PERBANDINGAN NILAI FAAL PARU PADA PENDERITA … fileABSTRAK Allivia Firdahana, G0006176, 2010,...

41
PERBANDINGAN NILAI FAAL PARU PADA PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK (PPOK) STABIL DENGAN ORANG SEHAT SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran ALLIVIA FIRDAHANA G0006176 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of PERBANDINGAN NILAI FAAL PARU PADA PENDERITA … fileABSTRAK Allivia Firdahana, G0006176, 2010,...

Page 1: PERBANDINGAN NILAI FAAL PARU PADA PENDERITA … fileABSTRAK Allivia Firdahana, G0006176, 2010, Perbandingan Nilai Faal Paru pada Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Stabil

PERBANDINGAN NILAI FAAL PARU PADA PENDERITA

PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK (PPOK) STABIL

DENGAN ORANG SEHAT

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

ALLIVIA FIRDAHANA

G0006176

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: PERBANDINGAN NILAI FAAL PARU PADA PENDERITA … fileABSTRAK Allivia Firdahana, G0006176, 2010, Perbandingan Nilai Faal Paru pada Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Stabil

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul : Perbandingan Nilai Faal Paru pada Penderita Penyakit

Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Stabil dengan Orang Sehat

Allivia Firdahana, NIM/Semester : G.0006176/VIII, Tahun: 2010

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Pada Hari Rabu, Tanggal 2 Juni Tahun 2010 Pembimbing Utama Nama : Yusup Subagio Sutanto, dr., SpP NIP : 195703151983121002 ……………………… Pembimbing Pendamping Nama : Wachid Putranto, dr., SpPD NIP : 19720226200501001 .……………………... Penguji Utama Nama : Eddy Surjanto, dr., SpP(K) NIP : 1950110419751110 ……………………… Anggota Penguji Nama : Lilik Wijayanti, dr., M.Kes NIP : 196903051998022001 ………………………

Surakarta, ………………….. Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS Sri Wahjono, dr., M.Kes., DAFK Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., M.S NIP. 194508241973101001 NIP. 194811071973101003

Page 3: PERBANDINGAN NILAI FAAL PARU PADA PENDERITA … fileABSTRAK Allivia Firdahana, G0006176, 2010, Perbandingan Nilai Faal Paru pada Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Stabil

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang

pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau

diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan

disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, Juni 2010

Allivia Firdahana

NIM G0006176

Page 4: PERBANDINGAN NILAI FAAL PARU PADA PENDERITA … fileABSTRAK Allivia Firdahana, G0006176, 2010, Perbandingan Nilai Faal Paru pada Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Stabil

ABSTRAK

Allivia Firdahana, G0006176, 2010, Perbandingan Nilai Faal Paru pada Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Stabil dengan Orang Sehat, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tujuan penelitian : Perubahan faal paru bisa terjadi secara patologis maupun fisiologis. Perubahan secara patologis dapat terjadi karena penyakit PPOK sedangkan perubahan secara fisologis dapat terjadi karena proses penuaan. Hal tersebut sama-sama berpengaruh terhadap penurunan nilai faal paru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan nilai faal paru antara penderita PPOK stabil dengan orang sehat. Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian diambil dari poliklinik paru RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada bulan November 2009 sampai Februari 2010. Sampel penelitian adalah 60 ( 30 penderita PPOK dan 30 orang sehat). Setiap sampel diukur nilai faal parunya dengan menggunakan Mini wright Peak Flow Metre. Analisis data dengan menggunakan uji t independent. Hasil Penelitian : Dengan uji t independent didapatkan nilai sig 0,000 atau probabilitas dibawah 0,05 (p<0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai faal paru penderita PPOK berbeda dengan nilai faal paru orang sehat. Simpulan Penelitian : Didapatkan perbedaan yang bermakna pada nilai faal paru penderita PPOK dibandingkan dengan nilai faal paru orang sehat, dimana penderita PPOK memiliki nilai faal paru yang lebih rendah daripada orang sehat.

Kata kunci: Nilai Faal Paru – Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Stabil – Orang

Sehat

Page 5: PERBANDINGAN NILAI FAAL PARU PADA PENDERITA … fileABSTRAK Allivia Firdahana, G0006176, 2010, Perbandingan Nilai Faal Paru pada Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Stabil

ABSTRACT

Allivia Firdahana, G0006176, 2010, Comparation of Lungs Physiological Score between Stable Chronic Obstructive Lung Disease Patient and Healthy People, Medical Faculty, Sebelas Maret University of Surakarta. Objective : Lungs Physiological changes can both occur pathologiccally or physiologically. The phatological changes could happen because of the chronic obstructive lung disease while physiological changes could happen because of aging process. Both of the factors have influences in the reduction of lungs physiological score. The study aim is to know comparation of lungs physiological score between stable chronic obstructive lung disease patient and healthy people. Method : The type of the study is observasional analytic with cross sectional approach. The subject of the study taken from Public District hospital dr. Moewardi, Surakarta in November 2009 until February 2010. The amount of this study sample is 60 people (Consist of 30 chronic obstructive Lung disease Patient and 30 health people). Each sample measured by mini wright peak flow metre. The analysis of the data was using t independent test. Result : With t independent test, observer gets sig 0,000 score or probability below 0,05 (p<0,05). This result shows that physiological score in the chronic obstructive lung disease patient different from healthy people physiological score. Conclusion : There is differences in the chronic obstructive lung disease patients have lower result than healthy people. Key word : Lungs Physiological Score - Stable Chronic Obstructive Lung Disease -

Healthy People

Page 6: PERBANDINGAN NILAI FAAL PARU PADA PENDERITA … fileABSTRAK Allivia Firdahana, G0006176, 2010, Perbandingan Nilai Faal Paru pada Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Stabil

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena limpahan nikmat, rahmat, serta anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perbandingan Nilai Faal Paru pada Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Stabil dengan Orang Sehat”.

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini dapat diselesaikan atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu peneliti menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada :

1. Prof. DR. AA. Subiyanto, dr. M.S., selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Sudarman, dr.,M.Kes., DAFK., selaku Ketua Tim Skripsi Fakultas Kedokteran UNS.

3. Yusup Subagio Sutanto, dr.SpP sebagai pembimbing utama atas segala kesabaran, keramahan, dan pengertian yang telah memberi masukan, nasihat, semangat, serta meluangkan waktu memberi bantuan dalam penulisan skripsi ini.

4. Wachid Putranto, dr.SpPD sebagai pembimbing pendamping atas semua saran yang berharga, bantuan, serta motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

5. DR. Eddy Surjanto, dr.SpP(K) sebagai penguji utama yang telah memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi.

6. Lilik Wijayanti, dr.,M.Kes., sebagai penguji pendamping yang telah memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi.

7. Semua pihak yang telah membantu pembuatan skripsi ini yang tidak mungkin disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari

sempurna maka dengan segenap hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini berguna bagi para pembaca di ilmu kedokteran pada umumnya dan ilmu saraf pada khususnya.

Surakarta, Mei 2010 Allivia Firdahana

DAFTAR ISI

Page 7: PERBANDINGAN NILAI FAAL PARU PADA PENDERITA … fileABSTRAK Allivia Firdahana, G0006176, 2010, Perbandingan Nilai Faal Paru pada Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Stabil

Halaman

PRAKATA ............................................................................................. vi

DAFTAR ISI ............................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Rumusan Masalah .............................................................. 3

C. Tujuan Penelitian .................................................................. 3

D. Manfaat Penelitian ................................................................ 3

BAB II LANDASAN TEORI ................................................................ 4

A. Tinjauan Pustaka ................................................................... 4

1. Penyakit Paru Obstruksi Kronik………………………… 5

2. Arus Puncak Ekspirasi…………………………………... 10

3. Hubungan antara APE dengan PPOK…………………….. 13

B. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 15

C. Hipotesis ............................................................................... 16

BAB III METODE PENELITIAN ................................................ 17

A. Jenis Penelitian ...................................................................... 17

B. Lokasi Penelitian ……........................................................... 17

C. Subjek Penelitian .................................................................. 17

D. Teknik Sampling……............................................................. 18

Page 8: PERBANDINGAN NILAI FAAL PARU PADA PENDERITA … fileABSTRAK Allivia Firdahana, G0006176, 2010, Perbandingan Nilai Faal Paru pada Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Stabil

E. Ukuran Sampel....................................................................... 18

F. Rancangan Penelitian.............................................................. 18

G. Alat dan Bahan Penelitian....................................................... 19

H. Cara Kerja............................................................................... 19

I. Identifikasi Variabel …………………………………………. 20

J. Definisi Operasional Variabel .………………………………… 20

K. Analisis Data................................................................................ 23

BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................... 24

BAB V PEMBAHASAN ....................................................................... 27

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 30

A. Simpulan ............................................................................... 30

B. Saran ...................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 31

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Page 9: PERBANDINGAN NILAI FAAL PARU PADA PENDERITA … fileABSTRAK Allivia Firdahana, G0006176, 2010, Perbandingan Nilai Faal Paru pada Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Stabil

Tabel 4.1. Distribusi sampel berdasarkan umur………………………................ 24

Tabel 4.2. Distribusi sampel berdasarkan tinggi badan.........................................25

Tabel 4.3. Hasil uji t beda APE antara penderita PPOK stabil

dengan orang sehat...............................................................................25

DAFTAR LAMPIRAN

Page 10: PERBANDINGAN NILAI FAAL PARU PADA PENDERITA … fileABSTRAK Allivia Firdahana, G0006176, 2010, Perbandingan Nilai Faal Paru pada Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Stabil

Lampiran A Surat ijin penelitian Fakultas

Lampiran B Surat ijin penelitian RSUD Dr. Moewardi Surakarta

Lampiran C Nilai Normal PEFR untuk pria

Lampiran D Data nilai APE pada sampel PPOK stabil

Lampiran E Data nilai APE pada sampel orang sehat

Lampiran F Informed Consent

Lampiran G Penghitungan dengan SPSS 16.0

Lampiran H Surat Ethical Clearance

BAB I

Page 11: PERBANDINGAN NILAI FAAL PARU PADA PENDERITA … fileABSTRAK Allivia Firdahana, G0006176, 2010, Perbandingan Nilai Faal Paru pada Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Stabil

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Akhir-akhir ini Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) semakin sering

diperbincangkan karena prevalensinya yang semakin meningkat. Di Amerika

kasus kunjungan pasien PPOK diinstalasi gawat darurat mencapai angka 1,5

juta,726.000 memerlukan perawatan di rumah sakit dan 119.000 meninggal

selama tahun 2000. WHO memperkirakan bahwa menjelang tahun 2020

prevalensi PPOK akan meningkat. Berdasarkan survei kesehatan rumah tangga

Dep. Kes. RI tahun 1992, PPOK bersama asma bronkial menduduki peringkat ke

enam. Merokok merupakan faktor resiko terpenting penyebab PPOK di samping

faktor resiko lainnya seperti polusi udara, faktor genetik dan lain-lainnya (Riyanto

dan Hisyam, 2007).

Pemeriksaan faal paru bertujuan untuk mengukur kemampuan paru dalam

tiga tahap respirasi meliputi pemeriksaan ventilasi, difusi, dan perfusi. Hasil

pemeriksaan itu digunakan untuk menilai status kesehatan atau fungsi paru

individu yang diperiksa. Pengukuran ventilasi ini dapat menggunakan alat

sederhana seperti peak flow meter, spirometri sederhana, body plesthymografi,

atau spirometri yang memakai gas tertentu (Yunus dkk, 2003).

GOLD (Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease)

merekomendasikan spirometer untuk mendiagnosis adanya obstruksi dengan

memeriksa Forced Vital Capacity (FVC), Forced Expiratory Volume in one

second (FEV1), dan FEV√FVC (Jackson and Hubbard, 2003). Meskipun

Page 12: PERBANDINGAN NILAI FAAL PARU PADA PENDERITA … fileABSTRAK Allivia Firdahana, G0006176, 2010, Perbandingan Nilai Faal Paru pada Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Stabil

demikian, sebuah penelitian di Inggris telah membuktikan bahwa pemeriksaan

Arus Puncak Ekspirasi (APE) yang lazim pula disebut Peak Expiratory Flow Rate

(PEFR) juga bisa digunakan dalam diagnosis PPOK. Terlebih lagi mengingat

Mini Wright Peak Flow Meter lebih ringan, mudah dibawa, mudah dioperasikan,

serta lebih ekonomis.

Arus Puncak Ekspirasi yang biasa disebut sebagai APE merupakan salah

satu cara pemeriksaan faal paru dengan menggunakan alat peak flow meter. Alat

dan cara pemeriksaan APE lebih mudah dan lebih sederhana dibandingkan

dengan pemeriksaan faal paru yang lainnya. Alatnya mudah dibawa dan

dibersihkan, sehingga pemeriksaan APE dapat dilakukan dimana-mana dan kapan

saja (Pradjnaparamita, 1997).

Perubahan faal paru baik yang terjadi secara patologis dalam PPOK

maupun secara fisiologis dalam proses penuaan berpengaruh terhadap penurunan

APE. APE adalah kecepatan maksimum aliran udara yang terjadi saat seseorang

melakukan ekspirasi paksa secara cepat yang dimulai dari posisi inspirasi

maksimal. APE merupakan salah satu parameter faal paru untuk menentukan

adanya kelainan di saluran pernapasan, jika menurun berarti ada hambatan aliran

udara di saluran pernapasan (Yunus, 1997).

Terdapat beberapa faktor normal yang mempengaruhi besarnya faal paru.

Besarnya pengaruh masing-masing faktor tidak sama besar. Faktor yang paling

besar pengaruhnya ialah umur, tinggi badan, berat badan, dan jenis kelamin (Price

dan Wilson, 2006).

Page 13: PERBANDINGAN NILAI FAAL PARU PADA PENDERITA … fileABSTRAK Allivia Firdahana, G0006176, 2010, Perbandingan Nilai Faal Paru pada Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Stabil

Berdasarkan uraian di atas penulis mencoba meneliti masalah

perbandingan nilai faal paru antara penderita PPOK stabil dengan orang sehat.

B. Perumusan Masalah

Bagaimana Perbandingan Nilai Faal Paru antara Penderita PPOK Stabil

dengan Orang Sehat ?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui Perbandingan Nilai Faal Paru antara Penderita PPOK

Stabil dengan Orang Sehat.

D. Manfaat Penelitian

a.Teoritis

Mengetahui Perbandingan Nilai Faal Paru antara Penderita PPOK Stabil dengan

Orang Sehat.

b.Aplikatif

Memberi pemahaman kepada masyarakat mengenai pentingnya pemeriksaan

faal paru terutama pada penderita PPOK sehingga dapat menunjang

kesembuhan pasien.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Penyakit Paru Obstruksi Kronik

Page 14: PERBANDINGAN NILAI FAAL PARU PADA PENDERITA … fileABSTRAK Allivia Firdahana, G0006176, 2010, Perbandingan Nilai Faal Paru pada Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Stabil

a. Definisi

Penyakit paru obstruktif kronik adalah penyakit paru kronik yang

ditandai dengan hambatan aliran udara di saluran napas yang tidak

sepenuhnya reversibel (PDPI, 2003). Penyakit paru obstruksi kronik

meliputi bronchitis kronik dan emfisema (Barnes et al., 2003).

Bronkitis kronik merupakan kelainan saluran napas yang ditandai

oleh batuk kronik berdahak minimal 3 bulan dalam setahun, sekurang-

kurangnya dua tahun berturut-turut, tidak disebabkan penyakit lainnya

(PDPI, 2001). Sedangkan emfisema ditandai oleh pembesaran alveolus

dan duktus alveolaris yang tidak normal, serta destruksi dinding alveolar

(Price dan Wilson, 2006).

b. Patofisiologi

Pada bronchitis kronik maupun emfisema terjadi penyempitan

saluran nafas. Penyempitan ini dapat mengakibatkan obstruksi jalan nafas

dan menimbulkan sesak. Pada bronchitis kronik, saluran pernafasan kecil

yang berdiameter kurang dari 2 mm menjadi lebih sempit, berkelok-kelok

dan berobliterasi. Penyempitan ini terjadi juga oleh metaplasia sel goblet,

saluran nafas besar juga menyempit karena hipertrofi dan hiperplasia

kelenjar mukus. Pada emfisema paru penyempitan saluran nafas

disebabkan oleh berkurangnya elastisitas paru-paru (Mansjoer dkk, 2001)

c. Patogenesis

Pada emfisema terjadi akibat dua ketidakseimbangan protease-

antiprotease dan ketidakseimbangan oksidan-antioksidan.

Page 15: PERBANDINGAN NILAI FAAL PARU PADA PENDERITA … fileABSTRAK Allivia Firdahana, G0006176, 2010, Perbandingan Nilai Faal Paru pada Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Stabil

Ketidakseimbangan ini hampir selalu terjadi bersamaan, dan pada

kenyataannya, efek keduanya saling memperkuat dalam menyebabkan

kerusakan jaringan sebagai akibat akhir (Maitra dan Kumar, 2003).

Pada bronkitis kronis terdapat gambaran khas yaitu hipersekresi

mukus, yang dimulai di saluran napas besar. Meskipun faktor penyebab

terpenting adalah merokok, polutan udara lain, seperti sulfur dioksida dan

nitrogen dioksida, juga berperan. Berbagai iritan ini memicu hipersekresi

kelenjar mukosa bronkus, menyebabkan pembentukan metaplastik sel

goblet penghasil musin di epitel permukaan bronkus. Selain itu, zat

tersebut juga menyebabkan peradangan dengan infiltrasi sel T CD 8+,

makrofag, dan neutrofil (Maitra dan Kumar, 2003)

d. Diagnosis

Diagnosis PPOK ditegakkan berdasarkan :

1) Gambaran klinis

a) Anamnesis

(1) Keluhan dengan batuk berulang, dengan atau tanpa dahak.

Sesak napas, dengan atau tanpa mengi.

(2) Ada atau tidak riwayat penyakit emfisema dalam keluarga.

(3) Mempunyai riwayat merokok atau tidak

(4) Mempunyai faktor predisposisi yaitu : Berat badan lahir

rendah (BBLR), infeksi saluran napas berulang, polusi

udara dan asap rokok.

(Wiyono, 2002)

Page 16: PERBANDINGAN NILAI FAAL PARU PADA PENDERITA … fileABSTRAK Allivia Firdahana, G0006176, 2010, Perbandingan Nilai Faal Paru pada Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Stabil

b) Pemeriksaan Fisis

(1) Inspeksi

(a) Purshed lips breathing (mulut setengah terkatup /

mencucu)

(b) Barrel chest (diameter antero-posterior dan

transversal sebanding)

(c) Penggunaan otot bantu napas

(d) Hipertropi otot bantu napas

(e) Pelebaran sela iga

(f) Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat

denyut vena jugularis di leher dan edema tungkai

(g) Penampilan pink puffer atau blue bloater

(2) Palpasi

Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar.

(3) Perkusi

Pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil,

letak diafragma rendah, hepar terdorong ke bawah.

(4) Auskultasi

(a) Suara napas vesikuler normal

(b) Terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas

biasa atau pada ekspirasi paksa

(c) Ekspirasi memanjang

Page 17: PERBANDINGAN NILAI FAAL PARU PADA PENDERITA … fileABSTRAK Allivia Firdahana, G0006176, 2010, Perbandingan Nilai Faal Paru pada Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Stabil

(d) Bunyi jantung terdengar jauh

(PDPI, 2001)

2) Uji Faal Paru (Hadiarto, 1998)

a) Spirometri

Merupakan pemeriksaan faal paru yang terpenting untuk

mendeteksi adanya obstruksi jalan napas maupun derajat

obstruksi. Hambatan aliran udara pernapasan pada ekspirasi

secara spirometri dinyatakan dengan perumusan nilai-nilai

Volume Ekspirasi Paksa detik pertama. VEP1 / FEV1

merupakan parameter yang paling banyak digunakan untuk

menentukan obstruksi, derajat obstruksi, bahkan dapat menilai

prognosis (Hadiarto, 1998)

b) Apabila spirometri tidak tersedia atau tidak mungkin

dilakukan, APE meter walaupun kurang tepat, dapat dipakai

sebagai alternatif dengan memantau variabiliti harian pagi dan

sore, tidak lebih dari 20% (PDPI, 2001)

c) Kapasitas difusi

d) Analisis gas darah

Terutama untuk menilai gagal napas kronik stabil dan gagal

napas akut pada gagal napas kronik (PDPI, 2001).

3) Elektrokardiogram

Page 18: PERBANDINGAN NILAI FAAL PARU PADA PENDERITA … fileABSTRAK Allivia Firdahana, G0006176, 2010, Perbandingan Nilai Faal Paru pada Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Stabil

Hipertensi pulmonal pada tingkat lanjut PPOK dapat diketahui

dengan EKG.

Gambaran abnormal EKG antara lain :

a) P pulmonal deviasi aksis ke kanan

b) “ Low Voltage” sering pada emfisema

(Hadiarto, 1998)

4) Radiologi

Foto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan

penyakit paru lain

Pada emfisema terlihat gambaran :

a) Hiperinflasi

b) Hiperlusen

c) Ruang retrosternal melebar

d) Diafragma mendatar

e) Jantung menggantung (jantung pendulum/tear drop/eye

drop appearance)

Pada bronchitis kronik:

a) Normal

b) Corakan bronkovaskular bertambah pada 21% kasus

(PDPI, 2001).

Page 19: PERBANDINGAN NILAI FAAL PARU PADA PENDERITA … fileABSTRAK Allivia Firdahana, G0006176, 2010, Perbandingan Nilai Faal Paru pada Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Stabil

e. Faktor Resiko

1) Faktor Pejamu

a) Genetik

b) Hiperresponsif jalan napas

c) Nutrisi dan perkembangan paru

d) Jenis Kelamin

2) Faktor Paparan

a) Merokok

b) Polusi udara

c) Debu dan bahan kimia di tempat kerja

d) Infeksi

(Hansel and Barnes, 2003)

f. Derajat PPOK

Berdasarkan Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease

(GOLD) 2008, PPOK dibagi atas 4 derajat:

a. PPOK Ringan:

VEP1/KVP < 70%; VEP1 ≥ 80% prediksi

b. PPOK Sedang:

VEP1/KVP < 70%, atau 50% ≤ VEP1 < 80% prediksi

c. PPOK Berat:

VEP1/KVP < 70%, atau 30% ≤VEP1<50% prediksi

d. PPOK Sangat Berat:

Page 20: PERBANDINGAN NILAI FAAL PARU PADA PENDERITA … fileABSTRAK Allivia Firdahana, G0006176, 2010, Perbandingan Nilai Faal Paru pada Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Stabil

VEP1/KVP < 70% atau VEP1<30% atau VEP1<50% disertai

gagal napas kronik

2. Arus Puncak Ekspirasi

Pemeriksaan faal paru bertujuan untuk mengukur kemampuan paru dalam

tiga tahap respirasi meliputi pemeriksaan ventilasi, difusi, dan perfusi. Hasil

pemeriksaan itu digunakan untuk menilai status kesehatan atau fungsi paru

individu yang diperiksa ( Yunus dkk., 2003)

Pada pemeriksaan penunjang faal paru, spirometer merupakan

pemeriksaan gold standar. Bila spirometer tidak tersedia dapat digunakan APE

(Daniel, 2004). Peralatan standar untuk mendiagnosis PPOK seperti spirometer

hanya terdapat di rumah sakit besar saja, seringkali jauh dari jangkauan

puskesmas (Yunus, 2001).

Pemeriksaan Arus Puncak Ekspirasi merupakan pengukuran jumlah aliran

udara maksimal yang dapat dicapai saat ekspirasi paksa dalam waktu tertentu

yang dilakukan dengan menggunakan peak flow meter atau spirometer. Tujuan

pemeriksaan ini adalah mengukur secara objektif arus udara pada saluran napas

besar (Menaldi, 2001).

Dalam setiap pemeriksaan APE sebaiknya dilakukan 3 kali tiupan,

kemudian diambil angka tertinggi. Tiupan dilakukan setelah inspirasi dalam,

dilanjutkantiupan dengan cepat dan kuat (Pradjnaparamita, 1997). Nilai yang

dianggap reprodusibel ialah jika perbedaan antara 2 nilai yang didapat < 10%

Page 21: PERBANDINGAN NILAI FAAL PARU PADA PENDERITA … fileABSTRAK Allivia Firdahana, G0006176, 2010, Perbandingan Nilai Faal Paru pada Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Stabil

untuk 3 kali maneuver atau < 15% untuk 4 kali maneuver dihitung dari nilai

APE tertinggi (Alsagaff dan Mangunegoro, 1993).

Indikasi Pemeriksaan Arus Puncak Ekspirasi di antaranya :

a. Menegakkan diagnosis asma termasuk asma kerja dan pengukuran

harus dilakuakn secara serial, pagi, dan sore hari setiap hari selam

2 minggu.

b. Pasien asma dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dalam

keadaan stabil untuk mendapatkan nilai dasar.

c. Evaluasi pengobatan pasien asma akut, PPOK, dan sindroma

obstruksi pasca tuberculosis (SPOT) yang mengalami eksaserbasi

akut, sesudah pemberian obat bronkodilator

d. Evaluasi progresiviti penyakit

e. Mendapatkan variasi harian arus udara pada saluran napas pasien

asma dan nilai terbaik dengan cara pemeriksaan APE serial pagi

dan sore hari setiap hari selama 2-3 minggu

f. Monitor faal paru

(Menaldi, 2001)

Ada tiga macam cara pengukuran APE, yaitu:

a. APE sesaat

1) Dapat dilakukan setiap waktu

2) Untuk mengetahui adanya obstruksi saluran napas

3) Untuk mengetahui seberapa berat obstruksi saat itu, terutama

untuk yang sudah mengetahui standard normalnya.

Page 22: PERBANDINGAN NILAI FAAL PARU PADA PENDERITA … fileABSTRAK Allivia Firdahana, G0006176, 2010, Perbandingan Nilai Faal Paru pada Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Stabil

4) Nilai APE sesaat selalu dibandingkan dengan nilai tertinggi

untuk mendapatkan persentase.

b. APE tertinggi

1) Sebagai standard nilai normal seseorang

2) Sebagai pembanding untuk nilai persentase

3) APE tertinggi didapat dari nilai APE tertinggi dari hasil monitor

APE setiap hari 2 kali sehari pagi dan sore selama 2 minggu.

c. APE variasi harian

1) Mengetahui nilai tertinggi / standard normal seseorang

2) Mengetahui stabilitas asma (asma yang terkontrol), asma yang

terkontrol adalah yang memiliki variasi harian < 20% (GINA,

2002).

(Pradjnaparamita, 1997).

Harga normal nilai Arus Puncak Ekspirasi (APE) untuk laki-laki adalah

500-700 L/menit, sedangkan untuk perempuan 380-500 L/menit. Variasi dari

nilai APE pada populasi umum ditentukan oleh umur, jenis kelamin, ras, tinggi

badan, dan merokok (Jain,1998).

Interpretasi pemeriksaan Arus Puncak Ekspirasi adalah:

Menurut Menaldi (2001) :

a. Obstruksi : < 80% dari nilai dugaan atau pada orang dewasa jika

didapatkan nilai APE < 200 L/menit

b. Obstruksi akut : < 80% dari nilai terbaik

c. APE variasi harian = Nilai tertinggi-Nilai terendah x 100%

Page 23: PERBANDINGAN NILAI FAAL PARU PADA PENDERITA … fileABSTRAK Allivia Firdahana, G0006176, 2010, Perbandingan Nilai Faal Paru pada Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Stabil

Nilai tertinggi

Jika didapat nilai >15%, maka dianggap obstruksi saluran napas

yang ada belum terkontrol.

3. Hubungan Antara Arus Puncak Ekspirasi (APE) dengan PPOK

Meskipun rokok disebut-sebut sebagai faktor risiko utama, akan tetapi

mekanisme terjadinya PPOK sangat kompleks sehingga seringkali faktor tersebut

tidak berdiri sendiri (Muhammad, 2004). Faktor resiko meliputi faktor host,

paparan lingkungan dan penyakit biasanya muncul dari interaksi antara kedua

faktor tersebut.

Faktor host antara lain genetik, hiperreaktivitas bronkus (Daniel, 2004),

umur, jenis kelamin, ras, dan tinggi badan (Alsagaff dan Mangunegoro, 1993).

Faktor lingkungan antara lain asap rokok, occupational dusts and chemicals,

polusi udara, infeksi saluran napas ( Daniel, 2004), nutrisi, status sosioekonomi,

dan factor risiko lingkungan sejak bayi (Muhammad, 2004).

Obstruksi saluran nafas ini bisa dibuktikan dengan pengukuran faal paru

dengan spirometer. Bila spirometer tidak tersedia dapat digunakan APE ( Daniel,

2004). Akibat obstruksi saluran napas dan karena lebih mudah mengempis

daripada normal, maka APE sangat berkurang (Guyton and Hall, 1997). Variasi

nilai APE sangat dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, ras, tinggi badan dan

merokok (Jain, 1998).

Page 24: PERBANDINGAN NILAI FAAL PARU PADA PENDERITA … fileABSTRAK Allivia Firdahana, G0006176, 2010, Perbandingan Nilai Faal Paru pada Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Stabil

B. Kerangka Pemikiran

Saluran Pernapasan

a. Genetik b. Nutrisi c. Hiperresponsif jalan napas d. Jenis Kelamin

Page 25: PERBANDINGAN NILAI FAAL PARU PADA PENDERITA … fileABSTRAK Allivia Firdahana, G0006176, 2010, Perbandingan Nilai Faal Paru pada Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Stabil

C. Hipotesis

Terdapat perbandingan nilai faal paru antara penderita PPOK stabil dengan

orang sehat.

Iritasi&Inflamasi saluran napas

Penebalan lapisan otot polos & jaringan ikat

Hilangnya elastisitas Alveolar

Hipertrofi Kelenjar

Penyempitan saluran napas & fibrosis

Penurunan nilai APE

Destruksi parenkim Hipersekresi mukus

Obstruksi jalan napas

a. Umur b. Jenis Kelamin c. Ras d. Tinggi badan e. Riwayat penyakit pernapasan f. Rokok g. Obat-obatan

Page 26: PERBANDINGAN NILAI FAAL PARU PADA PENDERITA … fileABSTRAK Allivia Firdahana, G0006176, 2010, Perbandingan Nilai Faal Paru pada Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Stabil

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Page 27: PERBANDINGAN NILAI FAAL PARU PADA PENDERITA … fileABSTRAK Allivia Firdahana, G0006176, 2010, Perbandingan Nilai Faal Paru pada Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Stabil

Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan

pendekatan studi cross sectional.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Poliklinik RSUD Dr.Moewardi Surakarta

pada bulan November 2009.

C. Subjek Penelitian

1. Subjek

subjek dalam penelitian ini adalah pasien di Poliklinik RSUD Dr.

Moewardi, Surakarta yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi

kriteria eksklusi.

2. Kriteria inklusi

a.laki-laki

b.Umur > 45 tahun

c.Tinggi badan 150-180 cm

d.Penderita PPOK yang bersedia menjadi sampel.

3. Kriteria eksklusi

a.Tidak mampu menjalani uji faal paru adekuat

b.Minum obat pelega napas dalam waktu 24 jam terakhir

c.Sedang batuk atau sesak napas

d.Sudah pernah didiagnosis Dokter menderita penyakit paru yang

menyebabkan obstruksi saluran napas.

e.Terjadi perbedaan nilai APE>10% untuk 3 manuver atau >15% untuk

manuver dihitung dari nilai APE tertinggi.

Page 28: PERBANDINGAN NILAI FAAL PARU PADA PENDERITA … fileABSTRAK Allivia Firdahana, G0006176, 2010, Perbandingan Nilai Faal Paru pada Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Stabil

D. Teknik Sampling

Pengambilan sample diambil secara purposive sampling, yaitu sample

diambil berdasarkan atas ciri-ciri atau sifat tertentu (Taufiqurrahman, 2004).

E. Ukuran Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini adalah 60 sampel. Penelitian ini

menggunakan analisis bivariat. Analisis bivariat adalah analisis yang

melibatkan sebuah variabel dependen dan sebuah variabel independen.

Menurut patokan umum, setiap penelitian yang dianalisis dengan analisis

bivariat membutuhkan sampel minimal 30 subjek penelitian (Murti, 2006).

F. Rancangan Penelitian

Sampel penderita PPOK stabil Sampel orang sehat

nilai APE ukur nilai APE ukur

% nilai APE % nilai APE

Uji T

G. Alat dan Bahan Penelitian

1. Mini Wright Peak Flow Metre

2. Kapas dan alkohol 70% (sterilisasi)

3. Tabel nilai normal APE untuk pria Indonesia berdasarkan tim IPP 1992

Page 29: PERBANDINGAN NILAI FAAL PARU PADA PENDERITA … fileABSTRAK Allivia Firdahana, G0006176, 2010, Perbandingan Nilai Faal Paru pada Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Stabil

H. Cara Kerja

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dengan cara mengukur dan

mencatat nilai APE pada kelompok kontrol dan kelompok sampel yang

sebelumnya sudah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, pengukuran tinggi

badan, dan pencatatan umur.

Sebelum dilakukan pemeriksaan APE, tiap sampel diterangkan terlebih

dahulu mengenai rencana pemeriksaan, carakerja alat yang dipakai, dan hasil

yang akan dicatat. Setiap sample berada dalam posisi berdiri sambil

memegang sendiri alat Mini Wright Peak Flow Metre, kemudian melakukan

inspirasi maksimal melalui hidung dan bagian mulut pada alat (mouth piece)

dimasukkan ke dalam mulut. Kemudian secara cepat mengeluarkan napas

dengan dihembuskan secara kuat melalui mulut yang sudah ada alatnya dan

tidak boleh ada udara yang keluar melalui hidung. Dilakukan 3 kali

pengukuran berturut-turut pada tiap sample dengan diselingi istirahat minimal

2 menit antar pemeriksaan dan diambil nilai yang terbesar. Setiap akan ganti

probandus, alat dibersihkan dengan alkohol 70%.

Nilai yang dianggap reprodusibel ialah jika perbedaan antara dua nilai

yang didapat < 10%. Manuver tidak bisa diterima jika terlambat waktu mulai

manuver, batuk, dan mengakhiri belum pada saatnya.

Baca hasil pengukuran APE (nilai APE) ukur pada peak flow meter (dalam

L/menit). Berdasarkan umur dan tinggi badan sampel penelitian, dibaca nilai

APE prediksi pada table nilai normal APE untuk pria Indonesia berdasarkan

penelitian tim IPP 1992.

Page 30: PERBANDINGAN NILAI FAAL PARU PADA PENDERITA … fileABSTRAK Allivia Firdahana, G0006176, 2010, Perbandingan Nilai Faal Paru pada Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Stabil

I. Identifikasi variabel

1. Variabel Bebas : PPOK stabil

2. Variabel Terikat : Nilai Arus Puncak Ekspirasi (APE)

3. Variabel Luar :

a. Terkendali yaitu riwayat TB paru, asma, umur, jenis kelamin, ras,

rokok, dan tinggi badan.

b. Tidak terkendali yaitu polusi udara, nutrisi, status sosial ekonomi,

genetik.

J. Definisi Operasional variabel

1. Variable bebas :

a. PPOK stabil

a. Definisi : PPOK stabil adalah Penyakit Paru Obstruksi Kronik

yang memiliki kriteria yaitu tidak dalam kondisi gagal

napas akut pada gagal napas kronik, hasil analisis gas

darah menunjukkan PH normal PCO2 > 60 mmHg dan

PO2 < 60 mmHg,dahak tidak berwarna atau jernih,

aktivitas terbatas tidak disertai sesak sesuai derajat

berat PPOK (hasil spirometri), Penggunaan

bronkodilator sesuai rencana pengobatan, tidak ada

penggunaan bronkodilator tambahan.(PDPI, 2001)

b. Alat ukur : Diagnosis dokter

c. Skala Pengukuran : Nominal

b. Orang Sehat

Page 31: PERBANDINGAN NILAI FAAL PARU PADA PENDERITA … fileABSTRAK Allivia Firdahana, G0006176, 2010, Perbandingan Nilai Faal Paru pada Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Stabil

1) Definisi : Yang dimaksud sebagai orang sehat dalam penelitian ini

adalah orang yang apabila diperiksa faal parunya tidak

ada restriksi dan obstruksi, dan juga tidak menderita

penyakit yang dapat menyebabkan restriksi maupun

obstruksi.

2) Alat ukur : Diagnosis dokter

3) Skala Pengukuran : Nominal

2. Variable terikat : Nilai Faal Paru

a. Definisi : Yang dimaksud nilai faal paru dalam penelitian ini adalah

nilai APE yaitu jumlah aliran udara maksimal yang dapat

dicapai saat ekspirasi paksa dalam waktu tertentu yang

dilakukan dengan menggunakan peak flow meter atau

spirometer (Menaldi, 2001)

b.Alat Ukur : Mini Wright Peak Flow Meter

c. Satuan : L/menit

d.Skala Pengukuran : Interval

3. Variabel Luar Terkendali

a. TB Paru

Definisi: penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman

Mycobacterium tuberculosis (Depkes, 2002).

b. Asma

Definisi: Merupakan penyakit gangguan inflamasi kronis saluran

pernapasan yang dihubungkan dengan hiperresponsif,

Page 32: PERBANDINGAN NILAI FAAL PARU PADA PENDERITA … fileABSTRAK Allivia Firdahana, G0006176, 2010, Perbandingan Nilai Faal Paru pada Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Stabil

keterbatasan aliran udara yang reversible dan gejala

pernapasan (PAPDI, 2007).

c. Umur

Definisi: Umur sampel umur dalam tahun yang dihitung berdasarkan

selisih tahun wawancara dengan tahun kelahiran (Mulyono,

2003).

d. Jenis Kelamin

Definisi: Jenis kelamin adalah jenis kelamin sampel dibedakan laki-

laki dan perempuan (Mulyono, 2003)

e. Ras

Definisi: Sampel penelitian adalah WNI keturunan asli Indonesia.

f. Tinggi Badan

Definisi: Tinggi badan sampel adalah tinggi bada sampel tanpa alas

kaki dalam sentimeter yang diukur dengan stature meter

(Mulyono, 2003)

g. Rokok

Definisi:Derajat berat merokok diukur dengan indeks Brinkman (IB),

yaitu perkalian jumlah rata-rata batang rokok yang dihisap

sehari dikali lama merokok dalam tahun. Perokok ringan 0-

200, perokok sedang 201-600, sedangkan pada perokok berat

> 600 (PDPI, 2000)

K. Analisis Data

Page 33: PERBANDINGAN NILAI FAAL PARU PADA PENDERITA … fileABSTRAK Allivia Firdahana, G0006176, 2010, Perbandingan Nilai Faal Paru pada Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Stabil

Data yang diperoleh pada penelitian ini akan dianalisis dengan analisis

uji t menggunakan Statistical Product and Service Solution (SPSS) 16.0 for

Windows. Uji t adalah statistik parametris yang digunakan untuk menguji

hipotesis komparatif rata-rata dua sampel (Sugiyono, 2005).

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian tentang perbandingan nilai faal paru pada penderita PPOK Stabil

dengan Orang Sehat yang dilakukan di Poliklinik Paru RSUD Dr.Moewardi pada awal

bulan November 2009 sampai akhir Februari 2010. Besar sampel keseluruhan pada

penelitian ini adalah 60 orang yang memenuhi kriteria penelitian, terdiri dari 30 orang

penderita PPOK stabil dan 30 orang sehat.

Tabel 4.1. Distribusi sampel berdasarkan umur

PPOK Orang Sehat Umur (tahun)

Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase (%)

45-50 3 10 3 10

51-55 1 3,33 2 6,67

56-60 3 10 4 13,33

61-65 4 13,33 6 20

66-70 11 36,67 8 26,67

Page 34: PERBANDINGAN NILAI FAAL PARU PADA PENDERITA … fileABSTRAK Allivia Firdahana, G0006176, 2010, Perbandingan Nilai Faal Paru pada Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Stabil

71-75 6 20 5 16,67

76-80 0 0 1 3,33

81-85 2 6,67 1 3,33

Jumlah 30 100 30 100

Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa umur sampel PPOK stabil dan orang sehat di Poliklinik

Paru RSDM paling banyak adalah kelompok umur 66-70 tahun yaitu 11 orang dan 8

orang.

Tabel 4.2. Distribusi sampel berdasarkan tinggi badan

PPOK Orang Sehat Tinggi badan (cm)

Frekuensi Presentase (%) Frekuensi Persentase (%)

150-155 6 20 1 3,33

156-160 5 16,67 5 16,67

161-165 11 36,67 11 36,67

166-170 6 20 5 16,67

171-175 1 3,33 4 13,33

176-180 1 3,33 4 13,33

Jumlah 30 100 30 100

Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa sampel terbanyak adalah kelompok dengan tinggi

badan 161-165 cm baik sampel PPOK stabil maupun orang sehat yaitu sebesar 11 orang

(36,67%).

Page 35: PERBANDINGAN NILAI FAAL PARU PADA PENDERITA … fileABSTRAK Allivia Firdahana, G0006176, 2010, Perbandingan Nilai Faal Paru pada Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Stabil

Tabel 4.3. Hasil uji t tentang beda Arus Puncak Ekspirasi (APE) antara penderita PPOK stabil dengan Orang sehat

Kelompok mean SD t p

PPOK stabil 43,7 12,9 16,62 < 0,001

Orang sehat 89,4 7,8

Rata-rata persentase APE pada penderita PPOK stabil dengan orang sehat adalah masing-

masing sebesar 43,7 % dan 89,4%.

Dari uji normalitas dengan uji Shapiro Wilk terhadap nilai APE pasien PPOK

stabil dan orang sehat didapatkan nilai p=0,137 dan p=0,716. Jadi, bisa dikatakan

distribusi frekuensi APE pada kedua kelompok normal. Dengan demikian analisis

menggunakan uji t dapat dilaksanakan.

Setelah dilakukan uji t, maka didapatkan nilai p= 0,000, jadi terdapat perbedaan

yang bermakna pada nilai APE antara kelompok PPOK stabil dengan orang sehat.

Ternyata nilai APE penderita PPOK stabil lebih rendah (43,7%) dibandingkan dengan

nilai APE orang sehat (89,4%).

Page 36: PERBANDINGAN NILAI FAAL PARU PADA PENDERITA … fileABSTRAK Allivia Firdahana, G0006176, 2010, Perbandingan Nilai Faal Paru pada Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Stabil

BAB V

PEMBAHASAN

Penelitian mengenai perbandingan nilai Faal Paru pada penderita PPOK stabil

dengan orang sehat dilaksanakan dari awal bulan November 2009 hingga akhir Februari

2010. Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Paru RSUD DR. Moewardi Surakarta.

Pengukuran nilai APE didahului dengan wawancara untuk mengetahui apakah

sampel memenuhi kriteria atau tidak. Setelah mendapatkan sampel yang telah memenuhi

kriteria didapatkan 30 sampel kelompok penderita PPOK stabil dan 30 sampel kelompok

orang sehat.

Besarnya nilai APE tergantung pada beberapa faktor, antara lain umur, tinggi

badan, dan paparan inhalan di tempat kerja (Alsegaff et al., 1993). Dalam penelitian ini

yang dibandingkan adalah presentase APE dimana nilai tersebut sudah dibagi dengan

nilai APE prediksi berdasarkan umur dan tinggi badan. Sehingga faktor umur dan tinggi

badan yang dapat mempengaruhi penurunan APE sudah dikendalikan.

Dari hasil analisis data persentase APE sampel PPOK stabil dan orang sehat

dengan uji t didapatkan p=0,000 (p<0,05) yang berarti secara statistik terdapat perbedaan

yang bermakna antara kedua kelompok tersebut, dimana persentase APE kelompok

PPOK stabil lebih rendah dibandingkan dengan orang sehat. Hal ini disebabkan

Page 37: PERBANDINGAN NILAI FAAL PARU PADA PENDERITA … fileABSTRAK Allivia Firdahana, G0006176, 2010, Perbandingan Nilai Faal Paru pada Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Stabil

perubahan paru yang awalnya masih reversible lama kelamaan menjadi irreversible.

Pembatasan aliran udara biasanya bersifat progresif sehingga nilai faal parunya menurun

secara drastis. Selain itu, hal ini juga dipengaruhi oleh faktor umur dan tinggi badan

sampel. Semakin tua seseorang berarti juga mengalami paparan yang lebih lama terhadap

berbagai penyebab PPOK.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilaksanakan oleh Nindya

Susiarini mengenai perbandingan nilai APE pada pria berusia 50 tahun, baik yang tidak

mempunyai kelainan paru maupun yang menderita PPOK di RSUP dr.Kariadi Semarang.

Penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa adanya perbedaan nilai APE yang bermakna

antara kelompok penderita PPOK dan tanpa kelainan paru, dimana nilai APE kelompok

penderita PPOK lebih rendah dibandingkan dengan kelompok tanpa kelainan paru.

Menurut Nolan dan White (1999) pengukuran FEV1 dinilai memiliki akurasi

yang lebih dibandingkan dengan pengukuran APE dalam mendiagnosa PPOK. Namun

demikian dalam penelitian yang dilakukan oleh Jackson dan Hubbard (2003) didapatkan

bahwa 90% sampel penderita PPOK dalam penelitian yang mereka lakukan memiliki

nilai APE yang kurang dari 80%.

Ada 3 faktor utama penyebab PPOK yaitu merokok, polusi udara, dan infeksi.

Lingkungan kerja juga bisa menjadi faktor predisposisi. Selain itu juga bisa disebabkan

oleh faktor genetik yaitu defisiensi enzim α1-antitripsin. Pengaruh dari masing-masing

faktor risiko terhadap terjadinya PPOK saling memperkuat dan merokok merupakan

faktor yang dianggap paling dominan terhadap terjadinya PPOK.

Paparan asap rokok akan mengakibatkan respon inflamasi yang berupa : edema,

pembentukan proteoglikan dan kolagen di jaringan submukosa dan interstisial,

Page 38: PERBANDINGAN NILAI FAAL PARU PADA PENDERITA … fileABSTRAK Allivia Firdahana, G0006176, 2010, Perbandingan Nilai Faal Paru pada Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Stabil

membesarnya sel mukous dan sel goblet serta meningkatnya jumlah pembuluh darah

kecil yang kemudian berdilatasi, hipertrofi dan hiperplasi otot-otot jalan napas (Abiyoso,

2002). Akibat obstruksi saluran napas dan karena lebih mudah mengempis daripada

saluran normal maka APE sangat berkurang (Guyton & Hall, 1997).

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

Page 39: PERBANDINGAN NILAI FAAL PARU PADA PENDERITA … fileABSTRAK Allivia Firdahana, G0006176, 2010, Perbandingan Nilai Faal Paru pada Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Stabil

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di RSUD DR. Moewardi

pada awal bulan November 2009 hingga akhir Februari 2010 dapat disimpulkan

bahwa terdapat perbandingan yang bermakna antara nilai faal paru penderita PPOK

stabil dengan orang sehat, dimana nilai faal paru penderita PPOK stabil lebih rendah

dibanding dengan orang sehat.

B. Saran

1. Dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan sampel yang lebih besar

dan ruang lingkup penelitian yang lebih luas sehingga hasil yang diperoleh lebih

bervariasi dalam hal distribusi dan frekuensi.

2. Peneliti menyarankan pada penelitian selanjutnya sebaiknya menyamakan jumlah

sampel pada setiap kelompok umur dan tinggi badan agar didapatkan hasil yang

lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff H., Mangunegoro H. 1993. Nilai Normal Faal paru Orang Indonesia pada Usia Sekolah dan Pekerja Dewasa Berdasarkan Rekomendasi American Thoracic Society (ATS) 1987. Surabaya: Airlangga University Press. pp : 26, 122-3

Page 40: PERBANDINGAN NILAI FAAL PARU PADA PENDERITA … fileABSTRAK Allivia Firdahana, G0006176, 2010, Perbandingan Nilai Faal Paru pada Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Stabil

Barnes P.J., Shapiro S.D. and Pauwels S.A. 2003. Chronic Obstructive Pulmonary Disease. Fur Respir J. 22:672-688.

GINA. 2002. Global Strategy for Asthma Management and Prevention. Global Initiative for Asthma. P:70

Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD). 2008. Global Strategy for the Diagnosis, Management, and Prevention of Chronic Obstructive Pulmonary Disease. USA, GOLD 2008, p:10.

Guyton A.C., Hall E.J. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Hansel T.T., Barnes P.J. 2003. An Atlas of Chronic Obstructive Pulmonary Disease. Washington, DC: The Parthenon Publishing Group. pp: 10-4.

Jackson H., Hubbard R. 2003. Detecting chronic obstructive pulmonary disease using peak flow rate: cross sectional survey. BMJ. 327: 653-4.

Jain P. 1998. Utility of Peak Expiratory Flow Monitoring. In: Chest the Cardiopulmonary and Critical Care Journal. Vol.114. p: 862.

Mansjoer A., Triyanti K., Savitri R., Wardhani W.I. dan Setiowulan W. (eds). 2000. Penyakit Paru Obstruktif Kronik. Dalam: Kapita Selekta Kedokteran. edisi ke 3. Jakarta: Media Aesculapius, pp: 480-2.

Menaldi R. 2001. Prosedur Tindakan Bidang paru dan Pernafasan dan Diagnosa dan Terapi. Jakarta: Bagian Pulmonologi FK UI, pp: 33-6.

Mulyono. 2003. Keserasian Ukuran Tempat Sujud (Shof Sholat) dengan Antropometri jama’ah di Masjid se-Kodya Surakarta. http://www.journal.unair.ac.id. (28 Maret 2009)

Murti, B. 2006. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, pp: 110-4.

Nolan D., White P. 1999. FEV 1 and PEF in chronic obstructive pulmonary disease management. Thorax. 54: 468

PB PAPDI. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4 ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen IPD FKUI 2007, p: 981.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). 2000. PPOK, Tantangan dan Penatalaksanaan di Abad 21. Dalam: Pertemuan Ilmiah Khusus 2000. PDPI

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). 2001. PPOK Pedoman Diagnosa dan Penatalaksanaan di Indonesia. PDPI, 2001

Page 41: PERBANDINGAN NILAI FAAL PARU PADA PENDERITA … fileABSTRAK Allivia Firdahana, G0006176, 2010, Perbandingan Nilai Faal Paru pada Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Stabil

Pradjnaparamita. 1997. Persiapan Pemeriksaan APE dalam Pelangi Asma. Dalam: Kumpulan Makalah Workshop on Respiratory Physiology and Its Clinical Aplication. Jakarta: PDPI

Price S.A., Wilson L.M. 2006. Patofisiologi. Jakarta : EGC. pp: 737-8,759,784

Riyanto B.S., Hisyam B. 2007. Obstruksi Saluran Pernapasan Akut. Dalam: Buku Ajar, Ilmu Penyakit Dalam. edisi ke 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI. pp: 978-87

Sugiyono. 2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfa beta. p: 119.

Taufiqurrahman M.A. 2004. Pengantar Metodelogi Penelitian untuk Ilmu Kesehatan. Klaten: CSGF.

Yunus F. 1997. Faal paru dan olahraga. Jur Resp Ind. 17:100-5

Yunus F., Wiyono W.H. dan Harahap F. 2003. Pemeriksaan Spirometri. Dalam: Pertemuan Ilmiah Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi. Yakarta: PIPKRA, p: 10.