PPT Referat Epistaksis (Rizka Utami 1102010251)

20
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN BAGIAN ILMU PENYAKIT THT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI RSUD DR. SLAMET GARUT APRIL 2015 REFERAT THT EPISTAKSIS Disusun Oleh: Rizka Utami 1102010251 Preseptor: dr. H. W. Gunawan Kurnaedi, Sp. THT-KL dr. Elananda Mahendrajaya, Sp.THT-KL

description

medical

Transcript of PPT Referat Epistaksis (Rizka Utami 1102010251)

PowerPoint Presentation

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN BAGIAN ILMU PENYAKIT THT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSIRSUD DR. SLAMET GARUTAPRIL 2015REFERAT THTEPISTAKSIS

Disusun Oleh:Rizka Utami 1102010251Preseptor:dr. H. W. Gunawan Kurnaedi, Sp. THT-KLdr. Elananda Mahendrajaya, Sp.THT-KL

PENDAHULUANEpistaksis merupakan perdarahan spontan yang berasal dari dalam hidung. Epistaksis dapat terjadi pada segala umur. Epiktasis diperkirakan terjadi pada 60% warga dunia selama hidupnya dan 6% dari mereka mencari penanganan medis. Prevalensi epistaksis meningkat pada anak-anak usia dibawah 10 tahun dan meningkat kembali di usia 35 tahun keatas.

ANATOMI

FISIOLOGI

DEFINISIEpistaksis bukan suatu penyakit, melainkan gejala dari suatu kelainan yang hampir 90% dapat berhenti sendiri. Epistaksis merupakan perdarahan spontan yang berasal dari dalam hidung

ETIOLOGIPATOFISIOLOGIEpistaksis anterior dapat berasal dari Pleksus Kiesselbach, merupakan sumber perdarahan paling sering dijumpai anak-anak. Dapat juga berasal dari arteri ethmoid anterior. Perdarahan dapat berhenti sendiri (spontan) dan dapat dikendalikan dengan tindakan sederhana

Epistaksis posterior, berasal dari arteri sphenopalatina dan arteri ethmoid posterior. Perdarahan cenderung lebih berat dan jarang berhenti sendiri, sehingga dapat menyebabkan anemia, hipovolemi dan syok. Sering ditemukan pada pasien dengan penyakit kardiovaskular

DIAGNOSAPENATALAKSANAANPRINSIP UTAMAPenanganan pertamaPosisi pasien dudukSumber perdarahan dicari dengan bantuan alat penghisap untuk menyingkirkan bekuan darah. tampon kapas yang telah dibasahi dengan adrenalin 1: 10.000 dan lidokain atau pantokain 2 %. Selama 3-5 menitTentukan sumber perdarahanEpistaksis anterior

Epistaksis posterior

KOMPLIKASIDIAGNOSIS BANDINGDAFTAR PUSTAKAAdam GL, Boies LR, Higler PA. (eds) Buku Ajar Penyakit THT, Edisi Keenam, Philadelphia : WB Saunders, 1989. Editor Effendi H. Cetakan III. Jakarta, Penerbit EGC, 1997. Iskandar N, Supardi EA. (eds) Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan. Edisi Keempat, Jakarta FKUI, 2000; 91, 127-31.Schlosser RJ. Epistaxis. New England Journal Of Medicine [serial online] 2009 feb 19 [cited 2015 april 25] Available from: http://content.nejm.org/cgi/content/full/360/8/784 Suryowati E. Epistaksis. Medical Study Club FKUII [cited 2009 Mar 1] Available from: http://fkuii.org/tiki-download_wiki_attachment.php?attId=2175&page=LEM%20FK%20UII Evans JA. Epistaxis: Treatment & Medication. eMedicines Specialities 2007 Nov 28 [cited april 25] Available from: http://emedicine.medscape.com/article/764719-treatmentAnias CR. Epistaxis. Otorrhinolaryngology [serial online] cited 2009 Mar 4 Available from :http://www.medstudents.com.br/otor/otor3.htm Freeman R. Nosebleed. Health Information Home [serial online] 2007 Feb 2 [cited 2015 april 25] Available from : http://my.clevelandclinic.org/disorders/Nosebleed/hic_Nosebleed_Epistaxis.aspx Melia L dan Gerald McGarry. 2008. Epistaksis in adults: a clinical review. British Journal of Hospital Medicine Vol 69 No 7.Kucik CJ dan Timothy Clenney. 2005. Management of Epistaksis. American Family Physician Vol 71 No 2.Bailey BJ et al. 2001. Head and Neck Surgery Otolangology 3rd Edition Lippincott Williams & Wilkins Publishers.