praktikum antropometri
-
Upload
afif-rusdiawan -
Category
Documents
-
view
116 -
download
22
Transcript of praktikum antropometri
A. Pendahuluan
Kata antropometri berasal dari bahasa Yunani (Greek ), yaitu antrhopos yang berarti
manusia (man, human) dan metrein (to measure) yang berarti ukuran. Antropometri adalah
satu kumpulan numerik yang berhubungan karakteristik fisik manusia. Antropometri dapat
didefenisikan sebagai pengukuran pada variasi dimensi fisik dan komposisi besaran tubuh
manusia pada tingkat usia dan derajat nutrisi yang berbeda.
Pengukuran antropometri telah dipergunakan secara luas untuk mengetahui status
nutrisi individu maupun populasi. Kegunaan pengukuran ini tidak sebatas untuk menentukan
status nutrisi seorang individu dan populasi, akan tetapi banyak hal yang bisa di ambil dari
pengukuran ini. Seorang atlet memerlukan pengukuran ini guna menentukan status olahraga
yang cocok untuk dikembangkan di dirinya sendiri.
Penggunaan pengukuran antropometri pada olahraga sering kali di anggap bukan hal
yang penting, mungkin karena proses pengukuran yang lama dan butuh ketelitian yang tinggi,
dikarenakan memiliki tinggkat ke erroran yang tinggi. Akan tetapi pengukuran ini begitu
penting karena dapat menentukan komposisi dan massa tubuh dari seorang individu, dimana
hasil ini bisa di gunakan sebagai salah satu opsi pemilihan untuk rekruitmen atlet.
Somatotype digunakan untuk pengukuran antropometri rekruitment atlet. Olahraga
tertentu memerlukan somatotype tertentu walaupun olahraga itu dalam satu jenis olahraga
(misal seorang penyerang dan pemain bertahan dalam sepakbola). Tidak hanya itu,
pengukuran antropometrik yang baik juga bisa diperlukan pada pertandingan olahraga yang
memiliki kelas tertentu, misalnya menentukan target berat badan pada pertandingan seperti
cabang olahraga dayung, tinju, yudo, dan karate. Di inggris pengukuran ini di gunakan untuk
menentukan olahraga yang tepat bagi setiap anak yang akan masuk sebuah sekolah.
Dalam laporan ini, kami menyajiakan data berupa data manual yaitu dengan
menggunakan Heath-carter Somatotype form dan data yang telah di kerjakan dengan
munggunaka rumus somatotype. Obyek yang digunakan adalah mahasiswa Pasca Sarjana
IKOR.
1
B. Tujuan
1. Mempelajari cara pemekrisaan antropometri
2. Mengidentifikasi cabang olahraga dan postur berdasarkan hasil pengukuran
Somatotype
C. Bahan dan Alat
1. Stadiometer/ skala tinggi/ mikrotoise
2. Timbangan
3. Skinfold Calliper
4. Kaliper rentang dan geser
5. Flexible steel/pita fibreglass
D. Prosedur Praktikum
Seluruh penelitian ini menggunaka petunjuk yang ada pada buku kerja praktikum
dasar latihan yang di terbitkan oleh departemen faal unair dan juga intruksi manual dari The
Heath-carter Anthropometric Somatotype form.
Alat dan bahan stadiometer/ skala tinggi/mikrotoise, timbangan, Skinfold calliper,
kalipter rentang dan geser, flexible steel/pita fibreglass, Heath-carter Somatotype form.
2
A. Tinggi Badan
Persiapan ( cara memasang Microtoise ) :
1. Gantungkan bandul benang untuk membantu memasang microtoise di dinding agar
tegak lurus.
2. Letakkan alat pengukur dilantai yang datar tidak jauh dari bandul tersebut dan
menempel pada dinding. Dinding jangan ada lekukan atau tonjolan.
3. Tarik papan penggeser tegak lurus keatas, sejajar dengan benang berbandul yang
tergantung dan tarik sampai angka pada jendela baca menunjukkan angka 0 (nol ).
Kemudian dipaku atau direkat dengan lakban pada bagian atas microtoise.
4. Untuk menghindari terjadinya perubahan posisi pita, beri lagi perekat pada posisi
sekitar 10 cm dari bagian atas microtoise.
Prosedur pengukuran tinggi badan.
1. Mintalah orang coba melepaskan alas kaki (sandal/sepatu ), topi (penutup kepala ).
2. Pastikan alat geser berada pada posisi diatas.
3. Responden diminta berdiri tegak, persis dibawah alat geser.
4. Posisi kepala dan bahu bagian belakang, lengan, pantat, dan tumit menempel pada
dinding tempat microtoise dipasang.
5. Pandangan lurus ke depan, dan tangan dalam posisi tergantung bebas.
6. Gerakkan alat geser sampai menyentuh bagian teratas kepala orang coba. Dalam
keadaan ini bagian belakang alat geser harus tetap menempel pada dinding.
7. Baca angka tinggi badan pada jendela baca kearah angka yang lebih besar (kebawah).
Pembacaan dialakukan tepat didepan angka ( Skala )pada garis merah setinggi
dengan mata petugas.
8. Apabila pengukur lebih rendah dari yang diukur, pengukur harus berdiri diatas
bangku agar hasil pembacaannya benar.
9. Pencatatan dilakukan dengan ketelitian sampai satu angka dibelakang koma (0,1 cm).
B. Berat Badan
Subjek berdiri tegak ditengah-tengah tempat berdiri timbangan dan bagian-bagian
badan yang lain tidak boleh menyentuh apapun. Sepatu dibuka dengan busana
seminimal mungkin. Catat hasil dalam kg dan dibulatkan ke 0,1 kg yang terdekat.
C. Tebal lipatan KulitProsedur pengukuran tebal lipatan kulit secara umum adalah :
3
1. Lakukan pengukuran pada bagian kanan tubuh (kecuali jika terdapat cacat pada
bagian kanan tubuh). Identifikasi titik ukur, ukur, kemudian tandai tempat yang
akan diukur agar tepat dan konsisten.
2. Kulit sebaiknya dalam kondisi kering, tidak basah atau lembab karena dapat
menyebabkan tarikan ektra lipatan lipatan kulit, sehingga hasil yang didapat
menjadi lebih besar.
3. Cubitlah kulit pada daerah yang dipilih dengan perlahan dan lembut dengan
menggunakan jari jempol dan telunjuk. Angkatlah lipatan kulit kurang lebih 1 cm
dari dasar kulit.
4. Peganlah caliper, sehingga caliper terbuka lalu gigitkan pada 1 cm dibawah
cubitan kulit. Lepaskan grip, sehingga terjadi kompresi dengan kuat pada lipatan
kulit. Bacalah setelah 2 sampai 5 detik grip dilepaskan, pada 1 mm yang terdekat.
5. Ulangi pengukuran pada tempat yang sama. Jika hasil antar pengukuran berbeda
lebih dari 1 mm, lakukan pengukuran yang ketiga.
Tempat lipatan kulit yang diukur :
Trisep
Cubitan dilakukan dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri dan sisi posterior mid
acromiale- radiale ( ditengah lengan atas dengan arah vertikal ). Cubitan dilakukan pada
permukaan paling posterior dari lengan atas daerah m. Triceps brachii pada penampakan dari
samping. Saat pengukuran lengan dalam keadaan relaksasi dengan sendi bahu sedikit
oksorotasi dan sendi extensi disamping badan.
Subskapular
Subyek dalam posisi berdiri tegak dengan kedua lengan disamping badan. Ibu jari
meraba bagian bawah angulus inferior scapulae untuk mengetahui tepi bagian tersebut.
Cubitan dilakukan dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri diambil tepat dibagian bawah
inferior angulus inferior scapulae. Cubitan pada kulit dilakukan dengan arah cubitan miring
ke lateral bawah membentuk sudut 45o terhadap garis horisontal.
4
Supraspinal
Cubitan dilakukan pada daerah (titik) 3-5 cm diatas perpotongan antara garis yang
terbentang dari spina iliacia anterior superior (SIAS) ke batas anterior axilla dan garis
horisontal yang melalui tepi atas crista illiaca. Titik ini terletak sekitar 5-7 cm diatas SIAS
tergantung pada ukuran subjek dewasa, dan lebih kecil pada anak-anak atau sekitar 2 cm.
Arah cubitan kedepan bawah membentuk sudut 45o terhadap garis horisontal.
Betis
Subyek dalam posisi duduk dikursi dengan sendi lutut dalam keadaan fleksi 90 derajat
dan otot-otot betis dalam keadaan relaksasi. Cubitan dilakukan dengan arah vertikal pada sisi
medial betis diatas bagian yang mempunyai lingkar paling besar. Untuk menentukan lingkar
terbesar pada betis dilakukan pengamatan dari sisi depan.
D. Lebar Tulang
Lebar biepicondylar Humerus
Lebar biepicondylar humerus merupakan lebar antara Lebar biepicondylar medial dan
lateral humerus. Sendi siku fleksi 90o, pasang kaliper geser pada sudut yang membagi
dua siku. Lakukan sedikit penekanan untuk kompresi jaringan subkutan. Catat hasil
kemudian dibulatkan ke 0,5 mm terdekat.
Lebar biepicondylar Femur
Subyek duduk dengan sendi fleksi. Pasang kaliper geser pada jarak terjauh antara
biepicondylar lateral dan medial dan lakukan sedikit penekanan untuk kompresi jaringan
subkutan. Catat hasil kemudiann dibulatkan ke 0.5 mm terdekat.
E. Lingkar Lengan Atas (LILA )
Persiapan :
1.
5