Prepare
-
Upload
ryan-maulana-xgill -
Category
Documents
-
view
27 -
download
8
Transcript of Prepare
PEMBAHASAN
Bab 1. Mengenal Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun(B3)
1.1 Pengertian Limbah B3
Pengertian limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah)
suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3)
karena sifat (toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau
jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak,
mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia.
1.2 Sumber Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun(B3)
Limbah B3 dari sumber tidak spesifik
Berasal bukan dari proses utamanya, tetapi berasal dari kegiatan pemeliharaan
alat, pencucian, pencegahan korosi, pelarut kerak, pengemasan, dll.
Limbah B3 dari sumber spesifik
Limbah B3 sisa proses suatu industri atau kegiatan yang secara spesifik dapat
ditentukan berdasarkan kajian ilmiah.
Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dapat diklasifikasikan menjadi:
Primary sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada pemisahan
awal dan banyak mengandung biomassa senyawa organik yang stabil dan mudah
menguap.
Chemical sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan flokulasi
Excess activated sludge, yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan dengan
lumpur aktif sehingga banyak mengandung padatan organik berupa lumpur dari hasil
proses tersebut.
Digested sludge, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi dengan digested
aerobic maupun anaerobic di mana padatan/lumpur yang dihasilkan cukup stabil dan
banyak mengandung padatan organik.
1.3 Karakteristik B3
Secara konvensional terdapat 7 kelas bahan berbahaya, yaitu:
Flammable (mudah terbakar), yaitu bahan padat, cair, uap, atau gas yang menyala
dengan mudah dan terbakar secara cepat bila dipaparkan pada sumber nyala,
misalnya: jenis pelarut ethanol, gas hidrogen, methane.
Materi yang spontan terbakar, yaitu bahan padat atau cair yang dapat menyala secara
spontan tanpa sumber nyala, mislanya karena perubahan panas, tekanan atau kegiatan
oksidasi.
Explosive (mudah meledak), yaitu materi yang dapat meledak karena adanya kejutan,
panas atau mekanisme lain, misalnya dinamit.
Oxidizer (pengoksidasi), yaitu materi yang menghasilkan oksigen, baik dalam kondisi
biasa atau bila terpapar dengan panas, misalnya amonium nitrat dan benzoyl
perioksida.
Corrosive, bahan padat atau cair yang dapat membakar atau merusak jaringan kulit
bila berkontak dengannya.
Toxic, yaitu bahan beracun yang dalam dosis kecil dapat membunuh atau
mengganggu kesehatan, seperti hidrogen sianida.
Radioactive
1.4 Teknologi Pengolahan
Terdapat banyak metode pengolahan limbah B3 di industri, tiga metode yang paling
populer di antaranya ialah chemical conditioning, solidification/Stabilization, dan
incineration.
1. Chemical Conditioning
Salah satu teknologi pengolahan limbah B3 ialah chemical conditioning. Tujuan
utama dari chemical conditioning ialah:
o Menstabilkan senyawa-senyawa organik yang terkandung di dalam lumpur
o Mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air dalam lumpur
o Mendestruksi organisme patogen
o Memanfaatkan hasil samping proses chemical conditioning yang masih
memiliki nilai ekonomi seperti gas methane yang dihasilkan pada proses
digestion
o Mengkondisikan agar lumpur yang dilepas ke lingkungan dalam keadaan
aman dan dapat diterima lingkungan
Chemical conditioning terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Concentratiothickening
Tahapan ini bertujuan untuk mengurangi volume lumpur yang akan
diolah dengan cara meningkatkan kandungan padatan. Alat yang umumnya
digunakan pada tahapan ini ialah gravity thickener dan solid bowl
centrifuge. Tahapan ini pada dasarnya merupakan tahapan awal sebelum
limbah dikurangi kadar airnya pada tahapan de-watering selanjutnya.
Walaupun tidak sepopuler gravity thickener dan centrifuge, beberapa unit
pengolahan limbah menggunakan proses flotation pada tahapan awal ini.
2. Treatment, stabilization, andconditioning
Tahapan kedua ini bertujuan untuk menstabilkan senyawa organik dan
menghancurkan patogen. Proses stabilisasi dapat dilakukan melalui proses
pengkondisian secara kimia, fisika, dan biologi. Pengkondisian secara kimia
berlangsung dengan adanya proses pembentukan ikatan bahan-bahan kimia
dengan partikel koloid. Pengkondisian secara fisika berlangsung dengan
jalan memisahkan bahan-bahan kimia dan koloid dengan cara pencucian
dan destruksi. Pengkondisian secara biologi berlangsung dengan adanya
proses destruksi dengan bantuan enzim dan reaksi oksidasi. Proses-proses
yang terlibat pada tahapan ini ialah lagooning, anaerobic digestion, aerobic
digestion, heat treatment, polyelectrolite flocculation, chemical
conditioning, dan elutriation.
3) De-wateringanddrying
De-watering and drying bertujuan untuk menghilangkan atau
mengurangi kandungan air dan sekaligus mengurangi volume lumpur.
Proses yang terlibat pada tahapan ini umumnya ialah pengeringan dan
filtrasi. Alat yang biasa digunakan adalah drying bed, filter press,
centrifuge, vacuum filter, dan belt press.
4) Disposal
Disposal ialah proses pembuangan akhir limbah B3. Beberapa proses
yang terjadi sebelum limbah B3 dibuang ialah pyrolysis, wet air oxidation,
dan composting. Tempat pembuangan akhir limbah B3 umumnya ialah
sanitary landfill, crop land, atau injection well.
2. Solidification/Stabilization
Di samping chemical conditiong, teknologi solidification/ stabilization juga dapat
diterapkan untuk mengolah limbah B3. Secara umum stabilisasi dapat didefinisikan
sebagai proses pencapuran limbah dengan bahan tambahan (aditif) dengan tujuan
menurunkan laju migrasi bahan pencemar dari limbah serta untuk mengurangi
toksisitas limbah tersebut. Sedangkan solidifikasi didefinisikan sebagai proses
pemadatan suatu bahan berbahaya dengan penambahan aditif. Kedua proses tersebut
seringkali terkait sehingga sering dianggap mempunyai arti yang sama. Proses
solidifikasi/stabilisasi berdasarkan mekanismenya dapat dibagi menjadi 6 golongan,
yaitu:
1) Macroencapsulation, yaitu proses dimana bahan berbahaya dalam limbah
dibungkus dalam matriks struktur yang besar
2) Microencapsulation, yaitu proses yang mirip macroencapsulation tetapi bahan
pencemar terbungkus secara fisik dalam struktur kristal pada tingkat mikroskopik
3) Precipitation
4) Adsorpsi, yaitu proses dimana bahan pencemar diikat secara elektrokimia pada
bahan pemadat melalui mekanisme adsorpsi.
5) Absorbsi, yaitu proses solidifikasi bahan pencemar dengan menyerapkannya ke
bahan padat
6) Detoxification, yaitu proses mengubah suatu senyawa beracun menjadi senyawa
lain yang tingkat toksisitasnya lebih rendah atau bahkan hilang sama sekali
Teknologi solidikasi/stabilisasi umumnya menggunakan semen, kapur (CaOH2),
dan bahan termoplastik. Metoda yang diterapkan di lapangan ialah metoda in-drum
mixing, in-situ mixing, dan plant mixing. Peraturan mengenai solidifikasi/stabilitasi
diatur oleh BAPEDAL berdasarkanKep-03/BAPEDAL/09/1995 dan
Kep-04/BAPEDAL/09/1995.
3. Incineration
Teknologi pembakaran (incineration ) adalah alternatif yang menarik dalam
teknologi pengolahan limbah. Insinerasi mengurangi volume dan massa limbah
hingga sekitar 90% (volume) dan 75% (berat). Teknologi ini sebenarnya bukan solusi
final dari sistem pengolahan limbah padat karena pada dasarnya hanya memindahkan
limbah dari bentuk padat yang kasat mata ke bentuk gas yang tidak kasat mata. Proses
insinerasi menghasilkan energi dalam bentuk panas. Namun, insinerasi memiliki
beberapa kelebihan di mana sebagian besar dari komponen limbah B3 dapat
dihancurkan dan limbah berkurang dengan cepat. Selain itu, insinerasi memerlukan
lahan yang relatif kecil.
Aspek penting dalam sistem insinerasi adalah nilai kandungan energi (heating value)
limbah. Selain menentukan kemampuan dalam mempertahankan berlangsungnya
proses pembakaran, heating value juga menentukan banyaknya energi yang dapat
diperoleh dari sistem insinerasi. Jenis insinerator yang paling umum diterapkan untuk
membakar limbah padat B3 ialah rotary kiln, multiple hearth, fluidized bed, open pit,
single chamber, multiple chamber, aqueous waste injection, dan starved air unit. Dari
semua jenis insinerator tersebut, rotary kiln mempunyai kelebihan karena alat tersebut
dapat mengolah limbah padat, cair, dan gas secara simultan
Bab 2. Limbah bahan Berbahaya dan Beracun ( B3) Radioaktif
Tahukah anda bahwa di sekitar kita ternyata banyak sekali terdapat radiasi? Disadari
ataupun tanpa disadari ternyata disekitar kita baik dirumah, di kantor, dipasar,
dilapangan, maupun ditempat-tempat umum lainnya ternyata banyak sekali radiasi.
Yang perlu diketahui selanjutnya adalah sejauh mana radiasi tersebut dapat
berpengaruh buruk terhadap kesehatan kita.
Radiasi dalam istilah fisika, pada dasarnya adalah suatu cara perambatan energi dari
sumber energi ke lingkungannya tanpa membutuhkan medium. Beberapa contohnya
adalah perambatan panas, perambatan cahaya, dan perambatan gelombang radio.
Selain radiasi, energi dapat juga dipindahkan dengan cara konduksi, kohesi, dan
konveksi. Dalam istilah sehari-hari radiasi selalu diaso-siasikan sebagai radioaktif
sebagai sumber radiasi pengion.
Secara garis besar ada dua jenis radiasi yakni radiasi pengion dan radiasi bukan
pengion. Radiasi pengion adalah radiasi yang dapat menyebabkan proses terlepasnya
electron dari atom sehingga terbentuk pasangan ion. Karena sifatnya yang dapat
mengionisasi bahan termasuk tubuh kita maka radiasi pengion perlu diwaspadai
adanya utamanya mengenai sumber-sumbernya, jenis-jenis, sifat-nya, akibatnya, dan
bagaimana cara menghindarinya.
2.1 Sumber Radiasi
Berdasarkan asalnya sumber radiasi pengion dapat dibedakan menjadi dua yaitu
sumber radiasi alam yang sudah ada di alam ini sejak terbentuknya, dan sumber radiasi
buatan yang sengaja dibuat oleh manusia untuk berbagai tujuan.
Sumber Radiasi Alam
Radiasi yang dipancarkan oleh sumber radiasi alam disebut juga sebagai radiasi latar
belakang. Radiasi ini setiap harinya memajan manusia dan merupakan radiasi terbesar
yang diterima oleh manusia yang tidak bekerja di tempat yang menggunakan radioaktif
atau yang tidak menerima radiasi berkaitan dengan kedokteran atau kesehatan.
Radiasi latar belakang yang diterima oleh seseorang dapat berasal dari tiga sumber
utama yaitu :
1. Sumber radiasi kosmis
Radiasi kosmis berasal dari angkasa luar, sebagian berasal dari ruang antar bintang dan
matahari. Radiasi ini terdiri dari partikel dan sinar yang berenergi tinggi dan
berinteraksi dengan inti atom stabil di atmosfir membentuk inti radioaktif seperti
Carbon -14, Helium-3, Natrium -22, dan Be-7. Atmosfir bumi dapat mengurangi
radiasi kosmik yang diterima oleh manusia. Tingkat radiasi dari sumber kosmik ini
bergantung kepada ketinggian, yaitu radiasi yang diterima akan semakin besar apabila
posisinya semakin tinggi. Tingkat radiasi yang diterima seseorang juga tergantung
pada letak geografisnya.
2. Sumber radiasi terestrial
Radiasi terestrial secara natural dipancarkan oleh radionuklida di dalam kerak bumi.
Radiasi ini dipancarkan oleh radionuklida yang disebut primordial yang ada sejak
terbentuknya bumi. Radionuklida yang ada dalam kerak bumi terutama adalah deret
Uranium, yaitu peluruhan berantai mulai dari Uranium-238, Plumbum-206, deret
Actinium (U-235, Pb-207) dan deret Thorium (Th-232, Pb-208).
Radiasi teresterial terbesar yang diterima manusia berasal dari Radon (R-222) dan
Thoron (Ra-220) karena dua radionuklida ini berbentuk gas sehingga bisa menyebar
kemana-mana.
Tingkat radiasi yang diterima seseorang dari radiasi teresterial ini berbeda-beda dari
satu tempat ke tempat lain bergantung pada konsentrasi sumber radiasi di dalam kerak
bumi. Beberapa tempat di bumi yang memiliki tingkat radiasi diatas rata-rata misalnya
Pocos de Caldas dan Guarapari di Brazil, Kerala dan Tamil Nadu di India, dan Ramsar
di Iran.
3. Sumber radiasi internal yang berasal dari dalam tubuh sendiri
Sumber radiasi ini ada di dalam tubuh manusia sejak dilahirkan, dan bisa juga masuk
ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, pernafasan, atau luka. Radiasi internal ini
terutama diterima dari radionuklida C-14, H-3, K-40, Radon, selain itu masih ada
sumber lain seperti Pb-210, Po-210, yang banyak berasal dari ikan dan kerang-
kerangan. Buah-buahan biasanya mengandung unsur K-40.
Sumber Radiasi Buatan
Sumber radiasi buatan telah diproduksi sejak abad ke 20, dengan ditemuk-annya sinar-
X oleh WC Rontgen. Saat ini sudah banyak sekali jenis dari sumber radiasi buatan baik
yang berupa zat radioaktif dan sumber pembangkit radiasi (pesawat sinar-X dan
akselerator).
Radioaktif dapat dibuat oleh manusia berdasarkan reaksi inti antara nuklida yang tidak
radioaktif dengan neutron atau biasa disebut sebagai reaksi fisi di dalam reactor atom.
Radionuklida buatan ini bisa memancarkan radiasi alpha, beta, gamma dan neutron.
Sumber pembangkit radiasi yang lazim dipakai yakni pesawat sinar-X dan akselerator.
Proses terbentuknya sinar-X adalah sebagai akibat adanya arus listrik pada filamen
yang dapat menghasilkan awan elektron di dalam tabung hampa. Sinar-X akan
terbentuk ketika berkas elektron ditumbukan pada bahan target.
2.2 Radioaktifitas yang Direkomendasikan
Berdasarkan ketentuan International Atomic Energy Agency, zat radioaktif adalah
setiap zat yang memancarkan radiasi pengion dengan aktifitas jenis lebih besar dari 70
kilo Becquerel per kilogram atau 2 nanocurie per gram. Angka 70 kBq/kg atau 2 nCi/g
tersebut merupakan patokan dasar untuk suatu zat dapat disebut zat radioaktif pada
umumnya. Jadi untuk radioaktif dengan aktifitas lebih kecil dapat dianggap sebagai
radiasi latar belakang.
Besarnya dosis radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi tidak boleh melebihi 50
milisievert per tahun, sedangkan besarnya dosis radiasi yang diterima oleh masyarakat
pada umumnya tidak boleh lebih dari 5 milisievert per tahun.
Di Koran-koran dan televisi, kita sering melihat artikel-artikel atau tayangan yang
berkaitan dengan nuklir, apakah itu mengenai rencana pembangunan PLTN di Muria
atau mengenai kebocoran air radioaktif dari PLTN Jepang setelah diguncang gempa.
Sering diberitakan pula mengenai kecelakaan reaktor Chernobyl di Uni Sovyet yang
menyebabkan kerusakan lingkungan, dan menyebabkan penyebaran zat radioaktif
kemana mana. Juga bahaya-bahaya yang ditimbulkannya. Apabila kita mendengar kata
radiasi nuklir atau unsur-unsur radioaktif pada tayangan tersebut, yang terbayang
dalam benak kita adalah ledakan bom atom, orang yang terkena kanker dan bayangan-
bayangan mengerikan lainnya. Padahal, kalau kita membaca buku fisika atau kimia
mengenai radiasi nuklir dan partikel radioaktif (radionuklida), kita akan tahu bahwa
sebenarnya yang kita makan, kita hirup dan kita serap sehari-hari juga mengandung
hal-hal itu. Jadi radiasi nuklir atau partikel radioaktif bukanlah semata-mata sesuatu
yang terpendam di bumi dan diambil orang untuk membuat bom atom atau untuk
mencemari lingkungan dengan air radioaktif, seperti yang banyak dipropagandakan.
Gejala keradioaktifan (radioaktifitas) pertama kali ditemukan secara tidak sengaja oleh
Henry Becquerel pada suatu garam uranium. Selanjutnya Pierre & Marry currie
menemukan zat-zat radioaktif lainnya yaitu polonium dan radium. Zat-zat radioaktif
adalah suatu zat yang aktif memancarkan radiasi baik berupa partikel maupun berupa
gekombang elektromagnetik.
2.3 Limbah radioaktif
Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal
dari penggunaan medis atau riset radio nukleida. Limbah ini dapat berasal dari antara
lain : tindakan kedokteran nuklir, radio-imunoassay dan bakteriologis; dapat berbentuk
padat, cair atau gas. Selain sampah klinis, dari kegiatan penunjang rumah sakit juga
menghasilkan sampah non klinis atau dapat disebut juga sampah non medis. Sampah
non medis ini bisa berasal dari kantor/administrasi kertas, unit pelayanan (berupa
karton, kaleng, botol), sampah dari ruang pasien, sisa makanan buangan; sampah dapur
(sisa pembungkus, sisa makanan/bahanmakanan, sayur dan lain-lain). Limbah cair
yang dihasilkan rumah sakit mempunyai karakteristik tertentu baik fisik, kimia dan
biologi. Limbah rumah sakit bisa mengandung bermacam-macam mikroorganisme,
tergantung pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum
dibuang dan jenis sarana yang ada (laboratorium, klinik dll). Tentu saja dari jenis-jenis
mikroorganisme tersebut ada yang bersifat patogen. Limbah rumah sakit seperti halnya
limbah lain akanmengandung bahan-bahan organik dan anorganik, yang tingkat
kandungannya dapat ditentukan dengan uji air kotor pada umumnya seperti BOD,
COD, TTS, pH, mikrobiologik, dan lain-lain.
Bab 3 Penggunaan Radioisotop
3.1 Radioisotop digunakan sebagai perunut dan sumber radiasi
Dewasa ini, penggunaan radioisotop untuk maksud-maksud damai (untuk
kesejahteraan umat manusia) berkembang dengan pesat. Pusat listrik tenaga nuklir
(PLTN) adalah salah satu contoh yang sangat populer. PLTN ini memanfaatkan efek
panas yang dihasilkan reaksi inti suatu radioisotop , misalnya U-235. Selain untuk
PLTN, radioisotop juga telah digunakan dalam berbagai bidang misalnya industri,
teknik, pertanian, kedokteran, ilmu pengetahuan, hidrologi, dan lain-lain.
Pada bab ini kita akan membahas dua penggunaan radioistop, yaitu sebagai perunut
(tracer) dan sumber radiasi. Pengunaan radioisotop sebagai perunut didasarkan pada
ikataan bahwa isotop radioaktif mempunyai sifat kirnia yang sama dengan isotop
stabil. Jadi suatu isotop radioaktif melangsungkan reaksi kimia, yang sama seperti
isotop stabilnya. Sedangkan penggunaan radioisotop sebagai sumber radiasi didasarkan
pada kenyataan bahwa radiasi yang dihasilkan zat radioaktif dapat mempengaruhi
materi maupun mahluk. Radiasi dapat digunakan untuk memberi efek fisis: efek kimia,
maupun efek biologi. Oleh karena itu, sebelum membahas pengunaan radioisotop kita
akan mengupas terlebih dahulu tentang satuan radiasi dan pengaruh radiasi terhadap
materi dan mahluk hidup.
3.2 Satuan Radiasi
Berbagai satuan digunakan untuk menyatakan intensitas atau jumlah radiasi
bergantung pada jenis yang diukur.
1. Curie(Ci) dan Becquerrel (Bq)
Curie dan Bequerrel adalah satuan yang dinyatakan untuk menyatakan keaktifan yakni
jumlah disintegrasi (peluruhan) dalam satuan waktu. Dalam sistem satuan SI, keaktifan
dinyatakan dalam Bq. Satu Bq sama dengan satu disintegrasi per sekon.
1Bq = 1 dps
dps = disintegrasi per sekon
Satuan lain yang juga biasa digunakan ialah Curie. Satu Ci ialah keaktifan yang setara
dari 1 gram garam radium, yaitu 3,7.1010 dps. 1Ci = 3,7.1010 dps = 3,7.1010 Bq
2. Gray (gy) dan Rad (Rd)
Gray dan Rad adalah satuan yang digunakan untuk menyatakan keaktifan yakni jumlah
(dosis) radiasi yang diserap oleh suatu materi. Rad adalah singkatan dari 11 radiation
absorbed dose. Dalam sistem satuan SI, dosis dinyatakan dengan Gray (Gy). Satu Gray
adalah absorbsi 1 joule per kilogram materi.
1 Gy = 1 J/kg
Satu rad adalah absorbsi 10-3 joule energi/gram jaringan.
1 Rd = 10-3 J/g
Hubungan grey dengan fad
1 Gy = 100 rd
3. Rem
Daya perusak dari sinar-sinar radioaktif tidak saja bergantung pada dosis tetapi juga
pada jenis radiasi itu sendiri. Neutron, sebagai contoh, lebih berbahaya daripada sinar
beta dengan dosis dan intensitas yang sama. Rem adalah satuan dosis setelah
memperhitungkan pengaruh radiasi pada mahluk hidup (rem adalah singkatan dari
radiation equiwlen for man)
3.3 Pengaruh Radiasi pada Materi
Radiasi menyebabkan penumpukan energi pada materi yang dilalui. Dampak yang
ditimbulkan radiasi dapat berupa ionisasi, eksitasi, atau pemutusan ikatan kimia.
Ionisasi: dalam hal ini partikel radiasi menabrak elektron orbital dari atom atau
molekul zat yang dilalui sehinga terbentuk ion positip dan elektron terion.
Eksitasi: dalam hal ini radiasi tidak menyebabkan elektron terlepas dari atom atau
molekul zat tetapi hanya berpindah ke tingkat energi yang lebih tinggi. Pemutusan
Ikatan Kimia: radiasi yang dihasilkan oleh zat radioaktif rnempunyai energi yang dapat
mernutuskan ikatan-ikatan kimia.
3.4 Pengaruh Radiasi pada mahluk hidup
Walaupun energi yang ditumpuk sinar radioaktif pada mahluk hidup relatif kecil tetapi
dapat menimbulkan pengaruh yang serius. Hal ini karena sinar radioaktif dapat
mengakibatkan ionisasi, pemutusan ikatan kimia penting atau membentuk radikal
bebas yang reaktif. Ikatan kimia penting misalnya ikatan pada struktur DNA dalam
kromosom. Perubahan yang terjadi pada struktur DNA akan diteruskan pada sel
berikutnya yang dapat mengakibatkan kelainan genetik, kanker dll.
Pengaruh radiasi pada manusia atau mahluk hidup juga bergantung pada waktu
paparan. Suatu dosis yang diterima pada sekali paparan akan lebih berbahaya daripada
bila dosis yang sama diterima pada waktu yang lebih lama.
Secara alami kita mendapat radiasi dari lingkungan, misalnya radiasi sinar kosmis atau
radiasi dari radioakif alam. Disamping itu, dari berbagai kegiatan seperti diagnosa atau
terapi dengan sinar X atau radioisotop. Orang yang tinggal disekitar instalasi nuklir
juga mendapat radiasi lebih banyak, tetapi masih dalam batas aman.
3.5 Radioaktif Sebagai Perunut.
Sebagai perunut, radoisotop ditambahkan ke dalam suatu sistem untuk mempelajari
sistem itu, baik sistern fisika, kimia maupun sistem biologi. Oleh karena radioisotop
mempunyai sifat kimia yang sama seperti isotop stabilnya, maka radioisotop dapat
digunakan untuk menandai suatu senyawa sehingga perpindahan perubahan senyawa
itu dapat dipantau.
A. Bidang kedokteran
berbagai jenis radio isotop digunakan sebagai perunut untuk mendeteksi (diagnosa)
berbagai jenis penyakit al:teknesium (Tc-99), talium-201 (Ti-201), iodin 131(1-131),
natrium-24 (Na-24), ksenon-133 (xe-133) dan besi (Fe-59). Tc-99 yang disuntikkan ke
dalam pembuluh darah akan diserap terutama oleh jaringan yang rusak pada organ
tertentu, seperti jantung, hati dan paru-paru Sebaliknya Ti-201 terutama akan diserap
oleh jaringan yang sehat pada organ jantung. Oleh karena itu, kedua isotop itu
digunakan secara bersama-sama untuk mendeteksi kerusakan jantung
1-131 akan diserap oleh kelenjar gondok, hati dan bagian-bagian tertentu dari otak.
Oleh karena itu, 1-131 dapat digunakan untuk mendeteksi kerusakan pada kelenjar
gondok, hati dan untuk mendeteksi tumor otak. Larutan garam yang mengandung Na-
24 disuntikkan ke dalam pembuluh darah untuk mendeteksi adanya gangguan
peredaran darah misalnya apakah ada penyumbatan dengan mendeteksi sinar gamma
yang dipancarkan isotop Natrium tsb.
Xe-133 digunakan untuk mendeteksi penyakit paru-paru. P-32 untuk penyakit mata,
tumor dan hati. Fe-59 untuk mempelajari pembentukan sel darah merah. Kadang-
kadang, radioisotop yang digunakan untuk diagnosa, juga digunakan untuk terapi yaitu
dengan dosis yang lebih kuat misalnya, 1-131 juga digunakan untuk terapi kanker
kelenjar tiroid.
B. Bidang lndustri
Untuk mempelajari pengaruh oli dan afditif pada mesin selama mesin bekerja
digunakan suatu isotop sebagai perunut, Dalam hal ini, piston, ring dan komponen lain
dari mesin ditandai dengan isotop radioaktif dari bahan yang sama.
C. Bidang Hidrologi.
1.Mempelajari kecepatan aliran sungai.
2.Menyelidiki kebocoran pipa air bawah tanah.
D. Bidang Biologis
1. Mempelajari kesetimbangan dinamis.
2. Mempelajari reaksi pengesteran.
3. Mempelajari mekanisme reaksi fotosintesis.
3.6 Radioisotop sebagai sumber radiasi.
A. Bidang Kedokteran
1) Sterilisasi radiasi.
Radiasi dalam dosis tertentu dapat mematikan mikroorganisme sehingga dapat
digunakan untuk sterilisasi alat-alat kedokteran. Steritisasi dengan cara radiasi
mempunyai beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan sterilisasi konvensional
(menggunakan bahan kimia), yaitu:
a) Sterilisasi radiasi lebih sempurna dalam mematikan mikroorganisme.
b) Sterilisasi radiasi tidak meninggalkan residu bahan kimia.
c) Karena dikemas dulu baru disetrilkan maka alat tersebut tidak mungkin tercemar
bakteri lagi sampai kemasan terbuka. Berbeda dengan cara konvensional, yaitu
disterilkan dulu baru dikemas, maka dalam proses pengemasan masih ada
kemungkinan terkena bibit penyakit.
2) Terapi tumor atau kanker.
Berbagai jenis tumor atau kanker dapat diterapi dengan radiasi. Sebenarnya, baik sel
normal maupun sel kanker dapat dirusak oleh radiasi tetapi sel kanker atau tumor
ternyata lebih sensitif (lebih mudah rusak). Oleh karena itu, sel kanker atau tumor
dapat dimatikan dengan mengarahkan radiasi secara tepat pada sel-sel kanker tersebut.
B. Bidang pertanian.
1) Pemberantasan homo dengan teknik jantan mandul
Radiasi dapat mengakibatkan efek biologis, misalnya hama kubis. Di laboratorium
dibiakkan hama kubis dalam bentuk jumlah yang cukup banyak. Hama tersebut lalu
diradiasi sehingga serangga jantan menjadi mandul. Setelah itu hama dilepas di daerah
yang terserang hama. Diharapkan akan terjadi perkawinan antara hama setempat
dengan jantan mandul dilepas. Telur hasil perkawinan seperti itu tidak akan menetas.
Dengan demikian reproduksi hama tersebut terganggu dan akan mengurangi populasi.
2) Pemuliaan tanaman
Pemuliaan tanaman atau pembentukan bibit unggul dapat dilakukan dengan
menggunakan radiasi. Misalnya pemuliaan padi, bibit padi diberi radiasi dengan dosis
yang bervariasi, dari dosis terkecil yang tidak membawa pengaruh hingga dosis rendah
yang mematikan. Biji yang sudah diradiasi itu kemudian disemaikan dan ditaman
berkelompok menurut ukuran dosis radiasinya.
3) Penyimpanan makanan
Kita mengetahui bahwa bahan makanan seperti kentang dan bawang jika disimpan
lama akan bertunas. Radiasi dapat menghambat pertumbuhan bahan-bahan seperti itu.
Jadi sebelum bahan tersebut di simpan diberi radiasi dengan dosis tertentu sehingga
tidak akan bertunas, dengan dernikian dapat disimpan lebih lama.
C. Bidang Industri
1) Pemeriksaan tanpa merusak.
Radiasi sinar gamma dapat digunakan untuk memeriksa cacat pada logam atau
sambungan las, yaitu dengan meronsen bahan tersebut. Tehnik ini berdasarkan sifat
bahwa semakin tebal bahan yang dilalui radiasi, maka intensitas radiasi yang
diteruskan makin berkurang, jadi dari gambar yang dibuat dapat terlihat apakah logam
merata atau ada bagian-bagian yang berongga didalamnya. Pada bagian yang berongga
itu film akan lebih hitam,
2) Mengontrol ketebalan bahan
Ketebalan produk yang berupa lembaran, seperti kertas film atau lempeng logam dapat
dikontrol dengan radiasi. Prinsipnya sama seperti diatas, bahwa intensitas radiasi yang
diteruskan bergantung pada ketebalan bahan yang dilalui. Detektor radiasi
dihubungkan dengan alat penekan. Jika lembaran menjadi lebih tebal, maka intensitas
radiasi yang diterima detektor akan berkurang dan mekanisme alat akan mengatur
penekanan lebih kuat sehingga ketebalan dapat dipertahankan.
3) Pengawetan hahan
Radiasi juga telah banyak digunakan untuk mengawetkan bahan seperti kayu, barang-
barang seni dan lain-lain. Radiasi juga dapat menningkatkan mutu tekstil karena
inengubah struktur serat sehingga lebih kuat atau lebih baik mutu penyerapan
warnanya. Berbagai jenis makanan juga dapat diawetkan dengan dosis yang aman
sehingga dapat disimpan lebih lama.
Bab 4. Dampak Radioaktif
Pengertian atau arti definisi pencemaran radioaktif adalah suatu pencemaran
lingkungan yang disebabkan oleh debu radioaktif akibat terjadinya ledakan reaktor-
reaktor atom serta bom atom. Yang paling berbahaya dari pencemaran radioaktif
seperti nuklir adalah radiasi sinar alpha, beta dan gamma yang sangat membahayakan
makhluk hidup di sekitarnya. Selain itu partikel-partikel neutron yang dihasilkan juga
berbahaya. Zat radioaktif pencemar lingkungan yang biasa ditemukan adalah 90SR
merupakan karsinogen tulang dan 131J. Tak bisa dipungkiri, radioaktif yang
dimanfaatkan diberbagai industri termasuk di dunia kedokteran, memiliki kegunaan
yang luar biasa efektif dan efisien. Namun kita pun tak bisa menutup mata, dibalik
berbagai keuntungan positif penggunaan radioaktif, kecelakaan pun kerap mengintai
orang-orang yang berurusan dengan zat itu. Misalnya, berbagai keluhan dan penyakit
tertentu,hingga terjadinya kematian.
Menurut Arifin S Kurtiono, Sekretaris Umum Bapeten (Badan Pengawas Tenaga
Nuklir-dulu lebih dikenal dengan nama BATAN, dalam dunia kedokteran zat
radioaktif dimanfaatkan untuk therapy, misalnya Tele-therapy dan Brachy-therapy,
serta Kedokteran Nuklir.
Pengertian Zat Radioaktif sendiri menurut UU No. 10/1997 tentang ketenaganukliran,
adalah setiap zat yang memancarkan radiasi pengion dengan aktifitas jenis lebih besar
dari 70kBq/Kg. Sedangkan Limbah Radioaktif adalah zat radioaktif dan bahan serta
peralatan yang telah terkena zat radioaktif atau menjadi radioaktif, karena
pengoperasian instalasi nuklir yang tidak dapat digunakan lagi.
Kecelakaan akibat radiasi bisa terjadi karena sumber radiasi (zat radioaktif ataupun
limbah radioaktif) yang digunakan industri maupun rumah sakit itu, hilang, dicuri,
ataupun lepas dari pengelolaan atau pengawasan yang semestinya.
Hampir di seluruh dunia yang melakukan kegiatan pemanfaatan radiasi, pernah
mengalami kecelakaan yang disebabkan zat ataupun limbah radioaktif. Informasi dari
Bapeten menyebutkan, kecelakaan radiasi terjadi pada fasilitas konversi JCO (anak
perusahaan Sumitomo Metal Mining Co) Jepang, tepatnya di kota Tokaimura pada 30
September 1999. Korban radiasi tercatat 62 orang karyawan JCO, 7 orang penduduk
sekitar, dan menewaskan satu orang.
Di Brazil, tahun 1985 perangkat Tele-therapy yang terbengkalai karena reruntuhan
rumah sakit menyebabkan 4 korban jiwa dalam bulan pertama. Sekitar 112 ribu orang
harus dimonitor (249 orang diantaranya telah terkontaminasi), 3500 mtanah (setara
275 gerbong kereta) dan puingnya harus dipindahkan statusnya menjadi limbah
radioaktif yang berbahaya.
Beberapa kecelakaan akibat radioaktif juga terjadi di San Salvador, El Savador (1989),
Soreq, Israel (1990), Hanoi, Vietnam (1992), dan di San Jose, Costarica (1996). Di
Indonesia sendiri, kecelakaan radiasi terjadi pada bulan Januari 1998 di salah satu
rumah sakit, yang menewaskan satu orang.
Rumah sakit memang salah satu pengguna cukup besar dalam pemanfaatan tenaga
nuklir. Data dari Bapeten menunjukkan sebanyak 24 rumah sakit di Indonesia
memanfaatkan radiasi untuk radiodiagnosis (pemeriksaan) dan radioterapi
(pengobatan). Beberapa bahan radioaktif yang banyak digunakan rumah-rumah sakit
tersebut, adalah Co (Cobalt 60), Ra-226, Cs-137, Ir-192, I-125, SR-90, Am-241, I-153,
dan lainnya.
Menurut Kepala Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif (P2LPR)
BATAN Serpong Drs Gunanjar MSc, dari 24 rumah sakit yang memiliki bahan
radioaktif, baru sekitar 7 rumah sakit yang limbahnya disimpan di tempatnya.
Beberapa rumah sakit masih menyimpan limbah radioaktifnya di tempat penyimpanan
sementara di rumah sakit. Meski penyimpanan sementara ini tergolong cukup aman
karena mendapatkan perizinan dan pengawasan ketat dari Bapeten, akan lebih baik jika
limbah radioaktif itu disimpan ditempat semestinya yang aman dan terkelola dengan
baik.
Membahayakan Kesehatan Manusia
Meski manfaatnya sangat luas, tak dipungkiri, tenaga nuklir juga memiliki potensi
bahaya yang tidak kecil bagi kesehatan maupun keselamatan manusia. Penyakit-
penyakit yang timbul akibat radiasi, misalnya kanker, leukimia, rusaknya jaringan
otak, serta kerugian fisik lainnya.
International Atomic Energy Agency (IAEA) dan World Health Organization (WHO),
memberikan informasi menarik tentang luka yang akan timbul akibat terkena radiasi.
Disebutkan, luka radiasi tidak memiliki tanda dan gejala yang khusus sehingga
sangatlah penting bagi masyarakat atau dokter --terutama dokter umum-- untuk
mengetahui efek dari kecelakaan radiasi.
Dijelaskan IAEA dan WHO, bahwa pancaran radiasi dapat berupa eksternal ke tubuh,
yakni pancarannya ke seluruh tubuh atau terbatas untuk bagian besar atau bagian kecil
di anggota tubuh. Bisa juga berupa internal karena kontaminasi dengan material
radioaktif, jika termakan, terminum, terhirup, atau menempel di dalam luka. Pancaran
itu sendiri dapat bersifat akut, berlarut-larut atau kecil, tergantung pada dosis
radiasinya.
Jenis pancaran radiasi yang mungkin timbul dari sebuah kecelakaan, ada tiga macam.
Pertama, Pancaran Seluruh Tubuh akibat penetrasi sumber radiasi yang termasuk fase
prodromal awal dengan gejala, seperti mual, pusing, kemungkinan demam, dan
mencret serta diikuti oleh sebuah periode laten dengan panjang beragam. Kemudian
diikuti dengan periode kesakitan (illness) yang dikarakteristikkan oleh infeksi,
pendarahan, dan gejala gastrointestinal.
Kedua, Pancaran Lokal. Pancaran ini tergantung seberapa besar dosis yang diterima
dan biasanya memberikan tanda dan gejala pada area yang terkena pancaran berupa
erythema, oedema, desquamation kering dan basah, blistering, pain, pembusukan,
gangrene, atau kerontokan rambut. Luka-luka kulit lokal bertambah secara perlahan
seiring waktu, lazimnya minggu atau bulan, dan jika dibiarkan akan menjadi sangat
sakit. Metode pengobatannya pun bukan metode yang biasa.
Ketiga, Pancaran Tubuh Sebagian. Di sini jenis dan efeknya tergantung pada dosis
dan volume bagian tubuh yang mengalami pancaran radiasi. Biasanya tak ada gejala
awal jika mengalami kontaminasi internal kecuali dosisnya sangat tinggi atau
berlebihan. Untuk pancaran radiasi ini sangat jarang terjadi.
Pihak Terkait Harus Sepemahaman
Mengingat dampak yang ditimbulkan dari kecelakaan radiasi sangat berbahaya,
semua pihak yang terkait dengan urusan ketenaganukliran haruslah searah dan
sepemahaman. Catatan dari Bapeten menjelaskan, kecelakaan-kecelakaan yang terjadi
akibat radioaktif, disebabkan adanya kecerobohan operator ataupun perangkat
proteksi radiasi yang kurang memadai dalam suatu fasilitas, sistem pengawasan
nasional yang tidak mencukupi, serta kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap zat
radioaktif dan sumber radiasi.
Badan Tenaga Atom Internasional (BTAI) sendiri mengeluarkan standar keselamatan
radiasi yang sangat lengkap dan menyeluruh. Yang menarik adalah semua pihak harus
memahami 3 prinsip dasar proteksi radiasi. Pertama, pembenaran. Artinya, kegiatan
yang menggunakan zat radioaktif dan sumber radiasi harus memiliki manfaat yang
jauh lebih besar dibandingkan dengan resiko yang diterima. Kedua, optimisasi. Yaitu
penerimaan pancaran radiasi diusahakan serendah-rendahnya dengan
mempertimbangkan faktor sosial ekonomi. Ketiga, pembahasan. Menentukan agar
dosis radiasi total yang diterima seseorang tidak boleh melebihi angka yang
ditetapkan badan pengawas.
Nilai batas dosis untuk pekerja radiasi dalam standar yang disusun BTAI sendiri
diturunkan dari 50 mSv pertahun menjadi 20 mSv (rata-rata dalam 5 tahun). Dan
dalam satu tahun tidak boleh menerima lebih dari 50 mSv. Untuk menjamin
keselamatan dan kesehatan pekerja serta masyarakat dalam pemanfaatan tenaga nuklir
pada instalasi kesehatan, harus diperhatikan antara lain persyaratan desain, operasi,
kalibrasi, dosimetri, dan jaminan kualitas. Masyarakat disamping pekerja mendapat
perlindungan utama, nilai batas dosis dalam suatu kelompok kritis masyarakat
diturunkan menjadi 1 mSv/tahun dari 5 mSv/tahun.
Tampaknya memang perlu disimak sepenggal catatan yang ditulis Dahlia Cakrawati
dari Direktorat Peraturan Keselamatan Nuklir. Jika kita memang ingin bersama-sama
mencegah kecelakaan radiasi, maka itikad baik dan kesungguhan dari pihak
pemegang izin maupun pengawas adalah mutlak. Di satu sisi, aparat badan pengawas
diwajibkan dapat mengevaluasi dan menginspeksi pemegang izin secara profesional,
objektif, dan bebas dari konflik kepentingan. Di sisi lain, pihak pemegang izin perlu
berupaya semaksimal mungkin untuk menerapkan budaya keselamatan dan kualitas,
serta melaksanakan persyaratan perizinan.
Radioaktif bukanlah politik yang bisa dibuat mainan dan guyonan. Keseriusan untuk
mengelolanya adalah sebuah keharusan, sebab jutaan nyawa bisa terancam karenanya.
Bak pisau bermata dua, di satu sisi radioaktif sangatlah bermanfaat bagi kehidupan
manusia, di sisi lain mengundang resiko kecelakaan yang sangat berbahaya. Sehingga,
sangatlah wajar jika Bapeten melakukan langkah ketat dan taktis dalam soal
pengawasan radioaktif di berbagai instansi terutama di rumah sakit. Pengawasan
tersebut meliputi pengadaan, instalasi, pengoperasian, pengolahan limbah sementara,
pengaturan, perizinan, dan inspeksi.
Tips untuk Para Dokter
Jika seorang dokter mendapatkan pasien yang diduga kuat terkena kecelakaan radiasi,
langkah yang harus dilakukan adalah:
Jika pasien memiliki luka atau kesakitan yang konvensional, yang diperlukan adalah
tindakan dan perlakukan yang normal. Perlu diketahui, bahwa radiasi tidaklah secara
cepat menghasilkan gejala yang mengancam kehidupan.
Perlu diketahui juga, pasien yang mengalami luka karena radiasi tidak menimbulkan
resiko bagi dokter.
Janganlah menyentuh terhadap benda yang tidak terlalu dikenal milik pasien dan
pindahkan staf dan pasien ke ruangan lain sampai sifat dari benda tersebut ditentukan
oleh petugas proteksi radiasi.
Jika diduga adanya kontaminasi maka singkirkan jauh-jauh bahan tersebut dengan
menggunakan prosedur isolasi. Hubungi penanggung jawab radiasi atau petugas
proteksi radiasi untuk memonitor bahan tersebut.
Lakukan pengujian darah secara lengkap, ulangi setiap 4 sampai 6 jam dalam sehari.
Cari adanya penurunan jumlah absolut lymphocyte jika pancaran masih dini. Jika
jumlah awal sel darah putih dan angka partikel secara abnormal rendah pada saat yang
sama, kemungkinan pasien telah terpancar radiasi 3 atau 4 minggu lebih awal.
Langkah terakhir, laporkan kepada penanggung jawab kesehatan dan petugas proteksi
radiasi jika didiagnosa atau diduga merupakan luka/efek dari kecelakaan radiasi.
Apabila ada makhluk hidup yang terkena radiasi atom nuklir yang berbahaya biasanya
akan terjadi mutasi gen karena terjadi perubahan struktur zat serta pola reaksi kimia
yang merusak sel-sel tubuh makhluk hidup baik tumbuh-tumbuhan maupun hewan
atau binatang.
Efek serta Akibat yang ditimbulkan oleh radiasi zat radioaktif pada umat manusia
seperti berikut di bawah ini :
1. Pusing-pusing
2. Nafsu makan berkurang atau hilang
3. Terjadi diare
4. Badan panas atau demam
5. Berat badan turun
6. Kanker darah atau leukimia
7. Meningkatnya denyut jantung atau nadi
8. Daya tahan tubuh berkurang sehingga mudah terserang penyakit akibat sel
darah putih yang jumlahnya berkurang
4.1 Definisi limbah radioaktif
Ada beberapa pengertian limbah radioaktif :
1. Zat radioaktif yang sudah tidak dapat digunakan lagi, dan atau
2. Bahan serta peralatan yang terkena zat radioaktif atau menjadi radioaktif, dan sudah
tidak dapat difungsikan. Bahan atau peralatan tersebut terkena atau menjadi radioaktif
kemungkinan karena pengoperasian instalasi nuklir atau instalasi yang memanfaatkan
radiasi pengion.
4.2 Jenis limbah radioaktif
Jenis limbah radioaktif :
Dari segi besarnya aktivitas dibagi dalam limbah aktivitas tinggi, aktivitas sedang
dan aktivitas rendah.
Dari umurnya di bagi menjadi limbah umur paruh panjang, dan limbah umur paruh
pendek.
Dari bentuk fisiknya dibagi menjadi limbah padat, cair dan gas.
4.3 Sumber limbah radioaktif
Limbah radioaktif berasal dari setiap pemanfaatan tenaga nuklir, baik pemanfaatan
untuk pembangkitan daya listrik menggunakan reaktor nuklir, maupun pemanfaatan
tenaga nuklir untuk keperluan industri dan rumah sakit.
4.4 Cara mengelola limbah radioaktif
Limbah radioaktif dikelola sedemikian rupa sehingga tidak membahayakan
masyarakat, pekerja dan lingkungan, baik untuk generasi sekarang maupun generasi
yang akan datang. Cara pengelolaannya dengan mengisolasi limbah tersebut dalam
suatu wadah yang dirancang tahan lama yang ditempatkan dalam suatu gedung
penyimpanan sementara sebelum ditetapkan suatu lokasi penyimpanan permanennya.
Apabila dimungkinkan pengurangan volume limbah maka dilakukan proses reduksi
volume, misalnya menggunakan evaporator untuk limbah cair, pembakaran untuk
limbah padat maupun cair yang dibakar, ataupun pemanfaatan untuk limbah padat yang
bisa dimanfaatkan. Penyimpanan permanen dapat berupa tempat di bawah tanah dengan
kedalaman beberapa ratus meter untuk limbah aktivitas tinggi dan waktu paruh panjang,
atau dekat permukaan tanah dengan kedalaman hanya beberapa puluh meter untuk
limbah aktivitas rendah-sedang. Bahan radioaktif dapat dihasilkan dari kegiatan nuklir
maupun kegiatan non-nuklir.
Dari kegiatan nuklir, karena berurusan dengan penggunaan bahan radioaktif maka
sudah barang tentu limbah radioaktif akan dihasilkan. Kegiatan nuklir yang dimaksud
antara lain seperti pengoperasian reaktor riset, pengoperasian Pembangkit Listrik
Tenaga Nuklir (PLTN) dan kegiatan daur-ulang bahan bakar nuklir (BBN) bekas dan
dekomisioning instalasi/fasilitas nuklir. Sedangkan yang bukan berasal dari kegiatan
nuklir atau biasa dikaitkan dengan apa yang disebut dengan NORM (Naturally
Occurring Radioactive Material), dan TENORM (Technologically-Enhanced Naturally
Occurring Radioactive Material). NORM merupakan bahan radioaktif yang sudah ada
di alam yang secara sadar atau tidak sadar merupakan bagian dari kehidupan manusia.
NORM terdapat di mana-mana, karena hampir semua bahan alami, baik dalam tubuh,
makanan, ataupun di lingkungan sedikit banyak mengandung bahan radioaktif ala
TENORM adalah bahan radioaktif yang diambil dari alam (batuan, tanah, dan mineral)
dan terkonsentrasi atau naik kandungan radioaktivitasnya sebagai akibat dari kegiatan
industri. TENORM dijumpai di pertambangan uranium, pabrik produksi pupuk fosfat,
produksi minyak dan gas, produksi energi geotermal. Regulasi pengelolaan NORM dan
TENORM di beberapa negara maju telah ditetapkan, namun belum ada guideline dari
IAEA.
Pengelolaan limbah radioaktif dilaksanakan sebagai tindakan pencegahan terhadap
timbulnya bahaya radiasi terhadap pekerja, anggota masyarakat dan lingkungan hidup.
Pengelolaan limbah radioaktif adalah pengumpulan, pengelompokan, pengolahan,
pengangkutan, penyimpanan sementara dan penyimpanan lestari dan pembuangan
limbah (disposal). Dalam pengelolaan limbah radioaktif sesuai ketentuan yang berlaku
diterapkan program pemantauan lingkungan yang dilaksanakan secara
berkesinambungan, sehingga keselamatan masyarakat dan lingkungan dari potensi
dampak radiologik yang ditimbulkan selalu berada dalam batas keselamatan yang
direkomendasikan secara nasional maupun internasional.
Dalam pemanfatan iptek untuk berbagai tujuan selalu ditimbulkan sisa proses/limbah,
karena efisiensi tidak pernah mencapai 100%. Demikian juga dalam pemanfaatan,
pengembangan dan penguasaan iptek nuklir selalu akan ditimbulkan limbah radioaktif
sebagai sisa proses. Limbah radioaktif yang ditimbulkan harus dikelola dengan baik dan
tepat agar tidak mencemari lingkungan, karena berpotensi mengganggu kesehatan
masyarakat. Berdasarkan pengalaman di negara maju, ditunjukkan bahwa pembersihan
lingkungan (clean up) akibat terjadinya pencemaran oleh limbah radioaktif
membutuhkan biaya 10 sampai 100 kali lebih besar dibandingkan bila biaya
pengelolaan limbah tersebut secara baik.
Dalam pemanfaatan iptek nuklir, minimisasi limbah diterapkan mulai dari perencanaan,
pemanfaatan (selama operasi) dan setelah masa operasi (pasca operasi). Pada tahap
awal/perencanaan pemanfaatan iptek nuklir diterapkan azas justifikasi, yaitu “tidak
dibenarkan memanfaatkan suatu iptek nuklir yang menyebabkan perorangan atau
anggota masyarakat menerima paparan radiasi bila tidak menghasilkan suatu manfaat
yang nyata”. Dengan menerapkan azas justifikasi berarti telah memimisasi potensi
paparan radiasi dan kontaminasi serta membatasi limbah serta dampak lainnya yang
akan ditimbulkan pada sumbernya. Selain penerapan azas justifikasi atas suatu
pemanfaatan iptek nuklir, pemanfaatan iptek nuklir tersebut harus lebih besar
manfaatnya dibandingkan kerugian yang akan ditimbulkannya, dan dalam
pembangunan dan pengoperasiannya harus mendapat izin lokasi, pembangunan, dan
pengoperasian dari Badan Pengawas (dalam hal ini BAPETEN di Indonesia).\
Limbah radioaktif yang ditimbulkan dari pemanfaatan iptek nuklir umumnya
dikelompokkan ke dalam limbah tingkat rendah (LTR), tingkat sedang (LTS) dan
tingkat tinggi (LTT). Pengelompokan ini didasarkan kebutuhan isolasi limbah untuk
jangka waktu yang panjang dalam upaya melindungi pekerja radiasi, lingkungan hidup,
masyarakat dan generasi yang akan datang. Pengelompokan ini merupakan strategi awal
dalam pengelolaan limbah radioaktif. Sistem pengelompokan limbah di tiap negara
umumnya berbeda-beda sesuai dengan tuntutan keselamatan/peraturan yang berlaku di
masing-masing negara.
Pengelompokan limbah dapat dilakukan selain berdasarkan tingkat aktivitasnya, juga
dapat berdasarkan waktu paruh (T1/2), panas gamma yang ditimbulkan dan kandungan
radionuklida alpha yang terdapat dalam limbah. Di Indonesia, sesuai Pasal 22 ayat 2,
U.U. No. 10/1997, limbah radioaktif berdasarkan aktivitasnya diklasifikasikan dalam
jenis limbah radioaktif tingkat rendah (LTR), tingkat sedang (LTS) dan tingkat tinggi
(LTT). Berdasarkan aktivitasnya dikelompokkan menjadi
- limbah aktivitas rendah (10-6Ci/m3 <>
- limbah aktivitas sedang (10-3Ci/m3 <>
- limbah aktivitas tinggi (LTT > 104Ci/m3)
Bab 5. Teknologi Pengolahan Limbah
Tujuan utama pengolahan limbah adalah mereduksi volume dan kondisioning limbah,
agar dalam penanganan selanjutnya pekerja radiasi, anggota masyarakat dan
lingkungan hidup aman dari paparan radiasi dan kontaminasi. Teknologi pengolahan
yang umum digunakan antara lain adalah:
Teknologi alih-tempat (dekontaminasi, filtrasi, dll.)
Teknologi pemekatan (evaporasi, destilasi, dll.)
Teknologi transformasi (insinerasi, kalsinasi)
Teknologi kondisioning (integrasi dengan wadah, imobilisasi, adsorpsi/absorpsi)
Limbah yang telah mengalami reduksi volume selanjutnya dikondisioning dalam
matriks beton, aspal, gelas, keramik, synrock, dan matrik lainnya, agar zat radioaktif
yang terkandung terikat dalam matriks sehingga tidak mudah terlindi dalam kurun
waktu yang relatif lama (ratusan/ribuan tahun) bila limbah tersebut disimpan secara
lestari/di disposal ke lingkungan. Pengolahan limbah ini bertujuan agar setelah
ratusan/ribuan tahun sistem disposal ditutup (closure), hanya sebagian kecil
radionuklida waktu-paruh (T1/2) panjang yang sampai ke lingkungan hidup
(biosphere), sehingga dampak radiologi yang ditimbulkannya minimal dan jauh di
bawah NBD (nilai batas dosis) yang ditolerir untuk anggota masyarakat.
5.1 Bahaya limbah radioaktif
Karena limbah memancarkan radiasi, maka apabila tidak diisolasi dari masyarakat dan
lingkungan maka radiasi limbah tersebut dapat mengenai manusia dan lingkungan.
Misalnya, limbah radioaktif yang tidak dikelola dengan baik meskipun telah disimpan
secara permanen di dalam tanah, radionuklidanya dapat terlepas ke air tanah dan
melalui jalur air tanah tersebut dapat sampai ke manusia. Bahaya radiasi adalah radiasi
dapat melakukan ionisasi dan merusak sel organ tubuh manusia. Kerusakan sel tersebut
mampu menyebabkan terganggunya fungsi organ tubuh. Disamping itu, sel-sel yang
masih tetap hidup namun mengalami perubahan, dalam jangka panjang kemungkinan
menginduksi adanya tumor atau kanker. Ada kemungkinan pula bahwa kerusakan sel
akibat radiasi mengganggu fungsi genetika manusia, sehingga keturunannya
mengalami cacat
5.2 Apakah limbah radioaktif yang telah diolah bisa dibuang ke lingkungan ?
Limbah radioaktif sebagian dapat dibuang ke lingkungan apabila kandungannya
(konsentrasi dan radioaktivitasnya) telah dibawah batas ambang yang ditetapkan oleh
Pemerintah (Badan Pengawas Tenaga Nuklir, BAPETEN). Namun sebagian lagi
karena aktivitasnya dan umurnya panjang maka harus disimpan dalam jangka yang
sangat panjang.
5.3 Hubungan Limbah Radioaktif Dengan Limbah B3 ?
Sebenarnya definisi, limbah radioaktif adalah bagian dari limbah bahan berbahaya dan
beracun (B3), namun ada kalanya sebagian masyarakat membedakan kedua jenis
limbah tersebut. Menurut pandangan terakhir ini, terdapat istilah ‘mixed waste’
(limbah campuran), yaitu limbah yang mengandung campuran unsur radioaktif
sekaligus B3. Sebagai contoh, dalam proses pembuatan bahan bakar uranium, terdapat
limbah yang mengandung asam (B3) dan radionuklida sekaligus. Sehingga dalam
penanganannya, kedua sifat bahaya tersebut (B3 dan radioaktif) harus selalu
dipertimbangkan.
5.4 Pihak yang bertanggung jawab mengelola limbah radioaktif
Pengelolaan limbah radioaktif didefinisikan sebagai kegiatan pengumpulan,
pengangkutan, pengolahan, penyimpanan sementara serta penyimpanan secara
permanen. Apabila badan pengawas mengijinkan, maka kegiatan pengelolaan tersebut
sebagian boleh dilaksanakan oleh pihak penghasil limbah radioaktif, yaitu dari
pengumpulan sampai penyimpanan sementara. Namun penyimpanan permanen
dilaksanakan oleh BATAN. Apabila penghasil limbah radioaktif tidak mampu
melaksanakan kegiatan sebagian pengelolaan tersebut, maka pengelolaan limbah
radioaktif sepenuhnya kewajiban BATAN.
Badan yang melakukan pengawasan adalah Badan Pengawas Tenaga Nuklir
(BAPETEN) yang terpisah dari badan pelaksana (BATAN). Hal ini sesuai dengan
amanat UU No. 10 tahun 1997 tentang Ketenaganukliran.
5.5 Dasar hukum yang mengatur mengenai limbah radioaktif
Dasar hukum yang mengatur limbah radioaktif adalah Undang-Undang No. 10 tahun
1997 tentang Ketenaganukliran, serta Peraturan pemerintah No. 27 tahun 2002 tentang
Pengelolaan Limbah Radioaktif.
5.6 Biaya pengolahan limbah Radioaktif
Biaya limbah tersebut sangat bergantung pada jenis limbahnya. Terdapat perbedaan
biaya antara limbah radioaktif cair, padat terbakar, padat terkompaksi dan sebagainya.
Seluruh tarif tersebut telah ditetapkan dalam Peraturan pemerintah No. 16 tahun 2001.
Sebagai contoh biaya pengolahan limbah radioaktif cair untuk aktivitas rendah dan
sedang adalah Rp. 7300,- perliter, sedangkan limbah sumber bekas jarum Ra-226 dari
rumah sakit sebesar Rp. 466.000,- perjarum. Tarif tersebut secara periodik ditinjau dan
dimodifikasi sesuai dengan perkembangan teknologi serta perubahan ekonomi yang
terjadi.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan bahwa daerah disekitar limbah memilki
jumlah cacahan permenit yang lebih besar dibandingkan daerah bunker ataupun daerah
alam terbuka.ini menunjukan bahwa daerah disekitar limbah memiliki aktivitas
radioaktif yang cukup besar, daerah disekitar bunker memiliki jumlah cacahan
permenit yang sama dengan daerah alam terbuka. Pemantauan atau monitoring
terhadap nanturally occuring radioactive materials atau sering disebut dengan NORM
dapat dilakukan salah satunya dengan cara pengukuran konsentrasi partikulat
radioaktif diudara. Partikulat radioaktif adalah partikel-partikel radioaktif yang ada di
alam yang keberadaanya menyatu dengan udara, seperti debu radioaktif. Pengukuran
konsentrasi partikulat radioaktif diudara dapat diketahui dengan jalan melakukan
pencacahan terhadap suatu lokasi yang akan diukur konsentrasinya, pencacahan ini
bertujuan untuk mengetahui cacahan awal, waktu paro dan jenis dari suatu
radionuklida yang berada pada suatu sampel penelitian. Hasil penelitian dapat
diperoleh kesimpulan yaitu Partikel Radioaktif alam yang ditemukan dikawasan
BATAN Pasar jumat adalah Pb-214 dan Bi-214 yang merupakan deret Uranium yang
mempunyai waktu paro berumur pendek, Konsentrasi Partikulat Radioaktif Pb-214 dan
Bi-214 dilokasi limbah memiliki aktifitas yang tinggi dengan nilai KPR yang lebih
besar dibandingkan nilai KPR dilokasi yang bunker dan alam terbuka, dan perubahan
konsentrasi NORM dipengaruhi oleh aktifitas partikulat radioaktif alam yang
diakibatkan oleh TENORM yaitu adanya sumber radioaktif. Tingkat radiasi untuk
daerah limbah, bunker, dan alam terbuka tergolong rendah dengan demikian ketiga
daerah tersebut dinyatakan aman dari radiasi. Berdasarkan hasil penelitian, maka
penelitian perlu dilakukan dilokasi yang memiliki aktifitas yang radioaktifnya besar
misalnya di industri kilang minyak, industri batu bara dan industri-industri lain yang
menghasilkan limbah radioaktif, bagi masyarakat diharapkan untuk lebih mengetahui
tingkat radiasi bagi kesehatan tubuh, dan bagi pemerintah hendaknya memberi
peringatan untuk daerah yang memiliki tingkat energi radiasi yang tinggi.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Limbah Radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal
dari penggunaan medis atau riset radio nukleida. Pengertian atau arti definisi
pencemaran radioaktif adalah suatu pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh
debu radioaktif akibat terjadinya ledakan reaktor-reaktor atom serta bom atom. Yang
paling berbahaya dari pencemaran radioaktif seperti nuklir adalah radiasi sinar alpha,
beta dan gamma yang sangat membahayakan makhluk hidup di sekitarnya.
Zat radioaktif dan radioisotop berperan besar dalam ilmu kedokteran yaitu untuk
mendeteksi berbagai penyakit, diagnosa penyakit yang penting antara lain tumor ganas.
Kemajuan teknologi dengan ditemukannya zat radioaktif dan radioisotop memudahkan
aktifitas manusia dalam berbagai bidang kehidupan.
B. SARAN
Mengingat penjelasan-penjelasan dalam makalah diatas sangat jauh dari
kesempurnaan,karena masih banyaknya kekurangan,dan kurang merinci dan
lengkapnya materi yang dikutip atau disampaikan,maka untuk masa-masa yang akan
datang semoga makalah ini dapat lebih disempurnakan,dan lebih mendalami serta
memperinci materi-materinya lagi,sehingga makalah ini dapat disajikan dengan lebih
baik lagi.
Dan dari segi materi,berhubung kami mengambil tema yaitu B3 atau Bahan Berbahaya
dan Beracun,maka selaku penyusun kami berharap agar penanganan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun tersebut jangan dijadikan masalah yang sepele,namun hal
tersebut tentunya dapat menjadi perhatian kita bersama,bukan hanya pemerintah,tetapi
kita semua,karena apabila dampak dari limbah Bahan Berbahaya dan beracun tersebut
telah menyebar luas,maka bukan hanya satu ataupun dua orang yang akan menerima
akibatnya,tetapi juga akan berpengaruh terhadap orang banyak termasuk mungkin diri
kita sendiri.
Selain itu:
1. Masalah zat radioaktif dan radioisotop hendaknya tidak ditafsirkan sebagai satu
fenomena yang menakutkan.
2. Penggunaan radioaktif dan radioisotop hendaknya dibarengi pengetahuan dan
teknologi yang tinggi.
3. Penerapan dalam diagnosa berbagai penyakit hendaknya memikirkan efek-efek yang
akan ditimbulkan.
4. Diharapkan penggunaan zat radioaktif dan radioisotop ini untuk kemakmuran dan
kesejahteraan umat manusia.
DAFTAR PUSTAKA
www.radioaktif.com 15.14 Kamis 18 februari 2010
www.wikipedia.co.id 15.23 Kamis 18 Februari 2010
www.limbahradioaktif.com 15.46 Kamis 18 februari 2010
radioaktif/bahaya%20radioaktif.htm15.52 Kamis 18 Februari 2010
www.pencemaranlimbah.com 16.02 Kamis 18 februari 2010
www.departemenkesehatan.com 16.13 Kamis 18 Februari 2010
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 tahun 2002 tentang
PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF.16.17 Kamis 18 Februari 2010
www.enjang-ruhiat.web.ugm.ac.id/?feed=rss2&p=22 16.17 Kamis 18 Februari 2010
http://74.125.153.132/search?q=cache:vECIaQyVVkEJ:direktori.icttemanggung.org/
index.php%3Faction%3Ddownloadfile%26filename%3Dipa%2520solihin.doc
%26directory%3DPersonal/ruwamai/
makalah+b3+secara+umum&cd=2&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a 16.12
kamis 18 februari 2010
http://majarimagazine.com/2008/01/teknologi-pengolahan-limbah-b3/16.17 Kamis 18
Februari 2010
http://putraprabu.wordpress.com/2008/11/16/identifikasi-dan-karakteristik-limbah-
b3/16.21 Kamis 18 februari 2010