Praktikum III

12
PRAKTIKUM III/1 PEMBUATAN LARUTAN RINGER LAKTAT I. TUJUAN Mahasiswa dapat memahami dan mampu membuat infus Ringer Laktat. II. ALAT DAN BAHAN a. Alat: Autoclave Glassware Timbangan Penangas Air Pipet tetes Pipet volume Sendok takar b. Bahan: Natrium Laktat NaCl KCl CaCl 2 .2H 2 O Aqua p.i Karbo adsorben HCl 0,1 N- NaOH 0,1 N III. FORMULA R/ Natrium laktat 0,31 NaCl 0,6 KCl 0,03 CaCl 2 .2H 2 O 0,01 Aqua p.i ad 100 ml Larutan dibuat sebanyak 500 ml IV. CARA KERJA Hitung tonisitas larutan yang akan dibuat Didihkan aquadest bebas CO 2 1

description

laporan steril

Transcript of Praktikum III

PRAKTIKUM III/1PEMBUATAN LARUTAN RINGER LAKTAT

I. TUJUANMahasiswa dapat memahami dan mampu membuat infus Ringer Laktat.

II. ALAT DAN BAHANa. Alat: Autoclave Glassware Timbangan Penangas Air Pipet tetes Pipet volume Sendok takarb. Bahan: Natrium Laktat NaCl KCl CaCl2.2H2O Aqua p.i Karbo adsorben HCl 0,1 N- NaOH 0,1 N

III. FORMULAR/ Natrium laktat 0,31 NaCl 0,6KCl 0,03CaCl2.2H2O0,01Aqua p.i ad 100 ml

Larutan dibuat sebanyak 500 ml

IV. CARA KERJAHitung tonisitas larutan yang akan dibuat

Didihkan aquadest bebas CO2

Larutkan semua bahan ke dalam aquadest panas

Cek pH larutan antara 57, jika kurang asam, tambahkan HCl 0,1 N, sedangkan jika kurang basa, tambahkan NaOH 0,1 N

Larutan ditambahkan sisa aqua, lalu digojog dengan karboadsorben 0,1%

Larutan didiamkan, kemudian disaring hingga jernih

Larutan dimasukkan ke dalam wadah yang sesuai, kemudian ditutup kedap dan disterilisasi dengan autoclave selama 15 menit dengan suhu 120C

Larutan diperiksa pH-nya, kebocorannya, ada tidaknya partikel, serta kejernihannya

Larutan diberi etiket

V. HASIL DAN PERHITUNGANa. Perhitungan tonisitas larutanDiketahui: BM KCl = 74,5 BM Na Laktat = 112,07 BM NaCl= 58.44 BM CaCl2.2H2O= 146,98(Anonima, 1979)

g/L g/L g/LHasil perhitungan: larutan bersifat hipotonis karena h>0

b. Hasil uji pH= 6-7 Kebocoran = tidak bocor Partikel = tidak ada partikel asing Kejernihan = larutan jernih

VI. PEMBAHASANTujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa memahami dan mampu membuat infus Ringer Laktat. Infus merupakan larutan dalam volume besar untuk dosis tunggal infusi (Anief, 2007). Larutan infus Ringer Laktat diindikasikan untuk mengembalikan keseimbangan cairan, mengembalikan keseimbangan elektrolit, mengganti kehilangan ECF karena dehidrasi, gangguan pencernaan, dan drainase fistula. Ringer Laktat dapat digunakan sebagai blood replacement sementara. Ringer Laktat dikontraindikasikan bagi pasien yang tidak bisa memetabolisme laktat atau memiliki gangguan hepar (Josephson, 2004). Infus Ringer Laktat digunakan secara intravena. Larutan Ringer laktat mengandung kalium dan kalsium dalam konsentrasi yang mendekati konsentrasi bebasnya di dalam plasma. Penambahan kation-kation ini memerlukan pengurangan konsentrasi natrium untuk mencapai netralitas elektrik, sehingga larutan Ringer laktat mengandung sedikit natrium. Penambahan laktat juga memerlukan pengurangan konsentrasi klorida di dalam larutan, sehingga resultan konsentrasi klorida di dalam larutan Ringer laktat mendekati konsentrasinya di dalam plasma. Hal ini bertujuan untuk mengurang risiko asidosis metabolik hiperkloremik jika larutan Ringer laktat diberikan dalam infusi volume besar. (Marino, 2007)Larutan Ringer laktat dalam percobaan ini dilakukan pertama-tama dengan mengecek larutan dengan formula yang tertera sudah isotonis atau belum. Isotonis artinya mempunyai tekanan osmose yang sama dengan darah dan cairan tubuh yang lain. Tekanan osmose cairan-cairan tubuh seperti darah, air mata, cairan lumbal sama dengan tekanan osmose NaCl 0,9%. Isotonisitas merupakan salah satu syarat sediaan parenteral yang baik. Untuk sediaan intravena dengan volume kecil, isotonisitas bukan merupakan syarat yang mutlak karena volume cairan tubuh masih jauh lebih besar daripada volume sediaan intravena. Namun, untuk sediaan parenteral volume besar, yaitu infus, isotonisitas menjadi faktor yang sangat penting untuk diperhatikan. Larutan yang bersifat hipertonis dapat menyebabkan sel mengalami krenasi atau pengerutan karena lingkungan yang hipertonis akan menyebabkan cairan di dalam sel akan berdifusi keluar dan sel menjadi mengkerut. Kondisi ini bersifat reversibel.Dalam percobaan ini, perhitungan tekanan osmose dilakukan dengan rumus yang memperhatikan faktor-faktor disosiasi dalam Farmakope Belanda Edisi VI, yaitu sebagai berikut:1. Suatu larutan dianggap isotonis jika sesuai dengan rumus:

2. Untuk menghitung zat pembantu yang diperlukan untuk mencapai isotonis, dinyatakan dalam gram setiap liter (=h) gram/literKeterangan: fa: faktor disosiasi dari senyawa a fb: faktor disosiasi dari senyawa b Ma: bobot molekul dari senyawa aMb: bobot molekul dari senyawa ba: berat senyawa a (dalam 1 liter)b: berat senyawa b (dalam 1 liter)h : banyaknya zat pengisotonis yang diperlukan untuk mencapai keadaan isotonis(Anief, 2007)Dari hasil perhitungan, didapatkan nilai h sebesar g/L. Karena h>0, formula injeksi ini bersifat hipotonis. Untuk membuatnya menjadi isotonis, ke dalam larutan dapat ditambahkan pelarut, dalam hal ini adalah aqua pro injectiones. Setelah tonisitas larutan dihitung, air didihkan. Air yang digunakan dalam pembuatan larutan Ringer laktat adalah aqua bebas karbondioksida. Aqua bebas karbondioksida dibuat dengan mendidihkan aquades selama 5 menit atau lebih, kemudian pemanas dimatikan dan bagian atas air ditutup rapat dengan penutup yang mengandung soda lime. Soda lime berfungsi untuk mencegah penyerapan CO2 dari udara. Air didiamkan sampai dingin selama 24 jam. Karbondioksida perlu dihilangkan dari air karena dapat menyebabkan air menjadi asam melalui reaksi berikut:CO2 + H2O H2CO3Terbentuknya H2CO3 akan bereaksi dengan kalsium laktat membentuk endapan kalsium karbonat yang tidak larut. Endapan ini akan sangat berbahaya jika larutan diinjeksikan intravena karena dapat menyumbat pembuluh darah kapiler, terutama pembuluh kapiler di paru-paru. Setelah aqua p.i mendidih, semua bahan dilarutkan ke dalam aquadest panas. Aquadest perlu dipanaskan supaya kelarutan menjadi lebih cepat tercapai. Selain itu, aquadest yang panas juga membantu supaya sediaan menjadi lebih steril. Dalam praktikum ini, larutan yang dibuat adalah 500 ml, sehingga aquades yang dipanaskan adalah sebanyak 500 ml dan penimbangan bahan-bahan lain menjadi sebagai berikut:a. Na laktat ditimbang sebanyak 0,31 x 5 = 1,55 gramb. NaCl ditimbang sebanyak 0,6 x 5 = 3 gramc. KCl ditimbang sebanyak 0,03 x 5= 0,15 gramd. CaCl2.2H2O ditimbang sebanyak 0,01 x 5= 0,05 gramSetelah dilarutkan, pH larutan dicek menggunakan kertas pH meter. pH dijaga supaya 5-7 karena pada pH ini diharapkan tidak ada endapan kalsium laktat. Jika kurang asam, bisa ditambahkan HCl 0,1N, sedangkan bila kurang basa ditambahkan NaOH 0,1 N. Akan lebih baik jika pH semakin mendekati 7 supaya larutan isohidris. Isohidris artinya mempunyai pH yang sama dengan darah dan ciran tubuh lain, yaitu pH=7,4 (Anief, 2007). Setelah pH dicek telah berada pada range 5-7, sisa aqua dapat ditambahkan.Larutan kemudian digojog dengan karboadsorben 0,1%. Karboadsorben sebelumnya diaktifkan dahulu dengan memanaskannya selama 5-10 menit atau sampai berpijar. Karboadsorben berfungsi untuk mengikat pirogen melalui proses adsorpsi dengan ikatan Van Der Waals. Pemanasan karboadsorben dilakukan karena kemungkinan sebelum digunakan untuk praktikum, karboadsorben telah digunakan untuk mengadsorpsi bahan-bahan lain, sehingga dengan pemanasan, diharapkan karboadsorben akan melepaskan zat-zat yang sebelumnya telah diadsorpsi dan menjadi aktif kembali. Setelah digojog dengan karboadsorben yang telah diaktifkan, larutan didiamkan kemudian disaring dengan penyaring vakum supaya penyaringan menjadi lebih efektif. Setelah disaring hingga jernih, larutan dimasukkan dalam wadah yang sesuai dan ditutup kedap. Larutan kemudian disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121C selama 15 menit, yang berarti larutan di wadah infus dimasukkan ke dalam autoklaf dipanaskan dahulu hingga suhunya mencapai 121C lalu didiamkan selama 15 menit pada suhu tersebut. Dalam praktikum ini digunakan sterilisasi panas basah karena sterilisasi ini lebih efektif, yaitu dapat dilakukan dengan suhu yang lebih rendah daripada sterilisasi panas kering dan dalam waktu yang lebih sebentar. Sterilisasi panas basah mematikan mikroorganisme dengan koagulasi protein sel, sedangkan sterilisasi panas kering mematikan mikroorganisme dengan oksidasi. Kelemahan sterilisasi panas basah adalah tidak dapat mematikan pirogen. Setelah disterilisasi, larutan di dalam botol infus diperiksa pH-nya, kebocorannya, ada-tidaknya partikel, serta kejernihannya. Dari pemeriksaan, pH larutan adalah antara 6-7 (tidak bisa berbentuk angka yang eksak karena indikator pH yang digunakan adalah indikator kertas) dan hal ini menunjukkan bahwa larutan Ringer laktat yang dibuat praktikan mendekati isohidris. Dari uji kejernihan dan ada-tidaknya partikel, secara sepintas larutan tampak jernih dan ketika dilakukan uji kejernihan dengan meja pemeriksaan yang dilengkapi sumber cahaya dengan latar belakang hitam, di larutan juga tampak tidak ada partikel. Uji kebocoran dilakukan dengan cara membalikkan wadah infus dan menunggunya beberapa saat. Dari hasil uji kebocoran, diketahui larutan infus di dalam botol infus tidak bocor. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa larutan infus yang dibuat oleh praktikan memenuhi syarat sediaan infus parenteral.

VII. KESIMPULAN1. Menurut perhitungan, larutan Ringer laktat untuk infus intravena pada praktikum ini bersifat hipotonis.2. Larutan yang dihasilkan jernih dan tidak ada partikel yang tidak larut3. Larutan yang dihasilkan memiliki pH 6-7, sehingga dapat dikatakan larutan Ringer laktat yang dihasilkan praktikan mendekati isohidris.4. Larutan di dalam wadah infus tidak bocor 5. Larutan Ringer laktat yang dihasilkan praktikan memenuhi syarat sediaan infus parenteral. 6. Sterilisasi yang dilakukan pada praktikum ini adalah sterilisasi akhir menggunakan sterilisasi panas basah (autoklaf).

VIII. DAFTAR PUSTAKAAnonima, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Depkes RI, Jakarta.Anief, Moh., 2007, Farmasetika, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.Josephson, D.L., 2004, Intravenous Infusion Therapy for Nurses: Principles and Practice, 2nd edition, Thomson Delmar Learning, New York City. Marino, P.L., 2007, The ICU Book, 3rd edition, Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia.

IX. LAMPIRAN

Lampiran 1

JAWABAN PERTANYAAN1. Jelaskan tujuan pemberian larutan elektrolit!Jawab: Tujuan pemberian larutan elektrolit adalah untuk mempertahankan atau memulihkan volume cairan normal dan keseimbangan elektrolit.

2. Tuliskan beberapa cara menghitung (rumus) isotonis dan terangkan arti masing-masing dalam rumus tersebut!Jawab: Perhitungan tekanan osmose dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:a. Cara BPC/Farmakope Indonesia edisi II 1972Cara ini dilakukan dengan rumus:W=Keterangan: a= penurunan titik beku air yang disebabkan oleh zat terlarut dan didapat dari perkalian penurunan titik beku oleh 1% zat dan kadarnya larutan dinyatakan dalam berat/volumeb= Penurunan titik beku air yang disebabkan oleh 1% b/v zat yang ditambahkan untuk mencapai isotonisb. Ekivalen dari NaClCara ini dilakukan dengan tabel. Ekivalen dari NaCl adalah sekian gram natrium klorida yang memberikan efek osmose yang sama dengan 1 gram dari suatu zat terlarut tertentu.c. Dengan rumus yang memperhatikan faktor-faktor disosiasi dalam Farmakope Belanda Edisi VI Suatu larutan dianggap isotonis jika sesuai dengan rumus:

Untuk menghitung zat pembantu yang diperlukan untuk mencapai isotonis, dinyatakan dalam gram setiap liter (=h) gram/liter(Anief, 2007)

3. Sebutkan beberapa bahan yang sering ditambahkan dalam pembuatan larutan parenteral dan beri contohnya!Jawab: a. Zat aktif, misalnya teofilin, NaCl, Na karbonatb. Bahan pelarut yang cocok, seperti aquadest, olea netralisata ad injectionemc. Bahan tambahan: Bahan penambah kelarutan: miscible cosolvent (PEG, Gliserin, ethyl alkohol) dan solubilizer (creatinin, tween, niacinamid, etilendiamin) Antioksidan, misalnya natrium metabisulfit Chelating agent, misalnya etilendiamin tetraasetat Bufer, misalnya asam asetat dan garamnya (pH 3,5-7 dengan kadar 1-2%), asam sitrat dan garamnya (pH 2,5-6 dengan kadar 1-3%), asam fosfat dan garamnya (pH 6-8,2 dengan kadar 0,8-2%) Gas inert, misalnya N2 Zat pengawet, misalnya benzyl alkohol Surfaktan, misalnya tween Tonicity-adjusting agent, misalnya NaCl

4. Jelaskan cara manakah yang lebih efektif antara sterilisasi dengan panas kering dan dengan panas basah!Jawab: Sterilisasi panas basah atau sterilisasi dengan uap air lebih efektif daripada sterilisasi dengan panas kering karena sterilisasi dengan panas basah dapat dilakukan dengan suhu yang tidak terlalu tinggi dan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sterilisasi panas basah mematikan mikroorganisme dengan cara mengkoagulasi protein sel, sedangkan sterilisasi panas basah mematikan mikroorganisme dengan oksidasi. Sterilisasi panas kering dilakukan tanpa kelembapan, sehingga waktu yang dibutuhkan lebih lama dan suhu yang dibutuhkan lebih tinggi. Sterilisasi panas basah dapat dilakukan dengan suhu 121C selama 15 menit, sedangkan sterilisasi panas kering biasanya dilakukan dengan suhu 170 C selama 120 menit.

5. Apa tujuan penggunaan carboadsorben? Bagaimana usaha yang dilakukan agar carboadsorben bekerja lebih efektif? Jelaskan!Jawab: Karboadsorben digunakan untuk mengikat pirogen melalui proses adsorpsi dengan ikatan Van Der Waals. Supaya bekerja lebih efektif, karboadsorben perlu diaktifkan dengan cara memanaskannya sampai berpijar. Pemanasan karboadsorben dilakukan karena kemungkinan sebelum digunakan untuk praktikum, karboadsorben telah digunakan untuk mengadsorpsi bahan-bahan lain, sehingga dengan pemanasan, diharapkan karboadsorben akan melepaskan zat-zat yang sebelumnya telah diadsorpsi dan menjadi aktif kembali. Karboadsorben yang sudah diaktifkan ditambahkan ke dalam larutan, digojog, kemudian didiamkan dan disaring.

Lampiran 2DOKUMENTASI PRAKTIKUM Penimbangan bahan serbuk Penimbangan cairan Pemanasan air

Proses pencampuran bahan

Pelarutan bahan serbuk Penambahan air panas Memasukkan larutan ke labu takar

Sampling untuk cek pH Kertas pH meter Penambahan sisa aqua

Larutan ditambah Penyaringan dengan Penuangan hasil saringanKarboadsorben pompa vakum Persiapan autoclave Sterilisasi dengan Cek ada/ Uji autoclave tidaknya partikel kebocoran

9