Wabah ulat bulu

download Wabah ulat bulu

of 18

description

informasi

Transcript of Wabah ulat bulu

  • 1ANALISIS ILMIAH WABAH ULAT BULU DI PROBOLINGGO

    Makalah

    Oleh

    Mukhamad Fathoni, S.Pd.I.

    NIP. 198002162005011003

    YAYASAN PONDOK PESANTREN NURUL HUDAMTs NURUL HUDA SUKARAJA OKU TIMUR

    Alamat:Jln. Kotabaru Sukaraja Buay Madang OKU TIMUR Sumsel 32161

    Telp/Hp. 085764669469; e-mail: [email protected]

    POND

    OKPE

    SANTREN NURUL HUDA

    BUAY MADANG OKU TIMUR S

    UM

    -SEL

  • A. Latar Belakang

    Fadil Abidin (2011) mengatakan,

    Secara umum ulat merupakan makhluk hidup yang mengalamimetamorfosis (perubahantelur, menetas menjadi larva (ulat), kepompong dan kupufase menjadi larva inilah mereka akan makan daun sebanyakbanyaknya sebelum berhenti makan ketika menjadi kepompong.

    Metomorfosis dari ulat bul

    kupu-kupu. Siklus hidup ulat bulu dapat digambarkan sebagai berikut:

    (Sumber:

    Pada fase menjadi larva inilah yang disebut sebagai ulat. Pada fase ini,

    ulat makan banyak daun sampai menjadi kepompong.

    bukanlah hal yang mengejutkan, tetapi ketika

    menjadi masalah

    yang belum mengetahui cara menanggulangi wabah ulat bulu.

    1 Fadil Abidin. 2011.http://www.analisadaily.com

    Wabah Ulat Bulu

    Fadil Abidin (2011) mengatakan,

    Secara umum ulat merupakan makhluk hidup yang mengalamimetamorfosis (perubahan bentuk dalam siklus hidupnya). Dimulai daritelur, menetas menjadi larva (ulat), kepompong dan kupufase menjadi larva inilah mereka akan makan daun sebanyakbanyaknya sebelum berhenti makan ketika menjadi kepompong.

    Metomorfosis dari ulat bulu berawal dari telur, larva, kepompong, dan

    Siklus hidup ulat bulu dapat digambarkan sebagai berikut:

    Gambar 1, Siklus Hidup Ulat Bulu(Sumber: http://iwandahnial.wordpress.com)

    fase menjadi larva inilah yang disebut sebagai ulat. Pada fase ini,

    ulat makan banyak daun sampai menjadi kepompong. Keberadaan ulat bulu

    bukanlah hal yang mengejutkan, tetapi ketika populasinya meledak tentu akan

    menjadi masalah yang meresahkan bagi masyarakat. Apalagi masyarakat

    yang belum mengetahui cara menanggulangi wabah ulat bulu.

    Fadil Abidin. 2011. Wabah Ulat Bulu dan Rusaknya Ekosistem. [http://www.analisadaily.com [2011, Desember 12]

    2

    Secara umum ulat merupakan makhluk hidup yang mengalamibentuk dalam siklus hidupnya). Dimulai dari

    telur, menetas menjadi larva (ulat), kepompong dan kupu-kupu. Padafase menjadi larva inilah mereka akan makan daun sebanyak-banyaknya sebelum berhenti makan ketika menjadi kepompong.1

    , larva, kepompong, dan

    Siklus hidup ulat bulu dapat digambarkan sebagai berikut:

    fase menjadi larva inilah yang disebut sebagai ulat. Pada fase ini,

    Keberadaan ulat bulu

    populasinya meledak tentu akan

    Apalagi masyarakat

    yang belum mengetahui cara menanggulangi wabah ulat bulu.

    . [Online] Available:

  • 3Harian Kompas (2011) menyebutkan,

    Fenomena teror ulat bulu merebak ke sejumlah daerah di Indonesia.Ternyata musibah ini juga pernah terjadi di beberapa negara maju didunia, termasuk USA. Beberapa laporan ilmiah di jurnal Internasionalmencatat wabah serupa pertama kali terjadi di New Mexico, USApada tahun 1981. Saat itu terajadi wabah serangan ulat bulu jenisHemileuca nevadensis. Wabah yang lebih hebat terjadi di daerah SanAntonio, Texas USA pada tahun 1923 karena serangan ulat bulu jenisMegalopyge opercularis yang menyebabkan gejala klinis lebih berat.Wabah saat itu bahkan memaksa pemerintah negara bagian SanAntonio, Texas untuk meliburkan sekolah dasar dan menengahselama beberapa hari. Pemerintah negara bagian Texas cepat tanggapdan segera melakukan penatalaksanaan untuk mengatasi masalah ini.Program sukses, wabah pun hilang. Ulat bulu-ulat bulu ini ternyatatidak kapok, populasi mereka meledak kembali pada tahun 1951 diGalvestone, Texas. Sekali lagi karena telah belajar dari masalahterdahulu, pemerintah sukses mengatasi wabah ini dengan baik.2

    Wabah ulat bulu ternyata pernah terjadi juga di negara lainnya seperti

    Amerika Serikat. Pemerintah Amerika Serikat mampu menyelesaikan

    permasalahan wabah ulat bulu tersebut dengan cepat karena kesigapan

    pemerintah dalam menghadapinya. Pemerintah Amerika Serikat telah belajar

    dari pengalaman menghadapi wabah ulat bulu sebelumnya. Kesigapan inilah

    yang diperlukan pemerintah Indonesia, agar masyarakat tidak menganggap

    ulat bulu sebagai teror yang menakutkan.

    Guru Besar Ilmu Hama Tanaman IPB, Aunu Rauf mengungkapkan,

    Ulat bulu yang berkembang biak di Probolinggo ini merupakan ulatbulu jenis Lymantria Marginanta. Ulat bulu ini merupakan ulat jenisbaru yang belum pernah dijumpai sebelumnya. Ciri-ciri LymantriaMarginanta, ulatnya agak besar dan bulu di kepala yang menjorok keatas sebanyak dua buah. Sedangkan ulat di Probolinggo ini bentuknyalebih kecil dan bulu di kepala hanya satu buah. Bulu dari ulat ini bisamenyebabkan gatal gatal pada kulit bagi orang yang alergi. Ulat jenisini memang ulat yang menyerang pohon mangga yang mengakibatkanmangga tidak berbuah atau masa berbuah tertunda.3

    2 Harian Kompas. 2011. Tujuh Cara Dokter Amerika Mengatasi Wabah Ulat Bulu. [Online]Available: http://kesehatan.kompasiana.com [2011, Desember 5]

    3LPPM IPB. 2011.Tergolong Ulu Bulu Jenis Baru. [Online] Available: http://lppm.ipb.ac.id[2011, Desember 5]

  • 4Tahun 2011, Indonesia dikejutkan oleh wabah ulat bulu yang melanda

    daerah Probolinggo, jenis ulat bulu tersebut termasuk jenis baru yang belum

    dijumpai. Identifikasi spesis ulat bulu penting untuk dilakukan agar

    kesalahan identifikasi dapat dihindari sebagai langkah vital sebagai dasar

    penyusunan pengambilan keputusan strategi pengendaliannya.

    Ulat bulu bukan spesis yang membahayakan manusia, tetapi ledakan

    populasi ulat bulu yang tidak terkendali menyebabkan keresahan masyarakat,

    karena memakan daun-daun pohon yang ada di sekitar rumah penduduk,

    bahkan sampai masuk ke dalam rumah-rumah penduduk. Berikut adalah

    gambar ulat bulu yang mewabah di Probolinggo.

    Gambar 2, Ulat bul yang menyerang di Probolinggo(Sumber: http://iwandahnial.wordpress.com)

    Wabah ulat bulu yang terjadi di Probolinggo dan daerah lain di

    Indonesia menimbulkan pertanyaan besar, antara lain: Apa penyebab wabah

    ulat bulu? Bagaimana dampak wabah ulat bulu? Bagaimana langkah

    menanggulangi wabah ulat bulu?

  • 5Berbagai pihak memberikan perhatian serius dengan cara melakukan

    penelitian untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, antara lain

    pemerintah, perguruan tinggi, dan lembaga-lembaga lain. Bentuk perhatian

    serius tersebut harus dilakukan karena memang berhubungan langsung

    dengan sebagian masyarakat Indonesia, khususnya petani.

    B. Pembahasan

    1. Faktor penyebab wabah ulat bulu

    Menurut Gubernur Jatim, H Soekarwo (2011),

    Adanya fenomena ulat bulu di Probolinggo itu lebih karena faktorcuaca. Artinya, curah hujan yang selama ini cukup tinggimembuat daun di sekitar pohon mangga membusuk danmenyebabkan munculnya organisme baru, seperti larva dan ulat.Sehingga, pihaknya memerintahkan penanganannya pada DinasPertanian Jatim untuk mengambil langkah pencegahan agarwabah tak terus berkembang.4

    Curah hujan yang tinggi menjadi salah satu penyebab wabah ulat

    bulu. Air hujan menyebabkan daun-daun yang tidak dibersihkan dan

    menumpuk di bawah pohon mangga menjadi membusuk. Hal ini

    menjadikan tempat di bawah pohon mangga lembab dan menyebabkan

    kemunculan larva dan ulat.

    Ketua Unit Rumah Sakit Hewan dan Pendidikan Setail, Liang

    Kaspe (2011) mengatakan,

    Wabah ulat bulu ini terjadi karena tidak adanya kesimbanganekosistem dalam rantai makanan di wilayah Probolinggo. Sepertipopulasi burung pemakan ulat dan semut keranggang yang biasamemangsa ulat bulu, kini jumlahnya banyak berkurang. Selamaini banyak burung yang ditangkap dan ditembak dan semutkeranggang yang masih berupa kroto (telur) sudah diambil wargauntuk dijual, sehingga ketidakseimbangan ekosistem dalam rantaimakanan ini membuat populasi ulat bulu terus meningkat, 5

    4 Dinas Komunikasi dan Informatika Prov. Jatim. 2011. Kementan Teliti Penyebab WabahUlat Bulu di Probolinggo. [Online] Available: http://www.jatimprov.go.id [2011, Desember 5]

    5 Ibid., http://www.jatimprov.go.id

  • 6Keadaan tempat komunitas organisme hidup lingkungan yang

    tidak seimbang memicu wabah ulat bulu. Populasi burung-burung

    pemakan ulat banyak berkurang karena perburuan liar yang semakin

    marak dan tidak terkendali. Selain itu, keberadaan semut keranggang

    yang juga memakan ulat telah banyak berkurang. Warga mengambil telur

    semut keranggang (kroto) untuk dikonsumsi atau dijual. Kegiatan

    perburuan dan pengambilan kroto ini telah memutus rantai makanan dari

    ulat bulu, sehingga menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem. Karena

    pemakan ulat bulu telah banyak berkurang, maka ulat bulu yang

    seharusnya dalam kondisi normal sebagai makanan dari burung dan

    semut keranggang menjadi meledak dan menyebabkan populasi ulat bulu

    tidak terkendali.

    Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang)

    Pertanian Kementerian Pertanian, Haryono (2011) menyatakan,

    Penyebab meningkatnya populasi ulat bulu di sejumlah daerah diTanah Air sudah bisa disimpulkan. Dinamika peningkatanpopulasi ulat bulu penyebabnya kurang lebih sudah convergent(memusat) pada perubahan ekosistem, baik yang hayati (biotik)maupun nonhayati (abiotik).Fenomena meningkatnya populasi ulat bulu, faktor hayatinyadisebabkan berkurangnya pemangsa alaminya, seperti burung,kelelawar, dan semut rangrang, dan musuh alaminya, misalnyaparasitoid.Berkurangnya pemangsa alami dan peningkatan ulat bulu jugadipengaruhi unsur nonhayati. Perubahan iklim global menjadifaktor utama. Akibat adanya perubahan iklim, terjadi perubahansuhu dan kelembaban udara. Semua makhluk hidup punyakemampuan adaptasi terhadap perubahan alam yang terjadi. 6

    Penyebab wabah ulat bulu berpusat pada perubahan ekosistem.

    Pemangsa alami ulat bulu berkurang dan perubahan iklim. Pemangsa

    alami berkurang sehingga menyebabkan rantai makanan rusak atau putus

    sama sekali sehingga populasi ulat bulu tidak ada yang

    mengendalikannya. Seharusnya pemangsa alami ulat bulu menjadi

    6 Haryono. 2011. Penyebab Ulat Bulu Sudah Terdeteksi. [Online] Available:http://www.kompas.com [2011, Desember 5]

  • 7pengendali populasi ulat bulu. Perubahan iklim yang menyebabkan

    perubahan suhu dan kelembaban udara juga turut andil meningkatkan

    populasi ulat bulu.

    Hal yang senada disampaikan oleh Peneliti Serangga Bidang

    Parasit LIPI, Rosichon Ubaidillah (2011) mengatakan,

    Dalam teori entomologi (ilmu yang mempelajari serangga),dinamika populasi dipengaruhi beberapa faktor yaitu abiotik danbiotikFaktor biotik adalah adanya musuh alam dari ulat bulu danngengat, yakni berupa predator, parasit dan patogen atau agenbiologis yang menyebabkan penyakit pada inangnya. Sedangkanfaktor abiotik adalah musuh yang bukan berasal dari alam.7

    Perubahan ekosistem hayati dan nonhayati menjadi penyebab

    wabah ulat bulu. Populasi pemangsa alami ulat bulu yang berkurang

    menyebabkan ulat bulu tidak ada yang memakannya. Selain itu

    perubahan iklim global juga ikut berperan dalam menyebabkan wabah

    ulat bulu. Walaupun semua makhluk hidup mempunyai kemampuan

    untuk beradaptasi dengan perubahan suhu dan kelembaban udara, tetapi

    perubahan yang ekstrim menyebabkan beberapa makhluk hidup tidak

    mampu beradaptasi. Pemakan alami ulat bulu mencari tempat yang jauh,

    sementara ulat bulu mencari tempat baru yang dekat dengan pemukiman

    penduduk.

    Kesimpulan sementara tim peneliti Kementerian Pertanian, ulat

    itu bermigrasi dari hutan sekitar Gunung Bromo. Migrasi terjadi karena

    ketidakseimbangan ekosistem akibat letusan Bromo sejak akhir tahun

    lalu yang sampai hari ini belum reda.8

    Suputa, dosen jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas

    Pertanian UGM, memaparkan dugaan awal penyebab terjadinya serangan

    dikarenakan silica yang dihasilkan aktivitas gunung api, vegetasi hutan

    7 Detiknews. 2011. Peneliti LIPI Indikasikan Siklus Ulat Bulu Lebih Cepat. [Online]Available: http://www.detiknews.com [2011, Desember 10]

    8 Kementerian Pertanian RI. 2011. Wabah Ulat Bulu Bakal Meluas. [Online] Available:http://iwandahnial.wordpress.com [2011, Desember 5]

  • 8yang semakin langka, berkurangnya jumlah burung pemakan serangga,

    dan resistensi serta resurgensi hama terhadap zat kimia.9

    Letusan Gunung Bromo menyebabkan ekosistem yang ada di

    sekitarnya rusak berat. Pohon-pohon besar yang tumbuh di lereng Bromo

    sebagai tempat berkembang biak ulat bulu dan para pemangsa alaminya

    menjadi rusak. Akibatnya ulat bulu mencari tempat yang cocok untuk

    berkembang biak, termasuk pohon-pohon di pemukiman penduduk.

    Sementara itu, para pemangsa alami ulat mencari tempat berkembang

    biak yang jauh dari pemukiman manusia. Selain itu, pemakaian zat kimia

    untuk membasmi ulat bulu menyebabkan ulat bulu menjadi kebal

    terhadap zat kimia tersebut.

    Ledakan jumlah organisme (ulat bulu) dapat dipicu oleh dua

    faktor, yakni keterkaitan ketersediaan nutrisi (food quality) bagi hama

    dan faktor lingkungan seperti faktor predator, parasit, dan suhu

    lingkungan. 10

    Ekosistem yang rusak menyebabkan ketersediaan makanan bagi

    ulat bulu hilang, sehingga ulat bulu mencari tempat-tempat yang

    menyediakan pasokan makanan yang lebih banyak. Kerusakan ekosistem

    bisa karena bencana alam seperti banjir, letusan gunung berapi, tanah

    longsor, dan sebagainya. Hal yang lebih menyedihkan adalah kerusakan

    ekosistem karena ulah manusia sendiri, yaitu dengan kegiatan perusakan

    hutan sebagai tempat berkembang biak ulat bulu dan predatornya.

    Kegiatan penebangan kayu dan pembukaan lahan baru yang tidak

    memperhatikan keseimbangan alam merupakan hal terparah yang tanpa

    disadari telah membuat ekosistem tempat berkembang biak ulat bulu dan

    predatornya rusak.

    Kepala KP4 UGM, Agus Cahyono (2011) menyampaikan,

    Faktor meningkatnya populasi ulat bulu disebabkan adanya perubahan

    iklim, rantai makanan yang rusak dengan banyak predator yang hilang

    9Balairungpress. 2011. Bukan Wabah Ulat Bulu. Available: http://www.balairungpress.com[2011, Desember 5]

    10 Ibid., http://www.balairungpress.com

  • 9seperti burung dan semut ngangrang akibat perburuan dan

    diperjualbelikan.11

    Perubahan iklim dan kerusakan rantai makanan merupakan

    masalah yang banyak disebutkan sebagai faktor penyebab wabah ulat

    bulu. Selain perubahan iklim, penggunaan pestisida berlebihan dalam

    membasmi hama juga menyebabkan musuh alami ulat bulu seperti

    serangga kecil tidak mampu bertahan hidup, sehingga tidak ada yang

    mengontrol populasi ulat bulu, akibatnya jumlah ulat bulu semakin

    banyak dan berkembang biak dengan tidak terkendali. Seharusnya,

    musuh alami ulat bulu memberikan parasit pada telur ulat yang

    menyebabkan dari ribuan telur ulat hanya beberapa telur saja yang

    berhasil jadi ulat. Karena musuh alami ulat menghilang maka jumlah

    telur yang menetas semakin banyak.

    Pohon-pohon di sekitar pemukiman penduduk sebagai tempat

    hinggap burung-burung tidak ada atau semakin sedikit, sehingga burung-

    burung terbang mencari tempat lain yang banyak pohonnya. Selain itu

    burung-burung banyak musnah karena diburu manusia untuk

    diperjualbelikan. Lahan-lahan kosong yang merupakan tempat pohon-

    pohon tumbuh sekarang pohon tersebut ditebang, diganti gedung-gedung

    dan pagar beton. Padahal pohon-pohon tersebut menjadi tempat tinggal

    beberapa hewan, akibatnya sedikit demi sedikit burung dan binatang lain

    terusir dan tidak memiliki tempat tinggal lagi.

    Hari Sutrisno (2011), Peneliti LIPI, menyatakan,

    Makin mengganasnya ulat bulu berawal di Probolinggo, Jatim,hampir sebulan terakhir, ini disebabkan oleh banyak faktor,misalnya dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti kelembaban,juga faktor biologi. Tapi yang paling utama adalah anomali iklimyang ada.Banyak rusaknya habitat beberapa predator, seperti keberadaankelelawar, salah satu predator yang biasa memakan ulat-ulat ituyang sudah menurun drastis. Ini salah satu faktor pendorongtumbuhnya ulat bulu. Sekarang ini bahkan kita sulit menemukan

    11 KP4 UGM. 2011. Kecuali Probolinggo, Serangan Ulat Bulu di Tujuh Daerah dalamBatas Ambang Normal. [Online] Available: http://www.ugm.ac.id [2011, Desember 6]

  • 10

    semut merah, kalau pun ada itu sudah dicari manusia untukmakanan burung,12

    Manusia harus bijaksana memulai menjaga alam sekitar dari

    menjaga alam tempat tinggalnya agar ekosistem tetap terjaga, mulai saja

    dari halaman rumah masing-masing. Banyak menanam pohon langsung

    di tanah agar hasilnya bisa optimal, bukan hanya sekadar penghijauan

    tetapi juga sebagai resapan air dan tempat hidup hewan-hewan yang

    berguna bagi manusia, seperti burung, kelelawar, semut dan predator-

    predator ulat bulu lainnya.

    Chairman ProFauna Indonesia, Rosek Nursahid, menyatakan,

    Populasi predator pemakan ulat seperti Burung Prenjak, Jalak dan

    Cinenen berkurang cukup signifikan hingga mencapai 80 persen dari

    populasi sebelumnya.13

    Keberadaan predator pemakan ulat bulu sangat penting untuk

    menjaga kestabilan populasi ulat bulu. Sekarang ini sudah 80 persen

    populasi predator tersebut berkurang. Hal ini disebabkan oleh ulah

    manusia yang terus memburunya demi kepentingan ekomoni semata

    tanpa memperhatikan akibat yang ditimbulkannya yang merusak

    keseimbangan alam.

    Jadi jelaslah bahwa faktor penyebab wabah ulat bulu adalah

    kerusakan ekosistem tempat berkembang biak ulat bulu dan para

    pemangsa alaminya. Kerusakan ekosistem tersebut disebabkan oleh

    bencana alam dan perbuatan manusia sendiri.

    2. Dampak wabah ulat bulu

    Hari Sutrisno (2011), Peneliti LIPI, menyatakan,

    Memang ulat bulu ini tidak mematikan, meski berdampaklangsung ke kulit yakni menjadikan gatal. Jenis-jeis ulat inimemiliki ujung bulu sangat tajam, sehingga akan sangat peka

    12 Suara Merdeka. 2011. Wabah Ulat: Teroris Bersenjat Bulu. [Online] Available:http://suaramerdeka.com [2011, Desember 8]

    13 Antaranews. 2011. Wabah Ulat Bulu Akibat Populasi Predator Berkurang. [Online]Available: http://www.antaranews.com [2011, Desember 9]

  • 11

    menyentuh kulit manusia yang halus. Ansisipasinya bisa dioleskapur sirih atau larutan alkalin.14

    Ulat bulu yang berkembang pesat berubah menjadi wabah. Ulat

    bulu tidak berbahaya bagi manusia, kemungkinan besar bila mengenai

    kulit yang peka akan menyebabkan gatal. Tidak semua kulit manusia

    tahan terhadap ulat bulu, kulit yang tahan tidak akan menjadi masalah,

    tetapi bagi kulit-kulit yang peka terhadap ulat bulu, maka itulah yang

    akan menjadi dampak timbul gatal-gatal atau alergi pada kulit. Walaupun

    ulat bulu hanya menyebabkan gatal-gatal, tetapi jika ulat bulu jumlahnya

    ribuan berada di sekitar rumah warga, masuk ke rumah, berada di

    dinding, jendela, pintu, lantai sampai ke atap rumah, tentunya hal ini

    akan menimbulkan keresahan bagi warga.

    Kemenristek (2011) menyatakan:

    Racun pada ulat bulu yang paling menakutkan ditemukan padagenus Lonomia yang hidup di Amerika Selatan. Ini merupakanantikoagulan yang sangat kuat sehingga menyebabkanpendarahan pada manusia, bahkan hingga meninggal. Bahankimia itu kini sedang diselidiki oleh ahli medis. Meskipun begitu,sebagian besar bulu itu hanya menyebabkan iritasi ringan ataupenyakit kulit.15

    Ulat bulu yang mewabah di Probolinggo adalah jenis ulat

    Lymantria Marginanta yang hanya menyebabkan gatal-gatal apabila

    tesentuh kulit.16 Berbeda dengan ulat bulu jenis Lonomia yang ditemukan

    di Amerika Selatan. Jenis ulat Lonomia ini bisa menyebabkan

    pendarahan dan bahkan sangat fatal sampai meninggal dunia. Lembaga

    berwenang harus memberikan informasi yang benar kepada masyarakat

    tentang ulat bulu tersebut agar tidak meresahkan.

    Fadil Abidin (2011) mengatakan,

    Ulat bulu yang berkembang pesat berubah menjadi wabah. Ulatbulu memang tidak membahayakan manusia, kemungkinan besar

    14 Suara Merdeka. Op.cit., http://suaramerdeka.com15 Kemenristek RI. 2011. Bahasa Wabah Ulat Bulu. [Online] Available:

    http://www.ristek.go.id [2011, Desember 8]16 LPPM IPB. op.cit., http://lppm.ipb.ac.id

  • 12

    jika terkena kulit hanya menyebabkan gatal atau alergi. Tapi jikaulat bulu dalam jumlah banyak menyerang rumah-rumah warga,menempel di dinding, lantai hingga plafon rumah, tentumeresahkan juga. Di beberapa daerah ulat bulu menyerang pohonmangga dan jambu sehingga daun-daunnya habis. Petani manggadan jambu pun mengalami gagal panen.17

    Ulat bulu selain menyebabkan gatal atau alergi pada jenis kulit

    tertentu, juga meresahkan masyarakat. Betapa tidak, lingkungan rumah

    yang biasanya bersih dan rindang menjadi penuh sesak oleh ulat bulu,

    apalagi bila ulat bulu tersebut sampai masuk ke dalam rumah. Belum lagi

    dampak bagi para petani mangga dan jamu yang gagal panen karena

    daun-daun pohonnya habis dimakan ulat bulu. Hal ini tentu akan

    berdampak pada penghasilan masyarakat menjadi menurun atau gagal

    sama sekali.

    Berdasarkan uraian tersebut, walaupun ulat bulu tidak

    membahayakan manusia, tetapi tetap harus ditanggulangi karena

    menyebabkan gatal atau penyakit kulit, keresahan warga, dan gagal

    panen.

    3. Langkah-langkah mengatasi wabah ulat bulu

    Wabah ulat bulu memang tidak berbahaya tetapi tetap harus dicari

    cara penanggulangannya agar tidak menjadi semaki parah. Suara

    Pembaharuan (2011) memberitakan bahwa serangan ulat bulu memberi

    kesan bahwa ketidakseimbangan ekosistem sedang berlangsung, dan akan

    menjadi semakin parah apabila tidak ada upaya konkret yang dilakukan

    untuk memperbaiki hubungan antara manusia dan lingkungannya. Ada tiga

    upaya yang harus dilakukan agar keseimbangan ekosistem tetap terjaga,

    yaitu:

    a. Pemerintah harus menindak tegas berbagai upaya perusakan alam.

    b. Meminimalisasi penggunaan insektisida atau bahan kimia pembunuh

    hama.

    17 Fadil Abidin. op.cit., http://www.analisadaily.com

  • 13

    c. Penelitian di bidang pertanian harus terus dikembangkan.18

    Upaya penanggulangan ulat bulu harus terus dilakukan oleh

    semua pihak. Setidaknya ada tiga pihak yang harus bekerja sama dalam

    membasmi wabah ulat bulu, yaitu pemerintah, warga, dan lembaga-

    lembaga penelitian atau perguruan tinggi. Pemerintah dengan segala

    otoritasnya sebagai pihak yang paling bertanggung jawab dalam hal ini

    harus melakukan tindakan tegas untuk menghentikan semua perbuatan

    perusakan alam oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Warga

    khususnya petani harus berhati-hati dan selektif memilih insektisida untuk

    membasmi hama. Penggunaan insektisida yang berlebihan atau insektisida

    dengan kadar zat kimia tinggi akan memicu hama tahan terhadap

    insektisida tersebut atau bahkan memunculkan hama baru, dan mungkin

    akan menimbulkan kerusakan ekosistem. Lembaga perguruan tinggi dan

    lembaga penelitian lainnya dengan sumber daya yang dimilikinya harus

    terjun ke lapangan untuk menyelidiki segala faktor yang berkaitan dengan

    ulat bulu untuk mencari jalan keluarnya dan merekomendasikan hasil

    penelitian tersebut kepada pemerintah dan masyarakat untuk dilaksanakan

    agar di masa mendatang wabah ulat bulu tidak terjadi lagi. Kalaupun

    wabah ulat bulu kembali terjadi, pemerintah dan warga telah mempunyai

    antisipai yang aman untuk menghadapinya.

    Hari Sutrisno (2011), Peneliti LIPI, menyatakan, Jika

    masyarakat menemukan adanya ulat di pohon, segera kumpulkan dan

    segera kubur atau dimusnahkan.19

    Langkah yang paling mudah dan sederhana adalah dengan cara

    mengumpulkan ulat bulu kemudian mengubur atau membakarnya. Dengan

    demikian populasi ulat bulu akan berkurang. Langkah aman ini harus

    disosialisasikan kepada warga, jangan sampai warga memusnahkan ulat

    bulu dengan menggunakan insektisida yang berbahaya.

    18 Suara Pembaharuan. 2011. Ulat Bulu dan Tantangan Penelitian. [Online] Available:http://www.suarapembaruan.com [2011, Desember 5]

    19 Suara Merdeka. op.cit., http://suaramerdeka.com

  • 14

    Hidayat Soesilo Hadi (2011), Kepala Laboratorium Entomologi

    UGM, menjelaskan,

    Tiga hal yang harus diperhatikan untuk menangani kasusserangan hama, yaitu Regulasi, Limitasi, dan Stabilitas (R-L-S).Dalam kasus ini, Regulasi dijelaskan sebagai proses munculnyahama pada suatu ekosistem, disebabkan oleh Density IndependentRegulation dan Density Dependent Regulation, sementaraLimitasi dijelaskan sebagai proses pembatasan hama, sertaStabilitas sebagai keadaan seimbang dari jumlah organisme dalamsuatu ekosistem.20

    Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam penanganan wabah

    ulat bulu, yaitu regulasi, limitasi, dan stabilitas (RLS). Pada tahap regulasi,

    ulat bulu mulai muncul pada suatu ekosistem. Hal yang harus dilakukan

    pada tahap ini adalah berusaha mengendalikan populasi ulat bulu agar

    tumbuh dengan normal. Langkah yang dilakukan dengan menjaga rantai

    makanan yang ada jangan sampai rusak. Pada tahap kedua, limitasi,

    pertumbuhan ulat bulu dibatasi jumlahnya sehingga tidak meledak menjadi

    wabah. Langkah yang dilakukan dengan membasmi ulat bulu

    menggunakan cara-cara yang tidak merusak atau membahayakan

    ekosistem, bisa juga menggunakan insektisida berdaya rendah atau

    memusnahkannya dengan cara manual seperti dikubur atau dibakar. Pada

    tahap ketiga, stabilitas, populasi ulat bulu dan populasi predatornya harus

    dijaga keseimbangannya. Langkah yang dilakukan bisa dengan menanam

    pohon, memelihara burung, tidak melakukan perburuan burung, tidak

    merusak hutang, dan langkah-langkah preventif lainnya.

    Tudji Martudji (2011) melaporkan,

    Pihak ITS mengemukakan, wabah ulat bulu dapat muncul karenamakin berkurangnya pepohonan yang menjadi sumber makananutama bagi ulat. Oleh karena itu, masyarakat harus menambahpohon di lingkungan sekitar mereka masing-masing. Ini akanberdampak positif bagi lingkungan. ITS juga melakukanpelepasan ratusan burung kutilang dan peking. Kalau banyakburung, akan banyak ulat yang dimakan. Hal itu juga bisamembantu memperbaiki keseimbangan alam. Di samping

    20 Balairungpres. op.cit., http://www.balairungpress.com

  • 15

    melepaskan burung, ITS juga melakukan penanaman pohon jenisakar tunjang di areal seluas 20 hektar.21

    ITS sebagai salah satu lembaga pendidikan yang punya kewajiban

    untuk mengabdi pada masyarakat telah melakukan langkah nyata dalam

    menanggulangi wabah ulat bulu, setidaknya untuk antisipasi agar tidak

    terjadi wabah ulat bulu di masa yang akan datang. Penanaman pohon dan

    pelepasan burung akan membantu memperbaiki keseimbangan ekosistem.

    Langkah nyata ini harus diikuti oleh semua warga yang dimulai dari

    menanam pohon di sekitar rumahnya, atau lahan-lahan tandus dilakukan

    penanaman kembali.

    Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

    Pertanian RI (2011) memberikan petunjuk teknis pengendalian ulat bulu

    sebagai berikut:

    a. Memantau dan mengidentifikasi jenis hama dan kondisi lingkungan.

    b. Melakukan pengendalian secara mekanis dengan cara mengumpulkan

    dan memusnahkan ulat.

    c. Memasang lampu perangkat (light trap) untuk membunuh ngengat.

    d. Mengumpulkan kepompong dan memasukannya ke dalam botol plastik

    yang diberi lubang.

    e. Memelihara dan melestarikan musuh alami ulat bulu.

    f. Menggunakan insektisida hayati berupa jamur, virus, bakteri, dan

    nematode.

    g. Memasang pembatas (burrier) pada batang pohon mangga.

    h. Jika kondisi populasi ulat bulu sangat mengkhawatirkan dapat

    digunakan insektisida alami yang relatif ramah lingkungan.

    i. Pada kondisi kritis, dapat digunakan insektisida kimia sintetis yang

    berdaya racun rendah berlabel hijau.

    j. Jangan menggunakan insektisida kimia sistetis untuk tindakan

    pencegahan.22

    21 Tudji Martudji . 2011. ITS Cari Cara Atasi Jutaan Ulat Bulu. [Online] Available:http://jatim.vivanews.com [2011, Desember 6]

  • 16

    Petunjuk teknis pengendalian ulat bulu yang dikeluarkan oleh

    Balitbang Kementan RI tersebut mungkin belum disosialisasikan kepada

    masyarakat, sehingga banyak warga yang tidak mengetahuinya. Hal ini

    menyebabkan keresahan, kepanikan, dan ketakutan masyarakat ketika

    menghadapi wabah ulat bulu. Masyarakat harus diberi bekal pengetahuan

    tentang langkah-langkah yang harus dilakukan apabila sewaktu-waktu

    terjadi ledakan populasi ulat bulu di daerahnya.

    C. Kesimpulan

    Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa:

    Faktor penyebab wabah ulat bulu adalah ketidakseimbangan ekosistem

    tempat berkembang biak ulat bulu dan para pemangsa alaminya. Kerusakan

    ekosistem tersebut disebabkan oleh perubahan iklim, bencana alam, dan

    perbuatan manusia sendiri.

    Ulat bulu tidak membahayakan manusia, tetapi tetap harus segera

    ditanggulangi karena menyebabkan gatal pada jenis kulit tertentu atau

    penyakit kulit, keresahan dan ketakutan warga, dan gagal panen bagi petani

    perkebunan.

    Langkah-langkah penanggulangan wabah ulat bulu antara lain: semua

    pihak harus melakukan upaya konkret untuk memperbaiki hubungan antara

    manusia dan lingkungannya, tidak menggunakan insektisida berkadar kimia

    tinggi untuk membasmi ulat bulu, membasmi ulat bulu dengan cara dikubur

    atau dibakar, dan mengikuti petunjuk teknis penanggulangan ulat bulu yang

    dikeluarkan oleh Balitbang Kementan Republik Indonesia.

    22 Balitbang Kementan RI. 2011. Petunjuk Teknis Pengendalian Ulat Bulu. [Online]Available: http://www.litbang.deptan.go.id [2011, Desember 8]

  • 17

    DAFTAR PUSTAKA

    Antaranews. 2011. Wabah Ulat Bulu Akibat Populasi Predator Berkurang.[Online] Available: http://www.antaranews.com [2011, Desember 9]

    Balairungpress. 2011. Bukan Wabah Ulat Bulu. [Online] Available:http://www.balairungpress.com [2011, Desember 5]

    Balitbang Kementan RI. 2011. Petunjuk Teknis Pengendalian Ulat Bulu. [Online]Available: http://www.litbang.deptan.go.id [2011, Desember 8]

    Detiknews. 2011. Peneliti LIPI Indikasikan Siklus Ulat Bulu Lebih Cepat.[Online] Available: http://www.detiknews.com [2011, Desember 10]

    Dinas Komunikasi dan Informatika Prov. Jatim. 2011. Kementan Teliti PenyebabWabah Ulat Bulu di Probolinggo. [Online] Available:http://www.jatimprov.go.id [2001, Desember 5]

    Fadil Abidin. 2011. Wabah Ulat Bulu dan Rusaknya Ekosistem. [Online]Available: http://www.analisadaily.com [2011, Desember 12]

    Harian Kompas. 2011. Tujuh Cara Dokter Amerika Mengatasi Wabah Ulat Bulu.[Online] Available: http://kesehatan.kompasiana.com [2011, Desember 5]

    Haryono. 2011. Penyebab Ulat Bulu Sudah Terdeteksi. [Online] Available:http://www.kompas.com [2011, Desember 5]

    Kemenristek RI. 2011. Bahaya Wabah Ulat Bulu. [Online] Available:http://www.ristek.go.id [2011, Desember 8]

    Kementan RI. 2011. Wabah Ulat Bulu Bakal Meluas. [Online] Available:http://iwandahnial.wordpress.com [2011, Desember 5]

    KP4 UGM. 2011. Kecuali Probolinggo, Serangan Ulat Bulu di Tujuh Daerahdalam Batas Ambang Normal. [Online] Available: http://www.ugm.ac.id[2011, Desember 6]

    LPPM IPB. 2011.Tergolong Ulu Bulu Jenis Baru. [Online] Available:http://lppm.ipb.ac.id [2011, Desember 5]

    Suara Merdeka. 2011. Wabah Ulat: Teroris Bersenjat Bulu. [Online] Available:http://suaramerdeka.com [2011, Desember 8]

  • 18

    Suara Pembaharuan. 2011. Ulat Bulu dan Tantangan Penelitian. [Online]Available: http://www.suarapembaruan.com [2011, Desember 5]

    Tudji Martudji . 2011. ITS Cari Cara Atasi Jutaan Ulat Bulu. [Online] Available:http://jatim.vivanews.com [2011, Desember 6]