PRESENTASI KASUS HERPES ZOSTER -...

20
PRESENTASI KASUS HERPES ZOSTER OLEH: ROMBONGAN E Dwi Wicaksono 0906487764 Evan Regar 0906508024 Hanifah Rahmani N. 0906487814 Narasumber: dr. Lies Suseno, Sp.KK MODUL PRAKTIK KLINIK DERMATOVENEREOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA MEI 2013

Transcript of PRESENTASI KASUS HERPES ZOSTER -...

Page 1: PRESENTASI KASUS HERPES ZOSTER - xa.yimg.comxa.yimg.com/kq/groups/86529852/1660844164/name/Preskas_Herpes... · Tiga hari yang lalu, saat pasien bangun tidur pasien merasakan mendadak

PRESENTASI KASUS

HERPES ZOSTER

OLEH:

ROMBONGAN E

Dwi Wicaksono 0906487764 Evan Regar 0906508024 Hanifah Rahmani N. 0906487814

Narasumber:

dr. Lies Suseno, Sp.KK

MODUL PRAKTIK KLINIK DERMATOVENEREOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA

MEI 2013

Page 2: PRESENTASI KASUS HERPES ZOSTER - xa.yimg.comxa.yimg.com/kq/groups/86529852/1660844164/name/Preskas_Herpes... · Tiga hari yang lalu, saat pasien bangun tidur pasien merasakan mendadak

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Kami yang namanya tertera di bawah ini,

1. Dwi Wicaksono, NPM 0906487764

2. Evan Regar, NPM 0906508024

3. Hanifah Rahmani N, NPM 0906487814

Dengan ini menyatakan bahwa makalah kami yang berjudul Presentasi Kasus: Herpes

Zoster adalah benar merupakan karya kami yang kami tulis tanpa mengandung unsur plagiarisme.

Apabila terdapat unsur plagiarisme di dalamnya, kami bersedia untuk mendapatkan sanksi sesuai

dengan yang berlaku di lingkungan Universitas Indonesia.

Jakarta, 6 Mei 2013

( Dwi Wicaksono )

( Evan Regar )

( Hanifah Rahmani N )

Page 3: PRESENTASI KASUS HERPES ZOSTER - xa.yimg.comxa.yimg.com/kq/groups/86529852/1660844164/name/Preskas_Herpes... · Tiga hari yang lalu, saat pasien bangun tidur pasien merasakan mendadak

BAB I

PENDAHULUAN

Herpes zoster merupakan salah satu penyakit kulit akibat infeksi virus, yaitu

reaktivasi virus varisela zoster. Insidennya meningkat seiring bertambahnya usia, di mana

lebih dari 2/3 kasus terjadi pada usia lebih dari 50 tahun dan kurang dari 10% di bawah 20

tahun.1 Meingkatnya insidensi pada usia lanjut ini berkaitan dengan menurunnya respon imun

dimediasi sel yang dapat pula terjadi pada pasien imunokompromais seperti pasien HIV-

AIDS, pasien dengan keganasan, dan pasien yang mendapat obat imunosupresi. Namun,

insidensinya pada pasien imunokompeten pun besar.

Herpes zoster sendiri meskipun bukan penyakit yang life-threatening, namun dapat

menggangu pasien sebab dapat timbul rasa nyeri. Lebih lanjut lagi nyeri yang dialami saat

timbul lesi kulit dapat bertahan lama, hingga berbulan-bulan lamanya sehingga dapat

menggangu kualitas hidup pasien – suatu keadaan yang disebut dengan postherpetic

neuralgia. Prevalensi herpes zoster di Indonesia diprediksi kecil, yakni hanya mencakup 1%.

Menurut Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) yang diterbitkan oleh Konsil

Kedokteran Indonesia (KKI) pada tahun 2012, tercantum bahwa herpes zoster merupakan

daftar masalah dermatologi yang perlu ditangani oleh dokter. Kompetensi herpes zoster tanpa

komplikasi bagi dokter umum adalah 4A, yang berarti level kompetensi tertinggi yang perlu

dicapai oleh dokter umum, di mana dokter dapat mengenali tanda klinis, mendiagnosis,

menatalaksana hingga tuntas kecuali pada perjalanannya timbul komplikasi.2

Berkaca dari hal tersebut, presentasi kasus ini dimaksudkan untuk menambah

pemahaman klinis mahasiswa tentang penyakit herpes zoster tanpa komplikasi, mulai dari

anamnesis, pemeriksaan fisik, diagnosis, hingga penatalaksanaan. Setelah pemaparan kasus

ini diharapkan mahasiswa dapat memiliki informasi yang semakin kaya tentang herpes zoster

sehingga dalam pelayanan primer di masa yang akan datang kompetensi yang disyaratkan

dalam SKDI dapat sepenuhnya tercapai.

Page 4: PRESENTASI KASUS HERPES ZOSTER - xa.yimg.comxa.yimg.com/kq/groups/86529852/1660844164/name/Preskas_Herpes... · Tiga hari yang lalu, saat pasien bangun tidur pasien merasakan mendadak

BAB II

ILUSTRASI KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. BS

Tanggal Lahir : 21 April 1958 (55 tahun)

Status Pernikahan : Menikah

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : SMP

Agama : Islam

II. ANAMNESIS

Dilakukan secara autoanamnesis di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Persahabatan

pada tanggal 6 Mei 2013 pukul 11.00 WIB.

Keluhan Utama :

Lenting disertai nyeri dan gatal di kaki kiri sejak tiga hari yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang :

Tiga hari yang lalu, saat pasien bangun tidur pasien merasakan mendadak kaki

kiri pasien nyeri, baik saat diistirahatkan maupun saat digunakan untuk berjalan.

Nyeri di kaki dirasakan dengan VAS 6/10, dirasakan sepanjang waktu, berdenyut,

namun tidak sampai mengganggu aktivitas pasien. Pasien menjadi agak pincang jika

berjalan dengan kaki kirinya.

Secara mendadak timbul pula lenting-lenting beberapa buah dan kulit yang

kemerahan di tungkai bawah dan kaki kiri yang pada hari sebelumnya belum muncul.

Lenting tersebut dikatakan merupakan sumber dari nyerinya, disertai rasa sedikit gatal.

Pasien jarang menggaruk lenting tersebut, dan lenting tersebut belum ada yang pecah.

Riwayat demam disangkal, namun pasien mengalami nyeri di kedua otot paha (terasa

seperti ngilu) yang timbul mendadak dan belum pernah dirasakan sebelumnya.

Keesokan harinya pasien berobat ke Puskesmas, di sana ia diberikan salep

yang tidak diketahui namanya, cara menggunakanya dengan dioleskan sebanyak 1

Page 5: PRESENTASI KASUS HERPES ZOSTER - xa.yimg.comxa.yimg.com/kq/groups/86529852/1660844164/name/Preskas_Herpes... · Tiga hari yang lalu, saat pasien bangun tidur pasien merasakan mendadak

kali sehari, serta diberikan obat minum CTM namun pasien merasakan tidak ada

perbaikan. Nyeri tidak dirasakan makin berat, namun muncul lenting-lenting yang

bertambah banyak.

Pasien tidak mengeluhkan adanya keluhan kulit di bagian lain, tidak

mengeluhkan gangguan penglihatan dan pendengaran, tidak terdapat kelemahan untuk

menggerakkan kaki. Pasien mandi dua sampai tiga kali sehari, menggunakan sabun

Lux®.

Dalam beberapa minggu terakhir pasien mengatakan memiliki stres emosional

karena cucu pasien sedang sakit dan pasien banyak bekerja membantu acara

tetangganya. Pasien sering tidak tidur dan lupa untuk makan.

Saat ini pasien mengalami kencing manis, mendapatkan pengobatan

metformin 2x1 tab dan glibenklamid 1x1 tab, didapatkan dari Puskesmas dengan gula

darah sewaktu terakhir 270 mg/dl. Keluhan kesemutan di tangan ada, dalam

beraktivitas pasien menggunakan alas kaki dan kaki pasien dikatakan tidak pernah

mengalami luka. Pasien mengatakan rutin mengonsumsi obat. Pasien juga memiliki

penyakit kolesterol, dengan kolesterol terakhir 250 mg/dl, namun tidak mendapatkan

pengobatan dari puskesmas. Selain obat yang disebutkan di atas, saat ini pasien tidak

mengonsumsi obat apa-apa.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien menderita cacar air pada saat berusia 8-10 tahun (saat pasien masih SD).

Riwayat sakit berat dan dirawat di rumah sakit sebelumnya disangkal. Riwayat

penyakit kulit lainnya disangkal. Riwayat darah tinggi disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Saat ini tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama seperti pasien.

Riwayat penyakit kulit lainnya pada keluarga disangkal. Ayah dan ibu pasien

keduanya memiliki kencing manis yang tidak terkontrol, saat ini keduanya sudah

meninggal.

Riwayat Sosial :

Page 6: PRESENTASI KASUS HERPES ZOSTER - xa.yimg.comxa.yimg.com/kq/groups/86529852/1660844164/name/Preskas_Herpes... · Tiga hari yang lalu, saat pasien bangun tidur pasien merasakan mendadak

Pasien beraktivitas sebagai ibu rumah tangga, memiliki empat orang anak yang

semuanya sudah berumah tangga. Pasien tidak pernah bekerja formal. Suami pasien

hingga kini masih bekerja. Pasien saat ini tinggal bersama suami, namun pada waktu

tertentu cucu pasien main ke rumah dan menginap. Pembiayaan pasien dengan umum

tanpa jaminan.

III. PEMERIKSAAN FISIK DAN PENUNJANG

• Kesadaran : Kompos mentis

• Keadaan umum : Tampak sakit sedang

• Tekanan darah : 130/80 mmHg

• Nadi : 72 kali/menit

• Pernafasan : 18 kali/menit

• Suhu : Afebris

STATUS DERMATOLOGIKUS

1. Pada regio plantar tungkai bawah sinistra dan kaki sinistra bagian medial,

terdapat vesikel multipel bergerombol yang tersebar secara dermatomal,

dengan ukuran lentikular, terletak di atas kulit yang eritematosa. Pada palpasi

teraba kulit yang hangat, vesikel teraba lunak dengan permukaan yang licin.

Page 7: PRESENTASI KASUS HERPES ZOSTER - xa.yimg.comxa.yimg.com/kq/groups/86529852/1660844164/name/Preskas_Herpes... · Tiga hari yang lalu, saat pasien bangun tidur pasien merasakan mendadak

Gambar 1 – Gambaran lesi kulit pada pasien

IV. RESUME

Pada wanita usia 55 tahun datang dengan keluhan nyeri di kaki kiri disertai

timbulnya lenting secara mendadak sejak tiga hari yang lalu. Nyeri dirasakan dengan

VAS 6/10, berdenyut dan dirasakan sepanjang waktu. Timbul pula vesikel multipel

yang nyeri dan sedikit gatal, belum ada yang pecah. Status dermatologis: ditemukan

vesikel multipel bergerombol tersebar secara dermatomal di regio tungkai bawah

sinistra dan kaki sinistra bagian medial, dengan ukuran lentikular yang terletak di atas

kulit yang eritematosa.

V. DIAGNOSIS KERJA

1. Herpes zoster

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak diusulkan.

VII. RENCANA TERAPI

1. Herpes zoster

Page 8: PRESENTASI KASUS HERPES ZOSTER - xa.yimg.comxa.yimg.com/kq/groups/86529852/1660844164/name/Preskas_Herpes... · Tiga hari yang lalu, saat pasien bangun tidur pasien merasakan mendadak

• Edukasi: mengurangi sementara aktivitas fisik, jangan digaruk

walaupun terasa sedikit gatal, hindari lenting yang pecah, jangan

berdekatan dengan anak-anak atau orang lain yang belum pernah

mengalami cacar air sebelumnya. Konsumsi obat harus teratur,

termasuk jam-jamnya, sehingga perlu menggunakan alarm jika

diperlukan untuk membangunkan pasien.

• Asiklovir, 5 x 800 mg p.o selama 7 hari

• Kontrol kembali ke dokter dalam waktu 7 hari

2. Neuralgia akibat herpes zoster

• Asam mefenamat, 3 x 500 mg p.o jika nyeri

VIII. PROGNOSIS

1. Ad vitam : bonam

2. Ad functionam : bonam

3. Ad sanationam : bonam

Page 9: PRESENTASI KASUS HERPES ZOSTER - xa.yimg.comxa.yimg.com/kq/groups/86529852/1660844164/name/Preskas_Herpes... · Tiga hari yang lalu, saat pasien bangun tidur pasien merasakan mendadak

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Herpes zoster merupakan sebuah manifestasi oleh reaktivasi virus Varisela-zoster

laten dari saraf pusat dorsal atau kranial. Virus varicella zoster bertanggung jawab untuk dua

infeksi klinis utama pada manusia yaitu varisela atau chickenpox (cacar air) dan Herpes

zoster. Varisela merupakan infeksi primer yang terjadi pertama kali pada individu yang

berkontak dengan virus varicella zoster. Virus varisela zoster dapat mengalami reaktivasi,

menyebabkan infeksi rekuren yang dikenal dengan nama Herpes zoster atau Shingles. Pada

usia di bawah 45 tahun, insidens herpes zoster adalah 1 dari 1000, semakin meningkat pada

usia lebih tua.3

Patogenesis

Herpes zoster disebabkan oleh reaktivasi virus varicella zoster yang laten di dalam

ganglion posterior atau ganglion intrakranial. Virus dibawa ke tepi ganglion spinal atau

ganglion trigeminal, kemudian menjadi laten. Varicella zoster merupakan virus rantai ganda

DNA, anggota famili virus herpes yang tergolong virus neuropatik atau neurodermatotropik.

Reaktivasi virus varicella zoster dapat dipicu oleh berbagai faktor seperti pembedahan,

penyinaran, lanjut usia, dan keadaan tubuh yang lemah meliputi malnutrisi, seseorang yang

sedang dalam pengobatan imunosupresan jangka panjang, atau menderita penyakit sistemik.

Jika virus ini menyerang ganglion anterior, maka menimbulkan gejala gangguan motorik.3,4

Page 10: PRESENTASI KASUS HERPES ZOSTER - xa.yimg.comxa.yimg.com/kq/groups/86529852/1660844164/name/Preskas_Herpes... · Tiga hari yang lalu, saat pasien bangun tidur pasien merasakan mendadak

Gambar 2 – Patogenesis infeksi herpes zoster (Sumber: medscape.com)

Gambaran Klinis

Lesi herpes zoster dapat mengenai seluruh kulit tubuh maupun membran mukosa.

Herpes zoster biasanya diawali dengan gejala-gejala prodromal selama 2-4 hari, yaitu

sistemik (demam, pusing, malaise), dan lokal (nyeri otot-tulang, gatal, pegal). Setelah itu

akan timbul eritema yang berubah menjadi vesikel berkelompok dengan dasar kulit yang

edema dan eritematosa. Vesikel tersebut berisi cairan jernih, kemudian menjadi keruh, dapat

menjadi pustul dan krusta. Jika mengandung darah disebut sebagai herpes zoster hemoragik.

Jika disertai dengan ulkus dengan sikatriks, menandakan infeksi sekunder.4

Masa tunas dari virus ini sekitar 7-12 hari, masa aktif berupa lesi baru yang tetap

timbul, berlangsung seminggu, dan masa resolusi berlangsung 1-2 minggu. Selain gejala

kulit, kelenjar getah bening regional juga dapat membesar. Penyakit ini lokalisasinya

unilateral dan dermatomal sesuai persarafan. Saraf yang paling sering terkena adalah nervus

trigeminal, fasialis, otikus, C3, T3, T5, L1, dan L2. Jika terkena saraf tepi jarang timbul

kelainan motorik, sedangkan pada saraf pusat sering dapat timbul gangguan motorik akibat

struktur anatomisnya. Gejala khas lainnya adalah hipestesi pada daerah yang terkena.4,5

Gambar 3 – Gambaran klinis herpes zoster (Sumber: Fitzpatrick)

Dermatom

Page 11: PRESENTASI KASUS HERPES ZOSTER - xa.yimg.comxa.yimg.com/kq/groups/86529852/1660844164/name/Preskas_Herpes... · Tiga hari yang lalu, saat pasien bangun tidur pasien merasakan mendadak

Dermatom adalah area kulit yang dipersarafi terutama oleh satu saraf spinalis.

Masing masing saraf menyampaikan rangsangan dari kulit yang dipersarafinya ke otak.

Dermatom pada dada dan perut seperti tumpukan cakram yang dipersarafi oleh saraf spinal

yang berbeda, sedangkan sepanjang lengan dan kaki, dermatom berjalan secara longitudinal

sepanjang anggota badan.

Dermatom sangat bermanfaat dalam bidang neurologi untuk menemukan tempat

kerusakan saraf saraf spinalis. Virus yang menginfeksi saraf tulang belakang seperti infeksi

herpes zoster (shingles), dapat mengungkapkan sumbernya dengan muncul sebagai lesi pada

dermatom tertentu.6

Gambar 4 – Gambaran dermatom sensorik tubuh manusia (Sumber: Duus6)

Komplikasi

Postherpetic neuralgia

Postherpetic neuralgia merupakan komplikasi herpes zoster yang paling sering

terjadi. Postherpetic neuralgia terjadi sekitar 10-15 % pasien herpes zoster dan merusak saraf

trigeminal. Resiko komplikasi meningkat sejalan dengan usia. Postherpetic neuralgia

Page 12: PRESENTASI KASUS HERPES ZOSTER - xa.yimg.comxa.yimg.com/kq/groups/86529852/1660844164/name/Preskas_Herpes... · Tiga hari yang lalu, saat pasien bangun tidur pasien merasakan mendadak

didefenisikan sebagai gejala sensoris, biasanya sakit dan mati rasa. Rasa nyeri akan menetap

setelah penyakit tersebut sembuh dan dapat terjadi sebagai akibat penyembuhan yang tidak

baik pada penderita usia lanjut. Nyeri ini merupakan nyeri neuropatik yang dapat

berlangsung lama bahkan menetap setelah erupsi akut herpes zoster menghilang.4,7

Gambar 5 – Jaras sensorik nyeri (Sumber: Fitzpatrick)

Postherpetic neuralgia merupakan suatu bentuk nyeri neuropatik yang muncul oleh

karena penyakit atau luka pada sistem saraf pusat atau tepi, nyeri menetap dialami lebih dari

3 bulan setelah penyembuhan herpes zoster. Penyebab paling umum timbulnya peningkatan

virus ialah penurunan sel imunitas yang terkait dengan pertambahan umur. Berkurangnya

imunitas di kaitkan dengan beberapa penyakit berbahaya seperti limfoma, kemoterapi atau

radioterapi, infeksi HIV, dan penggunaan obat immunesuppressan setelah operasi

transplantasi organ atau untuk manajemen penyakit (seperti kortikoteroid) juga menjadi

faktor risiko.8,9

Postherpetic neuralgia dapat diklasifikasikan menjadi neuralgia herpetik akut (30 hari

setelah timbulnya ruam pada kulit), neuralgia herpetik subakut (30-120 hari setelah timbulnya

ruam pada kulit), dan postherpetic neuralgia (di defenisikan sebagai rasa sakit yang terjadi

setidaknya 120 hari setelah timbulnya ruam pada kulit).9

Postherpetic neuralgia memiliki patofisiologi yang berbeda dengan nyeri herpes

zoster akut, dapat berhubungan dengan erupsi akut herpes zoster yang disebabkan oleh

replikasi jumlah virus varicella zoster yang besar dalam ganglia yang ditemukan selama masa

laten. Oleh karena itu, mengakibatkan inflamasi atau kerusakan pada serabut syaraf sensoris

yang berkelanjutan, hilang dan rusaknya serabut-serabut syaraf atau impuls abnormal, serabut

Page 13: PRESENTASI KASUS HERPES ZOSTER - xa.yimg.comxa.yimg.com/kq/groups/86529852/1660844164/name/Preskas_Herpes... · Tiga hari yang lalu, saat pasien bangun tidur pasien merasakan mendadak

saraf berdiameter besar yang berfungsi sebagai inhibitor hilang atau rusak dan mengalami

kerusakan terparah. Akibatnya, impuls nyeri ke medulla spinalis meningkat sehingga pasien

merasa nyeri yang hebat.5,8

Herpes Zoster Oftalmikus

Herpes zoster oftalmikus disebabkan oleh infeksi cabang pertama nervus trigeminus sehingga

manifestasinya pada mata, selain itu juga memengaruhi cabang kedua dan ketiga. Jika

cabang nasosiliar bagian luar terlibat, dengan vesikel pada ujung dan tepi hidung

(Hutchinson’s sign), maka keterlibatan mata dapat jelas terlihat. Vesikel pada margo

palpebra juga harus diperhatikan. Kelainan pada mata yang sering terjadi adalah uveitis dan

keratitis, akan tetapi dapat pula terjadi glaukoma, neuritis optik, ensefalitis, hemiplegia, dan

nekrosis retina akut.4,5

Gambar 6 – Gambaran klinis herpes zoster oftalmikus (Sumber: Fitzpatrick)

Diagnosis

Penegakan diagnosis herpes zoster umumnya didasari gambaran klinis.5 Komponen

utama dalam penegakan diagnosis adalah terdapatnya (1) gejala prodromal berupa nyeri, (2)

distribusi yang khas dermatomal, (3) vesikel berkelompok, atau dalam beberapa kasus

ditemukan papul, (4) beberapa kelompok lesi mengisi dermatom, terutama dimana terdapat

nervus sensorik, (5) tidak ada riwayat ruam serupa pada distribusi yang sama (menyingkirkan

Page 14: PRESENTASI KASUS HERPES ZOSTER - xa.yimg.comxa.yimg.com/kq/groups/86529852/1660844164/name/Preskas_Herpes... · Tiga hari yang lalu, saat pasien bangun tidur pasien merasakan mendadak

herpes simpleks zosteriformis), (6) nyeri dan allodinia (nyeri yang timbul dengan stimulus

yang secara normal tidak menimbulkan nyeri) pada daerah ruam.10

Pemeriksaan laboratorium direkomendasikan bila lesi atipikal seperti lesi rekuren,

dermatom yang terlibat multipel, lesi tampak krusta kronis atau nodul verukosa dan bila lesi

pada area sakral sehingga diragukan patogennya virus varisela zoster atau herpes simpleks.

Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah PCR yang berguna pada lesi krusta,

imunoflouresensi direk dari spesimen lesi vesikular, dan kultur virus yang tidak efektif

karena membutuhkan waktu 1-2 minggu.1,10

Gambar 7 – Pemeriksaan Tzanck, dengan pewarnaan wright terlihat sel giant multinuklear;

sedangkan pada imunofluoresensi direk pendaran warna hijau mengindikasikan terdapatnya

antigen virus varisela zoster1

Diagnosis Banding4

1. Herpes simpleks (bersinonim dengan cold sore, herpes febrilis, herpes labialis, herpes

gladiatorium, scrum pox, herpes genitalis)11

Penyebabnya satu golongan (famili Herpesviridae). Umumnya infeksi awal HHV

asimptomatik kecuali pada virus golongan VZV yang simptomatik berupa varicella.

HHV akan laten di neuron atau sel limfoid, mengalami reaktivasi jika sisstem imun

tidak adekuat. Infeksi herpes simpleks umumnya melalui kontak langsung kulit dan

Page 15: PRESENTASI KASUS HERPES ZOSTER - xa.yimg.comxa.yimg.com/kq/groups/86529852/1660844164/name/Preskas_Herpes... · Tiga hari yang lalu, saat pasien bangun tidur pasien merasakan mendadak

mukosa, jarang yang menyebar melalui aerosol. Untuk herpes simpleks sendiri (HSV),

bentuknya pada umumnya atipik berbentuk plakat eritematosa, maupun erosi kecil.

Herpes primer umumnya asimptomatik atau gejala yang tidak khas, berupa vesikel

serta limfadenopati regional. Gejala prodromal berupa demam, sakit kepala, malaise,

dan mialgia yang terjadi 3-4 hari setelah lesi timbul, membaik dalam 3-4 hari

kemudian.

Virus HSV diklasifikasikan secara biologis menjadi HSV-1 yang sering ditemukan di

wajah dan bibir serta jarang di mukosa; serta HSV-2 yang sering bermanifestasi

sebagai gingivostomatitis, vulvovaginitis, uretritis dan cenderung ditransmisikan

secara seksual. Erupsi yang berbentuk zosteriform dapat terjadi pada HSV zosteriform

yang pada umumnya jarang terjadi.

2. Angina pektoris atau penyakit reumatik, bila nyeri sebagai gejala prodrormal terdapat

di daerah setinggi jantung

Tatalaksana

Tujuan penatalaksanaan herpes zoster adalah mempercepat proses penyembuhan,

mengurangi keparahan dan durasi nyeri akut dan kronik, serta mengurangi risiko

komplikasi.1,5 Untuk terapi simtomatik terhadap keluhan nyeri dapat diberikan analgetik

golongan NSAID seperti asam mefenamat 3 x 500mg per hari, indometasin 3 x 25 mg per

hari, atau ibuprofen 3 x 400 mg per hari.12 Kemudian untuk infeksi sekunder dapat diberikan

antibiotik.4 Sedangkan pemberian antiviral sistemik direkomendasikan untuk pasien berikut13:

1. Infeksi menyerang bagian kepala dan leher, terutama mata (herpes zoster oftalmikus).

Bila tidak diterapi dengan baik, pasien dapat mengalami keratitis yang akan

menyebabkan penurunan tajam penglihatan dan komplikasi ocular lainnya

2. Pasien berusia lebih dari 50 tahun

3. Herpes zoster diseminata (dermatom yang terlibat multipel) direkomendasikan

pemberian antiviral intravena

4. Pasien yag imunokompromais seperti koinfeksi HIV, pasien kemoterapi, dan pasca

transplantasi organ atau bone marrow. Pada pasien HIV, terapi dilanjutkan hingga

seluruh krusta hilang untuk mengurangi risiko relaps; dan

Page 16: PRESENTASI KASUS HERPES ZOSTER - xa.yimg.comxa.yimg.com/kq/groups/86529852/1660844164/name/Preskas_Herpes... · Tiga hari yang lalu, saat pasien bangun tidur pasien merasakan mendadak

5. Pasien dengan dermatitis atopik berat

Obat antiviral yang dapat diberikan adalah asiklovir atau modifikasinya, seperti

valasiklovir, famsiklovir, pensiklovir. Obat antiviral terbukti efektif bila diberikan pada tiga

hari pertama sejak munculnya lesi, efektivitas pemberian di atas 3 hari sejauh ini belum

diketahui.13 Dosis asiklovir adalah 5 x 800mg per hari dan umumnya diberikan selama 7-10

hari. Sediaan asiklovir pada umumnya adalah tablet 200 mg dan tablet 400 mg. Pilihan

antiviral lainnya adalah valasiklovir 3 x 1000mg per hari, famsiklovir atau pensiklovir 3 x

250 mg per hari, ketiganya memiliki waktu paruh lebih panjang dari asiklovir.4,10 Obat

diberikan terus bila lesi masih tetap timbul dan dihentikan 2 hari setelah lesi baru tidak timbul

lagi.4

Untuk pengobatan topikal, pada lesi vesikular dapat diberikan bedak kalamin atau

phenol-zinc untuk pencegahan pecahnya vesikel. Bila vesikel sudah pecah dapat diberikan

antibiotik topical untuk mencegah infeksi sekunder. Bila lesi bersifat erosif dan basah dapat

dilakukan kompres terbuka.4,12

Sebagai edukasi pasien diingatkan untuk menjaga kebersihan lesi agar tidak terjadi

infeksi sekunder. Edukasi larangan menggaruk karena garukan dapat menyebabkan lesi lebih

sulit untuk sembuh atau terbentuk skar jaringan parut, serta berisiko terjadi infeksi sekunder.

Selanjutnya pasien tetap dianjurkan mandi, mandi dapat meredakan gatal. Untuk mengurangi

gatal dapat pula menggunakan losio kalamin. Untuk menjaga lesi dari kontak dengan pakaian

dapat digunakan dressing yang steril, non-oklusif, dan non-adherent.14

Pasien dengan komplikasi neuralgia postherpetic dapat diberikan terapi kombinasi

atau tunggal dengan pilihan sebagai berikut14:

1. Antidepresan trisiklik seperti amitriptilin dengan dosis 10-25 mg per hari pada malam

hari;

2. Gabapentin bila pemberian antidepresan tidak berhasil. Dosis gabapentin 100-300mg

per hari;

3. Penambahan opiat kerja pendek, bila nyeri tidak tertangani dengan gabapentin atau

antidepresan trisiklik saja;

4. Kapsaicin topical pada kulit yang intak (lesi telah sembuh), pemberiannya dapat

menimbulkan sensasi terbakar; dan

Page 17: PRESENTASI KASUS HERPES ZOSTER - xa.yimg.comxa.yimg.com/kq/groups/86529852/1660844164/name/Preskas_Herpes... · Tiga hari yang lalu, saat pasien bangun tidur pasien merasakan mendadak

5. Lidocaine patch 5% jangka pendek.

Pada herpes zoster otikus (sindroma Ramsay Hunt) diindikasikan pemberian

kortikosteroid. Kortikosteroid oral diberikan sedini mungkin untuk mencegah paralisis dari

nervus kranialis VII. Dosis prednisone 3 x 20 mg per hari, kemudian perlu dilakukan tapering

off setelah satu minggu. Pemberiannya dikombinasikan dengan obat antiviral untuk

mencegah fibrosis ganglion karena kortikosteroid menekan imunitas. Namun perlu diingat

kontraindikasi relatif atau absolut kortikosteroid seperti diabetes mellitus.14 Pada komplikasi

seperti ini, rujukan kepada spesialis terkait sangat dianjurkan.

Page 18: PRESENTASI KASUS HERPES ZOSTER - xa.yimg.comxa.yimg.com/kq/groups/86529852/1660844164/name/Preskas_Herpes... · Tiga hari yang lalu, saat pasien bangun tidur pasien merasakan mendadak

BAB IV

PEMBAHASAN

Seorang wanita berusia 55 datang ke dokter dengan keluhan nyeri yang timbul

secara mendadak di kaki kiri sejak tiga hari yang lalu. Pada kulit muncul pula lenting-lenting

yang berkelompok dan tersebar hanya di tungkai bawah kiri, serta kaki kiri bagian dalam.

Tidak terdapat lokasi lain timbulnya kelainan kulit yang serupa. Dengan timbulnya lesi

seperti ini, perlu dipikirkan terjadinya kelainan kulit yang manifestasinya merupakan lenting

disertai dengan nyeri yang cukup hebat (dengan VAS 6/10). Dengan melihat lesi, tampak

pada regio plantar tungkai bawah sinistra dan kaki sinistra bagian medial, terdapat vesikel

multipel bergerombol yang tersebar secara dermatomal, dengan ukuran lentikular, terletak di

atas kulit yang eritematosa. Pada palpasi teraba kulit yang hangat, vesikel teraba lunak

dengan permukaan yang licin.

Lesi yang terlihat cukup karakteristik untuk herpes zoster, yang mana timbul gejala

kulit yang unilateral, bersifat dermatomal sesuai dengan persarafan. Pada pasien ditanyakan

pula apakah terdapat kelemahan pada tungkai tersebut, namun pasien menyangkal kelemahan

motorik. Pasien hanya mengatakan bahwa saat digunakan untuk berjalan kaki terasa sakit,

bukan lemas. Dengan demikian keterlibatan elemen motorik pada persarafan ini tidak ada.

Lesi yang timbul jug akhas berupa vesikel yang berkelompok, dengan dasar berupa kulit yang

eritematosa (kemerahan). Keseluruhan penampakan kulit maupun gejala subjektif berupa

nyeri sangat menyokong ke arah herpes zoster, mengingat penyakit ini memiliki perjalanan

berupa masa tunas 7-12 hari, dengan timbulnya lesi dalam 1 minggu berikutnya, kemudian

masa penyembuhan sendiri selama 1-2 minggu berikutnya. Pada pasien ini, keterlibatan

dermatomal yang terlibat adalah L4 hingga L5.

Pada reaktivasi herpes zoster, perlu ditanyakan gejala prodromal. Gejala prodromal

berupa demam disangkal, namun pasien mengeluhkan timbulnya nyeri pada kedua otot paha

yang terjadi kurang lebih bersamaan dengan timbulnya lesi pada kulit. Mialgia yang terjadi

dapat merupakan gejala prodromal dari reaktivasi herpes zoster. Gejala prodromal lainnya

berupa pusing dan malaise disangkal oleh pasien.

Setelah yakin bahwa terjadi reaktivasi herpes zoster, perlu dipikirkan mengapa terjadi

reaktivasi. Pada literatur11 dikatakan bahwa tidak jelas sebetulnya pemicu reaktivasi, namun

herpes zoster dapat terjadi akibat penurunan fungsi sistem imun, seperti yang ditemui pada

seorang berusia di atas 50 tahun. Penelitian oleh Schmader, et.al15 mengungkapkan bahwa

Page 19: PRESENTASI KASUS HERPES ZOSTER - xa.yimg.comxa.yimg.com/kq/groups/86529852/1660844164/name/Preskas_Herpes... · Tiga hari yang lalu, saat pasien bangun tidur pasien merasakan mendadak

herpes zoster sering terjadi pada orang yang baru-baru ini mengalami stressful recent events.

Pada pasien dalam anamnesis mengatakan bahwa belakangan ini pasien cukup stres akibat

cucu yang sakit dan sering membantu tetangga pasien menyiapakan acara pasien. Selain itu

makan pasien dalam beberapa waktu terakhir juga tidak teratur. Kesemua faktor ini diduga

dapat menjadi pemicu reaktivasi herpes zoster.

Herpes zoster merupakan suatu reaktivasi akibat infeksi awal yang bermanifestasi

sebagai varicella zoster (cacar air). Pada pasien ditemukan riwayat cacar air pada saat berusia

sekolah di SD. Dengan demikian jelaslah bahwa infeksi primer pada pasien ini telah terjadi.

Pasien kemudian diberikan pengobatan, berupa edukasi dan medikamentosa. Lenting

yang timbul jangan digaruk sebab dapat menimbulkan infeksi sekunder. Pasien juga

dianjurkan mengurangi sementara aktivitas fisik sebab saat ini pasien sedang mengalami

nyeri dan tingginya aktivitas fisik dapat meningkatkan gesekan maupun trauma pada kaki

yang dapat menjadi penyebab pecahnya lenting. Pada riwayat saat ini pasien tinggal dengan

suami, namun seringkali cucu pasien datang ke rumah untuk menginap. Pasien perlu

diedukasi bahwa pada orang yang belum pernah mengalami cacar air, dapat terjadi

penyebaran virus VZV ke pejamu lain, yang dapat menimbulkan varicela pada orang lain.

Dengan demikian dalam fase ini sebaiknya pasien tidak membiarkan anak-anak ataupun

orang yang belum pernah mengalami varicela sebelumnya untuk bermain atau berdekatan

dengan pasien.

Terapi medikamentosa yang diberikan berupa asiklovir 5 x 800 mg. Terapi dapat

diberikan secara efektif maksimal 72 jam setelah lesi terakhir muncul, yang pada pasien ini

masih terpenuhi (onset hari ke-3). Di atas 72 jam, pemberian asiklovir dikatakan tidak efektif

lagi. Perlu diingat pula bahwa konsumsi obat harus teratur, termasuk jam-jamnya, sebab

pemberian asiklovir sebanyak 5 hari dalam sehari. Dengan demikian perlu digunakan alarm

jika diperlukan untuk membangunkan pasien atau mengingatkan pasien untuk mengonsumsi

obat. Asiklovir diberikan selama tujuh hari.

Untuk nyeri yang timbul pada pasien diberikan asam mefenamat 3x500 mg sebagai

analgesik. Pasien kemudian dianjurkan untuk kontrol selama 7 hari kemudian kepada dokter,

untuk melihat perbaikan pada pasien.

Page 20: PRESENTASI KASUS HERPES ZOSTER - xa.yimg.comxa.yimg.com/kq/groups/86529852/1660844164/name/Preskas_Herpes... · Tiga hari yang lalu, saat pasien bangun tidur pasien merasakan mendadak

DAFTAR PUSTAKA

1. Gnann JW, Whitley RJ. Herpes Zoster. N. Engl. J. Med. 2002;347(5):340–6.

2. Konsil Kedokteran Indonesia. Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) 2012. Jakarta; 2012.

3. James WD, Berger T, Elston D. Andrew’s diseases of the skin. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2011.

4. Handoko R. Penyakit virus. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi kelima. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;

5. Straus SE, Oxman MN, Schmader KE. Varicella and herpes zoster. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editors. Fitzpatricks Dermatol. Gen. Med. 7th ed.

6. Baehr M, Frotscher M. Duus’ topical diagnosis in neurology. 4th ed. New York: Thieme; 2005.

7. Tunsuriyawong S, Puavilai S. Herpes zoster, clinical course and associated diseases: A 5-year retrospective study at Tamathibodi Hospital. J. Med. Assoc. Thail. Chotmaihet Thangphaet. 2005 May;88(5):678–81.

8. Herr H. Prognostic factors of postherpetic neuralgia. J. Korean Med. Sci. 2002 Oct;17(5):655–9.

9. Oakes SA. Postherpetic Neuralgia Bacgground Monograph. Med Cases Inc; 2004.

10. Dworkin RH, Johnson RW, Breuer J, Gnann JW, Levin MJ, Backonja M, et al. Recommendations for the management of herpes zoster. Clin. Infect. Dis. Off. Publ. Infect. Dis. Soc. Am. 2007 Jan 1;44 Suppl 1:S1–26.

11. Wolff K, Johnson RA. Fitzpatrick’s color atlas & synposis of clinical dermatology. 6th ed. New York: McGraw Hill Medical;

12. Daili ESS, Menaldi SL, Wisnu IM, editors. Penyakit kulit yang umum di indonesia: sebuah panduan bergambar. Jakarta: Medical Multimedia Indonesia;

13. Gross G, Schöfer H, Wassilew S, Friese K, Timm A, Guthoff R, et al. Herpes zoster guideline of the German Dermatology Society (DDG). J. Clin. Virol. Off. Publ. Pan Am. Soc. Clin. Virol. 2003 Apr;26(3):277–289; discussion 291–293.

14. Federal Bureau of Prisons. Management of varicella zoster virus infections [Internet]. [cited 2013 May 6]. Available from: http://www.bop.gov/news/PDFs/varicella.pdf

15. Schmader K, Studenski S, MacMillan J, Grufferman S, Cohen HJ. Are stressful life events risk factors for herpes zoster? J. Am. Geriatr. Soc. 1990 Nov;38(11):1188–94.