Praktikum BULU domba

6
Latar Belakang Hasil-ikutan (by-products) ternak merupakan salah satu potensi dari subsector petemakan yang sampai saat ini masih belum banyak dimanfaatkan. Produk hasil ikutan dapat dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari baik dengan proses atau tanpa proses pengolahan. Salah satu hasil ikutan ternak domba yang dapat dimanfaatkan adalah adalah bulu. Menurut Kammlade dan Kammlade (1955), menyatakan bahwa secara alami bulu domba berfungsi sebagai termoregulator yang baik yaitu dapat mempertahankan tubuh dari pengaruh udara panas atau dingin. Bulu domba dapat dimanfaatkan dengan beberapa tahap pengolahan, seperti pencukuran, penyotiran, pencucian, pengeringan, pemisahan bulu, penyisiran, pemintalan, pemutihan dan pewarnaan. Hasil dari pemintalan, bulu domba akan menjadi benang yang dapat dijadikan sejumlah produk yang bernilai jual tinggi. Produk yang dihasilkan dari bulu domba sering diolah menjadi kain tenun dan produk lainnya. Proses pembuatan kain tenun dengan menggunakan bahan bulu atau wol domba memiliki kelebihan diantaranya berat, hangat, dan halus. DOMBA GARUT Domba garut merupakan salah satu ternak penghasil wol (Gayatri dan Handayani 2007). Warna wol domba garut dominan hitam pada bagian muka (Kementan 2011). Domba garut memiliki wol yang kasar dan halus. Wol kasar kemungkinan merupakan sifat yang diturunkan dari domba Kaapstad sedangkan wol halus merupakan sifat yang diturunkan dari domba Merino. Domba garut umumnya mempunyai produksi wol yang rendah karena pertumbuhan wolnya lambat. Bulu domba garut ini berupa wol kasar sehingga bisa dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan. Selain itu wol domba garut kualitasnya rendah karena pertumbuhan wol kasarnya lebih dominan dibandingkan dengan wol halusnya (Syamyono et al. 2003). Penelitian Yamin dan Mulatsih (2012) menyatakan bahwa domba persilangan merino memiliki rataan diameter wol antara 22-23 mikron. DOMBA BATUR Gayatri dan Handayani (2007) menyatakan bahwa domba batur adalah salah satu ternak penghasil daging dan wol yang sangat potensial untuk dikembangkan. Domba batur mempunyai wol yang keriting halus berbentuk spiral berwarna putih yang menyelimuti tubuhnya kecuali keempat bagian kaki dan muka (Abid 2010). Penelitian Yamin dan Mulatsih (2012) menyatakan bahwa domba batur memiliki ukuran diameter serat tersebut

description

Bulu domba batur dan garut

Transcript of Praktikum BULU domba

Latar Belakang

Hasil-ikutan (by-products) ternak merupakan salah satu potensi dari subsector petemakan yang sampai saat ini masih belum banyak dimanfaatkan. Produk hasil ikutan dapat dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari baik dengan proses atau tanpa proses pengolahan. Salah satu hasil ikutan ternak domba yang dapat dimanfaatkan adalah adalah bulu. Menurut Kammlade dan Kammlade (1955), menyatakan bahwa secara alami bulu domba berfungsi sebagai termoregulator yang baik yaitu dapat mempertahankan tubuh dari pengaruh udara panas atau dingin.

Bulu domba dapat dimanfaatkan dengan beberapa tahap pengolahan, seperti pencukuran, penyotiran, pencucian, pengeringan, pemisahan bulu, penyisiran, pemintalan, pemutihan dan pewarnaan. Hasil dari pemintalan, bulu domba akan menjadi benang yang dapat dijadikan sejumlah produk yang bernilai jual tinggi. Produk yang dihasilkan dari bulu domba sering diolah menjadi kain tenun dan produk lainnya. Proses pembuatan kain tenun dengan menggunakan bahan bulu atau wol domba memiliki kelebihan diantaranya berat, hangat, dan halus.

DOMBA GARUT

Domba garut merupakan salah satu ternak penghasil wol (Gayatri dan Handayani 2007). Warna wol domba garut dominan hitam pada bagian muka (Kementan 2011). Domba garut memiliki wol yang kasar dan halus. Wol kasar kemungkinan merupakan sifat yang diturunkan dari domba Kaapstad sedangkan wol halus merupakan sifat yang diturunkan dari domba Merino. Domba garut umumnya mempunyai produksi wol yang rendah karena pertumbuhan wolnya lambat. Bulu domba garut ini berupa wol kasar sehingga bisa dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan. Selain itu wol domba garut kualitasnya rendah karena pertumbuhan wol kasarnya lebih dominan dibandingkan dengan wol halusnya (Syamyono et al. 2003). Penelitian Yamin dan Mulatsih (2012) menyatakan bahwa domba persilangan merino memiliki rataan diameter wol antara 22-23 mikron.

DOMBA BATUR

Gayatri dan Handayani (2007) menyatakan bahwa domba batur adalah salah satu ternak penghasil daging dan wol yang sangat potensial untuk dikembangkan. Domba batur mempunyai wol yang keriting halus berbentuk spiral berwarna putih yang menyelimuti tubuhnya kecuali keempat bagian kaki dan muka (Abid 2010). Penelitian Yamin dan Mulatsih (2012) menyatakan bahwa domba batur memiliki ukuran diameter serat tersebut masuk ke dalam klasifikasi jenis wol yang bisa dimanfaatkan untuk industri karpet wol. Domba batur memiliki serat wol yang lebih panjang karena memiliki garis keturunan domba merino yang merupakan tipe domba yang memiliki serat wol panjang (Hudayah 2014). Rataan panjang serat wol lebih kecil karena berasal dari persilangan domba merino dan kapstaad. Domba kapstaad tergolong ke dalam jenis domba dengan tipe wol yang kualitasnya jelek. Penampakan umum wol domba batur jauh lebih bagus dibandingkan dengan wol domba garut. Wol domba batur terlihat lebih padat dan memiliki tekstur yang lebih lembut serta memiliki jumlah kerutan yang banyak. Karakteristik wol domba garut tidak padat dan bentuk seratnya terlihat seperti rambut sehingga kerutannya tidak nampak. Warna bulu dominan putih dan menutupi seluruh tubuhnya hingga bagian muka domba

Pewarnaan Wol

Benang wol hasil pintalan direndam dengan air panas selama 15 menit, perendaman diulang sebanyak 2 kali dan dibilas dengan air biasa. Kemudian dilakukan pewarnaan. Pewarnaan dilakukan di dalam panci yang diletakkan diatas kompor pada suhu 60 oC. Banyaknya larutan zat warna alam yang diperlukan tergantung dari jumlah berat bahan tekstil yang akan diproses. Perbandingan larutan zat warna alam dengan bahan tekstil (benang wol) yang digunakan adalah 1:30 (Fitrihana 2008). Penelitian terdahulu mengenai pengolahan wol domba lokal menjadi kerajinan, yaitu menggunakan metode pewarnaan sintetis (Yamin dan Rahayu 1995). Menurut Christina et al. (2007), zat warna tekstil dapat mencemari lingkungan karena bersifat non-biodegradable. Zat warna tekstil umumnya dibuat dari senyawa azo dan turunannya yang merupakan gugus benzena. Diketahui bahwa gugus benzena sangat sulit didegradasi, kalaupun dimungkinkan dibutuhkan waktu yang lama. Senyawa azo bila terlalu lama berada di lingkungan, akan menjadi sumber penyakit karena sifatnya karsinogen dan mutagenik (Christina et al. 2007).Benang Wol

Bulu domba dapat dipintal menjadi benang dan diproses lebih lanjut sampai menghasilkan produk bernilai ekonomi. Angka pintal suatu benang menunjukkan kualitas dari serat bulu. Bulu yang berkualitas baik dapat menghasilkan produk benang yang lebih panjang dalam bobot yang sama. Pada umumnya sifat benang yang sering dievaluasi untuk menentukan kualitasnya adalah pengukuran kehalusan yaitu bobot benang persatuan panjang tertentu, kekuatan benang dan kerataan benang (Moerdoko et al.,1973). Respon perlakuan bahan kimia terhadap jenis serat benang bisa berbeda. Keseragaman diameter serat sangat diinginkan oleh pengolah wool karena kualitas pintalnya akan lebih baik (Rogan, 1989). Bulu dari bangsa domba yang mempunyai serat halus akan lebih mudah dibentuk menjadi benang dibandingkan dengan bulu dari bangsa domba yang berserat bulu kasar. Semakin rendah diameter serat maka bulu akan semakin halus dan angka pintalnya akan semakin baik, sehingga benang yang dihasilkan akan semakin panjang.

PembahasanBulu domba adalah bagian penutup yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari pengaruh luar. Menurut Devendra dan Mcleroy (1982) bulu domba merupakan serat penutup tubuh yang bersifat lembut, halus, penuh kerutan dan permungkaan yang bersisik. Salah satu sifat domba adalah kemampuannya dalam mengabsorsi uap air hingga lebih 18% dari beratnya, tanpa terasa lembab dan dapat mencapai 50% dari beratnya bila telah jenuh dengan uap air. Saat ini bulu domba sudah banyak dimanfaatkan masyarakat untuk bahan kerajinan dan pembuatan pakaian. Pemanfaatan bulu domba sebagai bahan kerajinan atau pakaian memerlukan beberapa proses agar aman untuk dipergunakan serta dapat menhasailkan wol dengan kualitas yang bagus. Sifat lain dari wol sebagai bahan pakaian kemampuannya yang relative lebih tahan terhadap api jika disbanding bahan sintesis lain yang sejenis.Pengolahan bulu domba terdiri dari beberapa tahapan dimulai dari pencukuran, penyortiran, hal ini juga dikemungkakan oleh Yamin et al 1994 bahwa proses pengolahan erdiri dari beberapa tahap antara lain pencukuran bulu, penyortiran, pencucian, pemisahan bulu, penyisiran, dan pemintalan. Kotoran yang menempelpada bulu domba akan berpengaruh terhadap kebersihan, warna, dan bau yang dihasilkan leh bulu. Stelah pencukuran, untuk menghilangkan kotoran dan benda-benda yang menempel pada bulu maka dilakukanlah pencucian yang pertama dengan air kemudian deterjen dan dilanjutkan dengan desinfektan. Penggunaan desinfektan dala prses pencucian bulu domba ini berfungsi untuk membunuh bakteri ataupun makhlukhidup lain yang ada pada bulu.

Setelah proses pencucian bulu domba selanjutnya di sisir, namun sebelum disisir pastikan bulu domba sudah dalam keadaan kering setelah dilakukan pencucian. Dari proses penyisiran inilah akan terlihat bulu domba yang halus dan berserabut panjang maupun pendek. Proses selanjutnya adalah pemintalan untuk pembuatan wol. Wol terbuat dari pilinan benang, pilinan benang yang terdiri dari dua helai benang atau lebih biasanya lebih kokoh dan lebih kuat dibanding benang satuan (Budiono, et al , 2008). Selanjutnya dilakukan pewanaan atau pemutihan yang menggunakan pemutih yang bersifat oksidator maupun reduktor. Pemutihan menghasilkan senyawa berikatan tunggal yang membuat warna wol menjadi putih cerah.

Kekuatan serat bulu domba berpengaruh terhadap kulitas produk yang dihasilkan, kekuatan benang dipengaruhi ada tidaknya titik rapuh, proses pencucian, masa kebuntingan dan laktasi domba. Bulu domba yang kotor akan mempengaruhi titik rapuh bulu domba (Duljaman M et al 2006). Rata-rata panjang serat bulu domba dengan bahan serat yang ratannya lebih pendek. Faktor keturunan mempengaruhi sifat-sift serat bulu domba. Domba wool bangsa murni memiliki kelebihan dari segi kehalusan serat dan kekuatan bila dibandingkan dengan serat bulu dari domba persilangan. Pada salah satu penelitian tehadap perbandingan kekuatan benang dari bulu domba priangan dengan peranakan merino dapat disebabkan oleh faktor bahan baku, kondisi alat dan manusia. Maryani (1988) menyatakan semakin tinggi ketidak rataan dalam benang maka peluang putus akan semakin besar. Ketida rataan juga disebabkan benang yang panjang yang mudah mengakibatkan putus. Wol yang paling halus dan yang paling tebal terdapat pada bagian bahu antara puncak bahu dan dasar dada. Wol yang paling kasar terapat pada bagian belakang tubuh yaitu disekitar ekor. Wl yang paling pendek umumnya terdapat pada bagian perut. Serat bulu pada domba umumnya dibagi menjadi tiga yaitu serat wol halus, serat wol kasar, dan kamp. Serat wol tumbuh dari folikel dalam kulit, terjadi pada bagian dasar dari serat wol dan bukan tumbuh pada bagian ujungnya.

Proses perendaman dengan air dan pencucian dengan deterjen selama pengolahan sangat berpengaruh dalam meningkatkan kebersihan dan derajat putih serta mengurangi bau feses domba, sheep odor dan bau tanah pada bulu. Proses pencucian dengan desinfektan sangat berpengaruh dalam mengurangi bau deterjen yang muncul pasca pencucian dengan deterjen sedangkan proses pemutihan sangat berperan dalam mengurangi bau desinfektan pada bulu pasca pencucian dengan desinferktan.

Dari data hasil praktikum yang dilakukan oleh masing-masing kelompok pada group 2 didapat hasil rendemen masing-masing kelompok yang berbeda-beda. Pada saat awal semua kelompok diberikan bulu domba dengan jumlah yang sama yaitu 500 g namun setelah dilakukan penyortiran di dapat hasil berat bulu domba yang bersih dan berat bulu domba yang kotor. Kelompok yang bobot bulu domba bersihnya terbesar adalah kelompok 4 sebesar 415,5 g dan kelompok yang jumlah bulu ktor terbesa adalah kelompok 5 sebesar 345g. Sementara pada pengujian ketahanan bulu domba terhadap api dapat disimpulkan bahwa bulu domba tahan atau sukar untuk di bakar dengan api, seperti perbandingan lama waktu pengujian pembakaran benang sintetis dan alami pada kelompok lima, benang alami habis di bakar dengan api selama 17,32 detik sementara benang sintetis pembandingnya habis terbakar dalam kurun waktu 4,08 detik. Nilai rendemen dan kualitas wol yang dihasilkan domba batur lebih baik dibandingkan dengan jenis wol domba garut, sehingga memiliki potensi yang baik untuk diolah menjadi tenunan (Amri 2014). Rendemen adalah jumlah berat wol yang dihasilkan setelah dilakukan proses penyortiran dan pencucian yang biasanya dinyatakan sebagai presentase dari berat aslinya. Penyusutan terjadi dari berat lemak yang melekat pada wol (lanolin), pasir, kotoran, debu dan material lainnya. Wol saat ini sudah banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku garmen maupun untuk membuat karpet ataupun permadani. Wol domba garut sebaiknya dimanfaatkan untuk bahan papan partikel dan insulator, sedangkan wol domba batur berpotensi besar untuk dimanfaatkan untuk pembuatan karpet wol. Serat wol domba batur juga memiliki potensi besar untuk bisa bersaing dan menggantikan wol impor. Kerajinan ECODOE yaitu pemanfaatan limbah bulu domba dan komoditas akar wangi. Serat wol juga digunakan untuk pembuatan papan semen wol kayu dan penerapan bahan perumahan seperti bufflet, sirap, lantai, pipa dan kolom.SIMPULAN

Bulu domba merupakan salah satu hasil ikutan ternak domba yang dapat dimanfaatkan bulu yang memiliki nilai jual yang tinggi. Bulu domba dapat dimanfaatkan dengan beberapa tahap pengolahan, seperti pencukuran, penyotiran, pencucian, pengeringan, pemisahan bulu, penyisiran, pemintalan, pemutihan dan pewarnaan. Beberapa tahapan tersebut sangat menentukan kualitas benang wol yang bagus. Bulu domba yang panjang memiliki sifat fisik yang mudah putus. Bulu domba juga sukar untuk terbakar di banding dengan benan yang sintetis. Bulu domba garut ini berupa wol kasar sehingga bisa dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan. Penampakan umum wol domba batur jauh lebih bagus dibandingkan dengan wol domba garut. Wol domba batur terlihat lebih padat dan memiliki tekstur yang lebih lembut serta memiliki jumlah kerutan yang banyak.DAFTAR PUSTAKA