Isi Laporan Praktikum 5 budidaya domba

15
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan usaha ternak domba tidak hanya terletak pada usaha pengembangan jumlah ternak yang dipelihara, namun pada perawatan ternak yang dipelihara. Perawatan ini bertujuan untuk menjaga kesehatan dan untuk meningkatkan kinerja ternak sehingga kesehatan ternak domba tetap terpelihara dan dapat berproduksi dengan baik. Pengawasan dan pengobatan domba memerlukan pertimbangan dari berbagai segi, baik dari segi penyakit (tidak menular atau menular) maupun dari segi ekonomis. Beberapa bagian ternak yang harus dirawat yaitu, pemotongan kuku, ekor dan pemberian nomor ternak, menentukan umur ternak sangat perlu karena dengan adanya ini maka pertumbuhan ternak dan kualitas ternak menjadi lebih haigenis dan mampu menekan protein hewani yang dibutuhkan masyarakat indonesia. Proses manajemen ini di harapkan peternak mampu menjalankan usaha budidaya domba dan perawatan ternak domba yang baik sehingga ternak merasa aman, nyaman, dan menghasilkan produksi yang optimal. 1.2 Tujuan Tujuan dari praktikum ini untuk mengetahui teknik yang benar dalam perawatan kesehatan ternak dan pemeliharaan ternak domba baik penggemukan maupun pembibitan. Sehingga peternak mampu memenuhi kebutuhan protein hewan yang berkualitas baik dan haigienis bagi masyarakat luas. 1

description

budidaya domba

Transcript of Isi Laporan Praktikum 5 budidaya domba

1. PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangKeberhasilan usaha ternak domba tidak hanya terletak pada usaha pengembangan jumlah ternak yang dipelihara, namun pada perawatan ternak yang dipelihara. Perawatan ini bertujuan untuk menjaga kesehatan dan untuk meningkatkan kinerja ternak sehingga kesehatan ternak domba tetap terpelihara dan dapat berproduksi dengan baik. Pengawasan dan pengobatan domba memerlukan pertimbangan dari berbagai segi, baik dari segi penyakit (tidak menular atau menular) maupun dari segi ekonomis.Beberapa bagian ternak yang harus dirawat yaitu, pemotongan kuku, ekor dan pemberian nomor ternak, menentukan umur ternak sangat perlu karena dengan adanya ini maka pertumbuhan ternak dan kualitas ternak menjadi lebih haigenis dan mampu menekan protein hewani yang dibutuhkan masyarakat indonesia.Proses manajemen ini di harapkan peternak mampu menjalankan usaha budidaya domba dan perawatan ternak domba yang baik sehingga ternak merasa aman, nyaman, dan menghasilkan produksi yang optimal.

1.2 TujuanTujuan dari praktikum ini untuk mengetahui teknik yang benar dalam perawatan kesehatan ternak dan pemeliharaan ternak domba baik penggemukan maupun pembibitan. Sehingga peternak mampu memenuhi kebutuhan protein hewan yang berkualitas baik dan haigienis bagi masyarakat luas.

2. METODE2.1 Waktu Dan Tempat PelaksanaanWaktu pelaksanaan praktikum yang dilakukan, yaitu: praktikum pertama pada hari kamis, 9 mei 2013 pukul 07.00 dengan materi praktikum penentuan umur ternak domba. Praktikum kedua pada hari kamis, 16 april 2013 pukul 07.00 dengan materi praktikum pemotongan kuku ternak domba. Praktikum ketiga pada hari kamis, 23 mei 2013 pukul 07.00 dengan materi praktikum pemberian nomor ternak domba dan praktikum keempat pada hari kamis, 30 mei 2013 pukul 07.00 dengan materi praktikum pemotongan ekor dan kastrasi ternak domba. Pratikum tersebut dilakukan di kandang domba kampus Gunung Gede Diploma Institut Pertanian Bogor.

2.2 Alat dan BahanPada pelaksanaan praktikum ternak domba alat yang digunakan: untuk menentukan umur : Tambang, Kertas, Domba . untuk memotong kuku : Gunting, Ember, Air, kain. Untuk memotong ekor : papan, tempat memotong ekor, . untuk kastrasi : -.

2.3 Metode PelaksanaanMetode pelaksanaan yang dilakukan dalam praktikum: pertama mahasiswa/i diberikan pengarahan materi sebelum langsung terjun ke lapangan untuk melakukan praktikum

3. PEMBAHASAN3.1.1 Pendugaan Umur Ternak DombaPendugaan umur ternak menjadi sangat penting untuk diketahui oleh peternak . Keterampilan tersebut diharapkan mampu memberi pembelajaran bagi masyarakat sehingga tidak terjadi kecurangan-kecurangan yang merugikan sebelah pihak. Adapun cara yang dilakukan dalam pendugaan umur ternak. Pertama, wawancara dengan pemilik ternak. Cara tersebut relatif cepat, tetapi umumnya tidak dapat dijawab, karena ternak domba tidak dipelihara sejak lahir. Kedua, melakukan pencatatan (recording). Pada pola pemeliharaan tradisional cara ini sulit diperoleh, karena pemeliharaan tidak menutup kemungkinan menemui kegagalan, sehingga tidak lengkapnya pencatatan yang dimiliki peternak. Ketiga, mengamati munculnya cincin tanduk (pada ternak betina yang sudah beranak). Keenam, mengamati pertumbuhan gigi. Keterampilan tersebut berlaku juga ketika akan menentukan pola peternakan yang dilakukan, Apakah untuk breeding (pembibitan) atau fattening (penggemukan). Factor umur pada domba sangat penting diketahui karena berkaitan dengan program pemeliharaan domba, seperti pemilihan calon induk atau pemilihan bakalan domba yang akan digemukkan. Namun dari semua cara di atas, yang sangat mudah untuk menetukan umur ternak domba, yaitu mengamati pertumbuhan gigi. Domba, memiliki gigi depan pada rahang bawah. Mereka juga memiliki geraham untuk grinding makanan mereka. Menurut penelitian, Domba memiliki 32 gigi permanen, 8 gigi seri (tidak ada gigi seri atas), 12 geraham pada rahang atas dan 12 gigi molar pada rahang bawah. Pada hewan tahun pertama, semua gigi seri kecil dan berwarna bening. Mereka secara bertahap akan digantikan oleh yang lebih besar, gigi permanen, dan proses ini yang dapat menentukan usia dari domba tersebut. Gigi ternak mengalami erupsi dan keterasahan secara kontinyu. Pola erupsi gigi pada ternak memiliki karakteristik tertentu sehingga dapat digunakan untuk menduga umur ternak. Gerakan mengunyah makanan yang dilakukan ternak mengakibatkan terasahnya gigi (Heath dan Olusanya, 1988). Berdasarkan tahap pemunculannya, gigi seri ternak ruminansia dapat dikelompokkan menjadi gigi seri susu (deciduo incosors = DI) dan gigi seri permanen (incisors = I). Gigi seri susu muncul lebih awal daripada gigi seri permanen dan digantikan oleh gigi seri permanen. Permuculan gigi seri susu, pergantian gigi seri susu menjadi gigi seri permanen, dan keterasahan gigi seri permanen terjadi pada umur 1- >4 sehingga dapat digunakan sebagai pedoman penentuan umur ternak ruminansia.

Rumus gigi seri ternak dombaM3P3CI4I4CP3M3

M3P3CI4I4CP3M3

3.1.2 Pemotongan KukuPemotongan kuku ternak domba, dijumpai pada ternak domba yang dipelihara secara intensif, karena kuku tersebut sudah terlipat akibat tidak bergesekan dengan bebatuan atau tanah keras. Namun, untuk pemeliharaan secara ektensif, kuku mengalami aus/ terkikis karena bergesekan dengan benda keras. Ternak domba yang dilakukan secara intensif tersebut akan memanjang dan dapat berakibat kurang baik bagi kesehatan ternak, seperti Mengganggu saat domba berjalan, Untuk pejantan, kuku yang panjang akan membuat tubuh betina sakit. Kuku yang patah dapat mengakibatkan luka dan mudah terinfeksi karena selalu menginjak kotoran Di bagian bawah kuku terdapat rongga yang biasanya dipenuhi kotoran sehingga memungkinkan pertumbuhan penyakit, akibat kuku menajdi busuk (bau).

Oleh sebab itu, sebaiknya kuku domba dipotong secara teratur, setiap 3-6 bulan sekali. Dalam memotong kuku, bagian kuku yang dipotong adalah bagian yang tidak ada syaraf dan pembuluh darahnya. Bila terkena bagian yang bersyaraf, domba akan merasa sakit dan mengalami pendarahan. Apabila ditemukan kuku yang busuk, sesegera mungkin dilakukan pengobatan. Caranya, kuku yang busuk dipotong dan dibersihkan, kemudian diolesi yodium untuk luka baru dan obat salep untuk luka yang busuk.

Metode pemotonngan kuku secara benar:Pertama ternak domba di baringkan, bersihkan bagian kuku dengan air. Potong kuku depan kiri dan kanan secara bergantian: angkat kaki domba dengan melipati sendi lutut, kemudian potong kuku dengan gunting, rennet, atau pisau tajam. Kemudian potong kuku belakang kiri dan kanan dengan memotong bagian yang kotor, kemudian kuku di potong secara bergantian.

Gambar. pemotongan kuku ternak domba.

3.1.3 Pemberian NomorPemberian nomor pada ternak berguna untuk mempermudah peternak dalam mengamati dan mencatat ternaknya.

Beberapa cara yang digunakan untuk menandai ternak domba, yaitu: Tattoing (menandai dengan tato).Cara ini, merupakan metode penandaan yang mudah sehingga sering digunakan. Namun penandaan atau tato yang dilakukan pada telinga ini sangat sukar dilihat. Alat yang digunakan untuk tattoing yaitu berupa tang dengan ujung diberi penanda yang terbuat dari paku-paku kecil. Jika ingin menato domba, terlebih dahulu domba didudukkan atau dipegang pada posisi berdiri. Berilah tinta pada penanda yang terbuat dari paku yang membentuk angka, lalu jepitkan pada telinga bagian dalam atau jepitkan dulu, lalu oleskan tinta pada bekas tusukan. Metal tag (menandai dengan logam)Metode ini banyak digunakan oleh peternka, terutama peternak yang sudah maju. Penandaan di telinga denga metode ini lebih mudah terlihat. Penggunaan metode ini membutuhkan biaya yang relatif mahal. Ear notches (sobekan telinga)Penandaan dengan cara memberikan sobekan pada telinga domba tidak umum digunakan. Walaupun biayanya murah, tetapi ternak tampak jelek sehingga penilaian untuk penampilan menjadi rendah. Sobekan dilakukan pada telinga dengan menggunakan gunting atau tang penyobek. Necklace/neck tag (menandai dengan kalung)Penandaan ternak domba dengan kalung relatif umum digunakan. Kalung dengan penanda terbuat dari aluminium yang ditempatkan pada leher ternak akan mudah dilihat. Tanda dapat berupa huruf atau angka. Kelemahan yang umum pada cara ini adalah bila ternak domba gemar menggosok-gosokkan tubuhnya ke benda lain.Penomoran ternak yang dilakukan di kampus gunung gede diploma IPB, yaitu dengan cara Necklace/neck tag (menandai dengan kalung) dengan menggunakan selang. Karena dengan menggunakan cara tersebut lebih mudah dan tidak membuat ternak kesakitan. Sehingga biaya dalam penomoran akan lebih rendah.

3.1.4 Pemotongan Ekor dan Kastrasi3.1.4.1 Pemotongan EkorPemotongan ekor bertujuan untuk menjaga ternak dari penyakit yang akan menyebabkan sarang penyakit yang berada di bawah ekor. Dengan demikian para peternak mempunyai suatu cara untuk mengatasi ini yaitu dengan pemotongan ekor. Pemotongan ekor ini dilakukan pada bagian ruas ekor ke 3 atau 4.Metode pemotongan ekor yang dilakukan di kandang domba kampus gunung gede diploma IPB yaitu pertama domba di tidurkan di atas tempat yang telah di sediakan, kemudian sediakan papan yang telah diberi lobang untuk masuknya ekor. Panaskan alat pemotong, kemudian raba-raba bagian ruas ekor ke 3 atau 4. Jika telah memastikan ruas ekor, masuk kedalam lobang papan dan alat yang digunakan panas, lalu potonglah ekor pada bagian tersebut hingga putus kemudian beri yodium pada luka.

3.1.4.2 Pengertian kastrasiBanyak orang yang sama sekali tidak mengetahui apa yang dimaksud dengan kastrasi. Kastrasi atau lebih populer dan dikenal dengan istilah pengebirian adalah salah satu aspek penting dalam tatalaksana pemeliharaan dan perawatan ternak potong. Kastrasi adalah suatu tindakan yang sengaja dilakukan untuk menghilangkan fungsi dari alat reproduksi dengan jalan mematikan sel kelamin jantan dan betina sehingga ternak bersangkutan tidak mampu menghasilkan keturunan. Kastrasi dapat dilakukan dengan jalan mengikat, mengoperasi ataupun memasukan bahan kimia ke dalam organ tubuh tertentu. Kastrasi hanya dilakukan pada ternak yang ada di luar negri.Berdasarkan cara melakukan kastrasi secara umum dikenal dua bentuk kastrasi yaitu kastrasi terbuka atau tanpa melakukan pembedahan, biasanya dengan menggunakan karet elastrator atau tang burdizo, dan kastrasi tertutup yaitu melalui operasi atau pembedahan. Kastrasi tertutup biasanya dilakukan terhadap ternak yang memiliki alat kelamin menggantung dan menjauh dari tubuh misalnya seperti pada ternak kambing dan sapi. Sedangkan kastrasi terbuka umum dilakukan pada ternak yang alat kelaminnya menempel atau dekat dengan tubuhnya contohnya pada ternak babi.Tujuan kastrasiAda banyak tujuan dari perlakuan kastrasi terhadap ternak peliharaan, tetapi secara umum tujuan kastrasi adalah sebagai berikut:1. Mempersiapkan ternak potong dengan mutu daging yang lebih bagus2. Meredam atau mengurangi tingkat agresifitas ternak jantan3. Mencegah terjadinya perkawinan ternak yang tidak diinginkan atau ternak yang tidak lolos seleksi sesuai standar produksi yang ditargetkan4. Menerapkan strategi tatalaksana pemeliharaan ternak yang mendukung usaha

Manfaat kastrasiSedangkan manfaat dari pelaksanaan kastrasi terhadap ternak antara lain: Mengurangi biaya produksi atau pemborosan biaya yang tidak diinginkan Mendapatkan ternak yang bertempramen lebih jinak sehingga memudahkan dalam menghandel ternak tersebut Ternak yang jinak lebih cenderung sedikit aktivitas geraknya sehingga energinya bisa dihemat untuk pembentukan daging.Kastrasi terbuka atau melalui pembedahanTernak yang akan dikastrasi adalah ternak yang tidak akan dijadikan bibit, oleh karena itu waktu terbaik melakukan kastrasi yaitu setelah program seleksi selesai dilaksanakan sehingga ternak yang tidak mencapai standar seleksi dikastrasi untuk menghasilkan daging. Umumnya umur ternak yang akan dikastrasi haruslah yang berumur muda karena mengkastrasi ternak tua membawa resiko yang lebih berat dan akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan ternak selanjutnya yang dipersiapkan sebagai ternak potong. Pada ternak babi umur kastrasi berkisar antara 4 5 minggu (ternak masih menyusu) dan pada ternak sapi sebaiknya di bawah umur 3 bulan, karena pada ternak sapi yang berumur 3 bulan kastrasi harus melalui proses anastesi.Secara sederhana kastrasi terbuka atau yang melalui proses operasi sebagai berikut:1. Bersihkan daerah yang akan dioperasi dengan desinfektan. Kemudian bagian yang akan dibedah dioles dengan yodium tincture2. Operasi bisa dilakukan dengan peralatan untuk memotong dan harus tajam (pisau, silet atau alat pemotong lainnya) dan harus dalam keadaan steril untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan misalnya terjadinya infeksi terhadap luka yang dihasilkan.3. Buatlah sayatan pada kulit scrotum dan kantong testes untuk memudahkan proses pengeluaran testes dari kantongnya4. Tekan dengan hati-hati dan keluarkan testes dari kantongnya. Kelenjar yang menggantung testes harus diikat terlebih dahulu untuk mencegah pendarahan yang berlebihan. (gambar)5. Kelenjar penggantung testes dipotong tepat di bawah bagian yang diikat. (gambar)6. Melalui bukaan pada kulit scrotum yang sudah ada, buatlah sayatan pada kantong testes untuk mengeluarkan testes ke dua. (gambar)7. Testes kedua dikeluarkan melalui sayatan pada kulit scrotum, dan proses pengambilannya sama dengan apa yang sudah dilakukan ada testes pertama. (gambar)8. Pengambilan testes kedua selesai dilakukan, kulit scrotum kembali dijahit, diobati dengan ampivet powder untuk mepercepat pengeringan luka, penyembuhan dan pencegahan infeksi. (gambar)

Dalam kondisi atau suasana di daerah pedesaan, pelaksanaan kastrasi terkadang tidak mengikuti prosedur atau sejalan dengan standar operasional kesehatan yang diinginkan.Jadi dengan adanya pengetahuan ini masyarakat utamanya para peternak domba harus mengikuti prosedur atau sejalan dengan standar operasional kesehatan ternak.

4. KESIMPULANBudidaya domba mampu berkembang pesat saat ini karena banyak dibutuhkan oleh masyarakat di Indonesia. diharapkan peternak mampu menghasilkan kambing/domba berproduktifitas tinggi yang mampu memenuhi kebutuhan tersebut. Ada pun hal-hal yang mempengaruhi hasil produk ternak domba yaitu proses perawatan ternak yang meliputi cara memandikan, mencukur wool, dan pemeriksaan kesehatan ternak domba. Apabila proses perwatan ternak dilakukan secara benar, maka hasil dari produk ternak akan lebih sehat berkualita maksimal dan dari segi ekonomi pendapatan peternak akan meningkat.

5. DAFTAR PUSTAKAF.,Chris Dian. 2013. Cara Sukses Memulai dan Menjalankan Usaha Ternak Domba. Jogjakarta: Trans Idea Publishing.Kosasih, zaenal, dkk. 2003, teknik pemberian obat cacing kalbazen pada ternak domba di desa pasiripis kabupaten majalengka. Bogor: balai penelitian peternakan. Hal 15-17.Prihatman, Kemal. 2000. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan. Jakarta: Bappenas.Purnomoadi, agung. 2003. Petunjuk Praktikum Ilmu Ternak Potong dan Kerja. Semarang: FAPET Universitas Diponegoro.

LAMPIRAN

Lampiran 1.Gambar

Pembuatan nomor ternak

Lampiran 2.Gambar

10