Presentasi-Kasus-ABORTUS

31
BAB I PENDAHULUAN Kehamilan adalah proses fisiologi pada wanita dalam masa reproduksi. Dalam perjalanannya, kehamilan sering terhenti oleh proses abortus, partus immatur maupun partus prematurus. Proses reproduksi umumnya dipandang sebagai proses fisiologis, akan tetapi kemungkinan timbulnya komplikasi pada kehamilan, persalinan dan nifas sedemikian besarnya sehingga proses ini tidak dapat dibiarkan berlangsung sendiri tanpa perawatan dan perlindungan yang memadai. Abortus merupakan kejadian yang umum walaupun statistiknya bervariasi. Frekuensi abortus sukar ditentukan karena abortus buatan banyak yang tidak dilaporkan, kecuali apabila terjadi komplikasi. Abortus spontan kadang-kadang hanya disertai gejala dan tanda ringan, sehingga pertolongan medik tidak diperlukan dan kejadian ini dianggap sebagai terlambat haid. Diperkirakan frekuensi abortus spontan berkisar 10-15% dari seluruh kejadian abortus. Frekuensi ini dapat mencapai angka 50% bila diperhitungkan mereka yang hamil sangat dini, terlambat haid beberapa hari, sehingga wanita itu sendiri tidak mengetahui bahwa ia sudah hamil. Di Indonesia, diperkirakan ada 5 juta kehamilan per tahun. Dengan demikian setiap tahun 1

description

preskas abortus

Transcript of Presentasi-Kasus-ABORTUS

BAB IPENDAHULUAN

Kehamilan adalah proses fisiologi pada wanita dalam masa reproduksi. Dalam perjalanannya, kehamilan sering terhenti oleh proses abortus, partus immatur maupun partus prematurus. Proses reproduksi umumnya dipandang sebagai proses fisiologis, akan tetapi kemungkinan timbulnya komplikasi pada kehamilan, persalinan dan nifas sedemikian besarnya sehingga proses ini tidak dapat dibiarkan berlangsung sendiri tanpa perawatan dan perlindungan yang memadai.Abortus merupakan kejadian yang umum walaupun statistiknya bervariasi. Frekuensi abortus sukar ditentukan karena abortus buatan banyak yang tidak dilaporkan, kecuali apabila terjadi komplikasi. Abortus spontan kadang-kadang hanya disertai gejala dan tanda ringan, sehingga pertolongan medik tidak diperlukan dan kejadian ini dianggap sebagai terlambat haid. Diperkirakan frekuensi abortus spontan berkisar 10-15% dari seluruh kejadian abortus. Frekuensi ini dapat mencapai angka 50% bila diperhitungkan mereka yang hamil sangat dini, terlambat haid beberapa hari, sehingga wanita itu sendiri tidak mengetahui bahwa ia sudah hamil. Di Indonesia, diperkirakan ada 5 juta kehamilan per tahun. Dengan demikian setiap tahun 500.000-750.000 abortus spontan, ini merupakan jumlah yang sangat besar.Abortus dibagi menjadi beberapa jenis, menurut kejadiannya abortus dibagi atas abortus spontan yang memang terjadi secara alamiah dan abortus provokatus yang kejadiannya dipicu hal-hal tertentu. Abortus itu sendiri dapat mengancam nyawa seseorang bila hasil konsepsi tersebut tidak di bersihkan secara tuntas. Hal ini dapat menyebabkan infeksi yang dapat berakhir dengan sepsis. Hal ini akan semakin meningkatkan kematian ibu di Indonesia.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. PENGERTIAN Abortus adalah pengeluaran hasil pembuahan (konsepsi) dengan berat badan janin < 500 gram atau kehamilan kurang dari 20 minggu. Insiden 15% dari semua kehamilan yang diketahui. (WHO) merekomendasikan bahwa janin viabel apabila masa gestasi telah mencapai 22 minggu atau lebih, atau apabila berat janin 500 gram atau lebih. (Llewellyn, 2001).Sedangkan abortus spontan adalah berakhirnya suatu kehamilan yang terjadi secara alamiah tanpa intervensi dari luar untuk mengakhiri kehamilan tersebut (Astri, 2009). Sementara itu Cunningham dkk (2006) menyatakan bahwa abortus spontan adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun sebelum janin mampu bertahan hidup. Wiknjosastro (2006) mendefinisikan abortus spontan adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum hasil konsepsi mampu hidup diluar kandungan dengan berat badan lahir kurang dari 500 gram atau umur kehamilan kurang dari 20 minggu.Abortus yang terjadi pada minggu-minggu pertama kehamilan umumnya disebabkan oleh faktor ovofetal, pada minggu-minggu berikutnya (11 12 minggu), abortus yang terjadi disebabkan oleh faktor maternal (Sayidun, 2001).

2.2. ETIOLOGI ABORTUS SPONTANUmumnya etiologi dari abortus spontan terbagi menjadi tiga yaitu faktor janin, faktor ibu dan faktor paternal. Ekspulsi spontan pada periode awal kehamilan umumnya disebabkan oleh terhentinya proses biologis pada embrio atau janin. Mencari penyebab terhentinya proses biologis tersebut memerlukan berbagai proses pemeriksaan yang cukup rumit. Pada kehamilan lanjut, pengeluaran bayi lebih banyak diakibatkan oleh faktor lingkungan atau eksternal. Hal ini dibuktikan dengan masih hidupnya bayi-bayi tersebut pada saat dikeluarkan.

2.2.1. Faktor JaninKelainan pertumbuhan hasil konsepsi adalah penyebab yang dapat mempengaruhi terjadinya abortus spontan. Menurut Wiknjosastro (2006), kelainan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin atau cacat. Kelainan berat biasanya menyebabkan kematian mudigah pada hamil muda. Faktor-faktor yang menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan ialah:a. Kelainan kromosom. Kelainan yang sering ditemukan ialah trisomi, polipoidi, dan kemungkinan pula kelainan kromosom seks.b. Lingkungan yang kurang sempurna. Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang sempurna sehingga pemberian zat makanan pada hasil konsepsi terganggu.c. Pengaruh dari luar. Radiasi, virus, obat-obatan dan sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus.

2.2.2. Faktor Ibua. ParitasParitas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup diluar rahim. Risiko abortus semakin meningkat dengan bertambahnya jumlah paritas.Paritas dibagi menjadi empat yaitu:i. NulliparaNullipara adalah seorang wanita yang belum pernah melahirkan dengan usia kehamilan lebih dari 28 minggu atau belum pernah melahirkan janin yang mampu hidup.

ii. PrimiparaPrimipara adalah seorang wanita yang telah pernah melahirkan satu kali dengan janin yang telah mencapai batas viabilitas, tanpa mengingat janinnya hidup atau mati.iii. MultiparaMultipara adalah seorang wanita yang telah mengalami hamil dengan umur kehamilan minimal 28 minggu dan telah melahirkan buah kehamilan dua atau lebih.iv. Grande multiparaGrande multipara adalah ibu yang pernah hamil atau melahirkan 4 kali atau lebih.Bagi wanita yang pernah hamil atau melahirkan 4 kali atau lebih kemungkinan akan banyak ditemui keadaan kekendoran pada dinding perut dan kekendoran pada dinding rahim, sehingga kekuatan rahim untuk menjadi tempat pertumbuhan dan perkembangan bayi semakin berkurang dan akhirnya menyebabkan abortus.

b. Usia Ibu HamilCunningham dkk (2006) menyatakan bahwa usia ibu yang terlalu muda atau terlalu tua merupakan risiko tinggi pada kehamilan yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya. Pada ibu yang berusia kurang dari 20 tahun, rahim belum siap menerima kehamilan, sel dan rahim dan alat genetalia belum sepenuhnya sempurna sehingga hasil konsepsi rawan dan mudah terlepas dari dinding rahim. Pada ibu yang berusia lebih dari 35 tahun telah terjadi regenerasi dan atropi pada rahim sehingga menyebabkan berkurangnya suplai makanan atau oksigenasi plasenta dan berkurangnya produksi hormon sehingga janin yang seharusnya memerlukan hormon estrogen dan progesteron untuk mempertahankan dan pertumbuhan mengalami gangguan atau hambatan. Frekuensi abortus secara klinis bertambah dari 12% pada wanita yang usianya kurang dari 20 tahun dan 26% pada wanita yang usianya lebih dari 35 tahun.

c. AnemiaUmumnya ibu hamil dianggap anemia jika kadar hemoglobin dibawah 11gr/dl atau hematokrit kurang dari 33%. Anemia dalam kehamilan mempunyai pengaruh yang kurang baik bagi ibu maupun janin, baik dalam kehamilan, persalinan maupun dalam masa nifas dan masa selanjutnya.

d. Penyakit InfeksiPenyakit infeksi dapat menyebabkan abortus. Infeksi maternal dapat membawa risiko bagi janin yang sedang berkembang terutama pada awal trimester pertama atau trimester kedua. Penyakit-penyakit infeksi yang dapat menyebabkan abortus diantaranya adalah campak, hepatitis, malaria dan toksoplasmosis.

e. HipertensiHipertensi mengakibatkan kurang baiknya prognosis bagi janin disebabkan oleh sirkulasi utero plasenter yang kurang baik. Janin tumbuh kurang wajar, dilahirkan atau mati dalam kandungan.f. Kelainan traktus genitalisRetroversi uteri, mioma uteri atau kelainan bawaan uterus dapat menyebabkan abortus. Penyebab lain abortus pada trimester kedua adalah serviks inkompeten yang dapat diakibatkan oleh kelemahan bawaan dari serviks, dilatasi serviks berlebihan atau robekan serviks luas yang tidak dijahit.

g. Kelainan EndokrinKelainan pada endokrin dapat menyebabkan disfungsi kelenjar tiroid (kira-kira 35% abortus habitualis disebabkan oleh disfungsi kelenjar tiroid), selain itu dapat juga menyebabkan disfungsi corpus luteum, yang mana corpus luteum membuat progesteron dan mungkin juga estrogen untuk mempertahankan desidua. Defisiensi hormon ini relatif secara teoritis mengganggu nutrisi konseptus dan mengakibatkan kematian. Dan akibat dari kelainan endokrin yang terakhir adalah disfungsi plasenta. Plasenta mempunyai peran penting karena bila fungsi steroid corpus luteum tidak dapat digantikan oleh plasenta maka dapat terjadi abortus.

h. NutrisiMalnutrisi umum yang berat merupakan predisposisi meningkatnya abortus. Sebagian besar mikronutrien telah dilaporkan mempunyai nilai dalam mengurangi resiko abortus spontan. Tetapi bukti yang diajukan untuk menyokong pendapat tersebut sangat lemah.

i. Alkohol dan MerokokWanita yang merokok diketahui lebih sering mengalami abortus spontan daripada wanita yang tidak merokok. Kemungkinan resiko abortus spontan pada perokok adalah wanita tersebut juga minum alkohol saat hamil.Alkohol dan nikotin (substansi yang terkandung di dalam rokok) bersifat embryotoxic. Nikotin yang masuk ke dalam tubuh akan berikatan dengan reseptornya dan dapat merangsang pengeluaran neurotransmitter seperti, noradrenalin dan adrenalin yang dapat menyebabkan restriksi pembuluh darah sehingga aliran darah ke janin terganggu. Selain itu di dalam rokok juga terdapat karbonmonoksida yang dapat mengganggu perfusi oksigen ke jaringan.

j. LaparotomiTrauma Laparotomi terkadang menyebabkan abortus. Pada umumnya semakin dekat tempat operasi dengan organ pelvis semakin besar kemungkinan terjadi abortus. Laparotomi pada uterus yang dilakukan pada kasus-kasus seperti dilatasi dan kuretase, myomectomy, menyebabkan perubahan pada struktur dan fungsi uterus.

k. Kondisi Psikologis Terdapat dugaan bahwa masalah psikologis memiliki peranan pula dengan kejadian abortus meskipun sulit untuk dibuktikan atau dilakukan penilaian lanjutan. Kecemasan dan stress dapat merupakan penyebab terjadinya abortus spontan. Saat terjadi kecemasan maupun stress, tubuh akan mengirimkan sinyal ke otak dan dapat meningkatkan pengeluaran katekolamin yang akan menyebabkan konstriksi pembuluh darah di wilayah manapun termasuk pembuluh darah yang menuju ke plasenta sehingga aliran darah ke janin akan menurun.

2.2.3. Faktor PaternalHanya sedikit yang diketahui tentang peranan faktor paternal dalam proses timbulnya abortus spontan. Translokasi kromosom dalam sperma dapat menimbulkan zigot yang mendapat bahan kromosom terlalu sedikit atau terlalu banyak, sehingga terjadi abortus.

2.3. MEKANISME ABORTUSMekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh bagian embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua. Kegagalan fungsi plasenta yang terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan terjadinya kontraksi uterus dan mengawali proses abortus. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, embrio rusak atau cacat yang masih terbungkus dengan sebagian desidua dan villi chorialis cenderung dikeluarkan secara in toto, meskipun sebagian dari hasil konsepsi masih tertahan dalam cavum uteri atau di canalis servicalis. Perdarahan pervaginam terjadi saat proses pengeluaran hasil konsepsi.Pada kehamilan 8 14 minggu, mekanisme diatas juga terjadi atau diawali dengan pecahnya selaput ketuban lebih dulu dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat namun plasenta masih tertinggal dalam cavum uteri. Plasenta mungkin sudah berada dalam kanalis servikalis atau masih melekat pada dinding cavum uteri. Jenis ini sering menyebabkan perdarahan pervaginam yang banyak. Pada kehamilan minggu ke 14 22, Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa saat kemudian. Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga menyebabkan gangguan kontraksi uterus dan terjadi perdarahan pervaginam yang banyak. Perdarahan umumnya tidak terlalu banyak namun rasa nyeri lebih menonjol. Dari penjelasan diatas jelas bahwa abortus ditandai dengan adanya perdarahan uterus dan nyeri dengan intensitas beragam.2.4. KLASIFIKASIAbortus spontan diklasifikasikan menjadi:a. Abortus ImminensPengertian Proses awal dari suatu abortus yang ditandai dengan perdarahan per vaginam, ostium uteri eksternum masih tertutup dan kondisi janin masih baik dalam uterus. Perdarahan dapat berlanjut selama beberapa hari atau dapat berulang dan dapat disertai sedikit nyeri perut bawah atau nyeri punggung seperti saat menstruasi. Umumnya kira-kira 50% wanita dengan gejala abortus imminens kehilangan kehamilannya, presentasi kecil lahir prematua dan lainnya berlanjut ke kelahiran cukup bulan.b. Abortus InsipiensMerupakan suatu abortus yang sedang berlangsung, ditandai dengan perdarahan pervaginam dengan adanya pembukaan serviks, namun tanpa pengeluaran hasil konsepsi. Pada keadaan ini didapatkan juga nyeri perut bagian bawah atau nyeri kolik uterus yang hebat.Pemeriksaan vagina pada kasus ini memperlihatkan dilatasi ostium serviks dengan bagian kantong konsepsi menonjol. Hasil pemeriksaan USG mungkin didapatkan jantung janin masih berdenyut, kantung gestasi kosong (5-6,5 minggu), uterus kosong (3-5 minggu), atau perdarahan subkhorionik yang banyak di bagian bawah. Kehamilan biasanya tidak dapat dipertahankan lagi dan pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret vakum atau dengan cunam ovum disusul dengan kerokan.c. Abortus KompletusAbortus dengan keseluruhan hasil konsepsi telah keluar melalui jalan lahir. Pada abortus kompletus, perdarahan yang terjadi segera berkurang setelah isi rahim (hasil konsepsi) dikeluarkan. Ostium uteri sebagian besar telah menutup dan uterus sudah mulai mengecil.d. Abortus Inkompletus Abortus dengan sebagian hasil konsepsi telah keluar melalui jalan lahir. Perdarahan biasanya terus berlangsung banyak dan membahayakan ibu. Pada pemeriksaan sering didapatkan serviks tetap terbuka karena masih ada hasil konsepsi yang tertinggal di dalam rahim yang dianggap sebagai benda asing.e. Abortus HabitualisAbortus yang terjadi tiga kali berturut-turut atau lebih oleh sebab apapun, seperti: kelainan ovum atau spermatozoa, dimana bila terjadi pembuahan hasilnya adalah pembuahan patologis kesalahan-kesalahan pada ibu, yaitu disfungsi tiroid, korpus luteum, kesalahan plasenta yaitu tidak sanggupnya plasenta menghasilkan progesteron sesudah korpus luteum atrofis, kelainan anatomis, hipertensi dan keadaan malnutrisi.f. Missed AbortionBerakhirnya suatu kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu, namun keseluruhan hasil konsepsi itu tertahan dalam uterus selama 6 minggu atau lebih. Sekitar kematian janin kadang-kadang ada perdarahan pervaginam sedikit sehingga menimbulkan gambaran abortus imminens. Selanjutnya rahim tidak membesar bahkan mengecil karena absorpsi air ketuban dan maserasi janin.g. Abortus InfeksiousSuatu abortus yang telah disertai komplikasi berupa infeksi, baik yang diperoleh dari luar Rumah Sakit maupun yang terjadi setelah tindakan di Rumah Sakit. Manifestasi klinis ditandai dengan adanya demam, lokhea yang berbau, nyeri diatas sympisis, abdomen kembung atau tegang.

2.5. PENATALAKSANAANPenanganan pada abortus spontan dilakukan sesuai dengan jenis abortus yang terjadi. Pada abortus imminens, istirahat baring merupakan terapi utama yang diberikan karena dapat menyebabkan peningkatan aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsangan mekanis. Selain itu dapat pula diberikan fenobarbital 3 x 30 mg yang bertujuan untuk menenangkan pasien. Pada pasien dengan abortus imminens dapat juga diberikan hormon plasenta dan antispasmodika Pada abortus insipiens, dilakukan evakuasi atau pembersihan kavum uteri (dilatasi dan kuretase) sesegera mungkin. Pada abortus kompletus, oleh karena janin maupun plasenta sudah keluar dengan lengkap maka dalam penangannya tidak diperlukan tindakan dilatasi dan kuretase. Bila kondisi pasien baik, berikan ergometrin 3 x 1 selama 3-5 hari. Pada abortus inkompletus, cara penanganannya hampir sama dengan abortus insipiens, kecuali jika pasien dalam keadaan syok karena perdarahan banyak, maka harus dilakukan resusitasi cairan (bahkan mungkin perlu transfusi) untuk mengatasi syoknya terlebih dahulu. Setelah syok teratasi, dapat dilakukan kerokan dengan kuret tajam. Pada missed abortion dengan kadar fibrinogen normal dapat segera dilakukan dilatasi dan kuretase, tetapi jika kadar fibrinogen rendah perlu diberikan fibrinogen atau darah segar dulu sebelum mengeluarkan hasil konsepsi. Pada kehamilan < 12 minggu, lakukan pembukaan servik dengan gagang laminaria selama 12 jam lalu dilakukan dilatasi servik dan kuretase. Kuretase pada missed abortion seringkali cukup sulit, karena hasil konsepsi melekat sangat erat dengan dinding uterus. Pada abortus habitualis, penanganannya tergantung pada etiologinya. Konsep terapi abortus infeksi adalah menghilangkan sumberi infeksi sebanyak mungkin, menghindari penyebaran infeksi yang lebih luas, menghindari peningkatan infeksi menjadi sepsis. Pada abortus infeksi dilakukan tindakan-tindakan sebagai berikut:i. Pemberian antibiotik sesuai dengan hasil kultur dan tes sensitivitas bakteri.ii. Pemberian cairan pengganti darah dan cairan yang hilang sehingga volume darah mencukupi untuk memelihara metabolisme dan perfusi jaringan dengan baik.iii. Pemeliharaan dan peningkatan perfusi ke jaringan sehingga tidak terjadi perubahan metabolisme dari aerobik menjadi anaerobik, agar tidak menimbulkan asidosis metabolik yang akhirnya akan mengganggu metabolisme organ vital tubuh.iv. Evaluasi keseimbangan elektrolit, pernafasan dan produksi urin.v. Lakukan tindakan kuretase untuk menghilangkan sumber infeksi jika:a. Tiga hingga lima hari bebas panas.b. Temperatur tidak pernah turun, sekalipun pemberian antibiotik sudah dilakukan.c. Perdarahan bertambah banyak.d. Enam jam setelah pemberian antibiotika/antipiretika adekuat.e. Lakukan histerektomi jika foto menunjukkan terdapat gas pada kavum peritonii, terjadi impending septic shock yang ditandai dengan: Takipnea > 20 x/menit, takikardi > 90 x/menit, temperatur >38,5 C, gangguan perfusi organ yang menimbulkan hipoksia jaringan.

2.6. KOMPLIKASIa. PerdarahanApabila masih ada hasil konsepsi yang tertinggal maka akan terjadi perdarahan sedikit demi sedikit dalam jangka panjang, kemudian menjadi banyak. Kematian akibat perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.

b. PerforasiPerforasi uterus dapat terjadi karena tindakan kuretase terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Perforasi juga dapat terjadi karena terjadi sobekan rahim. Apabila terdapat dugaan terjadi perforasi, maka diperlukan tindakan laparotomi untuk mengetahui seberapa besar perlukaan yang terjadi pada rahim ataupun alat-alat disekitarnya. Bahaya perforasi ialah perdarahan dan peritonitis.c. InfeksiInfeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi biasanya terjadi pada abortus inkompletus dan lebih sering pada abortus buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis.d. Syok hemoragik dan syok sepsisSyok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan dan karena infeksi berat.

BAB IIILAPORAN KASUS

1. Identitas PasienNama: MislianiUmur : 40 tahunAlamat: KajuPekerjaan: Ibu Rumah TanggaStatus: MenikahNo. CM: 0-87-29-78Tgl Masuk: 28 Febuari 2015Tgl Pemeriksaan: 02 Maret 2015

1. AnamnesaKU : Keluar darah dari jalan lahir ( 8 jam SMRS)RPS : Pasien mengaku hamil 3 bulan dengan HPHT 10 12 2014. Datang dengan keluhan keluar darah dari kemaluan 8 jam SMRS (tgl 28 febuari 2015), darah yang keluar sedikit sedikit berupa darah segar, pasien juga mengeluhkan nyeri pada perut bagian bawah, mual (-), muntah (-), USG (-). ANC baru sekali ke Bidan karena perdarahan langsung di rujuk ke RSUDZA. Keputihan (+) ,warna coklat muda, bau (+), gatal (-).

RPD: Hipertensi (-), DM (-), Alergi (-)Riw. Penyakit Keluarga : DisangkalRiw. Menstruasi: Menarche 13 tahun, siklusnya 4 6 hari, teratur, GP 3-4x/hari dismenore (-)Usia Pernikahan: pernikahan pertama, usia 19 tahun

Riw. Obstetri : G5P4A0 ; P1 laki-laki, usia 53 hari (meninggal), BBL 2000 gr, Normal P2 laki laki, usia 16 thn, BBL 2000 gr. Normal P3 laki laki, usia 9 thn, BBL 3400 gr. Normal dengan vakumP4 laki laki, usia 3hari (meninggal), BBL 1600 gr. Normal usia kehamilan 6 bulan P5 Hamil sekarang

Riw. KB : Suntik (+)/3 bulan

1. Pemeriksaan Umum1. Kesadaran/ Mental: Compos Mentis1. Tekanan Darah : 110/60 mmHg1. Nadi : 96 x/ menit1. Suhu: 36,7 C1. Pernafasan: 19 x/ menit1. Status Generalisata 1. Mata : Anemia (-/-), Ikterik (-/-)1. T/H/M: Dalam Batas Normal1. Leher : Pembesaran KGB (-)1. Thorax: simetris (+/+), Sfka = Sfki, Sonor, Ves (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)1. Cor : BJ I > BJ II, Reg , Bising (-), Murmur (-)1. Abdomen: Distensi (-), Soepel (+), Timpani (+), Peristaltik Usus (+)1. Ekstrimitas : Tidak ada udem dan pucat

1. Pemeriksaan Laboratorium(Tanggal 29 Januari 2015)Jenis Pemeriksaan HasilNilai RujukanSatuan

Hematologi`

Darah Rutin

Hemoglobin11,4*12,0 -15,0g/dL

Hematokrit34*37 47%

Eritrosit3,8*4,2 5,4106 / mm3

Leukosit8,54,5 10,5103 / mm3

Trombosit269150 450103 / mm3

FAAL HEMOSTASIS

Waktu Perdarahan31 7Menit

Waktu Pembekuan85 15Menit

Kimia Klinik

Elektrolit

Natrium (Na)141135 145Mmol/L

Kalium4,13,5 4,5Mmol/L

Klorida (Cl)10490 110Mmol/L

Diabetes

Glukosa Darah Sewaktu91< 200Mg/dL

Ginjal Hipertensi

Ureum2413 43Mg/dL

Kreatinin0,520,51 0,95Mg/dL

1. Diagnosis G5P4 Hamil 11 12 Minggu + Abortus Incomplete USG tgl 28/02/2015 pada saat pasien masuk ke ruang bersalin Fetal Echo (+) Fetal Pull (+) Kesan : Abortus Imminiens

USG tgl 2/01/2015Dari hasil USG didapatkan : GS : (-)Fetal Echo :(-)Tampak sisa jaringan 1x2 cm OUE terbukaKesimpulan : Abortus Incomplete.

A. TERAPI.6. Bedrest total6. Uterogestan 1x16. Rencana keretase

Follow Up pasien di ruangan seurune 3Tgl 28/2/2015 S/ Keluar darah aktif (+)O/ TD : 110/80mmhg HR : 82x/i RR : 20x/i T : 36,3 cStatus generalis : dalam batas normalStatus obstetrik :I : V/U tenangLab : DR 11,4/34/13,8. 106/8500/269.103CT/BT 9/8Na/K/Cl.. 141/4.1/104. GDS 91Ur/Cr : 2,4/0,52Kesan : Dalam batas normalAss / Abortus imminiens pada G5P4A0, H.11-12 minggu.P/ 1. Hemodinamik stabil : -observasi tanda tanda vital dan perdarahan2. pertahankan kehamilan : - uterogeston 1x1 PO- bedrest totalTgl 1/3/2015 S/ Keluar darah (+)O/ TD : 110/80 mmhg HR : 74x/i RR : 21x/i T : 36,5 cStatus generalis : dalam batas normalStatus obstetrik :I : V/U tenangUSG : Fetal Echo (+)

Ass / Abortus imminiens pada G5P4A0, H.11-12 minggu.P/ 1. Hemodinamik stabil : -observasi tanda tanda vital dan perdarahan2. pertahankan kehamilan : - uterogeston 1x1 PO- bedrest totalTgl 02/03/2015 S/ Keluar darah aktif (+), nyeri pinggang (+)O/ TD : 100/60mmhg HR : 64x/i RR : 20x/i T : 36,1 cStatus generalis :Mata : anemis (-/-), ikterik (-/-)Leher : pembesaran KGB (-)T/H/M : dalam batas normalParu :simetris(+/+), SF kanan = SF kiri, Sonor(+/+), vesikular(+/+), WH (-/-), RH (-/-)Jantung : BJ I>BJ II, Bising (-)Abdomen : soepel, peristaltik (+) normal, nyeri tekan (-), timpani(+).Extremitas : edema (-/-), pucat (-/-)Status obstetri :I : V/U tenangA / Abortus incompleteP/1. USG konfirmasi Dari hasil USG didapatk an : GS : (-) Fetal Echo :(-) Tampak sisa jaringan 1x2 cm OUE terbuka. Kesimpulan : Abortus Incomplete. 2. observasi tanda tanda vital dan perdarahan 3. Rencana Kuretase.

BAB IVPEMBAHASANSeorang wanita G5P4A0 datang dengan dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir ( 8 jam SMRS), Pasien mengaku hamil 3 bulan dengan HPHT 10 12 2014. Darah yang keluar sedikit sedikit berupa darah segar, pasien juga mengeluhkan nyeri pada perut bagian bawah tidak disertai rasa mual dan muntah, pasien tidak belum pernah USG selama hamil. ANC baru sekali ke Bidan karena perdarahan langsung di rujuk ke RSUDZA. Pasien memiliki riwayat keputihan berwarna coklat muda disertai bau amis, gatal dijumpai. Pasien terlihat tenang dan baik. Selama masa kehamilan pasien tidak memiliki riwayat penggunaan obat-obatan, dan tidak pernah mengalami trauma selama hamil, tetapi pasien mengaku selama seminggu terakir sering melakukan aktifitas fisik yang berat seperti menyuci sambil jongkok karena pasien merasa sehat. Pasien tidak memiliki riwayat perdarahan sebelumnya dan tidak memiliki penyakit hipertensi, DM, riwayat merokok dan minum alkohol tidak dijumpai. Siklus haid pasien selama ini 4-6 hari secara teratur, dalam sehari mengganti pembalut 3-4 kali/hari. Pasien menikah pada usia 19 tahun.Riw. Obstetri : G5PA0 ; P1 laki-laki, usia 53 hari (meninggal), BBL 2000 gr, Normal P2 laki laki, usia 16 thn, BBL 2000 gr. Normal P3 laki laki, usia 9 thn, BBL 3400 gr. Normal dengan vakumP4 laki laki, usia 3hari (meninggal), BBL 1600 gr. Normal usia kehamilan 6 bulan P5 Hamil sekarangRiw. KB : Suntik (+)/3 bulan

.Perdarahan pervaginam yang terjadi pada usia kehamilan