Lapsus Varisela Zoster

31
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK LAPORAN KASUS FAKULTAS KEDOKTERAN DESEMBER 2013 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR VARISELA ZOSTER OLEH : ABDUL GAFUR ZULKARNAIN 10542 0059 09 PEMBIMBING dr. A. Indriaty Syaiful Sp.A DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK 1

description

Varicella zoster virus (VZV) is one of eight herpes viruses known to infect humans and vertebrates. It commonly causes chickenpox in children, teens and young

Transcript of Lapsus Varisela Zoster

Page 1: Lapsus Varisela Zoster

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK LAPORAN KASUSFAKULTAS KEDOKTERAN DESEMBER 2013UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

VARISELA ZOSTER

OLEH :ABDUL GAFUR ZULKARNAIN

10542 0059 09

PEMBIMBING

dr. A. Indriaty Syaiful Sp.A

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIKBAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2013

1

Page 2: Lapsus Varisela Zoster

DAFTAR ISI

HALAMAN

JUDUL………………………………………………………………………..i

LEMBARPENGESAHAN……………………………………………….……ii

DAFTARISI……….…………………………………………..……………...iii

LAPORANKASUS…………………………………………………………...1

a. Identitas Pasien...………………………………………...……………….1

b. Anamnesis……....……………………………………..……….…………...1

c. Pemeriksaan fisik……..…………………………………………………….2

d. Follow up……..….……………………………………………………....…5

e. Resume………….…..………………………………...……………….…..10

f. Pembahasan…………………………………………………………….….11

DAFTAR PUSTAKA…………………………..………………………………….14

2

Page 3: Lapsus Varisela Zoster

BAB I LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN :

- Nama : Pn Ans

- No.RM : 345563

- TTL : 5/12/2011

- Umur : 2 tahun

- BB masuk RS : 10 kg

- Jenis Kelamin : perempuan

- Alamat : Limbung

- Ruangan : perawatan III D

- Dikirim : dari UGD

- Masuk RS : 03 - 12 - 2013

IDENTITAS ORANG TUA

- Nama Ayah : Tn. Ahmad N

- Umur : 25 tahun

- Pekerjaan : Buruh

- Nama Ibu : Ny. A.Syamsiah

- Umur : 22 tahun

- Pekerjaan : IRT

B. ANAMNESIS :

- Tipe Anamnesis : Alloanamnesis

- Riwayat penyakit diberikan oleh : Ibunya

- Keluhan utama : Demam

- Riwayat penyakit sekarang : Demam dialami kurang lebih tiga hari

yang lalu demam bersifat terus menerus, tidak menggigil. Kejang selama tiga

kali dengan durasi kejang kurang dari lima menit. Suhu pada saat dibawa

kepuskesmas 41◦C sedangkan suhu saat berada di UGD 45◦C Riwayat

3

Page 4: Lapsus Varisela Zoster

kejang sebelumnya tidak pernah. Riwayat kejang pada keluarga disangkal.

Tampak vesikel berisi cairan jernih dan krusta disertai eritematous pada

muka, leher, seluruh badan, tangan, dan kaki. Awalnya gatal dan muncul

kemerahan. Riwayat cacar yang kedua kalinya. Riwayat cacar pada ibu usia

kehamilan kurang lebih 7 bulan. Riwayat pengobatan sebelumnya diberikan

ctm tapi tidak kunjung sembuh. Asi diberikan hanya sampai 1 bulan

selanjutnya susu formula sampai umur 2 tahun dengan alasan Asi tidak

keluar. Batuk (-) Sesak (-) muntah (-) malaise (+) anoreksia (+) . Belum

BAB kurang lebih 1 hari, BAK Lancar urin berwarna kuning.

- Riwayat Penyakit dahulu : sebelumnya menderita 1 kali cacar air,

tidak pernah kejang sebelumnya

- Riwayat pengobatan : Pernah berobat kepuskesmas diberikan

CTM tapi tidak sembuh

- Riwayat penyakit keluarga : Pada anggota keluarga tidak ada yang

menderita seperti pasien

- Riwayat makanan : ASI diberikan sampai umur 1 bulan,

selanjutnya susu formula sampai umur 2 tahun.

- Riwayat tumbuh kembang

Berbalik : 4 bulan Berdiri : 9 bulan

Gigi pertama : 8 bulan Jalan sendiri : 10 bulan

Duduk : 6 bulan Bicara : 1,3 tahun

- Riwayat imunisasi :

STATUS

IMUNISASI

BELUM

PERNAH

1 2 3 TIDAK

TAHU

BCG +

Polio + + +

Difteri + + +

Tetanus + + +

Pertusis + + +

Hepatitis B + + +

4

Page 5: Lapsus Varisela Zoster

Campak +

N

O

Sex Umur Sehat/Sakit apa Karena

1 ♀ 2 tahun Penderita Cacar

Anak ke Pertama dari satu anak/keguguran tidak pernah

C. PEMERIKSAAN FISIK :

- Keadaan umum : Sakit sedang / gizi baik/ composmentis

- Tanda vital

o N : 140x/ menit

o P : 40x/m

o S : 39,3OC

- Berat Badan : 10 kg

- Panjang badan : 80 cm

- Status gizi menurut CDC : 10/12 x 100% : 83.3 persen Gizi Kurang

Kepala Normocephal, tidak ada tanda trauma atau benjolan, ubun-

ubun (menutup), muka simetris kiri dan kanan, rambut

hitam, lurus dan tidak mudah dicabut.

Mata Cekung (-), kering (-), konjungtivitis (-), strabismus (-),

sclera tidak ikterus pada kedua mata, dan konjungtiva kiri

dan kanan tidak anemis

Telinga Bentuk normal, tidak ada secret, cairan. Luka maupun

perdarahan

Hidung Bentuk normal, septum nasi tidak deviasi, mucosa tidak

hiperemis, tidak ada secret pada kedua lubang hidung,

5

Page 6: Lapsus Varisela Zoster

rinorhea (-) epistaksis (-), pernapasan cuping hidung (-)

Tenggorokan Hiperemis (-), tonsil T1-T1 hiperemis (-)

Gigi dan mulut Bibir tidak kering , tidak tidak kotor, gigi (+) caries (-)

Leher Tidak ada luka maupun tonjolan, tidak ada teraba

pembesaran kelenjar getah bening, dan kaku kuduk tidak

ada.

Kulit Scar BCG (+), tampak vesikel dan krusta dikelilingi daerah

eritematosa dapat ditemukan pada muka, leher, badan,

lengan, dan kaki.

Paru Inspeksi :

- pada keadaan statis dada terlihat simetris kiri dan

kanan

- pada keadaan dinamis pergerakan dinding dada

terlihat simetris kiri dan kanan, tidak ada yang

tertinggal, dan tidak ada retraksi

Palpasi :

- sela iga kiri dan kanan sama

- massa tumor (-), nyeri tekan (-)

- ictus cordis tidak teraba

Perkusi :

- sonor kiri dan kanan

- batas paru hepar di ICS VI kanan

Auskultasi :

- BP : Vesiculer

- BT : Wh -/- , Rh -/-

Jantung Inspeksi :

- Ictus cordis tidak Nampak

Palpaasi :

- Ictus cordis tidak teraba

Perkusi :

6

Page 7: Lapsus Varisela Zoster

- Batas kiri : linea midclavicular kiri

- Batas kanan : linea parasternalis kanan

- Batas atas : ICS III kiri

Aukultasi :

- BJ I / II murni regular

- Bising (-)

- Shouffle (-)

- Thrill (-)

Perut Inspeksi :

- datar, ikut gerak nafas. Tidak ada penonjolan.

Auskultasi :

- peristaltic + kesan normal

Palpasi :

- massa tumor (-) nyeri tekan (-)

- hepar dan lien tidak teraba

Perkusi :

- tympani (+)

Punggung Tampak normal, tidak terlihat kelainan bentuk tulang

belakang, scoliosis (-), dan gibbus (-)

Alat kelamin Tidak ada kelainan

Diagnosis sementara Diagnosis banding

Varisella 1. Variola (cacar)

Kasus Varisela Yang Berat terutama tipe

perdarahan perlu dibedakan dengan variola

2. Impetigo

Lesi impetigo pertama adalah vesikel

yang cepat menjadi pustul dan krusta

Distribusi lesi terletak di mana saja

Impetigo tidak menyerang mukosa

mulut.

3. Skabies

7

Page 8: Lapsus Varisela Zoster

4. Dermatitis Herpetiform

Penatalaksanaan Pemeriksaan penunjang

IVFD Ringer Laktat

Cefotaxim 500 mg IV

Luminal 3x15 mg

-

D. FOLLOW UP

Tanngal

03-12-13

Pasien MRS dengan keluhan demam yang dirasakan kurang

lebih 3 hari, tidak menggigil, Kejang sebanyak tiga kali

dengan durasi kurang dari lima menit. Tampak vesikel berisi

cairan jernih dan krusta disertai eritematous pada muka, leher,

seluruh badan, tangan, dan kaki. Awalnya gatal dan muncul

kemerahan. Riwayat cacar yang kedua kalinya. Batuk (-)

Sesak (-) muntah (-) malaise (+) anoreksia (+) . Belum BAB

kurang lebih 1 hari, BAK Lancar urin berwarna kuning.

Pemeriksaan Fisik :

N: 140x/m BB: 10 kg

P: 40x/m PB: 80 cm

S:39,3

Paru : BP : vesicular BT : Wh -/-, Rh -/-

Jantung : BJ I/II murni regular, Bising (-)

Abdomen : peristaltic (+), perut kembung (+)

Terapi yang diberikan :

- IVFD Ringer Laktat

- Cefotaxim 500 mg IV

- Luminal 3x15 mg

Tanggal

04-12-13

KU : S. sedang

N : 100x/m

8

Page 9: Lapsus Varisela Zoster

P : 25x/m

S : 36,6OC

BAB: Baik

BAK: Baik

Nafsu makan Baik

Keluhan :

Demam (-), menggigil (-), kejang (-), batuk (+), berlendir (+),

sesak (-), pucat (-), perdarahan (-), edema (-), ikterus (-),

muntah (-) tampak vesikel dan krusta dikelilingi daerah

eritematosa dapat ditemukan pada muka, leher, badan, lengan,

dan kaki

Pemeriksaan Fisik :

Paru : BP : vesicular BT : Wh -/-, Rh -/-

Jantung : BJ I/II murni regular, Bising (-)

Abdomen : peristaltic (+), perut kembung (-)

Terapi yang diberikan :

- IVFD RL/6 tetes/menit

- Cefixim 500 mg IV / 12 jam

- Acyclovir 200 mg No XII (4x1)

- B-com no VI (2x1)

- Acyclovir salep no I

- Salisil no I

9

Page 10: Lapsus Varisela Zoster

Tanngal

05-12-13

KU : S. sedang

N : 80x/m

P : 30x/m

S : 37,0OC

BAB : Baik

BAK : Baik

Nafsu makan Baik

Keluhan :

Demam (-), menggigil (-), kejang (-), batuk (-), berlendir (-),

sesak (-), pucat (-), perdarahan (-), edema (-), ikterus (-),

muntah (-)

Pemeriksaan Fisik :

Paru : BP : vesicular BT : Wh -/-, Rh -/-

Jantung : BJ I/II murni regular, Bising (-)

Abdomen : peristaltic (+), perut kembung (-)

Instruksi dokter :

Obat Oral Lanjut

Boleh Pulang

E. Resume

Pasien masuk ke Rumah Sakit diantar oleh ibunya dengan Demam dialami

kurang lebih tiga hari yang lalu demam bersifat terus menerus, tidak menggigil.

Kejang selama tiga kali dengan durasi kejang kurang dari lima menit. Suhu pada

saat dibawa kepuskesmas 41◦C sedangkan suhu saat berada di UGD 45◦C

Riwayat kejang sebelumnya tidak pernah. Riwayat kejang pada keluarga

disangkal. Tampak vesikel berisi cairan jernih dan krusta disertai eritematous

pada muka, leher, seluruh badan, tangan, dan kaki. Awalnya gatal dan muncul

kemerahan. Riwayat cacar yang kedua kalinya. Riwayat cacar pada ibu usia

kehamilan kurang lebih 7 bulan. Riwayat pengobatan sebelumnya diberikan ctm

tapi tidak kunjung sembuh. Asi diberikan hanya sampai 1 bulan selanjutnya susu

formula sampai umur 2 tahun dengan alasan Asi tidak keluar. Batuk (-) Sesak (-)

10

Page 11: Lapsus Varisela Zoster

muntah (-) malaise (+) anoreksia (+) . Belum BAB kurang lebih 1 hari, BAK

Lancar urin berwarna kuning.

- Keadaan umum : Sakit sedang / gizi buruk / composmentis

- Tanda vital

o N : 140x/ menit

o P : 40x/m

o S : 39,3OC

- Berat Badan : 10 kg

- Status gizi CDC : 10/12 x 100% : 83.3 persen Gizi Kurang

- Pengobatan yang diberikan :

IVFD Ringer Laktat

Cefotaxim 500 mg IV

Luminal 3x15 mg

Diagnosis Kerja :

Varisella Zoster komplikasi kejang

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Varisella adalah suatu penyakit infeksi virus akut dan menula, yang

disebabkan oleh varisella Zoster virus (VZV) dan menyerang kulit serta mukosa,

ditandai oleh adanya vesikel-vesikel1

Varisella merupakan salah satu penyakit infeksi virus yang self limiting

ringan dengan tingkat penularan yang sangat tinggi dan cepat serta kadang

11

Page 12: Lapsus Varisela Zoster

menimbulkan komplikasi. Penyakit ini menular melalui percikan ludah, kontak

langsung barang yang dipakai penderita dan udara1

Varisella terutama menyerang anak-anak kurang dari 10 tahun dengan angka

serangan tertinggi pada usia 2-6 tahun, namun dapat juga menyerang pada orang

dewasa, serta bayi baru lahir bahkan pernah dilaporkan varisela kongenital.1

Varisella disebabkan oleh virus herpes veriselle atau disebut juga varisella

zoster virus (VZV). Di lain pihak anak dengan imunitas menurun (misal anak

leukimia, atau sedang mendapat pengobatan imunosupressan), akan mudah

menderita penyulit dan kematian.1

B. Epidemiologi

Di negara barat kejadian varisella tergantung dari musim (musim dingin dan awal

musim semi). Di indonesia walaupun belum pernah dilakukan penelitian agaknya

penyakit virus menyerang pada musim peralihan antara musim panas ke musim hujan

atau sebaliknya. Angka kejadian di negara kita belum pernah diteliti, tetapi di Amerika

dikatakan kira-kira 3,1-3,5 juta kasus dilaporkan tiap tahun.2

Varisela sangat mudah menular terutama melalui kontak langsung, droplet atau aerosol

dari lesi vesikuler di kulit ataupun melalui sekret saluran nafas, dan jarang melalui

kontak tidak langsung. Varisela dapat menyerang semua golongan umur termasuk

neonatus. Viremia terjadi pada masa prodromal sehingga transmisi virus dapat terjadi

pada fetus intrauterine atau melalui transfusi darah. Sehingga dapat menularkan

penyakit selama 24-48 jam sebelum lesi kulit timbul, sampai semua lesi timbul

krusta/keropeng biasanya 7-8 hari.2

12

Page 13: Lapsus Varisela Zoster

C. Etiologi

Virus varisella zoster adalah herpes virus manusia; ia diklasifikasikan sebagai herpes

virus alfa karena kesamaannya dengan prototipe kelompok ini, yang adalah virus herpes

simpleks (HSV). VVZ adalah virus DNA helai ganda, terselubung; genom virus

mengkode lebih daripada 70 protein termasuk protein yang merupakan sasaran imunitas

dan timidin kinase virus yang membuat virus sensitif terhadap hambatan oleh asiklovir

dan dihubungkan dengan agen antivirus.3 VVZ dapat ditemukan dalam cairan vesikel

dan dalam darah penderita sehingga mudah dibiakkan dalam media yang terdiri dari

fibroblast paru embrio manusia. 1

D. Patologi

Varisela mulai dengan pemasukan virus ke mukosa yang dipindahkan dalam sekresi

saluran pernafasan atau dengan kontak langsung lesi kulit varisela atau herpes zoster.

Pemasukan disertai dengan masa inkubasi 10-21 hari pada saat tersebut penyebaran

virus subklinis terjadi. Akibat lesi kulit tersebar bila infeksi masuk fase viremia; sel

mononuklear darah perifer membawa virus infeksius, menghasilkan kelompok vesikel

baru, selama 3-7 hari. VVZ juga diangkut kembali ke tempat tempat mukosa saluran

selama akhir masa inkubasi, memungkinkan penyebaran pada kontak rentan sebelum

muncul ruam. Penyebaran viseral virus menyertai kegagalan respon hospes untuk

13

Page 14: Lapsus Varisela Zoster

menghentikan viremia yang menyebabkan infeksi paru, hati, otak, dan organ lain. VVZ

menjadi laten di sel akar ganglia dorsal pada semua individu yang mengalami infeksi

primer.3

E. Patogenesis

Virus varisela masuk dalam tubuh umumnya melalui saluran pernafasan dan

berkolonisasi di traktus respiratorius bagian atas. Virus pada mulanya bereplikasi dalam

kelenjar limfe regional, 4/6 hari kemudian mulai terjadi viremia dan menyebar melalui

peredaran darah masuk ke dalam organ reticuloendotial seperti limfa, hepar. Setelah

seminggu terjadi lagi viremia kedua saat virus mulai menyebar masuk kedalam visera

dan kulit berakhir dengan manifestasi lesi pada kulit yang khas. Virus juga menyebar

kesaluran pernafasan infeksi pada SSP atau hepar juga terjadi pada saat ini. Lesi pada

kulit terjadi akibat infeki kapiler endotelial pada papil lapisan dermis kemudian

menyebar ke sel-sel epitel lapisan epidermis, folikel kulit dan glandula sebasea sehingga

terjadi pembengkakan pada mulanya ditandai dengan adanya makula dan berkembang

dengan cepat menjadi papula., vesikel dan akhirnya menjadi krusta. Lesi ini jarang

menetap dalam bentuk makula dan papula saja. Vesikel ini akan berada pada lapisan sel

sedangkan dasarnya adalah lapisan yang lebih dalam degenerasi sel akan diikuti dengan

terbentuknya sel raksasa berintin banyak dan kebanyakan dari sel tersebut mengandung

inclusion body mononuklear type A.

Dengan berkembangnya lesi yang sepat, leukosit polimorfonuklear akan masuk pada

korium dan cairan vesikel sehingga mengubah cairan yang jelas dan terang menjadi

berwarna keruh, kemudian terjadi absorbsi dari cairan ini akhirnya terbentuk krusta.

14

Page 15: Lapsus Varisela Zoster

Terbentuknya lesi membran mukosa juga dengan cara yang sama tetapi tidak langsung

membentuk krusta. Vesikel- vesikel biasanya pecah dan membentuk luka yang terbuka,

namun akan sembuh dengan cepat.1

Bila terjadi ensefalitis pada pemeriksaan patologis akan tampak gambaran demielinisasi

perivaskuler pada substansia alba. Meluasnya kerusakan pada sel otak anterior dapat

menyebabkan paralisis permanen atau sementara.1

F. Diagnosis

Diagnosis Biasanya ditegakka dengan anamnesis dan gambaran klinis yang khas berupa

1. Timbulnya erupsi papula vesikular yang bersamaan dengan demam yang tidak terlalu

tinggi

2. Perubahan-perubahan yang cepat dari makula menjadi papula kemudian menjadi

vesikel dan akhirnya menjadi krusta

3. Gambaran lesi berkelompok dengan distribusi paling banyak pada tubuh lalu

menyebar ke perifer, yaitu muka, kepala, ektremitas.

4. Membentuk ulkus putih, keru pada mukosa mulut.

5. Terdapat gambaran yang polimorf

Umumnya pemeriksaan laboratorium tidak diperlukan lagi. Pada tiga hari pertama dapat

terjadi leukopenia yang diikuti dengan leukositosis. Serum antibody IgA dan IgM dapat

terdeteksi pada hari pertama dan kedua pasca ruam, untuk mengkonfirmasi diagnosis

varisella dapat dengan pewarnaan imunohistokimiawi dari lesi kulit. Prosedur ini

umumnya dilakukan pada pasien resiko tinggi yang memerlukan konfirmasi cepat.

Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan diantaranya isolasi virus (3-5 hari),

PCR, ELISA, FAMA (imunofloresensi antibody to membran antigen) yang merupakan

baku emasnya.

15

Page 16: Lapsus Varisela Zoster

Gejala klinis

Stadium prodromal

Gejala prodromal timbul setelah 14-15 hari masa inkubasi, dengan timbulnya

ruam kulit disertai dengan demam tidak begitu tinggi serta malaise. Pada anak

lebih besar dan dewasa ruam didahului oleh demam selama 2-3 hari sebelumnya,

mengigil, malaise, nyeri kepala, anoreksia, nyeri punggung, dan pada beberapa

kasus nyeri tenggorok dan batuk.2

Stadium erupsi

Ruam kulit muncul di muka dan di kulit kepala dengan cepat menyebar ke badan

dan ektremitas. Ruam lebih jelas pada bagian badan yang tertutup dan jarang

ditemukan pada telapak kaki dan tangan. Penyebaran lesi varisela bersifat

sentrifugal. Gambaran yang menonjol adalah perubahan yang cepat dari makula

kemerahan ke papula, vesikula, pustula, dan akhirnya menjadi krusta. Perubahan

ini hanya terjadi dalam waktu 8-12 jam. Gambaran vesikel-vesikel khas

superfisial, dinding tipis seperti tetesan air. Penampang 2-3 mm berbentuk elips

dengan sumbuh sejajar garis lipatan kulit. Cairan vesikel pada permulaan jernih

dan dengan cepat menjadi keruh akibat serbukan sel radang dan menjadi pustul.

Lesi kemudian mengering yang dimulai dari bagian tengah dan akhirnya

membentuk krusta. Krusta akan lepas dalam waktu 1-3 minggu bergantung pada

dalamnya kelainan kulit. Bekasnya akan membetuk cekungan dangkal berwarna

merah muda dan kemudian berangsur-angsur hilang. Apabila terdapat penyulit

berupa infeksi sekunder dapat menjadi jaringan parut.2

Vesikel juga dapat timbul pada mukosa mulut terutama pada palatum. Vesikel

ini dengan cepat pecah sehingga luput dari pemeriksaan, bekasnya masih dapat

16

Page 17: Lapsus Varisela Zoster

terlihat berupa ulkus dangkal dengan diameter 2-3 mm. Lesi kulit terbatas terjadi

pada lapisan bekas. Jaringan parut terjadi sebagai akibat infeksi sekunder (lesi

menembus membran basalis kulit). Vesikel juga dapat timbul pada mukosa

hidung, faring, trakhea, saluran cerna, saluran kemih, vagina, dan konjungtiva.

Gambaran lain dari lesi varisela adalah terdapatnya semua tingkatan lesi kulit

dalam waktu bersamaan pada satu area pada kasus yang khas dan berat suhu

badan dapat mencapai 39-40,5 derajat celsius. Apabila demam berlanjut

mungkin telah terjadi infeksi bakteri sekunder atau penyulit lain. Keluhan yang

paling menonjol adalah perasaan gatal selama fase erupsi, sehingga dapat

dijumpai lesi bekas garukan.2

Pada ibu hamil yang menderita varisela dapat menimbulkan beberapa masalah

pada bayi akan dilahirkan dan bergantung pada masa kehamilan ibu antara lain1

Varisela neonatal

Varisela kongenital

Zoster invantil

G. Komplikasi

Komplikasi varisela pada anak biasanya jarang atau lebih pada orang dewasa.1

1. infeksi sekunder

Infeksi sekunder disebabkan oleh stafolokokkus atau treptococcus dan menyebabkan

selulitis, furunkel.

Infeksi sekunder pada kulit kebanyakan pada kelompok umur di bawah lima tahun.

Dijumpai pada 5-10 persen anak. Adanya infeksi sekunder bila manifestasi sistemik

tidak hilang dalam 3-4 hari atau bahkan memburuk.

2. Otak

17

Page 18: Lapsus Varisela Zoster

Ensefalitis dijumpai 1 dari 1000 kasus varisela dan memberikan gejala ataksia serebelar

dan biasanya timbul antara hari ke-3 sampai hari ke-8 setelah timbulnya rash. Biasanya

bersifat fatal.

3. Pnemonitis

Komplikasi ini lebih sering dijumpai pada penderita keganasan, neonatus,

imunodefisiensi dan orang dewasa.

4. Sindrom reye

Komplikasi ini lebih jarang dijumpai dengan gejala sebagai berikut yaitu nausea dan

vomitus, hepatomegali dan pada pemeriksaan lab didapatkan peningkatan SGPT dan

SGOT.

5. Hepatitis

Dapat terjadi komplikasi ini tetapi jarang

6. Komplikasi lain

Seperti arthritis, trombositopenia purpura, miokarditis. Perlu dikonsul ke spesialis jika

didapatkan gejala

Varisela yang progresif atau berat

Komplikasi yang dapat mengancam jiwa seperti pnemonia dan ensefalitis.

Infeksi bakteri sekunder yang berat terutama dari golongan grup A

Streptococcus yang dapat memicu terjadinya nekrosis kulit dengan cepat.

Penderita komplikasi berat perlu dirawat di RS atau bila perli ICU

Indikasi rawat ICU atau NICU antara lain

Penurunan Kesadaran

Kejang

Sulit Jalan

Gangguan Pernafasan

Sianosis

Saturasi Oksigen menurun

18

Page 19: Lapsus Varisela Zoster

Semua neonatus lahir dari ibu yang menderita varisela krang dari lima hari

sebelum melahirkan atau 2 hari setelah melahirkan.

H. Pengobatan

Pengobatan varisella adalah simptomatik dengan1

Obat topikal

Antipiretik/Analgesik

Antihistamin

Obat Antivirus

Diet yang adekuat

Obat topikal

Pengobatan lokal dapat diberikan kalamin lotion atau bedak salisil 1%

Antipiretik/Analgesik

Biasanya dipakai aspirin; Asetaminofen; ibuprofen

Antihistamin

Golongan antihistamin yang dapat digunakan yaitu Diphehydramin, tersedia dalam

bentuk cair (12,5 mg/5mL), kapsul (25 mg/50 mg) dan Injeksi (10 dan 50 mg/mL)

Dosis 5 mg/kg/hari dibagi dalam 3 kali pemberian

Obat antivirus

Vidarabin

Vidarabin adalah obat antivirus yang diperoleh dari fosforilase dam sel dan dalam

bentuk trifosfat, menghambat polimerase DNA virus

Dosis 10-20 mg/kgBB/hari diberikan sehari dalam infus selama 12 jam. Lama

pemberian 5-7 hari.

Asiklovir

19

Page 20: Lapsus Varisela Zoster

Asiklovir merupakan salah satu antivirus yang banyak digunakan akhir-akhir ini.

Asiklovir lebih baik dibandingkan dengan vidarabin. Obat ini bekerja menghambat

polimerase DNA virus Herpes dan mengakhiri replikasi virus. Obat ini mengurangi

bertambahnya lesi pada kulit , Bila diberikan dalam 24 jam mulai timbulnya rash.

Dosis 5-10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 5-5 dosis perhari. Dapat diberikan secara oral

atau iv/drip tiap 8 jam selama 5-7 hari. Dengan dosis jangan melebihi 3200 mh/hari

Tersedia dalam bentuk kapsul (200/400/800mg), Injeksi (500mg/5 mL)

Diet

Biarkan makanan penuh jangan dibatasi

Kadang-kadang penderita mengalami anoreksia sebaiknya dimotivasi banyak

minum untuk mempertahankan status hidrasi. Cairan yang cukup sangat

diperlukan bila tetapi penderita dalam keadaan dehidrasi.

I. Pencegahan

Imunisasi Pasif

Imunisasi ini diberikan kepada kelompok penderita risiko tinggi setelah kontak dengan

varisela. Pemberiannya dapat sesegera mungkin, tetapi bila diberikan dalam waktu 96

jam pasca kontak dapat juga mencegah atau mengurangi penyakit varisela.

Dosis Zoster Imunoglobulin (ZIG); 0,6mL/kgBB intramuskular diberikan 72 jam

setelah kontak.

Indikasi pemberian Zoster Imunoglobulin adalah

Neonatus yang lahir dari ibu penderita varisela 5 hari sebelum partus atau 2 hari

setelah melahirkan;

Penderita leukimia atau limfoma terinfeksi varisela yang sebelumnya belum

divaksinasi.

20

Page 21: Lapsus Varisela Zoster

Penderita HIV atau gangguan imunitas lainnya

Penderita sedang mendapat pengobatan imunosupressan seperti kortikosteroid.

Imunisasi Aktif

Vaksin Varisela merupakan vaksin hidup yang dilemahkan yang berasal dari OKA

Strain dengan efek imunogenitas dan tingkat proteksi cukup tinggi berkisar 71-100%

serta mungkin lebih lama. Dapat diberikan pada anak sehat maupun penderita leukimia,

imunodefisiensi. Dosis yang dianjurkan ialah 0,5 mL subkutan. Pemberian vaksin ini

ternyata cukup aman.

J. Prognosis

Pada Anak sehat, prognosis varisella biasanya lebih baik dibandingkan orang dewasa.

Angka kematian pada anak normal di Amerika 5,4-7,5 dari 10.000 kasus varisela Pada

neonatus dan anak yang menderita leukimia, imunodefisiensi, sering menimbulkan

komplikasi dan peningkatan angka kematian. Angka kematian pada penderita yang

mendapat pengobatan imunosupresif tanpa mendapat vaksinasi dan pengobatan

antivirus antara 7-27 % dan sebagian besar penyebab kematian adalah akibat komplikasi

pnemonitis dan ensefalitis.1

21

Page 22: Lapsus Varisela Zoster

DAFTAR PUSTAKA

1. T.H. Rampengan, I.R. Laurentz. 1997. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak 

Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

2. Sumarmo S. Poorwo Soedarmo, dkk. 2011. (ed.) Buku Ajar Ilmu Kesehatan

Anak Infeksi & Penyakit Tropis. Edisi I. Jakarta. Balai Penerbit FKUI. Hal. 113

3. Behram R E, Vaughan V C.2000. Ilmu Kesehatan Anak-Nelson, Edisi ke-15,

bab 213, Nelson W E, Ed, EGC, Jakarta Halaman : 1097 – 1100.

22

Page 23: Lapsus Varisela Zoster

4. Hull, David dan Johnston, Derek.1995. Dasar-dasar Pediatri (Edisi 3) Jakarta:

Buku Kedokteran EGC.

23