PRAKTIKUM 6

7
PENGUKURAN PROFIL MEMANJANG A. TUJUAN Setelah melakukan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat: 1. Melakukan pengukuran levelling dengan baik dan benar. 2. Mengetehaui jarak dan elevasi antar titik pengukuran menggunakan metode pulang pergi dengan pengukuran alat levelling di antara pengukuran. B. WAKTU PENGUKURAN Pengukuran “Levelling Pulang Pergi” dilaksanakan pada: Hari/ Tanggal : Selasa/ 06 Mei 2014 Pukul : 09.40 – 13.20 WIB Tempat : Jalan depan rektorat baru menuju gedung FIK UNP C. TEORI SINGKAT Dalam pembuatan jalan maupun pembangunan diperlukan suatu pengukuran beda tinggi agar dapat diketahui perbedaan tinggi yang ada dipermukaan tanah. Sifat datar (levelling) adalah suatu operasi untuk menentukan beda tinggi antara dua titik di permukaan tanah. Sebuah bidang datar acuan, atau datum, ditetapkan dan elevasi diukur terhadap bidang tersebut. Beda elevasi yang ditentukan dikurangkan dari atau ditambah dengan nilai yag 1

description

survey dan pemetaan

Transcript of PRAKTIKUM 6

Page 1: PRAKTIKUM 6

PENGUKURAN PROFIL MEMANJANG

A. TUJUAN

Setelah melakukan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat:

1. Melakukan pengukuran levelling dengan baik dan benar.

2. Mengetehaui jarak dan elevasi antar titik pengukuran menggunakan metode pulang

pergi dengan pengukuran alat levelling di antara pengukuran.

B. WAKTU PENGUKURAN

Pengukuran “Levelling Pulang Pergi” dilaksanakan pada:

Hari/ Tanggal : Selasa/ 06 Mei 2014

Pukul : 09.40 – 13.20 WIB

Tempat : Jalan depan rektorat baru menuju gedung FIK UNP

C. TEORI SINGKAT

Dalam pembuatan jalan maupun pembangunan diperlukan suatu pengukuran beda

tinggi agar dapat diketahui perbedaan tinggi yang ada dipermukaan tanah.

Sifat datar (levelling) adalah suatu operasi untuk menentukan beda tinggi antara dua titik di

permukaan tanah.

Sebuah bidang datar acuan, atau datum, ditetapkan dan elevasi diukur terhadap bidang

tersebut. Beda elevasi yang ditentukan dikurangkan dari atau ditambah dengan nilai yag

ditetapkan tersebut, dan hasilnya adalah elevasi titik-titik tadi.

Selain menentukan beda tinggi antara dua titik, sifat datar juga dapat digunakan untuk

mengetahui jarak antara stasion (titik pantau) terhadap titik uji. Pengukuran pada percobaan

ini menggunakan beberapa instrumen, antara lain:

1. Dumpy Level/ Waterpass

Menurut Harmailis (2002), Dumpy level adalah alat penyipat datar Dalam pengukuran

tanah datar dumpy level dipasang diatas kaki tiga (tripod) dan pandangan dilakukan melalui

teropong, dalam hal ini memindahkan ketitik lainnya.

1

Page 2: PRAKTIKUM 6

2. Levelling Tripods

Tripod merupakan kaki tiga yang digunakan sebagai dudukan posisi dumpy level.

3. Levelling Rods/ Rambu Ukur

Merupakan patokan pengukuran yang memiliki tingkat ketelitian hingga satuan milimeter.

4. Measuring Tools

Instrumen pengukur yang digunakan pada percobaan ini adalah meteran manual dengan

panjang maksimal 50 m.

Pada pengukuran jalur lintas untuk jalan raya atau jalur pipa, elevasi diperlukan pada

setiap station pada jarak 100 ft (atau 30-an), titik sudut (titik yang menandai perubahan arah),

perubahan-perubahan kemiringan permukaan tanah dan pada titik-titik genting seperti jalan,

jembatan, dan gorong-gorong. Bila digambar, elevasi-elevasi ini menunjukan sebuah profil −

sebuah garis yang menggambarkan elevasi tanah pada irisan vertikal sepanjang jalur

pengukuran. Untuk kebanyakan proyek rekayasa, profil-profil diambil sepanjang garis pusat

yang dipancang pada statiun-statiun 100-ft atau, bila perlu karena tanah bergelombang, dalam

pertambahan jarak 50 atau 25-ft (15 atau 10 m).

Profil memanjang diperlukan untuk membuat trase jalan kereta api, jalan raya, saluran

air, pipa air minum dan riool. Dengan jarak dan beda tinggi titik-titik di atas permukaan bumi

didapat irisan tegak lapangan yang dinamakan profil memanjang pada sumbu proyek. Di

lapangan dipasang pancang-pancang dari kayu yang menyatakan sumbu proyek, dan

pancang-pancang itu digunakan pada pengukuran penyipat datar yang memanjang untuk

mendapatkan profil memanjang. Penggambaran profil memanjang dengan menggunakan

hasil ukuran dapat dilakukan dengan menentukan skala untuk jarak dan tinggi terlebih

dahulu. Karena jarak jauh lebih panjang daripada beda tinggi, maka untuk jarak dan untuk

tinggi selalu diambil skala yang tidak sama dan skala untuk jarak akan lebih kecil daripada

skala beda tinggi.

D. PERALATAN PRAKTIKUM

Alat-alat yang digunakan dalam pengukuran ini adalah sebagai berikut:

1. Leveling

2. Unting-unting

3. Tripod

4. Bak ukur

5. Payung

2

Page 3: PRAKTIKUM 6

6. Meteran

7. Kompas

E. LANGKAH KERJA

Pengukuran “Levelling Pulang Pergi” dilaksanakan dengan langkah kerja sebagai berikut:

1. Tandai enam titik yang akan diukur jarak dan elevasinya (titik A – F).

2. Tempatkan tripod diantara dua titik yang berurutan, misalnya tripod diletakkan di

antara titik A dan B dengan jarak yang sembarang.

3. Sesuaikan posisi kaki tripod sedemikian rupa sehingga tripod berada pada posisi stabil

dan lurus.

4. Setelah posisi tripod sudah pas, tandai titik dibawah tripod dengan menggunakan

unting-unting.

5. Pasangkan levelingpada tripod yang sudah stabil posisinya.

6. Sesuaikan posisi nivo mata sapi yang ada pada dumpy level sehingga posisi

gelembung udara berada di tengah lingkaran. Jika posisi nivo sudah pas, artinya

dumpy level sudah terpasang pada posisi yang datar.

7. Ukurlah tinggi alat.

8. Tempatkan bak ukur pada titik yang akan dipantau terlebih dahulu. bak ukur

detempatkan dengan posisi yang tegak lurus

9. Arahkan levelingke bak ukur untuk diamati angka pengukurannya.

10. Untuk pengamatan lebih jelas, sesuaikan fokus lensa yang terdapat pada sebelah

kanan leveling. Pada lensa, akan didapati tiga garis yang menunjukkan variabel yang

dibutuhkan dalam perhitungan jarak. Garis di tengah disebut batas tengah (bt), garis di

atas disebut batas atas (ba) dan garis di bawah disebut batas bawah (bb).

11. Hitunglah jarak stasion terhadap titik ukur. 12. Putar leveling180 ? searah jarum jam ke arah titik pengukuran yang lain.

13. Lakukan prosedur yang sama sebagaimana telah diuraikan sebelumnya.

14. Pindah ke titik acuan berikutnya.

15. Lakukan prosedur yang sama untuk mendapatkan variabel perhitungan berikutnya.

3

𝐉𝐚𝐫𝐚𝐤 𝐃 = (𝐛𝐚−𝐛𝐛) X 𝟏𝟎𝟎

Page 4: PRAKTIKUM 6

G. ANALISA DATA

Levelling yang telah dilakukan merupakan levelling yang menggunakan metoda

pulang pergi. Selain itu leveling diletakkan diantara titik-titik yang akan dihitung elevasi dan

jaraknya. Tujuh titik (A - F) telah diukur pada pengukuran awal dengan meletakkan dumpy

level diantara dua titik. Sehingga terdapat enam posisi alat ketika mengukur, yaitu posisi I -

V. Sedangkan pada pengukuran jalur pulang, titik-titik yang diukur merupakan titik-titik ukur

semula, akan tetapi dimulai dari F – A. Begitu juga dengan posisi alat pada pengukuran

pulang dimulai dari posisi V – I namun sedikit digeser dari posisi semula. Berdasarkan

efisiensinya pengukuran ini memang memakan lebih banyak waktu dan tenaga, akan tetapi

memiliki akurasi pengukuran yang lebih baik dibandingkan pengukuran tunggal karena

pengukuran dilakukan dua kali. Selain itu, posisi leveling yang berada di antara dua titik yang

akan diukur juga menambah akurasi dari data yang kita hitung.

1. Jarak Antar Titik

Jarak dari alat levelling terhadap titik bak ukur didapatkan dengan perhitungan:

dimana ba adalah bacaan ukur benang atas dan bb adalah bacaan ukur benang bawah.

Kemudian jarak antar titik didapatkan dengan menjumlahkan nilai d yang diperoleh dari alat

ke titik-titik yang mengapitnya.

Sehingga jarak antar titik diperoleh dengan perhitungan berikut:

Hasil pengukuran jarak antar titik dengan metode pulang pergi disajikan dalam tabel yang

dilampirkan.

2. Elevasi

Untuk perhitungan beda tinggi antar titik, maka titik A dijadikan sebagai acuan dalam

pengukuran tinggi titik yang lain. Tinggi titik A diasumsikan berada dua meter diatas

permukaan air laut rata-rata. Sehingga dituliskan pada tabel bahwa tinggi titik A adalah 2 m.

Tentu saja dalam pengukuran sebenarnya, nilai elevasi dihitung berdasarkan suatu titik yang

nilainya sudah ditetapkan berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan oleh DPU. Akan

tetapi standar nilai A ditentukan hanya agar praktikan dapat memahami prosedur pengukuran

dan dapat menghitung nilai elevasi terhadap titik lain. Untuk mengetahui beda tinggi antara

titik A dan B maka digunakan perhitungan sebagai berikut:

4

d = (ba – bb)x 100

D A-B = dA + dB

Page 5: PRAKTIKUM 6

Keterangan:

BT = Beda tinggi (Elevasi)

bt = Bacaan ukur batas benang tengah

Jika didapatkan nilai BT yang positif, artinya titik B berada pada titik yang lebih tinggi dari

titik A, dan apabila didapatkan BT dengan nilai negatif, artinya titik A yang berada pada

posisi yang lebih tinggi.

5

BT = btA – btB