Praktikum I (Isi)
-
Upload
kornelis-aribowo -
Category
Documents
-
view
8 -
download
0
description
Transcript of Praktikum I (Isi)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
“Semua organisme hidup cenderung untuk menghindari rasa sakit dan
mengejar kenyamanan dan kesenangan.” (Kahneman et al, 1999 dalam
Prilleltensky, 2005).
Dalam menjalani kehidupan manusia selalu memiliki keinginan yang
sangat beragam. Keinginan tersebut dimiliki manusia dalam rangka mencapai
kenyamanan, kesenangan, dan kesejahteraan. Kahneman dkk (1999), dalam
Prilleltensky (2005) menyatakan bahwa semua organisme hidup cenderung untuk
menghindari rasa sakit dan mengejar kenyamanan dan kesenangan. Sese dapat
mengembangkan keinginan akan kesenangan dan kenyamanan sampai pada taraf
yang tak terhingga, yang dapat memiliki sifat yang mirip dengan kecanduan,
yaitu “semakin banyak sese memiliki, semakin sese menginginkan yang lebih”.
Berdasarkan konsep tersebut, dapat dikatakan bahwa pada dasarnya manusia
selalu berusaha untuk mencapai well being.
Well being merupakan suatu hal yang ingin dicapai oleh manusia. Well
being banyak diartikan sebagai banyaknya kekayaan, pola hidup mewah, dan
mampu melakukan apa yang diinginkan. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan
tingginya angka urbanisasi (CARI DATA). Kebanyakan tujuan dari - yang
melakukan urbanisasi adalah mencari kebahagiaan dengan harapan dapat
menghasilkan uang yang lebih banyak, agar dapat mencapai apa yang mereka
inginkan. Tidak berbeda dengan masyarakat perkotaan, masyarakat pedesaanpun
pada dasarnya berusaha untuk mencapai keadaan well being.
Sebagai anggota masyarakat yang lebih kecil, mahasiswa selalu berusaha
mencapai well being. Kehidupan mahasiswa tidak terlepas dari kesusahan,
kekurangan dan kesulitan. Kehidupan mahasiswa yang jauh dari tua, memaksa
sebagian besar mahasiswa memutar otak untuk dapat mencapai kebutuhan-
kebutuhan pokok mereka. Tuntutan akademik dan organisasional juga sering kali
menjadi hal yang tidak dapat dihindari. Tidak jarang mahasiswa harus mengirit
pengeluaran makan mereka agar mereka dapat memenuhi apa yang mereka
butuhkan, melewati waktu makan, atau mengurangi waktu tidur untuk
mengerjakan tugas.
Berdasarkan fenomena tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengetahui
seberapa jauh mahasiswa telah mencapai well being dengan cara menyebar
kuisioner kepada sejumlah mahasiswa di lingkungan Universitas Padjajaran.
1.2 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang sudah diungkapkan sebelumnya, maka
pertanyaan penelitian kami adalah “Apakah mahasiswa Universitas Padjajaran
sudah mencapai kondisi well being?”
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Well Being
Psychological well being merupakan salah satu bidang kajian dari aliran
psikologi positif sebagai orientasi baru dalam ilmu Psikologi. Psikologi positif
memfokuskan perhatiannya pada studi ilmiah mengenai pemfungsian manusia
dalam berbagai level, mulai dari level biologis, personal, relasional, kultural, dan
global (Seligman & Csikszentmihalyi, 2000 dalam Compton, 2005).
Psychological well being memiliki ruang lingkup obyek studi yang kurang
lebih sama dengan istilah yang muncul mendahuluinya, yaitu positive functioning
dari subjective well being (Keyes, 1998; Ryff, 1989 dalam Keyes & Magyar-Moe,
2003).
Semua organisme hidup cenderung untuk menghindari rasa sakit dan
mengejar kenyamanan dan kesenangan. (Kahneman et al, 1999 dalam
Prilleltensky, 2005). Sese dapat mengembangkan keinginan akan kesenangan dan
kenyamanan sampai pada taraf yang tak terhingga, yang dapat memiliki sifat yang
mirip dengan kecanduan, yaitu “semakin banyak sese memiliki, semakin sese
menginginkan yang lebih”. Dengan kata lain, tidak ada standar pencapaian yang
bisa ditetapkan secara obyektif akan apa yang disebut sebagai senang, bahagia,
maupun perasaan positif lainnya. Jadi menjadi kaya, hidup mewah, dan mampu
melakukan apa yang kita inginkan tidak selalu merupakan standar dari apa yang
disebut sebagai kebahagiaan atau well-being. Oleh karenanya, dapat dikatakan
bahwa well-being bersifat subyektif.
Subjective well-being adalah tentang “menjadi puas‟ dan “terpenuhinya
keinginan‟ pada taraf tertentu, dengan ambang “puas‟ dan “terpenuhi
keinginan‟-nya berbeda antara yang satu dengan yang lain. yang tinggi dalam
subjective well-being-nya cenderung menjalani hidup dengan rasa puas,
menyenangkan, dan bermanfaat. Mereka umumnya puas dengan hidup mereka,
memiliki masa depan yang penuh harapan, dan optimis tentang apa yang akan
terjadi. Mereka menetapkan tujuan, bekerja untuk mencapainya, dan memobilisasi
sumber daya mereka ketika mereka menghadapi rintangan.
Aspek-aspek dari psychological well-being dipengaruhi oleh paham
Aristotelian yaitu eudamonia, yang mengatakan bahwa tujuan tertinggi dari semua
hal yang dapat diraih melalui perilaku manusia adalah kebahagiaan yang
diperoleh dari pencapaian perkembangan diri sepanjang hidup (Waterman, 1993).
Selain itu, pengaruh lain yang juga memberi warna pada psychological well-being
adalah konsep aktualisasi diri dari Maslow, functioning (Rogers, 1961),
individuasi (Jung, 1993; Von Franz, 1964), kematangan (Allport, 1961) dan
ketercapaian tugas-tugas tahapan perkembangan (Erikson, 1959; Neugarten,
1973).
Psychological well-being adalah konsep yang digunakan untuk
menjelaskan kemampuan individu menghadapi tantangan dalam rangka berjuang
untuk memfungsikan dirinya secara penuh dan menyadari talenta uniknya (Keyes
& Ryff, 1999; Ryff, 1989; Ryff & Keyes, 1995 dalam Keyes & Magyar-Moe,
2003).
Psychological wel- being (untuk selanjutnya disebut PWB atau well being)
terdiri dari enam dimensi, yaitu:
1. Self Acceptance. Perasaan nyaman sese akan dirinya sendiri, termasuk di
dalamnya pengakuan dan penerimaan atas berbagai aspek dalam diri yang
meliputi kualitas baik dan buruk, serta memiliki perasaan positif pula terhadap
pengalaman masa lalunya.
2. Personal Growth. Pencapaian dan kesadaran sese akan ketrampilan, talenta,
dan kesempatan yang dimilikinya untuk pengembangan diri dan untuk
menyadari potensinya. Pengembangan diri meliputi perasaan akan adanya
perkembangan yang berkelanjutan dan potensi untuk berkembang, sikap
terbuka terhadap pengalaman baru, dan perasaan memiliki pengetahuan yang
meningkat dan efektif.
3. Purpose in life. Adanya maksud dan tujuan yang diinginkan dan berusaha
dicapai oleh sese dalam kehidupannya, yang meliputi keberadaan tujuan hidup
serta pengerahan diri untuk mencapainya. Individu yang memiliki tujuan hidup
memandang kehidupannya sebagai sebuah bentuk pemenuhan atas kebutuhan
mencapai tujuan hidup, memandang masa lalu sebagai masa yang berharga
serta memiliki suatu keyakinan yang memberikan arahan bagi perjalanan
kehidupannya.
4. Environmental mastery. Kemampuan sese untuk mengatur kejadian sehari-
hari, mengendalikan aktivitas eksternal yang rumit, memanfaatkan secara
efektif kesempatan yang ada, dan untuk memilih atau menciptakan kondisi
tertentu yang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan pribadi. Kualitas penguasaan
akan muncul ketika individu mengenali kebutuhan dan hasrat personalnya,
serta merasa mampu dan memungkinkan untuk mengambil peran aktif dalam
mendapatkan apa yang mereka butuhkan dari lingkungan. Penguasaan
lingkungan diindikatori oleh perasaan memiliki kemampuan atau kompetensi,
serta mampu mengatur sebuah lingkungan yang kompleks dan memilih atau
menciptakan suatu komunitas yang memiliki kesesuaian secara personal.
5. Autonomy. Pencapaian taraf mandiri dalam menentukan segala sesuatu yang
berhubungan dengan dirinya. Faktor penting dalam dimensi ini adalah
kemampuan untuk bertahan dari tekanan-tekanan sosial sehingga dapat berpikir
dan bertindak dengan suatu cara tertentu, serta untuk memandu dan
mengevaluasi perilaku berdasarkan standar dan nilai yang terinternalisasikan.
Indikator kemandirian adalah adanya kemampuan untuk menentukan sendiri,
tidak bergantung, dan mampu meregulasi diri secara internal; mampu bertahan
dari tekanan sosial untuk berpikir dan bertindak dengan suatu cara tertentu;
serta mampu melakukan evaluasi diri dengan menggunakan standar personal.
6. Positive relation with others. Kemampuan sese untuk mempererat hubungan
dan keberadaan hubungan yang hangat dengan individu lain, saling percaya,
serta intim. Hubungan yang positif dengan lain ditandai oleh kepemilikan
hubungan yang hangat, memuaskan, dan terpercaya; memiliki kepedulian akan
kesejahteraan atau keselamatan lain; memiliki empati, afeksi, dan kelekatan
yang kuat; serta memiliki hubungan sebagai suatu sikap yang saling memberi
dan menerima.
Ryff (1999 dalam Papalia et. Al, 2002) menyatakan bahwa “individu yang
sehat secara psikologis akan memilki sikap yang positif terhadap dirinya sendiri
dan terhadap lain. Mereka membuat keputusannya sendiri dan meregulasi
perilaku mereka sendiri, dan mereka memilih atau membentuk lingkungan
menjadi sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan mereka. Mereka memiliki tujuan-
tujuan yang membuat hidup mereka menjadi bermakna, dan mereka berusaha
untuk mengeksplorasi dan mengembangkan diri mereka sebaik mungkin.”
BAB III
METODA PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel
Pada penelitian ini kami lakukan, kami menggunakan populasi yaitu
mahasiswa Universitas Padjadjaran dengan kriteria:
1. Berusia minimal 18 tahun.
2. Bermukim di salah satu komunitas perkotaan atau pedesaan di wilayah
Propinsi Jawa Barat selama kurang lebih satu tahun terakhir.
Sampel yang kami ambil terdiri dari 40 mahasiswa Universitas
Padjadjaran yang terdiri dari 20 laki-laki dan 20 perempuan.
3.2 Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner, yaitu
sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis yang isinya menyangkut suatu topik
yang sedang diteliti atau perlu diketahui. Kuesioner ini terdiri atas 75 pernyataan
yang diturunkan dari enam aspek/ dimensi Well Being, Ryff.
Dalam kuesioner ini terdapat dua jenis pernyataan, yaitu pernyataan positif
dan negatif berdasarkan penurunan dari tiap dimensi. Penilaian yang dipakai ialah
skala dari angka 1-3 dimana penilaian positif dilakukan sebagai berikut:
Jika memilih “Ya” maka diberi nilai 3
Jika memilih “Ragu-Ragu” maka diberi nilai 2
Jika memilih “Tidak” maka diberi nilai 1
Sebaliknya untuk item negatif, penilaian dilakukan sebagai berikut :
Jika memilih “Ya” maka diberi nilai 1
Jika memilih “Ragu-Ragu” maka diberi nilai 2
Jika memilih “Tidak” maka diberi nilai 3
3.3 Teknik Pengambilan Data
Teknik pengambilan data yang digunakan adalah simple random sampling
dengan cara membagikan kuesioner pada 40 mahasiswa Universitas Padjadjaran
yang terpilih secara acak dan telah bersedia mengisinya.
3.4 Teknik Analisis Data
3.4.1. Analisis Data Kuantitatif
Pada kuesioner tertutup jawaban yang dihasilkan berupa data yang bisa
dikuantifikasikan, maka analisis data untuk kuesioner tertutup bersifat
kuantitatif dengan cara menghitung rata-rata nilai responden setiap dimensi.
Item-item yang terjabarkan diklasifikasikan kedalam 6 dimensi dimana setiap
dimensinya telah memiliki skala penilaian tersendiri.
Dimensi Rendah Sedang Tinggi
Self Acceptance 13 – 21 22 – 30 31 – 39
Personal Growth 9 – 14 15 – 21 22 – 27
Purpose in Life 11 – 18 19 – 26 27 – 33
Environmental Mastery 12 -19 20 – 28 29 – 36
Autonomy 11 – 18 19 – 26 27 – 33
Positive Relation with Others 19 – 31 32 – 44 45 – 57
Tabel 1 : Penilaian setiap dimensi
3.4.2. Analisis Data Kualitatif
Pada kuesioner terbuka yang dihasilkan adalah jawaban yang luas
diberikan oleh respoden karena pada dasarnya kuesioner terbuka memberi
ruang pada responden untuk mengkomunikasikan jawabannya sendiri, maka
terbuka kemungkinan jawaban yang rentangnya mulai dari jawaban pendek
berupa kata atau bahkan jawaban panjang berupa kalimat. Dengan demikian,
alat data kuesioner adalah peneliti sendiri dengan menggunakan alat bantu
kualitatif yaitu ‘langkah-langkah coding’ maupun alat bantu kuantitatif berupa
statistika.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil kuesioner yang kami bagikan kepada 33 mahasiswa Universitas
Padjadjaran, didapatkan hasil sebagai berikut:
4.1 Deskripsi Hasil Angket
- Data Kualitatif
DATA KUALITATIF
NO KATEGORI SUB-KATEGORI JUMLAH1 RELASI TEMAN 16 KELUARGA 23 CINTA 16
HUBUNGAN SOSIAL
6
PENCAPAIAN VISI HIDUP 2 PRESTASI 15 PENGALAMAN 1 FINANSIAL 19 HOBI SENI 1 OLAHRAGA 2 AGAMA 3 PENDIDIKAN 1 PEKERJAAN 1 BERPIKIR POSITIF 12 BERKELUARGA 24 PEKERJAAN 22 LULUS/AKADEMIK 19
MEMBAHAGIAKA TUA 4
KONTRIBUSI PADA MASYARAKAT
4
TRAVELLING 5 BAHAGIA/SEJAHTERA 35
HUBUNGAN INTERPERSONAL
5
HAPAL AL-QURAN 13 PERASAAN PRIBADI BERSYUKUR 12 BAHAGIA 4 SENANG 2 BANGGA 1
YANG AKAN DILAKUKAN SETELAH LULUS
MELANJUTKAN AKADEMIK
5
BEKERJA 4 BERUSAHA LEBIH 7 HARAPAN PEKERJAAN 3
LULUS KULIAH TEPAT WAKTU
2
MANAJEMEN WAKTU KELUARGA 1 TEMAN 1 SETIA PADA PASANGAN 2
MEMPERTAHANKAN ATAU
MENGEMBANGKAN APA YANG DICAPAI
1
BERDOA 1 MENANGIS 1
Pada pertanyaan pertama, yaitu mengenai hal yang bisa memenuhi
kebutuhan anda akan kebahagiaan, sebagian besar dari responden menjawab
bahwa yang paling berhubungan dengan kebahagiaan mereka berkaitan
dengan relasi atau hubungan yang mereka miliki dengan - terdekat.
Pada pertanyaan kedua, yaitu berkaitan dengan keadaan yang diinginkan
untuk dicapai dalam kehidupannya, sebagian besar dari responden kami
menjawab hal yang berkaitan dengan kebahagiaan mereka di masa mendatang
atau kehidupan berkeluarga yang akan mereka jalani.
Pada pertanyaan ketiga, yaitu mengenai gambaran apa yang akan
dilakukan partisipan apabila keadaan 2 tercapai, serta mengapa partisipan
memilih hal tersebut. Sebagian besar partisipan kami menyatakan bahwa
mereka akan sangat bersyukur serta lebih mengungkapkan perasaan pribadi
mereka.
4.2 Analisis dan Interpretasi Data Hasil Angket
- Data kualitatif
Dari data yang dipaparkan pada tabel diatas menunjukkan bahwa :
A. pada item nomor 1, partisipan menunjukkan bahwa hal-hal yang dapat
mendatangkan kebahagiaan pada dirinya adalah
o relasi dengan lain dalam lingkungannya, baik itu terhadap
keluarga (23 ), teman (16 ), cinta (16 ), hubungan sosial (6 ).
Banyak dari partisipan merasa bahagia ketika dihubungkan dengan
keluarga ataupun cinta serta hubungannya dengan lain
disekitarnya.
o Pencapaian, kategori ini meliputi finansial (19 ), prestasi (15 ), visi
hidup (2 ), pengalaman (1 ). Hal ini menunjukkan bahwa pada
sebagian partisipan lainnya, pencapaian hidup terutama da lam hal
finansial serta pekerjaan yang membuat mereka merasa bahagia.
o Hobi,seni (2 ) , olahraga (1 ).
o Agama (1 ).
o Pendidikan (1 ).
o Pekerjaan (1 ).
o Berfikir positif (1 ).
B. Pada bagian ini , partisipan diminta menuliskan keadaan yang
didambakan untuk dicapai oleh partisipan. Hasilnya adalah,
o Bahagia / sejahtera (35 ). Hal ini menunjukkan bahwa bagi
sebagian besar partisipan situasi yang didambakan bagi dirinya
adalah situasi dimana ia merasa bahagia ataupun sejahtera. Situasi
yang didambakan tersebut merupakan situasi yang didambakan
atau situasi yang dirasa membuat dirinya puas.
o Pekerjaan (22). Hal ini menunjukkan, sebagian partisipan juga
merasa bahwa situasi dimana partisipasi memiliki pekerjaan
merupakan situasi yang ia dambakan.
o Lulus / akademik (19). Hal ini menunjukkan bahwa bagi sebagian
partisipan, keadaaan yang juga diinginkan adalah dimana mereka
lulus atau menyelesaikan kegiatan akademik, serta memiliki
kemampuan ataupun hasil yang baik dalam bidang tersebut.
o Travelling (5)
o Hubungan interpersonal (5)
o Membahagiakan orangtua (4)
o Kontribusi pada masyarakat (4)
o Hapal Al-Quran (1)
C. Bagian ini menunjukkan apa yang akan dilakukan partisipan apabila
keadaan 2 yang ia hadapi tercapai serta apa alasan ia memilih hal
tersebut, yaitu
o Kategori perasaan pribadi, bersyukur (12) ,bahagia (4), senang (2),
bangga (1). Hal ini menunjukkan bahwa hal yang akan dilakukan
kebanyakan partisipan apabila situasi yang didambakan tercapai,
adalah merasa bersyukur. Partisipan lebih mengutarakan apa yang
ia rasakan seperti bahagia, senang, dan bangga. Apabila
menghadapi situasi yang dianggapnya paling dia inginkan maka,
banyak partisipan menjawab pada saat tersebut mereka akan
bersyukur.
o Yang akan dilakukan setelah lulus : melanjutkan akademik (5),
bekerja (4)
o Berusaha lebih (7)
o Harapan pekerjaan (3)
o Lulus kuliah tepat waktu (2)
o Manajemen waktu : keluarga (1), teman (1)
o Setia pada pasangan (2)
o Mempertahankan atau mengembangkan hal yang didapatkan (1)
o Berdoa (1)
o Menangis (1)
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA