Praktikum-1-Desinfeksi
-
Upload
hanifah-nurawaliah -
Category
Documents
-
view
223 -
download
0
description
Transcript of Praktikum-1-Desinfeksi
PRAKTIKUM 1
PENGOLAHAN FISIK DAN KIMIA
DESINFEKSI
Nama : Hanifah Nurawaliah
NIM : 15313051
Shift : Rabu Pagi
Tanggal Praktikum : 4 November 2015
Tanggal Pengumpulan : 11 November 2015
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2015
PRAKTIKUM I
DESINFEKSI
I. Tujuan
1. Menentukan jari-jari zona bening untuk setiap desinfektan
2. Menentukan jenis desinfektan yang memiliki daya bunuh paling kuat
terhadap bakteri E. coli
3. Menentukan faktor-faktor yang memengaruhi proses desinfeksi
II. Prinsip Dasar
Percobaan desinfeksi ini dilakukan dengan cara meletakkan potongan
kertas saring berdiameter ± 0.5 cm yang telah dibasahi dengan variasi desinfektan
tertentu di atas medium yang telah diinokulasikan bakteri E.coli pada cawan petri.
Prinsip percobaan ini adalah bahwa setiap desinfeksi memiliki daya bunuh
masing-masing terhadap mikroorganisme. Zona bening yang terbentuk merupakan
….
III. Teori Dasar
Salah satu persyaratan air minum adalah tidak boleh mengandung
mikroorganisme penyebab penyakit seperti gastroenteritis, thypus, disentri,
cholera, hepatitis infectious, disentri amoebaa, dan giardiasis. Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 402 Tahun 2010 Tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum menyebutkan bahwa salah satu parameter yang berhubungan
langsung dengan kesehatan berupa parameter mikrobiologi adalah tidak adanya
kehadiran E. coli dan Tital Bakteri Koliform per 100 ml sampel air. Sebagai
indicator pencemaran air, kehadiran E. coli mengindikasikan adanya bakteri
pathogen meskipun dalam jumlah yang sangat sedikit.
Di dalam proses pengolahan air minum, terdapat suatu proses yang
bertujuan untuk menghilangkan mikroorganisme penyebab penyakit (pathogen) di
dalam air. Proses tersebut bernama “desinfeksi”, proses kimia maupun fisika yang
dapat membunuh mikroorganisme pathogen melalui mekanisme tertentu.
Mekanisme yang tejadi pada proses desinfeksi dapat berupa penghancuran
dinding sel, pengubahan permeabilitas sel, pengubahan sifat koloid protoplasma,
dan penghambatan aktivitas enzim.
Efektivitas disinfektan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya lama
paparan, suhu, konsentrasi disinfektan, pH, dan ada tidaknya bahan pengganggu.
pH merupakan faktor penting dalam menentukan efektivitas disinfektan, misalnya
saja senyawa klorin akan kehilangan aktivitas disinfeksinya pada pH lingkungan
lebih dari 10. Contoh senyawa pengganggu yang dapat menurunkan efektivitas
disinfektan adalah senyawa organik. (Purnawijayanti, 2001)
Beberapa jenis desinfektan diantaranya klorin, iodin, alkohol, ammonium
kuartener, formaldehida, kalium permanganate, dan fenol. Masing-masing
desinfektan tersebut memiliki daya bunuh terhadap bakteri yang berbeda-beda,
dipengaruhi pula oleh konsentrasi masing-masing desinfektan.
Nilai suatu zat yang digunakan sebagai desinfektan tergantung pada
sejumlah faktor yang boleh dikatakan tidak ada satu pun desinfektan dapat
memenuhi seluruhnya. Suatu desinfektan yang ideal seharusnya mempunyai sifat-
sifat yaitu mempunyai efektivitas yang tinggi terhadap sejumlah besar
mikroorganisme dalam konsetnrasi sedemikian rendahnya, tidak merusak dan
tidak mewarnai bahan-bahan seperti pakaian, bahan-bahan yang terbuat dari
logam, bau dan tidak menyengat, tidak hilang keaktifannya oleh bahan-bahan dari
luar, merupakan zat penegang permukaan yang baik, stabil dalam penyimpanan,
mudah didapat dan tidak mahal (Irianto, 2007).
IV. ALAT DAN BAHAN
Alat:
1) Cawan petri 14 buah
2) Batang “L” pengaduk
3) Cotton Bud
4) Jarum inokulasi
5) Pemanas Bunsen
6) Inkubator
Bahan:
1) Desinfektan: Klorin 0,1
mg/L; 0.5 mg/L, Karbol
5% dan 25%, Fenol 1%
dan 5%
2) Bakteri E. coli
3) Agar Nutrisi
V. CARA KERJA
VI. DATA DAN HASIL PENGAMATAN
Tabel 1. Data Diameter Zona Bening pada Setiap Perlakuan(Sumber: Hasil Pengamatan)
BakteriDiameter Zona Bening
Klorin Karbol Fenol0.1 mg/L 0.5 mg/L 5% 25% 1% 5%
E. coli 1.1 cm 1.2 cm 2 cm 2.4 cm 0.7 cm 1.6 cm
VII. ANALISIS
Pada praktikum desinfeksi-uji daya bunuh desinfektan terhadap bakteri E.
coli ini, digunakan tiga jenis desinfektan yakni klorin 0,1 mg/L dan 0.5 mg/L,
karbol 5% dan 25%, serta fenol 1% dan 5%. Metode yang digunakan adalah
metode cakram kertas yang sudah direndam desinfektan pada cawan petri.
Siapkan media NA di dalam cawan petri steril sejumlah 7.
Inokulasikan secara merata (metode sebar) biakan murni E. coli pada masing-masing cawan petri secara aseptik.
Tuangkan masing-masing desinfektan ke dalam cawan petri secukupnya. Rendam 1-2 potongan kertas saring berdiameter 0.5 cm ke dalam masing-masing cawan yang berisi desinfektam. Tandai setiap cawan sesuai dengan jenis dan konsentrasi desinfektan.
Masukkan 1 potongan kertas yang telah direndam desinfektan tepat di atas permukaan media NA yang telah diinokulasikan bakteri E. coli dengan pinset steril. Inkubasi selama 24 jam pada suhu 37ºC. Ukur diameter zona bening pada masing-masing perlakuan.
Setelah inkubasi selama 24 jam pada suhu 37ºC, terbentuk zona bening
yang melingkari bagian ujung/tepi cakram kertas dengan diameter yang berbeda-
beda. Zona bening pada cakram kertas yang direndam karbol 5% dan 25%
berturut-turut adalah 2 cm dan 2.4 cm. Sedangkan, untuk cakram kertas yang
direndam fenol 1% dan 5%, berturut-turut zona beningnya berdiameter 0.7 cm
dan 1.6 cm. Terakhir, pada cakram kertas yang direndam klorin 0.1 mg/l dan 0.5
mg/l, masing-masing terbentuk zona bening berdiameter 1.1 cm dan 1.2 cm.
Gambar 1. Zona Bening pada Karbol 5% Gambar 2. Zona Bening pada
Karbol 5%
Gambar 3. Zona Bening pada Fenol 5% Gambar 4. Zona Bening pada
Fenol 1%
Gambar 5. Zona Bening pada Klor 0.1 mg/L Gambar 6. Zona Bening pada Klor
0.1 mg/L
Gambar 7. Kontrol
Dari data di atas, diameter zona bening yang paling panjang adalah cakram
kertas yang direndam karbol 25%. Sedangkan, diameter zona bening yang paling
pendek adalah cakram kertas yang direndam fenol 1%. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin besar diameter zona bening, semakin besar pula daya bunuh
desinfektan terhadap bakteri. Dalam hal ini, desinfektan berjenis karbol 25%
memiliki daya bunuh paling tinggi terhadap bakteri dibandingkan desinfektan lain
yang digunakan pada praktikum kali ini.
Menurut Volk (1993), tingkat keaktifan suatu desinfektan tergantung pada
waktu kontak. Dalam penggunaan desinfektan, akan terjadi reaksi-reaksi kimia-
fisika yang memerlukan waktu cukup untuk bergabung, bergantung pada sifat
desinfektan, konsentrasi, pH, suhu, dan sifat mikroorganisme.
Mengenai metode yang digunakan, disebutkan bahwa metode cakram
kertas memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya adalah mudah dilakukan,
tidak memerlukan peralatan khusus dan relatif murah. Sedangkan kelemahannya
adalah ukuran zona bening yang terbentuk tergantung oleh kondisi inkubasi,
inokulum, predifusi dan preinkubasi serta ketebalan medium. Apabila keempat
faktor tersebut tidak sesuai maka hasil dari metode cakram kertas relatif sulit
untuk dianalisis. Selain itu, metode cakram kertas ini tidak dapat diaplikasikan
pada mikroorganisme yang pertumbuhannya lambat dan mikroorganisme yang
bersifat anaerob obligat (Jawetz, M, & A, 1996).
Klor merupakan salah satu contoh desinfektan dari senyawa halogen.
Elemen berbentuk gas ini mampu secara kuat dalam konsentrasi kecil dapat
membunuh mikroorganisme. Penggunaan utamanya adaah sebagai desinfeksi
lantai, air minum, dan kolam renang. Larutan fenol (2-4)% berguna sebagai
desinfektan. Karbol merupakan nama lain untuk fenol. Fenol juga digunakan
sebagai standar untuk pembanding dengan desinfektan lain.
VIII. KESIMPULAN
1. Jari-jari zona bening untuk setiap desinfektan berbeda-beda. Zona
bening pada cakram kertas yang direndam karbol 5% dan 25%
berturut-turut adalah 2 cm dan 2.4 cm. Sedangkan, untuk cakram
kertas yang direndam fenol 1% dan 5%, berturut-turut zona beningnya
berdiameter 0.7 cm dan 1.6 cm. Terakhir, pada cakram kertas yang
direndam klorin 0.1 mg/l dan 0.5 mg/l, masing-masing terbentuk zona
bening berdiameter 1.1 cm dan 1.2 cm.
2. Karbol 25% memiliki daya bunuh terkuat terhadap E. coli pada
percobaan ini.
3. Faktor-faktor yang memengaruhi aktivitas desinfektan diantaranya
sifat bahan yang akan didesinfeksi, jumlah dan sifat mikroorganisme
yang terdapat pada benda yang akan didesinfeksi, jenis dan konsentrasi
desinfektan yang digunakan, waktu kontak.
IX. DAFTAR PUSTAKA
Irianto, K. (2007). Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme. Bandung: Yrama Widya
Jawetz, E., M, J., & A, E. (1996). Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Purnawijayanti, H. (2001). Sanitasi, Higiene, dan Keselamatan Kerja dalam Pengolahan Makanan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Volk. (1993). Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Erlangga.