Ppt Dr Birza

26
TINGKAT PENGETAHUAN BIDAN TENTANG PENANGANAN INFEKSI PADA BAYI AKIBAT KETUBAN PECAH DINI DI RS MOCH RIDWAN MEURAKSA OLEH : M. BIRZA RIZALDI NPM : 13052112 PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ADMINISTRASI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA

description

k,k

Transcript of Ppt Dr Birza

TINGKAT PENGETAHUAN BIDAN TENTANG PENANGANAN INFEKSI PADA BAYI AKIBAT KETUBAN PECAH DINI DI RS MOCH RIDWAN MEURAKSA OLEH : M. BIRZA RIZALDI NPM : 13052112 PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ADMINISTRASI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA

TINGKAT PENGETAHUAN BIDAN TENTANG PENANGANAN INFEKSI PADA BAYI AKIBAT KETUBAN PECAH DINI DI RS MOCH RIDWAN MEURAKSA

OLEH : M. BIRZA RIZALDINPM : 13052112

PROGRAM PASCASARJANAMAGISTER ADMINISTRASI RUMAH SAKITUNIVERSITAS RESPATI INDONESIA

Latar Belakang Angka kematian bayi di Indonesia masih cukup tinggiAngka kematian bayi dan kesakitan bayi merupakan indikator keberhasilan atau pun kegagalan pelayanan obstetri yang diberikan kepada wanita hamil.Persalinan preterm sampai saat ini tetap merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian bayi, Kejadian ketuban pecah dini mendekati 10 % dari semua persalinan pada umur kehamilan dari 34 minggu dengan angka kejadian 4 persen

BAB II TINJAUAN PUSTAKAKetuban Pecah DiniKetuban pecah dini : pengeluaran cairan amnion melalui serviks uteri sebelum dimulainya persalinan Ketuban pecah dini yang terjadi pada kehamilan belum genap bulan dapat menyebabkan komplikasi persalinan prematurKejanian ketuban pecah dini pada kehamilan belum genap bulan sangat bervariasi, antara 2 persen sampai 6 persen dari kejadian kehamilanPatofisiologiAdanya cairan ketuban di vagina. Pemeriksaan inspekulo (denganspekulum pada KPD akan tampak keluar cairan dari orifisium uteri eksternum (OUE), kalau belum juga tampak keluar, fundus uteri ditekan, penderitadiminta batuk, megejan atau megadakan manuvover valsava, atau bagian terendah digoyangkan, akan tampak keluar cairan dari ostium uteri dan terkumpul pada forniks posterior )Tentukan pula tanda-tanda inpartu. Tentukan adanya kontraksi yang teratur. Periksa dalam dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif (terminasi kehamilan) antara lain untuk menilai skor pelvik dan dibatasi sedikit mungkin

LaboratoriumTes lakmus (tes Nitrazin)Mikroskopik (tes pakis)

USG melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri dan konfirmasi usia kehamilan

KomplikasiPenatalaksanaanKehamilan PretermRawat di Rumah Sakit, ditidurkan dalam posisi trendelenbergBerikan antibiotika (ampisilin 4500 mg atau eritromisin bila tidak tahan ampisilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari. Jika umur kehamilan < 32-34 minggu dirawat selama air ketuban masih keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memacu kematangan paru janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu. Sedian terdiri atas betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari atau deksametason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali..

Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa (-): beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 mingguJika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24 jam.Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beriantibiotik dan lakukan induksi.Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterin)

Kehamilan Aterm : Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesaria. Dapat pula diberikan misoprostol 50 g intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika dosis tinggi, dan persalinan di akhiri:Bila skor pelvik < 5 lakukan pematangan serviks kemudian induksi. Jika tidak berhasil akhiri persalinan dengan seksiosesaria.Bila skor pelvik > 5 induksi persalinan, partus pervaginam.

BAB III Kerangka Teori dan Konsep

Kerangka Konsep

BAB IV Metodologi Penelitian Jenis & Rancangan penelitian :termasuk dalam penelitian observasional ( tidak melakukan perlakuan pada subyek penelitian dalam rangka memberikan gambaran secara lebih jelas tentang masalah pada subyek). Metode penelitian : survey dengan pendekatan cross sectional dimana proses pengambilan data dilakukan dalam waktu yang bersamaan antara variabel bebas yaitu pendidikan, masa kerja, pelatihan dan pengalaman bidan dalam menangani infeksi pada bayi akibat KPD di RS Moh. Ridwan Meuraksa.

Tempat dan Waktu PenelitianTempat penelitian Tempat penelitian RS Moh. Ridwan Meuraksa yang mengukur/mendata tingkat pendidikan, masa kerja, pelatihan dan pengalaman bidan dalam menangani infeksi pada bayi akibat KPD.

Waktu penelitianDilakukan pada tanggal 1 Juni 2015 sampai dengan 29 Juni 2015.Populasi dan Sampel PenelitianPopulasi bidan di RS Moh. Ridwan Meuraksa. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 23 bidan. Sampelbidan di RS Moh. Ridwan Meuraksa

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan kuisioner yang dibagikan kepada responden yang dipilih RS Moh. Ridwan Meuraksa dari 1 Juni 2015 sampai 29 Juni 2015 & karena jumlah populasi sampel yang kecil, maka sampel mengambil keseluruhan populasi bidan yang bekerja di RS Moh. Ridwan Meuraksa, yaitu 23 bidan.

Jalannya PenelitianUji Instrumen Pengujian dengan SPSS yang pertama dilakukan adalah uji validitasdilakukan untuk mengukur konsistensi butir-butir pertanyaan sehingga dapat menggambarkan indikator yang diteliti

Analisis DataData yang telah terkumpul lalu ditabulasi untuk mengelompokkan data ke suatu data tertentu menurut sifat yang sesuai dengan tujuan penelitian. Data dianalisa dengan analisa multivariat yaitu analisa data dengan variabel lebih dari 2 dan mencari pengaruh masing masing variabel bebas terhadap variabel terikat & di analisis regresi logistik untuk mengetahui pengaruh pendidikan, masa kerja, pelatihan dan pengalaman bidan terhadap tingkat pengetahuan bidan dalam menangani infeksi bayi akibat KPD di RS Moh. Ridwan Meuraksa.