Pre Stasi

9
78 MIPMIPA, Vol. 9, No. 1, Pebruari 2010 : 78 - 86 MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA POKOK BAHASAN FAKTORISASI SUKU ALJABAR MELALUI PENDEKATAN STRUKTURAL THINK PAIR SHARE (TPS) SISWA KELAS VIII2 SMPN 4 KENDARI Utu Rahim Jurusan PMIPA/Matematika FKIP Unhalu Kampus Bumi Tridharma Kendari 93232 Abstrak: Guru sering mengalami kesulitan dalam meningkatkan prestasi belajar matematika siswa pada pokok bahasan faktorisasi suku aljabar di kelas VIII2 SMPN 4 Kendari. Kesulitan tersebut menyebabkan prestasi belajar siswa tidak meningkat. Salah satu cara untuk memperbaiki hal ini adalah dilakukan penelitian tindakan kelas melalui model pembelajaran kooperatif pendekatan Think Pair Share. Hasil penelitian dengan pendekatan Think Pair Share ini disimpulkan bahwa: (1) prestasi belajar matematika siswa pada pokok bahasan faktorisasi suku aljabar dapat ditingkatkan melalui pendekatan Think Pair Share. Hasil yang dicapai adalah dari tes awal ke tes siklus I meningkat dari 37,5% menjadi 55%, dari siklus I ke siklus II meningkat dari 55% menjadi 72,5% dan dari siklus II ke siklus III meningkat dari 72,5% menjadi 87,5%; (2) dilihat dari segi proses, hasil yang dicapai adalah 69,05% pada siklus I, 82,26% pada siklus II dan 94,33% pada siklus III. Kata kunci : Pendekatan Think Pair Share, prestasi dan faktorisasi suku aljabar. PENDAHULUAN Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar matematika siswa, salah satu di antaranya adalah model pembelajaran kooperatif yang dipergunakan guru dalam mengajar, di antaranya adalah model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan think pair share. Model pembelajaran yang monoton dapat mengurangi motivasi siswa untuk belajar, karena siswa merasa jenuh dengan model pembelajaran yang sama secara terus menerus diberikan guru. Keluhan guru matematika SMPN 4 Kendari pada umumnya adalah sikap siswa yang kurang aktif mengikuti penyajian materi matematika. Jika hal ini yang terjadi maka dengan sendirinya hasil belajarnya dapat menurun. Hasil observasi awal pada tanggal, 29 Maret 2008 yang dilakukan peneliti terhadap siswa kelas VIII2 di SMPN 4 Kendari menunjukkan bahwa nilai rata-rata ulangan harian matematika siswa hanya mencapai nilai 55. Nilai ini belum memenuhi standar minimal ketuntasan belajar sebesar 62 yang ditetapkan SMPN 4 Kendari. Salah satu materi matematika yang dianggap sulit oleh siswa adalah materi faktorisasi suku aljabar, yaitu memfaktorkan bentuk kuadrat siswa masih bingung untuk menguraikan faktor-faktornya, begitu pula dalam menyelesaikan operasi bentuk aljabar seperti y x x 2 2 2 4 - dengan 4 2 5 x y x - masih siswa yang menjumlahkan suku-suku yang sejenis tetapi pangkatnya berbeda.

description

ptk

Transcript of Pre Stasi

Page 1: Pre Stasi

78

MIPMIPA, Vol. 9, No. 1, Pebruari 2010 : 78 - 86

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA

POKOK BAHASAN FAKTORISASI SUKU ALJABAR MELALUI PENDEKATAN

STRUKTURAL THINK PAIR SHARE (TPS) SISWA KELAS VIII2 SMPN 4 KENDARI

Utu Rahim

Jurusan PMIPA/Matematika FKIP Unhalu Kampus Bumi Tridharma Kendari 93232

Abstrak: Guru sering mengalami kesulitan dalam meningkatkan prestasi belajar

matematika siswa pada pokok bahasan faktorisasi suku aljabar di kelas VIII2 SMPN 4

Kendari. Kesulitan tersebut menyebabkan prestasi belajar siswa tidak meningkat. Salah

satu cara untuk memperbaiki hal ini adalah dilakukan penelitian tindakan kelas melalui

model pembelajaran kooperatif pendekatan Think Pair Share. Hasil penelitian dengan

pendekatan Think Pair Share ini disimpulkan bahwa: (1) prestasi belajar matematika

siswa pada pokok bahasan faktorisasi suku aljabar dapat ditingkatkan melalui pendekatan

Think Pair Share. Hasil yang dicapai adalah dari tes awal ke tes siklus I meningkat dari

37,5% menjadi 55%, dari siklus I ke siklus II meningkat dari 55% menjadi 72,5% dan dari

siklus II ke siklus III meningkat dari 72,5% menjadi 87,5%; (2) dilihat dari segi proses,

hasil yang dicapai adalah 69,05% pada siklus I, 82,26% pada siklus II dan 94,33% pada

siklus III.

Kata kunci : Pendekatan Think Pair Share, prestasi dan faktorisasi suku aljabar.

PENDAHULUAN

Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar matematika siswa, salah

satu di antaranya adalah model pembelajaran kooperatif yang dipergunakan guru dalam

mengajar, di antaranya adalah model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan think

pair share. Model pembelajaran yang monoton dapat mengurangi motivasi siswa untuk

belajar, karena siswa merasa jenuh dengan model pembelajaran yang sama secara terus

menerus diberikan guru. Keluhan guru matematika SMPN 4 Kendari pada umumnya

adalah sikap siswa yang kurang aktif mengikuti penyajian materi matematika. Jika hal ini

yang terjadi maka dengan sendirinya hasil belajarnya dapat menurun.

Hasil observasi awal pada tanggal, 29 Maret 2008 yang dilakukan peneliti terhadap

siswa kelas VIII2 di SMPN 4 Kendari menunjukkan bahwa nilai rata-rata ulangan harian

matematika siswa hanya mencapai nilai 55. Nilai ini belum memenuhi standar minimal

ketuntasan belajar sebesar 62 yang ditetapkan SMPN 4 Kendari.

Salah satu materi matematika yang dianggap sulit oleh siswa adalah materi

faktorisasi suku aljabar, yaitu memfaktorkan bentuk kuadrat siswa masih bingung untuk

menguraikan faktor-faktornya, begitu pula dalam menyelesaikan operasi bentuk aljabar

seperti yxx 22 24 − dengan 42 5xyx − masih siswa yang menjumlahkan suku-suku yang

sejenis tetapi pangkatnya berbeda.

Page 2: Pre Stasi

79

Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Pada Pokok Bahasan Faktorisasi Suku

Aljabar Melalui Pendekatan Struktural Think Pair Share (TPS) Siswa Kelas VIII2 SMPN 4

Kendari (Utu Rahim)

KERANGKA TEORITIK

1. Proses Pembelajaran

Istilah pembelajaran mengandung makna ada siswa yang belajar dan ada guru yang

mengajar, keduanya melalui proses dan membutuhkan waktu yang panjang. Slameto

(1988:2) menyatakan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil

pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Hilgard dan Bower dalam Purwanto (2004:3) menjelaskan bahwa belajar adalah

perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh

pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu. Menurut Suparno (2001:64) belajar

adalah proses mengkonstruksi pengetahuan dari pengalaman baik alami maupun

manusiawi.

Kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan

tingkah laku yang mengabitkan bertambahnya pengetahuan, keterampilan, dan nilai sikap

yang diperoleh melalui interaksi siswa dengan lingkungan belajarnya, terutama dengan

guru yang mengajarkan materi pelajaran. Jadi belajar matematika menunjukkan adanya

perubahan tingkah laku siswa yang menyebabkan bertambahnya pengetahuan siswa

dalam matematika.

Smith dalam Sanjaya (2006:74) mengatakan bahwa mengajar adalah menanamkan

pengetahuan dan keterampilan (teaching imparting knowledge or skill). Sedangkan

Usman (1993:6) mengatakan bahwa mengajar adalah merupakan usaha mengorganisasi

lingkungan dalam hubungannya dengan siswa dan bahan pengajaran sehingga

menimbulkan terjadinya proses belajar pada diri siswa.

Mengajar pada dasarnya adalah pengorganisasian sejumlah konsep yang diberikan

kepada siswa, sehingga terjadi penambahan pengetahuan dan keterampilan terhadap diri

siswa setelah mendapat penyajian materi dari gurunya. Guru mengajarkan materi dengan

satu harapan agar materi yang disajikan dapat dipahami siswa, sehingga ilmu

pengetahuan tentang matematika siswa dapat meningkat atau bertambah.

2. Prestasi Belajar Matematika

Winkel (1991:3) mengemukakan bahwa prestasi belajar yang dihasilkan siswa

adalah perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan/pengalaman, keterampilan, nilai

dan sikap. Dalam kamus Bahasa Indinesia Poerwadarminta (1983:768) prestasi diartikan

sebagai hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan dan dikerjakan.

Page 3: Pre Stasi

80

MIPMIPA, Vol. 9, No. 1, Pebruari 2010 : 78 - 86

Kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah hasil usaha siswa

yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku pada diri siswa. Perubahan tersebut

mengakibatkan bertambahnya pengetahuan siswa. Jadi prestasi belajar matematika siswa

adalah usaha positif yang dilakukannya sehingga ilmu pengetahuannya mengalami

perubahan ke arah kemajuan, setelah menerima materi pelajaran dengan pendekatan

struktural think pare share.

3. Model Pembelajaran Kooperatif Pendekatan Struktural Think Pair Share

Ismail (2002:20) mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah salah

satu model pembelajaran yang yang menggunakan adanya kerja sama antara siswa dalam

kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran dan siswa dibagi menjadi kelompok-

kelompok kecil serta diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah

ditentukan. Suherman (2003:260) kerja kelompok (kooperatif) artinya bekerja secara

bersama-sama untuk menacapai hasil yang lebih baik. Pembelajaran kooperatif mencakup

suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah

masalah, menyelesaikan sebuah tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan

bersama.

Ibrahim (2001:6-7) mengemukakan ciri-ciri pembelajaran yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif yaitu: 1) siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk

menuntaskan materi belajarnya, 2) kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki

kemampuan tinggi, sedang, rendah, bilamana, mungkin, anggota kelompok berasal dari

ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda, dan 4) penghargaan lebih berorientasi

kelompok ketimbang individu.

Adapun unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif yaitu: 1) siswa dalam

kelompok haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepasang bersama. 2) siswa

bertanggung jawab bersama atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik

mereka sendiri, 3) siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya

memiliki tujuan yang sama, 4) siswa haruslah membagi tugas dan dan tanggung jawab

yang sama diantara anggota kelompoknya, 5) siswa akan dikenakan evaluasi atau

diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok,

6) siswa berbagi kepimimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar

bersama selama proses belajarnya, 7) siswa akan diminta mempertanggung jawabkan

secara individual materi yang ditngani dalam kelompok kooperatif (Ibrahim, 2001:6) lebih

lanjut (Ibrahim, 2001:7-9) mengemukakan bahwa tujuan dalam pembelajaran kooperatif

Page 4: Pre Stasi

81

Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Pada Pokok Bahasan Faktorisasi Suku

Aljabar Melalui Pendekatan Struktural Think Pair Share (TPS) Siswa Kelas VIII2 SMPN 4

Kendari (Utu Rahim)

berkaitan dengan: 1) hasil belajar akademik yaitu bertujuan untuk meningkatkan kinerja

siswa dalam tugas-tugas akademik, 2) penerimaan terhadap perbedaan individu yaitu

memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja

saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan

struktur penghargaan kooperatif belajar untuk menghargai satu sama lain, 3)

pengembangan keterampilan social yaitu untuk mengerjakan kepada siswa keterampilan

kerjasama dan kolaborasi.

Adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif dapat dilihat melalui tabel

berikut:

Tabel 1. Langkah-langkah Model pembelajaran kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru

Fase-1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi

siswa

Fase-2

Menyajikan infermasi

Fase-3

Mengorganisasikan siswa kedalam

kelompok-kelompok belajar

Fase-4

Membimbing kelompok bekerja dan

belajar

Fase-5

Evaluasi

Fase-6

Memberi penghargaan

� Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran

yang ingin dicapaipada pelajaran tersebut

dan memotifasi siswa belajar.

� Guru menyajikan informasi kepada siswa

dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan

bacaan.

� Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana

caranya membentuk kelompok belajar dan

membantu setiap kelompok agar melakukan

transisi secara efisien.

� Guru membimbing kelompok-kelompok

belajar pada saat mereka mengerjakan tugas

mereka.

� Guru mengevaluasi hasil belajar tentang

materi yang telah dipelajari atau masing-

masing kelompok mempresentasikan hasil

kerjanya.

� Guru mencari cara-cara untuk menghargai

baik berupa upaya maupun hasil belajar

individu dan kelompok.

(Ibrahim,2001:10)

Berdasarkan uraian tersebut di atas terlihat bahwa model pembelajaran ini sangat

memungkinkan siswa untuk bertukar pikiran atau pendapat yang tercipta di dalam suatu

kerjasama, sehingga siswa terlatih dalam menghargai pendapat orang lain.

Pendekatan khusus yang diuraikan di sini mula-mula dikembangkan oleh Frank

Lyman dkk dari Universitas Maryland pada Tahun 1985. Think-Pair-Share memiliki

prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk

berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Adapun langkah-langkah

pendekatan struktual tipe TPS adalah sebagai berikut.

Page 5: Pre Stasi

82

MIPMIPA, Vol. 9, No. 1, Pebruari 2010 : 78 - 86

a. Tahap-1: Thingking (berpikir). Pada tahap ini, guru mengajukan pertanyaan atau isu

yang berhubungan dengan pelajaran, kemudian siswa diminta untuk memikirkan

pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.

b. Tahap-2: Pairing (berpasangan). Pada tahap ini, guru meminta siswa berpasangan

dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkan pada tahap

pertama. Interaksi pada tahapm ini diharapkan dapat berbagi jawaban jika telah

diajukan suatu pertanyaan atau berbagi ide jika suatu persoalan khusus telah di

identifikasi. Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit berpasangan.

c. Tahap-3: Sharing (Berbagi). Pada tahap ini, guru meminta kepada pasangan untuk

berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Ini efektif

dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai

sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.

Underwood (2000:87) berpendapat bahwa jumlah latihan melalui kerja berpasangan

dan kelompok yang didapat setiap siswa akan meningkat tajam. Bahkan para guru

seharusnya mmenggunakan kerja berpasangan sebagai bagian yang selalu ada di dalam

kelasnya. Siswa yang masih kecil cenderung berpasangan dengan teman khususnya dan

sering ini memuaskan, kerja berpasangan dapat dilakukan dengan memasangkan siswa

yang sudah bisa dengan siswa yang belum bisa jika dapat dilakukan tanpa terlalu kentara.

Berdasarkan uraian tersebut, pendekatan struktual tipe TPS ini sangatlah

sistematis sedemikian sehingga waktu yang diberikan siswa untuk berpikir cukup banyak

dan memungkinkan siswa dapat memecahkan masalah yang diberikan guru. Pada

akhirnya diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

METODE PENELITIAN

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VIII2 SMP Negeri 4

Kendari dan waktu penelitian dimulai dari Juli sampai dengan Agustus tahun ajaran

2008/2009.

2. Prosedur Pelaksanaan

Prosedur penelitian ini dilakukan 3 siklus. Setiap siklus dilakukan sesuai dengan

perubahan yang ingin dicapai pada faktor-faktor yang ingin diselidiki. Adapun prosedur

yang dilakukan pada ketiga siklus tersebut meliputi, (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3)

observasi dan evaluasi serta (4) refleksi.

Page 6: Pre Stasi

83

Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Pada Pokok Bahasan Faktorisasi Suku

Aljabar Melalui Pendekatan Struktural Think Pair Share (TPS) Siswa Kelas VIII2 SMPN 4

Kendari (Utu Rahim)

3. Data dan Teknik Pengambilan Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah guru dan siswa. Jenis data yang

digunakan adalah jenis data kuantitatif dan data kualitatif. Teknik pengambilan data

dalam penelitian ini digunakan lembar observasi untuk memperoleh proses pelaksanaan

model pembelajaran kooperatif pendekatan TPS. Jurnal digunakan untuk memperoleh

data refleksi diri dan tes setiap siklus yang dipergunakan untuk memperoleh prestasi

belajar.

4. Indikator Kinerja

Indikator kenerja dalam penelitian ini digunakan dua kriteria, yaitu dikatakan

berhasil apabila siswa minimal memperoleh nilai 62 sebanyak 80%. Sedangkan dari segi

proses minimal 85% dapat terlaksana.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Tes Awal, Tes Siklus I, Tes Siklus II dan Tes Siklus III No. Nama Siswa Tes Awal Tes Siklus I Tes Siklus I Tes Siklus I

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

28.

IMD

DR

SM

PD

YE

SN

LMR

MM

UL

MAS

LP

TA

VM

MF

FT

MI

MA

RN

RSS

HN

NA

SW

MS

NS

FA

HY

IN

ES

70

35

65

48

52

28

55

35

39

65

65

22

65

30

55

35

65

40

70

45

45

62

50

27

68

37

70

32

55

72

70

70

38

53

65

20

75

88

65

47

87

24

76

57

70

53

80

76

50

62

50

25

84

40

90

37

67

66

74

70

65

50

68

68

55

74

70

66

77

60

70

59

70

65

56

80

50

73

78

55

85

59

87

45

87

70

80

85

77

77

80

75

70

75

90

85

80

56

75

75

68

74

87

69

50

82

97

72

90

85

82

58

Page 7: Pre Stasi

84

MIPMIPA, Vol. 9, No. 1, Pebruari 2010 : 78 - 86

No. Nama Siswa Tes Awal Tes Siklus I Tes Siklus I Tes Siklus I

29.

30.

31.

32.

33.

34.

35.

36.

37.

38.

39.

40.

MSH

EJ

EA

WS

MU

MY

AS

TY

FP

RL

SAD

PD

67

35

59

64

30

82

54

45

62

40

70

55

72

70

78

53

49

80

70

55

65

50

72

60

75

53

88

69

65

95

70

65

62

70

75

55

80

54

90

75

80

98

80

80

65

78

98

60

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa tes awal yang diambil dari operasi bentuk

aljabar sebagai materi prasyarat dari materi pokok bahasan faktorisasi suku aljabar yang

telah diajarkan di kelas VII, diperoleh nilai siswa sebesar 37,5% atau 15 siswa dari 40

siswa yang memperoleh nilai ≥ 62. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan siswa

tentang materi operasi bentuk aljabar sebagai prasyarat faktorisasi suku aljabar masih

sangat rendah.

Siklus I ini terdiri dari tiga kali pertemuan. Setelah selesai diberikan materi

sebanyak tiga kali pertemuan maka siswa diberikan tes yang disebut tes siklus I. Hasil tes

siklus I menunjukkan bahwa dari 40 siswa terdapat 55% atau 22 siswa yang mencapai

nilai ≥ 62. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan

sebesar 17,5% atau sebanyak 7 orang, jika dibandingkan dengan nilai siswa pada hasil tes

awal.

Siklus II ini, juga terdiri dari tiga kali pertemuan. Setelah selesai diberikan materi

sebanyak tiga kali pertemuan maka siswa diberikan tes yang disebut tes siklus II. Hasil

tes siklus II menunjukkan bahwa dari 40 siswa terdapat 72,5% atau 29 siswa yang

mencapai nilai ≥ 62. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami

peningkatan sebesar 17,5% atau sebanyak 7 orang, jika dibandingkan dengan nilai siswa

pada hasil tes siklus I.

Siklus III ini, terdiri dari dua kali pertemuan. Setelah selesai diberikan materi

sebanyak dua kali pertemuan maka siswa diberikan tes yang disebut tes siklus III. Hasil

tes siklus III menunjukkan bahwa dari 40 siswa terdapat 87,5% atau 35 siswa yang

mencapai nilai ≥ 62. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami

Page 8: Pre Stasi

85

Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Pada Pokok Bahasan Faktorisasi Suku

Aljabar Melalui Pendekatan Struktural Think Pair Share (TPS) Siswa Kelas VIII2 SMPN 4

Kendari (Utu Rahim)

peningkatan sebesar 15% atau sebanyak 6 orang, jika dibandingkan dengan nilai siswa

pada hasil tes siklus II.

Dilihat darisegi proses maka pencapaian pelaksanaannya adalah 69,05%;pada siklus

I, 82,26% pada siklus II dan 94,33% pada siklus III.

2. Pembahasan

Pengetahuan dasar siswa pada tes awal masih sangat rendah, sehingga akan

berpengaruh juga pada tes siklus I, siklus II dan siklus III. Jika ada peningkatan prestasi

belajar siswa setelah diadakan penelitian pada pokok bahasan faktorisasi suku aljabar,

disebabkan penerapan model pembelajaran kooperatif TPS. Pada tes awal yang dicapai

siswa hanya 37,5% atau 15 siswa sebagai yang memiliki kemampuan dasar sebelum

diberikan pembelajaran.

Pada siklus I pencapaian pembelajaran adalah 55% atau 22 siswa. Hal ini

disebabkan adanya hal-hal yang belum dilaksanakan guru seperti guru tidak

menyampaikan tujuan pembelajaran, tidak memberi apersepsi, motivasi, kegiatan

kelompok belum efektif, bimbingan guru hanya pada kelompok tertentu saja.

Pada siklus II, setelah memperbaiki kekurangan pada siklus I maka terjadi

peningkatan pencapaian hasil belajar sebesar 72,5% atau 29 siswa. Juga Pencapaian ini

belum maksimal, karena tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanggapi

hasil presentasi kelompok yang tampil dan guru tidak memberikan penghargaan pada

siswa.

Dilihat dari segi proses maka pencapaian pelaksanaannya adalah 69,05%;pada siklus

I; 82,26% pada siklus II dan 94,33% pada siklus III.

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas maka dapatlah disimpulkan sebagai berikut:

1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan TPS, dapat

meningkatkan prestasi belajar matematika siswa pada pokok bahasan faktorisasi suku

aljabar siswa kelas VIII2 SMP Negeri 4 Kendari. Peningkatan ini dapat dilihat dari tes

awal sebesar 37,5% menjadi 55% pada hasil tes siklus I, dari siklus I sebesar 55%

menjadi 72,5% pada siklus II, dari siklus II sebesar 72,5% menjadi 87, 5% siswa yang

memperoleh nilai minimal ≥ 62.

2. Pelaksanaan proses pembelajaran yang dicapai adalah sebesar 69,05%; pada siklus I;

82,26% pada siklus II dan 94,33% pada siklus III.

Page 9: Pre Stasi

86

MIPMIPA, Vol. 9, No. 1, Pebruari 2010 : 78 - 86

DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim, dkk. 2001. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA-University Press.

Poerwadarminta, W.J.S. 1983. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Purwanto M. Ngalim. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sanjaya, Wina. 2006. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.

Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Slameto. 1988. Belajar dan Fakto-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Bina Aksara.

Underwood, Mary. 2000. Pengelolaan Kelas yang Efektif. Jakarta: Arean.

Winkel, W. S. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.