yang semacamnya adalah aneh dan jauh dari akal sehat.

Dengan hadits seperti di atas, akhirnya secara turun temurun satu sama lain saling mengutip dan membenarkannya; dan sampailah kepada kita. Sehingga karenanya, para generasi Islam dengan tidak sadar telah merendahkan Nabinya. Na’udzubillah!.

Page 23: presentasi Shirathal Mustaqiem awal

Apabila alasan Nabi suci Saw. bermuka masam dan berpaling disebabkan oleh kedatangan Ibnu Ummi Maktum yang bertanya agar dibacakan ayat al-Qur'an, dengan cara menginterupsi pembicaraan antara Rasul dengan kaum kafir, (walaupun di dalam al-Qur’an tidak disebutkan adanya perkataan bertanya-tanya dan menginterupsi), maka yang pantas untuk ditegur adalah Ibnu Ummi Maktum yang menginterupsi itu, bukannya beliau. Bukankah hal ini cukup logis apabila Ibnu Ummi Maktum yang harus menerima teguran dari Allah Swt.?, karena ia telah bersalah, yaitu mengganggu Nabi Saw. yang sedang berdakwah. Hal ini bila ceritanya memang seperti di atas.

Dalam menafsirkan Surat ‘Abasa ini, kita harus mendudukkan kedudukan Nabi Saw. pada kedudukan yang sebenarnya, agar tidak menjadi tuduhan bagi orang-orang kafir yang mengatakan: “Coba lihat Nabinya orang Islam, ia menjilat orang-orang kaya di sekitarnya, sehingga kawan-kawannya yang sudah masuk Islam dipelero’i (dicemberuti).”

Apakah kita akan membiarkan saja melihat Nabi kita dianggap sebagai orang yang bermuka masam dan berpaling atau membuang muka terhadap orang miskin?. Bila demikian, berarti kita tidak akrab dengan Nabi kita sendiri. Na’udzubillahi min dzalik!. Orang-orang yang ingin menghancurkan prinsip-prinsip Islam, telah menyebarkan berita-berita bohong terhadap Nabi Saw..

Page 24: presentasi Shirathal Mustaqiem awal

Akibat dari Surah ‘Abasa yang diartikan seperti itu, maka di samping ayat itu tidak bermakna, kita pun tidak dapat mengambil hikmahnya, baik dari segi akidah, filsafat sosial maupun sikap terhadap manusia dan masyarakat. Atau, bahkan membentuk suatu pandangan yang merendahkan ajaran Islam, pribadi Nabinya, dan citra kaum muslimin secara menyeluruh. Bukankah nanti orang akan berkata: “Aaah!, Nabi saja berbuat begitu!, apalagi kita!”.

Apabila Islam tidak dipahami secara benar, maka manusia akan bersifat seperti binatang. Dan pada akhirnya, akan timbul pertanyaan: “Jika nabinya saja begitu , lalu apa makna Islam yang mengajarkan tentang ketakwaan, kasih-sayang, cinta, keadilan, kesucian, dan kelembutan?, di samping harus bersikap keras terhadap musuh-musuh Allah Swt.?.

Dengan demikian, maka jelaslah, bahwa Nabi Saw. mustahil berbuat kesalahan. Bahkan sebelum menjadi Nabi pun beliau telah memiliki gelar Al-Amin, yang berarti: “Orang yang dapat dipercaya”.

Dengan bukti ayat-ayat suci Al-Qur’an dan Sejarah di atas, maka dapat disimpulkan, bahwa Nabi Agung Muhammad Saw. adalah manusia suci, maksum, luarbiasa dan tak pernah melakukan kesalahan, walau sedikitpun juga. Sehingga apapun yang keluar dari beliau, baik sabdanya, perbuatannya, sikapnya, dan lain sebagainya pastilah benar adanya!.

Page 25: presentasi Shirathal Mustaqiem awal

اللهالقرأن

محم�د

Allah Swt .“Sumber Kebenaran ”

“Kebenaran ”

Penampung

Sumber Air Suci. &Steril.

Air Suci & Steril.

Wadah

Page 26: presentasi Shirathal Mustaqiem awal

Bersambung pada EpisodeYang akan datang…………

Sholawaaat…………