Prepare

46
PEMBAHASAN Bab 1. Mengenal Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun(B3) 1.1 Pengertian Limbah B3 Pengertian limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia. 1.2 Sumber Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun(B3) Limbah B3 dari sumber tidak spesifik Berasal bukan dari proses utamanya, tetapi berasal dari kegiatan pemeliharaan alat, pencucian, pencegahan korosi, pelarut kerak, pengemasan, dll. Limbah B3 dari sumber spesifik Limbah B3 sisa proses suatu industri atau kegiatan yang secara spesifik dapat ditentukan berdasarkan kajian ilmiah. Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dapat diklasifikasikan menjadi:

Transcript of Prepare

Page 1: Prepare

PEMBAHASAN

Bab 1. Mengenal Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun(B3)

1.1 Pengertian Limbah B3

Pengertian limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah)

suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3)

karena sifat (toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau

jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak,

mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia.

1.2 Sumber Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun(B3)

Limbah B3 dari sumber tidak spesifik

Berasal bukan dari proses utamanya, tetapi berasal dari kegiatan pemeliharaan

alat, pencucian, pencegahan korosi, pelarut kerak, pengemasan, dll.

Limbah B3 dari sumber spesifik

Limbah B3 sisa proses suatu industri atau kegiatan yang secara spesifik dapat

ditentukan berdasarkan kajian ilmiah.

Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dapat diklasifikasikan menjadi:

Primary sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada pemisahan

awal dan banyak mengandung biomassa senyawa organik yang stabil dan mudah

menguap.

Chemical sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan flokulasi

Excess activated sludge, yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan dengan

lumpur aktif sehingga banyak mengandung padatan organik berupa lumpur dari hasil

proses tersebut.

Digested sludge, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi dengan digested

aerobic maupun anaerobic di mana padatan/lumpur yang dihasilkan cukup stabil dan

banyak mengandung padatan organik.

Page 2: Prepare

1.3 Karakteristik B3

Secara konvensional terdapat 7 kelas bahan berbahaya, yaitu:

Flammable (mudah terbakar), yaitu bahan padat, cair, uap, atau gas yang menyala

dengan mudah dan terbakar secara cepat bila dipaparkan pada sumber nyala,

misalnya: jenis pelarut ethanol, gas hidrogen, methane.

Materi yang spontan terbakar, yaitu bahan padat atau cair yang dapat menyala secara

spontan tanpa sumber nyala, mislanya karena perubahan panas, tekanan atau kegiatan

oksidasi.

Explosive (mudah meledak), yaitu materi yang dapat meledak karena adanya kejutan,

panas atau mekanisme lain, misalnya dinamit.

Oxidizer (pengoksidasi), yaitu materi yang menghasilkan oksigen, baik dalam kondisi

biasa atau bila terpapar dengan panas, misalnya amonium nitrat dan benzoyl

perioksida.

Corrosive, bahan padat atau cair yang dapat membakar atau merusak jaringan kulit

bila berkontak dengannya.

Toxic, yaitu bahan beracun yang dalam dosis kecil dapat membunuh atau

mengganggu kesehatan, seperti hidrogen sianida.

Radioactive

1.4 Teknologi Pengolahan

Terdapat banyak metode pengolahan limbah B3 di industri, tiga metode yang paling

populer di antaranya ialah chemical conditioning, solidification/Stabilization, dan

incineration.

1. Chemical Conditioning

Salah satu teknologi pengolahan limbah B3 ialah chemical conditioning. Tujuan

utama dari chemical conditioning ialah:

o Menstabilkan senyawa-senyawa organik yang terkandung di dalam lumpur

o Mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air dalam lumpur

Page 3: Prepare

o Mendestruksi organisme patogen

o Memanfaatkan hasil samping proses chemical conditioning yang masih

memiliki nilai ekonomi seperti gas methane yang dihasilkan pada proses

digestion

o Mengkondisikan agar lumpur yang dilepas ke lingkungan dalam keadaan

aman dan dapat diterima lingkungan

Chemical conditioning terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Concentratiothickening

Tahapan ini bertujuan untuk mengurangi volume lumpur yang akan

diolah dengan cara meningkatkan kandungan padatan. Alat yang umumnya

digunakan pada tahapan ini ialah gravity thickener dan solid bowl

centrifuge. Tahapan ini pada dasarnya merupakan tahapan awal sebelum

limbah dikurangi kadar airnya pada tahapan de-watering selanjutnya.

Walaupun tidak sepopuler gravity thickener dan centrifuge, beberapa unit

pengolahan limbah menggunakan proses flotation pada tahapan awal ini.

2. Treatment, stabilization, andconditioning

Tahapan kedua ini bertujuan untuk menstabilkan senyawa organik dan

menghancurkan patogen. Proses stabilisasi dapat dilakukan melalui proses

pengkondisian secara kimia, fisika, dan biologi. Pengkondisian secara kimia

berlangsung dengan adanya proses pembentukan ikatan bahan-bahan kimia

dengan partikel koloid. Pengkondisian secara fisika berlangsung dengan

jalan memisahkan bahan-bahan kimia dan koloid dengan cara pencucian

dan destruksi. Pengkondisian secara biologi berlangsung dengan adanya

proses destruksi dengan bantuan enzim dan reaksi oksidasi. Proses-proses

yang terlibat pada tahapan ini ialah lagooning, anaerobic digestion, aerobic

digestion, heat treatment, polyelectrolite flocculation, chemical

conditioning, dan elutriation.

Page 4: Prepare

3) De-wateringanddrying

De-watering and drying bertujuan untuk menghilangkan atau

mengurangi kandungan air dan sekaligus mengurangi volume lumpur.

Proses yang terlibat pada tahapan ini umumnya ialah pengeringan dan

filtrasi. Alat yang biasa digunakan adalah drying bed, filter press,

centrifuge, vacuum filter, dan belt press.

4) Disposal

Disposal ialah proses pembuangan akhir limbah B3. Beberapa proses

yang terjadi sebelum limbah B3 dibuang ialah pyrolysis, wet air oxidation,

dan composting. Tempat pembuangan akhir limbah B3 umumnya ialah

sanitary landfill, crop land, atau injection well.

2. Solidification/Stabilization

Di samping chemical conditiong, teknologi solidification/ stabilization juga dapat

diterapkan untuk mengolah limbah B3. Secara umum stabilisasi dapat didefinisikan

sebagai proses pencapuran limbah dengan bahan tambahan (aditif) dengan tujuan

menurunkan laju migrasi bahan pencemar dari limbah serta untuk mengurangi

toksisitas limbah tersebut. Sedangkan solidifikasi didefinisikan sebagai proses

pemadatan suatu bahan berbahaya dengan penambahan aditif. Kedua proses tersebut

seringkali terkait sehingga sering dianggap mempunyai arti yang sama. Proses

solidifikasi/stabilisasi berdasarkan mekanismenya dapat dibagi menjadi 6 golongan,

yaitu:

1) Macroencapsulation, yaitu proses dimana bahan berbahaya dalam limbah

dibungkus dalam matriks struktur yang besar

2) Microencapsulation, yaitu proses yang mirip macroencapsulation tetapi bahan

pencemar terbungkus secara fisik dalam struktur kristal pada tingkat mikroskopik

3) Precipitation

Page 5: Prepare

4) Adsorpsi, yaitu proses dimana bahan pencemar diikat secara elektrokimia pada

bahan pemadat melalui mekanisme adsorpsi.

5) Absorbsi, yaitu proses solidifikasi bahan pencemar dengan menyerapkannya ke

bahan padat

6) Detoxification, yaitu proses mengubah suatu senyawa beracun menjadi senyawa

lain yang tingkat toksisitasnya lebih rendah atau bahkan hilang sama sekali

Teknologi solidikasi/stabilisasi umumnya menggunakan semen, kapur (CaOH2),

dan bahan termoplastik. Metoda yang diterapkan di lapangan ialah metoda in-drum

mixing, in-situ mixing, dan plant mixing. Peraturan mengenai solidifikasi/stabilitasi

diatur oleh BAPEDAL berdasarkanKep-03/BAPEDAL/09/1995 dan

Kep-04/BAPEDAL/09/1995.

3. Incineration

Teknologi pembakaran (incineration ) adalah alternatif yang menarik dalam

teknologi pengolahan limbah. Insinerasi mengurangi volume dan massa limbah

hingga sekitar 90% (volume) dan 75% (berat). Teknologi ini sebenarnya bukan solusi

final dari sistem pengolahan limbah padat karena pada dasarnya hanya memindahkan

limbah dari bentuk padat yang kasat mata ke bentuk gas yang tidak kasat mata. Proses

insinerasi menghasilkan energi dalam bentuk panas. Namun, insinerasi memiliki

beberapa kelebihan di mana sebagian besar dari komponen limbah B3 dapat

dihancurkan dan limbah berkurang dengan cepat. Selain itu, insinerasi memerlukan

lahan yang relatif kecil.

Aspek penting dalam sistem insinerasi adalah nilai kandungan energi (heating value)

limbah. Selain menentukan kemampuan dalam mempertahankan berlangsungnya

proses pembakaran, heating value juga menentukan banyaknya energi yang dapat

diperoleh dari sistem insinerasi. Jenis insinerator yang paling umum diterapkan untuk

membakar limbah padat B3 ialah rotary kiln, multiple hearth, fluidized bed, open pit,

single chamber, multiple chamber, aqueous waste injection, dan starved air unit. Dari

semua jenis insinerator tersebut, rotary kiln mempunyai kelebihan karena alat tersebut

dapat mengolah limbah padat, cair, dan gas secara simultan

Page 6: Prepare

Bab 2. Limbah bahan Berbahaya dan Beracun ( B3) Radioaktif

Tahukah anda bahwa di sekitar kita ternyata banyak sekali terdapat radiasi? Disadari

ataupun tanpa disadari ternyata disekitar kita baik dirumah, di kantor, dipasar,

dilapangan, maupun ditempat-tempat umum lainnya ternyata banyak sekali radiasi.

Yang perlu diketahui selanjutnya adalah sejauh mana radiasi tersebut dapat

berpengaruh buruk terhadap kesehatan kita.

Radiasi dalam istilah fisika, pada dasarnya adalah suatu cara perambatan energi dari

sumber energi ke lingkungannya tanpa membutuhkan medium. Beberapa contohnya

adalah perambatan panas, perambatan cahaya, dan perambatan gelombang radio.

Selain radiasi, energi dapat juga dipindahkan dengan cara konduksi, kohesi, dan

konveksi. Dalam istilah sehari-hari radiasi selalu diaso-siasikan sebagai radioaktif

sebagai sumber radiasi pengion.

Secara garis besar ada dua jenis radiasi yakni radiasi pengion dan radiasi bukan

pengion. Radiasi pengion adalah radiasi yang dapat menyebabkan proses terlepasnya

electron dari atom sehingga terbentuk pasangan ion. Karena sifatnya yang dapat

mengionisasi bahan termasuk tubuh kita maka radiasi pengion perlu diwaspadai

adanya utamanya mengenai sumber-sumbernya, jenis-jenis, sifat-nya, akibatnya, dan

bagaimana cara menghindarinya.

2.1 Sumber Radiasi

Berdasarkan asalnya sumber radiasi pengion dapat dibedakan menjadi dua yaitu

sumber radiasi alam yang sudah ada di alam ini sejak terbentuknya, dan sumber radiasi

buatan yang sengaja dibuat oleh manusia untuk berbagai tujuan.

Sumber Radiasi Alam

Radiasi yang dipancarkan oleh sumber radiasi alam disebut juga sebagai radiasi latar

belakang. Radiasi ini setiap harinya memajan manusia dan merupakan radiasi terbesar

yang diterima oleh manusia yang tidak bekerja di tempat yang menggunakan radioaktif

atau yang tidak menerima radiasi berkaitan dengan kedokteran atau kesehatan.

Page 7: Prepare

Radiasi latar belakang yang diterima oleh seseorang dapat berasal dari tiga sumber

utama yaitu :

1. Sumber radiasi kosmis

Radiasi kosmis berasal dari angkasa luar, sebagian berasal dari ruang antar bintang dan

matahari. Radiasi ini terdiri dari partikel dan sinar yang berenergi tinggi dan

berinteraksi dengan inti atom stabil di atmosfir membentuk inti radioaktif seperti

Carbon -14, Helium-3, Natrium -22, dan Be-7. Atmosfir bumi dapat mengurangi

radiasi kosmik yang diterima oleh manusia. Tingkat radiasi dari sumber kosmik ini

bergantung kepada ketinggian, yaitu radiasi yang diterima akan semakin besar apabila

posisinya semakin tinggi. Tingkat radiasi yang diterima seseorang juga tergantung

pada letak geografisnya.

2. Sumber radiasi terestrial

Radiasi terestrial secara natural dipancarkan oleh radionuklida di dalam kerak bumi.

Radiasi ini dipancarkan oleh radionuklida yang disebut primordial yang ada sejak

terbentuknya bumi. Radionuklida yang ada dalam kerak bumi terutama adalah deret

Uranium, yaitu peluruhan berantai mulai dari Uranium-238, Plumbum-206, deret

Actinium (U-235, Pb-207) dan deret Thorium (Th-232, Pb-208).

Radiasi teresterial terbesar yang diterima manusia berasal dari Radon (R-222) dan

Thoron (Ra-220) karena dua radionuklida ini berbentuk gas sehingga bisa menyebar

kemana-mana.

Tingkat radiasi yang diterima seseorang dari radiasi teresterial ini berbeda-beda dari

satu tempat ke tempat lain bergantung pada konsentrasi sumber radiasi di dalam kerak

bumi. Beberapa tempat di bumi yang memiliki tingkat radiasi diatas rata-rata misalnya

Pocos de Caldas dan Guarapari di Brazil, Kerala dan Tamil Nadu di India, dan Ramsar

di Iran.

3. Sumber radiasi internal yang berasal dari dalam tubuh sendiri

Sumber radiasi ini ada di dalam tubuh manusia sejak dilahirkan, dan bisa juga masuk

ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, pernafasan, atau luka. Radiasi internal ini

terutama diterima dari radionuklida C-14, H-3, K-40, Radon, selain itu masih ada

sumber lain seperti Pb-210, Po-210, yang banyak berasal dari ikan dan kerang-

kerangan. Buah-buahan biasanya mengandung unsur K-40.

Page 8: Prepare

Sumber Radiasi Buatan

Sumber radiasi buatan telah diproduksi sejak abad ke 20, dengan ditemuk-annya sinar-

X oleh WC Rontgen. Saat ini sudah banyak sekali jenis dari sumber radiasi buatan baik

yang berupa zat radioaktif dan sumber pembangkit radiasi (pesawat sinar-X dan

akselerator).

Radioaktif dapat dibuat oleh manusia berdasarkan reaksi inti antara nuklida yang tidak

radioaktif dengan neutron atau biasa disebut sebagai reaksi fisi di dalam reactor atom.

Radionuklida buatan ini bisa memancarkan radiasi alpha, beta, gamma dan neutron.

Sumber pembangkit radiasi yang lazim dipakai yakni pesawat sinar-X dan akselerator.

Proses terbentuknya sinar-X adalah sebagai akibat adanya arus listrik pada filamen

yang dapat menghasilkan awan elektron di dalam tabung hampa. Sinar-X akan

terbentuk ketika berkas elektron ditumbukan pada bahan target.

2.2 Radioaktifitas yang Direkomendasikan

Berdasarkan ketentuan International Atomic Energy Agency, zat radioaktif adalah

setiap zat yang memancarkan radiasi pengion dengan aktifitas jenis lebih besar dari 70

kilo Becquerel per kilogram atau 2 nanocurie per gram. Angka 70 kBq/kg atau 2 nCi/g

tersebut merupakan patokan dasar untuk suatu zat dapat disebut zat radioaktif pada

umumnya. Jadi untuk radioaktif dengan aktifitas lebih kecil dapat dianggap sebagai

radiasi latar belakang.

Besarnya dosis radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi tidak boleh melebihi 50

milisievert per tahun, sedangkan besarnya dosis radiasi yang diterima oleh masyarakat

pada umumnya tidak boleh lebih dari 5 milisievert per tahun.

Di Koran-koran dan televisi, kita sering melihat artikel-artikel atau tayangan yang

berkaitan dengan nuklir, apakah itu mengenai rencana pembangunan PLTN di Muria

atau mengenai kebocoran air radioaktif dari PLTN Jepang setelah diguncang gempa.

Sering diberitakan pula mengenai kecelakaan reaktor Chernobyl di Uni Sovyet yang

menyebabkan kerusakan lingkungan, dan menyebabkan penyebaran zat radioaktif

kemana mana. Juga bahaya-bahaya yang ditimbulkannya. Apabila kita mendengar kata

radiasi nuklir atau unsur-unsur radioaktif pada tayangan tersebut, yang terbayang

dalam benak kita adalah ledakan bom atom, orang yang terkena kanker dan bayangan-

bayangan mengerikan lainnya. Padahal, kalau kita membaca buku fisika atau kimia

Page 9: Prepare

mengenai radiasi nuklir dan partikel radioaktif (radionuklida), kita akan tahu bahwa

sebenarnya yang kita makan, kita hirup dan kita serap sehari-hari juga mengandung

hal-hal itu. Jadi radiasi nuklir atau partikel radioaktif bukanlah semata-mata sesuatu

yang terpendam di bumi dan diambil orang untuk membuat bom atom atau untuk

mencemari lingkungan dengan air radioaktif, seperti yang banyak dipropagandakan.

Gejala keradioaktifan (radioaktifitas) pertama kali ditemukan secara tidak sengaja oleh

Henry Becquerel pada suatu garam uranium. Selanjutnya Pierre & Marry currie

menemukan zat-zat radioaktif lainnya yaitu polonium dan radium. Zat-zat radioaktif

adalah suatu zat yang aktif memancarkan radiasi baik berupa partikel maupun berupa

gekombang elektromagnetik.

2.3 Limbah radioaktif

Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal

dari penggunaan medis atau riset radio nukleida. Limbah ini dapat berasal dari antara

lain : tindakan kedokteran nuklir, radio-imunoassay dan bakteriologis; dapat berbentuk

padat, cair atau gas. Selain sampah klinis, dari kegiatan penunjang rumah sakit juga

menghasilkan sampah non klinis atau dapat disebut juga sampah non medis. Sampah

non medis ini bisa berasal dari kantor/administrasi kertas, unit pelayanan (berupa

karton, kaleng, botol), sampah dari ruang pasien, sisa makanan buangan; sampah dapur

(sisa pembungkus, sisa makanan/bahanmakanan, sayur dan lain-lain). Limbah cair

yang dihasilkan rumah sakit mempunyai karakteristik tertentu baik fisik, kimia dan

biologi. Limbah rumah sakit bisa mengandung bermacam-macam mikroorganisme,

tergantung pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum

dibuang dan jenis sarana yang ada (laboratorium, klinik dll). Tentu saja dari jenis-jenis

mikroorganisme tersebut ada yang bersifat patogen. Limbah rumah sakit seperti halnya

limbah lain akanmengandung bahan-bahan organik dan anorganik, yang tingkat

kandungannya dapat ditentukan dengan uji air kotor pada umumnya seperti BOD,

COD, TTS, pH, mikrobiologik, dan lain-lain.

Page 10: Prepare

Bab 3 Penggunaan Radioisotop

3.1 Radioisotop digunakan sebagai perunut dan sumber radiasi

Dewasa ini, penggunaan radioisotop untuk maksud-maksud damai (untuk

kesejahteraan umat manusia) berkembang dengan pesat. Pusat listrik tenaga nuklir

(PLTN) adalah salah satu contoh yang sangat populer. PLTN ini memanfaatkan efek

panas yang dihasilkan reaksi inti suatu radioisotop , misalnya U-235. Selain untuk

PLTN, radioisotop juga telah digunakan dalam berbagai bidang misalnya industri,

teknik, pertanian, kedokteran, ilmu pengetahuan, hidrologi, dan lain-lain.

Pada bab ini kita akan membahas dua penggunaan radioistop, yaitu sebagai perunut

(tracer) dan sumber radiasi. Pengunaan radioisotop sebagai perunut didasarkan pada

ikataan bahwa isotop radioaktif mempunyai sifat kirnia yang sama dengan isotop

stabil. Jadi suatu isotop radioaktif melangsungkan reaksi kimia, yang sama seperti

isotop stabilnya. Sedangkan penggunaan radioisotop sebagai sumber radiasi didasarkan

pada kenyataan bahwa radiasi yang dihasilkan zat radioaktif dapat mempengaruhi

materi maupun mahluk. Radiasi dapat digunakan untuk memberi efek fisis: efek kimia,

maupun efek biologi. Oleh karena itu, sebelum membahas pengunaan radioisotop kita

akan mengupas terlebih dahulu tentang satuan radiasi dan pengaruh radiasi terhadap

materi dan mahluk hidup.

3.2 Satuan Radiasi

Berbagai satuan digunakan untuk menyatakan intensitas atau jumlah radiasi

bergantung pada jenis yang diukur.

1. Curie(Ci) dan Becquerrel (Bq)

Curie dan Bequerrel adalah satuan yang dinyatakan untuk menyatakan keaktifan yakni

jumlah disintegrasi (peluruhan) dalam satuan waktu. Dalam sistem satuan SI, keaktifan

dinyatakan dalam Bq. Satu Bq sama dengan satu disintegrasi per sekon.

1Bq = 1 dps

dps = disintegrasi per sekon

Satuan lain yang juga biasa digunakan ialah Curie. Satu Ci ialah keaktifan yang setara

dari 1 gram garam radium, yaitu 3,7.1010 dps. 1Ci = 3,7.1010 dps = 3,7.1010 Bq

Page 11: Prepare

2. Gray (gy) dan Rad (Rd)

Gray dan Rad adalah satuan yang digunakan untuk menyatakan keaktifan yakni jumlah

(dosis) radiasi yang diserap oleh suatu materi. Rad adalah singkatan dari 11 radiation

absorbed dose. Dalam sistem satuan SI, dosis dinyatakan dengan Gray (Gy). Satu Gray

adalah absorbsi 1 joule per kilogram materi.

1 Gy = 1 J/kg

Satu rad adalah absorbsi 10-3 joule energi/gram jaringan.

1 Rd = 10-3 J/g

Hubungan grey dengan fad

1 Gy = 100 rd

3. Rem

Daya perusak dari sinar-sinar radioaktif tidak saja bergantung pada dosis tetapi juga

pada jenis radiasi itu sendiri. Neutron, sebagai contoh, lebih berbahaya daripada sinar

beta dengan dosis dan intensitas yang sama. Rem adalah satuan dosis setelah

memperhitungkan pengaruh radiasi pada mahluk hidup (rem adalah singkatan dari

radiation equiwlen for man)

3.3 Pengaruh Radiasi pada Materi

Radiasi menyebabkan penumpukan energi pada materi yang dilalui. Dampak yang

ditimbulkan radiasi dapat berupa ionisasi, eksitasi, atau pemutusan ikatan kimia.

Ionisasi: dalam hal ini partikel radiasi menabrak elektron orbital dari atom atau

molekul zat yang dilalui sehinga terbentuk ion positip dan elektron terion.

Eksitasi: dalam hal ini radiasi tidak menyebabkan elektron terlepas dari atom atau

molekul zat tetapi hanya berpindah ke tingkat energi yang lebih tinggi. Pemutusan

Ikatan Kimia: radiasi yang dihasilkan oleh zat radioaktif rnempunyai energi yang dapat

mernutuskan ikatan-ikatan kimia.

3.4 Pengaruh Radiasi pada mahluk hidup

Walaupun energi yang ditumpuk sinar radioaktif pada mahluk hidup relatif kecil tetapi

dapat menimbulkan pengaruh yang serius. Hal ini karena sinar radioaktif dapat

mengakibatkan ionisasi, pemutusan ikatan kimia penting atau membentuk radikal

Page 12: Prepare

bebas yang reaktif. Ikatan kimia penting misalnya ikatan pada struktur DNA dalam

kromosom. Perubahan yang terjadi pada struktur DNA akan diteruskan pada sel

berikutnya yang dapat mengakibatkan kelainan genetik, kanker dll.

Pengaruh radiasi pada manusia atau mahluk hidup juga bergantung pada waktu

paparan. Suatu dosis yang diterima pada sekali paparan akan lebih berbahaya daripada

bila dosis yang sama diterima pada waktu yang lebih lama.

Secara alami kita mendapat radiasi dari lingkungan, misalnya radiasi sinar kosmis atau

radiasi dari radioakif alam. Disamping itu, dari berbagai kegiatan seperti diagnosa atau

terapi dengan sinar X atau radioisotop. Orang yang tinggal disekitar instalasi nuklir

juga mendapat radiasi lebih banyak, tetapi masih dalam batas aman.

3.5 Radioaktif Sebagai Perunut.

Sebagai perunut, radoisotop ditambahkan ke dalam suatu sistem untuk mempelajari

sistem itu, baik sistern fisika, kimia maupun sistem biologi. Oleh karena radioisotop

mempunyai sifat kimia yang sama seperti isotop stabilnya, maka radioisotop dapat

digunakan untuk menandai suatu senyawa sehingga perpindahan perubahan senyawa

itu dapat dipantau.

A. Bidang kedokteran

berbagai jenis radio isotop digunakan sebagai perunut untuk mendeteksi (diagnosa)

berbagai jenis penyakit al:teknesium (Tc-99), talium-201 (Ti-201), iodin 131(1-131),

natrium-24 (Na-24), ksenon-133 (xe-133) dan besi (Fe-59). Tc-99 yang disuntikkan ke

dalam pembuluh darah akan diserap terutama oleh jaringan yang rusak pada organ

tertentu, seperti jantung, hati dan paru-paru Sebaliknya Ti-201 terutama akan diserap

oleh jaringan yang sehat pada organ jantung. Oleh karena itu, kedua isotop itu

digunakan secara bersama-sama untuk mendeteksi kerusakan jantung

1-131 akan diserap oleh kelenjar gondok, hati dan bagian-bagian tertentu dari otak.

Oleh karena itu, 1-131 dapat digunakan untuk mendeteksi kerusakan pada kelenjar

gondok, hati dan untuk mendeteksi tumor otak. Larutan garam yang mengandung Na-

24 disuntikkan ke dalam pembuluh darah untuk mendeteksi adanya gangguan

peredaran darah misalnya apakah ada penyumbatan dengan mendeteksi sinar gamma

yang dipancarkan isotop Natrium tsb.

Page 13: Prepare

Xe-133 digunakan untuk mendeteksi penyakit paru-paru. P-32 untuk penyakit mata,

tumor dan hati. Fe-59 untuk mempelajari pembentukan sel darah merah. Kadang-

kadang, radioisotop yang digunakan untuk diagnosa, juga digunakan untuk terapi yaitu

dengan dosis yang lebih kuat misalnya, 1-131 juga digunakan untuk terapi kanker

kelenjar tiroid.

B. Bidang lndustri

Untuk mempelajari pengaruh oli dan afditif pada mesin selama mesin bekerja

digunakan suatu isotop sebagai perunut, Dalam hal ini, piston, ring dan komponen lain

dari mesin ditandai dengan isotop radioaktif dari bahan yang sama.

C. Bidang Hidrologi.

1.Mempelajari kecepatan aliran sungai.

2.Menyelidiki kebocoran pipa air bawah tanah.

D. Bidang Biologis

1. Mempelajari kesetimbangan dinamis.

2. Mempelajari reaksi pengesteran.

3. Mempelajari mekanisme reaksi fotosintesis.

3.6 Radioisotop sebagai sumber radiasi.

A. Bidang Kedokteran

1) Sterilisasi radiasi.

Radiasi dalam dosis tertentu dapat mematikan mikroorganisme sehingga dapat

digunakan untuk sterilisasi alat-alat kedokteran. Steritisasi dengan cara radiasi

mempunyai beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan sterilisasi konvensional

(menggunakan bahan kimia), yaitu:

a) Sterilisasi radiasi lebih sempurna dalam mematikan mikroorganisme.

b) Sterilisasi radiasi tidak meninggalkan residu bahan kimia.

c) Karena dikemas dulu baru disetrilkan maka alat tersebut tidak mungkin tercemar

bakteri lagi sampai kemasan terbuka. Berbeda dengan cara konvensional, yaitu

disterilkan dulu baru dikemas, maka dalam proses pengemasan masih ada

kemungkinan terkena bibit penyakit.

Page 14: Prepare

2) Terapi tumor atau kanker.

Berbagai jenis tumor atau kanker dapat diterapi dengan radiasi. Sebenarnya, baik sel

normal maupun sel kanker dapat dirusak oleh radiasi tetapi sel kanker atau tumor

ternyata lebih sensitif (lebih mudah rusak). Oleh karena itu, sel kanker atau tumor

dapat dimatikan dengan mengarahkan radiasi secara tepat pada sel-sel kanker tersebut.

B. Bidang pertanian.

1) Pemberantasan homo dengan teknik jantan mandul

Radiasi dapat mengakibatkan efek biologis, misalnya hama kubis. Di laboratorium

dibiakkan hama kubis dalam bentuk jumlah yang cukup banyak. Hama tersebut lalu

diradiasi sehingga serangga jantan menjadi mandul. Setelah itu hama dilepas di daerah

yang terserang hama. Diharapkan akan terjadi perkawinan antara hama setempat

dengan jantan mandul dilepas. Telur hasil perkawinan seperti itu tidak akan menetas.

Dengan demikian reproduksi hama tersebut terganggu dan akan mengurangi populasi.

2) Pemuliaan tanaman

Pemuliaan tanaman atau pembentukan bibit unggul dapat dilakukan dengan

menggunakan radiasi. Misalnya pemuliaan padi, bibit padi diberi radiasi dengan dosis

yang bervariasi, dari dosis terkecil yang tidak membawa pengaruh hingga dosis rendah

yang mematikan. Biji yang sudah diradiasi itu kemudian disemaikan dan ditaman

berkelompok menurut ukuran dosis radiasinya.

3) Penyimpanan makanan

Kita mengetahui bahwa bahan makanan seperti kentang dan bawang jika disimpan

lama akan bertunas. Radiasi dapat menghambat pertumbuhan bahan-bahan seperti itu.

Jadi sebelum bahan tersebut di simpan diberi radiasi dengan dosis tertentu sehingga

tidak akan bertunas, dengan dernikian dapat disimpan lebih lama.

C. Bidang Industri

1) Pemeriksaan tanpa merusak.

Radiasi sinar gamma dapat digunakan untuk memeriksa cacat pada logam atau

sambungan las, yaitu dengan meronsen bahan tersebut. Tehnik ini berdasarkan sifat

bahwa semakin tebal bahan yang dilalui radiasi, maka intensitas radiasi yang

Page 15: Prepare

diteruskan makin berkurang, jadi dari gambar yang dibuat dapat terlihat apakah logam

merata atau ada bagian-bagian yang berongga didalamnya. Pada bagian yang berongga

itu film akan lebih hitam,

2) Mengontrol ketebalan bahan

Ketebalan produk yang berupa lembaran, seperti kertas film atau lempeng logam dapat

dikontrol dengan radiasi. Prinsipnya sama seperti diatas, bahwa intensitas radiasi yang

diteruskan bergantung pada ketebalan bahan yang dilalui. Detektor radiasi

dihubungkan dengan alat penekan. Jika lembaran menjadi lebih tebal, maka intensitas

radiasi yang diterima detektor akan berkurang dan mekanisme alat akan mengatur

penekanan lebih kuat sehingga ketebalan dapat dipertahankan.

3) Pengawetan hahan

Radiasi juga telah banyak digunakan untuk mengawetkan bahan seperti kayu, barang-

barang seni dan lain-lain. Radiasi juga dapat menningkatkan mutu tekstil karena

inengubah struktur serat sehingga lebih kuat atau lebih baik mutu penyerapan

warnanya. Berbagai jenis makanan juga dapat diawetkan dengan dosis yang aman

sehingga dapat disimpan lebih lama.

Bab 4. Dampak Radioaktif

Pengertian atau arti definisi pencemaran radioaktif adalah suatu pencemaran

lingkungan yang disebabkan oleh debu radioaktif akibat terjadinya ledakan reaktor-

reaktor atom serta bom atom. Yang paling berbahaya dari pencemaran radioaktif

seperti nuklir adalah radiasi sinar alpha, beta dan gamma yang sangat membahayakan

makhluk hidup di sekitarnya. Selain itu partikel-partikel neutron yang dihasilkan juga

berbahaya. Zat radioaktif pencemar lingkungan yang biasa ditemukan adalah 90SR

merupakan karsinogen tulang dan 131J. Tak bisa dipungkiri, radioaktif yang

dimanfaatkan diberbagai industri termasuk di dunia kedokteran, memiliki kegunaan

yang luar biasa efektif dan efisien. Namun kita pun tak bisa menutup mata, dibalik

berbagai keuntungan positif penggunaan radioaktif, kecelakaan pun kerap mengintai

orang-orang yang berurusan dengan zat itu. Misalnya, berbagai keluhan dan penyakit

tertentu,hingga terjadinya kematian.

Page 16: Prepare

Menurut Arifin S Kurtiono, Sekretaris Umum Bapeten (Badan Pengawas Tenaga

Nuklir-dulu lebih dikenal dengan nama BATAN, dalam dunia kedokteran zat

radioaktif dimanfaatkan untuk therapy, misalnya Tele-therapy dan Brachy-therapy,

serta Kedokteran Nuklir.

Pengertian Zat Radioaktif sendiri menurut UU No. 10/1997 tentang ketenaganukliran,

adalah setiap zat yang memancarkan radiasi pengion dengan aktifitas jenis lebih besar

dari 70kBq/Kg. Sedangkan Limbah Radioaktif adalah zat radioaktif dan bahan serta

peralatan yang telah terkena zat radioaktif atau menjadi radioaktif, karena

pengoperasian instalasi nuklir yang tidak dapat digunakan lagi.

Kecelakaan akibat radiasi bisa terjadi karena sumber radiasi (zat radioaktif ataupun

limbah radioaktif) yang digunakan industri maupun rumah sakit itu, hilang, dicuri,

ataupun lepas dari pengelolaan atau pengawasan yang semestinya.

Hampir di seluruh dunia yang melakukan kegiatan pemanfaatan radiasi, pernah

mengalami kecelakaan yang disebabkan zat ataupun limbah radioaktif. Informasi dari

Bapeten menyebutkan, kecelakaan radiasi terjadi pada fasilitas konversi JCO (anak

perusahaan Sumitomo Metal Mining Co) Jepang, tepatnya di kota Tokaimura pada 30

September 1999. Korban radiasi tercatat 62 orang karyawan JCO, 7 orang penduduk

sekitar, dan menewaskan satu orang.

Di Brazil, tahun 1985 perangkat Tele-therapy yang terbengkalai karena reruntuhan

rumah sakit menyebabkan 4 korban jiwa dalam bulan pertama. Sekitar 112 ribu orang

harus dimonitor (249 orang diantaranya telah terkontaminasi), 3500 mtanah (setara

275 gerbong kereta) dan puingnya harus dipindahkan statusnya menjadi limbah

radioaktif yang berbahaya.

Beberapa kecelakaan akibat radioaktif juga terjadi di San Salvador, El Savador (1989),

Soreq, Israel (1990), Hanoi, Vietnam (1992), dan di San Jose, Costarica (1996). Di

Indonesia sendiri, kecelakaan radiasi terjadi pada bulan Januari 1998 di salah satu

rumah sakit, yang menewaskan satu orang.

Page 17: Prepare

Rumah sakit memang salah satu pengguna cukup besar dalam pemanfaatan tenaga

nuklir. Data dari Bapeten menunjukkan sebanyak 24 rumah sakit di Indonesia

memanfaatkan radiasi untuk radiodiagnosis (pemeriksaan) dan radioterapi

(pengobatan). Beberapa bahan radioaktif yang banyak digunakan rumah-rumah sakit

tersebut, adalah Co (Cobalt 60), Ra-226, Cs-137, Ir-192, I-125, SR-90, Am-241, I-153,

dan lainnya.

Menurut Kepala Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif (P2LPR)

BATAN Serpong Drs Gunanjar MSc, dari 24 rumah sakit yang memiliki bahan

radioaktif, baru sekitar 7 rumah sakit yang limbahnya disimpan di tempatnya.

Beberapa rumah sakit masih menyimpan limbah radioaktifnya di tempat penyimpanan

sementara di rumah sakit. Meski penyimpanan sementara ini tergolong cukup aman

karena mendapatkan perizinan dan pengawasan ketat dari Bapeten, akan lebih baik jika

limbah radioaktif itu disimpan ditempat semestinya yang aman dan terkelola dengan

baik.

Membahayakan Kesehatan Manusia

Meski manfaatnya sangat luas, tak dipungkiri, tenaga nuklir juga memiliki potensi

bahaya yang tidak kecil bagi kesehatan maupun keselamatan manusia. Penyakit-

penyakit yang timbul akibat radiasi, misalnya kanker, leukimia, rusaknya jaringan

otak, serta kerugian fisik lainnya.

International Atomic Energy Agency (IAEA) dan World Health Organization (WHO),

memberikan informasi menarik tentang luka yang akan timbul akibat terkena radiasi.

Disebutkan, luka radiasi tidak memiliki tanda dan gejala yang khusus sehingga

sangatlah penting bagi masyarakat atau dokter --terutama dokter umum-- untuk

mengetahui efek dari kecelakaan radiasi.

Dijelaskan IAEA dan WHO, bahwa pancaran radiasi dapat berupa eksternal ke tubuh,

yakni pancarannya ke seluruh tubuh atau terbatas untuk bagian besar atau bagian kecil

di anggota tubuh. Bisa juga berupa internal karena kontaminasi dengan material

radioaktif, jika termakan, terminum, terhirup, atau menempel di dalam luka. Pancaran

itu sendiri dapat bersifat akut, berlarut-larut atau kecil, tergantung pada dosis

radiasinya.

Page 18: Prepare

Jenis pancaran radiasi yang mungkin timbul dari sebuah kecelakaan, ada tiga macam.

Pertama, Pancaran Seluruh Tubuh akibat penetrasi sumber radiasi yang termasuk fase

prodromal awal dengan gejala, seperti mual, pusing, kemungkinan demam, dan

mencret serta diikuti oleh sebuah periode laten dengan panjang beragam. Kemudian

diikuti dengan periode kesakitan (illness) yang dikarakteristikkan oleh infeksi,

pendarahan, dan gejala gastrointestinal.

Kedua, Pancaran Lokal. Pancaran ini tergantung seberapa besar dosis yang diterima

dan biasanya memberikan tanda dan gejala pada area yang terkena pancaran berupa

erythema, oedema, desquamation kering dan basah, blistering, pain, pembusukan,

gangrene, atau kerontokan rambut. Luka-luka kulit lokal bertambah secara perlahan

seiring waktu, lazimnya minggu atau bulan, dan jika dibiarkan akan menjadi sangat

sakit. Metode pengobatannya pun bukan metode yang biasa.

Ketiga, Pancaran Tubuh Sebagian. Di sini jenis dan efeknya tergantung pada dosis

dan volume bagian tubuh yang mengalami pancaran radiasi. Biasanya tak ada gejala

awal jika mengalami kontaminasi internal kecuali dosisnya sangat tinggi atau

berlebihan. Untuk pancaran radiasi ini sangat jarang terjadi.

Pihak Terkait Harus Sepemahaman

Mengingat dampak yang ditimbulkan dari kecelakaan radiasi sangat berbahaya,

semua pihak yang terkait dengan urusan ketenaganukliran haruslah searah dan

sepemahaman. Catatan dari Bapeten menjelaskan, kecelakaan-kecelakaan yang terjadi

akibat radioaktif, disebabkan adanya kecerobohan operator ataupun perangkat

proteksi radiasi yang kurang memadai dalam suatu fasilitas, sistem pengawasan

nasional yang tidak mencukupi, serta kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap zat

radioaktif dan sumber radiasi.

Badan Tenaga Atom Internasional (BTAI) sendiri mengeluarkan standar keselamatan

radiasi yang sangat lengkap dan menyeluruh. Yang menarik adalah semua pihak harus

memahami 3 prinsip dasar proteksi radiasi. Pertama, pembenaran. Artinya, kegiatan

yang menggunakan zat radioaktif dan sumber radiasi harus memiliki manfaat yang

jauh lebih besar dibandingkan dengan resiko yang diterima. Kedua, optimisasi. Yaitu

penerimaan pancaran radiasi diusahakan serendah-rendahnya dengan

Page 19: Prepare

mempertimbangkan faktor sosial ekonomi. Ketiga, pembahasan. Menentukan agar

dosis radiasi total yang diterima seseorang tidak boleh melebihi angka yang

ditetapkan badan pengawas.

Nilai batas dosis untuk pekerja radiasi dalam standar yang disusun BTAI sendiri

diturunkan dari 50 mSv pertahun menjadi 20 mSv (rata-rata dalam 5 tahun). Dan

dalam satu tahun tidak boleh menerima lebih dari 50 mSv. Untuk menjamin

keselamatan dan kesehatan pekerja serta masyarakat dalam pemanfaatan tenaga nuklir

pada instalasi kesehatan, harus diperhatikan antara lain persyaratan desain, operasi,

kalibrasi, dosimetri, dan jaminan kualitas. Masyarakat disamping pekerja mendapat

perlindungan utama, nilai batas dosis dalam suatu kelompok kritis masyarakat

diturunkan menjadi 1 mSv/tahun dari 5 mSv/tahun.

Tampaknya memang perlu disimak sepenggal catatan yang ditulis Dahlia Cakrawati

dari Direktorat Peraturan Keselamatan Nuklir. Jika kita memang ingin bersama-sama

mencegah kecelakaan radiasi, maka itikad baik dan kesungguhan dari pihak

pemegang izin maupun pengawas adalah mutlak. Di satu sisi, aparat badan pengawas

diwajibkan dapat mengevaluasi dan menginspeksi pemegang izin secara profesional,

objektif, dan bebas dari konflik kepentingan. Di sisi lain, pihak pemegang izin perlu

berupaya semaksimal mungkin untuk menerapkan budaya keselamatan dan kualitas,

serta melaksanakan persyaratan perizinan.

Radioaktif bukanlah politik yang bisa dibuat mainan dan guyonan. Keseriusan untuk

mengelolanya adalah sebuah keharusan, sebab jutaan nyawa bisa terancam karenanya.

Bak pisau bermata dua, di satu sisi radioaktif sangatlah bermanfaat bagi kehidupan

manusia, di sisi lain mengundang resiko kecelakaan yang sangat berbahaya. Sehingga,

sangatlah wajar jika Bapeten melakukan langkah ketat dan taktis dalam soal

pengawasan radioaktif di berbagai instansi terutama di rumah sakit. Pengawasan

tersebut meliputi pengadaan, instalasi, pengoperasian, pengolahan limbah sementara,

pengaturan, perizinan, dan inspeksi.

Tips untuk Para Dokter

Jika seorang dokter mendapatkan pasien yang diduga kuat terkena kecelakaan radiasi,

langkah yang harus dilakukan adalah:

Page 20: Prepare

Jika pasien memiliki luka atau kesakitan yang konvensional, yang diperlukan adalah

tindakan dan perlakukan yang normal. Perlu diketahui, bahwa radiasi tidaklah secara

cepat menghasilkan gejala yang mengancam kehidupan.

Perlu diketahui juga, pasien yang mengalami luka karena radiasi tidak menimbulkan

resiko bagi dokter.

Janganlah menyentuh terhadap benda yang tidak terlalu dikenal milik pasien dan

pindahkan staf dan pasien ke ruangan lain sampai sifat dari benda tersebut ditentukan

oleh petugas proteksi radiasi.

Jika diduga adanya kontaminasi maka singkirkan jauh-jauh bahan tersebut dengan

menggunakan prosedur isolasi. Hubungi penanggung jawab radiasi atau petugas

proteksi radiasi untuk memonitor bahan tersebut.

Lakukan pengujian darah secara lengkap, ulangi setiap 4 sampai 6 jam dalam sehari.

Cari adanya penurunan jumlah absolut lymphocyte jika pancaran masih dini. Jika

jumlah awal sel darah putih dan angka partikel secara abnormal rendah pada saat yang

sama, kemungkinan pasien telah terpancar radiasi 3 atau 4 minggu lebih awal.

Langkah terakhir, laporkan kepada penanggung jawab kesehatan dan petugas proteksi

radiasi jika didiagnosa atau diduga merupakan luka/efek dari kecelakaan radiasi.

Apabila ada makhluk hidup yang terkena radiasi atom nuklir yang berbahaya biasanya

akan terjadi mutasi gen karena terjadi perubahan struktur zat serta pola reaksi kimia

yang merusak sel-sel tubuh makhluk hidup baik tumbuh-tumbuhan maupun hewan

atau binatang.

Efek serta Akibat yang ditimbulkan oleh radiasi zat radioaktif pada umat manusia

seperti berikut di bawah ini :

1. Pusing-pusing

2. Nafsu makan berkurang atau hilang

3. Terjadi diare

4. Badan panas atau demam

5. Berat badan turun

6. Kanker darah atau leukimia

7. Meningkatnya denyut jantung atau nadi

8. Daya tahan tubuh berkurang sehingga mudah terserang penyakit akibat sel

darah putih yang jumlahnya berkurang

Page 21: Prepare

4.1 Definisi limbah radioaktif

Ada beberapa pengertian limbah radioaktif :

1. Zat radioaktif yang sudah tidak dapat digunakan lagi, dan atau

2. Bahan serta peralatan yang terkena zat radioaktif atau menjadi radioaktif, dan sudah

tidak dapat difungsikan. Bahan atau peralatan tersebut terkena atau menjadi radioaktif

kemungkinan karena pengoperasian instalasi nuklir atau instalasi yang memanfaatkan

radiasi pengion.

4.2 Jenis limbah radioaktif

Jenis limbah radioaktif :

Dari segi besarnya aktivitas dibagi dalam limbah aktivitas tinggi, aktivitas sedang

dan aktivitas rendah.

Dari umurnya di bagi menjadi limbah umur paruh panjang, dan limbah umur paruh

pendek.

Dari bentuk fisiknya dibagi menjadi limbah padat, cair dan gas.

4.3 Sumber limbah radioaktif

Limbah radioaktif berasal dari setiap pemanfaatan tenaga nuklir, baik pemanfaatan

untuk pembangkitan daya listrik menggunakan reaktor nuklir, maupun pemanfaatan

tenaga nuklir untuk keperluan industri dan rumah sakit.

4.4 Cara mengelola limbah radioaktif

Limbah radioaktif dikelola sedemikian rupa sehingga tidak membahayakan

masyarakat, pekerja dan lingkungan, baik untuk generasi sekarang maupun generasi

yang akan datang. Cara pengelolaannya dengan mengisolasi limbah tersebut dalam

suatu wadah yang dirancang tahan lama yang ditempatkan dalam suatu gedung

penyimpanan sementara sebelum ditetapkan suatu lokasi penyimpanan permanennya.

Page 22: Prepare

Apabila dimungkinkan pengurangan volume limbah maka dilakukan proses reduksi

volume, misalnya menggunakan evaporator untuk limbah cair, pembakaran untuk

limbah padat maupun cair yang dibakar, ataupun pemanfaatan untuk limbah padat yang

bisa dimanfaatkan. Penyimpanan permanen dapat berupa tempat di bawah tanah dengan

kedalaman beberapa ratus meter untuk limbah aktivitas tinggi dan waktu paruh panjang,

atau dekat permukaan tanah dengan kedalaman hanya beberapa puluh meter untuk

limbah aktivitas rendah-sedang. Bahan radioaktif dapat dihasilkan dari kegiatan nuklir

maupun kegiatan non-nuklir.

Dari kegiatan nuklir, karena berurusan dengan penggunaan bahan radioaktif maka

sudah barang tentu limbah radioaktif akan dihasilkan. Kegiatan nuklir yang dimaksud

antara lain seperti pengoperasian reaktor riset, pengoperasian Pembangkit Listrik

Tenaga Nuklir (PLTN) dan kegiatan daur-ulang bahan bakar nuklir (BBN) bekas dan

dekomisioning instalasi/fasilitas nuklir. Sedangkan yang bukan berasal dari kegiatan

nuklir atau biasa dikaitkan dengan apa yang disebut dengan NORM (Naturally

Occurring Radioactive Material), dan TENORM (Technologically-Enhanced Naturally

Occurring Radioactive Material). NORM merupakan bahan radioaktif yang sudah ada

di alam yang secara sadar atau tidak sadar merupakan bagian dari kehidupan manusia.

NORM terdapat di mana-mana, karena hampir semua bahan alami, baik dalam tubuh,

makanan, ataupun di lingkungan sedikit banyak mengandung bahan radioaktif ala

TENORM adalah bahan radioaktif yang diambil dari alam (batuan, tanah, dan mineral)

dan terkonsentrasi atau naik kandungan radioaktivitasnya sebagai akibat dari kegiatan

industri. TENORM dijumpai di pertambangan uranium, pabrik produksi pupuk fosfat,

produksi minyak dan gas, produksi energi geotermal. Regulasi pengelolaan NORM dan

TENORM di beberapa negara maju telah ditetapkan, namun belum ada guideline dari

IAEA.

Pengelolaan limbah radioaktif dilaksanakan sebagai tindakan pencegahan terhadap

timbulnya bahaya radiasi terhadap pekerja, anggota masyarakat dan lingkungan hidup.

Pengelolaan limbah radioaktif adalah pengumpulan, pengelompokan, pengolahan,

pengangkutan, penyimpanan sementara dan penyimpanan lestari dan pembuangan

limbah (disposal). Dalam pengelolaan limbah radioaktif sesuai ketentuan yang berlaku

diterapkan program pemantauan lingkungan yang dilaksanakan secara

berkesinambungan, sehingga keselamatan masyarakat dan lingkungan dari potensi

Page 23: Prepare

dampak radiologik yang ditimbulkan selalu berada dalam batas keselamatan yang

direkomendasikan secara nasional maupun internasional.

Dalam pemanfatan iptek untuk berbagai tujuan selalu ditimbulkan sisa proses/limbah,

karena efisiensi tidak pernah mencapai 100%. Demikian juga dalam pemanfaatan,

pengembangan dan penguasaan iptek nuklir selalu akan ditimbulkan limbah radioaktif

sebagai sisa proses. Limbah radioaktif yang ditimbulkan harus dikelola dengan baik dan

tepat agar tidak mencemari lingkungan, karena berpotensi mengganggu kesehatan

masyarakat. Berdasarkan pengalaman di negara maju, ditunjukkan bahwa pembersihan

lingkungan (clean up) akibat terjadinya pencemaran oleh limbah radioaktif

membutuhkan biaya 10 sampai 100 kali lebih besar dibandingkan bila biaya

pengelolaan limbah tersebut secara baik.

Dalam pemanfaatan iptek nuklir, minimisasi limbah diterapkan mulai dari perencanaan,

pemanfaatan (selama operasi) dan setelah masa operasi (pasca operasi). Pada tahap

awal/perencanaan pemanfaatan iptek nuklir diterapkan azas justifikasi, yaitu “tidak

dibenarkan memanfaatkan suatu iptek nuklir yang menyebabkan perorangan atau

anggota masyarakat menerima paparan radiasi bila tidak menghasilkan suatu manfaat

yang nyata”. Dengan menerapkan azas justifikasi berarti telah memimisasi potensi

paparan radiasi dan kontaminasi serta membatasi limbah serta dampak lainnya yang

akan ditimbulkan pada sumbernya. Selain penerapan azas justifikasi atas suatu

pemanfaatan iptek nuklir, pemanfaatan iptek nuklir tersebut harus lebih besar

manfaatnya dibandingkan kerugian yang akan ditimbulkannya, dan dalam

pembangunan dan pengoperasiannya harus mendapat izin lokasi, pembangunan, dan

pengoperasian dari Badan Pengawas (dalam hal ini BAPETEN di Indonesia).\

Limbah radioaktif yang ditimbulkan dari pemanfaatan iptek nuklir umumnya

dikelompokkan ke dalam limbah tingkat rendah (LTR), tingkat sedang (LTS) dan

tingkat tinggi (LTT). Pengelompokan ini didasarkan kebutuhan isolasi limbah untuk

jangka waktu yang panjang dalam upaya melindungi pekerja radiasi, lingkungan hidup,

masyarakat dan generasi yang akan datang. Pengelompokan ini merupakan strategi awal

dalam pengelolaan limbah radioaktif. Sistem pengelompokan limbah di tiap negara

umumnya berbeda-beda sesuai dengan tuntutan keselamatan/peraturan yang berlaku di

masing-masing negara.

Page 24: Prepare

Pengelompokan limbah dapat dilakukan selain berdasarkan tingkat aktivitasnya, juga

dapat berdasarkan waktu paruh (T1/2), panas gamma yang ditimbulkan dan kandungan

radionuklida alpha yang terdapat dalam limbah. Di Indonesia, sesuai Pasal 22 ayat 2,

U.U. No. 10/1997, limbah radioaktif berdasarkan aktivitasnya diklasifikasikan dalam

jenis limbah radioaktif tingkat rendah (LTR), tingkat sedang (LTS) dan tingkat tinggi

(LTT). Berdasarkan aktivitasnya dikelompokkan menjadi

- limbah aktivitas rendah (10-6Ci/m3 <>

- limbah aktivitas sedang (10-3Ci/m3 <>

- limbah aktivitas tinggi (LTT > 104Ci/m3)

Bab 5. Teknologi Pengolahan Limbah

Tujuan utama pengolahan limbah adalah mereduksi volume dan kondisioning limbah,

agar dalam penanganan selanjutnya pekerja radiasi, anggota masyarakat dan

lingkungan hidup aman dari paparan radiasi dan kontaminasi. Teknologi pengolahan

yang umum digunakan antara lain adalah:

Teknologi alih-tempat (dekontaminasi, filtrasi, dll.)

Teknologi pemekatan (evaporasi, destilasi, dll.)

Teknologi transformasi (insinerasi, kalsinasi)

Teknologi kondisioning (integrasi dengan wadah, imobilisasi, adsorpsi/absorpsi)

Limbah yang telah mengalami reduksi volume selanjutnya dikondisioning dalam

matriks beton, aspal, gelas, keramik, synrock, dan matrik lainnya, agar zat radioaktif

yang terkandung terikat dalam matriks sehingga tidak mudah terlindi dalam kurun

waktu yang relatif lama (ratusan/ribuan tahun) bila limbah tersebut disimpan secara

lestari/di disposal ke lingkungan. Pengolahan limbah ini bertujuan agar setelah

ratusan/ribuan tahun sistem disposal ditutup (closure), hanya sebagian kecil

radionuklida waktu-paruh (T1/2) panjang yang sampai ke lingkungan hidup

(biosphere), sehingga dampak radiologi yang ditimbulkannya minimal dan jauh di

bawah NBD (nilai batas dosis) yang ditolerir untuk anggota masyarakat.

Page 25: Prepare

5.1 Bahaya limbah radioaktif

Karena limbah memancarkan radiasi, maka apabila tidak diisolasi dari masyarakat dan

lingkungan maka radiasi limbah tersebut dapat mengenai manusia dan lingkungan.

Misalnya, limbah radioaktif yang tidak dikelola dengan baik meskipun telah disimpan

secara permanen di dalam tanah, radionuklidanya dapat terlepas ke air tanah dan

melalui jalur air tanah tersebut dapat sampai ke manusia. Bahaya radiasi adalah radiasi

dapat melakukan ionisasi dan merusak sel organ tubuh manusia. Kerusakan sel tersebut

mampu menyebabkan terganggunya fungsi organ tubuh. Disamping itu, sel-sel yang

masih tetap hidup namun mengalami perubahan, dalam jangka panjang kemungkinan

menginduksi adanya tumor atau kanker. Ada kemungkinan pula bahwa kerusakan sel

akibat radiasi mengganggu fungsi genetika manusia, sehingga keturunannya

mengalami cacat

5.2 Apakah limbah radioaktif yang telah diolah bisa dibuang ke lingkungan ?

Limbah radioaktif sebagian dapat dibuang ke lingkungan apabila kandungannya

(konsentrasi dan radioaktivitasnya) telah dibawah batas ambang yang ditetapkan oleh

Pemerintah (Badan Pengawas Tenaga Nuklir, BAPETEN). Namun sebagian lagi

karena aktivitasnya dan umurnya panjang maka harus disimpan dalam jangka yang

sangat panjang.

5.3 Hubungan Limbah Radioaktif Dengan Limbah B3 ?

Sebenarnya definisi, limbah radioaktif adalah bagian dari limbah bahan berbahaya dan

beracun (B3), namun ada kalanya sebagian masyarakat membedakan kedua jenis

limbah tersebut. Menurut pandangan terakhir ini, terdapat istilah ‘mixed waste’

(limbah campuran), yaitu limbah yang mengandung campuran unsur radioaktif

sekaligus B3. Sebagai contoh, dalam proses pembuatan bahan bakar uranium, terdapat

limbah yang mengandung asam (B3) dan radionuklida sekaligus. Sehingga dalam

penanganannya, kedua sifat bahaya tersebut (B3 dan radioaktif) harus selalu

dipertimbangkan.

Page 26: Prepare

5.4 Pihak yang bertanggung jawab mengelola limbah radioaktif

Pengelolaan limbah radioaktif didefinisikan sebagai kegiatan pengumpulan,

pengangkutan, pengolahan, penyimpanan sementara serta penyimpanan secara

permanen. Apabila badan pengawas mengijinkan, maka kegiatan pengelolaan tersebut

sebagian boleh dilaksanakan oleh pihak penghasil limbah radioaktif, yaitu dari

pengumpulan sampai penyimpanan sementara. Namun penyimpanan permanen

dilaksanakan oleh BATAN. Apabila penghasil limbah radioaktif tidak mampu

melaksanakan kegiatan sebagian pengelolaan tersebut, maka pengelolaan limbah

radioaktif sepenuhnya kewajiban BATAN.

Badan yang melakukan pengawasan adalah Badan Pengawas Tenaga Nuklir

(BAPETEN) yang terpisah dari badan pelaksana (BATAN). Hal ini sesuai dengan

amanat UU No. 10 tahun 1997 tentang Ketenaganukliran.

5.5 Dasar hukum yang mengatur mengenai limbah radioaktif

Dasar hukum yang mengatur limbah radioaktif adalah Undang-Undang No. 10 tahun

1997 tentang Ketenaganukliran, serta Peraturan pemerintah No. 27 tahun 2002 tentang

Pengelolaan Limbah Radioaktif.

5.6 Biaya pengolahan limbah Radioaktif

Biaya limbah tersebut sangat bergantung pada jenis limbahnya. Terdapat perbedaan

biaya antara limbah radioaktif cair, padat terbakar, padat terkompaksi dan sebagainya.

Seluruh tarif tersebut telah ditetapkan dalam Peraturan pemerintah No. 16 tahun 2001.

Sebagai contoh biaya pengolahan limbah radioaktif cair untuk aktivitas rendah dan

sedang adalah Rp. 7300,- perliter, sedangkan limbah sumber bekas jarum Ra-226 dari

rumah sakit sebesar Rp. 466.000,- perjarum. Tarif tersebut secara periodik ditinjau dan

dimodifikasi sesuai dengan perkembangan teknologi serta perubahan ekonomi yang

terjadi.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan bahwa daerah disekitar limbah memilki

jumlah cacahan permenit yang lebih besar dibandingkan daerah bunker ataupun daerah

alam terbuka.ini menunjukan bahwa daerah disekitar limbah memiliki aktivitas

radioaktif yang cukup besar, daerah disekitar bunker memiliki jumlah cacahan

Page 27: Prepare

permenit yang sama dengan daerah alam terbuka. Pemantauan atau monitoring

terhadap nanturally occuring radioactive materials atau sering disebut dengan NORM

dapat dilakukan salah satunya dengan cara pengukuran konsentrasi partikulat

radioaktif diudara. Partikulat radioaktif adalah partikel-partikel radioaktif yang ada di

alam yang keberadaanya menyatu dengan udara, seperti debu radioaktif. Pengukuran

konsentrasi partikulat radioaktif diudara dapat diketahui dengan jalan melakukan

pencacahan terhadap suatu lokasi yang akan diukur konsentrasinya, pencacahan ini

bertujuan untuk mengetahui cacahan awal, waktu paro dan jenis dari suatu

radionuklida yang berada pada suatu sampel penelitian. Hasil penelitian dapat

diperoleh kesimpulan yaitu Partikel Radioaktif alam yang ditemukan dikawasan

BATAN Pasar jumat adalah Pb-214 dan Bi-214 yang merupakan deret Uranium yang

mempunyai waktu paro berumur pendek, Konsentrasi Partikulat Radioaktif Pb-214 dan

Bi-214 dilokasi limbah memiliki aktifitas yang tinggi dengan nilai KPR yang lebih

besar dibandingkan nilai KPR dilokasi yang bunker dan alam terbuka, dan perubahan

konsentrasi NORM dipengaruhi oleh aktifitas partikulat radioaktif alam yang

diakibatkan oleh TENORM yaitu adanya sumber radioaktif. Tingkat radiasi untuk

daerah limbah, bunker, dan alam terbuka tergolong rendah dengan demikian ketiga

daerah tersebut dinyatakan aman dari radiasi. Berdasarkan hasil penelitian, maka

penelitian perlu dilakukan dilokasi yang memiliki aktifitas yang radioaktifnya besar

misalnya di industri kilang minyak, industri batu bara dan industri-industri lain yang

menghasilkan limbah radioaktif, bagi masyarakat diharapkan untuk lebih mengetahui

tingkat radiasi bagi kesehatan tubuh, dan bagi pemerintah hendaknya memberi

peringatan untuk daerah yang memiliki tingkat energi radiasi yang tinggi.

Page 28: Prepare

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Limbah Radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal

dari penggunaan medis atau riset radio nukleida. Pengertian atau arti definisi

pencemaran radioaktif adalah suatu pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh

debu radioaktif akibat terjadinya ledakan reaktor-reaktor atom serta bom atom. Yang

paling berbahaya dari pencemaran radioaktif seperti nuklir adalah radiasi sinar alpha,

beta dan gamma yang sangat membahayakan makhluk hidup di sekitarnya.

Zat radioaktif dan radioisotop berperan besar dalam ilmu kedokteran yaitu untuk

mendeteksi berbagai penyakit, diagnosa penyakit yang penting antara lain tumor ganas.

Kemajuan teknologi dengan ditemukannya zat radioaktif dan radioisotop memudahkan

aktifitas manusia dalam berbagai bidang kehidupan.

B. SARAN

Mengingat penjelasan-penjelasan dalam makalah diatas sangat jauh dari

kesempurnaan,karena masih banyaknya kekurangan,dan kurang merinci dan

lengkapnya materi yang dikutip atau disampaikan,maka untuk masa-masa yang akan

datang semoga makalah ini dapat lebih disempurnakan,dan lebih mendalami serta

memperinci materi-materinya lagi,sehingga makalah ini dapat disajikan dengan lebih

baik lagi.

Dan dari segi materi,berhubung kami mengambil tema yaitu B3 atau Bahan Berbahaya

dan Beracun,maka selaku penyusun kami berharap agar penanganan Limbah Bahan

Berbahaya dan Beracun tersebut jangan dijadikan masalah yang sepele,namun hal

tersebut tentunya dapat menjadi perhatian kita bersama,bukan hanya pemerintah,tetapi

kita semua,karena apabila dampak dari limbah Bahan Berbahaya dan beracun tersebut

telah menyebar luas,maka bukan hanya satu ataupun dua orang yang akan menerima

akibatnya,tetapi juga akan berpengaruh terhadap orang banyak termasuk mungkin diri

kita sendiri.

Page 29: Prepare

Selain itu:

1. Masalah zat radioaktif dan radioisotop hendaknya tidak ditafsirkan sebagai satu

fenomena yang menakutkan.

2. Penggunaan radioaktif dan radioisotop hendaknya dibarengi pengetahuan dan

teknologi yang tinggi.

3. Penerapan dalam diagnosa berbagai penyakit hendaknya memikirkan efek-efek yang

akan ditimbulkan.

4. Diharapkan penggunaan zat radioaktif dan radioisotop ini untuk kemakmuran dan

kesejahteraan umat manusia.

DAFTAR PUSTAKA

www.radioaktif.com 15.14 Kamis 18 februari 2010

www.wikipedia.co.id 15.23 Kamis 18 Februari 2010

www.limbahradioaktif.com 15.46 Kamis 18 februari 2010

radioaktif/bahaya%20radioaktif.htm15.52 Kamis 18 Februari 2010

www.pencemaranlimbah.com 16.02 Kamis 18 februari 2010

www.departemenkesehatan.com 16.13 Kamis 18 Februari 2010

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 tahun 2002 tentang

PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF.16.17 Kamis 18 Februari 2010

www.enjang-ruhiat.web.ugm.ac.id/?feed=rss2&p=22 16.17 Kamis 18 Februari 2010

Page 30: Prepare

http://74.125.153.132/search?q=cache:vECIaQyVVkEJ:direktori.icttemanggung.org/

index.php%3Faction%3Ddownloadfile%26filename%3Dipa%2520solihin.doc

%26directory%3DPersonal/ruwamai/

makalah+b3+secara+umum&cd=2&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a 16.12

kamis 18 februari 2010

http://majarimagazine.com/2008/01/teknologi-pengolahan-limbah-b3/16.17 Kamis 18

Februari 2010

http://putraprabu.wordpress.com/2008/11/16/identifikasi-dan-karakteristik-limbah-

b3/16.21 Kamis 18 februari 2010