Praktikum 1 Beda

download Praktikum 1 Beda

of 37

description

gygugyfftdt

Transcript of Praktikum 1 Beda

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

Disusun Oleh:

Nur Amaliana Ayu Nisa J2A014001

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG2015

PRAKTIKUM 1ANALISIS KUANTITATIF AMONIA DAN UREADALAM URINE

I. TUJUAN 1. mahasiswa dapat menjelaskan cara pemeriksaan kadar amonia dan urea 2. mahasiswa mampu menegakkan diagnosis kelainan fungsi hati.

II. SKENARIOSeorang dokter gigi menunda pencabutan gigi seorang pasien karena dari pemeriksaan riwayat penyakit diketahui pasien tersebut pernah menderita penyakit sirosis hati. Dokter gigi merujuk pasien ke laboratorium untuk mengetahui apakah masih ada tidaknya kelainan fungsi hati pasien.

III. DASAR TEORIUrin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Dalam mempertahankan homeostasis tubuh peranan urin sangat penting, karena sebagian pembuangan cairan oleh tubuh adalah melalui sekresi urin. Selain urin juga terdapat mekanisme berkeringat dan juga rasa haus yang kesemuanya bekerja sama dalam mempertahankan homeostasis ini.Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh.Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang kotor. Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinnyapun akan mengandung bakteri. Namun jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir tidak berbau ketika keluar dari tubuh. Hanya saja, beberapa saat setelah meninggalkan tubuh, bakteri akan mengkontaminasi urin dan mengubah zat-zat di dalam urin dan menghasilkan bau yang khas, terutama bau amonia yang dihasilkan dari urea.Dalam basoeki (2000) disebutkan bahwa pada proses urinalisis terdapat banyak cara metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi zat-zat apa saja yang terkandung di dalam urin. Analisis urin dapat berupa analisis fisik, analisi kimiawi dan anlisis secara mikroskopik.

Urin yang terlalu keruh menandakan tinhgginya kadar unsur-unsur yang terlarut di dalamnya. Hal ini bisa terjadi karena faktor makanan, karena adanya infeksi yang mengeluarkan bakteri atau karena konsumsi air yang kurang. Bau urin dapat bervariasi karena kandungan asam organik yang mudah menguap. Diantara bau yang berlainan dari normal seperti: bau oleh makanan yang mengandung zat-zat atsiri seperti jengkol, petai, durian, asperse dll. Bau obat-obatan seperti terpentin, menthol dsb, Bau amoniak biasanya terjadi kalau urin dibiarkan tanpa pengawet atau karena reaksi oleh bakteri yang mengubah ureum di dalam kantong kemih.Bau keton sering pada penderita kencing manis, dan bau busuk sering terjadi pada penderita keganasan (tumor) di saluran kemih.PENETAPAN AMMONIADengan aerasi amonia dalam urine dipindahkan masuk ke dalam larutan HCl atau H2SO4 yang volume dan normalitasnya diketahui. Banyaknya ammonia dapat diketahui dengan jalan menitrasi sisa asam tersebut dengan larutan standard NaOH.PENETAPAN UREAPada penetapan urea, sebelum dilakukan aerasi, pada urine diberikan urease dengan maksud mengubah urea menjadi ammonia. Baru kemudian dilakukan aerasi untuk memindahkan ammonia ke dalam larutan asam. Banyaknya ammonia hasil hidrolisis dan urea. Dengan demikian banyaknya urea dalam urine dapat dihitung.

IV. BAHAN DAN ALAT

1. Urine 6.NaOH 0,1 N2. Akuades bebas ammonia7.Larutan K2CO3 jenuh3. Kapril alkohol8.Buret4. Enzim urease9.Pipet volume5. HCl atau H2SO4 0,1 N10.Pompa penghisap (penghembus udara)

V. CARA KERJAMemperhatikan rangkaian alat berikut:

1. Mengisi tabung-tabung di bawah ini: Tabung I= 15 ml H2SO4 0,1 N dan 3 tetes indikator metil merah Tabung II= 5 ml urine dan 10 ml akuades bebas ammonia Tabung III= 15 ml H2SO4 0,1 N dan 3 tetes indikator metil merah Tabung IV= 5 ml urine 10 ml akuades bebas ammonia dan 1 ml larutan enzim urease Tabung V= 15 ml H2SO4 0,1 N dan 3 tetes indikator metil merah2.Lalu menutup tabung-tabung tersebut dan mendiamkan selama 15 menit untuk memberi kesempatan urea yang terdapat di dalam urine berubah menjadi ammonia.3.Kemudian menghembuskan udara selama 15 menit untuk memindahkan ammonia dalam urine masuk ke dalam larutan.4. Selanjutnya menambahkan pada tabung II dan IV 5 ml K2CO3 jenuh.5. Setelah ditutup, menghembuskan lagi udara selama 15 menit.6. Memindahkan asma pada tabung III dan V ke dalam labu erlenmeyer, mentitrasi dengan larutan standard NaOH 0,1 N.7. Sebagai blanko dititrasi 15 ml H2SO4 0,1 N dengan larutan standard NaOH 0,1 N dengan menggunakan indikator metil merah.

VI. PERHITUNGANMisalkan : Urine yang diperiksa = a ml Normalitas NaOH = N normal Titrasi terhadap asam dan tabung III memerlukan = b ml NaOH Titrasi terhadap asam dan tabung V memerlukan = c ml NaOH Titrasi terhadap blanko memerlukan = d ml NaOH

Reaksi yang terjadi :

NH2

C = O+ H2O Urease2 NH3 + CO2

NH22NH3 + H2SO4(NH4)2SO4H2SO4 + 2NaOH Na2SO4 + H2O

Banyaknya asam sulfat sebelum bereaksi dengan ammonia dalam urine = d N mgrek Banyaknya asam sulfat sesudah bereaksi dengan ammonia dalam urine = b N mgrekJadi, banyaknya ammonia yang terdapat di dalam a ml urine termasuk hasil hidrolisis urea urine =(d. N-b. N)mgrek =(d-b)Nmgrek.Kadar ammonia dalam urine =K1 = x K1 = K1= kadar ammonia (NH4OH) dalam urine dinyatakan dalam gram NH4OH/100 ml urinea= banyaknya ml urine yang diperiksa d = banyaknya ml NaOH yang diperlukan pada titrasi terhadap blankob = banyaknya ml NaOH yang diperlukan pada titrasi terhadap sampel tanpa enzim urease (tabung III)N= Normalitas larutan NaOH (BM NH4OH = 35)Banyaknya asam setelah beraksi dengan ammonia dalam urine dan ammonia yang biasa hidrolisis urea = c. N mgrekJadi, banyak ammonia dalam a ml urine termasuk hasil hidrolisis urea urine = (d. N - c. N) mgrek = (d - c)N.Mgrek.Banyaknya ammonia hasil hidrolisis urea =( d c ) N ( d b ) N = ( b c ) N.MgrekKadar urea dalam urine =K2 = K2= kadar urea dalam urine dinyatakan dalam gram urea/100 ml urine b= banyaknya ml NaOH yang diperlukan pada titrasi sampel tanpa enzim ureasec = banyaknya ml NaOH yang diperlukan pada titrasi sampel dengan enzim ureasea = banyaknya ml urine yang diperiksaN = normalitas larutan NaOH (BM urea = 60) 1 grek urea = 0,5 mol

VII. HASIL1. Kadar ammonia dalam urineK1= x = x = = 0,08736 gram/100 mL urineAtauK1= = = 0,08736 gram/100 mL urine2. Kadar urea dalam urineK2= = = = 0,06912 gram/100 ml urine

VII. KESIMPULANJadi , dari hasil praktikum yang telah kelompok kami lakukan, didapatkan hasil bahwa kadar ammonia dalam urine sebanyak 0,08736 gram/100 mL urine, sedangkan kadar urea dalam urine sebanyak 0,06912 gram/100 ml urine. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan ammonia dalam urine lebih banyak dibandingkan kadar urea dalam urine, dan ini berarti bahwa fungsi hati masih normal dan tidak mengalami kelainan fungsi, seperti sirosis hati.

LAMPIRAN

Laporan sementara:

Mengisi tabung I, III, dan V dengan 15 mL H2SO4 Mengisi tabung II dan IV dengan 5 mL urine

Mengisi tabung I, III, dan V dengan 3 tetes Mengisi tabung IV dengan 10 mL akuades indikator metil merah

Mengisi tabung IV dengan 1 mL larutan enzim Membuat rangkaian tabung, menutupnya dengan malam,Urease kemudian mendiamkan selama 15 menit

Menghembuskan udara selama 15 menit Menambahkan 5 mL K2CO3 jenuh pada tabung II dan IV

Menutup kembali rangkaian menggunakan malam, Mentitrasi tabung I, III, dan V dengan larutan standard dan menghembuskan udara selama 15 menit NaOH 0,096 N

PRAKTIKUM 2ANALISIS KUANTITATIF GLUKOSA DARAHMETODE HAGEDRON JENSEN

I. TUJUAN KHUSUS 1. Mahasiswa dapat menjelaskan cara pemeriksaan kadar gula darah untuk membantu menegakkan diagnosis penyakit diabetes mellitus.

II. SKENARIOSeorang dokter gigi menunda pencabutan gigi seorang pasien karena dari pemeriksaan riwayat penyakit diketahui pasien tersebut menderita penyakit diabetes mellitus. Dokter gigi merujuk pasien ke laboratorium untuk mengetahui kadar gula pasien.

III. DASAR TEORIPengendapan protein darah dengan Zn hidroksida pada suhu 100 C, glukosa dalam filtrate dioksidasi oleh larutan kalium ferisianida alkali yang dibufer pada pH 11,5 yang diberikan berlebih. Dalam reaksi ini terjadi kalium ferosianida yang akan diikat oleh Zn sulfat. Kelebihan kalium ferisianida dititrasi secara iodemetrik. Dari banyaknya ferisianida yang digunakan untuk mengoksidkan glukosa , dapat di ketahui banyaknya glukosa yang ada. Banyaknya ferisinida dapat diketahui dari banyaknya natrium triosulfat yang dalam titrasi iodemetrik ini2K3Fe(CN)6 + 2Kl 2KF4(CN)6 + I26 O2 + C6H12O6 6CO2 + 6H2O2K4Fe(CN)6 + 3ZnSO2 K2Zn3(Fe(CN6)2 + 2 K2SO4 I2 + 2Na2S2O3 Na2SO6 + 2 NalDari jumlah K-ferricyanida yang bereaksi dengan glukosa, banyaknya glukosa dapat diketahui.

Reagen 1. 0,45 % ZnSO4 2. 0,1 NaOH yang baru 3. Larutan K-ferricyanida (1,65 gram K-ferricyanida + 174 gram K2HPO4 + 11,2 gram KOH + akuades dijadikan 1 liter). Larutan ini dapat tahan sampai 1 bulan.4. Larutan KL, ZnSO4, NaCl (10 gram ZnSO4 dan 10 gram NaCl dilarutan dengan akuades menjadi 200 ml). Kemudian tiap akan dipergunakan tambahkan 5 gram Kl untuk tiap 200 ml.5. Larutan 5% asam asetat6. Larutan amilum 1% dalam NaCl7. Larutan Na thiosulfat 0,005 N (dibuat baru dalam akuades masak)8. Larutan Kl 0,005 N (1,178 gram dalam 1 liter akuades yang dimasak)

IV. CARA KERJA1. Siapkan 2 tabung reaksi.2. Masukkan kedalam keduanya NaOH 1 ml dan ZnSO4 0,45 % 5 ml.3. Tabung 1 sebagai blanko dan tabung 2 sebagai sampel.4. Pada tabung 1 akan timbul endapan gelatinous.5. Pada tabung 2 ditambahkan darah 1 tetes dan diberi antikoagulan NaF (10 mgram NaF/1 ml darah).6. Tabung sampel dan blanko dimasukkan dalam pemanas air tunggu sampai mendidih selamat 5 menit.7. Disaring dengan kertas saring Whatman 42 atau kapas yang telah dibasahi akuades mendidih.8. Kemudian bilas kedua tabung dengan 2 pipet akuades hangat. Akuades bilasan juga dilewatkan saringan, masukkan ke dalam filtrat semula.9. Ke dalam filtrat ditambahkan 3 ml K-ferricyanida dan dimasukkan dalam pemanas air sampai mendidih selama 10 menit. Dinginkan kemudian tambah larutan KI ZnSO4 NaCl 2 ml dan asam asetat 2 ml.10. Iodium yang terbebas dititrasi dengan 0,005 N Na-thiosulfat dengan indikator amilum 1 % 3 tetes. Titrasi dihentikan setelah warna biru tepat hilang.11. Menentukan titer Na thiosulfat: masukkan 2 ml larutan Kl dalam Erlenmeyer, tambahkan 2 ml larutan Kl ZnSO4 NaCl dan 2 ml HCl 5 %. Kemudian dititrasi dengan Na thiosulfat menggunakan indikator amilum 1 %.

V. PERHITUNGAN Setiap ml Na-thiosulfat 0,005 N yang digunakan sesuai dengan 174 mgram glukosa/100 ml darah.Misalkan :1. Titrasi blanko ( a)2. Titrasi sampel ( b )Maka Na-thiosulfat yang digunakan untuk mentitrasi iodium yang dibebaskan oleh K-ferricyanida = (a-b), dan kadar glukosa tiap 100 ml darah = ( a- b ) x 174 mgram. Nilai normal pada keadaan puasa: 80-120 mgram/100 ml darah.

VI. HASILTitrasi a = 1Titrasi b = 0,5Perhitungan titrasi Iodium= ( a- b ) x 174= ( 1- 0,5 ) x 174= 0,5 x 174= 87 mgram/100 ml darah

VII. KESIMPULANJadi dari hasil praktikum yang telah kelompk kami lakukan, didapatkan hasil perhitungan kadar gula darah sebesar 87 mgram/100 mL darah, yang berarti normal dan tidak mengalami penyakit diabetes mellitus, karena kadar normal gula darah adalah sebesar 80-120 mgram/100 ml darah.

LAMPIRAN

Laporan sementara:

Memanaskan kedua tabung selama 5 menit Menyaring blanko dan sampel

Memanaskan kembali kedua tabung selama 10 menit

PRAKTIKUM 3PENCERNAAN

I. TUJUAN KHUSUS1. Mahasiswa akan dapat menjelaskan pencernaan protein dan lemak pada saluran pencernaan dimulai dari mulut, lambung, dan usus.

II. DASAR TEORISistem pencernaan merupakan salah satu komponen vital dalam menunjangkehidupan sebab sistem pencernaan manusia terdiri dari semua organ yang berfungsiuntuk mengunyah, menelan, mencerna, dan mengabsorpsi makananserta mengeliminasi makanan yang tidak dapat dicerna dan tidak dicerna tubuh.(Watson, 2002) Sistem pencernaan pada manusia, prosesnya meliputi: memasukkan,menyimpanmakanansementara, mencerna secara fisik dan kimiawi, absorbsi, menyimpansementara dan defekasi.(Anonim, 2010) Sistem pencernaan juga disebut perut, saluran alimentary atau jalurgastrointestinal. Sistem pencernaan terentang dari bagian bawah kepala menelusuriseluruh badan (torso). (Anonim, 2010) Pada dasarnya, sistem ini melakukan lima tugas terpisah yang berurusan denganpemprosesan dan penyebaran nutrisi. Pertama, ia mengatur asupan,ataupengambilan makanan.Kedua, ia mengirimmakanan ke organ-organ untukpenyimpanan sementara. Ketiga, ia mengendalikan mekanisme pemecahan makanandan pencernaan kimianya. Keempat, ia bertanggung jawab untuk penyerapanmolekul nutrisi. Kelima, ia memberikan penyimpanan sementara dan penghancuranproduk limbah.(Anonim, 2010). Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan, kerongkongan,lambung,usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandungempedu.(Raden, 2010) Pada dasarnya sistem pencernaan makanan dalam tubuh manusia terjadi disepanjang saluran pencernaandan dibagimenjadi 3 bagian, yaitu proses penghancuran makanan yang terjadi dalam muluthingga lambung.Selanjutnya adalah proses penyerapan sari - sari makanan yangterjadi di dalam usus. Kemudian proses pengeluaran sisa - sisa makananmelaluianus.(Anonim, 2009)Proses pencernaan terjadi pada saluran pencernaan dimulai dari mulut, sampai tempat pelepasan. Bahan makanan yang terdapat di saluran pencernaan masih terletak di luar badan (tubuh). Bahan yang telah dicerna masuk ke dalam badan menembus atau diabsorbsi oleh dinding intestinum. Pada proses pencernaan, dengan bantuan enzim-enzim pencernaan: Protein dihidrolisis menjadi asam-asam amino Karbohidrat dihidrolisis menjadi monosakarida. Lemak dihidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak

Pencernaan dalam mulutMakanan dalam mulut dikunyah, dengan bantuan air ludah dengan pH kira-kira 6,8 yang berfungsi sebagai pelumas rongga mulut, melunakkan makanan padat sebelum ditelan. Amilum dalam air ludah, dengan adanya enzim amilase (ptyalin) akan dihidrolisis menjadi maltosa, tetapi secara alami sulit karena makanan begitu cepat ditelan sebelum ptyalin sempat menghidrolisis. Pencernaan akan dilanjutkan dalam usus halus. Ptyalin aktif pada pH netral. Pencernaan dalam lambungDinding lambung tersusun oleh dua macam kelenjar, yaitu kelenjar yang terdiri dari sel utama dan sel parietal. Campuran sekresi dua kelenjar tersebut, disebut getah lambung. Dalam keadaan normal, getah lambung berupa cairan jernih berwarna kuning, mengandung HCl antara 0,2 % - 0,5 %, pHnya lebih kurang satu. Getah lambung mengandung sebagian besar air. Juga mengandung musin, garam-garam anorganik. Enzim-enzimnya antara alin pepsin, renin dan lipase lambung.a. PepsinPepsin disekresi dalam bentuk proenzim atau zymogen atau pepsinogen. Pepsinogen diaktifkan oleh H+ menjadi pepsin, yang selanjutnya menghidrolisis protein-native menjadi proteosa dan pepton dalam suasan asam.b. ReninRenin menyebabkan air susu, enzim ini penting bagi bayi menahan mengalirnya air susu dalam lambung. Dengan adanya ion Ca++, casein oleh renin diubah menjadi parakasein kemudian dicerna oleh pepsin. Pada orang dewasa, enzim ini tidak ada.c. LipaseKerja lipase dalam lambung akan berkurang pada pH asam. Karena itu hanya sedikit lemak yang dapat terhidrolisis. Pencernaan oleh enzim pankreasGetah pankreas merupakan cairan berisi air, protein, senyawa organik dan anorganik terutama Na+, HCO3-, Cl-, Ca++, Zn, HPO42-, SO42- dengan pH 7,5- 8,0 atau lebih.Enzim yang dihasilkan oleh pankreas:a. Endopeptidase (tripsin dan kimotripsin)Tripsin dan kimotripsin adalah enzim proteolitik (pemecahan protein), menghidrolisis protein alami. Proteosa dan pepton yang datang dan lambung dihidrolisis menjadi polipeptid. Kimotripsin mempunyai pengaruh menggumpalkan susu lebih kuat dari pada tripsin.b. Eksopeptidase (karboksi peptidase, amino peptidase & dipepdase)Karboksi peptidase adalah eksopeptidase yang menghidrolisis ikatan peptid terminal pada gugus karboksil, sedang amino peptidase adalah eksopeptidase yang berkerja pada ikatan peptid terminal pada gugus amino bebas. Sedang dipeptidase bekerja menghidrolisis ikatan peptid antara 2 asam amino. Proteose-proteose usus ialah enzim yang menghidrolisis protein makanan menjadi asam-asam yang akan diserap oelh mukosa usus dan diangkut lewat peredaran darah.c. AmilaseAmilase pankreas berupa alpa amilase, kerjanya menghidrolisis amilum manjadi maltosa pada pH 7,1.d. Lipase Lipase begitu juga streapsin, menghidrolisis lemak menjadi asam lemak, gliserol, monogliserid dan digleserid. Lipase pankreas khusus menghidrolisis ikatan ester primer yaitu posisi 1 dan 3 pada trigliserida.e. Koresterol ester (hidrolase ester kolesterol)Menghidrolisis kolesterol ester menjadi kolesterol dan asam lemak maupun mengkatalisis pembentukan kolesterol dan asam lemak, tergantung pada kesetimbangan reaksinya.f. Ribonuklease dan deoksiribonukleaseRibonuklease memecah asam ribonukleat menjadi nukleotida-nukleotida, sedang deoksiribonuklease memecah asam dioksiribonukleat menjadi nukleotida-nukleotida. 4. Pencernaan dalam usus Susunan getah usus Getah usus disekresi oleh pengaruh enterokinin dan dihasilkan oleh keler Brunner dan Lieberkuhn yang berisi enzim-enzim pencernaan, yaitu :a. Amino peptidase dan dipeptidase.b. Disakarida khusus yaitu sukrase, maltase dan laktase masing-masing memecah sukrosa, maltosa, dan laktosa menjadi monosakarida-monosakarida yang kemudian diserap oelh dinding usus.c. Fosfatase, melepaskan phospat dari dari senyawa phospat organik, seperti hexosa phospat, gliserophospat, dan nukleotida dari makanan dan hasil pencernaan asam nukleotida.d. Polinukleotidase memecah polinukleotida menjadi nukleosida purin dengan membebaskan adenin atau guanin dengan gula pentosa. Juga menghidrolisis nukleosida pirimidin dengan hasil yang berbeda dengan di atas.

Empedu Empedu dihasilkan oleh hepar dan disimpan di dalam kantong empedu. Kalau pencernaan berlangsung, empedu disekresi ke dalam usus, empedu membantu pencernaan dan bercampur dengan getah pankreas.empedu berupa zat cair kental, rasanya pahit, bersifat basa. Empedu manusia berwarna kuning agak coklat, sedang pada hewan herbivora biasanya berwarna hijau. Cairan empedu terdiri dari air, asam empedu, musin, koresterol, lemak, asam lemak, dan garam-garam anorganik. Dengan adanya Na+ dan K4 , empedu bersifat basa dan terbentuk asam-asam kolat. Cairan empedu dapat menurunkan tegangan muka hingga dapat mengemulsi lemak yang penting pada proses pencernaan lemak. Empedu juga dapat menetralkan asam lambung yang masuk ke usus. Fungsi lainnya yaitu untuk mengeluarkan obat-obatan, racun, pigmen empedu, dan bahan anorganik.

III. CARA KERJA Percobaan 1: Pencernaan Protein oleh Pepsin Siapkan 3 buah tabung masing-masing diisi 2 pipet pepsin Tambahkan pada tabung no. 1: 2 pipet HCl 0,4% dan 5 tetes karnim fibrin. Tabung no. 2: ditambahkan 2 tetes akuades dan 2 tetes karmin fibrin Tabung no. 3: didihkan, ditambahkan 2 pipet HCl 0,4% dan 5 tetes karmin fibrin. Ketiga tabung tersebut diinkubasikan pada pemanas air pada suhu 37 C. Catat hasil pengamatan pada ketiga tabung tersebut.

Percobaan 2: Daya Amilolitis Saliva Kumurlah dengan air bersih, dibuang, kemudian kumur lagi dengan 20 ml NaCl 0,2% , ditampung. Air kumur ditampung dalam gelas beker, gojog dan kemudian disaring. Siapkan 3 tabung reaksi dan isilah ketiga tabung tersebut dengan 5ml saliva encer tersebut diatas (hasil kumuran). Tabung I didihkan lalu didinginkan dan ditambahkan 5ml amilum 1%. Tabung II diberi 5ml HCl encer kemudian 5ml amilum 1%. Tabung III ditambahkan 5ml amilum 1%. Tempatkan ketiga tabung tersebut pada penangas air dengan suhu 37C Isi tabung III, dikenakan uji I2 hingga menunjukan tes I2 negatif (warnanya biru hilang). Kemudian dilanjutkan tes Benedict. Catatlah hasilnya. Lakukan tes I2 untuk cairan di tabung I dan tabung II. Bagaimana hasilnya? Mengapa?

Percobaan 3: Pencernaan Protein oleh Getah Pankreas Siapkan 3 tabung reaksi kemudian diisi :Tabung I: 1 ml ekstrak pankreas netral, 2 tetes Na 2CO3 2%, dan 10 tetes kongo merah fibrin.Tabung II: diisi dengan 1 ml akuades, 2 tetes larutan empedu.Tabung III: diisi dengan dengan 1 ml akudes 2 tetes Na2CO3 2%, dan 10 tetes kongo merah fibrin. Ketiga tabung ditempatkan diatas penangas air pada suhu 37C. Terjadinya warna merah pada larutan menandakan adanya pencernaan.

Percobaan 4 : Hidrolisis Amilum Campurlah 5 ml larutan amilum 1% dengan 1 ml ekstrak pankreas netral. Inkubasi pada pada suhu 37C. Lakukan uji I2 1tetes sampai hilang warna biru. Kemudian dilanjutkan iji Benedict sampai terbentuk endapan berwarna merah bata.

Percobaan 5 : Pencernaan Lemak Kedalam ketiga tabung reaksi masing-masing diisikan :Tabung I: 2 ml air susu dan 1 ml ekstrak pankreasTabung II: seperti no.1 ditambahkan 2 tetes empeduTabung III : diisikan 2 ml air susu dan 1 ml akuades. Pada masing masing tabung ditambahkan 4 tetes PP (phenolphtalein) dan 20tetes Na2CO3 2% sampai larutan menjadi merah muda. Inkubasikan ketiga tabung tersebut pada penangas air pada suhu 37 C. Amati perubahan warna perubahan warnanya dan merah menjadi kuning.

Percobaan 6 : Pigmen-Pigmen Empedu Kedalam tabung reaksi yang telah diisi 3 ml HNO3 pekat dituang 1 ml larutan empedu encer malalui dinding tabung sehingga terjadi 2 lapisan. Catatlah warna-warna yang timbul pada bidang batas lapisan tersebut.

IV. HASIL PENGAMATAN Percobaan 1 :Gambar :

Hasil :Tabung 1Ungu agak pekat

Tabung 2Ungu pekat

Tabung 3Ungu terang

Kesimpulan:Jadi yang bisa dicerna adalah tabung 1 dan 3, karena protein hanya bisa dicerna dalam suasana asam. Tabung 3 terang karena dipanaskan. Tabung 3 terang karena dipanaskan. Tabung 2 pekat karena tidak ada enzim (hanya aquades).

Percobaan 2 :Gambar :

Hasil :Tabung 1Tabung 2Tabung 3

Larutan berubah warna menjadi Biru Kehitaman.Larutan berubah warna menjadi Biru Kehitaman.Larutan berubah warna menjadi warna putih dan dibawa terbentuk sedikit gelatin.

Kesimpulan :Tabung 1 didihkan jadi saliva rusak jadi tidak bisa mengubah amilum menjadi gula. Tabung 2 ditambahkan HCl 0,2 yang bersifat asam dan sama seperti tabung 1 salivanya rusak. Sedangkan Tabung 3 hanya ditambahkan amilum dan tidak diberi perlakuan, dan ditambahkan reagen Benedict (kuning) larutan menjadi bening kembali, hal tersebut membuktikan bahwa, mengandung gugus aldehid.

Percobaan 3 :Gambar :

Hasil :Tabung 1Tabung 2Tabung 3

Merah darah (keruh)Merah hati (pekat)Merah (jernih)

Kesimpulan :Larutan berwarna merah maka terjadi pencernaan.

Percobaan 4 :Gambar :

Hasil : Terbentuklah endapan merah bata pada tabung. Kesimpulan :Enzim amilase dalam pankreas mengubah amilum menjadi gula sederhana.

Percobaan 5 :Gambar :

Hasil :Tabung 1Tabung 2Tabung 3

Putih creamPutih cream hijau + sedikit merah mudaMerah muda

Kesimpulan :Pada tabung 1 dan 2 terjadi perubahan warna dari merah muda menjadi putih cream dan putih cream hijau + sedikit merah muda. Hal ini disebabkan pada tabung 1 dan 2 terdapat ekstrak pankreas dan empedu yang mengandung enzim yang dapat mencerna lemak (susu). Sedangkan pada tabung 3 tidak terjadi perubahan warna (tetap merah muda). Hal ini disebabkan pada tabung 3 hanya terdapat akuades saja, sehingga lemak (susu) tidak tercerna, yang ditandai dengan tidak adanya perubahan warna pada reaksi tersebut.

Percobaan 6 :Gambar :

Hasil :Warna yang timbul pada bidang batas lapisan adalah coklat kehitaman.Kesimpulan :Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa warna pigmen yang terkandung pada empedu adalah coklat kehitaman.LAMPIRAN

Laporan sementara:

PRAKTIKUM 4ANALISISN KOLESTEROL DALAM DARAHMETODE LIEBERMAN BURCHARD

I. TUJUAN PERCOBAAN 1. mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan pemeriksaan kadar kolesterol dalam darah

II. DASAR TEORIPada metode ini, kolesterol total berupa kolesterol bebas dan ester kolesterol diekstraksi. Jumlah kiolesterol ditentukan kolorimetris dengan menerapkan reaksiLiebermann-Burcharddan dibandingkan dengan larutan standard kolesterol yang diketahui (Dawiesah, 1989 : 99). Namun dalam kegiatan ini menggunakan larutan standar sebagai pembanding. ReaksiLiebermann-Burchardmerupakan dasar penentuan fotometri kolesterol. Cuplikan kolesterol dilarutkan dalam kloroform direaksikan dengan asetat anhidrat dan sedikit asam sulfat pekat akan terjadi pewarnaan yang khas untuk sterol tunggal (Schunack,et al., 1990 : 81). Pada reaksiLiebermann-Burchard larutan akan berubah warna dengan segera menjadi merah dengan cepat akan menjadi biru-violet (Kolekalsiterol kolesterol) dan untuk selanjutnya akan menjadi hijau (ergokalsiferol) ( Schunack, et al., 1990 : 634).Bila kolesterol direaksikan dengan asam asetat anhidrid dan asam sulfat pekat dalam lingkungan bebas air, maka akan terbentuk warna hijau biru yang intens akibat pembentukan polimer hidrokarbon tak jenuh

III. ALAT DAN BAHAN ALAT1. Tabung reaksi2. Rak tabung reaksi3. Pipet tetes 4. Gelas kimia 250 Ml5. Botol gelap6. Pipet volume7. Baskom

BAHAN1. Asam Asetat glacial2. Asam asetat anhidrat3. Asam sulfat pekat4. Natrium sulfat anhidrat5. Kolesterol6. Air demineral

IV. LANGKAH KERJA1. Siap 3 buah tabung reaksi yang terdiri dari sampel, blanko, dan baku2. Tabung 1 sebagai sampel, tabung 2 sebagai blanko, dan tabung 3 sebagai baku3. Kedalam tabung 1 masukkan 1 tetes plasma / serum dan 2 ml pereaksi kolesterol4. Kedalam tabung 2 masukkan 1 tetes air demineral dan 2 ml pereaksi kolesterol5. Kedalam tabung 3 masukkan 1 tetes larutan baku dan 2 ml pereaksi kolesterol 6. Dibiarkan dalam waterbath pada suhu 37 C selama 10 menit7. Pindahkan tabung 1, 2, dan 3 ke dalam kuvetnya masing masing 8. Gunakan spektronik untuk membaca absorbansi pada = 570 nm secara bergantian dan catat absorbansi yang terbaca.

V. HASIL 1. Sampel= 0,5842. Blanko= 03. Baku= 0,103Konsentrasi Kolesterol = x 250 mg/ 100 ml= = = 1133,98 mg/100 ml

VI. KESIMPULANDari hasil praktikum yang telah kelompok saya lakukan, didapatkan hasil perhitungan bahwa konsentrasi kolesterol yang terkandung dalam darah yang digunakan pada percobaan ini adalah sebesar 1133,98 mg/100 ml. Hal ini menunjukkan bahwa darah tersebut normal, karena kadar normal kolesterol dalam darah < 2000 mg/100 ml.

LAMPIRAN

Laporan sementara:

Memasukkan tabung I, II, dan II ke dalamPerbedaan warna antara tabung I, II, dan III setelah waterbath 37 C selama 10 menit dibiarkan dalam waterbath 37 C selama 10 menit

Mengukur absorbansi pada = 570 nm secara bergantianmenggunakan spektrofotometer, dan mencatat absorbansi yang terbaca

PRAKTIKUM 5ANALISIS KUANTITATIF VITAMIN C

I. TUJUAN 1. mahasiswa dapat menjelaskan cara menganalisis kuantitatif vitamin C

II. DASAR TEORIVitamin C atau asam askorbat, merupakan vitamin yang dapat ditemukan dalam berbagai buah-buahan dan sayuran. Vitamin C dapat disintesis dari glukosa atau diekstrak dari sumber-sumber alam tertentu seperti jus jeruk. Vitamin pertama kali diisolasi dari air jeruk nipis oleh Gyorgy Szent tahun 1928. Vitamin C bertindak ampuh mengurangi oksigen, nitrogen, dan sulfur yang bersifat radikal. Vitamin C bekerja sinergis dengan tokoferol yang tidak dapat mengikat radikal lipofilik dalam area lipid membrane dan protein. Pengobatan dengan vitamin C dapat memulihkan kadar zat besi dalam tubuh. Ada beberapa metode yang dikembangkan untuk penentuan kadar vitamin C diantaranya adalah metode spektrofotometri UV-Vis (panjang gelombang 265 nm) dan metode iodimetri. Metode Spektrofotometri dapat digunakan untuk penetapan kadar campuran dengan spektrum yang tumpang tindih tanpa pemisahan terlebih dahulu. Karena perangkat lunaknya mudah digunakan untuk instrumentasi analisis dan mikrokomputer, spektrofotometri banyak digunakan di bidang analisis kimia sedangkan iodimetri merupakan metode yang sederhana dan mudah diterapkan dalam suatu penelitian

Bahan pewarna ini akan hilang warnanya oleh senyawa lain seperti asam askorbat, tetapi spesifitasnya dapat ditingkatkan sampai batas tertentu dengan melakukan reaksi di dalam larutan asam yang mana substansi yang mengganggu hanya bereaksi lambat 2,6 dikhlorofenolindofenol dapat dibeli dalam bentuk tablet. 1 tablet ekuivalen dengan 1 mg asam askorbat (vitamin C).

III. ALAT DAN BAHANALAT1. Gelas ukur2. Labu takar 100 ml3. Pipet volume 10 ml4. Ballpipet5. Erlenmeyer6. Buret, klem dan statifBAHAN1. Larutan Iodium 0,001 N2. Buah segar3. Kertas saring

IV. CARA KERJA 1. Timbang 100 ml buah dalam waring blender sampai diperoleh slurry. Timbang 10 ml slurry masukkan ke dalam labu takar 100 ml dan tambahkan aquades sampai tanda batas. Saring dengan kertas saring untuk memisahkan filtratnya.2. Ambil 5 ml filtrate dengan pipet volume dan masukkan ke dalam Erlenmeyer , tambahkan 5 tetes larutan amilum3. Kemudian titrasi dengan 0,001 N standar Iodium sampai berwarna biru dan birunya tidak hilang

V. HASILPercobaan 1 Semangka : 10,2 ml Jeruk : 16,7 mlPercobaan 2 Semangka : 9,6 ml Jeruk : 16, 9 mlPerhitungan Jeruk percobaan 1: 16,7 x 0,088 mg asam askorbat: 1, 4696 mg vitamin C / 10 mg sampel Jeruk percobaan 2 : 16, 9 x 0, 88 mg asam askorbat: 1, 4872 mg vitamin C/ 10 mg sampel Semangka percobaan 1: 10,2 x 0,88 mg asam askorbat: 0,8976 mg vitamin C / 10 mg sampel Semangka percobaan 2: 9,6 x 0, 88 mg asam askorbat: 0, 8448 mg vitamin C / 10 mg sampel

VI. KESIMPULANDari hasil praktikum yang telah kelompok saya lakukan, didapatkan hasil perhitungan bahwa pada buah jeruk terkandung kadar vitamin C sebanyak 1, 4696 mg vitamin C / 10 mg sampel dan 1, 4872 mg vitamin C/ 10 mg sampel. Sedangkan pada buah semangka terkandung kadar vitamin C sebanyak 0,8976 mg vitamin C / 10 mg sampel dan 0, 8448 mg vitamin C / 10 mg sampel. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan vitamin terdapat lebih banyak pada buah jeruk daripada buah semangka.

LAMPIRAN

Laporan sementara:

Mengambil 5 mL filtrat buah semangkaMengambil 5 mL filtrat buah jeruk

Menambahkan 5 tetes larutan amilum ke semua filtrat Mentitrasi semua filtrat menggunakan larutan standard yodium 0,001 N

Hasil titrasi pada filtrat buah semangka Hasil titrasi pada filtrat buah jerukDAFTAR PUSTAKA

Anna Poedjiadi, 1994.Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit UI-Press: Jakarta.Anwar, Chairil, Bambang Purnowo, Harno Dwi Pranowo dan Tutik Dwi Wahyuningsih. 1996.Pengantar Praktikum Kimia Organik. Depdikbud, JakartaArifin, Helmi, Vivi Delvita dan Almahdy, 2007, Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap FetusArthur.Kamus Pintar Bergambar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1999.Dirjen POM, 1979,Farmakope IndonesiaEdisi III,Departemen Kesehatan Republik Indonesia, JakartaEkawati,Evy Ratnasari.2012.Hubungan Kadar Glukosa darah TerhadapHypertrigl yceridemia Pada Penderita Diabetes Mellitus.Surabaya.Fakultas Sains dan Teknologi Universitas AirlanggaFessenden dan Fessenden. 1994.Kimia Organik Jilid 2 Edisi Ketiga. Erlangga, Jakarta.Ganong, W. F, Fisiologi Kedokteran edisi 14, Penerbit buku kedokteran, EGC, alih bahasa oleh dr. Petrus Andrianto.Gunarso, Wisnu.Dasar-Dasar Histologi. Jakarta: Erlangga, 1979.Hidayat, dkk. 2006. Mikrobiologi Industri.Yogyakarta: Andi Yogyakarta.Matsjeh, Sabirin, Hardjono Sastrihamidjojo dan Respati Sastrosajdono. 1996.Kimia Organik II. Depdikbud, Jakarta.Lehninger, Albert L. 1990. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga.Lubsan,N.Bekker, H.J., De Vries.L.A.1947.Gorter E dan De Groof.W.C.Klinische Diagnostik drukPada Mencit Diabetes,Jurnal Sains Dan Teknologi Farmasi,Vol. 12, No. 1, Universitas Andalas.Pratiwi,D.A. 2004. Modul dasar-dasar biokimia. Jakarta : Bina Aksara.Poedjiadi, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia.Sinosuke, N. 2009. http://bagiilmunohara,blogspot.com/2009/04/uji-urin.html. (online: 13 Desember 2009). Team Biokimia. 2009. Petunjuk Praktikum Biokimia. Jember: Jember University Press.Syarifuddin.Anatomi Fisiologi. Jakarta: Buku Kedokteran, 2006.