preeklamsi berat

download preeklamsi berat

of 14

Transcript of preeklamsi berat

Pengertian Preeklamsia : suatu kondisi yang spesifik pada kehamilan, terjadi setelahminggu ke 20 gestasi. Ditandai dengan hipertensi dan proteinuria. Edema juga dapat terjadi.PEB: preeklamsi berlebihan yang terjadi secara mendadak wanita dapat dengan cepat mengalami eklamsi.

C. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin dengan Preeklamsia BeratI. PENGKAJIANa. Data Subyektif1) IdentitasUmur: < 20 tahun atau > 35 tahunFaktor yang mempengaruhi preeklamsia diantaranya usia ibu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun. (Manuaba, 2012). Tanda inpending eklampsia2) Keluhan Utama: Ibu mengeluhkan sakit kepala, mual, muntah, pembengkakan pada wajah dan tangan, penglihatan kabur, nyeri epigastrium, sesak napas, gerakan janin berkurang (Cunningham, 2006 ; Manuaba, 2012 & Marmi, 2011).3) Riwayat Kesehatan Kliena) Riwayat Kesehatan yang Lalu : (1) Hipertensi:Hipertensi yang dimiliki oleh ibu dengan bertambahnya usia kehamilan dapat menyebabkan preeklamsia (Marmi, 2011).Penyakit hipertensi yang sudah ada sebelum ibu hamil (Sarwono, 2009).(2). Ginjal (3). DM(4). SLEb) Riwayat Kesehatan sekarang Berisi riwayat perjalanan penyakit mulai klien merasakan keluhan sampai dengan pengkajian saat ini (sebelum diberikan asuhan)Hal hal yang perlu di kaji :(1) Mulai kapan ibu mengalami tekanan darah tinggi?(2) Kapan ibu mulai merasakan keluhan sakit kepala? (3) Kapan ibu mulai merasakan keluhan mual dan muntah?(4) Kapan ibu mulai mengalami keluhan pembengkakan pada wajah dan tangan?(5) Berapa kenaikan berat badan ibu selama kehamilan?(6) Kapan ibu mulai merasakan keluhan penglihatan kabur? (7) Kapan ibu mulai merasakan keluhan nyeri pada ulu hati ?(8) Kapan ibu mulai merasakan gerakan janin berkurang?Preeklamsia timbul dengan tanda tekanan darah tinggi yang dimulai sejak usia kehamilan di atas 20 minggu (Sarwono, 2009)Selama kehamilan ibu mengalami tekanan darah tinggi yang berujung pada preeklamsia dimanana dengan semakin tuanya usia kehamilan tekanan darah tinggi tersebut di sertai proteinuria (Manuaba, 2012).4) Riwayat Kesehatan Keluarga :Pre eklamsi / Eklamsiaa) Riwayat keluarga pernah mengalami preeklamsia atau eklamsia (Sarwono, 2009).Hipertensi b) Keluarga memiliki riwayat tekanan darah tinggi. Dimana tekanan darah tinggi ini merupakan faktor resiko atau faktor herediter yang dapat memperburuk keadaan ibu hamil dan bersalin sehingga menyebabkan preeklamsia.Gemellic) Riwayat keluarga hamil kembar diamana hamil kembar ini akan menurun. Ibu yang hamil dengan janin gemeli dapat menjadi faktor resiko terjadinya PEB (Manuaba, 2012).DM5). Riwayat Menstruasi HPHT5) Riwayat ObstetriPreeklamsia dan eklamsia lebih banyak terjadi pada primigravida, hamil kembar dan molahidatidosa (Sarwono, 2009).Berbagai faktor yang mempengaruhi preeklamsia berat antara lain jumlah primigravida terutama pada primigravida muda, distensi rahim berlebihan : hidramnion, hamil kembar, dan molahidatidosa (Manuaba, 2012).6) Riwayat Kontrasepsi:Hormonala) Pada ibu dengan akseptor kontrasepsi hormonal memiliki resiko untuk terkena tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi ibu dapat menetap dengan demikian jika ibu akseptor KB hormonal yang mengalami tekanan darah tinggi hamil, ibu tersebut dapat mengalami preeklamsia (Manuaba, 2012)7) Pola Fungsional KesehatanPolaKeterangan

NutrisiNafsu makan berkurang.Ibu dengan PEB akan mengalami nafsu makan yang berkurang karena pada ibu PEB mengalami ketidaknyamanan berupa nyeri epigastrium, mual dan muntah yang menyebabkan asupan nutrisi berkurang (Sarwono, 2009)Defisiensi Kalsium (cari referensi)

EliminasiBAK : Oligourine, urine < 400 cc/24 jam Volume urine berkurang. Ibu PEB mengalami perubahan ginjal yaitu spasme arteriol dimana filtrasi glomerulus berkurang yang menyebabkan volume urine berkurang (Manuaba, 2012).Oligouria dan anuria terjadi karena hipovolemia sehingga aliran darah ke ginjal menurun yang mengakibatkan produksi urine menurun (oligouria), bahkan dapat terjadi anuria. Berat ringannya oligouria menggambarkan berat ringannya hipovolemia. Hal ini berarti menggambarkan pula berat ringannya preeklamsia. Pemberian cairan intravena hanya karena oligouria tidak dibenarkan (Sarwono, 2009).

IstirahatIbu menjadi sering istirahat.Ibu banyak beristirahat karena ibu PEB mengalami pengelihatan yang kabur, nyeri kapala yang hebat, dan keluhan keluhan lainnya (Sarwono, 2009).

AktivitasAktivitas terganggu.Ibu akan banyak meminta bantuan kepada keluarganya. Ibu PEB mengalami pengelihatan yang kabur, nyeri kapala yang hebat, dan keluhan keluhan lainnya (Sarwono, 2009). Hal ini akan mengganggu aktivitas yang biasa ibu lakukan.

Personal hygienePersonal Hygiene kurang. Akibat keluhan yang ditimbulkan penyakit preeklamsia (Manuaba, 2012).

b. Data Obyektif1) Pemeriksaan Umuma) Kesadaran: Sedang sampai koma.Pada wanita hamil atau bersalin dengan preeklamsia akan mengalami kesadaran yang menurun sampai koma (Sarwono, 2009).b) Tanda vital Vital ScoreSkor 1Skor 2Skor 3Skor 4

Tekanan darahBeratSedangRingan

Sistole 200 / < 100140-200100-140

Diastole 110 / < 5090-11050-90

Nadi 120100-12080-100

Temperatur 4038,5-40 38,5

Pernafasan 40 / < 16Irregular atau pola pernafasan abnormal29-4016-28

Tingkat kesadaranGCS 3-4GCS 5-7GCS 8

Keterangan : (a) Total skor 10 : saat yang optimal untuk terminasi kehamilan.Total skor < 10 : persalinan ditunda, bila selama 4 jam tidak ada perbaikan maka persalinan perabdominam lebih diutamakan. (Buku Pedoman FK Unmul)c) Antropometri: (a) Berat Badan Sekarang : Kenaikan > 15 kg selama kehamilanBila peningkatan berat badan selama hamil melebihi 15 kg maka dapat menjadi faktor resiko terjadinya preeklamsia (Halen Varney,Dkk,2008).ObesitasObesitas merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya preeklamsia pada ibu (Manuaba, 2012).(b) Ukuran lila: > 33 cmPada ibu dengan LILA > 33 cm masuk pada kriteria obesitas. Dimana obesitas merupakan faktor resiko timbulnya kajadian preeklamsia berat (Marmi, 2011).2) Pemeriksaan fisikInspeksiWajah: Oedema pada wajahTerjadi penumpukan cairan ekstrasel pada ibu PEB yaitu pada area wajah, tangan dan kaki (Manuaba, 2012).Spasme arteriole menyebabkan aliran darah ke ginjal menurun sehingga filtrasi glomerulus berkurang. Penyerapan air dan garam tubulus tetap, terjadi retensi air dan garam, edema pada tungkai, tangan, wajah, paru dan organ lain (Marmi, 2011).Mata: Retina : Pengelihatan kaburSpasme arteriole, oedema sekitar diskus optikus, ablasio retina (lepasnya retina), menyebabkan pengelihatan kabur (Manuaba, 2012).Ekstremitas: Oedema jaringan pada bagian kaki dan tanganOedema terjadi karena hipoalbuminemia atau kerusakan sel endotel kapilar. Edema yang patologik adalah edema yang nondependen pada muka dan tangan atau edema generalisata, dan biasanya disertai dengan kenaikan berat badanyang cepat (Sarwono, 2009).Disebabkan oleh penimbunan air yang melebihi dalam ruangan intestinal belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam (Marmi, 2011). Palpasi Kepala: Nyeri tekan pada daerah frontalisBiasanya ibu pre-eklamsia mengeluhkan sakit kepala di daerah frontal (Marmi, 2011).Wajah: OedemaTerjadi penumpukan cairan ekstrasel pada ibu PEB yaitu pada area wajah, tangan dan kaki (Manuaba, 2012).f) TBBJ: > 4000 gram.g) TFUSalah satu factor resiko PEB ialah janin besar( Sarwono,2009)TBJ (gr) = (TFU-11)x155, jika kepala sudah masuk ke dalam panggulTBJ (gr) = (TFU-12)x155, jika kepala masih diatas spina ischiadikaa) DJJ : < 120 atau > 160 x/menit (Fetal Distress) jika DJJ 100 atau 180 x/menit (Gawat Janin).PEB mampu membuat janin mengalami fetal distress hingga kematian pada janin (Manuaba, 2012). 3) Pemeriksaan Penunjanga. Pemeriksaan Laboratorium1) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darahPeningkatan hemotokrit di bandingkan dengan nilai yang di ketahui sebelumnya member kesan hemokonsentrasi,atau menurunnya volume plasma.jika hematokrit lebih rendah dari yang di perkirakan kemungkinan hemolisis intravascular akibat proses hemolisis mikroangiopatik perlu di pertimbangkan .analisa apusan darah dapat mengungkapkan sel sel darah merah yang mengalami distorsi atau skistosit(Ben-zion taber,M.D.1994)2) UrinalisisDitemukan protein dalamurine.yang dia ambil secara acak mengandung protein 3+ atau 4+ atau urin 24 jam mengandung 5 gram protein atau lebih,preeklamsi di katakan berat (Ben-zion taber,M.D.1994)II. INTERPRETASI DATA DASARDiagnosis : G Papah, UK Minggu, inpartu (kala I Fase Laten/Aktif (akselerasi/dilatasi maksimal/deselerasi) dengan PEBJanin tunggal/ganda , hidup/mati , intra uterine/ekstra uterine

III. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA

a. Dalam keadaan gawat darurat segera masuk rumah sakitTirah baring miring ke satu sisi. Tanda vital diperiksa setiap 30 menit, refleks patella setiap jam.b. Infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL (60-125 cc/jam) 500 cc.c. Antasidad. Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.e. Pemberian obat anti kejang : magnesium sulfatf. Diuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, payah jantung kongestif atau edema anasarka. Diberikan furosemid injeksi 40 mg/im.g. Antihipertensi diberikan bila:1) Desakan darah sistolis lebih 180 mmHg, diastolis lebih 110 mmHg atau MAP lebih 125 mmHg. Sasaran pengobatan adalah tekanan diastolis kurang 105 mmHg (bukan kurang 90 mmHg) karena akan menurunkan perfusi plasenta.2) Dosis antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada umumnya.3) Bila dibutuhkan penurunan tekanan darah secepatnya, dapat diberikan obat-obat antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu), catapres injeksi. Dosis yang biasa dipakai 5 ampul dalam 500 cc cairan infus atau press disesuaikan dengan tekanan darah.4) Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan tablet antihipertensi secara sublingual diulang selang 1 jam, maksimal 4-5 kali. Bersama dengan awal pemberian sublingual maka obat yang sama mulai diberikan secara oral. (Syakib Bakri, 1997)h. Pemberian Magnesium SulfatCara pemberian magnesium sulfat:1) Dosis awal sekitar 4 gram MgSO4 IV (20 % dalam 20 cc) selama 1 gr/menit kemasan 20% dalam 25 cc larutan MgSO4 (dalam 3-5 menit). Diikuti segera 4 gr di bokong kiri dan 4 gram di bokong kanan (40 % dalam 10 cc) dengan jarum no 21 panjang 3,7 cm. Untuk mengurangi nyeri dapat diberikan 1 cc xylocain 2% yang tidak mengandung adrenalin pada suntikan IM.2) Dosis ulangan : diberikan 4 gram intramuskuler 40% setelah 6 jam pemberian dosis awal lalu dosis ulangan diberikan 4 gram IM setiap 6 jam dimana pemberian MgSO4 tidak melebihi 2-3 hari.Syarat-syarat pemberian MgSO4:1) Tersedia antidotum MgSO4 yaitu calcium gluconas 10%, 1 gram (10% dalam 10 cc) diberikan intravenous dalam 3 menit.2) Refleks patella positif kuat3) Frekuensi pernapasan lebih 16 kali per menit.4) Produksi urin lebih 100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5 cc/kgBB/jam).MgSO4 dihentikan bila:1) Ada tanda-tanda keracunan yaitu kelemahan otot, hipotensi, refleks fisiologis menurun, fungsi jantung terganggu, depresi SSP, kelumpuhan dan selanjutnya dapat menyebabkan kematian karena kelumpuhan otot-otot pernapasan karena ada serum 10 U magnesium pada dosis adekuat adalah 4-7 mEq/liter. Refleks fisiologis menghilang pada kadar 8-10 mEq/liter. Kadar 12-15 mEq terjadi kelumpuhan otot-otot pernapasan dan lebih 15 mEq/liter terjadi kematian jantung.2) Bila timbul tanda-tanda keracunan magnesium sulfat: Hentikan pemberian magnesium sulfat Berikan calcium gluconase 10% 1 gram (10% dalam 10 cc) secara IV dalam waktu 3 menit. Berikan oksigen. Lakukan pernapasan buatan.c. Magnesium sulfat dihentikan juga bila setelah 4 jam pasca persalinan sudah terjadi perbaikan (normotensif).

Penanganan pre-eclamsia berat,Pada pasien preeklampsia berat segera harus diberi obat sedatif kuat untuk mencegah timbulnya kejang. Apabila sesudah 12 24 jam bahaya akut sudah diatasi, tindakan terbaik adalah menghentikan kehamilan. Sebagai pengobatan mencegah timbulnya kejang, dapat diberikan larutan magnesium sulfat (MgSO4) 20% dengan dosis 4 gram secara intravena loading dose dalam 4-5 menit. Kemudian dilanjutkan dengan MgSO4 40% sebanyak 12 gram dalam 500 cc ringer laktat (RL) atau sekitar 14 tetes/menit. Tambahan magnesium sulfat hanya dapat diberikan jika diuresis pasien baik, refleks patella positif dan frekuensi pernafasan lebih dari 16 kali/menit. Obat ini memiliki efek menenangkan, menurunkan tekanan darah dan meningkatkan diuresis. Selain magnesium sulfat, pasien dengan preeklampsia dapat juga diberikan klorpromazin dengan dosis 50 mg secara intramuskular ataupun diazepam 20 mg secara intramuskular (Wiknjosastro, 2006).1) Pada penderita yang masuk rumah sakit sudah dengan tanda-tanda dan gejala-gejala pre-eclamsi berat segera harus diberi sedativa yang kuat untuk mencegah terjadinya kejang-kejang. Obat-obatan yang dapat digunakan untuk mencegah kejang-kejang, yaitu: o Larutan magnesium sulfat 50% sebanyak 10 ml disuntikan intramuskular sebagai dosis pertama dan dapat diulang dengan 2 ml tiap 4 jam menurut keadaan. Tambahan hanya diberikan bila diuresis baik, refleksi patella (+), dan kecepatan nafas 16/menit. Selain untuk menenangkan, obat ini bisa juga untuk menurunkan tekanan darah dan meningkatkan diuresis. o Lytic cocktail, yaitu larutan glukosa 5% sebanyak 500 ml yang berisi pethidin 100 mg, chlorpromazine 50 mg dan promethazine 50 mg sebagai infus intravena2) Obat antihipertensi, untuk pasien preeklamsia berat, obat yang dianjurkan adalah hidralazin yang diberikan secara intravena, tetapi obat ini tidak terdapat di Indonesia dan penurunan tekanan darah yang terjadi sangat tinggi sehingga dapat membahayakan pasien. Oleh karena itu dipakai nifedipin oral yang dapat menurunkan tekanan darah secara cepat dan cukup aman digunakan. Dosis yang dipakai adalah 3 x 10 mg perhari.3) Antioksidan (Vit C,E, NAC) diberikan untuk menetralisir radikal bebas yang timbul akibat disfungsi endotel.4) Diuretik, tidak diberikan kecuali terdapat edema paru.5) Apabila terdapat oligouria maka pasien sebaiknya diberikan glukosa 20% intravena.6) Kemudian setelah bahaya akut tertangani, dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan, persalinan dapat dilakukan dengan cunam atau ekstraktor vakum dengan memberikan narcosis umum untuk menghindarkan rangsangan pada susunan SSP.7) Dalam melakukan penatalaksanaan perlu diperhatikan timbulnya gejala komplikasi, terutama edema pulmonary dan oligouri. Keluhan seperti nyeri kepala hebat, gangguan penglihatan dan nyeri epigastrium harus sering ditanyakan. Pada pasien juga dilakukan pemeriksaan fundus mata.

IV. INTERVENSI1. Pasang kateter pada klienRASIONAL : Pasien dengan pemberian terapi sedativa seperti MgSO4 harus dilakukan pemasangan kateter untuk memantau volume urine yang keluar (Manuaba, 2012).2. Pemberian dosis awal MgSO4RASIONAL : MgSO4, depresan SSP, menurunkan pelepasan asetilkolin, mem-blok transmisi neuromuscular dan mencegah kejang. Ini mempunyai efek sementara menurunkan tekanan darah dan meningkatkan haluaran urine dengan mengubah respon vascular pada substansi yang menekan. (Marilynn Doenges, 2001)3. Pantau KU, kemajuan persalinan dan kesejahteraan janin menggunakan partografRASIONAL: pemantauan kesejahteraan janin dilakukan 15 menit serta memantau kemajuan persalinan pada ibu(Varney, 2007)4. Monitoring tanda tanda keracunan MgSO4 (Marmi, 2011)RASIONAL : kadar terapeutik dari MgSO4 dicapai dengan kadar serum 4,0 7,5 mEq/L atau 6 sampai 8 mg/dl. Reaksi merugikan/toksik terjadi diatas 10-12 mg/dl, yang pertama terjadi adalah kehilangan refleks paralisis pernafasan antara 15 sampai 17 mg/dl, atau blok jantung terjadi pada 30 sampai 35 mg/dl. (Marilynn Doenges, 2001)5. Kolaborasi dengan dokter dalam penatalaksanaan ibu bersalin dengan PEB atau pemberian terapiRASIONAL : Agar penanganan pada pasien sesuai dengan kondisinya.

14