PPDS - 7 (PROPORSI)
-
Upload
bonifacius-bayu-erlangga-kusuma -
Category
Documents
-
view
104 -
download
1
description
Transcript of PPDS - 7 (PROPORSI)
PENGUJIAN PROPORSI
1. PERBANDINGAN PROPORSI SATU KELOMPOK
2. PERBANDINGAN PROPROSI DUA KELOMPOK
3. PERBANDINGAN PROPORSI LEBIH DARI DUA KELOMPOK
1
1. PERBANDINGAN PROPORSI SATU KELOMPOK
Bilamana variabel yang diteliti menggunakan data yang diukur dengan Skala
Nomi-nal atau Skala Ordinal (Data Kualitatif) atau data kuantitatif yang telah
dikualitatif-kan, maka hasilnya selalu dilaporkan dalam bentuk Persentase atau
Proporsi. Di dalam penelitian bidang kedokteran, biologi, dan bidang lainnya,
sering seorang peneliti melakukan penelitian pada suatu kelompok dan
variabel yang diteliti da-lam bentuk data kualitatif atau data kuantitatif yang telah
dikualitatifkan. Data ter-sebut sering ingin diperbandingkan dengan suatu hasil
penelitian sebelumnya atau dengan suatu karateristik yang telah diterima
sebagai bentuk standar/baku. Berikut ini diberikan beberapa contoh
permasalahan penelitian tersebut.
Seorang peneliti ingin meneliti cara pemeriksaan sputum BTA (Basil Tahan
Asam) untuk mendiagnosis pasien TB paru dengan menggunakan gold standart
(baku emas) yakni pemeriksaan kultur. Hasil pemeriksaan sputum BTA
menghasilkan data nominal yakni positif atau negatif. Hasil akhir penelitian ini
akan diperoleh nilai sensitivitas a%. Hasil sensitivitas ini akan diperbandingkan
dengan hasil penelitian sebelumnya (berdasarkan literatur) yang mengatakan
sensitivitas pemeriksaan spu-tum BTA sebesar 80%.
Seorang peneliti ingin menguji efektivitas penggunaan madu yang diberikan
pada kasa penutup luka dalam proses penyembuhan luka. Ia telah
menggunakan ukuran sampel 34 pasien dan data penelitian (variabel
kesembuhan) berbentuk data nomi-nal yakni sembuh dan gagal. Hasil
penelitiannya ingin dibandingkan dengan literatur yang ada. Menurut literatur
penggunaan madu efektif menyembuhkan luka sebesar 80%.
Seorang peneliti pada bagian mata ingin meneliti efektivitas probing dengan
meng-gunakan Mitomysin C pada pasien Obstruksi Duktus Nasolakrimalis.
Sebanyak 21 mata telah diintervensi dan dicatat hasilnya dalam bentuk berhasil
2
atau gagal. Hasil ini diperbandingkan dengan hasil penelitian Tsai dkk yang
mencatat angka keber-hasilan penggunaan Mitomysin C sebesar 89%.
Suatu obat penenang ketegangan syaraf yang sedang beredar dipasaran
diketahui efektif 60%. Suatu perusahaan memperkenalkan obat baru yang
dipromosikan me-miliki keefektifan lebih baik dari obat yang sedang beredar di
pasaran. Seorang pe-neliti ingin menguji apakah obat yang baru lebih efektif dari
obat penenang yang se-dang beredar saat ini pada penderita ketegangan syaraf.
Dari hasil penelitian di-peroleh a% pasien dapat menenangkan syaraf. Hasil a%
ini dibandingkan dengan 60%.
Ketika akan dilakukan reklamasi pantai Manado, para Pengembang mengklaim
bah-wa 80% masyarakat dan birokrat setuju dilakukan reklamasi. Sekelompok
pencinta lingkungan meragukan pernyataan pengembang tersebut, mereka
menganggap bahwa angka persentase tersebut direkayasa. Untuk itu mereka
ingin menguji me-lalui suatu penelitian berbentuk survei, apakah pernyataan itu
dapat diterima? Hasil penelitian mereka dibandingklan dengan klaim
pengembang yakni 80%.
Diabetes merupakan salah satu faktor resiko disfungsi ereksi (Virag et al. di
dalam Satar, 2003). Selanjutnya Satar mengatakan bahwa pria yang diabetes
mengalami disfungsi ereksi sebesar 50%. Seorang peneliti ingin mengetahui
apakah para pria yang DM tipe 2 di Manado memiliki disfungsi ereksi sebesar
50%. Hasil penelitian di Manado akan diperbandingkan dengan angka 50%
temuan Satar.
Statistik uji (analisis data) yang digunakan berkaitan dengan tujuan penelitian di
atas adalah uji proprosi satu kelompok dengan statistik uji Z yang memiliki
bentuk rumus sebagai berikut.
3
Z =
Pada beberapa buku, statistisian merekomendasikan rumus Z di atas dikoreksi
(con-tinuity correction) pembilangnya dengan sehingga rumus Z menjadi
Z =
X = banyaknya kasus yang ingin diperbandingkan (berhasil)
p0 = proporsi yang diketahui dari literatur atau bentuk standar/baku
p = dan n = ukuran sampel
Uji Z di atas digunakan untuk menguji hipotesis statistik:
H0 : p = p0
H1 : p p0 (Uji dua pihak)
H1 : p > p0 (Uji satu pihak kanan)
H1 : p < p0 (Uji satu pihak kiri)
Kriteria penerimaan H0 atau H1:
Uji dua pihak
1. Jika nilai Z < Z tabel = Z atau nilai Z > Z tabel = - Z atau nilai Sig. >
maka terima H0 (tolak H1)
2. Jika nilai Z > Z tabel = Z atau nilai Z < Z tabel = - Z atau nilai Sig. <
maka tolak H0 (terima H1)
4
Uji satu pihak kanan
1. Jika nilai Z < Z tabel = Z atau nilai Sig. > maka terima H0 (tolak H1)
2. Jika nilai Z > Z tabel = Z atau nilai Sig. < maka tolak H0 (terima H1)
Uji satu pihak kiri
1. Jika nilai Z > Z tabel = - Z atau nilai Sig. > maka terima H0 (tolak H1)
2. Jika nilai Z < Z tabel = - Z atau nilai Sig. < maka tolak H0 (terima H1)
Berikut ini diberikan contoh langkah pengujian perbandingan proporsi satu
kelompok dengan menggunakan masalah efektivitas penggunaan madu dalam
proses pe-nyembuhan luka. Sebanyak 34 pasien telah diteliti dan diperoleh hasil
sebagai be-rikut (Tabel 1).
Tabel 1. Distribusi Pasien berdasarkan Keberhasilan Perawatan Luka
dengan Menggunakan Madu
Keberhasilan Frekuensi Persentase
Berhasil 32 94,12
Gagal 2 5,88
Jumlah 34 100
Adapun hipotesis yang hendak diuji berkaitan dengan masalah di atas adalah
seba-gai berikut.
Hipotesis Penelitian
Dalam proses penyembuhan luka, pemberian madu pada kasa sebagai
pe-nutup luka dapat menyembuhkan lebih dari 80% penderita.
Hipotesis Statistik
H0 : Persentase penderita yang sembuh setelah digunakan madu 80%
(H0 : Proporsi penderita yang sembuh setelah digunakan madu 0,80)
5
H1 : Persentase penderita yang sembuh setelah digunakan madu > 80%
(H1 : Proporsi penderita yang sembuh setelah digunakan madu > 0,80)
atau
H0 : p 80% atau H0 : p 0,80
H1 : p > 80% atau H1 : p > 0,80
6
Komputasi:
Dari data atau Tabel 1 di atas, X = 32 , n = 34, dan p0 = 0,80 sehingga
Z = = 2,06
Nilai Z tabel untuk uji satu pihak kanan = Z = Z0,05 = 1,64
Simpulan : karena nilai Z = 2,06 > Z tabel = 1,64 maka tolak H0 dan terima H1.
Jadi, penggunaan madu pada kasa penutup luka dapat
menyembuhkan pen-derita lebih dari 80%, yang dalam penelitian ini
sebesar 94,12%.
Bila digunakan rumus dengan koreksi maka nilai Z adalah
Z = 2,05
Pengujian hipotesis yang diolah dengan Program Statistika Microstat dapat
dilihat di bawah ini.
HYPOTHESIS TEST FOR SAMPLE PROPORTION VS. HYPOTHESIZED VALUE
OBSERVED PROPORTION = .9412, N = 34
HYPOTHESIZED PROPORTION = .8000
Z = 2,058 PROB. = .0198
Hasil di atas menunjukkan bahwa H0 : p 80% atau H0 : p 0,80 ditolak sebab
nilai Prob. = 0,0198 < = 0,05.
7
2. PERBANDINGAN PROPORSI DUA KELOMPOK
Bilamana variabel yang diteliti pada dua kelompok menggunakan data yang
diukur dengan Skala Nominal atau Skala Ordinal (Data Kualitatif) atau data
kuantitatif yang telah dikualitatifkan, maka hasilnya selalu dilaporkan dalam
bentuk persentase atau proporsi dan biasanya peneliti ingin
memperbandingkan hasil tertentu pada kedua kelompok tersebut. Di bawah ini
diberikan contoh penelitian yang bertujuan mem-bandingkan hasil penelitian dari
dua kelompok dalam bentuk proporsi atau persen-tase.
Rokok merupakan salah satu faktor resiko terjadinya hipertensi. Seorang peneliti
ingin melakukan penelitian untuk melihat apakah kebiasaan merokok dapat
menye-babkan seseorang menderita hipertensi. Kebiasaan merokok ini terdiri
atas kelom-pok merokok dan kelompok tidak merokok. Dari kedua kelompok ini
diamati banyak (proporsi) yang hipertensi dan kemudian diperbandingkan.
Contoh hasil tabulasi data dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Distribusi Penderita Hipertensi Berdasarkan Kebiasaan Merokok
Kebiasaan Merokok
Merokok Tidak
Hipertensi X1 (p1) X2 (p2)
Ukuran Sampel n1 n2
Dokter S. Lukito ingin melihat apakah hipertensi merupakan faktor resiko
terjadinya retinopati diabetik pada penderita DM tipe 2. Apakah penderita DM
tipe 2 yang re-tinopati diabetik lebih banyak pada kelompok hipertensi
dibandingkan dengan yang tidak hipertensi (normotensi). Dalam penelitian ini,
ingin diperbandingkan banyak-nya (proporsi) yang retinopati diabetik pada kedua
kelompok. Contoh hasil tabulasi data dapat dilihat pada tabel berikut.
8
Tabel 2. Distribusi Penderita Retinopati Diabetik Berdasarkan Tekanan
Darah
Tekanan Darah
Hipertensi Normotensi
Retinopati Diabetik X1 (p1) X2 (p2)
Ukuran Sampel n1 n2
Dokter Carla J. Opit memperbandingkan kesembuhan Tonsilofaringitis pada
anak yang diberi pengobatan Kotrimoksazol dan Amoksisilin. Kesembuhan pada
kedua kelompok pengobatan dievaluasi setelah 5 hari. Variabel kesembuhan
terdiri atas tiga ketegori yakni sembuh, perbaikan, dan gagal (tidak sembuh),
namun yang di-perbandingan hanyalah kategori sembuh. Contoh hasil tabulasi
data dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. Distribusi Penderita Berdasarkan Kesembuhan dan Pengobatan
Kesembuhan
Pengobatan
Kotrimoksazol Amoksisilin
Sembuh X11 (p11) X21 (p21)
Perbaikan X12 (p12) X22 (p22)
Tidak Sembuh X13 (p13) X23 (p23)
Ukuran Sampel n1 n2
Dokter A.R. Mohammad memperbandingkan efikasi gejala batuk pada penderita
TB paru antara kelompok penderita yang diberi Morinda Citrifolia yang
dikombinasikan dengan antituberkulosis regimen standar dan kelompok yang
hanya diberi antituber-kulosis regimen standar. Perbandingkan efikasi gejala
batuk (salah satu variabel yang diamati) pada kedua kelompok dilakukan pada
15 hari, 30 hari, dan 60 hari setelah intervensi (perlakuan).
9
Laumann, Paik, dan Rosen (1999) memperbandingkan pengalaman disfungsi
sek-sual (experienced a sexual dysfunction) antara pria dan wanita yang
berumur 18 – 59 tahun. Dari 1410 pria dan 1749 wanita ditemukan 31% pria dan
43% wanita berpengalaman disfungsi seksual.
Statistik uji (analisis data) yang digunakan berkaitan dengan tujuan penelitian di
atas adalah uji proprosi dua kelompok (uji selisih dua proporsi) dengan
pendekatan sta-tistik uji Z yang memiliki bentuk rumus sebagai berikut.
Z = , dengan , , , ,
X1 dan X2 adalah banyaknya kejadian yang diamati pada setiap kelompok, serta
n1 dan n2 adalah ukuran sampel pada setiap kelompok.
Uji Z di atas digunakan untuk menguji hipotesis statistik:
H0 : p1 = p2
H1 : p1 p2 (Uji dua pihak)
H1 : p1 > p2 (Uji satu pihak kanan)
H1 : p2 < p2 (Uji satu pihak kiri)
Kriteria penerimaan H0 atau H1:
Uji dua pihak
1. Jika nilai Z < Z tabel = Z atau nilai Z > Z tabel = - Z atau nilai Sig. >
maka terima H0 (tolak H1)
2. Jika nilai Z > Z tabel = Z atau nilai Z < Z tabel = - Z atau nilai Sig. <
maka tolak H0 (terima H1)
Uji satu pihak kanan
1. Jika nilai Z < Z tabel = Z atau nilai Sig. > maka terima H0 (tolak H1)
2. Jika nilai Z > Z tabel = Z atau nilai Sig. < maka tolak H0 (terima H1)
10
Uji satu pihak kiri
1. Jika nilai Z > Z tabel = - Z atau nilai Sig. > maka terima H0 (tolak H1)
2. Jika nilai Z < Z tabel = - Z atau nilai Sig. < maka tolak H0 (terima H1)
Berikut ini diberikan contoh langkah pengujian perbandingan proporsi dua
kelompok (uji selisih dua proporsi) dengan menggunakan masalah yang diteliti
oleh dr. A.R. Mohammad. Setelah 30 hari penderita kedua kelompok diberi
perlakuan (kelompok 1 diberi Morinda Citrifolia yang dikombinasikan dengan
antituberkulosis regimen standar dan kelompok 2 yang hanya diberi
antituberkulosis regimen standar), di-evaluasi perbaikan gejala batuk. Hasilnya
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4. Distribusi Perbaikan Gejala Batuk Penderita Berdasarkan
Perlakuan
Perlakuan
Morinda Citrifolia +
Regimen Standar
Regimen Standar
Perbaikan X1 = 24 (p1 = 0,9231) X2 = 12 (p2 = 0,4615)
Ukuran Sampel n1 = 26 n2 = 26
Adapun hipotesis yang hendak diuji adalah sebagai berikut.
Hipotesis Penelitian
Penderita TB paru yang menggunakan obat antituberkulosis regimen
standar yang dikombinasikan dengan Morinda Citrifolia lebih banyak
mengalami per-baikan gejala batuk dibandingkan dengan penderita Tb
paru yang hanya menggunakan obat antituberkulosis regimen standar.
Hipotesis Statistik
H0 : p1 = p2
H1 : p1 > p2 (Uji satu pihak kanan)
11
Komputasi
= = 0,9231 , = 0,4615,
, ,
Z = = = 3,60
Nilai Z tabel untuk = 0,01 adalah Z0,01 = 2,33 (uji satu pihak kanan)
Simpulan: karena nilai Z = 3,60 > Z0,01 = 2,33 maka tolak H0 : p1 = p2. Jadi, pen-
derita TB paru yang menggunakan obat antituberkulosis regimen
standar yang dikombinasikan dengan Morinda Citrifolia lebih banyak
mengalami perbaikan gejala batuk dibandingkan dengan penderita Tb
paru yang ha-nya menggunakan obat antituberkulosis regimen
standar.
Pengujian hipotesis yang diolah dengan Program Statistika Microstat dapat
dilihat di bawah ini.
HYPOTHESIS TEST FOR TWO PROPORTION FROM INDEPENDENT GROUPS
P1 = .9231, N1 = 26
P2 = .4615, N2 = 26
Z = 3,606 PROB. = 1.557E-04
Hasil di atas menunjukkan bahwa H0 : p1 = p2 ditolak sebab nilai Prob. = 1.557E-
04 = 0,0001557< = 0,01.
12
3. PERBANDINGAN PROPORSI LEBIH DARI DUA KELOMPOK
Dalam penelitian yang menggunakan data yang diukur dengan Skala Nominal
atau Skala Ordinal (Data Kualitatif) atau data kuantitatif yang telah dikualitatifkan,
hasil-nya selalu dilaporkan dalam bentuk persentase atau proporsi. Pada
penelitian yang menggunakan tiga kelompok atau lebih, selalu ingin
diperbandingkan persen-tase atau proporsinya untuk mengetahui apakah ada
perbedaan. Di bawah ini dibe-rikan contoh penelitian yang bertujuan
membandingkan hasil penelitian dari tiga ke-lompok dalam bentuk proporsi atau
persentase.
Salah satu faktor resiko terjadinya hipertensi adalah kebiasan merokok. Seorang
pe-neliti ingin memperbandingkan kejadian hipertensi berdasarkan kebiasaan
merokok. Variabel kebiasaan merokok terdiri atas tiga kategori yakni bukan
perokok (kelom-pok 1), perokok sedang (kelompok 2), dan perokok berat
(kelompok 3). Variabel te-kanan darah terdiri atas dua kategori yakni hipertensi
dan normotensi. Variabel ke-biasaan merokok diukur dengan skala ordinal,
sedangkan variabel tekanan darah di-ukur dengan skala nominal dikotomi.
Hasilnya disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut.
Tabel 5. Contoh Hasil Distribusi Penderita Berdasarkan Tekanan Darah
dan
Kebiasaan Merokok
Tekanan Darah
Kebiasaan Merokok
TotalBukan
Perokok
Perokok
Sedang
Perokok
Berat
Hipertensi X1
atau
( p1 = )
X2
atau
(p2 = )
X3
atau
(p3 = )
X1 + X2 + X3
Normotensi n1 – X1
atau
n2 – X2
atau
n3 – X3
atau
(n1+n2+n3) –
(X1+X2+X3)
13
(1 – p1) (1 – p2) (1 – p3)
Total n1 n2 n3 n = n1+n2+n3
Beberapa faktor yang dapat mengakibatkan disfungsi ereksi antara lain
gangguan syaraf dan beberapa obat antara lain antihipertensi, antikolinergik, dan
antidepresi. Penangganan penderita glaukoma dengan pemberian obat seperti
diamox, timolol, dan pilokarpin, dalam jangka panjang memberikan efek pada
disfungsi seksual dan dapat mengakibatkan disfungsi ereksi. Seorang peneliti
ingin mengetahui apakah ada perbedaan persentase (proporsi) kejadian
disfungsi ereksi pada penderita glau-koma yang diberi obat pilokarpin, obat
diamox, dan obat timolol.
Jika ingin diperbandingkan banyaknya (persentase atau proporsi) suatu kejadian
dari beberapa kelompok (> 2 kelompok) maka statistik uji yang digunakan adalah
statistik uji (chi-square) atau khi-kuadrat. Jika ada sebanyak k kelompok
yang hendak diperbandingkan persentase atau proporsinya, maka uji ini memiliki
rumus sebagai berikut.
oij = banyaknya pengamatan yang ada pada baris ke-i dan kolom ke-j = Xi
eij = nilai harapan pada baris ke-i dan kolom ke-j atau
Statistik di atas memiliki sebaran khi-kuadrat dengan derajat bebas (db) = k –
1.
Statistik uji digunakan untuk menguji hipotesis statistik:
H0 : P1 = P2 = . . . = Pk
H1 : P1, P2, . . ., dan Pk tidak semuanya sama
Catatan: P1 , P2, . . ., dan Pk adalah persentase atau proporsi populasi 1,
populasi 2, …, dan populasi k
14
Nilai (tabel) = ( dapat dilihat pada lampiran yang tersedia pada semua
buku statistika. Contoh, bila digunakan = 0,05 dan banyaknya kelompok (k) =
5 maka
( = ( = 9,488.
Kriteria Penerimaan H0 :
Jika nilai > (tabel) = ( atau nilai Sig. < maka tolak H0, sedangkan
jika nilai < (tabel) = ( atau nilai Sig. > maka terima H0.
Pengujian Lanjutan
Jika H0 : P1 = P2 = . . . = Pk ditolak, ini berarti tidak semua proporsi sama atau ada
beberapa yang berbeda. Untuk mengetahui yang mana proporsi-proporsi yang
tidak sama diperlukan uji lanjutan, yakni dengan Marascuilo method. Uji ini
memiliki sta-tistik uji:
=
Statistik di atas ini memiliki sebaran khi-kuadrat dengan derajat bebas (db) =
1.
Statistik uji di atas ini digunakan untuk membandingkan proporsi kelompok ke-i
dan proporsi kelompok ke-j dengan hipotesis statistik sebagai berikut:
H0 : Pi = Pj
H1 : Pi Pj (uji dua pihak)
Berikut ini diberikan contoh penelitian kasus hipertensi. Setelah dilakukan
penelitian tentang kebiasaan merokok diperoleh data sebagai tertera pada Tabel
6 berikut ini. Pada tabel tersebut telah dicantumkan nilai harapan (e ij). Adapun
hipotesis yang hendak diuji adalah sebagai berikut.
15
Hipotesis Penelitian:
Terdapat perbedaan banyaknya kejadian hipertensi pada tiga kebiasaan
merokok (Perokok Berat, Perokok Sedang, dan Bukan Perokok)
Hipotesis Statistik:
H0 : P1 = P2 = P3
H1 : P1, P2, dan P3 tidak semuanya sama
16
Tabel 6. Distribusi Penderita Berdasarkan Tekanan Darah dan
Kebiasaan Merokok
Tekanan Darah
Kebiasaan Merokok
TotalBukan
Perokok
Perokok
Sedang
Perokok
Berat
Hipertensi o11 = 21
(p1 = 30,4%)
e11 = 33,35
o12 = 36
(p2 = 58,1%)
e12 = 29,97
o13 = 30
(p3 = 61,2%)
e13 = 23,68
87
Normotensi o21 = 48
e21 = 35,65
o22 = 26
e22 = 32,03
o23 = 19
e23 = 25,32
93
Total n1 = 69 n2 = 62 n3 = 49 n = 180
Komputasi
e11 = , e12 = , e13 = ,
e21 = , e22 = , e23 = ,
=
=
= 14,46
dan (tabel) = ( = ( = 9,210.
Simpulan: karena = 14,46 > ( = 9,210 maka tolak H0 : P1 = P2 = P3.
Jadi, terdapat perbedaan sangat bermakna persentase (proporsi)
kejadian hipertensi pada tiga kebiasaan merokok (Perokok Berat,
Perokok Sedang, dan Bukan Perokok)
17
Pengujian Lanjut dengan Marascuilo Method
Karena hasil uji di atas menolak H0 : P1 = P2 = P3 maka perlu dilakukan uji
lanjut dengan metode Marascuilo untuk mengetahui pasangan-pasangan
proporsi mana yang berbeda. Pengujian lanjut adalah sebagai berikut.
1. Pengujian perbedaan proporsi Bukan Perokok dan Perokok Sedang
Hipotesis statistik yang hendak diuji adalah:
H0 : P1 = P2
H1 : P1 P2
Komputasi:
Perhitungan proprosi dan masing-masing kelompok dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 7. Hasil Perhitungan Proporsi dan
Tekanan Darah
Kebiasaan Merokok
Bukan Perokok Perokok
Sedang
Perokok Berat
Hipertensi p1 = 21/69
= 0,304
p2 = 36/62
= 0,581
p3 = 30/49
= 0,612
Ukuran sample n1 = 69 n2 = 62 n3 = 49
=
=
0,0031
=
=
0,0039
=
=
0,0048
=
18
dan nilai (tabel) = ( = ( = 5,02.
Simpulan: Karena = 10,96 > ( = 5,02 maka tolak H0 : P1 = P2. Jadi,
terdapat perbedaan sangat bermakna proporsi hipertensi yang bukan
perokok dan yang perokok sedang (p < 0,05). Dari nilai proporsi
atau persentase, terlihat bahwa proporsi hipertensi dari penderita
bukan pero-kok lebih kecil daripada proporsi hipertensi dari penderita
perokok se-dang (p1 = 0,304 = 30,4% < p2 = 0,581 = 58,1%).
2. Pengujian perbedaan proporsi Bukan Perokok dan Perokok Berat
Hipotesis statistik yang hendak diuji adalah:
H0 : P1 = P3
H1 : P1 P3
Komputasi:
=
dan nilai (tabel) = ( = ( = 5,02.
Simpulan: Karena = 12,01 > ( = 5,02 maka tolak H0 : P1 = P3. Jadi,
terdapat perbedaan sangat bermakna proporsi hipertensi yang bukan
perokok dan yang perokok berat (p < 0,01). Dari nilai proporsi atau
per-sentase, terlihat bahwa proporsi hipertensi dari penderita bukan
perokok lebih kecil daripada proporsi hipertensi dari penderita
perokok berat
(p1 = 0,304 = 30,4% < p3 = 0,612 = 62,2%).
3. Pengujian perbedaan proporsi Perokok Sedang dan Perokok Berat
Hipotesis statistik yang hendak diuji adalah:
H0 : P2 = P3
H1 : P2 P3
Komputasi:
19
=
dan nilai (tabel) = ( = ( = 5,02.
Simpulan: Karena = 0,11 < ( = 5,02 maka terima H0 : P2 = P3. Jadi,
tidak terdapat perbedaan proporsi hipertensi yang perokok sedang
dan yang perokok berat (p > 0,05). Dari nilai proporsi atau
persentase, ter-lihat bahwa proporsi hipertensi dari penderita
perokok sedang sedikit lebih kecil daripada proporsi hipertensi dari
penderita perokok berat (p2 = 0,581 = 58,1% < p3 = 0,612 = 61,2%),
namun secara statistik per-bedaan tersebut tidak bermakna.
20