Ppok (Penyakit Paru Obstruksi Kronik)

14
PPOK PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS Dosen pengampu : Ns.Rahmaya Nova Handayani, S.Kep., N.Sc., AIFM Di susun oleh : Kukuh Ambar Sono 131420130190067 Liana Dian Paramita131420130220070 Mokhamad Fatkhuroji131420130310079 Murwani Agustin 131420130340082 Muslimah 131420130350083 KELAS A SEMESTER II PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKES HARAPAN BANGSA PURWOKERTO

description

makalah ppok

Transcript of Ppok (Penyakit Paru Obstruksi Kronik)

PPOKPENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONISDosen pengampu : Ns.Rahmaya Nova Handayani, S.Kep., N.Sc., AIFM

Di susun oleh :

Kukuh Ambar Sono131420130190067 Liana Dian Paramita131420130220070 Mokhamad Fatkhuroji131420130310079 Murwani Agustin131420130340082 Muslimah 131420130350083

KELAS A SEMESTER IIPROGRAM STUDI S1 KEPERAWATANSTIKES HARAPAN BANGSA PURWOKERTOJalan raden patah No.100, Ledug, Kembaran, Purwokerto, Jawa tengah, Telp.0281-6843493, Fax.0281-6843494

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayat serta inayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul PPOK( penyakit paru obstruktif kronis ) dengan baik dan tepat pada waktunya.Dalam pembuatan makalah ini kami menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan moral dan spiritual.Dosen pengampu Mata Kuliah Sistem Respirasi sekaligus sebagai pembimbing makalah ini.Orang tua kami yang selalu mendoakan kami.Kami sadar bahwa kekurangan yang ada di dalam isi makalah ini, merupakan keterbatasan kemampuan kami, sehingga dengan besar hati kami menerima kritik dan saran yang membangun makalah ini kedepannya.

Purwokerto,02 April 2014

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARiDAFTAR ISIiiBAB I PENDAHULUAN1) Latar Belakang12) Tujuan 1BAB II PEMBAHASANA. Definisi2 B. Etiologi 2C. Faktor resiko3D. Manisfestasi klinis3E. Pemeriksaan penunjang4F. Penatalaksanaan medis4G. Penatalaksanaan keperawatan4H. Pathway5BAB III PENUTUP1) Kesimpulan6DAFTAR PUSTAKA

BAB IPENDAHULUAN

1) Latar belakangPenyakit paru obstruktif kronis adalah klasifikasi luas dari gangguan, yang mencakup bronchitis kronis, bronkiektasis, emfisiema dan asma . penyakit ini merupakan kondisi irreversible yang berkaitan dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru. Penyakit paru-paru obstruktif kronis ( PPOK ) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Adapun penyakit pada PPOK mencakup 3 macam penyakit yaitu : Bronkhitis Kronis, Emfisema Paru dan Asma Bronkhial. Penyakit paru obsrtuktif kronik (PPOK) merupakan salah satu dari kelompok penyakit tidak menular yang telah menjadi masalah kesehatan masyarakat, hal ini disebabkan oleh meningkatnya usia harapan hidup dan semakin tingginya pajanan faktor resiko seperti faktor pejamu yang di duga berhubungan dengan kejadian PPOK semakin banyaknya jumlah perokok kususnya pada kelompok usia muda, serta pencemaran udara di dalam ruangan maupun di luar ruangan dan di tempat kerja.

2) Tujuan1. Memberi pengetahuan tentang PPOK kepada Mahasiswa2. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien yang menderita PPOK3. Mengetahui gejala dan tanda tanda penyakit PPOK4. Mengetahui pengertian dan konsep dasar PPOK

BAB IIPEMBAHASAN

A. DefinisiPenyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) adalah penyakit obstruksi jalan napas karena bronkitis kronik atau emfisema. Obstruksi tersebut umumnya bersifat progresif, bisa di sertai hiperaktifitas bronkus dan sebagian bersifat reversibel.Bronkitis kronik ditandai dengan batuk-batuk hampir setiap hari di sertai pengeluaran dahak, sekurang-kurangnya 3 bulan berturut-turut dalam satu tahun, dan paling sedikit selama 2 tahun. Gejala ini perlu di bedakan dari tuberkolosis paru, bronkiektasis tumor paru dan asma bronkial.Emfisema adalah suatu perubahan anatomis paru-paru yang ditandai dengan melebarnya secara abnormal saluran udara disebelah distal bronkus terminal, disertai kerusakan dinding alveolus, dan emfisema merupakan kelainan paru-paru yang dikarakterisir tersebut. Pasien pada umumnya mengalami kedua gangguan ini, dengan salah satunya dominan.B. EtiologiPasien dengan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) datang dengan eksaserbasi akut diluar obstruksi saluran napas kronik dasar dan dapat mengalami peningkatan batuk, produksi sputum, atau dispnea. Faktro pencetus meliputi infeksi(virus/bakteri) dan bronkospasme. Tanda dan gejala PPOK terbagi menjadi 2:1. Bronkitis kronik Batuk krinik, menghasilkan sputum Hipoventilasi, usaha respirasi kecil Sianosis, hipoksemia dengan polisitemia sekunder Retensi CO2(karbondioksida)/hiperkapnia kronik Menyebabkan vasodilatasi perifer dan nadi kuat Adema Kor pulmonal Volume paru, DCO, compliance paru normal

2. Emfisema Dispnea kronik Sianosis tidak lazim; normoksik saat istirahat, hipoksia saat olahraga Dada tong atau barel chest(hiperinflasi). Berat badan kurang Jarang memperlihatkan edema atau kor pulmonal Peningkatan TLC, RV, compliance paru Penurunan DCOAdapun faktor lingkungan : merokok merupakan penyebab utama, disertai risiko tambahan akibat polutan udara ditempat kerja atau didalam kota. Sebagian pasien memiliki asma kronis yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati.Faktor genetik : defisiensi -antritipsin merupakan prediposisi untuk berkembangnya PPOK dini.

C. Faktor resikoFaktor-faktor yang menyebabkan timbulnya PPOK adalah :1. Kebiasaan merokok2. Polusi udara3. Paparan debu, asap, dan gas-gas kimiawi akibat kerja4. Riwayat infeksi saluran napas5. Bersifat genetik yaitu defisiensi -1 antitripsin6. Usia > 50 tahun7. Infeksi dada masa kanak-kanak8. Hiper-reaktifitas jalan napas/asma9. Status sosioekonomi rendah

D. Manifestasi klinis1. Batuk2. Sputum putih/mukoid, jika ada infeksi menjadi purulen/mukopurulen3. Sesak, sampai menggunakan otot-otot pernapasan tambahan untuk bernapas

E. Pemeriksaan penunjang1. Pemeriksaan fisik : Pasien biasanya tampak kurus dengan barrel-shaped chest(diameter anteroposterior dada meningkat) Fremitus taktil dada berkurang atau tidak ada Perkusi dada hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati lebih rendah, pekak jantung berkurang. Suara napas berkurang dengan ekspirasi memanjang 2. Pemeriksaan radiologi : Foto toraks pada bronkitis kronik memperlihatkan tubular shadow berupa bayangan garis-garis yang paralel keluar dari hilus menuju apeks paru dan corakan paru yang bertambah Pada emfisema paru, foto toraks menunjukkan adanya ovirinflasi dengan gambaran diafragma yang rendah dan datar, penciutan pembuluh darah pulmonal, dan penambahan corakan kedistal.3. Pemeriksaan fungsi paruMenunjukan obstruksi aliran napas dan menurunnya pertukaran udara akibat destruksi jaringan paru. Kapasitas total paru bisa normal atau meningkat akibat udara yang tertangkap. Dilakukan pemeriksaan reversibilitas4. Pemeriksaan gas darah5. Pemeriksaan EKG6. Pemeriksaan laboratorium darah: hitung sel darah putih

F. Penatalaksanaan medis1. Terapi eksaserbasi akut dilakukan dengan :a. Antibiotik, karena eksaserbasi akut biasanya disertai infeksi Infeksi ini umumnya disebabkan oleh H.influenza dan S.pneumonia, maka digunakan ampisilin 4x0,25-0,5gr/hari atau eritromisin4x0,5g/hari Augmentin (amoksisilin dan asam klavulanat) dapat diberikan jika kuman penyebab infeksinya adalah H.influenza dan B.catarhalis yang memproduksi -laktamase.Pemberian antibiotik seperti kotrimoksasol, amoksisilin, atau doksisiklin pada pasien yang mengalami eksaserbasi akut terbukti mempercepat penyembuhan dan membantu mempercepat kenaikan peakflow rate. Namun hanya dalam 7-10hari selama periode eksaserbasi. Bila terdapat infeksi sekunder/tanda-tanda pneumonia maka dianjurkan antibiotik yang lebih kuat.b. Terapi oksigen diberikan jika terdapat kegagalan pernapasan karena hiperkapmia dan berkurangnya sensitivitas yang lebih kuat.c. Fisioterapi membantu pasien untuk mengeluarkan sputum dengan baikd. Bronkodilator, untuk mengatasi obstruksi jalan napas, termasuk di dalamnya golongan adrenertik dan antikolinergik. Pada pasien dapat di berikan salbutamol 5mg dan atau ipratropium bromida 250 di berikan tiap 6jam dengan nebulizer atau aminofilin 0,25-0,5g iv secara perlahan.2. Terapi jangka panjang dilakukan dengan:a. Antibiotik untuk kemoterapi preventif jangka panjang, ampisilin 4x0,25-0,5 per hari dapat menurun kejadian eksaserbasi akut.b. Bronkodilator, tergantung tingkat refensibilitas obstruksi saluran napas tiap pasien maka sebelum pemberian obat ini dibutuhkan pemeriksaan objektif dari fungsi faal paru.c. Fisioterapi d. Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktifitas fisik e. Mukolitik dan ekspektoran f. Terapi oksigen jangka panjang bagi pasien yang mengalami gagal napas tipe II dengan Pa02