Isi Laporan Praktikum Rod Mill
-
Upload
rafa-muadz -
Category
Documents
-
view
74 -
download
5
description
Transcript of Isi Laporan Praktikum Rod Mill
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses preparasi pada proses pengolahan bahan galian, dimana mineral
sebelum menjadi bijih berupa bongkahan bahan galian yang kemudian diproses
dengan proses crushing dan grinding. Proses crushing merupakan proses reduksi
ukuran dengan meremukan bongkahan bijih dengan cara memberikan tekanan
atau gaya sehingga bongkahan akan pecah. Pada proses berikutnya, yaitu grinding
dimana mekanisme pengecilan ukuran dilakukan dengan cara diberikan gaya dari
material lain yang lebih keras atau dari bijih itu sendiri. Salah satu alat yang
digunakan untuk proses grinding ini adalah Rod Mill. Alat ini digunakan untuk
menghasilkan atau mengecilkan ukuran bijih.
1.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh
parameter waktu dan jumlah media gerus pada hasil produk grinding dan proses
Rod Mill.
1.3 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam praktikum ini dibagi menjadi dua, yaitu
variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya adalah jumlah media
penggerus yaitu 5, 8, 8, dan juga waktu yaitu 5 menit, 5 menit, dan 10 menit.
Sedangkan variabel terikatnya adalah massa dan fraksi ukuran batubara yang
dihasilkan pada saat proses Rod Mill.
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan ini terdiri dari lima bab sebagai kajian
utama. Bab I menjelaskan latar belakang, tujuan percobaan, batasan masalah, dan
sistematika penulisan laporan yang digunakan. Bab II merupakan tinjauan pustaka
2
yang berisi teori singkat yang terkait dengan percobaan yang dilakukan. Bab III
menjelaskan mengenai metode percobaan yang dilakukan. Bab IV menjelaskan
mengenai hasil percobaan dan pembahasan berdasarkan tinjauan pustaka dari data
yang telah diperoleh. Bab V memuat kesimpulan dari percobaan yang telah
dilakukan, yang dilengkapi dengan saran seputar percobaan. Sebagai kajian
tambahan, di akhir laporan terdapat lampiran yang memuat contoh perhitungan,
jawaban pertanyaan dan tugas khusus, gambar alat dan bahan yang digunakan
dalam praktikum serta blanko percobaaan.
3
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
2.1 Pengolahan Bahan Galian
Pengolahan Bahan Galian atau Mineral Dressing adalah istilah umum
yang biasa dipergunakan untuk proses pengolahan semua jenis bahan galian atau
mineral yang berasal dari endapan-endapan alam pada kulit bumi, untuk
dipisahkan menjadi produk-produk berupa satu macam atau lebih mineral
berharga dan sisanya dianggap sebagai mineral kurang berharga, yang terdapat
bersama-sama dalam alam. [Sudarsono, 1999]
Secara umum, mineral dressing adalah suatu proses pengolahan bahan
galian hasil penambangan guna memisahkan mineral berharga dari mineral
pengotornya yang kurang berharga yang terdapat bersama-sama (gangue mineral).
Khusus untuk batubara, proses pengolahan itu disebut pencucian batubara (coal
washing) atau preparasi batubara (coal preparation). Proses pengolahan
berlangsung secara mekanis tanpa merubah sifat-sifat kimia dari mineral-mineral
tersebut atau hanya sebagian dari sifat fisik saja yang berubah. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara:
1. Memperkecil ukuran bahan atau mineral-mineral tersebut, sehingga
terjadi liberasi sempurna dari partikel-partikel yang tidak sejenis satu
sama lain.
2. Memisahkan partikel-partikel yang tidak sama komposisi kimianya
atau berbeda sifat fisiknya.
Proses pemisahan mineral berharga dari mineral pengotornya (gangue
mineral) yang kurang berharga terdiri dari beberapa langkah, yaitu:
1. Comminution
Comminution merupakan proses mereduksi ukuran butir sehingga
menjadi lebih kecil dari ukuran semula. Hal ini dapat dilakukan
dengan crushing dan grinding. Grinding digunakan untuk proses
basah dan kering, sedangkan crushing digunakan untuk proses kering
4
saja. Selain untuk mereduksi ukuran butir, kominusi dimaksudkan
juga untuk meliberasikan bijih, yaitu proses melepas mineral tersebut
dari ikatan yang merupakan gangue mineral. Untuk melakukan hal ini
digunakan alat crusher dan grinding mill.
Kominusi merupakan salah satu tahapan pada pengolahan bijih,
mineral atau bahan galian. Pada kominusi, bijih atau mineral dari
tambang yang berukuran besar lebih daripada 1 meter dapat
dikecilkan menjadi bijih berukuran kurang daripada 100 mikron.
Tahapan dari kominusi antara lain :
a. Peremukan, crushing biasanya digunakan untuk pengecilan
ukuran sampai ukuran bijih kurang lebih 20 mm, sedangkan
penggerusan, grinding digunakan untuk pengecilan ukuran mulai
dari 20 mm sampai halus. Umumnya pengecilan ukuran bijih
dilakukan secara bertahap yaitu:
Peremukan tahap pertama, primary crushing, mengecilkan
ukuran bijih sampai ukuran 20 cm.
Peremukan tahap kedua, secondary crushing, mengecilkan
ukuran bijih dari sekitar 20 cm sampai 5 cm.
Peremukan tahap ketiga, tertiary crushing, mengecilkan
ukuran bijih dari 5 cm menjadi sekitar 1 cm
b. Penggerusan kasar (grinding) untuk mengecilkan ukuran bijih
mulai dari sekitar 1 cm menjadi selkitar 1 mm.
c. Penggerusan halus (fine grinding) untuk mengecilkan ukuran bijih
mulai dari 1 mm menjadi kurang dari 0,075 mm.
2. Sizing
Sizing merupakan pengelompokan mineral, dalam pengelompokan
mineral ini dapat dilakukan dengan cara:
Screening merupakan pemisahan besar butir mineral berdasarkan
lubang ayakan, sehingga hasilnya seragam. Alat pada proses ini
dinamakan screen.
5
Classifying merupakan pemisahan butir mineral yang mendasarkan
atas kecepatan jatuh material dalam suatu media (air, udara),
sehingga hasilnya tidak seragam. Alat untuk melakukan. Alat pada
proses ini dinamakan classifier.
3. Concentration
Concentration merupakan proses pemisahan antara mineral yang
berharga dengan mineral yang tak berharga, sehingga didapat kadar
yang lebih tinggi dan menguntungkan.
Pemisahan ini ada beberapa cara yang mendasarkan atas sifat fisik
mineral, diantaranya adalah :
Warna, kilap dan bentuk kristal, Konsentrasi yang dilakukan
dengan tangan biasa (hand picking).
Specific gravity (gravity concentration) adalah konsentrasi
berdasarkan berat jenisnya. Dalam hal ini, ada tiga macam yakni
Flowing film concentration, Jigging, Heavy Media Separation dan
Heavy Liquid Separation.
Magnetic susceptibility, setiap mineral akan mempunyai sifat
kemagnetan yang berbeda yakni ada yang kuat, lemah dan bahkan
ada yang tidak sama sekali tertarik oleh magnet. Berdasarkan sifat
kemagnetan yang berbeda-beda itulah mineral dapat dipisahkan
dengan alat yang disebut magnetic separator.
Conductivity, mineral itu ada yang bersifat konduktor dan non
konduktor. Untuk memisahkan mineral jenis ini diperlukan alat
yang disebut High Tension Separator, dan hasil yang didapat
adalah mineral konduktor dan non konduktor.
Sifat permukaan mineral, permukaan mineral itu ada yang bersifat
senang dan tidak senang terhadap gelembung udara. Mineral yang
senang terhadap udara akan menempel pada gelembung udara
sedangkan mineral yang senang terhadap air tidak akan menempel
pada gelembung udara. Untuk mengubah agar mineral yang
senang terhadap air menjadi senang terhadap udara digunakan
6
suatu reagen kimia, yang mana reagen ini hanya menyelimuti
permukaan mineral itu saja (tidak bereaksi dengan mineral).
Dengan memberi gelembung udara maka mineral akan terpisah.
Sehingga antara mineral yang dikehendaki dengan yang tidak
dikehendaki dapat dipisahkan. Proses pemisahan semacam ini
disebut dengan flotasi.
4. Dewatering
Dewatering merupakan proses pemisahan antara cairan dengan
padatan.
2.2 Grinding
Grinding merupakan proses lanjutan setelah proses crushing. Grinding
juga dapat dikatakan sebagai tahap akhir dari unit operasi kominusi. Pada
dasarnya grinding ini hanya menghaluskan material atau umpan dari proses
crushing sesuai dengan kehendak yang diinginkan, biasanya umpan yang
dimasukan kedalam proses grinding memiliki ukuran umpan berkisar 25 mm.
Grinding adalah solusi untuk masalah penerapan gaya fraktur yang kecil
dalam jumlah partikel yang besar. Dalam grinding terjadi efek yang digunakan
untuk menghancurkan fraktur. Grinding biasanya di lakukan dalam ball mills,
tube mills, pebble mills dan rod mills.
Grinding dapat terjadi karena adanya kikisan dan kompresi:
a. Kikisan dapat disebabkan oleh bola media yang menggelinding pada
permukaan mill sehingga terjadi pengikisan.
b. Kompresi dapat disebabkan adanya gaya berat yang diterima bijih saat
diputar didalam mill. Sehingga gaya berat ini merupakan gaya berian
oleh bijih yang berada diatasnya
2.3 Karakteristik Grinding
2.3.1 Grinding secara Basah atau Kering
Berikut ini merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi
grinding secara basah atau kering:
7
a. Ketersediaan air dalam proses grinding.
b. Grinding secara basah memerlukan daya yang lebih kecil dalam
per ton materialnya.
c. Grinding secara basah membutuhkan ruang yang lebih sedkit
dibandingkan secara kering.
d. Grinding secara basah tidak perlu peralatan pengontrol debu.
e. Kadar air yang rendah sangat penting untuk grinding secara
kering dan dengan demikian mungkin memerlukan
pengeringan.
f. Pada grinding secara basah, sangat memungkinkan terjadinya
proses korosi.
2.3.2 Volume Muatan
Volume muatan adalah persentase interior mill dengan media
penggerus dan ruang kosong antara media. Ini dapat di rumuskan menjadi:
Charge volume ¿113−126 HcDm .................................. (1)
Dimana:
Hc = jarak antara mill atas dengan stationary charge
Dm = diameter mill dalam garis.
2.3.3 Media Action
Media Action adalah awalan yang terbaik dalam hal lapisan halus
dan dengan mempertimbangkan aksi bola tunggal. Kekuatan mengubah
bola terjadi karena adanya gaya pegang bola yang melawan dimana itu
merupakan komponen normal dari berat ditambah dengan gaya
sentrifugal.
Fc=Mb V 2mDm ............................................... (2)
8
Rumus tersebut merupakan cara umum untuk menentukan kecepatan
kritis di mana bola tunggal hanya akan terus melawan shell pada siklus
penuh, dimana DM>Dm,
Nc= 42.3√DM
............................................. (3)
2.4 Rod Mill
Grinding media pada rod mill adalah batang-batang baja, umpan yang
dimasukkan ukurannya lebih kecil dari ¾ inchi dan produknya berukuran -14
sampai -18 mesh. Umpan berukuran kecil, karena bila materialnya terlalu besar
maka akan menimbulkan cataracting akibatnya batangan baja akan patah.
Dengan adanya rod maka tidak akan mengalami over grinding, hal ini
karena rod tersebut saling sejajar sehingga umpan yang telah halus tidak akan
mengalami penghancuran lagi.
Gambar 2.1 Skematis Rod Mill
Bagian-bagian penting dari mill:
1. Shell, plat baja yang membentuk bagian silinder dari mill, dirancang
untuk mampu menahan impact dan beban berat.
2. Pelapis (liner), diletakan pada shell bagian dalam dan harus mampu
menahan impact dan beban berat, tahan kikisan, pelapis dibuat
bergelombang.
9
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Diagram Alir Percobaan
Percobaan ini secara umum digambarkan dalam bentuk diagram alir
sehingga memudahkan pelaksanaan percobaan yang dilakukan seperti gambar 3.1.
Data Pengamatan
Menimbang massa dari tiap fraksi ukuran
Memisahkan hasil Rod Mill berdasarkan fraksi ukuran menggunakan screen
Memasukkan ke dalam Rod Mill dengan media penggerus dan menggerus sampel dengan waktu
menit selama 5 menit, 5 menit, dan 10 menit serta jumlah media penggerus sebanyak 5, 8, dan 8
Menimbang sampel dan membagi rata massa sampel
Menyiapkan bongkahan batubara
10
Gambar 3.1 Diagram Alir Percobaan
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat yang digunakan
1. Neraca Ohaus
2. Media penggerus 8 buah
3. Rod Mill
4. Screen
5. Stopwatch
6. Peralatan penunjang praktikum
3.2.2 Bahan yang digunakan
1. Batubara ukuran kerikil
3.3 Prosedur Percobaan
1. Menyiapkan bongkahan mineral batubara dan menghancurkan menjadi
lebih kecil (kerikil).
2. Menimbang sampel dan membagi rata berat sampel.
3. Memasukan bongkahan kedalam rod mill dan menggerus bongkahan
dengan waktu selama 5 menit, 5 menit, 10 menit dan jumlah media
penggerus sebanyak 5, 5, dan 8.
4. Mengeluarkan hasil penggerusan bongkahan.
Kesimpulan
LiteraturPembahasan
11
5. Memisahkan hasil dari proses rod mill berdasarkan fraksi ukuran
menggunakan screening.
6. Menimbang berat dari tiap–tiap fraksi ukuran.
12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh data percobaan
sebagai berikut:
Tabel 4.1 Perbedaan waktu penggerusan dan jumlah media penggerus
Massa awal (gram) Waktu (menit) Jumlah penggerus
100
100
100
5
5
10
5
8
8
Tabel 4.2 Data Hasil Percobaan
Fraksi ukuran (#)Massa (gram)
I II III
+18#
-18# +40#
-40# +60#
-60#
92
2,4
1
1,75
90,5
3,8
1,5
2,5
86,65
4,3
2
5
4.2 Pembahasan
Pada praktikum Rod Mill ini, sampel yang digunakan adalah batubara.
Mula-mula, menyiapkan sampel batubara sebanyak 3 sampel lalu menimbang
sampel batubara menggunakan neraca Ohaus hingga diperoleh massa 100 gram.
Pada praktikum ini, sampel batubara berbentuk seperti kerikil-kerikil karena jika
terlalu besar, batubara akan sulit untuk dilakukan proses grinding.
Selanjutnya memasukkan sampel ke dalam rod mill. Untuk sampel I,
13
waktu penggerusan selama 5 menit dengan jumlah media penggerus yang
digunakan sebanyak 5 buah. Sampel II, waktu yang digunakan selama 5 menit
namun jumlah media penggerus yang digunakan sebanyak 8 buah. Dan sampel
III, waktu yang digunakan lebih lama, yaitu selama 10 menit dengan jumlah
media yang digunakan sebanyak 8 buah.
Tujuan dilakukan variasi atau perbedaan waktu dan jumlah media
penggerus ini adalah untuk mengetahui pengaruh parameter waktu dan jumlah
media penggerus pada hasil produk grinding dan proses rod mill, apakah pada
proses rod mill ini sampel manakan yang lebih banyak menghasilkan produk
halus dibandingkan produk kasar.
Dari hasil percobaan ini, diperoleh data seperti pada table 4.2 dan dibuat
dalam bentuk grafik seperti pada gambar 4.1 dan 4.2 dibawah ini:
4 5 6 7 8 9 10 110
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
+18#-18# +40#-40# +60#-60#
Waktu (menit)
Mas
sa (g
ram
)
Gambar 4.1 Grafik hubungan antara waktu penggerusan dengan massa sampel
(batubara)
Pada grafik 4.1 terlihat ada penurunan massa untuk produk ukuran paling
besar, yaitu +18# dan pada produk ukuran lainnya yang lebih kecil terjadi
peningkatan massa. Sebagai contoh pada fraksi ukuran -60#, sampel I (5 menit)
14
diperoleh 1,75 gram, sampel II (5 menit) diperoleh 3,5 gram dan sampel III (10
menit) diperoleh 5 gram. Hal tersebut terjadi karena semakin lama waktu
penggerusan, maka sampel akan mengalami penggerusan lebih lama pula
sehingga produk halus yang dihasilkan akan lebih banyak, sesuai dengan teori
pada proses rod mill bahwa semakin lama waktu penggerusan maka semakin
banyak produk halus yang dihasilkan.
Secara mekanisme, saat rod mill berputar pada kecepatan v, maka apapun
yang berada di dalam rod mill (termasuk sampel dan media penggerus) akan ikut
berputar juga. Sampel dan media penggerus yang berada di dalam rod mill saling
bergerak, bertumbukan, bergesekan satu sama lain sehingga menyebabkan sampel
akan hancur secara perlahan, sehingga produk halus yang dihasilkan lebih banyak.
Ditambah dengan adanya pengaruh dari gaya gravitasi juga menyebabkan
terjadinya impact akibat benda yang berjatuh dari atas dan menimpah benda lain
yang berada di bawahnya. Oleh karena itu, lamanya waktu penggerusan akan
menentukan banyaknya produk halus yang dihasilkan dari proses rod mill.
Selain pengaruh dari waktu penggerusan, jumlah media penggerus juga
menentukan produk yang dihasilkan dari proses rod mill yang terlihat pada grafik
4.2.
Berdasarkan grafik 4.2, pengaruh jumlah media penggerus menunjukan
hal yang sama seperti pada grafik 4.1, yaitu pengaruh waktu penggerusan. Hal ini
sama seperti pada mekanisme akibat pengaruh waktu punggerusan, hanya saja
pengaruh yang lebih diperhatikan adalah gaya gravitasi dan impact yang terjadi.
Jika berbicara tentang benda, maka akan lebih fokus pada bentuk, massa, dan
kekuatan dan sifat fisik lainnya.
Pada praktikumk rod mill ini, media penggerus memiliki bentuk, massa,
massa jenis (densitas), kekerasan serta kekuatan yang lebih besar dari sampel
(batubara), sehingga saat rod mill berputar pada kecepatan v, media penggerus
akan memiliki gaya, momentum, dan energi (kinetik saat bergerak dan potensial
saat jatuh) yang lebih besar yang menyebabkan batubara akan hancur perlahan-
lahan akibat bertumbukan, bergesekan, maupun terkena impact dari media
penggerus saat jatuh.
15
4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5 8 8.50
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
+18#-18# +40#-40# +60#-60#
Jumlah media penggerus
Mas
sa (g
ram
)
Gambar 4.2 Grafik hubungan antara jumlah media penggerus dengan massa
sampel (batubara)
Kecepatan putaran rod mill akan menyebabkan sampel dan media
penggerus memiliki gaya sentrifugal. Gaya sentrifugal merupakan gaya yang
timbul karena benda bergerak melingkar dan menyebabkan benda tersebut akan
menjauhi pusat putaran. Sedangkan gaya gravitasi merupakan gaya yang dimiliki
benda karena massanya, artinya setiap benda bermassa akan memiliki gaya
gravitasi yang besarnya sebanding dengan massa benda tersebut.
Dari gaya-gaya yang bekerja pada benda tersebut, dapat diketahui bahwa
jika kecepatan putaran rod mill itu tidak terlalu cepat (gaya sentrifulgar < gaya
gravitasi) maka sampel dan media penggerus akan mengalami gerak jatuh bebas.
Sebaliknya, jika putaran rod mill terlalu cepat (gaya sentrifulgar > gaya gravitasi)
maka sampel dan media penggerus akan menempel di dinding rod mill.
Besarnya gaya sentrifugal yang bekerja pada benda di dalam rod mill
ditentukan oleh rumus berikut ini:
F s=m v2
r........................................................ (4)
16
r=12
D........................................................... (5)
Subtitusikan persamaan (5) ke persamaan (4), sehingga diperoleh rumus:
Fs = 2m v2
D....................................................... (6)
Saat gaya sentrifugal yang dialami batubara dan media penggerus lebih
besar dari gaya gravitasinya, maka keduanya akan lebih banyak mengalami
gesekan, akan tetapi jika gaya sendtrifugalnya lebih kecil dari gaya gravitasinya,
maka keduanya akan sering mengalami impact ataupun bertumbukan.
Jumlah media penggerus akan sangat menentukan banyaknya produk halus
yang dihasilkan dari proses rod mill ini. Karena semakin banyak jumlah media
penggerus, maka terjadinya proses penggerusan akibat gaya-gaya yang
ditimbulkan lebih banyak terjadi sehingga produk halus yang dihasilkan lebih
banyak juga.
Pada percobaan ini, kecepatan putaran rod mill dibuat tetap dan sama pada
setiap sampel sehingga tidak berpengaruh atau tidak dipertimbangkan terlalu
besar. Sehingga yang lebih mempengaruhi adalah waktu penggerusan dan jumlah
media penggerus. Serta pada percobaan ini, praktikan tidak mengetahui pengaruh
parameter yang lebih besar terhadap hasil produk yang dihasilkan antara waktu
penggerusan dengan jumlah media penggerus karena pemberian dari keduanya
dibuat konstan, yang artinya jika waktu penggerusan lama maka jumlah media
penggerus juga banyak, begitu juga sebaliknya.
17
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum Rod Mill di Laboratorium Metalurgi I yang telah
dilakukan, didapat kesimpulan sebagai berikut:
1. Semakin lama waktu penggerusan yang dilakukan, maka fraksi ukuran
produk yang diperoleh akan semakin halus.
2. Semakin banyak jumlah media penggerusan yang digunakan, maka
fraksi ukuran produk yang diperoleh akan semakin halus
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan untuk praktikum pada kesempatan
selanjutnya sebagai berikut:
1. Variasi waktu dan media penggerus tidak dibuat konsisten, artinya
waktu penggerusan lebih lama maka media penggerus yang diberikan
lebih sedikit. Tujuannya untuk mengetahui lebih jelas pengaruh serta
hubungan dari parameter masing-masing.
2. Untuk mendapatkan grafik yang lebih baik, sebaiknya massa dari
sampel tidak terlalu besar atau waktu penggerusan lebih lama, karena
untuk mendapatkan perbedaan massa setiap fraksi ukuran yang tidak
terlalu signifikan sehingga grafik perubahan massa setiap fraksi ukuran
terlihat jelas.
18
DAFTAR PUSTAKA
[FT UNTIRTA] Fakultas Teknik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Laboratorium Metalurgi I, Modul Praktikum. Cilegon: FT UNTIRTA.
2015.
J. Spottiswood, David, Errot G. Kelly. Introduction to Mineral Processing.
Canada: John Willey and Sons, inc. 1982
Sudarsono, Arief. Pengolahan Bahan Galian Umum, Bandung: Jurusan Teknik
Pertambangan Fakultas Teknologi Mineral Institut Teknologi Bandung.
1989
http://www.scribd.com/doc/263011705/Buku-Petunjuk-Praktikum [Diakses tang-
gal 08 November 2015 pukul 10.40 WIB]
19
LAMPIRAN A
JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS KHUSUS
20