PP anemia

40
Anemia Kelompok 5

description

anemia

Transcript of PP anemia

Page 1: PP anemia

Anemia

Kelompok 5

Page 2: PP anemia

A. DEFINISI ANEMIAAnemia (dalam bahasa yunani : tanpa darah) adalah keadaan

saat sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada dibawah normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru, dan mengantarkannya keseluruh bagian tubuh

Menurut para ahli: Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari seperti

kehilangan komponen darah, eleman tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya. (Marilyn E,D Doenges, Jakarta, 1999)

Anemia defenisi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya mineral Fe sebagai bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit (Arif Mansjoer, Kapita selekta, jilid 2, edisi 3, jakarta, 1999)

Page 3: PP anemia

B. KLASIFIKASI ANEMIA

Anemia mikrositik hipokrom Anemia mycrocitic hipocrom adalah dengan ciri ukuran sel darah merah lebih kecil sdari ukuran normal dan bewarna coklat, yang di sebabkan kekurangan ion Fe sebagai komponen hemoglobin,disertai dengan penurunan kuantitatif pada sintesa hemoglobin.Patofisiologi simpanan zat besi habis,kadar serum menurun, dengan gejala klinis timpul karena jumlah hemoglobin tidak adekuat untuk mengangkut oksigen ke jaringan tubuh. Manifestasi klinik pusat, fertigo keletihan, sakit kepala,depresi, takikardi dan amenore

Anemia sel sabit ( Anemia Haemolitic)Anemi sel sabit bentuk anemi yang bersifat kronis dan bersifat bawaan dimana sebagian tubuh atau seluruh tubuh hemoglibin tidak normal diganti dengan hemoglobin abnormal.Penyebabnya bermacam yaitu keturunan (heriditer), erythroblasrosis, malaria, autoimun, dan karena bahan kimia tertentu.

Page 4: PP anemia

Anemia MegaloblasticAnemia megaloblastic adalah sekelompok anemia yang ditandai oleh adanya eritroblas yang besar yang terjadi akibat gangguan maturasi inti sel tersebut yang dinamakan megaloblas. Anemia megaloblas disebabkan oleh defesiensi B12 asam folat, gangguan metabolisme vitamin B12 dan asam folat, gangguan DNA akibat dari defesiensi enzim congenital dan didapat setelah pemberian obat sitosmatik tertentu.Patofisiologinya defesiensi asam folat dan vitamin B12 jelas akan mengganggu sintesis DNA hingga terjadi gangguan maturasi inti sel dengan akibat timbulnya sel sel megaloblas.

Anemia Aplastic Anemia aplastic pertama kali diperkenalkan oleh Enrich pada tahun 1988, ia melaporkan seorang wanita muda yang pucat dan panas dengan ulserasi gusi, anemia barat, dan leucopenia, pasien cepat meninggal. Anemia aplastic dapat disebabkan oleh defesiensi absolute stem cell sum sum tulang atau accessory-helper cells, hambatan pada deferensiasi, supresi imun, kelainan struma atau kelainan growth faktor. Penyebabnya adalahkarena faktor genetic atau keturunan. Kelompoknya ini sering dinamakan anemia aplastic konstitusional dan sebagian besar dari pada diturunkan menurut hukum Mendell

Page 5: PP anemia

C. ETIOLOGIPenyebab umum dari anemia: 1. Perdarahan Hebat Akut (mendadak)

◦ Kecelakaan◦ Pembedahan◦ Persalinan◦ Pecah pembuluh darah◦ Kronik (menahun)◦ Perdarahan hidung◦ Wasir (hemoroid)◦ Ulkus peptikum◦ Kanker atau polip di saluran pencernaan◦ Tumor ginjal atau kandung kemih◦ Perdarahan menstruasi yang sangat banyak

Page 6: PP anemia

2.      Berkurangnya pembentukan sel darah merah◦ Kekurangan zat besi◦ Kekurangan vitamin B12◦ Kekurangan asam folat◦ Kekurangan vitamin C◦ Penyakit kronik

3.      Meningkatnya penghancuran sel darah merah◦ Pembesaran limpa◦ Kerusakan mekanik pada sel darah merah◦ Reaksi autoimun terhadap sel darah merah◦ Hemoglobinuria nokturnal paroksismal◦ Sferositosis herediter◦ Elliptositosis herediter◦ Kekurangan G6PD◦ Penyakit sel sabit

Page 7: PP anemia

D. TANDA DAN GEJALA

Kulit pucatDetak jantung meningkat Sulit bernafasKurang tenaga dan cepat lelahPusing terutama saat berdiriLidah yang bengkak dan nyeriSakit kepalaSiklus mentruasi yang tidak menentuKulit, mata, dan mulit berwarna kuning Limfa atau hati membesar

Page 8: PP anemia

E. PATOFISIOLOGIAda beberapa mekanisme yang mendasari terjadinya anemia pada usila, yaitu:

1). Penurunan kinerja sumsum tulang: sumsum tulang, meskipun sepanjang hidup selalu dinamis dalam memproduksi sel darah merah dan mereplikasi diri (self-replication) untuk menunjang fungsinya, sumsum tulang tetap saja melalui periode penurunan fungsi secara fisiologis ke tahap yang drastis. Dimana periode ini disebut tahap inovulasi sumsum tulang. Pada tahap ini yang mencolok ialah penurunan daya replikasi sumsum tulang sehingga baik stroma sumsum tulang yang digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan sel-sel induk (pluripoten) maupun kecepatan diferensiasi sel-sel progenitor untuk mencapai maturitas, akan menurun. Dampak globalnya ialah terjadi penurunan sintesis sel darah merah. Hal inilah yang mendasari betapa mudahnya seorang usila terkena onset anemia.

Page 9: PP anemia

2).  Penyakit kronis yang mendasari: adanya penyakit kronis pada seorang usila, mempercepat dimulainya anemia. Di samping itu, dalam beberapa penelitian dikatakan bahwa faktor-faktor pembekuan menurun seiring usia, juga sistem imunitas tubuh yang kian menurun, sehingga mempersulit terjadinya suatu tahap penyembuhan. Penyakit kronis, yang notabenenya adalah onset perdarahan, akan sulit disembuhkan pada kondisi usila dengan gangguan faktor pembekuan dan imunitas. Perdarahan yang terjadi semakin lama, semakin kronis. Anemia yang terjadi biasanya ialah anemia defisiensi besi akibat perdarahan kronis.

Page 10: PP anemia

3).   Penurunan sintesis eritropoietin: kemampuan ginjal dalam berbagai fungsinya akan terus menurun seiring proses penuaan, termasuk kemampuannya dalam mensintesis eritropoietin. Kompensasi tubuh hanya mampu menghasilkan 10 % eritropoietin apabila ginjal tidak memproduksinya. Kekurangan eritropoietin yang merupakan faktor pertumbuhan sel darah merah, mengakibatkan  progenitor eritroid tidak berdiferensiasi menjadi sel darah merah. Kekurangan sel darah merah mengakibatkan kekurangan hemoglobin, sehingga terjadi anemia.

4).   Proses autoimun: kadangkala ada proses autoimun yang mendasari terjadinya anemia. Sel-sel parietal lambung yang akibat proses autoimun mengalami atrofi, mengakibatkan lambung menjadi tipis dengan infiltrasi sel plasma dan limfosit, sehingga berdampak pada penurunan cadangan faktor intrinsik di parietal lambung. Dimana faktor intrinsik yang menurun di parietal lambung ini mengakibatkan ileum sedikit menyerap vitamin B 12. Dampaknya terjadi anemia megaloblastik (anemia pernisiosa).

Page 11: PP anemia

5). Kurang intake: pada usila, penurunan nafsu makan secara fisiologis akan terjadi. Apabila sampai ke periode tersebut, meskipun sedikit berpengaruh terhadap kurangnya intake atau asupan, faktor ini masih dipertimbangkan karena faktor diet yang buruk tidak jarang mengakibatkan anemia, terutama anemia defisiensi besi. Anemia yang disebabkan akibat kurang nafsu makan sehingga kurang asupan, akan memperburuk percepatan tingginya nafsu makan lagi karena anemia sendiri tidak hanya sebagai akibat dari kurang nafsu makan, tetapi juga sebagai penyebab kurangnya nafsu makan. Hasilnya, keadaan ini menjadi suatu lingkaran setan.

Page 12: PP anemia

F. KOMPLIKASIDi Indonesia, anemia merupakan penyakit kronis atau jangka panjang. Gizi yang kurang lengkap menjadi penyebab terjadinya anemia kronis dan akibatnya komplikasi yang terjadi cukup mengkhawatirkan.

Pada Anak KecilAnemia berkelanjutan pada anak-anak akan sangat berpengaruh dalam kehidupan mereka di masa mendatang. Komplikasi yang paling ditakutkan adalah proses pertumbuhan dan perkembangan mereka yang terhambat. Tanpa nutrisi dan oksigen yang cukup, perkembangan mental, intelektual dan kemampuan kognitif anak terhambat. Energi dan kemampuan anak untuk beraktivitas fisik juga berkurang jika sedang mengalami anemia. Pada akhirnya, semua ini bisa berdampak buruk pada fungsi emosi dan sosial mereka. Perilaku dan performa akademik anak pun lebih terbelakang dibanding anak-anak seusia yang tidak mengalami anemia.Selain itu, anemia juga menyebabkan turunnya pertahanan kekebalan tubuh. Anak yang menderita anemia pun menjadi rentan terserang berbagai macam infeksi.

Page 13: PP anemia

Pada Wanita Hamil

Anemia defisiensi besi pada wanita hamil sangat berkaitan dengan angka kematian ibu. Anemia pada wanita hamil patut diwaspadai. Komplikasi yang dialami wanita yang sedang hamil bisa berakibat fatal, baik pada ibu maupun janinnya. Anemia pada wanita hamil bisa mengakibatkan:

1. Pertumbuhan bayi yang terhambat.

2. Kelahiran bayi secara prematur.

3. Bayi terlahir dengan berat badan rendah.

4. Bayi menjadi lebih rentan terserang infeksi ketika lahir.

5. Kematian bayi dalam kandungan bisa terjadi pada kondisi anemia yang parah.

Page 14: PP anemia

Pada Orang Dewasa Anemia defisiensi besi juga memiliki efek yang berbahaya

pada orang dewasa jika dibiarkan berlanjut. Orang yang menderita anemia mudah merasa lelah dan kurang berenergi. Ini berarti tingkat produktivitasnya berkurang. Orang tersebut juga akan lebih mudah terserang penyakit akibat kekebalan tubuh yang lemah.

Anemia yang berlarut-larut bisa mengakibatkan kerusakan pada berbagai organ seperti ginjal, jantung dan paru-paru. Penyakit jantung juga diperburuk jika anemia tidak diobati. Pada kasus yang parah, gagal jantung bisa terjadi.

Periksakan diri ke dokter jika Anda mengalami gejala-gejala anemia. Pengobatan dan penanganan secara dini dapat membantu pemulihan dengan baik.

Page 15: PP anemia

G. PENATALAKSANAAN1.  Penanganan 

a) Bila Anda merasakan gejala anemia di atas dan orang-orang di sekeliling Anda melihat Anda tampak pucat dan lelah, segeralah berkonsultasi dengan dokter. Dokter akan menanyakan kebiasaan makan Anda dan obat yang sedang Anda minum. Anda lalu akan mendapatkan pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah dan pemeriksaan penunjang lainnya untuk menentukan apakah terdapat anemia dan apa penyebabnya.

b) Penanganan anemia tergantung pada penyebabnya. Bila penyebabnya adalah kekurangan zat besi, dokter akan mencari tahu dan mengatasi penyebab kekurangan tersebut. Suplemen zat besi dalam bentuk tablet atau sirup mungkin diberikan. (Bila anemia disebabkan oleh masalah penyerapan pasca- operasi gastrektomi, pemberian suplemen akan diberikan secara intramuskular atau intravenal).

c) Pemulihan biasanya berlangsung enam hingga delapan minggu setelah penanganan. Setelah anemia tertangani, Anda masih akan terus menerima asupan suplemen zat besi hingga beberapa bulan untuk menjaga kondisi. Tinja Anda akan berwarna hitam selama perawatan.

Page 16: PP anemia

d) Bila anemia disebabkan penyakit tertentu, satu-satunya solusi adalah menyembuhkan penyakitnya.e) Anemia kronis yang ditandai dengan gejala parah seperti denyut jantung cepat, nafas tersengal dan pingsan mungkin harus segera ditangani dengan transfusi darah.

  2. Penatalaksanaan

a) Mengatasi penyebab perdarahan kronik, misalnya pada ankilostomiasis diberikan antelmintik yang sesuai.b) Pemberian preparat Fe: fero sulfat 3 x 325 mg secara oral dalam keadaan perut kosong, dapat dimulai dengan dosis yang rendah dan dinaikkan bertahap. Pada pasien yang tidak kuat, dapat diberikan bersama makanan.

Page 17: PP anemia

Fero glukonat 3 x 200 mg secsra oral sehabis makan. Bila terdapat intoleransi terhadap pemberian preparat Fe oral atau gangguan pencernaan sehingga tidak dapat diberikan oral, dapat diberikan secara perenteral dengan dosis 250 mg Fe (3 mg/kg BB) untuk tiap g% penurunan kadar Hb dibawah normal. 

Iron dekstran mengandung Fe 50 mg/ml, diberikan secara intramuskuler mula-mula 50 mg, kemudian 100-250 mg tiap 1-2 hari sampai dosis total sesuai perhitungan. Dapat pula diberikan intravena, mula-mula 0,5 ml sebagai dosis percobaan. Bila dalam 3-5 menit tidak menimbulkan reaksi, boleh diberikan 250-500 mg.

Page 18: PP anemia

H. Pemeriksaan PenunjangPada pemeriksaan laboratorium ditemui : 1.      Jumlah Hb lebih rendah dari normal ( 12 – 14 g/dl ) 2.      Kadar Ht menurun ( normal 37% - 41% )3.      Peningkatan bilirubin total ( pada anemia hemolitik )4.      Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi 5.      Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak ( pada anemia aplastik )

 Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik).

Page 19: PP anemia

Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).

Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan tipe khusus anemia).LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi.

Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.

Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).

SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik).

Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik)

Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.

Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi masukan/absorpsi

Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)

Page 20: PP anemia

TBC serum : meningkat (DB)Feritin serum : meningkat (DB)Masa perdarahan : memanjang (aplastik)LDH serum : menurun (DB)Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB).Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam hidroklorik bebas (AP).Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI (Doenges, 1999). 

Page 21: PP anemia

ASUHAN KEPERAWATAN3.1 Pengkajian

3.1.1 Analisa Data 1. Identitas Pasien

Nama : Umur : Jenis Kelamin:Alamat :

2. Riwayat Kesehatan a. Riwayat Kesehatan Dahulu

Pasien pernah mengalami pendarahan hebat, kecelakaan, persalinan, pendarahan hidung, dfisiensi zat besi, defisiensi vitamin C dan Vitamin B12, peningkatan penghancuran sel eritrosit dan polip saluran cerna.

b. Kesehatan Sekarang Pasien kelihatan pucat ( kuku, telapak tangan, membran mukosa dan membran mukosa ), sesak nafas, sakit kepala, kelemahan, keringat dingin, takikardi, syok, rasa mengantuk, cepat lelah dan kosentrasi menurun.

Page 22: PP anemia

c. Riwayat Kesehatan KeluargaAdanya keluarga yang menderita anemia.

 3.Pemeriksaan Fisik

a. Aktifitas atau istirahatGejala : 1. Keletihan, kelemahan, malaise umum2. Kehilangan produktivitas : penurunan semangat untuk bekerja 3. Toleransi terhadap latihgan rendah

4. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak Tanda : 1. Takikardi atau Tkypnea : Dyspnea pada bekerja atau istirahat 2. Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada sekitarnya 3. Kelemahan otot dan penurunan kekuatan4. Ataksia, tubuh tidak tegak5. Bahu menurun, lunglai, berjalan lambat dan keletihan

Page 23: PP anemia

b. SirkulasiGejala :

Riwayat kehilangan darah kronis, misalnya : menstruasi berat, angina, CHF ( akibat kerja jantung berlebihan )

Palpitasi ( Takikardia kompensasi )  

Tanda : Tekanan darah : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan

tekanan nadi melebar : Hipotensi Postural Distritmia : Abnormalitas EKG Takikardi Bunyi jantung murmur sistolik Ekstremitas ( warna) : pucat pada kulit dan membran mukosa

( kunjungtiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku Sklera : biru atau putih seperti mutiara Penyisisan kapiler melambat ( penurunan aliran darah ke perifer

dan vasokonstriksi kompensasi ) Kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok Rambut : Kering, mudah putus dan menipis.

Page 24: PP anemia

c. Eliminasi

Gejala : Diare atau konstipasi Penurunan haluaran urine  

Tanda : Distensi abdomen  d. Makanan/Cairan

Gejala : Penurunan masukan diet Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan ( ulkus pada faring ) Mual atau muntah Adanya penurunan berat badan

Tanda : Lidah tampak merah daging atau halus ( AP : Defisiensi asam folat dan

vitamin B12 ) Membran mukosa kering dan pucat Turgor kulit : buruk kering dan tampak kisut Bibir selitis

Page 25: PP anemia

e. Integritas Ego

Gejala : Keyakinan agama atau budaya mempengaruhi pilhan pengobatan misalnya :

penolakan transfusi darah

 

Tanda : Depresi

f. Hygiene

Tanda : Kurang bertenaga dan penampilan tidak rapi.

 

g. Neuro Sensori

Gejala : Sakit kepala, berdenyut, pusing dan ketidak mampuan berkonsentrasi Insomnia, penurunan penglihatan dan bayangan pada mata Kelelahan Sensasi menjadi dingin

 

Tanda : Peka rangsang , gelisah, depresi, cenderung tidur dan apatis Mental : tak mampu berespon lambat dan dangkal

 

Page 26: PP anemia

h. Nyeri / Kenyamanan Gejala : Nyeri abdomen samar : sakit kepala  

i. Pernafasan Gejala :

Riwayat TB abses paru Nafas pendek dan istirahat pada aktivitas  

Tanda : Takipneu, ortopnea dan dyspnea j. Keamanan

Gejala : Riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia ( benzena, insektisida ) Riwayat terpajan pada radiasi baik sebagai pengobatan atau kecelakaan Riwayat Kanker dan terapi kanker Tidak toleran terhadap dingin atau panas Gangguan penglihatan Transfusi darah sebelumnya Penyembuhan luka buruk dan infeksi  

Tanda : Demam rendah, menggigil dan bekeringat malam Limfadenopati umum

Page 27: PP anemia

k. Seksualitas Gejala :

Perubahan aliran menstruasi Hilang libido ( pria dan wanita ) Impoten

 Tanda :

Servik dan dinding vagina pecah   Penyuluhan / Pembelajaran Gejala : Kecendrungan keluaraga untuk anemia Pengguanaan alkohol kronis Adanya atau berulangnya episode perdarahan aktif Penggunaan antibiotik, aspirin, obat anti inflasi atau anti

koagulan Riwayat penyakit hati dan ginjal Pembedahan sebelumnya Riwayat adanya masalah dengan penyembuhan luka atau

perdarahan

Page 28: PP anemia

4. Pemeriksaan Diagnostik a. Jumlah darah lengkap ( JDL ) : Hemoglobin dan Hematokrit

menurun ◦ Jumlah Eritrosit : menurun ◦ Jumlah Retikulosit : bervariasi misalnya menurun, meningkat ( respon

sumsusmn tulangb terhadap kehilangan darah atau hemolisism ◦ Pewarnaan SDM : mendeteksi perubahan warna dan bentuk ◦ LED : peningkatan menunjukan adanya reaksi inflamasi ◦ Masa hidup SDM : berguna dalam membedakan diagnosa anemia ◦ Tes kerapuhan eritrosit : menurun ◦ SDP : jumlah sel total sama dengan SDM ( Diferensial ) mungkin

meningkat atau hemolitik / menurun ( aplastik )

 b. Jumlah Trombosit : menurun ( aplastik ) : meningkat : normal

atau tinggi ( hemolitik )  c. Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur Hb  d. Bilirubin serum ( tak terkonjugasi ) : meningkat ( AP, hemolitik )  

Page 29: PP anemia

e. Folat serum dan vitamin B12 : membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi masukan / absorbsi

 f. Lesi serum : tidak ada : tinggi  g. Masa perdarahan : memanjang h. LDH serum : mungkin meningkat  i. Tes Schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine j. Analisa gester : penurunan sekresi dengan peningkatan PH dan tak

adanya asam Hidroklorik bebas.  k. Aspirasi sumsum tulang atau pemeriksaan biopsi : sel mungkin

tampak berubah dalam jumlah, ukuran dan bentuk, membentuk membedakan tipe anemia misalnya peningkatan Megaloblas, lemak sumsusm dengan penurunan sel darah

 l. Pemeriksaan endoskopik dan radiografi : memeriksa sisi

pendarahan.

Page 30: PP anemia

2.Diagnosa kepewatan

Data etiologi Masalah

DS : Pasien mengeluh kepala pusing dan lemah melakukan pekerjaan sehari-hari.  DO : TD : 100/70 mmHgNadi : 81x/menit RR : 20x/menit Suhu : 36,6 C

Kelemahan

DS : Pasien merasa lemah dan pucatPasien mengeluh mual dan muntahDO : Pemeriksaan Laboratorium menunjukan

pansitopenia dimana kadar Hb 8 mg %, leukimia kurang dari 7000/mm3

Perubahan perfusi jaringan

Page 31: PP anemia

DS : Penurunan berat badan Perubahan gusi dan membran mukosa mulut Penurunan lipatan kulit Penurunan toleransi untuk aktivitas  DO : Setelah diinspeksi pasien kelihatan kurus, wajah kelihatan kusam dan letih

Ketidakseimbangan nutrsisi dengan kebutuhan tubuh.  

Resiko Infeksi   

Page 32: PP anemia

3. Intervensi

diagnosa Kriteria hasil intervensi

Kelemahan berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suply oksigen ( pengiriman ) dan kebutuhan.

Tujuan : Dapat mempertahankan / meningkatkan ambulasi / aktivitas.  Kriteria Hasil : Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas termasuk aktivitas sehari-hari Menunjukan penurunan tanda intoleransi fisiologi ( nadi, pernafasan, tekanan darah dalam rentang normal )

1. Kajian kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari R : Mempengaruhi pilihan intervensi  2. Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan ototR : Menunjukan perubahan neurologi karena defisiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan pasien atau resiko cidera.  

Page 33: PP anemia

3. Observasi TTV sebelum dan sesudah aktivitas R : Manifestasi kardio pulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.

4.Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung dan kurangi suara bising, pertahankan tirah baring bila diindikasikan. R : Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru.  5. Gunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila terjadi kelelahan dan kelemahan, anjurkan pasien melakuakan aktivitas semampunya. R : meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan memperbaiki tonus otot tanpa kelemahan.

Page 34: PP anemia

Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen saluran yang diperlukan untuk pengiriman oksigen atau nutrisi ke sel.

Tujuan : Peningkatan perfusi jaringan  Kriteria Hasil : Menunjuka perfusi adekuat misalnya tanda tanda vital stabil

1.Awasi TTV kaji pengisisan kapiler, warna kulit atau mebran mukosa dan dasar kukuR : memberikan informasi tentang derajat atau keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menentukan kebutuhan intervensi  2. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi R : meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler ( catatan : kontraindikasi bila ada hipotensi )  3. Awasi upaya pernafasan : auskultasi bunyi nafas perhatikan bunyi adventisius. R : Dispnea gemericik menunjukan gangguan jantung karena regangan jantung lama atau peningkatan kompensasi curah jantung.

Page 35: PP anemia

4. Selidiki keluhan nyeri dada atau palpitasi. R : Iskemia seluler mempengaruhi jaringan mio cardial / potensial resiko infark.  5. Hindari penggunaan botol penghangat atau botol air panas. Ukur suhu air mandi dengan termometer. R : Termoreseptor jaringan dermal dangkal karena gangguan oksigen  6. Awasi hasil pemeriksaan laboratorium. Berikan sel darah merah lengkap sesuai indikasi. R : Mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan atau respon terhadap terapi.  7. Berikan oksigen tambahan sesuai indiakasi. R : memaksimalka transpor oksigen ke jaringan.

Page 36: PP anemia

Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan yang tidak adekuat

Tujuan : Infeksi tidak terjadi Kritera Hasil : Mengidentifikasi prilaku untuk mencegah atau menurunkan resiko infeksi Meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau eritema dan demam

1.Tingkaktkan cuci tangan dengan baik oleh pemberi perawatan dan pasien. R : Mencegah kontaminasi silang bakterial  2.Pertahankan teknik aseptik ketat pada prosedur atau perawatan luka. R : Menurunkan resiko infeksi bakteri.  3. Berikan perawatan kulit parianal dan oral dengan cermat. R : Menurunkan resiko kerusakan kulit atau jaringan dan infeksi.  4. Pantau suhu tubuh. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam. R : Adanya proses inflamasi atau infeksi membutuhkan evaluasi/ pengobatan.

Page 37: PP anemia

6. Tingkaktkan cuci tangan dengan baik oleh pemberi perawatan dan pasien. R : Mencegah kontaminasi silang bakterial  7. Pertahankan teknik aseptik ketat pada prosedur atau perawatan luka. R : Menurunkan resiko infeksi bakteri.  8. Berikan perawatan kulit parianal dan oral dengan cermat. R : Menurunkan resiko kerusakan kulit atau jaringan dan infeksi.  9. Pantau suhu tubuh. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam. R : Adanya proses inflamasi atau infeksi membutuhkan evaluasi/ pengobatan.

Page 38: PP anemia

Ketidak seimbangan nutrisi dengan kebutuhan tubuh berhubungan dengan

Tujuan : Menunjukan peningkatan berat badan stabil dengan nilai laboratorium normal Kriteria Hasil : Tidak mengalami tanda malnutrisiMenunjukan prilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan atau memperthankan berat badan yang sesuai

1.Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai. R : Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemunginan intervensi  2. Timbang berat badan tiap hari. R : Mengawasi penurunan BB  3.Berikan makan sedikit dan frekwensi sering dan atau makan diantara waktu malam R : Makan sedikit dapat menurunkan kelemahan.  4. Pantau pemeriksaan laboratorium ( Hb / Ht BUN, albumin, protein, transferin, besierum, B12, Asam Folat, elektrolit serum). R : Meningkatkan efektivitas program pengobatan termasuk sumber diet nutrisi yang dibutuhkan.

Page 39: PP anemia

5. Berikan obat sesuai indikasi ( Vitamin & Suplemen : Sianokobalamin / vitamin B12, asam folat / Flovite, Asam askorbat / Vitamin C dl ) R : Kebutuhan penggantian tergntung pada tipe anemia dan atau adanya masukan oral yang buruk dan defisiensi yang diidentifikasi.

Page 40: PP anemia

TERIMA KASIH