Presentasi Kasus Sh
-
Upload
shinta-nareswari -
Category
Documents
-
view
259 -
download
0
Transcript of Presentasi Kasus Sh
5/13/2018 Presentasi Kasus Sh - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/presentasi-kasus-sh 1/28
PRESENTASI KASUS
STROKE HEMORAGIK
Oleh :
Shinta Nareswari
0618011034
Pembimbing :
Dr. R.A Neilan Amroisa. Sp. S
KEPANITERAAN KLINIK NEUROLOGI
RSUD. DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG
5/13/2018 Presentasi Kasus Sh - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/presentasi-kasus-sh 2/28
FEBRUARI 2012
2
5/13/2018 Presentasi Kasus Sh - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/presentasi-kasus-sh 3/28
STATUS NEUROLOGIS
Pemeriksa : Shinta Nareswari
Tgl. Pemeriksaan : 10 Februari 2012
IDENTITAS PASIEN
Nama :Tn. P
Umur : 58 tahun
Alamat : Desa Margo Rejo, Lampung Selatan
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Status : Menikah
Suku Bangsa : Jawa
Tgl. Masuk RS : 30 Januari 2012
Dirawat yang ke : pertama
RIWAYAT PENYAKIT
Anamnesis
Keluhan utama : tangan dan kaki kiri tidak bisa digerakkan
Keluhan tambahan : sakit kepala, muntah
Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien datang ke RSUAM dengan keluhan tangan dan kaki kiri pasien mendadak
terasa lemas dan tidak bisa digerakkan sejak ± 4 jam sebelum masuk rumah sakit.
Keluhan timbul secara mendadak ketika pasien hendak bangun tidur. Pasienmengaku sering sakit kepala. Namun sebelum tangan dan kaki kiri tidak bisa
digerakkan pasien mengalami sakit kepala hebat yang belum pernah dirasakan
sebelumnya. Setelah serangan, pasien sempat mengalami penurunan kesadaran,
namun menurut keluarganya hal tersebut hanya terjadi selama beberapa menit
saja. Pasien juga mengaku sempat muntah 1 kali. Pada awal serangan muncul,
pasien sempat mengalami sulit bicara.
3
5/13/2018 Presentasi Kasus Sh - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/presentasi-kasus-sh 4/28
Pasien juga mengeluhkan adanya penurunan rasa raba pada anggota tubuh sebelah
kiri. Pasien juga merasakan penciumannya sedikit menurun. Pasien tidak
mengalami gangguan dalam penglihatan maupun pendengaran. Pasien tidak
mengalami kejang. Tidak ada gangguan dalam mengunyah dan menelan
makanan. Tidak tersedak saat makan atau minum. Adanya demam disangkal.
Pasien tidak mengalami gangguan BAB dan BAK.
Pasien mengaku memiliki riwayat darah tinggi yang tidak terkontrol,yang
diketahui sejak ± 5 tahun lalu. Pasien juga mengaku memiliki kebiasaan merokok
sejak pasien remaja. Pasien bisa menghabiskan 1 bungkus rokok/hari dan
kebiasaan merokok masih berlangsung sampai sekarang.
Pasien menyangkal memiliki riwayat penyakit kencing manis (tidak pernah
merasa haus terus menerus, tidak kencing lebih dari 4 kali semalam, tidak pernah
merasa lapar terus menerus). Pasien juga menyangkal memiliki riwayat penyakit
jantung (pasien tidak pernah merasa sesak saat beraktifitas maupun istirahat,
pasien tidak pernah terbangun malam hari karena sesak, pasien juga tidak pernah
merasakan nyeri dada).
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah mengalami gejala seperti ini sebelumnya. Ini merupakan
kejadian pertama yang dialami pasien secara tiba-tiba tanpa ada keluhan
sebelumnya. Namun pasien mempunyai riwayat hipertensi tidak terkontrol sejak ±
5 tahun yang lalu. Riwayat DM, penyakit jantung, kejang, asam urat dan penyakit
yang lain disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat darah tinggi dalam keluarga disangkal. Riwayat penyakit kencing manis
dalam keluarga disangkal. Riwayat penyakit jantung dalam keluarga disangkal.
4
5/13/2018 Presentasi Kasus Sh - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/presentasi-kasus-sh 5/28
Riwayat Sosio Ekonomi
Pasien merupakan seorang petani. Pasien tinggal bersama istri dan dua orang
anak. Penghasilan per bulan kurang lebih Rp 650.000. Penghasilan ini kurang
dapat mencukupi kebutuhan pasien.
Kesan sosial ekonomi : kurang.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Present:
- Keadaan umum : Tampak sakit sedang
- Kesadaran : compos mentis, GCS E4V5M6 - Vital sign
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,7o C
- Gizi : cukup
Status Generalis:
• Kepala
- Rambut : hitam, lurus, tidak mudah dicabut
- Mata : sklera anikterik, konjungtiva ananemis
- Telinga : liang lapang, serumen (-)
- Hidung : tidak ada deviasi septum, sekret (-)
- Mulut : bibir tidak pucat, sianosis (-)
• Leher
- Pembesaran KGB : tidak ada pembesaran
- Simetris / tidak : simetris
- Pembesaran tiroid : tidak ada pembesaran
- JVP : tidak ada peningkatan
5
5/13/2018 Presentasi Kasus Sh - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/presentasi-kasus-sh 6/28
• Thorax
# Cor
- Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
- Palpasi : ictus cordis tidak teraba
- Perkusi : Batas jantung kanan : linea parasternal kanan VI
Batas jantung kiri : ICS V garis midklavikula kiri
Batas jantung atas : ICS II garis parasternal kiri
- Auskultasi : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
# Pulmo
- Inspeksi : Hemitoraks kanan = kiri
- Palpasi : Fremitus tactil kanan = kiri
- Perkusi : Sonor
- Auskultasi : Vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
• Abdomen
- Inspeksi : datar, simetris
- Palpasi : hepar dan lien tidak teraba, nteri tekan (-)
- Perkusi : timpani
- Auskultasi : BU (+)
• Anggota Gerak
- Superior : oedem (-/-),sianosis (-/-)
- Inferior : oedem (-/-),sianosis(-/-)
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Saraf Cranialis (kanan/kiri)
• N. Olfaktorius
- Daya penciuman hidung: hiposmia/hiposmia
• N. Optikus
- Tajam penglihatan : >5/60 / >5/60
- Lapang pandangan : sama dengan pemeriksa
6
5/13/2018 Presentasi Kasus Sh - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/presentasi-kasus-sh 7/28
- Tes warna : tidak buta warna
- Fundus oculi : tidak dilakukan
• N.Occulomotorius N.Trochlearis N.Abduscen (N.III – N.IV – N. VI)
# Kelopak Mata
- Ptosis : ( - / - )
- Edophtalmus : ( - / - )
- Exopthalmus : ( - / - )
# Pupil
- Diameter : 4 mm / 4 mm
- Bentuk : bulat / bulat
- Isokor / Anisokor : Isokor
- Posisi : di tengah / di tengah
- Refleks cahaya langsung : + / +
Refleks cahaya tidak langsung : + / +
# Gerakan bola mata
- Median : + / +
- Lateral : + / +
- Superior : + / +
- Inferior : + / +
- Obliqus superior : + / +
- Obliqus inferior : + / +
- Refleks pupil akomodasi : + / +- Refleks pupil konvergensi : + / +
• N. Trigeminus (N. V)
# Sensibilitas
- Ramus oftalmikus : + / -
- Ramus maksilaris : + / -
- Ramus mandibularis : + / -
7
5/13/2018 Presentasi Kasus Sh - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/presentasi-kasus-sh 8/28
# Motorik
- M. Masseter : + / +
- M. Temporalis : + / +
- M. Ptrygoideus : + / +
# Refleks
- Refleks kornea : + / +
- Refleks bersin : -/-
• N. Facialis (N. VII)
# Inspeksi wajah sewaktu
- Diam : simetris
- Tertawa : asimetris
- Meringis : asimetris
- Bersiul : simetris
- Menutup mata : simetris
# Pasien disuruh untuk
- Mengerutkan dahi : simetris
- Menutup mata kuat-kuat : simetris
- Menggebungkan pipi : simetris
# Sensoris
- Pengecapan 2/3 depan lidah : normal
• N. Vestibulocochlearis (N. VIII)
# N. Cochlearis
- Ketajaman pendengaran: + / +
- Tinitus : - / -
# N. Vestibularis
- Tes vertigo : -
- Nistagmus : -
8
5/13/2018 Presentasi Kasus Sh - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/presentasi-kasus-sh 9/28
• N. Glossopharingeus (NC. IX), N. Vagus (NC. X)
- Suara bindeng/nasal : -
- Posisi uvula : di tengah
- Palatum mole : Istirahat : simetris
Bicara : terangkat
- Arcus palatoglosus : Istirahat : simetris
Bicara : terangkat
- Arcus pharingeus : Istirahat : simetris
Bicara : terangkat
- Refleks batuk : -
- Refleks muntah : +
- Peristaltik usus : Bising usus (+) Normal
- Bradikardi : -
- Takikardi : -
• N. Accesorius (N. XI)
- M. Sternocleidomastoideus : + / +
- M. Trapezius : + / -
• N. Hipoglosus (N. XII)
- Atropi : tidak ada
- Fasikulasi : tidak ada
- Deviasi posisi : tidak ada
• Tanda Rangsang Selaput Otak
- Kaku kuduk : (-)
- Kernig test : (-)
- Laseuque : (-)
- Brudzinsky I : (-)
- Brudzinsky II : (-)
9
5/13/2018 Presentasi Kasus Sh - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/presentasi-kasus-sh 10/28
• Sistem Motorik Superior ka / ki Inferior ka /ki
- Gerak : aktif /pasif aktif/pasif
- Kekuatan otot : 5 / 0 5 / 0
- Tonus : + / - + / -
- Klonus : - / -
- Atrophi : - / - - / -
- Refleks fisiologis :
- Biceps : +/+ - Patella : +/+
- Triceps : +/+ - Achilles : +/+
- Refleks patologis
- Hofman trummer (-/-) - Babinsky : -/+
- Chaddock : -/-
- Oppenheim : -/-
- Scheafer : -/-
- Gordon : -/-
- Gonda : -/-
• Sensibilitas
# Eksteroseptif / rasa permukaan (Kanan/ Kiri)
- Rasa raba : + / -
- Rasa nyeri : + / -
- Rasa suhu panas : + / -
- Rasa suhu dingin : + / -
# Propioseptif / rasa dalam (Kanan/ Kiri)
- Rasa sikap : + / +- Rasa getar : + / -
- Rasa nyeri dalam : + / -
# Fungsi kortikal untuk sensibilitas
- Asteriogenesis/taktil : + / -
- Grafagnosis : - / -
10
5/13/2018 Presentasi Kasus Sh - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/presentasi-kasus-sh 11/28
• Koordinasi
- Tes tunjuk hidung : + / sulit dinilai
- Tes pronasi-supinasi : + / sulit dinilai
• Susunan saraf otonom
- Miksi : tidak terganggu
- Defekasi : tidak terganggu
- Salivasi : tidak terganggu
• Fungsi luhur
- Fungsi bahasa : normal
- Fungsi orientasi : normal
- Fungsi memori : normal
- Fungsi emosi : normal
Algoritma Gadjah Mada
Penurunan kesadaran : +
Nyeri kepala : +
Refleks babinsky : +
Score Djoenaedi
1. TIA sebelum serangan : tidak ada = 0
2. Permulaan serangan : mendadak = 6,5
3. Waktu serangan : bangun tidur = 1
4. Sakit kepala : hebat = 7,5
5. Muntah : langsung sehabis serangan = 10
6. Kesadaran : menurun sementara lalu ada lagi = 1
7. Tekanan darah sistole : waktu serangan tinggi = 1
8. Tanda rangsang selaput otak : tidak ada = 0
9. Pupil : isokor = 0
10. Fundus okuli : -
Jumlah = 27
11
5/13/2018 Presentasi Kasus Sh - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/presentasi-kasus-sh 12/28
RESUME
Pasien datang ke RSUAM dengan keluhan tangan dan kaki kiri pasien mendadak
tidak bisa digerakkan sejak ± 4 jam sebelum masuk rumah sakit. Keluhan timbul
secara mendadak ketika pasien hendak bangun tidur. Pasien mengaku sering sakit
kepala. Namun sebelum tangan dan kaki kiri tidak bisa digerakkan pasien
mengalami sakit kepala hebat yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Setelah
serangan, pasien sempat mengalami penurunan kesadaran, namun menurut
keluarganya hal tersebut hanya terjadi selama beberapa menit saja. Pasien juga
mengaku sempat muntah 1 kali. Pada awal serangan muncul, pasien sempat
mengalami sulit bicara.
Pasien mengaku memiliki riwayat darah tinggi yang tidak terkontrol,yang
diketahui sejak ± 5 tahun lalu. Pasien juga mengaku memiliki kebiasaan merokok
sejak pasien remaja. Pasien bisa menghabiskan 1 bungkus rokok/hari dan
kebiasaan merokok masih berlangsung sampai sekarang.
Pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum pasien tampak sakit sedang,
kesadaran Composmentis, GCS E4V5M6 TD = 130/80 mmHg, Nadi 84 x/menit,
RR 20 x/menit, Suhu 36,7o C.
• Sistem Motorik Superior ka / ki Inferior ka /ki
- Gerak : aktif /pasif aktif/pasif
- Kekuatan otot : 5 / 0 5 / 0
- Tonus : + / - + / -- Klonus : - / -
- Atrophi : - / - - / -
- Refleks fisiologis :
- Biceps : +/+ - Patella : +/+
- Triceps : +/+ - Achilles : +/+
- Refleks patologis
- Hofman trummer (-/-) - Babinsky : -/+
12
5/13/2018 Presentasi Kasus Sh - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/presentasi-kasus-sh 13/28
- Chaddock : -/-
- Oppenheim : -/-
- Scheafer : -/-
- Gordon : -/-
- Gonda : -/-
• Sensibilitas
# Eksteroseptif / rasa permukaan (Kanan/ Kiri)
- Rasa raba : + / -
- Rasa nyeri : + / -
- Rasa suhu panas : + / -
- Rasa suhu dingin : + / -
# Propioseptif / rasa dalam (Kanan/ Kiri)
- Rasa sikap : + / +
- Rasa getar : + / -
- Rasa nyeri dalam : + / -
# Fungsi kortikal untuk sensibilitas
- Asteriogenesis/taktil : + / -
- Grafagnosis : + / -
• Koordinasi
- Tes tunjuk hidung : + / sulit dinilai
- Tes pronasi-supinasi : + / sulit dinilai
Algoritma Gadjah Mada
Penurunan kesadaran : +
Nyeri kepala : +Refleks babinsky : +
Djoenaidi stroke score : 27
13
5/13/2018 Presentasi Kasus Sh - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/presentasi-kasus-sh 14/28
DIAGNOSIS
Klinis = hemiplegi sinistra + hemiparese sinsistra + parese N I bilateral +
parese N V sinistra + parese N VII dextra tipe UMN + parese N
XI sinistra
Topis = subkorteks hemisphere serebri sinistra
Etrologi = Susp. Stroke haemoragik
Faktor resiko : - Hipertensi
- Riwayat merokok
PENATALAKSANAAN
1. Umum
- Tirah baring
2. Dietetik : peroral
Makanan rendah garam
3. Therapi medikamentosa
- Infus RL 20 tts/mnt
- Manitol
- Ceftriaxon 1 gr/12 jam (IV)
- Ranitidin 1 amp/12 jam (IV)
- B Complex 2 x 1 tab
4. Rehabilitasi
- Fisioterapi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. LaboratoriumDarah lengkap : Hb, Ht, Diff count, LED, Trombosit, Ct, Bt.
Biokimia : ureum, creatinin, asam urat, lipid profil, GDS, elektrolit
2. Thoraks foto
3. EKG
4. CT Scan
14
5/13/2018 Presentasi Kasus Sh - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/presentasi-kasus-sh 15/28
PROGNOSA
- Quo ad vitam = Dubia ad bonam
- Quo ad Fungsionam = Dubia ad malam
- Quo ad sanationam = Dubia ad malam
FOLLOW UP
Tanggal 11 Februari 2012
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Keluhan : lengan kiri tidak bisa digerakkan
tungkai kiri tidak bisa digerakkan
Kesadaran : compos mentis
GCS : E4M6V5 = 15
Tanda vital : TD = 140/100 mmHg
N = 80 x/mnt
R = 32 x/mnt
T = 36,5o C
Extremitas Superior kanan/kiri Inferior kanan/kiri
Gerak (aktif / pasif) (aktif / pasif)
Kekuatan otot (5/0) (5/0)
Tanggal 12 Februari 2012
Pasien pulang Atas Permintaan Sendiri.
15
5/13/2018 Presentasi Kasus Sh - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/presentasi-kasus-sh 16/28
STROKE HEMORAGIK
Pendahuluan
Stroke digunakan untuk menamakan sindrom hemiparesis atau paralisis akibat lesi
vaskular yang bisa bangkit dalam beberapa detik sampai hari, tergantung dari
jenis penyakit yang menjadi kausanya.
Definisi
Stroke adalah tanda – tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi
otak fokal (global), dengan gejala – gejala yang berlangsung selama 24 jam atau
lebih, atau menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vaskular (WHO, 1986).
Etiologi
1. Trombosis
Trombosis (penyakit trombo – oklusif) merupakan penyebab stroke yang
paling sering. Trombosis ditemukan pada 40 % dari semua kasus stroke yang
telah dibuktikan oleh ahli patologi. Biasanya ada kaitannya dengan
kerusakan lokal dinding pembuluh darah akibat ateroklerosis.
2. Embolisme
Embolisme serebri termasuk mutan kedua dari berbagai penyebab utama
stroke. Penderita embolisme biasanya lebih muda dibandingkan dengan
penderita trombosis. Kebanyakan emboli serebri berasal dari suatu trombus
dalam jantung sehingga masalah yang dihadapi sesungguhnya merupakan
perwujudan penyakit jantung.
16
5/13/2018 Presentasi Kasus Sh - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/presentasi-kasus-sh 17/28
3. Perdarahan Serebri
Perdarahan intrakranial biasanya disebabkan oleh ruptur arteri serebri.
Ekstravasasi darah terjadi di daerah otak dan / atau subarakhnoid, sehingga
jaringan yang terletak di dekatnya akan tergeser dan tertekan.
Klasifikasi
Stroke hemoragik dibagi atas :
1. Perdarahan Intra Serebral (PIS)
2. Perdarahan Subarakhnoidal (PSA)
Patofisiologi
Faktor resiko terbesar untuk terjadinya perdarahan otak adalah hipertensi.
Pecahnya mikroaneurisme dalam arteiola menyebabkan perdarahan di ganglia
basal, talamus, pons atau serebelum. Di daerah – daerah tersebut pembuluh darah
arteri pendek dan lurus dan hanya mempunyai sedikit cabang. Arteri – arteri
tersebut keluar dari arteri – arteri besar di batang otak dan secara fungsional
merupakan arteri akhir yang memberi darah kepada bagian basal dan mesial otak
serta batang otak. Jarak antara arteri dan kapiler relatif pendek sehingga arteriol –
arteriol harus menahan tekanan tinggi yang berasal dari arteri besar.
Perdarahan Intra Serebral (PIS)
Perdarahan serebral terjadi karena pecahnya pembuluh darah otak di dalam
parechym otam. Pecahnya pembuluh darah disebabkan kerusakan dinding akibat
arteriosklerosis, peradangan (sifilis), trauma atau kelainan kongenital (aneurisme,
malformasi). Hal ini dipermudah terjadinya bila terjadi peninggian tekanan darah
17
5/13/2018 Presentasi Kasus Sh - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/presentasi-kasus-sh 18/28
secara tiba – tiba. Perdarahan intra serebral sering timbul akibat pecahnya
mikroaneurisme akibat hipertensi lama dan paling sering terjadi di daerah
subkortikal, serebelum dan pons. Perdarahan di daerah korteks sering akibat
tumor yang berdarah atau malformasi pembuluh darah yang pecah.
Perdarahan Subarachnoidalis (PSA)
Perdarahan terutama pada sirkulus Willisi dan berasal dari aneurisme kongenital
yang pecah. Biasa terjadi pada usia lebih muda. Perdarahan sering berulang dan
menimbulkan vasospasme hebat sehingga terjadi infark otak.
Gejala Klinik PIS PSA
1. Gejala defisit lokal Berat Ringan
2. SIS sebelumnya Amat jarang -
3. Permulaan (onset) Menit/jam 1 – 2 menit
4. Nyeri kepala Hebat Sangat hebat
5. Muntah pada awalnya Sering Sering
6. Hipertensi Hampir selalu Biasanya tidak
7. Kesadaran Biasa hilang Biasa hilang sebentar
8. Kaku kuduk Jarang Biasa ada
9. Hemiparesis Sering sejak Permulaan tidak ada
10. Deviasi mata - Tidak ada
11. Gangguan bicara Bisa ada Jarang
12. Likuor Sering Selalu
13. Perdarahan subarakhnoid Sering Berdarah
14. Paresis / gangguan N. III Berdarah tidak ada Bisa ada mungkin (+)
Apabila terjadi trombosis pada susunan vena serebral, maka darah dari otak yang
dialirkan kembali ke jantung tersumbat. Dan daerah yang membuang darah
venousnya ke vena yang tersumbat itu mengalami iskemia. Darah arterial yang
masuk ke daerah itu masih dapat menghantarkan oksigen dan glukosa untuk
metabolisme regional tersebut. Akan tetapi daerah itu tidak dapat menghanyutkan
18
5/13/2018 Presentasi Kasus Sh - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/presentasi-kasus-sh 19/28
katabolitnya karena aliran darah vena tersumbat. Maka dari itu manifestasi dini
pada trombosis vena ialah kejang fokal, akibat iskemia serebri regional.
Iskemia serebri regional akibat trombosis serebri berkembang menjadi infark
iskemia dan hemoragik. Pada tahap ini berkembanglah hemiparese yang tidak
alam akan menjadi hemiparalisis. Trombosis vena atau sinus, biasanya sekunder
terhadap infeksi di wilayah wajah, mastoid dan sinus paranasalis. Radang yang
akut menjalar ke vena – vena besar melalui osteomielitis setempat. Atau
menyebabkan tromboflebitis pada pembuluh – pembuluh diploika yang kecil,
kemudian menjalar ke vena – vena besar melalui vena emisaria. Sebab – sebab
lain trombosis vena otak ialah kakeksia terutama pada anak, keadaan postpartum
(akibat hiperfibrinogenemia), pemakaian obat anti hamil (belum diketahui
mekanismenya), polisitemia, kelainan jantung bawaan dan dekompensatio kordis.
Apa yang telah diuraikan hingga kini ialah patogenesis lesi vasular serebral
regional dan manifestasi klinik jenis CVD yang bersifat oklusif belaka, tidak
peduli apakah penyumbatan itu disebabkan spasmus, trombosis parsial atau total,
embolisasi atau kompresi terhadap arteri dari luar oleh suatu tumor. Faktor –
faktor ekstrinsik selalu merupakan faktor presipitasi bangkitnya manifestasi
hilangnya fungsi serebral regional itu.
Penanganan
Karena biasanya penderita berada dalam koma, maka pengobatan dibagi dalam
pengobatan umum dan pengobatan spesifik.
19
5/13/2018 Presentasi Kasus Sh - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/presentasi-kasus-sh 20/28
1. Pengobatan Umum
Perhatikan pedoman berikut ini :
• Nafas, jalan nafas harus bebas untuk menjamin keperluan oksigen.
• Darah, dijaga agar TD tetap cukup (tinggi) untuk mengalirkan darah (perfusi)
ke otak, dan menjaga komposisi darah (O2, Hb, glukosa) tetap optimal untuk
metabolisme otak.
• Otak, mencegah terjadinya edem otak dan timbulnya kejang dengan
kortikosteroid, gliserol atau manitol untuk edema, dan valium i.v. pelan –
pelan terhadap kejang – kejang.
• Ginjal, saluran kemih dan balans cairan diperhatikan.
• Gastrointestinum, fungsi defekasi / percernaan dan nutrisi jangan diabaikan.
2. Pengobatan Spesifik
Pengobatan kausal. Pengobatan terhadap perdarahan di otak dengan tujuan
hemostatis, misalnya asam traneksamat 1 gr / 4 jam i.v. pelan – pelan selama
3 minggu, kemudian dosis berangsur – angrus diturunkan. Khasiatnya adalah
anti fibrinolitik sehingga mencegah lisisnya bekuan darah, jadi mencegah
perdarahan berulang.
REHABILITASI MEDIK PENDERITA STROKE
Rehabilitasi medik adalah suatu program yang disusun untuk memberi
kemampuan kepada penderita yang mengalami disabilitas fisik dan atau penyakit
kronis, agar mereka dapat hidup atau bekerja sepenuhnya sesuai dengan
kapasitasnya.
20
5/13/2018 Presentasi Kasus Sh - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/presentasi-kasus-sh 21/28
Pelayanan rehabilitasi medik berbeda dengan pelayanan kesehatan medik
lainnya,yang dilakukan oelh tim yang terdiri dari berbagai disiplin :
Dokter Rehabilitasi medik sebagai ketua tim.
Perawat rehabilitasi ,melakukan positioning yang benar,latihan buang air
besar /kecil,mobilisasi bersama fisioterapi dan terapi okupasional yang
benar dibangsal.
Fisioterapis,mmeriksa dan mengevaluasi gangguan motorik dan sensorik
yang mempengaruhi fungsi dan menyesuaikan program fisioterapi secara
individu sesuai keadaan pasien.
Terapi okupasional , dapat memberi alat penyesuaian , alat pelindung atau
alat bantu yang dibutuhkan.
Pekerja sosial medik (PSM) mengadakan penilaian terhadap kebutuhan
penderita dan keluarganya selama dirawat.
Speech Terapist atau terapi wicara , mengevaluasi problem komunikasi.
Psikolog, mengevaluasi keadaan psikologi penderita secara tuntas ,
termasuk keluarganya.
Penderita dan keluarganya,diskusi yang memadai mengenai penyakit dan
defisit neorologik adalah penting untuk mengetahui gangguan fungsional
yang sebenarnya.
Rehabilitasi pada jangka pendek dikerjakan pada tahap akut dan awal, dengan
tujuan agar penderita secepat mungkin dapat bangkit dari tempat tidur dan bebas
dari ketergantungan pada pihak lain terutama dalam kegiatan hidup sehari-hari
misalnya makan, minum, dan ganti pakaian.Sementara,harapan rehabilitasi adalah
percepatan pemulihan keadaan sekaligus mengurangi derajat ketidakmampuan.
Untuk maksud tersebut dikenal empat macam pendekatan, ialah:
1. Memulihkan keterampilan lama, untuk anggota yang lumpuh
2. Memperkenalkan sekaligus melatih keterampilan baru, untuk
anggota yang tidak lumpuh
21
5/13/2018 Presentasi Kasus Sh - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/presentasi-kasus-sh 22/28
3. Memperoleh kembali hal-hal atau kapasitas yang telah,hilang dan
di luar kelumpuhan
4. Mempengaruhi sikap penderita, keluarga, dan therapeutic team.
Prinsip – prinsip rehabilitasi
1. Rehabilitasi dimulai sedini mungkin, bahkan dapat dimulai sejak dokter
melihat penderita untuk pertama kalinya. Lebih dari itu, sebelum diagnosis
pasti dapat ditegakkan, maka dokter harus segera mulai merancang program
untuk mencegah komplikasi.
2. Tak ada penderita pun yang boleh berbaring satu hari lebih lama dari waktu
yang diperlukan.Istirahat baring pada awalnya memberi rasa tenteram kepada
penderita maupun kepada penderita maupun kepada pihak penolong, tetapi hal
demikian ini sebenarnya merupakan sumber timbulnya dekubitus, kontraktur,
tromboplebitis, bronkopneumonia, atrofi otot skelet, osteoporosis dengan batu
ginjal, dan yang paling mengancam adalah munculnya emboli paru-paru dan
hilangnya kemauan penderita untuk aktif bergerak
3. Rehabilitasi merupakan terapi secara multidisipliner terhadap seorang
penderita, dan rehabilitasi merupakan terapi terhadap seorang penderita
seutuhnya.
4. Salah satu factor yang paling penting dalam rehabilitasi adalah adanya
kontinuitas perawatan. Begitu rehabilitasi dimulai maka kemajuan penderita
harus selalu dipantau untuk mengetahui kapan dicapai suatu tahap plateau,
apabila keadaan ini sudah dicapai maka ada indikasi untuk mengubah metode
terapi.
5. Perhatian untuk rehabilitasi tidak dikaitkan dengan sebab kerusakan jaringanotak,melainkan lebih dikaitkan dengan sisa kemampuan fungsi neuromuskular
yang masih ada,atau dikaitkan dengan sisa kemampuan yang masih dapat
diperbaikan dengan latihan.
6. Program rehabilitasi harus bersifat individal,dan tidak ada atau tidak dapat
diberlakukan suatu standard hemiplegia regimen. Untuk beberapa penderita
maka program rehabilitasi dapat sedemikian sederhana sehingga tidak
memerlukan tenaga atau personal rehabilitasi sedemikian kompleks dan
22
5/13/2018 Presentasi Kasus Sh - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/presentasi-kasus-sh 23/28
komprehensif yang melibatkan banyak tenaga yang terampil dan
berpengalaman.
7. Dalam pelaksanaan rehabilitasi termasuk pula upaya pencegahan terjadinya
serangan ulang. Dalam hal ini perhatian ditujukan pada factor-foktor risiko
yang mungkin ada pada penderita yang bersangkutan.
8. Penderita GPDO lebih merupakan subyek rehabilitasi dan bukannya sekedar
obyek rehabilitasi. Pihak medik, peramedik,dan pihak lainnya termasuk
keluarga penderita, berperan untuk memberikan pengertian, petunjuk,
bimbingan dan dorongan agar penderita selalu mempunyai motivasi yang kuat
untuk dapat segera memperoleh pemulihan kesehatan dengan sebaik-baiknya.
Lebih jauh penderita harus didorong dan diberi keberanian untuk selalu aktif
berpartisipasi dalam kegiatan hidup sehari-hari ditengah-ditengah
keluarganya.
Tahap-tahap rehabilitasi :
Tahap akut
Rehabilitasi harus segera dimulai begitu penderita masuk rumah sakit.Pada saat
itu mungkin saja penderita jatuh dalam keadaan koma atau renjatan, sehingga
tatalaksana yang menonjol adalah upaya yang bersifat life-saving.Bed positioning
atau ubah baring merupakan suatu tatalaksana yang mempunyai dua tujuan
sekaligus ialah pencegahan terjadinya kontraktur dan dekubitus.
Tahap sub akut
Apabila penderita sudah sadar dan kembali sudah melewati tahap akut, maka
tingkat ketidak mampuan dan kemampuan yang tersisa harus segera dievaluasi.Lagkah-langkah evaluasi adalah :
1. Pemeriksaan neurologik yang menyeluruh, meliputi penentuan letak lesi
serebral dan defisit neurologik yang terjadi.
2. Pemeriksaan medik yang lengkap untuk mengetahui ada atau tidaknya
masalah medik yang dapat menghalangi rehabilitasi.Penyakit jantung,
diabetes,melitus, penyakit vaskular perifer simtomatik, hipertensi, gangguan
23
5/13/2018 Presentasi Kasus Sh - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/presentasi-kasus-sh 24/28
miksi, kombinasi berbagai penyakit tadi bila tidak diatasi akan menghalangi
restorasi penderita.
3. Evaluasi psiko-sosiologik. Perencanaan program rehabilitasi memerlukan
pengertian tentang latarbelakang pendidikan penderita dan keluarga, tatacara
kehidupan sehari-hari, status emosional penderita perlu dipahami. Terutama
yang hemiplegi, atau kehilangnya kemampuan berkomunikasi secara
wajar.Status mental penderita perlu pula dimengerti,terutama yang berkaitan
dengan kemampuan belajar atau bekerja, intelegensi, memori orientasi waktu,
dan ruang, serta persepsi dan adaptasi terhadap stres.
Latihan aktif dan pasif
Pada tahap awal rehabilitasi aktif dimulai dengan program mobilisasi yang terdiri
dari menggerakan semua sendi anggota tubuh yang lumpuh, apabila dipandang
mempunyai cukup kekuatan untukmenggerakan sendi sampai terjadi reng of
motion (ROM) secara penuh.Bila paralisis ataupun paresis yang berat maka
diperlukan latihan gerakan sendi secara pasif oleh perawat, fisioterapi, tau
keluarga, sampai penderita mampu menggerakan sendinya.
Aktivasi elevasi
Untuk penderita yang terbaring lebih dari satu minggu maka ambulasi
terhadapnya harus dilakukan secara bertahap. Latihan dimulai dengan
meninggikan letak kepala secara bertahap,kemudian posisi setengah dudukdan
posisi duduk.Setelah penderita mampu duduk sendiri maka berikutnya adalah
latihan duduk dengan kedua tungkai menjuntai di sisi tempat tidur.
Latihan berdiri
Tekanan darah terlebih dahulu diukur secara seksama dalam posisi berbaring dan
duduk tegak untuk memastikan apakah terdapat hipotensi postural. Begitu
penderita berdiri maka titik berat ditumpukan pada tungkai sehat dan penderita
mencoba dari sedikit untuk membagi titik berat tadi kepada tungkai yang lumpuh.
Latihan berjalan
24
5/13/2018 Presentasi Kasus Sh - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/presentasi-kasus-sh 25/28
Segera sesudah penderita mampu berdiri maka penderita melatih distribusi berat
badan pada kedua tungkai sekaligus melatih keseimbangan dalam berbagai posisi.
Latihan ini dibantu oleh fisioterapis ataupun oleh keluarga.Latihan berjalan
dimulai dengan pararel bars, kemudian diganti dengan walker atau tongkat kaki
empat atau kaki tiga ( tripoid).
Fisoterapi
Selama latihan berpindah tempat ( berbaring – duduk – berdiri – berjalan )
dilaksanankan, maka penderita juga mulai dengan program fisioterapi dan terapi
okupasional. Pada awalnya dilakukan latihan penguatan otot anggota yang sehat,
yang terdiri dari progressive resistance exercise terutama untuk otot-otot yang
diperlukan untuk berdiri dan berjalan. Otot – otot tersebut antaralain depresor
bahu, ekstensor siku, fleksor dan ekstensor pergelangan tangan, ekstensor dan
abduktor sendi paha, dan ekstensor lutut. Pada anggota yang lumpuh juga
dikerjakan latihan penguatan otot untuk keperluan fungsional.Latihan penguatan
otot yang lumpuh bergantung pada derajad kelemahan yang terjadi,dan latihan
untuk sekelompok otot tertentu akan bervariasi dari yang bersifat aktive assisted,
active manual resistive, progresive active active exercise sampai pada progresive
exercise.
Tahap lanjut
Apabila penderita sudah dapat berjalan, maka penderita segera diperkenalkan
dengan program ADL ( activity 0f daily living ). Dalam arti yang sempit ADL berkonotasi bebas melakukan kegiatan kehidupan sehari – hari tanpa bantuan
pihak lain, misalnya tidur, higiene, makan, berpakaian. Dalam arti luas ADL
berkaitan dengan aspek psikologik, komunikasi, sosial, dan vokasional.
Perihal komunikasi juga perlu mendapat perhatian secara layak terutama untuk
penderita hemiplegi kanan yang juga mengalami afasia ataupun disfasia
diperlukan bantuan speech therapist.
Rehabilitasi vokasional pada penderita
25
5/13/2018 Presentasi Kasus Sh - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/presentasi-kasus-sh 26/28
hemiplegi memang cukup sulit. Sebagian besar penderita hemiplegi sudah masuk
usia pensiun. Kesulitan ini akan bertambah rumit apabila penderita kehilangan
kemauan atau semangat untuk bekerja sesuai kemampuannya yang masih dimiliki.
\Problem Khusus Dalam Rehabilitasi Stroke :
a. Spastisitas
Pada prinsipnya dam menagani masalah spastisitas harus dikaitkan
dengan tujuan terapi yang akan ditetapkan.Fisioterapis akan
mempertimbangkan kebutuhan penderita, selain itu juga sosio budaya
masyarakat dimana penderita tinggal.
b. Kelumpuhan sebelah kiri
Pasien dengan kelumpuhan sebelah kiri sering memperlihatkan
ketidakmampuan persepsi visuomotor , kehilangan memori visual dan
ketidakacuhan sisi kiri.Kemampuan verbal umumnya baik dan ini sering
mengelabui kita menyangkut pemahaman tentang contoh gerak yang
kita uraikan dengan kata-kata Penderita biasanya sering mengalami
jatuh, sulit belajar dari kesalahan yang dilkukannya.,Selain gangguan
persepsi raba ,propioseptif dan pendengaran ,penderita ini mendapat
penawasan khusus. Jauhkan dari alat-alat yang dapat membahayakan
fisik pasien ( api,benda tajam).
c. Kelumpuhan sebelah kanan
Penderita golongan ini biasanya mempunyai kekurangan dam
kemampuan komunikasi verbal.Namun pesepsi dan memorivisuomotornya sangat baik , sehingga dalm melatih perilaku tertentu
harus dengan cermat diperlihatkan tahap demi tahap secara visual.
d. Depresi
Depresi lebih banyak terdapat pada kerusakan otak sebelah kiri.Tanda-
tanda depersi dapat dilihat dari lamban dan rtidak konsistennya proses
pemulihan. Reaksi deppresi ini harus diatasi segera dengan
medikamentosa dan dukungan psikologik,antara lain :
26
5/13/2018 Presentasi Kasus Sh - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/presentasi-kasus-sh 27/28
1. Sikap yang tegas tapi tampak penuh dengan kasih sayang terhadap
pasien.
2. Fisioterapi pasif sedini mungkin agar pasien merasa ada perlakuan
khusus dan segera terhadap kelumpuhannya.
3. Sebaiknya menggunakan kursi roda pada pennderita yang belum dapt
berjalan, agar tidak selalu terkurung dalam kamar.
4. Sedapat mungkin diuhakan agar pasien menerima kunjungan saudara
atau relasi diruang tamu denagn duduk dikursi roda.Ini membantu
penderita merasa hidup normal dan tidak terlalu merasa invalid.
27
5/13/2018 Presentasi Kasus Sh - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/presentasi-kasus-sh 28/28
DAFTAR PUSTAKA
PERDOSSI : Konsensus Nasional Pengelolaan Stroke di Indonesia, 3 – 7.
Prof. DR. Mahar Mardjono & Prof. DR. Priguna Sidharta : Neurologi Klinis
Dasar, Edisi VI, 1994, 270 – 290.
Mary Carter Lombardo : Patofisiologi Konsep Klinis Proses – proses Penyakit,
Edisi 4, 1995, 964 – 972.
Ikatan Dokter Indonesia “Simposium Penatalaksanaan Stroke Masa Kini”, 25
Maret 2000
Prof. DR. S.M. Lumban Tobing : Pemeriksaan Fisik dan Mental ; Neurologi
Klinik, FKUI.
www.medifocus.com, “STROKE REHABILITATION”
www.patienthealthinternational.org, “STROKE”
28