PPh 21 fix;

13
TUGAS PERPAJAKAN RINGKASAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 Oleh : Lintang Nahdya Putri 118694202 Kartika Fachru Annisa 118694213 Tri Agastya Kharisma 118694225 Rudi Hartono 118694226 Kelas S1 Akuntansi 2011 AA UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2013 0

description

perpajakan

Transcript of PPh 21 fix;

Page 1: PPh 21 fix;

TUGAS PERPAJAKAN

RINGKASAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

Oleh :

Lintang Nahdya Putri 118694202

Kartika Fachru Annisa 118694213

Tri Agastya Kharisma 118694225

Rudi Hartono 118694226

Kelas S1 Akuntansi 2011 AA

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2013

0

Page 2: PPh 21 fix;

A. Pengertian PPh Pasal 21

PPh Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan

pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan,

jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi.

B. Wajib Pajak PPh Pasal 21

Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah orang pribadi yang merupakan :

1. Pegawai

2. Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau

jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya

3. Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan,

jasa, atau kegiatan, antara lain meliputi :

a. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara, akuntan,

arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris

b. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron,

bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama,

penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya.

c. Olahragawan

d. Penasehat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator

e. Pengarang, peneliti, dan penerjemah

f. Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik komputer dan sistem aplikasinya,

telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi, dan sosial serta pemberi jasa kepada

suatu kepanitiaan

g. Agen iklan

h. Pengawas atau pengelola proyek

i. Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi perantara

j. Petugas penjaja barang dagangan

k. Petugas dinas luar asuransi

l. Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan sejenis

lainnya

4. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan

keikutsertaannya dalam suatu kegiatan, antara lain meliputi :

a. Peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan olahraga, seni,

ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan perlombaan lainnya

b. Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan lainnya

c. Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara kegiatan tertentu

d. Peserta pendidikan, pelatihan, dan magang

1

Page 3: PPh 21 fix;

e. Peserta kegiatan lainnya

Tidak Termasuk Wajib Pajak PPh Pasal 21

Yang tidak termasuk dalam pengertian Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 :

1. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing, dan orang

– orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal

bersama mereka, dengan syarat bukan Warga Negara Indonesia dan di Indonesia tidak

menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut,

serta Negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik

2. Pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)

huruf c Undang – Undang Pajak Penghasilan, yang telah ditetapkan oleh Menteri

Keuangan, dengan syarat bukan warga Negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha

atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.

C. Pemotong Pajak PPh Pasal 21

Yang termasuk pemotong PPh pasal 21 adalah :

1. Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan, baik merupakan pusat maupun

cabang, perwakilan atau unit yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan

pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apa pun, sebagai imbalan sehubungan

dengan pekerjaan atau jasa yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai.

2. Bendahara atau pemegang kas pemerintah, termasuk bendahara atau pemegang kas pada

Pemerintah Pusat termasuk institusi TNI/POLRI, Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga

pemerintah, lembaga-lembaga negara lainnya, dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di luar

negeri, yang membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan

nama dan dalam bentuk apa pun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan

kegiatan.

3. Dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, dan badan-badan lain yang

membayar uang pensiun dan tunjangan hari tua atau jaminan hari tua.

4. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badan yang

membayar :

a. Honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan jasa dan/atau

kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status Subjek Pajak dalam negeri,

termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas dan bertindak untuk dan atas

namanya sendiri, bukan untuk dan atas nama persekutuannya

2

Page 4: PPh 21 fix;

b. Honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan kegiatan dan jasa

yang dilakukan oleh orang pribadai dengan status Subjek Pajak luar negeri

c. Honorarium atau imbalan lain kepada peserta pendidikan, pelatihan, dan magang

5. Penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang bersifat nasional dan

internasional, perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnya yang menyelenggarakan

kegiatan, yang membayar honorarium, hadiah, atau penghargaan dalam bentuk apa pun

kepada Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri berkenaan dengan suatu kegiatan.

Yang tidak termasuk sebagai pemberi kerja yang mempunyai kewajiban untuk melakukan

pemotongan PPh pasal 21 adalah :

1. Kantor perwakilan Negara asing

2. Organisasi-organisasi internasional yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan

3. Pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang

semata-mata mempekerjakan orang pribadi untuk melakukan pekerjaan rumah tangga atau

pekerjaan bukan dalam rangka melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas

D. Mekanisme Perhitungan Pemotongan PPh Pasal 21

a. Perhitungan PPh Pasal 21 Pegawai Tetap Atas Penghasilan Teratur

Pengertian pegawai tetap menurut Kep Dirjen Nomor 545 Tahun 2000 adalah orang pribadi yang

bekerja pada pemberi kerja yang menerima atau memperoleh gaji dalam jumlah tertentu secara

berkala, termasuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan pengawas yang secara teratur terus-

menerus ikut mengelola kegiatan perusahaan secara langsung. ketentuan umum yang belaku untuk

perhitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan teratur yang diterima oleh pegawai tetap adalah sebagai

berikut:

1. Untuk menghitung PPh Pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap, terlebih dahulu dicari penghasilan

neto sebulan yang diperoleh dengan cara mengurangi penghasilan brutonya dengan biaya jabatan,

iuran pensiun, iuran Tabungan Hari Tua atau Tunjangan Hari Tua yang dibayar oleh pegawai,

kemudian disetahunkan.

2. Biaya jabatan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang dapat

dikurangkan dari penghasilan setiap orang yang bekerja sebagai pegawai tetap tanpa memandang

mempunyai jabatan ataupun tidak. Besarnya biaya jabatan adalah lima persen dari penghasilan bruto,

setinggi-tingginya Rp 1.295,000 setahun atau Rp 108.000 sebulan.

3. Untuk memperoleh penghasilan neto setahun, penghasilan neto sebulan dikalikan 12. Apabila pajak

yang terutang oleh pemberi kerja tidak didasarkan atas masa gaji sebulan, maka untuk penghitungan

PPh Pasal 21, jumlah penghasilan tersebut terlebih dahulu dijadikan penghasilan bulanan dengan

faktor perkalian sebagai berikut:

3

Page 5: PPh 21 fix;

Gaji untuk masa seminggu dikalikan dengan 4;

Gaji untuk masa sehari dikalikan dengan 26.

4. Penghasilan yang disetahunkan seperti tersebut di atas, selanjutnya dikurangi dengan PTKP untuk

memperoleh Penghasilan Kena Pajak. Atas dasar Penghasilan Kena Pajak tersebut kemudian dihitung

PPh Pasal 21 setahun.

5. Untuk memperoleh jumlah PPh Pasal 21 sebulan, jumlah PPh Pasal 21 setahun atas penghasilan

tersebut dibagi dengan 12.

6. PPh pasal 21 atas penghasilan seminggu dihitung berdasarkan PPh Pasal 21 sebulan dibagi 4,

sedangkan PPh Pasal 21 atas penghasilan sehari dihitung berdasarkan PPh Pasal 21 sebulan dibagi 26.

b. Perhitungan PPh Pasal 21 Pegawai Tetap Atas Penghasilan Tidak Teratur

Apabila pegawai tetap diberikan jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus, premi,.tunjangan hari raya,

dan penghasilan lain semacam itu sifatnya tidak tetap dan biasanya dibayarkan sekali setahun, PPh

Pasal 21 dihitung dan dipotong menurut petunjuk :

1. Dihitung PPh Pasal 21 atas penghasilan teratur yang disetahunkan ditambah dengan

penghasilan tidak teratur berupa tantiem, jasa produksi, dan sebagainya.

2. Dihitung PPh Pasal 21 atas penghasilan teratur yang disetahunkan tanpa tantiem, jasa

produksi, dan sebagainya.

3. Selisih antara PPh Pasal 21 menurut penghitungan huruf a dan huruf b adalah PPh pasal 21

atas penghasilan tidak teratur berupa tantiem, jasa produksi, dan sebagainya.

c. Perhitungan PPh 21 terhadap penghasilan Pegawai Hasrian Lepas, Penerima Upah Satuan,

dan Penerima Upah Borongan yang Dibayarkan Tidak Secara Bulanan

1. Penghasilan bruto yang diterima pegawai harian, pegawai mingguan, pemagang,, dan pegawai tidak

tetap lainnya berupa upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan, dan uang saku harian

yang besarnya tidak lebih dari Rp 110.000 sehari tidak dipotong PPh Pasal 21, apabila:

Penghasilan bruto dalam satu bulan takwim yang jumlahnya tidak melebihi Rp 1.100.000;

Dan tidak dibayarkan secara bulanan.

2. Untuk mendapatkan jumlah upah harian atau uang saku harian sebagaimana dimaksud pada poin

(a) berlaku ketentuan sebagai berikut :

Dalam hal berupa upah mingguan atau uang saku mingguan dibagi 6;

Dalam hal berupa upah satuan, adalah upah atas banyaknya satuan yang dihasilkan dalam satu

hari;

4

Page 6: PPh 21 fix;

Dalam hal berupa upah borongan, adalah jumlah upah borongan dibagi dengan banyaknya

hari yang dipakai untuk menyelasaikan pekerjaan dimaksud.

3. Dalam hal penghasilan tersebut di atas dalam satu bulan takwim jumlahnya melebihi Rp 1.100.000

besarnya PTKP yang dapat dikurangkan untuk satu hari adalah sesuai dengan jumlah PTKP

sebenamya dari penerima penghasilan yang besangkutan dibagi 360.

4. Besarnya tarif yang diterapkan adalah sebesar lima persen atas selisih dari jumlahnya yang

melebihi Rp 110.000 sehari, apabila penghasilan dalam satu bulan takwim tidak Rp 1.100.000 dan

atau tidak dibayarkan secara bulanan.

5. Penghitungan PPh Pasal 21 atas honorarium atau pembayaran lain yang jumlahnya dihitung atas

dasar banyaknya hari yang dipakai untuk menyelesaikan jasa yang diberikan, misalnya uang saku

harian bagi pemagang sama seperti penghitungan upah harian.

d. Perhitungan PPh Pasal 21 terhadap Penghasilan Pegawai Harian Lepas, Penerima Upah

Satuan, dan Penerima Upah Borongan yang Dibayarkan Secara Bulanan

1. Apabila penghasilan tersebut di atas dibayar secara bulanan, PTKP yang

2. dapat dikurangkan dihitung yang sebenarnya.

3. Dalam menghitung penghasiian neto, tidak ditegaskan dalam peraturan apakah tidak

diperkenankan mengurangkan biaya jabatan maupun deductible expenses lainnya.

4. Tarif 5% diterapkan atas penghasilan neto setelah dikurangi terlebih dahulu dengan PTKP.

E. Subjek dan Objek PPh Pasal 21

a. SUBJEK PAJAK PPh PASAL 21

1. Pejabat Negara yang meliputi: (1) Presiden dan Wakil Presiden, (2) Ketua, Wakil Ketua, dan

Anggota DPR/MPR, DPRD Propinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota, (3) Ketua dan Wakil

Ketua Badan Pemeriksaan Keuangan, (4) Ketua dan Wakil Ketua, Ketua Muda, dan Hakim

Mahkamah Agung, (5) Menteri, Menteri Negara, dan Menteri Muda, (6) Jaksa Agung, (7)

Gubernur dan Wakil Gubernur Kepala Daerah Propinsi, (8) Bupati dan Wakil Bupati Daerah

Kabupaten, dan (9) Walikota dan Wakil Walikota;

2. Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah PNS-Pusat, PNS-Daerah, dan PNS lainnya yang

ditetapkan dengan dengan Peraturan Pemerintah sebagaimana diatur dalam undang-undang

Nomor 8 Tahun 1974;

3. Pegawai adalah setiap orang pribadi, yang melakukan pekerjaan berdasarkan suatu perjanjian

atau kesepakatan kerja baik tertulis maupun tidak tertulis, termasuk yang melakukan

pekerjaan dalam jabatan negeri atau badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah;

5

Page 7: PPh 21 fix;

4. Pegawai tetap yaitu orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja yang menerima atau

memperoleh gaji dalam jumlah tertentu secara berkala, termasuk anggota dewan komisaris

dan anggota pengawas yang secara teratur ikut serta melaksanakan kegiatan perusahaan;

5. Pegawai lepas adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja dan hanya menerima

upah apabila orang pribadi yang bersangkutan bekerja;

6. Penerimaan pensiun yaitu orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima atau memperoleh

imbalan untuk pekerjaan yang dilakukan dimasa lalu, termasuk orang pribadi atau ahli

warisnya yang menerima Tabungan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua;

7. Penerima honorarium yaitu orang pribadi yang menerima atau memperoleh imbalan

hubungan dengan jasa, jabatan, atau kegiatan yang dilakukannya;

8. Penerima Upah yaitu orang pribadi yang menerima upah harian, upah mingguan, upah

borongan, atau upah satuan;

Orang pribadi lainnya yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan

pekerjaan, jasa, dan kegiatan dari Pemotong Pajak. Serta orang pribadi lainnya yang menerima

atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan dari

Pemotongan Pajak.

b. OBJEK PAJAK PPh PASAL 21

Yang termasuk objek pajak PPh Pasal 21 adalah :

1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara teratur oleh wajib pajak berupa gaji, uang

pensiun bulanan, upah, honorarium, termasuk honorarium anggota dewan komisaris atau anggota

dewan pengawas dari perusahaan, premi bulanan, uang lembur, komisi, gaji istimewa, uang

sokongan, uang ganti rugi, tunjangan istri dan/atau tunjangan anak, tunjangan kemahalan,

tunjangan jabatan, tunjangan khusus, tunjangan transport, tunjangan berupa pajak, tunjangan

iuran pensiun, tunjangan pendidikan anak, beasiswa, premi asuransi yang dibayar pemberi kerja

dan penghasilan teratur lainnya dengan nama apapun;

2. Penghasilan yang diterima atau yang diperoleh secara tidak teratur berupa jasa produksi, tantiem,

gratifikasi, tunjangan cuti, tunjangan hari raya termasuk tunjangan tahun baru, bonus, premi

tahunan dan penghasilan sejenisnya lainya yang sifatnya tidak tetap;

3. Upah harian, upah mingguan, upah satuan, dan upah borongan;

4. Uang tebusan pensiun, uang pesangon, uang Tabungan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua (JHT),

dan pembayaran lain yang sejenis;

5. Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun,

komisi, beasiswa, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan

kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak dalam negeri yang terdiri dari:

6

Page 8: PPh 21 fix;

Tenaga ahli yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaries, penilai

dan aktuaris;

Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, sutradara, crew film, foto

model, pemain drama, penari, pemahat, pelukis dan seniman lainnya;

Olahragawan;

Penasehat, pengajar, pelatih, penceramah, dan moderator;

Pengarang, peneliti, penterjemah;

Pemberi jasa dalam bidang teknik, computer dan system aplikasinya, telekomunikasi,

elektronika, fotografi dan pemasaran;

Kolportir ikan;

Pengawas, pengelola proyek, anggota dan pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan, peserta

sidang atau rapat, dan tenaga lepas lainnya dalam segala bidang kegiatan;

Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan;

Peserta perlombaan;

Petugas penjaja barang dagangan;

Petugas dinas luar asuransi;

Peserta pendidikan, pelatihan dan pemagangan;

distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan sejenis lainnya

6. Gaji, gaji kehormatan, tunjangan-tunjangan lain yang terkait gaji yang diterima oleh pejabat

Negara, PNS serta uang pensiun dan tunjangan-tunjangan lain yang sifatnya terkait dengan uang

pensiun yang diterima oleh pensiunan termasuk janda atau duda dan atau anak-anaknya;

7. Penerimaan dalam bentuk natural dan kenikmatan lainnya dengan nama apapun yang diberikan

oleh bukan Wajib Pajak atau Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final

dan yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan Norma Penghitungan Khusus (deemed

profit).

F. Penghitungan PPh Pasal 21 Pegawai Tetap/Tidak Tetap dengan Gaji Bulanan

Perhitungan tarif pajak bagi pegawai tetap dan tidak tetap dengan gaji bulanan berdasarkan pasal 21

Undang-Undang Pajak Penghasilan :

1. Bagi pegawai tetap :

Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi pegawai tetap adalah sebesar penghasilan netto

dikurangi PTKP. Sedangkan Penghasilan netto dihitung seluruh penghasilan bruto dikurangi

dengan :

Biaya jabatan;

Iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh pegawai kepada dana pensiun yang

pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan atau badan penyelenggara

7

Page 9: PPh 21 fix;

tunjangan hari tua atau jaminan hari tua yang dipersamakan dengan dana pensiun

yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.

Secara ringkas dapat digambarkan sebagai berikut :

PPh Pasal 21 = (Penghasilan netto – PTKP) x tarif Ps 17 UU PPh

= (Penghasilan bruto – Biaya jabatan – Iuran Pensiun dan Iuran THT/JHT yang

dibayar sendiri – PTKP) x tarif Ps 17 UU PPh

2. Bagi penerima pensiun berkala :

Besarnya Penghasilan Kena Pajak adalah bagi penerima pensiun berkal;a sebesar penghasilan

netto dikuramgi PTKP. Besarnya penghasilan netto adalah seluruh jumlah penghasilan bruto

dikurangi dengan biaya pensiun. Secara ringkas dapat digambarkan sebagai berikut :

PPh Pasal 21 = (Penghasilan netto – PTKP) x tarif Ps 17 UU PPh

= (Penghasilan bruto – Biaya Pensiun – PTKP) x tarif Ps 17 UU PPh

3. Bagi pegawai tidak tetap yang dibayar secara bulanan :

Bagi pegawai tidak tetap yang penghasilannya dibayar secara bulanan atau jumlah kumulatif

penghasilan yang diterima 1 (satu) bulan kalender telah melebihi Rp. 1.320.000,00 besarnya

Penghasilan Kena Pajak dihitung sebesar penghasilan bruto dikurangi PTKP.

PPh Pasal 21 = (Penghasilan bruto – PTKP) x tarif Ps 17 UU PPh

8