Laporan Praktikum i Yani

download Laporan Praktikum i Yani

of 25

Transcript of Laporan Praktikum i Yani

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PANGAN

PERCOBAAN I UJI KONTAMINASI

NAMA NIM KELOMPOK ASISTEN

: : : :

YANI ANDRIANY S. K211 09 305 2 (DUA) KURNIATI S.Si

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2011

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Udara di dalam suatu ruangan dapat merupakan sumber kontaminasi mikroba. Udara tidak mengandung mikloflora secara alami, tetapi lingkungan disekitarnya mengakibatkan udara kontaminasi dari berbagai

mengandung

mikroorganisme, misalnya dari debu, air, proses aerasi, dari penderita yang mengalami infeksi saluran pencernaan, dari ruang yang digunakan dalam fermentasi dan sebagainya. Mikroorganisme yang terdapat di udara biasanya melekat pada bahan padat, misalnya debu, atau terdapat dalam droplet air (Dwiyana, 2011). Kontaminasi oleh mikroorganisme dapat terjadi setiap saat dan menyentuh setiap permukaan seperti tangan atau alat/wadah. Oleh karena itu sanitasi

lingkungan sangat perlu untuk diperhatikan terutama yang akan bekerja dalam bidang mikrobiologi atau pengolahan produk makanan atau industri (Dwiyana, 2011). Mikroba-mikroba yang mengkontaminasi inilah yang menjadi penyebab dalam pembusukan sampah, makanan dan minuman. Mikroorganisme ini juga dapat menimbulkan penyakit yang membahayakan manusia (Staf Pengajar, 2010). Untuk itulah, higienitas sanitasi lingkungan dan keamanan makanan menjadi sangat penting agar tidak menimbulkan gangguan kesehatan. Melihat pentingnya

hal tersebut maka kami berinisiatif melakukan praktikum uji kontaminasi mikroba/sanitasi lingkungan.

I.2 Tujuan Praktikum Adapun yang menjadi tujuan dalam praktikum ini antara lain: 1. Untuk mengetahui dan menghitung jumlah koloni mikroorganisme di udara dengan menggunakan media Nutrien Agar (NA) dan Potato Dekstrose Agar (PDA) 2. Untuk mengetahui jumlah koloni dengan menguji kebersihan tangan sebelum dicuci dan setelah dicuci dengan antiseptik menggunakan media Eosin Methyle Blue Agar (EMBA) dan Vogel Johson Agar (VJA). 3. Untuk mengetahui jumlah koloni dari pengujian kebersihan alat dengan menggunakan media Nutrien Agar (NA) dan Potato Dexstrose Agar (PDA).

I.3 Waktu dan Tempat Praktikum Praktikum ini dilaksanakan hari Sabtu 21 Mei 2011 pada pukul 9.00 WITA. Bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin Makassar.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia. Bahaya ini mungkin bisa terjadi secara fisik, mikrobiologi dan agen-agen kimia atau biologis dari penyakit terkait. Bahan buangan yang dapat menyebabkan masalah kesehatan terdiri dari tinja manusia atau binatang, sisa bahan buangan padat, air bahan buangan domestik (cucian, air seni, bahan buangan mandi atau cucian), bahan buangan industri dan bahan buangan pertanian. Cara pencegahan bersih dapat dilakukan dengan menggunakan solusi teknis (contohnya perawatan cucian dan sisa cairan buangan), teknologi sederhana (contohnya kakus, tangki septik), atau praktik kebersihan pribadi (contohnya membasuh tangan dengan sabun). Definisi lain dari sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Sementara beberapa definisi lainnya menitik beratkan pada pemutusan mata rantai kuman dari sumber penularannya dan pengendalian lingkungan (Wikipedia, 2011). Mikrobiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari makhluk hidup yang sangat kecil (diameter kurang dari 0,1 mm) yang tidak dapat dilihat dengan mata biasa tanpa bantuan peralatan khusus (Staf Pengajar, 2010). Makhluk ini, yang disebut jasad renik atau mikroorganisme terdapat dimana-mana. Diantaranya ada yang bermanfaat bagi kehidupan manusia tetapi

banyak pula yang merugikan seperti misalnya yang menimbulkan penyakit. Mikrobiologi meliputi berbagai disiplin ilmu seperti bakteriologi, imunologi, virologi, dan parasitologi (Staf Pengajar, 2010). Bakteri merupakan salah satu zat pencemar yang potensial dalam kerusakan makanan dan minuman. Pada suhu dan lingkungan yang cocok, satu bakteri akan berkembang biak lebih dari 500.000 sel dalam 7 jam dan dalam 9 jam telah berkembang menjadi 2.000.000 (2 juta) sel, dalam 12 jam sudah menjadi 1 milyar sel. Kemungkinan menjadi penyebab penyakit menjadi sangat besar sekali. Makanan yang masih dijamin aman dikonsumsi paling lama dalam waktu 6 jam, karena setelah itu makanan sudah tercemar berat (Pelczar, 1988). Udara mengandung campuran gas-gas yang sebagian besar terdiri dari Nitrogen (N2) 23%, Oksigen (O2) 21 % dan gas lainnya 1%. Selain gas juga terdapat debu, kapang, bakteri, khamir, virus dan lain-lain. Walaupun udara bukan medium yang baik untuk mikroba tetapi mikroba selalu terdapat di udara. Adanya mikroba disebabkan karena pengotoran udara oleh manusia, hewan, zat-zat organik dan debu. Jenis-jenis mikroba yang terdapat di udara terutama jenis Bacillus subtilis dapat membentuk spora yang tahan dalam keadaan kering (Pelczar, 1988). Flora mikroba di lingkungan mana saja pada umumnya terdapat dalam populasi campuran. Boleh dikatakan amat jarang mikroba dijumpai sebagai satu spesies tunggal di alam. Untuk mencirikan dan mengidentifikasi suatu spesies mikroorganisme tertentu, pertama-tama spesies tersebut harus dapat dipisahkan

dari organisme lain yang umum dijumpai dalam habitatnya, lalu ditumbuhkan dalam biakan murni (Bonang, 1982). Flora mikroba yang terdapat di lingkungan alamiah merupakan penyebab banyak sekali proses biokimia, yang pada akhirnya memungkinkan

kesinambungan kehidupan sebagaimana yang kita kenal dimuka bumi ini. Mikroorganisme misalnya merupakan penyebab terjadinya mineralisasi di dalam tanah dan perairan, yaitu proses pembebasan unsur-unsur dari senyawa-senyawa molekuler organik yang kompleks sehingga menjadi tersedia bagi kehidupan tanaman yang baru, yang pada gilirannya menunjang kehidupan hewan baru (Bonang, 1982). Setiap spesies mikroorganisme akan tumbuh dengan baik dalam lingkungannya hanya selama kondisinya menguntungkan bagi pertumbuhannya dan mempertahankan dirinya. Begitu terjadi perubahan fisik atau kimia, seperti misalnya habisnya nutrien atau terjdi perubahan radikal dalam hal suhu atau pH yang membuat kondisi bagi pertumbuhan spesies lain lebih menguntungkan, maka organisme yang telah beradaptasi dengan baik di dalam keadaan lingkungan terdahulu terpaksa menyerahkan tempatnya kepada organisme yang dapat beradaptasi dengan baik di dalam kondisi yang baru itu (Pelczar, 1988). Flora mikroba di udara bersifat sementara dan beragam. Udara bukanlah suatu medium tempat mikroorganisme tumbuh, tetapi merupakan pembawa bahan partikulat, debu, dan tetesan cairan yang kesemuanya ini mungkin dimuati mikroba. Jumlah dan tipe mikroorganisme yang mencemari udara ditentukan oleh sumber pencemaran di dalam lingkungan, misalnya dari saluran pernapasan

manusia disemprotkan melalui batuk dan bersin, dan partikel-partikel debu dari permukaan bumi diedarkan oleh aliran udara (Pelczar, 1988). Mikroorganisme asal udara dapat terbawa partikel debu, dalam tetes-tetes cairan berukuran besar dan tersuspensikan hanya sebentar, dan dalam inti tetesan yang terbentuk bila titik-titik cairan berukuran kecil menguap. Organisme yang memasuki udara dapat terangkut sejauh beberapa meter atau beberapa kilometer. Sebagian segera mati dalam beberapa detik, sedangkan yang lain dapat bertahan hidup selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau lebih lama lagi. Nasib akhir mikroorganisme asal udara diatur oleh seperangkat rumit keadaan di sekelilingnya, termasuk keadaan atmosfer, kelembapan, cahaya matahari dan suhu, ukuran partikel yang membawa mikroorganisme, ciri-ciri

mikroorganismenya, terutama kerentanannya terhadap keadaan fisik di atmosfer (Pelczar, 1988). Udara sebenarnya bukan merupakan habitat untuk mikroorganisme. Sel- sel mikroorganisme dalam udara bersama kontaminan bersama debu atau dengan tetesan ludah. Mikroorganisme yang banyak terdapat di udara adalah bakteri, dan jamur atau khamir. Mikroba tersebut ada di udara dalam bentuk vegetatif atau dalam bentuk generatif. Mikroorganisme yang berada di atmosfer merupakan spesies yang ada dari sumber dimana mikroorganisme tersebut sebelumnya. Mikroorganisme yang berasal dari tanah terbawa debu angin, demikian juga dengan mikroorganisme yang berasal dari perairan, mikroba terbawa tetesan air atau angin ke udara. Bakteri yang mampu hidup di lingkungan udara umumnya bakteri gram positif berbentuk batang berspora dan kokus, sedangkan bakteri dari

lingkungan laut yang mampu berada di udara adalah bakteri gram negatif berbentuk batang, sebagian adalah yang membentuk spora (Anonim, 2010). Mikroorganisme dalam ruangan dapat berasal dari lingkungan luar (seperti serbuk sari, jamur, dan spora) dan dapat pula berasal dari dalam ruang (seperti serangga, jamur pada ruang lembab, kutu binatang peliharaan, dan bakteri). Mikroorganisme dapat menyebabkan alergi pernafasan, seperti infeksi pernafasan, dan asma. Mikrooganisme yang tersebar bersama- sama dengan aeosol yang ada di udara dikenal dengan istilah bioaerosol. Dampak kesehatan dari bioaerosol, pada dasarnya berbeda-beda tergantung dari bahan- bahan kimia di dalamnya. Kebanyakan dari bioaerosol adalah non patogen dan hanya dirasakan oleh orang yang sensitif. Setiap mikroorganisme patogen, selalu dapat menulari hanya pada keadaan tertentu. Selain itu, tingkatan penyakit yang dihasilkan baik oleh saprofit atau patogen itu berbeda, tergantung dari masing- masing tipe partikel dan kebanyakan tidak diketahui (Anonim, 2010). Sumber- sumber mikroorganisme yang menyebabkan kualitas udara di dalam ruangan tercemar mikroorganisme adalah (Anonim, 2010): 1. Pemeriksaan berkala dari pembersihan sederhana pada komponen pemanas, ventilasi, AC (HVAC) ke replacement total pada keseluruhan sistem pemanas ruangan. 2. Sistem pemanas udara yang terkontaminasi. 3. Kelembaban yang terkontaminasi Ada beberapa hal yang mempengaruhi tingkat kepadatan jasad renik yaitu bersifat meningkatkan pertumbuhan jasad renik antara lain ruang tertutup dan

gelap, kelembaban udara, dan orang yang tinggal di tempat tersebut sedangkan yang bersifat mengurangi pertumbuhan jasad renik antara lain adanya sinar matahari, perputaran udara bebas dengan udara luar, pemberian sinar UV, tindakan aseptik setiap orang di dalamnya dan suhu udara (Anonim, 2010). Tingkat pencemaran udara di dalam ruangan oleh mikroba dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti laju ventilasi, padat orang dan sifat serta saraf kegiatan orang-orang yang menempati ruangan tersebut. Mikroorganisme terhembuskan dalam bentuk percikan dari hidung dan mulut selama bersin, batuk dan bahkan bercakap-cakap titik-titik air terhembuskan dari saluran pernapasan mempunyai ukuran yang beragam dari mikrometer sampai milimeter. Titik-titik air yang ukurannya jatuh dalam kisaran mikrometer yang rendah akan tinggal dalam udara sampai beberapa lama, tetapi yang berukuran besar segera jatuh ke lantai atau permukaan benda lain. Debu dari permukaan ini sebentar-sebentar akan berada dalam udara selama berlangsungnya kegiatan dalam ruangan tersebut (Pelczar, 1988). Keselamatan tiap-tiap makhluk hidup sangat tergantung pada keadaan di sekitarnya, terutama mikroorganisme. Mikroorganisme tidak dapat menguasai faktor-faktor luar sepenuhnya, sehingga hidupnya sama sekali tergantung kepada keadaan sekelilingnya (Dwidjoseputro, 1987). Proses sanitasi terhadap mikroorganisme perlu diperhatikan karena banyaknya mikroorganisme penyebab penyakit yang bisa menginfeksi manusia melalui udara, alat, ataupun dari tangan dan bahkan pada bahan pangan (Wikipedia, 2011).

Sanitasi yang dilakukan terhadap wadah dan alat meliputi pencucian untuk menghilangkan kotoran dan sisa-sisa bahan, diikuti dengan perlakuan sanitasi dengan menggunakan germisidal. Dalam pencucian menggunakan air, biasanya digunakan detergen untuk membantu proses pembersihan. Penggunaan detergen mempunyai beberapa keuntungan karena detergen dapat melunakkan air,

mengemulsikan lemak, mearutkan mineral dan komponen larut lainnya sebanyak mungkin. Detergen yang digunakan untuk mencuci wadah dan alat pengolahan tidak boleh bersifat korosif dan mudah dicuci dari permukaan (Dwiyana, 2011). Proses sanitasi wadah dan alat ditujukan untuk membunuh sebagian besar atau semua mikroorganisme yang terdapat pada bagian permukaan. Sanitizer ayng sering digunakan misalnya air panas, uap panas, halogen(khlorin atau iodine), turuan halogen dan komponen ammonium quaternair (Dwiyana, 2011). Metode hitung cawan di dasarkan pada anggapan bahwa setiap sel yang dapat hidup akan berkembang menjadi satu koloni. Jadi jumlah koloni yang muncul pada cawan merupakan suatu indeks bagi jumlah organisme yang dapat hidup yang terkandung dalam sampel (Hadioetomo, 1990). Metode yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah mikroba dalam bahan pangan terdiri dari metode hitung cawan (Most probable Number) dan metode hitungan mikroskopik langsung. Dari metode-metode tersebut metode hitungan cawan paling banyak digunakan. Metode lainnya yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam suatu larutan adalah metode turbidimetri. Tetapi metode ini sukar diterapkan pada bahan pangan, misalnya sari buah, biasanya mengandung komponen-komponen yang menyebabkan kekeruhan

sehingga kekeruhan larutan tidak sebanding dengan jumlah mikroba yang terdapat di dalamnya (Dwijoseputro, 1987).

BAB III METODE KERJA

III.1 Alat Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cawan petri, inkubator.

III.2 Bahan Adapun bahan yang dipakai yaitu media pertumbuhan mikroba Nutrien agar, Eosin methyle blue agar, Vogel johson agar, Nacl fisiologis, bunsen, swab steril sabun antispektik, tissue, alkohol 70 %, dan kertas label.

III.3 Cara Kerja III.3.1 Uji Kontaminasi Udara 1. Meletakan cawan petri yang berisi media nutrien agar dan potato dextrose agar (telah disiapkan) dalam ruang tertutup dalam kondisi cawan terbuka 2. 3. Membiarkan dalam keaddan terbuka selam 30 menit Menutup cawan dan diinkubasikan pada suhu 300C selama 1-2 hari. Inkubasi dilakukan dalam kondisi cawan terbalik 4. Menghitung koloni yang tunbuh pada agar cawan. Kemudian menghitung densitas bakteri (pada nutrien agar) dan densitas khamir (pada PDA). Densitas bakteri di udara : Jumlah koloni percawan x 60 menit/ 30 menit x 144 in / luas cawan (in).

III.1.2 Uji Kebersihan Tangan 1. 2. Menyiapkan media EMBA dan VJA masing-masing sebanyak 2 cawan Menyentuhkan tangan pada media EMBA dan VJA selam lima detik masingmasing untuk tangan kotor dan tangan bersih yang telah dicuci dengan menggunakan antiseptik 3. Semua cawan didinkubasikan secara terbalik pada suhu 300C selama 1-2 hari. Mengamati pertumbuhan mikroba tersebut. Memperhatikan koloni hitam pada VJA dan koloni hijau metalik dan merah muda pada EMBA

III.1.3 Uji Kebersihan Alat 1. Menyiapkan swab yang telah direndam dalam larutan Buffer fosfat/ NaCl 0,85% 2. Memeras swab dengan menekan pada dinding tabung kemudian dipakai untuk menyeka permukaan alat-alat gelas seluas 10 cm 3. Mengusapkan secara merata pada seluruh permukaan media cawan petri berisi medium nutrien agar dan diinkubasikan pada suhu 300C selama 24 jam 4. Menghitung jumlah koloni yang tumbuh pada permukaan cawan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil IV.1.1 Tabel A. Uji Kontaminasi Udara Media Pertumbuhan Potato Dextrose Agar (PDA) Nutrisi Agar ( NA) Jumlah Mikroba 2 27

B. Uji Kebersihan Tangan Media Eosin Methyl Blue (EMBA) Tangan Kotor Tumbuh koloni jamur tetapi tidak ada koloni bakteri Vogel Johnson Agar (VJA) Koloni berwarna kuning, bukan berasal dari golongan staphylococcus Koloni berwarna kuning, bukan berasal dari golongan staphylococcus Tangan Bersih Tidak ada jamur ataupun bakteri

C. Uji Kebersihan Alat Media Nutrisi Agar ( NA ) Hasil Tumbuh koloni jamur Jumlah Koloni 3

IV.1.2 Gambar Hasil IV.1.1 Uji Kontaminasi Mikroba/Sanitasi Lingkungan 1. Uji Kontaminasi Udara

Inkubasi 2x24 jam

NA sebelum

NA sesudah

Inkubasi 2x24 jam

PDA sebelum

PDA sesudah

2. Uji Kebersihan Tangan EMBA tangan steril

Inkubasi 2x24 jam

EMBA sebelum

EMBA sesudah

EMBA tangan tidak steril

Inkubasi 2x24 jam

EMBA sebelum VJA tangan steril

EMBA sesudah

Inkubasi 2x24 jam VJA sebelum VJA tangan tidak steril VJA sesudah

Inkubasi 2x24 jam VJA sebelum VJA sesudah

3. Uji Kebersihan Alat

Inkubasi 2x24 jam

NA sebelum

NA sesudah

IV.2 Pembahasan 1. Uji Kontaminasi Udara Media yang digunakan untuk menguji adanya kontaminasi udara adalah media NA dan PDA. Setelah didiamkan pada udara terbuka selama 30 menit lalu di inkubasi selama 2x24 jam diperoleh hasil untuk media NA lebih banyak ditumbuhi oleh bakteri yaitu sebanyak 27 koloni bakteri yang berwarna putih kekuning-kuningan, berbentuk bulat-bulatan kecil dan kasar, sementara untuk media PDA ditumbuhi jamur sebanyak 2 koloni dengan warna hijau, putih, hitam, dan putih dengan tengah hijau. Media NA digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari

mikroorganisme yang tidak selektif, dalam artian mikroorganisme heterotrof, seperti Escherichia coli tumbuh di atas permukaan plat agar dengan warna putih. Media NA ini merupakan media sederhana yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, karbohidrat, dan agar. Sementara untuk m edia PDA (Potato Dextrosa agar) merupakan medium semi sintetik. Potato Dextrose Agar merupakan salah satu media yang banyak digunakan untuk membiakkan suatu mikroorganisme, baik itu berupa cendawan/fungi, bakteri, maupun sel makhluk hidup. Potato Dextrose Agar merupakan paduan yang sesuai untuk menumbuhkan biakan. Karena ekstrak potato (kentang) merupakan sumber karbohidrat, dextrose (gugusan gula, baik itu monosakarida atau polysakarida) sebagai tambahan nutrisi bagi biakan, sedangkan agar merupakan bahan media tumbuh bagi biakan yang baik, karena mengandung cukup air. Berdasarkan dari uji kontaminasi udara ini

membuktikan bahwa udara di sekitar kita tidak bersih dan banyak mengandung mikroorganisme. Densitas dari mikroba pada media NA dapat dihitung :

Jumlah koloni per cawan x 60 menit/ 30 menit x 144 in2 = 74 x 60/30 x 144 = 21.321 Adanya bakteri dan jamur yang tumbuh pada medium tersebut membuktikan bahwa udara dalam suatu ruangan merupakan tempat pertumbuhan yang baik bagi mikroorganisme. 2. Uji Kebersihan Tangan Pada uji kebersihan tangan, media yang digunakan yaitu media EMBA dan VJA. Uji kebersihan tangan bertujuan untuk mengetahui banyaknya koloni pada beberapa media dengan cara menggunakan tangan bersih dan tangan kotor. Pada media EMBA, sampel yang digunakan yaitu menggunakan tangan bersih dan tangan kotor. Masing-masing dilakukan perlakuan dengan menyentuhkan tangan yang sudah dicuci dengan sabun antiseptik dan tangan yang tidak dicuci dengan sabun antiseptik. Kemudian media-media pada cawan tersebut diinkubasi pada suhu 30oC selama 2 hari kemudian kembali dilakukan pengamatan. Hasil yang diperoleh bahwa pada pengujian dengan menggunakan tangan sebelum dicuci, hasilnya tidak ada bakteri Coliform yang tumbuh yang dapat dilihat dari warna bakteri yang hijau metalik atau merah muda melainkan jamur yang berjumlah 4 dengan berbagai warna yaitu hitam,putih,dan hijau. Sedangkan pada media ini

diberikan perlakuan dengan menyentuhkan tangan pada medium yang sebelumnya telah dicuci dengan sabun antiseptik. Setelah inkubasi selama 2 x 24 jam tidak ditemukan adanya koloni bakteri yang tumbuh. Hal ini terbukti bahwa sabun antiseptic dapat mrmrbersihkan tangan dari mikroba. Sedangkan untuk pengujian dengan media Eosin Methyl Blue Agar (EMBA) baik untuk tanagn bersih maupun tangan kotor tidak terbentuk koloni bakteri ataupun jamur. Hal ini kemungkinan disebabkan karena tangan yang digunakan pada saat percobaan memang dalam keadaan steril atau bisa saja sebelum melakukan percobaan praktikan yang menguji dengan tangan kotor telah melakukan proses steriisasi sebelum praktek. Kemungkinan lin juga bisa terjadi jika praktikan melakukan uji kebersihan tangan terlebih dahulu di media VJA sehingga semau bakteri di sekitar tangannya telah terlebih dahulu melekat pada media VJA. Tangan dan rambut sangat rentan terkena bakteri dan kapang karena udara kotor mudah menempel pada tangan dan rambut. Tangan yang dicuci air belum tentu bersih karena air yang digunakan untuk membersihkan banyak tercemar kuman dan bakteri sehingga perlu menggunakan bahan antiseptik untuk menghilangkan bakteri dan kapang yang menempel pada bagian kulit. Pada media VJA, digunakan pula tangan bersih dan tangan kotor. Pada media yang diberikan perlakuan dengan menyentuhkan tangan pada media yang sebelumnya tidak dicuci. Berdasarkan pengamatan ditemukan adanya koloni bakteri tapi bukan bakteri Staphylococcus aureus. Pada perlakuan dengan menyentuhkan tangan yang telah dicuci pada media yang sebelumnya, setelah

pengamatan ditemukan adanya koloni bakteri tapi bukan pula Staphylococcus aureus. Hal ini tidak sesuai dengan fakta yamg menyatakan bahwa setelah mencuci tangan dengan sabun antiseptic akan membersihkan tangan dari mikroba. Mikroba yang tumbuh mungkin disebabkan oleh air yang digunakan untuk mencuci tangan tidak steril atau adanya kontaminasi udara. 3. Uji Kebersihan Alat Pada uji kebersihan alat digunakan swab steril. Swab tersebut sebelum digunakan direndam terlebih dahulu dalam NaCl fisiologis 0,9 % yang berfungsi untuk mensterilkan alat tersebut. Lalu swab digosokkan pada daerah disekitar tabung, swab yang telah digosokkan kemudian disentuhkan pada media Nutrien Agar (NA). Setelah diinkubasi 2x24 jam dan dilakukan pengamatan ditemukan adanya jamur pada yang tumbuh pada NA yaitu 3 koloni. Walaupun sudah melakukan prosedur pengerjaan dengan sesuai, tapi alat yang digunakan bisa saja masih terkontaminasi oleh bakteri sehingga menyebabkan pertumbuhan koloni. Sebagaimana kita ketahui, media NA merupakan media pertumbuhan yang baik untuk berbagai macam mikroba. Kontaminasi ini terjadi melalui udara atau karena sentuhan tangan manusia.

BAB V PENUTUP

V.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan dari percobaan ini berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan di atas adalah sebagi berikut: 1. Pada uji kontaminasi udara pada Media Nutrien Agar, jumlah koloni bakteri sebanyak 27 koloni, sedangkan pada media Potato Dekstrose Agar jumlah koloni jamur sebanyak 2 koloni. 2. Pada media pertumbuhan bakteri Eosin Methylen Blue Agar tidak tumbuh koloni bakteri Coliform baik pada tangan kotor maupun pada tangan bersih. Sedangkan pada media pertumbuhan Vogel jhonson Agar tumbuh koloni bakteri tapi bukan Staphylococcus baik pada media yang telah mendapat perlakuan tangan bersih ataupun tangan kotor. 3. Pada uji kebersihan alat, tidak tumbuh koloni bakteri tetapi tumbuh koloni jamur baik pada media NA sebanyak 3 koloni dan pada media.

V.2 Saran Adapun saran saya antara lain: 1. Agar praktikum yang dilangsungkan untuk adik-adik setelah kami tidak terlambat lagi sehingga tidak mendesak dengan ujian akhir semester dan praktikum, selain itu bisa lebih banyak yang diujikan dengan ketersediaan waktu yang cukup.

2.

Kebersihan laboratorium sebaiknya lebih diperhatikan agar kegiatan praktikum bisa lebih efektif.

3.

Keramahan asisten tetap dipertahankan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Pencemaran Udara Dalam Ruangan. http://helpingpeopleideas.com/publichealth/airborne-disease/. Diakses pada tanggal 25 Mei 2011. Anonim. 2011. Sanitasi. http://id.wikipedia.org/wiki/Sanitasi. Diakses pada tanggal 25 Mei 2011. Bonang, G., 1982. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: PT Gramedia. Dwidjoseputro, D. 1987. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang: Djambatan. Dwiyana, Zaraswaty dan Nur Haedar. 2011. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Pangan. Makassar: Jurusan Biologi Universitas Hasanuddin. Hadioetomo, R., S., 1990. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta: Gramedia. Pelczar, M.J. dan Chan, E.C.S. 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi Jilid 1. Jakarta: Penerbit UI-Pres. Staf Pengajar Bagian Mikrobiologi. 2010. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.

LAMPIRAN

I. Uji Kontaminasi Mikroba 1. Uji Kontaminasi Udara

Mengambil cawan petri dan mensterilkannya dengan melewatkan pinggiran cawan di atas api

Mengambil media pertumbuhan mikroba Nutrien Agar (NA) dan menuangnya ke dalam cawan petri

Mengambil media pertumbuhan mikroba Potato Dextrose Agar (PDA) dan menuangnya ke dalam cawan petri

Menghitung koloni yang tumbuh pada agar cawan dan densitas bakteri pada NA dan densitas kapang/khamir pada PDA

Mengeluarkan agar cawan dan membiarkannya pada udara terbuka selama 30 menit

Menutup kembali agar cawan dan menginkubasikannya pada suhu 30oC sampai memadat

2. Uji Kebersihan Tangan

Mengambil cawan petri dan mensterilkannya dengan melewatkan pinggiran cawan di atas api

Mengambil media pertumbuhan mikroba EMBA dan menuangnya ke dalam cawan petri

Mengambil media pertumbuhan mikroba VJA dan menuangnya ke dalam cawan petri

Mengamati koloni yang tumbuh pada media VJA dan EMBA

Mengeluarkan salah satu agar cawan EMBA dan VJA, lalu menyentuhnya dengan tangan yang belum dicuci dan telah dicuci dengan alcohol, lalu menutup kembali agar cawan

Menutup kembali agar cawan dan menginkubasikannya pada suhu 30oC sampai memadat

3. Uji Kebersihan Alat

Mengambil cawan petri dan mensterilkannya dengan melewatkan pinggiran cawan di atas api

Merendam swab ke dalam NaCl 0,85%, lalu menyeka permukaan kaca

Mengusap swab yang telah diseka ke permukaan media cawan yang berisi NA

Menghitung jumlah koloni yang tumbuh pada permukaan cawan

Menutup kembali agar cawan dan menginkubasikannya pada suhu 30oC selama 24 jam