POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

121
TESIS – RE142551 POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI GENANGAN DAN BANJIR DI PERKOTAAN SIDOARJO RAYON SELATAN (SUB DAS SIDOKARE DAN SUB DAS SEKARDANGAN) NAWANG WULAN NRP. 3314202807 DOSEN PEMBIMBING Harmin Sulistiyaning Titah, ST., MT., PhD PROGRAM MAGISTER BIDANG KEAHLIAN TEKNIK SANITASI LINGKUNGAN JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2017

Transcript of POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

Page 1: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

TESIS – RE142551

POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI GENANGAN DAN BANJIR DI PERKOTAAN SIDOARJO RAYON SELATAN (SUB DAS SIDOKARE DAN SUB DAS SEKARDANGAN)

NAWANG WULAN NRP. 3314202807 DOSEN PEMBIMBING Harmin Sulistiyaning Titah, ST., MT., PhD

PROGRAM MAGISTER

BIDANG KEAHLIAN TEKNIK SANITASI LINGKUNGAN

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA

2017

Page 2: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

Tesis disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Teknik (M.T.)

Disetujui Oleh :

di Institut ~eknologi Sepuluh Nopember

Oleh:

Nawang Wulan NRP. 3314 202 807

Tanggal Ujian Periode Wisuda

: 09 Januari 2017 :Maret 2017

1. Harmin Sulisti~T., M. T., Ph.D. (Pembimbing) NIP. 19750523 200212 2 001

2. Prof. Ir. Wahyono Hadi2 M.Sc.2 Ph.D. (Penguji) NIP. 19500114 197903 1 001

~ 3. Ib:...lw4t-lrwa1:11)agyo Santoso2 M. T. (Penguji)

NIP. /19650508 199303 1 001

~ .../

4. Bieby Voijant Tangahu2 S.T.2 M.T.2 Ph.D. (Penguji) NIP. 19710818 199703 2 001

Direktur Program Pascasarjana,

Prof. Ir. Diauhar Manfaat, M.Sc.2 Ph.D. NIP. 19601202 1987011 001

Page 3: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT, atas segala karunia dan ridho-NYA, sehingga tesis dengan judul “Potensi

Penggunaan Saluran Porus dalam Mengurangi Genangan dan Banjir di Perkotaan

Sidoarjo Rayon Selatan (Sub DAS Sidokare dan Sub DAS Sekardangan)” ini

dapat diselesaikan.

Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

gelar Magister Teknik (M.T.) dalam bidang keahlian Teknik Sanitasi Lingkungan

pada Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut

Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

Dalam penyelesaian proposal tesis ini, penulis banyak mendapatkan

bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima

kasih setulusnya kepada:

1. Ibu Harmin Sulistiyaning Titah, ST., MT., Ph.D. selaku dosen pembimbing,

yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan ide, saran dan

kritiknya.

2. Keluarga penulis terutama putra pertama Antares Arsa Sena dan Suami yang

selalu mendukung penulis dalam penyelesaian penulisan tesis ini.

3. Orangtua dan Kakak penulis yang membantu penulis dalam memberikan ide

dan bertukar pikiran.

4. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Teknik Lingkungan yang banyak membantu

dalam terselesaikannya tesis ini.

Dengan keterbatasan pengalaman, ilmu maupun pustaka yang ditinjau,

penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan pengembangan

lanjut agar benar benar bermanfaat. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan

kritik dan saran agar tesis ini lebih sempurna serta sebagai masukan bagi penulis

untuk penelitian dan penulisan karya ilmiah di masa yang akan datang.

Akhir kata, penulis berharap tesis ini memberikan manfaat bagi kita

semua terutama untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang ramah lingkungan.

Surabaya, Januari 2017

Nawang Wulan

Page 4: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

ii

POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI

GENANGAN DAN BANJIR DI PERKOTAAN SIDOARJO RAYON

SELATAN (SUB DAS SIDOKARE DAN SUB DAS SEKARDANGAN)

Nama Mahasiswa : Nawang Wulan

NRP : 3314202807

Pembimbing : Harmin Sulistiyaning Titah, ST., MT., PhD.

ABSTRAK

Genangan dan banjir masih saja terjadi di Sidoarjo terutama di

perkotaannya walaupun Master Plan dan DED Sistem Drainase Kabupaten

Sidoarjo telah disusun pada tahun 2014. Rekomendasi dari Masterplan dan DED

Sistem Drainase ini masih belum mendukung drainase berwawasan lingkungan,

hal ini yang menyebabkan genangan dan banjir masih terjadi. Pada perkotaan

yang padat penduduk wacana saluran porus sebagai aplikasi drainase berwawasan

lingkungan untuk mengurangi genangan dan banjir sangat dimungkinkan karena

tidak memerlukan lahan khusus. Pada penelitian ini dilakukan untuk menentukan

tingkat peresapan penggunaan saluran porus jika diterapkan di perkotaan Sidoarjo

khususnya di Rayon Selatan yaitu Sub DAS Sidokare dan Sub DAS Sekardangan.

Metode yang dilakukan dengan pengujian tanah pada sekitar saluran

tersier di daerah pemukiman padat dengan tes perkolasi. Penerapan drainase swale

yaitu drainase yang dapat mengurangi polutan juga diuji untuk menjaga agar air

yang meresap ke saluran tidak mencemari air tanah. Kadar BOD, TSS, detergen

dan Escherichia Coli pada air di saluran diukur (rona awal) kemudian difilter

dengan media-media permeable yang nantinya menjadi kesatuan desain dengan

saluran porus.

Media yang digunakan dalam penelitian ini yang berfungsi sebagai

drainase swale adalah pasir, kerikil dan tanaman. Ketiga media tersebut diuji

tingkat menurunkan kadar BOD, TSS, detergen dan E.coli juga yang paling tidak

mengurangi daya serap drainase porus itu sendiri.

Koefisien permeabilitas tanah di Sub DAS Sidokare 2,1605 x 10-5

cm/detik sedangkan pada Sub DAS Sekardangan 1,1510 x 10-5

cm/detik.

Penerapan saluran porus berdasarkan koefisien permeabilitas tanah hasil tes

perkolasi dapat menurunkan debit air hujan yang tidak tertampung disaluran

eksisting. Saluran porus dapat menurunkan debit yang tidak tertampung sebesar

42,5% di Sub DAS Sidokare dan 72% di Sub DAS Sekardangan. Media filtrasi

yang paling baik mengurangi polutan adalah media tanah asli berumput gajah

tetapi laju resapannya lambat. Tanah asli berumput gajah digunakan pada desain

saluran swale yang penerapannya pada pulau jalan. Pasir menempati urutan ketiga

setelah tanah asli berumput dan tanah asli dalam tingkat pengurangan polutan dan

pasir memiliki laju resapan yang lebih cepat dari tanah asli berumput maupun

tanah asli saja. Media pasir diterapkan pada desain saluran porus sebagai material

Page 5: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

iii

permeabel didasar saluran dan kerikil melapisi bagian atas pasir sebagai material

penyangga agar tidak tergerus air.

Kata kunci : Drainase Berwawasan Lingkungan, Drainase Porus, Drainase

Swale, Saluran Porus, Tes Perkolasi.

Page 6: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

iv

THE POTENTIAL USEGE OF POROUS CHANNEL FOR REDUCING

PUDDLES AND FLOOD IN SOUTHERN RAYON OF SIDOARJO

(SUB DAS SIDOKARE DAN SUB DAS SEKARDANGAN)

By : Nawang Wulan

Student Identity Number : 3314202807

Supervisor : Harmin Sulistiyaning Titah, ST., MT., PhD.

ABSTRACT

Puddles and floods are still occurs in Sidoarjo, especially in urban area ,

though the Master Plan and DED Drainage Systems Sidoarjo regency has been

compiled in 2014. Recommendations of the Masterplan and DED drainage system

is still not supporting eco-drainage, which is why the puddle and flooding still

occurs. In densely populated urban, the discourse of porous channels as the

application of eco-drainage to reduce flooding and flooding is possible because it

does not require special land. This study conducted to determine the level of

channel usage impregnating porous if applied in Sidoarjo, especially in the urban

South Rayon in Sub DAS Sidokare and the Sub DAS Sekardangan.

The method is done by testing the soil around the tertiary channels in

dense residential area with a percolation test. Application of drainage swale which

is a drainage that can reduce the pollutants are also tested to ensure that the water

that seeped into the channel does not contaminate groundwater. BOD, TSS,

detergents and Escherichia coli in the water in the channel is measured (baseline)

and then filtered through permeable media which will be unity of design with

porous channels.

Media used in this study serves as a drainage swale are sand, gravel and

plants. Those three medias was tested their reducing levels of BOD, TSS,

detergents and E.coli and also tested for the least reduce the absorption of porous

drainage itself

The coefficient of permeability of the soil in the Sub DAS Sidokare 2.1605

x 10-5

cm / sec, while the Sub DAS Sekardangan 1.1510 x 10-5

cm / sec.

Application of porous channels based on the coefficient of permeability of the soil

percolation test results can reduce the discharge of rain water that do not fit the

existing duct. Porous channel can reduce the discharge water that cannot be

accommodated by 40.4 % in Sub DAS Sidokare and 62 % in Sub DAS

Sekardangan. The most well filtration media to reduce pollutant is the natural land

of bulrush media but the seepagepace is slow.The natural land of bulrush is used

in swale channel the design used on the application on the park road divider. Sand

ranks third after the natural grassy land and natural land in the level of pollutant

reduction and the sand has a faster absorption rate than the natural land of grass

and natural land only. Sand media applied to the design of porous channel as the

Page 7: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

v

permeable material at the bottom channel and the pebbles coating on the sand as a

buffer material that is not eroded by water.

Keywords: drainage swale, percolation test, permeable, pollutants, porous

channels.

Page 8: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR i

ABSTRAK ii

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR x

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 4

1.3 Tujuan Penelitian 5

1.4 Manfaat Penelitian 5

1.5 Ruang Lingkup Penelitian 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

2.1 Gambaran Umum Wilayah Studi 7

2.2 Pengertian pengertian 13

2.3 Jenis Tanah 15

2.4 Saluran Porus 20

2.5 Drainase Swale 22

2.6 Pengukuran Laju Perkolasi 25

2.7 Fitoremediasi dan Fitopengolahan 27

2.8 Parameter Uji Air 29

2.9 Analitycal Hierarchy Process 31

2.10 Evaluasi Formatif 33

2.11 Penelitian Terdahulu 34

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Umum 37

3.2 Alur Pelaksanaan Penelitian 37

3.3 Metode Pengumpulan Data 39

3.4 Analisa Teknis 46

Page 9: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

vii

3.5 Analisa Lingkungan 47

3.6 Analisa Kelembagaan 50

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Aspek Teknis 51

4.2 Aspek Lingkungan 68

4.3 Desain Saluran Porus dan Swale 80

4.4 Aspek Kelembagaan 91

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 95

5.2 Saran 95

DAFTAR PUSTAKA 97

LAMPIRAN 99

BIODATA PENULIS 107

Page 10: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Saluran yang kapasitasnya tidak memenuhi di Sub DAS

Sidokare 9

Tabel 2.2 Saluran yang kapasitasnya tidak memenuhi di Sub DAS

Sekardangan 10

Tabel 2.3 Jenis Batuan (geologi) perkecamatan di Kabupaten Sidoarjo 11

Tabel 2.4 Hasil Uji Laju Resapan 12

Tabel 2.5 Koefisien Permeabilitas Tanah 21

Tabel 2.6 Faktor Geometrik Saluran Porus (persatuan panjang) 23

Tabel 2.7 Pengurangan Jumlah Polutan Rumput Drainase Swale 24

Tabel 2.8 Penetapan Prioritas Elemen 32

Tabel 2.9 Kategori Evaluasi 33

Tabel 4.1 Penurunan air tes perkolasi lokasi A (Percobaan 1) 52

Tabel 4.2 Penurunan air tes perkolasi lokasi A (Percobaan 2) 52

Tabel 4.3 Penurunan air tes perkolasi lokasi A (Percobaan 3) 53

Tabel 4.4 Penurunan air tes perkolasi lokasi B (Percobaan 1) 53

Tabel 4.5 Penurunan air tes perkolasi lokasi B (Percobaan 2) 54

Tabel 4.6 Penurunan air tes perkolasi lokasi B (Percobaan 3) 54

Tabel 4.7 Perhitungan Koefisien Permeabilitas (K) 55

Tabel 4.8 Perhitungan Debit Air Masuk pada saluran tersier di

Sub DAS Sidokare 61

Tabel 4.9 Pengurangan QTT setelah penerapan saluran porus pada

saluran tersier di Sub DAS Sidokare 63

Tabel 4.10 Perhitungan Reduksi Genangan pada salurantersier di

Sub DAS Sidokare 65

Tabel 4.11 Perhitungan Debit Air Masuk pada saluran tersier di

Sub DAS Sekardangan 66

Tabel 4.12 Pengurangan QTT setelah penerapan saluran porus pada

saluran tersier di Sub DAS Sekardangan 67

Tabel 4.13 Hasil Laboratorium Saluran Suko 70

Page 11: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

ix

Tabel 4.14 Hasil Laboratorium Saluran Sekardangan 71

Tabel 4.15 Perbandingan TSS dengan baku mutu ( Saluran Suko) 73

Tabel 4.16 Perbandingan TSS dengan baku mutu ( Saluran

Sekardangan) 74

Tabel 4.17 Perbandingan BOD dengan baku mutu ( Saluran Suko) 75

Tabel 4.18 Perbandingan BOD dengan baku mutu ( Saluran

Sekardangan) 76

Tabel 4.19 Perbandingan kandungan detergen dengan baku mutu

( Saluran Suko) 77

Tabel 4.20 Perbandingan kandungan detergen dengan baku mutu

( Saluran Sekardangan) 78

Tabel 4.21 Prioritas Alternatif 94

Page 12: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pembagian Rayon Pada Sistem Drainase Kota Sidoarjo 8

Gambar 2.2 Segitiga Tekstur 20

Gambar 2.3 Tipikal Drainase Swale Sistem Kering 24

Gambar 2.4 Tipikal Drainase Swale Sistem Tergenang 24

Gambar 2.5 Ring Infiltrometer 26

Gambar 2.6 Penurunan Muka Air 26

Gambar 2.7 Fito Pengolahan 28

Gambar 2.8 Peta Jenis Tanah 34

Gambar 2.9 Penampang Aliran Air Sederhana 35

Gambar 3.1 Skema Alur Pelaksanaan Penelitian 38

Gambar 3.2 Lokasi Sub DAS Sidokare dan Sub DAS Sekardangan 40

Gambar 3.3 Lokasi Titik Tes Perkolasi 40

Gambar 3.4 Penanaman pipa dengan balok 41

Gambar 3.5 Pipa 20 cm diatas permukaan tanah 41

Gambar 3.6 Penampang lubang tes perkolasi A 42

Gambar 3.7 Pipa diisi air sampai penuh 42

Gambar 3.8 Lubang kedalaman 40 cm 43

Gambar 3.9 Penanaman Pipa 43

Gambar 3.10 Penampang lubang tes perkolasi B 44

Gambar 3.11 Pengisian air 44

Gambar 3.12 Titik sampel pada Sub DAS Sidokare 45

Gambar 3.13 Titik sampel pada Sub DAS Sekardangan 45

Gambar 3.14 Material Filtrasi 47

Gambar 3.15 Tabung Filtrasi 48

Gambar 3.16 Tanah asli dan tanaman rumput gajah 49

Gambar 3.17 Pasir dan Kerikil 49

Gambar 4.1 Saluran Suko 57

Gambar 4.2 Saluran Sekardangan Indah 57

Gambar 4.3 Hasil filtrasi Saluran Suko (Sub DAS Sidokare) 69

Page 13: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

xi

Gambar 4.4 Hasil filtrasi Saluran Sekardangan Indah

(Sub DAS Sekardangan) 70

Gambar 4.5 Perbandingan hasil uji air rona awal 2 Saluran 71

Gambar 4.6 Perbandingan TSS Sub DAS Sidokare dan Sub

DAS Sekardangan 72

Gambar 4.7 Perbandingan BOD Sub DAS Sidokare dan Sub

DAS Sekardangan 75

Gambar 4.8 Perbandingan kandungan detergen Sub DAS Sidokare

dan Sub DAS Sekardangan 77

Gambar 4.9 Perbandingan kandungan E.coli di Sub DAS Sidokare 79

Gambar 4.10 Perbandingan kandungan E.coli di Sub

DAS Sekardangan 79

Gambar 4.11 Potongan saluran tersier eksisting 80

Gambar 4.12 Potongan desain saluran porus 81

Gambar 4.13 Lokasi Saluran Porus Sub DAS Sidokare 83

Gambar 4.19 Lokasi Saluran Porus Sub DAS Sekardangan 89

Gambar 4.22 Potongan desain saluran swale A 82

Gambar 4.23 Potongan desain saluran swale B 82

Gambar 4.24 Hirarki AHP 92

Gambar 4.25 Bobot Kriteria 92

Gambar 4.26 Prioritas Alternatif dari Responden 1 93

Gambar 4.27 Prioritas Alternatif dari Responden 2 93

Gambar 4.28 Prioritas Alternatif dari Responden 3 93

Gambar 4.29 Prioritas Alternatif dari Responden 4 93

Gambar 4.30 Prioritas Alternatif dari Responden 5 94

Gambar 4.31 Prioritas Alternatif dari Responden 6 94

Page 14: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kabupaten Sidoarjo diapit dua kali besar pecahan dari Kali Brantas, yaitu

Kali Surabaya dan Kali Porong yang merupakan hilir dari DAS Brantas dan

bermuara ke Selat Madura. Hilir yang terpecah menjadi dua kali ini membentuk

suatu delta dimana sebagian besar wilayah Sidoarjo berada disini. Kabupaten

Sidoarjo juga sangat terpengaruh dari pasang surut air laut karena berhimpitan

langsung dengan selat Madura. Topografi Kabupaten Sidoarjo relatif rendah dan

datar. Kondisi geografis ini mengakibatkan Sidoarjo berpotensi untuk banjir

karena air sulit mengalir secara gravitasi.

Kabupaten Sidoarjo beberapa tahun terakhir mengalami banjir yang cukup

parah dan terdapat banyak genangan dibanyak titik. Belum lama ini terjadi

kelumpuhan jalur Kereta Api di Sidoarjo karena jalur rel KA kebanjiran.

Kelumpuhan ini berlangsung lebih dari 7 (tujuh) hari.

Jika tetap berpegang pada paradigma lama dimana kelebihan air yang

berasal dari hujan secepat – cepatnya dialirkan ke saluran lalu ke sungai dan dari

sungai secepatnya dialirkan ke laut agar tidak ada yang menggenang atau terjadi

banjir, maka permasalahan genangan dan banjir di Kabupaten Sidoarjo tidak akan

terselesaikan. Mengingat daerah tangkapan air di hulu semakin berkurang dan

tinggi permukaan air laut yang semakin naik. Pemikiran ini masih memandang

permasalahan secara lokal saja. Tidak melihat secara luas kondisi lingkungan di

hulu, tengah dan hilir menjadi satu kesatuan dari permasalahan dan penyelesaian.

Terlepas dari kondisi lingkungan di hulu yang tidak begitu memperhatikan

konservasi air, kondisi lingkungan di hilir pun sangat perlu diperhatikan. Lokasi

Kabupaten Sidoarjo yang cukup strategis karena berhimpitan langsung dengan

Kota Surabaya sebagai pusat perkembangan Ekonomi di Jawa Timur membuat

Page 15: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

2

Sidoarjo tidak bisa mengelak dari pertumbuhan penduduk yang begitu pesat.

Sidoarjo sebagai limpahan dari perkembangan Surabaya, membuat kondisi

perubahan lahan (land use) di Sidoarjo menjadi sangat cepat. Utamanya dari lahan

pertanian/ tegalan menjadi perumahan dan industri yang berakibat meningkatnya

koefisien aliran, tanpa ada kebijakan yang terpadu dalam sistem drainasenya.

Berubahnya pola ruang yang semula terbuka menjadi terbangun akan

meningkatkan run off karena jumlah resapan atau tempat parkir air berkurang.

Saluran eksisting banyak yang tidak teratur dimensi dan alirannya sehingga

lajunya air menjadi terhambat. Dimensi saluran pada jalan tidak cukup

menampung debit hujan yang ada. Permasalahan ini harus dikelola agar tidak

timbul dampak negatif yang lebih parah dari sebelumnya.

Kabupaten Sidoarjo telah menyusun Master Plan dan DED Sistem

Drainase pada tahun 2014. Rekomendasi dari Master Plan ini belum sepenuhnya

mendukung sistem drainase perkotaan yang berkelanjutan dan berwawasan

lingkungan. Metode drainase berwawasan lingkungan antara lain kolam

konservasi/ embung, river side polder, pengembangan areal perlindungan air

tanah, saluran porus dan sumur resapan. Pada lingkungan perkotaan yang identik

dengan padatnya penduduk, metode saluran porus yang paling memungkinkan

untuk diaplikasikan. Saluran porus tidak membutuhkan lahan khusus, melainkan

hanya merubah kontruksi saluran konvensional yang kedap air menjadi tidak

kedap air. Standar saluran pracetak berlubangpun sudah ada yaitu SNI 03-6966-

2003 tentang Spesifikasi saluran air hujan pracetak berlubang untuk lingkungan

permukiman. Saluran pracetak berlubang sebagaimana disebutkan pada SNI 03-

6966-2003 belum pernah digunakan oleh Kabupaten Sidoarjo karena persyaratan

utamanya adalah tidak boleh menerima dan mengalirkan air limbah. Saluran

drainase terutama pada saluran tersiernya yang merupakan penerima pertama dari

sistem drainase lokal di Sidoarjo masih menggunakan sistem tercampur dengan

limbah domestik. Hal ini yang menyebabkan tidak bisa diterapkannya SNI 03-

6966-2003. Terlepas dari sistem yang tercampur, penerapan saluran porus juga

sangat dipengaruhi dengan tinggi muka air tanah. Perkotaan Sidoarjo secara

umum berdekatan dengan pantai membuat penerapan saluran porus masih

Page 16: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

3

diragukan. Daya resap saluran porus dan kelayakan air limbah yang akan

diresapkan ke dalam tanah juga perlu dikaji apakah akan mempengaruhi kualitas

dari air tanah.

Master Plan dan DED Sistem Drainase Kabupaten Sidoarjo pada tahun

2014 memprioritaskan wilayah perkotaan Sidoarjo untuk direncanakan. Sistem

Drainase Kota Sidoarjo dibagi menjadi 2 (dua) rayon, yaitu rayon utara dan rayon

selatan. Rayon utara meliputi sistem drainase Kemambang dan Pucang. Rayon

selatan meliputi sistem drainase Sidokare dan Sekardangan. Luas rayon utara

lebih luas dari rayon selatan namun permasalahan lebih banyak di rayon selatan.

Rayon Selatan adalah daerah pusat kota yang sangat padat penduduknya dan

terjadi banyak genangan. Genangan yang terjadi pada sistem drainase sidokare

bervariasi kedalaman dan tingginya. Desa dengan genangan terluas, lama

genangan lebih dari 8 jam dan tinggi genangan lebih dari 50 cm adalah Desa

Sidokare dengan luas genangan 29,498 Ha. Genangan yang terjadi pada sistem

drainase sekardangan juga bervariasi. Terluas terjadi di Desa Sumokali yaitu

8,031 Ha. Tinggi genangan mencapai 50 cm dengan lama genangan sampai 8 jam

(Bappeda, 2014).

Ditinjau dari sisi kelembagaannya, Dinas PU Pengairan, PU Bina Marga

dan PU Cipta Karya masih sering saling lempar tanggung jawab dalam menangani

genangan dan banjir. Dinas PU Pengairan menangani permasalahan irigasi, PU

Bina Marga menangani pematusan di tepi jalan sedangkan PU Cipta Karya

menangani drainase permukiman saja. Perbedaan instansi pengelola air irigasi dan

limpasan air hujan inilah yang menjadi permasalahan utama dalam kelembagaan

dari sistem drainase di Kabupaten Sidoarjo.

Selain itu, peran investor pada permasalahan drainase ini sangatlah besar.

Dengan adanya pertumbuhan perumahan dan industri yang diprakarsai oleh

investor secara langsung berpengaruh dengan berkurangnya daerah resapan air

hujan. Kehadiran investasi – investasi ini bagi kabupaten Sidoarjo bisa jadi tidak

memberikan nilai tambah baik secara perekonomian ataupun sosialnya. Perlu

dikaji apakah cara berinvestasi yang diterapkan Sidoarjo kepada investor sudah

Page 17: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

4

tepat atau belum. Karena tanggungjawab perbaikan lingkungan juga bisa diemban

bersama dengan investor. Salah satunya adalah kewajiban untuk melakukan kajian

drainase dan menerapkan rekomendasinya dalam pembangunan fisik. Tetapi

masih tidak optimal karena tidak ada integrasi antar investor satu dengan yang

lain. Juga tidak adanya pengawasan/pemantauan yang seharusnya menjadi tupoksi

dari Seksi Pengendalian Pemanfaatan Ruang pada Bidang Tata Ruang di Dinas

PU. Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Sidoarjo.

Permasalahan – permasalahan yang telah disebutkan di atas menjadikan

Sidoarjo perlu melihat seberapa besar potensi saluran porus jika digunakan pada

sistem drainase perkotaan terutama pada Rayon Selatan untuk mengurangi

genangan dan banjir. Penerapan saluran porus harus dalam konsep yang terpadu.

Keterpaduan yang dimaksud bukan hanya pada sistem drainase fisiknya, tetapi

juga pada daya dukung lingkungan dan keterpaduan pelaksanaan lintas SKPD.

Karenanya aspek terpenting yang perlu dikaji pada studi ini adalah aspek teknis,

lingkungan dan kelembagaan.

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Di Kabupaten Sidoarjo terdapat permasalahan genangan dan banjir yang

terjadi di banyak titik yang membuat lumpuh kegiatan perekonomian. Karenanya

perlu dilakukan penelitian alternatif solusi pada sistem drainasenya. Dititik

beratkan pada penelitian kondisi saluran drainase di Sistem Drainase Kota Rayon

Selatan (Sub DAS Sidokare dan Sub DAS Sekardangan) yang merupakan daerah

perkotaan padat penduduk.

Dilakukan penelitian secara teknis untuk mengetahui potensi penggunaan

saluran porus. Penggunaan saluran porus sebagai media resapan air hujan yang

bercampur dengan air limbah domestik. Penelitian terhadap media permeabel

yang dapat mengurangi kontaminan terhap tanah juga diperlukan.

Penelitian terhadap kondisi kelembagaan juga dilakukan untuk

keberlangsungan dari perencanaan fisik. Melihat kesiapan lembaga yang

Page 18: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

5

bertanggungjawab dari pelaksanaan sistem drainase. Penyelesaian masalah dapat

berupa tanggung jawab dari masing – masing ruas saluran dan tupoksi baru.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menentukan tingkat peresapan saluran porus dalam penerapannya di Sub

DAS Sidokare dan Sub DAS Sekardangan.

2. Menentukan ketepatgunaan saluran porus pada lokasi yang sesuai di Sub

DAS Sidokare dan Sub DAS Sekardangan.

3. Menentukan media filtrasi air dari saluran agar kualitasnya sesuai bakumutu

air.

4. Menentukan bentuk kelembaga yang bertanggungjawab pada drainase

Perkotaan Sidoarjo agar dapat menjalankan program drainase berwawasan

lingkungan khususnya penerapan saluran porus.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui apakah saluran porus bisa

mengurangi genangan dan banjir di Perkotaan Sidoarjo. Juga diketahui desain

saluran porus yang tepat untuk diterapkan pada saluran tercampur (air hujan dan

air limbah) agar tidak membahayakan lingkungan dengan penggabungan desain

porus dan swale.

Manfaat lainnya adalah dapat mengerucutkan tupoksi dari lembaga yang

bertanggungjawab pada drainase Kota Sidoarjo menjadi tupoksi yang memang

dibutuhkan untuk aplikasi drainase berwawasan lingkungan.

Page 19: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

6

1.5 RUANG LINGKUP

Penelitian ini dibatasi pada :

a. Wilayah studi perkotaan Sidoarjo Rayon Selatan (Sub DAS Sidokare dan

Sub DAS Sekardangan)

b. Analisis teknis dilakukan dengan mencari kuantitas resapan saluran porus

sebagai desain saluran drainase tersier dengan nilai permeabilitas yang

didapat dari hasil uji perkolasi tanah di Sub DAS Sidokare dan Sub DAS

Sekardangan

c. Analisis lingkungan dilakukan dengan membandingkan kualitas air pada

saluran eksisting dengan air setelah dilakukan filtrasi oleh media tanah itu

sendiri dan dengan penggunaan media tertetu yang menjadi satu kesatuan

desain saluran porus. Parameter yang diuji adalah TSS, BOD, Detergen

dan E. coli.

d. Analisis kelembagaan difokuskan pada lembaga yang bertanggung jawab

dalam menangani genangan dan banjir yaitu Dinas PU Cipta Karya, Dinas

PU Pengairan, Dinas PU Bina Marga dan Bappeda juga narasumber dari

tenaga ahli dan Ketua REI Kabupaten Sidoarjo sebagai wakil dari

pengembang perumahan.

Page 20: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

2. 1. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

Sidoarjo memiliki daratan seluas 714,245 Km2 dan wilayah lautan sampai

dengan 4 mil ke arah laut seluas 201,6868 Km2 Batas – batas administratif

Kabupaten Sidoarjo adalah :

Sebelah Utara : Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik

Sebelah Timur : Selat Madura

Sebelah Selatan : Kabupaten Pasuruan

Sebelah Barat : Kabupaten Mojokerto

Wilayah studi pada penelitian ini bukan menggunakan batas administrasi

karena sistem drainase menggunakan batas hidrologi yaitu pada Sistem Drainase

Kota Sidoarjo Rayon Selatan. Sistem Drainase Kota Sidoarjo Rayon Selatan

meliputi sub DAS Sidokare dan sub DAS Sekardangan, dapat dilihat pada

Gambar 2.1 dibawah ini.

Pada sub DAS Sidokare terdapat 52 saluran tersier dan 12 saluran

sekunder dengan Afvoer Sidokare sebagai saluran primer (Lampiran A). Batas

hidrologi dari sub DAS Sidokare adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Sistem Drainase Pucang

Sebelah Timur : Sistem Drainase Kapetingan Hilir

Sebelah Selatan : Sistem Drainase Sekardangan

Sebelah Barat : Sistem Drainase Pucang dan Kedunguling

Pada sub DAS Sekardangan terdapat 23 saluran tersier dan 3 saluran

sekunder dengan Saluran Sekardangan sebagai saluran primer (Lampiran B).

Batas hidrologi sub DAS Sekardangan adalah sebagai berikut :

Page 21: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

8

Ga

mb

ar 2

.1 P

em

ba

gia

n R

ay

on

pa

da

Siste

m D

rain

ase K

ota

Sid

oa

rjo

Afv

. Pu

can

g

Afv

. Kem

am

ba

ng

Afv

. Sid

ok

are A

fv. S

ekard

an

gan

Page 22: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

9

Sebelah Utara : Sistem Drainase Sidokare

Sebelah Timur : Sistem Drainase Kapetingan Hilir

Sebelah Selatan : Sistem Drainase Kedunguling

Sebelah Barat : Sistem Drainase Sidokare dan Kedunguling

Sub DAS Sidokare merupakan prioritas pertama penanganan genangan

karena terdapat 28 saluran dari 52 saluran tersier yang kapasitas salurannya nya

tidak dapat menampung debit air hujan. 28 saluran tersebut dapat dilihat pada

Tabel 2.1. Sub DAS Sidokare didominasi oleh perumahan dan permukiman, 28

saluran yang kapasitasnya tidak memenuhi adalah saluran tersier di perumahan

dan permukiman.

Tabel 2.1 Saluran yang kapasitasnya tidak dapat menampung air hujan di

Sub DAS Sidokare

No. Nama Saluran No. Nama Saluran

1 Sal. Suko 15 Sal. GOR 2

2 Sal. Puri 2 16 Sal. Magersari 3

3 Sal. Puri 3 17 Sal. Dinas Sosial

4 Sal. Puri 4 18 Sal. Sidokare Indah 2

5 Sal. Pondok Mutiara 4 19 Sal. Sidokare Indah 4

6 Sal. Pondok Mutiara 3 20 Sal. Ci Walk 2

7 Sal. Sumokali 2 21 Sal. Gang Daleman

8 Sal. Sepande 22 Sal. Magersari 2

9 Sal. Sidokare 2 23 Sal. Teuku Umar 1

10 Sal. Tamanpinang 3 24 Sal. Teuku Umar 2

11 Sal. Sidokare Asri 1 25 Sal. Ramayana

12 Sal. Sidokare Asri 4 26 Sal. BCF 2

13 Sal. Perum Palm Fiesta 27 Sal. Perum Bulu Kidul 2

14 Sal. GOR 1 28 Sal. Perum Bulu Kidul 3

Sumber : Masterplan Drainase Kab. Sidoarjo, 2014

Sub DAS Sekardangan terdapat 14 saluran dari 23 saluran tersier yang

kapasitas salurannya tidak memenuhi. 14 saluran yang tidak dapat menampung

debit air hujan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.2. Lokasi saluran yang

kapasitasnya tidak memenihi ini berada pada perumahan dan permukiman.

Page 23: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

10

Tabel 2.2 Saluran yang kapasitasnya tidak dapat menampung air hujan

di Sub DAS Sekardangan

No. Nama Saluran No. Nama Saluran

1 Sal. Sumokali 3 8 Sal. Celep

2 Sal. Larangan Permai 1 9 Sal. Sumbawa 1

3 Sal. Tenggulunan 1 10 Sal. Sekardangan Indah

4 Sal. Larangan Permai 2 11 Sal. Sumbawa 2

5 Sal. Larangan 1 12 Sal. Green Park Regency 1

6 Sal. Kepodang 13 Sal. Bumi Intan

7 Sal. Kahuripan 14 Sal. Citraloka Residence

Sumber : Masterplan Drainase Kab. Sidoarjo, 2014

Ditinjau dari kondisi geologi, Kabupaten Sidoarjo terdiri dari beberapa

lapisan batuan antara lain: batuan allivium dan batuan plistosen fasien sedimen,

serta lapisan tanah alluvial. Batuan alluvium meliputi area seluas 24602,07 Ha

dan tersebar di semua kecamatan, lapisan batuan plistosen fasien sedimen hanya

terdapat di 6 kecamatan yaitu Kecamatan Sidoarjo, Buduran, Taman, Waru,

Gedangan, dan Sedati, sedangkan lapisan tanah untuk tanah alluvial kelabu

merata di 18 kecamatan seluas 47017,64 Ha. Jenis batuan di Kabupaten Sidoarjo

dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Sifat fisik dan keteknikan tanah dan batuan terdapat dua bagian yaitu

endapan alluvial dan batuan sedimen tersier. Hasil analisis pada endapan alluvial

dan lapukan batuan tersier menunjukan jenis bahan permukaan didominasi oleh

lempung lanau hingga lanau lempungan. Hasil uji laju resapan pada beberapa titik

menunjukan nilai laju resapan endapan permukaan umumnya berkelas sedang

(6,00 x 10-3

cm/detik hingga 1,00 x10-3

cm/detik), seperti terlihat pada Tabel 2.4.

Menurut data DLHPE Kabupaten Sidoarjo (2002) sumur gali yang

terdalam terletak Di Barat Kabupaten Sidoarjo terdapat di Desa Miliprowo (S 7

°28' dan E 112 °30 ), yaitu sekitar 14 meter (bmt). Terdangkal di sekitar pantai

antara lain Desa Wadungasuh dan Siwalanpanji yaitu sekitar 2 meter (bmt).

Pasokan air pada akuifer bebas di daerah dataran berasal dari hujan dan aliran

permukaan (air sungai, air laut).

Page 24: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

11

Tabel 2.3 Jenis Batuan (Geologi) Per Kecamatan di Kabupaten Sidoarjo

No Kecamatan Plistosen Fasien

Sedimen (Ha) Alluvium (Ha) Jumlah (Ha)

1 Sidoarjo 42 6214 6256

2 Buduran 1469 2633,5 4102,5

3 Candi 0 40,67 4066,75

4 Porong 0 29,32 2982,25

5 Krembung 0 29,55 2955

6 Tulangan 0 31,21 3120,5

7 Tanggulangin 0 32,29 3229

8 Jabon 0 801 8099,75

9 Krian 0 32,5 3250

10 Balongbendo 0 31,4 3140

11 Wonoayu 0 33,92 3392

12 Tarik 0 36,06 3606

13 Prambon 0 34,23 3422,5

14 Taman 448 2705,5 3153,5

15 Waru 384 2648 3032

16 Gedangan 38 2367,75 2405,75

17 Sedati 355 7588 7943

18 Sukodono 0 32,68 3267,75

Jumlah 2736 24602,07 71424,25

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sidoarjo, 2013

Page 25: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

12

Tabel 2.4. Hasil Uji Laju Resapan Daerah Penyelidikan

Lokasi Laju Resapan

Wedoro 4,00 x 10-3

cm/detik

Sruni 6,33 x 10-3

cm/detik

Buncitan 4,00 x 10-3

cm/detik

Sawahan 1,33 x 10-3

cm/detik

Balongtani 3,00 x 10-3

cm/detik

Gading 2,67 x 10-3

cm/detik

Karet 2,67 x 10-3

cm/detik

Randegan 2,00 x 10-3

cm/detik

Grabakan 2,00 x 10-3

cm/detik

Jati 2,33 x 10-3

cm/detik

Bangah 4,00 x 10-3

cm/detik

Taman 1,33 x 10-3

cm/detik

Badugading 2,33 x 10-3

cm/detik

Jabaran 4,00 x 10-3

cm/detik

Sawocangkring 3,67 x 10-3

cm/detik

Pusat Lingkungan Geologi Badan Geologi Departemen ESDM, 2007

Secara administratif Sistem Drainase Kota Sidoarjo rayon selatan meliputi

Kecamatan Sidoarjo, Candi dan Tulangan. Kecamatan Sidoarjo terdiri dari 10

desa, Kecamatan Candi 24 desa dan Kecamatan Tulangan 22 Desa.

Gambaran umum kondisi kelembagaan dalam kaitannya dengan sistem

drainase di kawasan Kota Sidoarjo adalah Dinas atau Instansi di lingkungan

Pemerintah Kabuipaten Sidoarjo yang melaksanakan pembangunan, pemeliharaan

dan pengelolaan drainase meliputi beberapa dinas yaitu Dinas PU Bina Marga,

Dinas PU Pengairan, Dinas PU Cipta Karya dan Bappeda.

Page 26: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

13

Dinas PU Bina Marga Kabupaten Sidoarjo bertanggungjawab pada

pembangunan saluran tepi jalan yang berfungsi sebagai saluran drainase untuk

jalan dan daerah sekitranya serta daerah hulunya, namun sangat disayangkan

dalam perencanaannya biasanya hanya didasarkan pada luasan jalan yang akan

dipatuskan tanpa mempertimbangkan luasan pematusan dari daerah sekitarnya

dan juga daerah hulu yang kemungkinan masuk pada system drainase jalan

tersebut.

Dinas PU Pengairan Kabupaten Sidoarjo selama ini bertanggung jawab

pada pembangunan, pengelolaan dan pemeliharaan saluran pembuang irigasi

(afvour), saat ini kondisi afvour-afvour tersebut berfungsi sebagai saluran drainase

primer yang mematuskan daerah pengalirannya yang penggunaan lahannya bukan

hanya daerah irigasi saja namun juga permukiman, industri, tegal dan lain-lain.

Dinas PU Cipta Karya Kabupaten Sidoarjo bertanggungjawab pada

pembangunan dan pengelolaan serta pemeliharaan saluran drainase sekunder serta

rumah pompa dari kawasan permukiman yang akan menuju ke afvour. Bappeda

adalah koordinator dari ketiga Dinas PU tersebut.

2. 2. PENGERTIAN - PENGERTIAN

A. Genangan dan Banjir

Genangan/banjir adalah suatu kondisi dimana tidak tertampungnya air

dalam saluran pembuang (kali) atau terhambatnya aliran air di dalam saluran

pembuang (Suripin, 2004). Dikatakan banjir apabila terjadi luapan air yang

disebabkan kurangnya kapasitas penampang saluran.

Banjir di bagian hulu biasanya arus banjirnya deras, daya gerusnya besar,

tetapi durasinya pendek. Sedangkan di bagian hilir arusnya tidak deras (karena

landai), tetapi durasi banjirnya panjang. Beberapa karakteristik yang berkaitan

dengan banjir, diantaranya adalah:

Page 27: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

14

1. Banjir datang secara perlahan namun dapat menjadi genangan yang lama

didaerah depresi atau daerah yang kedap air.

2. Akibat yang ditimbulkan adalah terjadinya genangan, erosi, dan sedimentasi.

B. Permeabilitas Tanah

Permeabilitas tanah merupakan sifat bahan berpori yang memungkinkan

aliran rembesan dari cairan yang berupa air mengalir melewati ronggo pori yang

menyebabkan tanah bersifat permeabel.

Jamulya dan Suprodjo (1983), mengemukakan bahwa permeabilitas adalah

cepat lambatnya air merembes ke dalam tanah baik melalui pori makro maupun

pori mikro baik ke arah horizontal maupun vertikal. Tanah adalah kumpulan

partikel padat dengan rongga yang saling berhubungan. Rongga ini

memungkinkan air dapat mengalir di dalam partikel melalui rongga dari satu titik

yang lebih tinggi ke titik yang lebih rendah. Sifat tanah yang memungkinkan air

melewatinya pada berbagai laju alir tertentu disebut permeabilitas tanah. Sifat ini

berasal dari sifat alami granular tanah, meskipun dapat dipengaruhi oleh faktor

lain (seperti air terikat di tanah liat). Jadi, tanah yang berbeda akan memiliki

permeabilitas yang berbeda.

Koefisien permeabilitas tanah tergantung dari berbagai faktor. Faktor

utama yang mempengaruhi permeabilitas tanah setiknya ada 6 (Suharta dan

Prasetyo, 2008), yaitu :

1. Viskositas cairan, yaitu semakin tinggi viskositasnya koefisien

permeabilitasnya semakin kecil.

2. Distribusi ukuran pori, yaitu semakin merata distribusi ukuran porinya

koefisien permeabilitasnya semakin kecil.

3. Distribusi ukuran butiran, yaitu semakin merata distribusi ukuran

butirannya koefisien permeabilitasnya cenderung semakin kecil.

Page 28: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

15

4. Rasio kekosongan (Void Rasio), yaitu semakin besar rasio

kekosongannya koefisien permeabilitasnya semakin tinggi.

5. Kekasaran partikel mineral, yaitu semakin kasar partikel mineralnya

koefisien permeabilitasnya akan semakin tinggi.

6. Derajat kejenuhan tanah, yaitu semakin jenuh tanahnya koefisien

permeabilitasnya semakin tinggi.

C. Tanah Permeabel

Tanah permeabel adalah tanah yang mudah dilalui air, sedangkan tanah

impermeabel adalah tanah yang sulit dilalui air. Contoh tanah yang permeabel

adalah tanah pasir dan kerikil (Verruijt, 1970 dalam Novianto, 2013).

D. Infiltrasi

Infiltrasi adalah aliran air ke dalam tanah melalui permukaan tanah itu

sendiri dengan gaya gravitasi dan gaya kapiler. Infiltrasi dikenal dengan dua

istilah yaitu kapasitas infiltrasi dan laju infiltrasi yang dinyatakan dalam mm/jam.

Kapasitas infiltrasi adalah laju infiltrasi maksimum untuk suatu jenis tanah

tertentu, sedangkan laju infiltrasi adalah kecepatan infiltrasi yang nilainya

tergantung pada kondisi tanah dan intensitas hujan.

E. Perkolasi

Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan

cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Kekuatan yang

berperan pada perkolasi antara lain gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan

permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya geseran (friksi).

2. 3. JENIS TANAH

Jenis tanah berdasarkan bahan dan proses pelapukannya, tanah bisa dibagi ke

dalam beberapa jenis (Fathoni, 2016), diantaranya adalah:

Page 29: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

16

1. Tanah Oganosol

Tanah oganosol merupakan tanah yang terbentuk dari bahan induk organik

(tanah gambut) dan hutan rawa dengan iklim basah pada curah hujan 2.500

mm/tahun. Tanah organosol banyak mengandung unsur hara dan biasanya

terdapat di daerah pasang surut seperti Jawa, pantai barat Sumatra, pantai

timur Kalimantan, dan pantai barat Papua.

2. Tanah Podsol

Jenis tanah ini telah mengalami perkembangan profil, tekstur lempung

sampai pasir, struktur gumpal, konsistensi lekat, kandu ngan pasir

kuarsanya tinggi, sangat asam, kesuburan rendah, kapasitas pertukaran

kation sangat rendah, dan peka terhadap erosi. Penyebarannya di daerah

beriklim basah dengan curah hujan lebih dari 2000 mm/tahun. Terdapat di

daerah Kalimantan Tengah, Sumatra Utara, dan Papua.

3. Tanah Andosol

Jenis tanah ini merupakan jenis tanah dengan kandungan mineral yang

telah mengalami perkembangan profil, solum agak tebal, warna agak

cokelat kekelabuan sampai hitam, kandungan organik tinggi, tekstur geluh

berdebu, struktur remah, konsistensi gembur dan bersifat licin berminyak

agak asam, kejenuhan basa tinggi dan daya absorpsi sedang, kelembapan

tinggi, permeabilitas sedang, serta peka terhadap erosi.

4. Tanah Aluvial

Tanah aluvial merupakan tanah yang terbentuk dari endapan lumpur yang

terbawa oleh air sungai. Tanah ini banyak mengandung unsur hara yang

dibutuhkan oleh tumbuhan sehingga sangat subur. Jenis tanah ini masih

muda, belum mengalami perkembangan, berasal dari bahan induk aluvium,

tekstur beraneka ragam, belum terbentuk struktur, konsistensi dalam

keadaan basah lekat, pH bermacammacam, dan kesuburannya berkisar

antara sedang hingga tinggi. Penyebarannya di daerah dataran aluvial

sungai, dataran aluvial pantai, dan daerah cekungan (depresi). Tanah

aluvial banyak terdapat di Sumatra bagian timur, Kalimantan bagian

tengah dan timur, Jawa bagian utara, dan Papua bagian selatan.

Page 30: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

17

5. Tanah Vulkanis

Tanah vulkanis merupakan tanah yang terbentuk dari pelapukan batuan

vulkanis, lava yang telah membeku (effusif) atau dari abu letusan gunung

berapi yang telah membeku (efflata). Tanah ini sangat subur untuk

pertanian karena merupakan tanah tuff yang berasal dari abu letusan

gunung berapi, misalnya, di Lampung, Palembang, dan Sumatra Barat.

Tanah vulkanis terdapat di Jawa, Sumatra, Bali, dan wilayah-wilayah yang

ada gunung apinya.

6. Tanah Humus

Tanah humus biasa disebut dengan bunga tanah, tanah ini berasal dari

pembusukan tumbuh-tumbuhan yang jatuh di atasnya. Tanah ini banyak

mengandung humus yang sangat subur untuk tanaman.

7. Tanah Pasir

Tanah pasir merupakan tanah yang berasal dari pelapukan batuan pasir.

Tanah ini hanya mengandung sedikit bahan organik sehingga kurang baik

untuk pertanian, dan banyak terdapat di daerah pantai barat Sumatra Barat,

Sulawesi, dan Jawa Barat.

8. Tanah Laterit

Tanah laterit merupakan tanah yang kaya zat besi dan aluminium. Tanah

ini bukan merupakan tanah yang subur karena usianya sudah tua

9. Tanah Litosol

Tanah litosol merupakan jenis tanah berbatu-batu dengan lapisan tanah

yang tidak begitu tebal. Bahannya berasal dari jenis batuan beku yang

belum mengalami proses pelapukan secara sempurna. Jenis tanah ini

merupakan tanah mineral tanpa atau sedikit perkembangan profil, batuan

induknya batuan beku atau batuan sedimen keras, kedalaman tanah

dangkal (<30 cm), dan kadang-kadang merupakan singkapan batuan induk

(outerop). Tekstur tanah beraneka ragam dan pada umumnya berpasir,

umumnya tidak berstruktur, terdapat kandungan batu, kerikil, dan

kesuburannya bervariasi. Tanah litosol dapat dijumpai pada segala iklim.

Jenis tanah ini banyak ditemukan di lereng gunung dan pegunungan di

seluruh Indonesia.

Page 31: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

18

10. Tanah Latosol

Tanah latosol tersebar di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 300

mm/tahun, dan ketinggian tempat berkisar 300–1.000 meter. Tanah ini

terbentuk dari batuan. Jenis tanah ini telah mengalami perkembangan atau

terjadi diferensiasi horizon, kedalaman tanah dalam, tekstur lempung,

struktur remah sampai gumpal, konsistensi gembur sampai agak teguh,

warna cokelat, merah, sampai kuning. Penyebarannya di daerah beriklim

basah dengan curah hujan berkisar lebih dari 300–1000 meter.

11. Tanah Regosol

Tanah ini merupakan endapan abu vulkanik baru yang memiliki butir

kasar. Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami diferensiasi horizon,

tekstur pasir, struktur berbukit tunggal, konsistensi lepas-lepas, pH

umumnya netral, kesuburan sedang, dan berasal dari bahan induk material

vulkanik piroklastis atau pasir pantai. Penyebaran terutama pada daerah

lereng gunung api. Tanah ini banyak terdapat di daerah Sumatra bagian

timur dan barat, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.

12. Tanah Grumusol

Jenis ini berasal dari batu kapur, batuan lempung, tersebar di daerah iklim

subhumid atau subarid, dan curah hujan kurang dari 2.500 mm/tahun.

Tanah ini merupakan tanah mineral yang memiliki perkembangan profil,

agak tebal, tekstur lempung berat, struktur granular di lapisan atas dan

gumpal sampai pejal di lapisan bawah, konsistensi jika basah sangat lekat

dan plastis. Namun, jika kering sangat keras dan tanah retak-retak,

kejenuhan basa, permeabilitas lambat, dan peka erosi.

Kasar dan halusnya tanah dalam klasifikasi tanah ( taksnomi tanah )

ditunjukkan dalam sebaran butir yang merupakan penyederhanaan dari kelas

tekstur tanah dengan memperhatikan pula fraksi tanah yang lebih kasar dari pasir

( lebih besar 2 mm ), sebagian besar butir untuk fraksi kurang dari 2 mm meliputi

berpasir lempung, berpasir, berlempung halus, berdebu kasar, berdebu halus,

Page 32: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

19

berliat halus, dan berliat sangat halus (Hardjowigeno, 1995). Jenis tanah

berdasarkan teksturnya dibagi menjadi 12 (dua belas), yaitu :

1. Pasir (Sandy), rasa kasar sangat jelas, tidak melekat dan tidak dapat

dibentuk bola dan gulungan.

2. Pasir berlempung (Loam Sandy), rasa kasar terasa jelas, sedikit sekali

melekat dan dapat dibentuk bola tetapi mudah sekali hancur.

3. Lempung berpasir (Sandy Loam), rasa kasar agak jelas, agak melekat dan

dapat dibuat bola tapi mudah hancur.

4. Lempung (Loam), tidak terasa kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat

dibentuk agak teguh dan dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan

mengkilat.

5. Lempung berdebu (Silty Loam), terasa licin, agak melekat, dapat dibentuk

bola agak teguh dan gulungan dengan permukaan mengkilat.

6. Debu (Silt), licin sekali, agak melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan

dapat digulung dengan permukaan mengkilat.

7. Lempung berliat (Clay Loam), agak licin, agak melekat, dapat dibentuk

bola agak teguh dan dapat dibentuk gulungan yang agak mudah hancur

8. Lempung liat berpasir (Sandy-clay-loam), terasa halus dengan sedikit

bagian agak kasar, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh dan dapat

dibentuk gulungan mudah hancur.

9. Lempung liat berdebu (Sandy-silt loam), terasa halus, terasa agak licin,

melekat, dan dapat dibentuk bola teguh, serta dapat dibentuk gulungan

dengan permukaan mengkilat.

10. Liat berpasir (Sandy-Clay), terasa halus, berat tetapi sedikit kasar, melekat,

dapat dibentuk bola teguh dan mudah dibuat gulungan.

11. Liat berdebu (Silty-Clay), terasa halus, berat, agak licin, sangat lekat,

dapat dibentuk bola teguh dan mudah dibuat gulungan.

12. Liat (Clay), terasa berat dan halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola

dengan baik, dan mudah dibuat gulungan.

Perbedaan tekstur tanah ini dikarenakan persentase dari pasir, debu dan liat

yang berbeda-beda. Lebih jelasnya tentang persentase kandungan pasir, debu

dan liat dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Page 33: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

20

Gambar 2.2. Segitiga Tekstur (Madjid, 2010)

2. 4. SALURAN PORUS

Saluran drainase porus merupakan saluran terbuka (open channel) yang

strukturnya dibuat permeable terhadap air. Dasarnya dapat berupa tanah asli atau

tanah asli yang dilapisi pasir/ kerikil. Dinding saluranpun dapat berupa tanah asli

atau susunan batu kali yang tidak dispesi agar memungkinkan untuk meresapkan

air. Karenanya saluran drainase porus ini memiliki dua fungsi yaitu sebagai

saluran pembunag dan sebagai filtrasi.

Hal utama dari saluran drainase porus adalah bagaimana desain yang tepat

agar dapat meresapkan sebanyak-banyaknya air kedalam tanah. Dengan demikian

parameter yang menjadi penting adalah parameter yang dapat mempengaruhi

Page 34: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

21

besarnya debit air yang dapat meresap kedalam tanah. Salah satunya adalah nilai

permebilitas tanah yang dapat dilihat pada Tabel 2.5 dibawah ini.

Tabel 2.5 Koefisien Permeabilitas Tanah

Jenis Tanah K (cm/dt)

Lempung 3 x 10-6

Lanau 4.5 x 10-4

Pasir sangat halus 3.5 x 10-3

Pasir halus 1.5 x 10-2

Pasir sedang 8.5 x 10-2

Pasir kasar 3.5 x 10-1

Kerikil kecil 3

Sumber: Sosrodarsono –Kazuto, 1994

Konsep perhitungan resapan pada saluran porus adalah selain air yang

masuk tertampung di dalam saluran juga sekaligus terjadi resapan ke dalam tanah.

Perhitungan desain saluran porus adalah sebagai berikut :

−−= )

..exp(1

.. b

TKf

HKf

QB (2.1)

dengan:

B = panjang saluran (m)

b = lebar saluran (m)

Q = debit air masuk (m3/s)

f = faktor geometrik saluran per satuan panjang (m/m)

K = koefisien permeabilitas tanah (m/s)

H = kedalaman efektif saluran (m)

T = waktu aliran (s)

Page 35: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

22

Kemampuan suatu bidang dalam meresapkan air dipengaruhi oleh faktor

geometrik. Hal ini dipengaruhi oleh bentuk bidang yang meresap. Faktor

geometrik untuk saluran porus dapat dilihat pada Tabel 2.6.

2. 5. DRAINASE SWALE

Drainase swale adalah drainase dengan media penyaring polutan. Struktur

swale dilengkapi dengan media penyaring untuk mengurangi kadar polutan dari

limpasan air hujan. Air yang mengalir dari structure swale diharapkan memiliki

kualitas air yang lebih baik. Drainase Swale dibedakan menjadi 2 berdasarkan

karakteristik genangan airnya yaitu Sistem Kering dan Sistem Tergenang.

1. Drainase Swale Sistem Kering

Berupa drainase yang diberi vegetasi (rumput) serta lapisan penyaring didasar

saluran untuk mencegah lapisan tanah terbawa oleh aliran air. Karena

kondisinya yang hampir selalu kering, struktur ini baik digunakan didaerah

permukiman. Gambar tipikal drainase swale sistem kering dapat dilihat pada

Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Tipikal Drainase Swale Sistem Kering

2. Drainase Swale Sistem Tergenang

Berupa drainase dengan vegetasi (rumput) pada daerah rawa atau

daerah yang memiliki elevasi muka air tanah tinggi. Gambar tipikal

drainase swale sistem tergenang dapat dilihat pada Gambar 2.4

dibawah ini

Page 36: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

23

Tabel 2.6. Faktor geometrik saluran porus (per satuan panjang)

Sumber : Sunjoto, 2011

Page 37: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

24

Gambar 2.4 Tipikal Drainase Swale Sistem Tergenang

Pengurangan jumlah polutan yang didapat dari filtrasi dari rumput di drainase

swale telah dijabarkan dalam West Virginia Stromwater Management and Design

Guidance Manual seperti Tabel 2.7 dibawah ini.

Tabel 2.7 Pengurangan Jumlah Polutan Rumput Drainase Swale

Jenis Tanah

Hidrologi

Total Suspended Solids

(TSS)

Nutrien :

Total Phospor (TP) dan

Total Nitrogen (TN)

A/B 60% TP : 32% ; TN : 36%

C/D 35% TP : 23% ; TN : 28%

West Virginia Departement of Environmental Protection, 2012

Keterangan : A/B : Tanah Liat/Lempung

C/D : Liat berpasir/pasir

2. 6. PEENGUKURAN LAJU PERKOLASI

Pengukuran laju perkolasi bisa dilakukan dengan beberapa cara. Menurut

Knapp dalam Asdak (1995), ada 3 cara untuk menentukan besarnya laju perkolasi,

yaitu :

1. Menentukan beda volume air hujan buatan dengan volume air limpasan

pada percobaan laboratorium menggunakan simulasi hujan buatan.

2. Menggunakan ring infiltrometer.

3. Teknik pemisahan hidrograf dari aliran air hujan.

Page 38: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

25

Pengukuran laju perkolasi yang dilakukan dengan pengujian langsung di lapangan

adalah menggunakan ring infiltrometer tunggal (single ring) atau ganda (double

ring). Ring infiltrometer yang biasa digunakan adalah infiltrometer ganda, yaitu

satu infiltrometer silinder ditempatkan di dalam infiltrometer silinder lain yang

lebih besar. Pengukuran hanya dilakukan pada silinder yang kecil. Silinder yang

lebih besar hanya berfungsi sebagai penyangga yang bersifat menurunkan efek

batas yang timbul oleh adanya silinder (Asdak, 1995).

Percobaan pengukuran ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Lokasi yang akan diukur dibersihkan.

2. Silinder ditempatkan tegak lurus dan ditekan kedalam tanah sehingga

tersisa 10 cm diatas permukaan tanah.

3. Siapkan air secukupnya.

4. Siapkan stop watch, tabel pengukuran dan alat tulis.

5. Setelah siap, tuangkan air sampai silinder pernuh dan tunggu sampai air

tersebut sepenuhnya terinfiltrasi. Hal ini perlu dilakukan untuk

menghilangkan retak – retak yang merugikan pengukuran.

6. Air dituangkan kembali hingga penuh.

7. Setelah air penuh stop watch dihidupkan dan diamkan selama 5 menit.

8. Setelah 5 menit ukur penurunan air yang terjadi dan catat pada tabel yang

telah disiapkan.

9. Air dituangkan kembali secepatnya kedalam silinder sampai penuh dan

didiamkan kembali selama 5 menit dan diukur penurunan muka airnya.

10. Hal tersebut dilakukan secara terus menerus sampai laju penurunan muka

air tersebut konstan yang menandakan laju perkolasi sudah tetap.

Simulasi percobaan laju perkolasi dengan ring tunggal dan ring ganda dapat

dilihat pada Gambar 2.5. Pencatatan dilakukan pada angka penurunan muka air

yang terjadi tiap 5 menit seperti ditunjukkan pada Gambar 2.6 dibawah ini.

Page 39: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

26

Gambar 2.5 Ring Infiltrometer

Gambar 2.6 Penurunan Muka Air

Kerugian menggunakan cara ini adalah :

1. Struktur tanah akan berubah pada saat memasukkan pipa kedalam tanah,

demikian pula struktur tanah permukaan.

2. Terjadinya aliran air mendatar sesudah air melewati ujung pipa bawah.

Pengaruh ini dapat dikurangi dengan penggunaan double ring yaitu

memasang pipa lain yang berdiameter lebih besar serta mengisi ruang

diantaranya dengan air.

Page 40: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

27

Keuntungan menggunakan cara ini adalah aliran horizontal tidak meluas

karena dibatasi oleh ring infiltrometer tersebut. Menurut Dunne dan Leopold

dalam Asdak (1995), cara pengukuran perkolasi dengan cara ini relatif mudah

pelaksanaannya, akan tetapi perlu diingat bahwa dengan cara ini hasil laju

perkolasi yang diperoleh biasanya lebih besar dari keaadaan yang berlangsung

dilapangan (infiltrasi dari curah hujan), yaitu 2-10 kali lebih besar.

2. 7. FITOREMEDIASI DAN FITOPENGOLAHAN

Proses tumbuhan untuk menyerap, mengambil, mengubah dan melepaskan

kontaminan dari satu medium ke medium digunakan istilah fitoremediasi.

Sedangkan kontaminan adalah zat yang berada dalam lingkungan dan berjumlah

melebihi konsentrasi alam serta terbentuk dari buatan atau aktivitas manusia.

Tumbuhan dapat mentransformasi zat asal menghasilkan zat baru yang

kurang berbahaya dibanding zat asalnya (Mangkoedihardjo dan Samudro, 2010).

Keluarbiasaan tumbuhan itu dapat dimanfaatkan untuk penerapan drainase swale

dan sebagai pengurang kontaminan dari air limbah yang tercampur di saluran

drainase.

Fitoremediasi dapat dibagi menjadi fitoekstraksi, rizofiltrasi, fitodegradasi,

fitostabilisasi, fitovolatilisasi. Fitoekstraksi mencakup penyerapan kontaminan

oleh akar tumbuhan dan translokasi atau akumulasi senyawa itu ke bagian

tumbuhan seperti akar, daun atau batang. Rizofiltrasi adalah pemanfaatan

kemampuan akar tumbuhan untuk menyerap, mengendapkan, dan

mengakumulasi logam dari aliran limbah. Fitodegradasi adalah metabolisme

kontaminan di dalam jaringan tumbuhan, misalnya oleh enzim dehalogenase dan

oksigenase. Fitostabilisasi adalah suatu fenomena diproduksinya senyawa kimia

tertentu untuk mengimobilisasi kontaminan di daerah rizosfer. Fitovolatilisasi

terjadi ketika tumbuhan menyerap kontaminan dan melepasnya ke udara lewat

daun; dapat pula senyawa kontaminan mengalami degradasi sebelum dilepas

lewat daun.

Page 41: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

28

Fito pengolahan diterapkan pada sesuatu yang belum tercemar. Sebelum

terkontaminasi air dapat diolah menjadi lebih baik atau menjadi sesuatu yang

diinginkan dengan fitotreatment. Skema representasi dari lahan basah dibangun

dengan aliran sub-permukaan horizontal, ilustrasinya dapat dilihat pada Gambar

2.7 dibawah ini.

Gambar 2.7 Fito pengolahan (Vymazal, 2001)

Keterangan :

1. Zona distribusi dengan batu-batu besar

2. Kapal kedap air

3. Media

4. Vegetasi

5. Ketinggian air

6. Zona koleksi dengan batu

7. Pipa pengumpul

8. Preoutlet

2. 8. PARAMETER UJI AIR

Parameter baku mutu meliputi parameter fisika, kimia, biologi dan

parameter khusus. Parameter fisika merupakan parameter yang dapat diamati

akibat perubahan fisika air seperti cahaya, suhu, kecerahan, kekeruhan, warna,

padatan tersuspensi dan padatan terlarut hingga salinitas air. Parameter kimia

merupakan parameter perairan yang terukur akibat adanya reaksi kimia di

perairan, seperti pertukaran ion-ion terlarut dalam air. Parameter biologi yang

teramati diperairan merupakan organisme akuatik yang hidup bersama diperairan

Page 42: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

29

budidaya dapat berupa tumbuhan maupun hewan dengan bentuk yang mikro

maupun makro. Sedangkan parameter khusus adalah polutan yang memiliki

karakter khusus.

Parameter yang diuji meliputi parameter fisika yaitu TSS, parameter kimia

yaitu BOD, parameter khusus yaitu Detergen terlarut dan parameter mikrobiologi

yaitu bakteri E.coli. Masing – masing parameter sangat menetukan kadar

pencemaran air sabagai air baku maupun air minum.

a. TSS (Total Suspended Solid)

TSS adalah residu dari padatan total yang tertahan oleh saringan dengan

ukuran partikel maksimal 2μm atau lebih besar dari ukuran partikel koloid.

Yang termasuk TSS adalah lumpur, tanah liat, logam oksida, sulfida,

ganggang, bakteri dan jamur. TSS umumnya dihilangkan dengan flokulasi

dan penyaringan. TSS memberikan kontribusi untuk kekeruhan (turbidity)

dengan membatasi penetrasi cahaya untuk fotosintesis dan visibilitas di

perairan. Sehingga nilai kekeruhan tidak dapat dikonversi ke nilai TSS.

Kekeruhan adalah kecenderungan ukuran sampel untuk menyebarkan

cahaya. Sementara hamburan diproduksi oleh adanya partikel tersuspensi

dalam sampel. Kekeruhan adalah murni sebuah sifat optik. Pola dan

intensitas sebaran akan berbeda akibat perubahan dengan ukuran dan

bentuk partikel serta materi. Sebuah sampel yang mengandung 1.000 mg /

L dari fine talcum powder akan memberikan pembacaan yang berbeda

kekeruhan dari sampel yang mengandung 1.000 mg/L coarsely ground

talc. Kedua sampel juga akan memiliki pembacaan yang berbeda

kekeruhan dari sampel mengandung 1.000 mg/L ground

pepper. Meskipun tiga sampel tersebut mengandung nilai TSS yang sama.

b. BOD (Biochemical Oxygen Demand)

Mikroorganisme merupakan katalis hidup yang mempengaruhi sejumlah

proses-proses kimia yang terjadi dalam tanah. Cendawan dan beberapa

jenis bakteri menghancurkan senyawa organik yang kompleks menjadi

Page 43: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

30

senyawa-senyawa yang sederhana (Achmad, 2004). Nilai BOD5 yang

tinggi menandakan tingginya bahan organik biodegradable yang menjadi

beban perairan telah dioksidasi secara biologi. Pengukuran nilai BOD5

dilakukan dengan prinsip metode titrimetri ( dengan melakukan titrasi

menggunakan buret).

c. Detergen

Detergen merupakan salah satu polutan air yang harus dihilangkan atau

diminimalisir penggunaannya. Risiko deterjen yang paling ringan pada

manusia berupa iritasi (panas, gatal bahkan mengelupas) pada kulit

terutama di daerah yang bersentuhan langsung dengan produk. Hal ini

disebabkan karena kebanyakan produk deterjen yang beredar saat ini

memiliki derajat keasaman (pH) tinggi. Dalam kondisi iritasi/terluka,

penggunaan produk penghalus apalagi yang mengandung pewangi, justru

akan membuat iritasi kulit semakin parah. Dalam jangka panjang, air

minum yang telah terkontaminasi limbah deterjen berpotensi sebagai salah

satu penyebab penyakit kanker (karsinogenik).

Baku mutu air baku Golongan A berdasarkan Peraturan Menteri

Kesehatan RI No. 416/Menkes/Per/IX/90 Tahun 1990 kadar maksimum

detergent terlarut 0.5 mg/L.

d. Bakteri E.coli

Eschericia coli adalah salah satu bakteri patogen yang tergolong Coliform

dan hidup secara normal di dalam kotoran manusia maupun hewan

sehingga E. coli digunakan sebagai bakteri indikator pencemaran air yang

berasal dari kotoran hewan berdarah panas.

Analisa terhadap kadar jumlah bakteri E. coli dilaksanakan secara

deskriptif. Baku mutu air bersih sesuai Golongan I Peraturan

Pemerintah RI Nomor 82 Tahun 2001 jumlah E.coli maksimal sebesar

100 sel/ml. Baku mutu air baku Golongan A berdasarkan Peraturan

Menteri Kesehatan RI No. 1416/Menkes/Per/IX/90 Tahun 1990 kadar

Page 44: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

31

maksimum E. coli adalah nol atau tidak ada. Faktor-faktor yang

mempengaruhi titik sampel dengan jumlah bakteri E. coli yaitu jarak

septictank, aktifitas penduduk sekitar yang tidak banyak melibatkan

penduduk seperti pertanian, pembuangan limbah rumah tangga melalui

saluran pembuangan yang sesuai dengan kriteria.

2. 9. ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

Analitycal Hierarchy Proses (AHP) adalah metode untuk memecahkan

suatu situasi komplek tidak terstruktur kedalam beberapa komponen dalam

susunan yang hirarki, dengan memberi nilai subjektif tentang pentingnya setiap

variable secara relatif dan menetapkan variable mana yang memiliki prioritas

paling tinggi guna mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.

Peralatan utama AHP adalah memiliki sebuah hirarki fungsional dengan

input utamanya presepsi manusia. Suatu masalah kompleks dan tidak terstruktur

dipecahkan ke dalam kelompok-kelompoknya dan diatur menjadi suatu bentuk

hirarki

Kelebihan AHP adalah :

1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekwensi dari kriteria yang dipilih

sampai pada subkriteria yang paling dalam.

2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi

berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil

keputusan.

3. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas

pengambilan keputusan.

Selain itu AHP mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang

multi objektif dan multi-kriteria yang berdasarkan pada perbandingan preferensi

dari setiap elemen dalam hirarki. Model ini merupakan suatu model pengambilan

keputusan yang komprehensif.

Page 45: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

32

Menetapkan prioritas elemen dengan membuat perbandingan berpasangan,

dengan skala banding telah ditetapkan oleh Saaty (1980) dapat dilihat pada Tabel

2.8 di bawah ini.

Tabel 2.8 Penentapan Prioritas Elemen dengan Perbandingan Berpasangan

(Sumber : Saaty, 1980)

2. 10. EVALUASI FORMATIF

Aspek – aspek kinerja implementasi yang dievaluasi dalam evaluasi

formatif, antara lain sebagai berikut :

A. Effort evaluation, yaitu mengevaluasi kecukupan input program .

B. Performance evaluation, yaitu mengkaji output dibandingkan dengan

input program.

C. Effectiveness evaluation, yaitu mengkaji pelaksanaannya sesuai dengan

sasaran dan tujuan.

D. Effeciency evaluation, yaitu membandingkan biaya dengan output yang

dicapai.

Page 46: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

33

E. Process evaluation, yaitu mengkaji metode pelaksanaan, aturan dan

prosedur dalam pelaksanaan.

Menurut Dunn (1999) aspek – aspek kinerja kebijakan yang harus dikaji

sebagaimana tampak dalam Tabel 2.9 berikut ini.

Tabel 2.9 Kategori Evaluasi

Kategori Pertanyaan Ilustrasi

Efektifitas Apakah hasil yang diinginkan telah tercapai? Unit Pelayanan

Efisiensi Seberapa banyak upaya yang diperlukan

untuk mencapai hasil yang diinginkan?

Cost benefit ratio,

manfaat bersih, unit

biaya

Kecukupan Seberapa jauh hasil yang diinginkan untuk

memecahkan masalah?

Biaya tetap,

efektivitas tetap

Pemerataan

apakah biaya manfaaat didistribusikan secara

merata pada kelompok-kelompok yang

berbeda?

Kriteria pareto,

kriteria kaldorhicks,

kriteria rawls

Responsivitas

Apakah hasil kebijakan memuaskan

kebutuhan/ preferensi atau nilai-nilai

kelempok tertentu?

Konsistensi dengan

survei warga negara

Ketepatan Apakah hasil (tujuan) yang diinginkan

berguna atau bernilai

Program publik harus

merata dan efisien

(Sumber : Dunn, 1999)

2. 11. PENELITIAN TERDAHULU

Penelitian ini juga mengacu pada penelitian – penelitian terdahulu sebagai

dukungan data awal, diantaranya :

A. Peta Jenis Tanah

Peta jenis tanah didapat dari hasil penelitian Laboratorium Universitas

Brawijaya Malang. Terdiri dari 4 jenis tanah yang dibedakan berdasarkan

pembentukannya yaitu Aluvial hidromof, Aluvial kelabu tua, Asosiasi Aluvial

kelabu dan Aluvial coklat kelabuan dan Grumosol kelabu tua. Jenis – jenis tanah

tersebut persebarannya di Sidoarjo dapat dilihat pada Gambar 2.8 dibawah ini.

Page 47: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

34

Gambar 2.8 Peta Jenis Tanah (Laboratorium Universitas Brawijaya,2007)

B. Saringan air sederhana

Cara menjernihkan air disini dibuat dengan alat dan bahan yang mudah

didapat sehingga siapa saja dapat membuatnya. Bahan yang dipakai antara lain

ijuk, pasir halus, arang tempurung kelapa, kerikil dan batu yang tersusun seperti

Gambar 2.9 dibawah ini

Gambar 2.9 Penampang Saringan Air Sederhana (Kemendikbud

dalam aimyaya, 2015)

Page 48: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

35

BAB III

METODE PENELITIAN

3. 1. UMUM

Penelitian ini dimulai dari menginventaris data primer dan sekunder yang

kemudian dianalisa dan dievaluasi dari aspek teknis, aspek lingkungan dan aspek

kelembagaan. Pada aspek teknis diketahui kuantitas air yang dapat diresapkan

oleh saluran porus. Aspek lingkungan mengetahui kualitas rona awal air disaluran

dan kualitas air saluran setelah difiltrasi dengan berbagai media filtrasi. Media

filtrasi yang paling efektif dalam memperbaiki kualitas air saluran dapat

ditentukan dari hasil uji laboratorium. Aspek kelembagaan didapat kriteria penting

lembaga yang menangani permasalahan banjir dan genangan agar dapat

menjalankan drainase berwawasan lingkungan terutama saluran porus.

3. 2. ALUR PELAKSANAAN PENELITIAN

Data primer terlebih dahulu dicari dengan cara melakukan penelitian

setempat dan uji laboratorium. Data sekunder dikumpulkan dari Dinas dan

Instansi yang terkait. Setelah mendapatkan data-data primer maupun sekunder

maka dilakukan analisa terhadap kondisi eksisting.

Data permeabilitas tanah diolah untuk mendapatkan kuantitas resapan

saluran porus dengan percobaan perhitungan memperhatikan faktor geometri

saluran. Perhitungan yang menghasilkan nilai kuantitas resapan tertinggi yang

akan menjadi rekomendasi.

Hasil uji air saluran yang telah difiltarasi dengan menggunakan

bermacam – macam maedia dan metode akan menghasilkan nilai penurunan

polutan. Nilai penurunan yang tertinggi yang akan direkomendasikan.

Analisa kelembagaan dilakukan dengan mengumpulakan data tupoksi

yang dikomparasi dengan teori kelembagaan. Dianalisa hirarkinya agar tupoksi

Page 49: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

36

terpenting dalam pembangunan, pemeliharaan dan pengelolaan sistem drainase

khususnya saluran porus dapat dilaksanakan oleh Dinas dan Instansi yang sesuai.

Untuk selanjutnya skema alur pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Gambar

3.1 dibawah ini.

Latar Belakang Permasalahan

Tinjauan Literatur

Pengumpulan Data

Data Primer

Data Sekunder

- Tes Perkolasi

- Masterplan Sistem Drainase

- Contoh Tanah

- Peta Saluran eksisting

- Peta Genangan

- Data Tupoksi

Analisa Data

Evaluasi Kondisi

Eksisting

Aspek Teknis

Aspek Lingkungan

Aspek Kelembagaan

Perhitungan

kuantitas resapan

saluran porus

Filtrasi air disaluran

dengan tabung filtrasi Kuisioner AHP

Uji Lab

Pembahasan

Kesimpulan

Gambar 3.1 Skema Alur Pelaksanaan Penelitian

Page 50: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

37

3. 3. METODE PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data terdiri dari dua bagian yaitu pengumpulan data primer

dan data sekunder. Data primer meliputi:

a. Melakukan tes perkolasi pada 2 (dua) lokasi yang memiliki jenis tanah yang

berbeda yaitu alufial kelabu tua dan alluvial hidromof. Tes perkolasi

dilakukan ditempat dengan membuat lubang – lubang yang ditutupi agar tidak

terkena air hujan. Tes perkolasi ini menghasilkan data permeabilitas tanah.

b. Melakukan pengambilan contoh dan melakukan pengujian contoh tanah utuh

(undisturbed soil sample) di laboratorium dengan jenis tanah alufial kelabu

tua dan alluvial hidromof dari sub DAS Sidokare dan Sub DAS Sekardangan.

Jenis tanah di Perkotaan Sidoarjo Rayon Selatan (Sub DAS Sidokare dan Sub

DAS Sekardangan) adalah tanah alluvial hidromof dan tanah alluvial kelabu

tua. Titik lokasi tes perkolasi didasarkan pada kedua jenis tanah tersebut,

sehingga dapat dibandingkan laju perkolasi dari kedua jenis tanah. Sub DAS

Sidokare jenis tanahnya didominasi alluvial kelabu tua. Sub DAS

Sekardangan terdiri dari 2 (dua) jenis tanah alluvial kelabu tua dan alluvial

hidromof yang luasannya hampir sama. Terpilihlah titik lokasi tes perkolasi

untuk jenis tanah alluvial kelabu tua berada pada Sub DAS Sidokare dan

Alluvial hidromof pada Sub DAS Sekardangan. Posisi Sub DAS SIdokare

dan Sub DAS Sekardangan terhadap Kabupaten Sidoarjo dapat dilihat pada

Gambar 3.2. Titik sampel ditunjukan pada Gambar 3.3. Metode yang

digunakan adalah grab sampling dengan menggunakan tabung dari pipa pvc

4”.

Page 51: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

38

Gambar 3.2 Lokasi Sub DAS Sidokare dan Sub DAS Sekardangan

Gambar 3.3 Lokasi titik tes perkolasi

Sub DAS Sidokare

Sub DAS Sekardangan

Page 52: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

39

Langkah – langkah Tes Perkolasi adalah sebagai berikut :

- Sub DAS Sidokare

Lokasi : Desa Suko

Situasi : Lahan Pekarangan di Permukiman

Jenis Tanah : Aluvial Kelabu Tua

Alat : Pipa pvc 4” panjang 60cm, linggis, cetok, meteran

Pipa ditanan pada lubang sampai pipa yang tersisa diatas permukaan

sepanjang 20 cm (Gambar 3.4 – 3.5). Elevasi tanah dari permukaan

adalah -0,50 m karenanya tidak diperlukan penggalian. Detai penampang

lubang beserta elevasinya dapat dilihat pada Gambar 3.6 berikut ini.

Gambar 3.4 Penanaman Pipa dengan balok

Gambar 3.5 Pipa 20cm diatas permukaan tanah

Page 53: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

40

Gambar 3.6 Penampang Lubang Tes Perkolasi A

Tanah yang akan dites dalam keadaan basah. Setelah persiapan siap, lubang

diberi air sampai pipa penuh terlihat pada Gambar 3.7.

Gambar 3.7 Pipa diisi air sampai penuh

- Sub DAS Sekardangan

Lokasi : Perum. Griya Permata Hijau, Desa Sekardangan

Situasi : Lahan Perluasan Perumahan, bekas sawah

Page 54: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

41

Jenis Tanah : Aluvial Hidromof

Alat : Pipa pvc 4” panjang 75cm, linggis, cetok, meteran

Tanah dilubangi terlebih dahulu dengan diameter lebih besar dari pipa kurang

lebih 15 cm dengan kedalaman 40 cm (Gambar 3.8). Pipa ditanan pada

lubang sampai pipa rata dengan permukaan tanah (Gambar 3.9). Detai

penampang lubang beserta elevasinya dapat dilihat pada Gambar 3.10 berikut

ini.

Gambar 3.8 Lubang kedalaman 40cm

Gambar 3.9 Penanaman Pipa

Page 55: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

42

Elevasi tanah - 0,10 m dari permukaan, karenanya diperlukan penggalian

tanah sedalam 0,40 m agar dasar tanah tes perkolasi pada lokasi ini sama

dengan elevasi dasar saluran.

Gambar 3.10 Penampang Lubang Tes Perkolasi B

Tanah yang akan dites dalam keadaan basah. Setelah persiapan siap, lubang

diberi air sampai pipa penuh terlihat pada Gambar 3.11.

Gambar 3.11 Pengisian Air

c. Pengambilan contoh air pada saluran tersier dipermukiman padat dari Sub

DAS Sidokare dan Sub DAS Sekardangan. Unsur yang dites adalah TSS,

BOD, Detergen dan E-coli. Meteode yang digunakan mengikuti SNI 06-

2412-1991. Titik pengambilan sampel dituangkan pada Gambar 3.12 dan

Gambar 3.13 dibawah ini.

Page 56: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

43

Gambar 3.12 Titik Sampel pada Sub DAS Sidokare

Gambar 3.13 Titik Sampel pada Sub DAS Sekardangan

Data sekunder adalah data yang sudah dikumpulkan, diolah dan disusun

oleh instansi-instansi yang berwenang. Data-data sekunder yang dibutuhkan

adalah:

a. Pengumpulan peta-peta yang terkait dengan daerah studi. Peta-peta yang

dimaksudkan adalah peta yang memuat jalan-jalan dalam kota (Dinas PU.

Bina Marga), peta saluran di permukiman (Dinas PU. Cipta Karya), peta

sungai (Dinas PU. Pengairan) yang ada pada daerah studi.

Page 57: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

44

b. Pengumpulan Peta Garis yang menunjukkan jalan, sungai-sungai, batas-batas

administrasi, sistem jaringan yang ada, dan bangunan yang ada (Bappeda).

c. Pengumpulan data-data penunjang yaitu Jaringan Drainase dan irigasi

Existing (Dinas PU. Pengairan).

d. Pengumpulan data daya dukung tanah dan koefisien permeabilitasnya

(Bappeda)

e. Pengumpulan data tupoksi lembaga pengelola drainase (Bappeda, Dinas PU.

Cipta Karya, PU. Pengairan dan PU Bina Marga)

3. 4. ANALISA TEKNIS

1. Pengukuran laju perkolasi setempat

Pencatatan penurunan air pada titik-titik tes perkolasi. Dilakukan 3 kali

percobaan dengan lama tiap percobaan 3 hari. Dihitung rata – rata laju

peresapanya.

2. Perhitungan kuantitas resapan Saluran Porus

Tes perkolasi yang telah dilakukan akan menghasilkan data permeabilitas

tanah setempat. Nilai permeabilitas tersebut digunakan dalam perhitungan

kuantitas resapan yang didapat dengan menggunakan rumus 2.1

−−= )

..exp(1

.. b

TKf

HKf

QB

dengan:

B = panjang saluran (m)

b = lebar saluran (m)

Q = debit air masuk (m3/s)

f = faktor geometrik saluran per satuan panjang (m/m)

K = koefisien permeabilitas tanah (m/s)

H = kedalaman efektif saluran (m)

T = waktu aliran (s)

Page 58: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

45

3. Penentuan kriteria lokasi yang tepat untuk pengaplikasian saluran porus.

Dari nilai permeabilitas yang didapatkan dari pengujian langsung dapat

ditentukan desain yang tepat dari saluran porus dengan memperhatikan faktor

geometrinya.

3. 5. ANALISA LINGKUNGAN

Menganalisa penggunaan drainase swale pada saluran porus. Menganalisa

struktur yang tepat dan cara pemeliharaan yang praktis. Diambil sample air dari

saluran pada titik – titik tertentu dan dicari nilai TSS, BOD, Detergent dan E-coli.

Dengan penggunaan material permeabel didapat penurunan nilai TSS, BOD,

Detergent dan E-Coli. Sehingga memenuhi baku mutu yang ada.

Material permeabel yang yaitu tanah asli yang diambil dari lokasi studi,

pasir halus, pasir kasar, kerikil dan tanaman diuji dalam analisa laboratorium. Dari

berbagai macam jenis material dicari yang paling efektif dalam filtrasi air di

saluran. Analisa laboratorium berupa tabung berisi material filtrasi. Air limbah

diuji sebelum dimasukan kemodel dan setelah keluar dari model dibandingkan

dengan baku mutu air. Tinggi material ditentukan yaitu 40 cm dengan seperti

dalam Gambar 3.14 dibawah ini dengan menggunakan pipa pvc diameter 4”.

Gambar 3.14 Material Filtrasi

Page 59: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

46

Tabung yang digunakan adalah pipa pvc diameter 4” tinggi 55cm. Material diisi

setinggi 40cm dan wadah air saluran setinggi 15 cm. Pelaksanaan uji filtrasi

adalah sebagai berikut :

1. Tabung filtrasi

Tabung dari pipa pvc putih diameter 4” diberi penutup dibagian bawah dan

ditambahkan selang kecil dengan cara dibor dan dilem (Gambar 3.15).

Gambar 3.15 Tabung Filtrasi

2. Pengisian material

Material tanah asli didapat dengan menanam tabung ke tanah kemudian pipa

dicabut. Tanah yang ikut di dalam pipa disesuaikan tingginya. Begitu pula

dengan tanah asli bertanaman, setelah disesuaikan tingginya lalu ditambah

rumput gajah dibagian atasnya. Pasir halus dan kerikil langsung dimasukan

ke tabung dengan disusuaikan tinggi materialnya. Berikut ini tampak atas

material didalam tabung uji (Gambar 3.16 – 3.17).

Page 60: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

47

Gambar 3.16 Tanah Asli & Tanaman Rumput Gajah

Gambar 3.17 Pasir & Kerikil

3. Pengisian air

Air yang diambil adalah air dari Saluran Suko (Sub DAS Sidokare) dan

Saluran Sekardangan (Sub DAS Sekardangan). Penuangan dilakukan sesuai

kebutuhan. Laju perkolasi dari pasir sangat tinggi, hanya membutuhkan

waktu kurang dari 10 menit air akan keluar dari selang bawah. Kerikil

memiliki laju perkolasi yang lebih tinggi dari pasir sehingga hanya

membutuhkan waktu kurang dari 1 menit untuk air dapat mencapai selang

Page 61: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

48

bawah. Berbeda dengan tanah asli yang laju perkolasinya rendah sehingga

membutuhkan waktu berhari – hari untuk air mencapai selang bawah.

3. 6. ANALISA KELEMBAGAAN

Analisa kelembagaan dilakukan pada penanggungjawab Drainase

Perkotaan Sidoarjo. Dirancang susunan kelembagaan sebagai penanggung jawab

pada implementasi dan keberlanjutan dari perencanaan desain. Sehingga rencana

desain menjadi mudah untuk diterapkan. Alat analisa yang digunakan adalah AHP.

Dimana faktor-faktor diambil dari komparasi antara kategori evaluasi formatif

(Dunn, 1999) dengan tupoksi eksisting dari Pemangku Kepentingan permasalahan

drainase.

Dinas atau instansi di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sidoarjo yang

melaksanakan pembangunan, pemeliharaan dan pengelolaan drainase meliputi

beberapa dinas yaitu Dinas PU Bina Marga, Dinas PU Pengairan, Dinas PU Cipta

Karya dan Bappeda sebagai koordinator. Empat instansi ini yang akan bertindak

sebagai responden dilengkapi dengan tokoh masyarakat dan akademisi.

Penanganan kelembagaaan bisa berupa penambahan unsur lembaga atau

penekanan pada tupoksi dari lembaga yang ada yang didapat dari hasil

perhitungan AHP. Prioritas paling tinggi dari variable – variable yang ada akan

menjadi titik fokus untuk menentukan langkah selanjutnya.

Alat bantu dalam mengolah data hasil kuisioner dengan menggunakan

program computer Expert Choice 11. Program ini membutuhkan input data secara

manual tetapi perhitungan bobot kriteria dan alternatif dapat otomatis hasilnya.

Bentuk kuisioner dan daftar pertanyaan dapat dilihat pada Lampiran C.

Page 62: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

49

BAB IV

PEMBAHASAN

4. 1. ASPEK TEKNIS

Penelitian ini dimulai dari aspek teknis yaitu untuk mengetahui kuantitas

air yang dapat diresapkan oleh saluran porus. Langkah awal adalah mencari laju

perkolasi dengan tes perkolasi setempat. Tes perkolasi dilakukan pada 2 (dua)

lokasi yaitu berdasarkan jenis tanah di Perkotaan Sidoarjo.

Kuantitas air yang dapat diresapkan dapat dihitung setelah koefisien

permeabilitas dua jenis tanah diketahui. Pengaruh lain terhadap kuantitas air yang

dapat diserap adalah kedalaman muka air tanah, dimensi saluran, faktor geometrik

saluran, waktu aliran.

4. 2. 1. Tes Perkolasi

Laju perkolasi didapat dengan melakukan tes perkolasi setempat.

Percobaan dilakukan dengan mencatat penurunan air pada pipa percobaan. Lokasi

percobaan berada di 2 titik yaitu pada Sub DAS Sidokare di Desa Suko (Lokasi

A) dan pada Sub DAS Sekardangan di Desa Sekardangan (Lokasi B). Jenis tanah

pada Desa Sukon adalah Aluvial kelabu tua dan pada Desa Sekardangan adalah

Aluvial hidromof.

Percobaan dilakukan selama 3 kali pada 3 hari berturut-turut. Dicatat

setiap 12 jam sekali. Hasil pencatatan percobaan pertama sampai ketiga di Sub

DAS Sidokare tercatat pada Tabel 4.1 – 4.3 sedangkan di Sub DAS Sekardangan

pada Tabel 4.4 - 4.6.

Page 63: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

50

Tabel 4.1 Penurunan Air Tes Perkolasi Lokasi A (Percobaan 1)

Pukul

Penurunan

(mm) Akumulasi (mm)

Akumulasi

per24jam(mm)

Hari 1

06.30 0.00 0,00 0,00

18.30 9.50 9,50 9,50

Hari 2

06.30 9.00 18,50 18,50

18.30 10.00 28,50 10,00

Hari 3

06.30 10.50 39,00 20,50

18.30 9.00 48,00 9,00

Hari 4

06.30 9.00 57,00 18,00

18.30 8.50 65,50 8,50

Sumber : Hasil Pencatatan

Tabel 4.2 Penurunan Air Tes Perkolasi Lokasi A (Percobaan 2)

Pukul

Penurunan

(mm) Akumulasi (mm)

Akumulasi

per24jam(mm)

Hari 1

17.00 0,00 0,00 0,00

Hari 2

05.00 9,00 9,00 9,00

17.00 9,50 18,50 18,50

Hari 3

05.00 9,50 28,00 9,50

17.00 9,00 37,00 18,50

Hari 4

05.00 9,00 46,00 9,00

17.00 8,50 54,50 17,50

Sumber : Hasil Pencatatan

Page 64: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

51

Tabel 4.3 Penurunan Air Tes Perkolasi Lokasi A (Percobaan 3)

Pukul

Penurunan

(mm) Akumulasi (mm)

Akumulasi

per24jam(mm)

Hari 1

16.30 0,00 0,00 0,00

Hari 2

04.30 10,00 10,00 10,00

16.30 9,50 19,50 19,50

Hari 3

04.30 9,50 29,00 9,50

16.30 9,00 38,00 18,50

Hari 4

04.30 9,00 47,00 9,00

16.30 9,50 56,50 18,50

Sumber : Hasil Pencatatan

Tabel 4.4 Penurunan Air Tes Perkolasi Lokasi B (Percobaan 1)

Pukul

Penurunan

(mm) Akumulasi (mm)

Akumulasi

per24jam(mm)

Hari 1

07.00 0,00 0,00 0,00

19.00 5,50 5,50 5,50

Hari 2

07.00 5,00 10,50 10,50

19.00 4,50 15,00 4,50

Hari 3

07.00 4,50 19,50 9,00

19.00 5,00 24,50 5,00

Hari 4

07.00 5,00 29,50 10,00

19.00 4,50 34,00 4,50

Sumber : Hasil Pencatatan

Page 65: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

52

Tabel 4.5 Penurunan Air Tes Perkolasi Lokasi B (Percobaan 2)

Pukul

Penurunan

(mm) Akumulasi (mm)

Akumulasi

per24jam(mm)

Hari 1

17.30 0,00 0,00 0,00

Hari 2

05.30 6,00 6,00 6,00

17.30 5,00 11,00 11,00

Hari 3

05.30 4,50 15,50 4,50

17.30 5,00 20,50 9,50

Hari 4

05.30 4,50 25,00 4,50

17.30 4,00 29,00 8,50

Sumber : Hasil Pencatatan

Tabel 4.6 Penurunan Air Tes Perkolasi Lokasi B (Percobaan 3)

Pukul

Penurunan

(mm) Akumulasi (mm)

Akumulasi

per24jam(mm)

Hari 1

17.00 0,00 0,00 0,00

Hari 2

05.00 5,00 5,00 5,00

17.00 5,00 10,00 10,00

Hari 3

05.00 5,50 15,50 5,50

17.00 6,00 21,50 11,50

Hari 4

05.00 4,50 26,00 4,50

17.00 5,00 31,00 9,50

Sumber : Hasil Pencatatan

Dari hasil pencatatan dapat dihitung berapa permeabilitas dari ke dua jenis

tanah tersebut. Perhitungan permeabilitas didapat dari penurunan air akumulasi

per24 jam dari mm dijadikan satuan cm tiap detik. Hasil perhitungan didapat pada

Tabel 4.7 dibawah ini.

Page 66: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

53

Tabel 4.7 Perhitungan Koefisien Permeabilitas (K)

Sub DAS Sidokare

Sub DAS

Sekardangan

Desa Suko

(Aluvial Kelabu Tua)

Desa Sekardangan

(Aluvial Hidromof)

Percobaan I

(cm/detik)

1 2,1412 x 10-5

1,2153 x 10-5

2 2,3727 x 10-5 1,0417 x 10-5

3 2,0833 x 10-5 1,1574 x 10-5

Percobaan II

(cm/detik)

1 2,1412 x 10-5

1,2731 x 10-5

2 2,1412 x 10-5

1,0995 x 10-5

3 2,0255 x 10-5 0,9838 x 10-5

Percobaan III

(cm/detik)

1 2,2569 x 10-5 1,1574 x 10-5

2 2,1412 x 10-5

1,3310 x 10-5

3 2,1412 x 10-5

1,0995 x 10-5

Rata-rata

2,1605 x 10-5

1,1510 x 10-5

Sumber : Hasil Perhitungan

Koefisien permeabilitas (K) diambil dari nilai rata – rata dari 3 kali

percobaan yang masing – masing percobaan dilakukan selama 3 hari berturut –

turut. Koefisien Permeabilitas untuk jenis tanah alluvial kelabu tua yaitu 2,1605 x

10-5

cm/detik sedangkan alluvial hidromof 1,1510 x 10-5

cm/detik. Merujuk dari

Tabel 2.3 koefisien permeabilitas tanah oleh Sosrodarsono dan Kazuto (1994)

tanah aluvial kelabu tua dan alluvial hidromof pada lokasi studi masuk pada

kategori jenis tanah berdasarkan teksturnya yaitu lanau dan lempung. Tekstur

tanah lanau memiliki koefisien permeabilitas 4,5 x 10-4

cm/detik dan tanah

lempung 3 x10-6

cm/detik. Koefisien permeabel alluvial kelabu tua dan alluvial

hidomof yang bertekstur lanau lempung laju perkolasinya sedang hingga lambat

seperti pernyataan Serief dalam Januardin (2008) yaitu pada tekstur tanah pasir,

laju perkolasi akan sangat cepat, pada tekstur tanah lempung laju perkolasi adalah

sedang hingga cepat dan pada tekstur liat laju perkolasi akan lambat.

Sub DAS Sekardangan berada lebih dekat dengan pantai dibandingkan

yang mengakibatkan koefisien permeabilitasnya lebih kecil dari Koefisien

Permeabilitas Sub DAS Sidokare yang posisinya lebih kehulu. Dipengaruhi oleh

Page 67: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

54

muka air tanahnya, semakin kehilir (mendekati pantai) muka air tanah semakin

rendah dan mendekati nol.

Rendahnya permeabilitas tanah di Perkotaan Sidoarjo tidak lepas dari

sejarah Kabupaten Sidoarjo sebagai lumbung padi Jawa Timur. Pemanfaatan

lahan di Sidoarjo didominasi oleh persawahan. Tanah persawahan adalah tanah

27 % lempung dan 25% lempung berliat (Agustina dkk, 2012). Hampir semua

perumahan dan permukiman di Perkotaan Sidoarjo dibangun diatas tanah bekas

sawah. Tanah sawah memang diharapkan tidak mudah meresapkan air agar dapat

menahan unsur hara dan menampung air dipermukaan.

Tanah lempung dan lempung berliat tidak begitu disarankan untuk

penerapan drainase berwawasan lingkungan yang sifatnya menyerap air. Ini

berlaku untuk sumur resapan dan biopori. Sampai saat ini ketentuan teknis tentang

saluran porus masih belum ada. Semakin tinggi koefisien permeabilitas tanahnya

maka semakin efektif saluran porus untuk diterapkan. Maka akan lebih efektif

saluran porus diterapkan pada Sub DAS Sidokare yang memiliki koefisien

permeabilitas yang lebih besar dibandingkan Sub DAS Sekardangan.

4. 2. 2. Perhitungan Kuantitas Resapan Saluran Porus

Kuantitas Resapan saluran porus didapat dari perhitungan yang

dipengaruhi faktor geometrik saluran. Penampang saluran yang diteliti berbentuk

persegi, maka faktor geometriknya dihitung berdasarkan rumus untuk bentuk

saluran persegi (Tabel 2.6). Perhitungan debit resapan atau debit air masuk

dipengaruhi lebar saluran (b), tinggi saluran (H), waktu aliran (T) dan panjang

saluran (B), faktor geometrik (f) dan Koefisien permeabilitas tanah (K). Dimensi

saluran dan waktu aliran didapat dari Master Plan Drainse Kabupaten Sidoarjo.

Faktor geometrik saluran didapat dari hasil perhitungan. Koefisien permeabilitas

tanah diambil dari hasil tes perkolasi. Contoh perhitungan debit air masuk

mengambil 1 (satu) saluran tersier di Sub DAS Sidokare yaitu Saluran Suko dan

di Sub DAS Sekardangan yaitu Saluran Sekardangan Indah (Gambar 4.1).

Page 68: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

55

Gambar 4.1 Lokasi saluran yang dihitung

Maka diketahui :

ba = b’a = 0,80 m bb = b’b = 0,60 m

Ba = 140,72 m Bb = 251,12 m

Ta = 288 detik Tb = 643,2 detik

Ha = 0,80 m Hb = 0,60 m

Ka = 2,1605 x 10-5

cm/detik = 2,1605 x 10-7

m/detik (Aluvial Kelabu Tua)

Kb = 1,1510 x 10-5

cm/detik = 1,1510 x 10-7

m/detik (Aluvial Hidromof)

Keterangan :

Saluran Tersier yang

Dihitung

(a) Saluran Suko

(b) Saluran Sekardangan

Indah

Page 69: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

56

Faktor geometrik (f) saluran porus dapat dihitung dengan menggunakan rumus

pada Tabel 2.6 dengan jenis saluran 3b (porus pada dasar saluran saja), yaitu

sebagai berikut :

'.8

bbfπ

=

a. Faktor Geometrik Saluran Suko

8,08,08

xf aπ

=

8,08

xf aπ

=

14,3

4,6=af

04,2=af

b. Faktor Geometrik Saluran Sekardangan Indah

6,06,08

xf bπ

=

6,08

xf aπ

=

14,3

8,4=af

53,1=af

Page 70: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

57

Perhitungan debit air masuk yang dipengaruhi dengan panjang saluran dan waktu

aliran menggunakan rumus 2.1 adalah sebagai berikut :

−−= )

..exp(1

.. b

TKf

HKf

QB

a. Debit air masuk Saluran Suko

−−=

)80,0

det288det/101605,204,2exp(1

1det/101605,204,272,140

7

7- m

xmxx

mxmxx

Qm

−−=

)80,0

10269,1exp(1

det/10526,372,140

4

27- m

mx

mx

Qm

( ))1059,1exp(1det/10526,3

72,140 4

27-

−−= xmx

Qm

( )9998,01det/10526,3

72,14027-

−=

mx

Qm

0,0002

det/210526,372,1407mxmx

Q−

=

det/3127,0 3mQ =

b. Debit air masuk Saluran Sekardangan Indah

−−=

)60,0

det2,643det/10151,153,1exp(1

1det/10151,153,112,251

7

7- m

xmxx

mxmxx

Qm

−−=

)60,0

10133,1exp(1

det/10057,112,251

4

27- m

mx

mx

Qm

( ))1089,1exp(1det/10057,1

12,251 4

27-

−−= xmx

Qm

( )9998,01det/10057,1

12,25127-

−=

mx

Qm

0002,0

det/10057,112,25127

mxmxQ

=

det/1406,0 3mQ =

Page 71: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

58

dengan:

B = panjang saluran (m)

b = lebar saluran bawah (m)

b’ = lebar saluran atas (m)

Q = debit air masuk (m3/s)

f = faktor geometrik saluran per satuan panjang (m/m)

K = koefisien permeabilitas tanah (m/s)

H = kedalaman efektif saluran (m)

T = waktu aliran (s)

Potensi debit air masuk pada saluran Suko jika diporuskan adalah

0,3127 m3/detik dan pada saluran Sekardangan adalah 0,1406 m

3/detik.

Perhitungan ini diterapkan pada semua saluran tersier di Sub DAS Sidokare dan

Sub DAS Sekardangan untuk mengetahui potensi debit air masuk jika saluran

diporuskan. Hasil perhitungan debit air masuk pada saluran tersier di Sub DAS

Sidokare yang pada kondisi eksisting kapasitasnya tidak mencukupi dapat dilihat

pada Tabel 4.8. Hasil perhitungan debit air masuk pada saluran tersier di Sub

DAS Sekardangan yang pada kondisi eksisting juga kapasitasnya tidak mencukupi

dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Genangan dan banjir akibat luapan air disaluran yang kapasitasnya

tidak mencukupi dapat dikurangi dengan debit air yang masuk atau meresap. Ada

28 (dua puluh delapan) saluran tersier yang kapasitasnya tidak mencukupi di Sub

DAS Sidokare dan 14 (empat belas) saluran tersier di Sub DAS Sekardangan.

Berkurangnya debit yang tidak tertampung karena debit air meresap dihitung pada

Tabel 4.9 untuk Sub DAS Sidokare dan Tabel 4.12 untuk Sub DAS Sekardangan.

Debit tidak tertampung (QTT) awal adalah debit rencana yang tidak dapat

ditampung oleh saluran eksisting. QTT resap adalah debit tidak tertampung yang

telah direduksi oleh debit air masuk atau meresap.

Page 72: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

59

Hasil perhitungan debit tidak tertampung yang ditampilkan pada Tabel

4.9 untuk Sub DAS Sidokare dan Tabel 4.12 untuk Sub DAS Sekardangan dapat

digunakan untuk menentukan potensi pengurangan genangan dan banjir. Kondisi

eksisting dari Sub DAS Sidokare terdapat 28 (dua puluh delapan) saluran tersier

yang kapasitasnya tidak dapat menampung air hujan. Setelah diterapkan saluran

porus menurun jumlahnya menjadi 19 (sembilan belas) saluran. 9 (sembilan)

saluran sudah tidak lagi meluber karena debit rencana yang tidak tertampung oleh

debit normal dari saluran diresapkan kedalam tanah. Saluran tersier eksisting yang

kapasitasnya tidak dapat menampung debit air hujan pada Sub DAS Sekardangan

berjumlah 14 (empat belas). Setelah penerapan saluran porus menurun jumlahnya

menjadi 7 (tujuh) saluran tersier. Peresapan air kedalam tanah mengakibatkan 7

(tujuh) saluran lainnya dapat menampung debit air hujan.

Total debit tidak tertampung pada kondisi eksisting dari 28 (dua puluh

delapan) saluran tersier di Sub DAS Sidokare adalah 14,19 m3/detik sedangkan

setelah diresapkan menjadi 8,46 m3/detik. Penerapan saluran porus dapat

mengurangi debit air yang tidak tertampung 5,73 m3/detik atau 40,4 %. Total

debit yang tidak tertampung dari 14 (empat belas) saluran tersier di Sub DAS

Sekardangan adalah 3,81 m3/detik. Debit tidak tertampung berkurang menjadi

1,44 m3/detik setelah penerapan saluran porus. Pengurangan debit tidak

tertampung di Sub DAS Sekardangan adalah 2,37 m3/detik atau 62 %.

Genangan adalah jika tinggi genangan minimal 10 cm dengan lama

menggenang minimal 1 jam (Permen PU 12 Tahun 2014). Terdapat 19 saluran

tersier yang kapasitasnya tetap tidak dapat menampung debit air hujan. Genangan

hanya terjadi di 2 (dua) saluran tersier dari 19 (sembilan belas) saluran yang

kapasitasnya tidak memenuhi. Pengaruh langsung penerapan saluran porus di

saluran tersier pada Sub DAS Sidokare terhadap genangan dapat dihitung pada 2

(dua) saluran yang mengakibatkan genangan tersebut dan berkurangnya luas

genangan dapat dilihat pada Gambar 4.2. Perhitungan pengurangan tinggi, luas,

volume dan lama genangan terhadap 2 (dua) saluran tersier dapat dilihat pada

Tabel 4.10. Saluran Sidokare Asri dan Saluran Sidokare Indah 2 genangan dapat

tereduksi tinggi, luas, volume dan lamanya. Pada Saluran Sidokare Asri tinggi

Page 73: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

60

genangan semula 50 cm menjadi 10 cm dengan lama genangan semula 480 menit

menjadi 91 menit. Saluran Sidokare Indah 2 tinggi genangan semula 50 cm

menjadi 13 cm dengan lama genangan semula 480 menit menjadi 125 menit. 7

(tujuh ) saluran tersier di Sub DAS Sekardangan yang kapasitasnya tidak dapat

menampung debit air hujan tidak memenuhi kriteria sebagai genangan karena

tingginya tidak lebih dari 10 cm dan lama genangan tidak lebih dari 1 (satu) jam.

Tidak ada perhitungan penurunan genangan pada Sub DAS Sekardangan.

Faktor yang mempengaruhi tingkat pengurangan debit tidak tertampung

ternyata bukan hanya koefisien permeabilitasnya saja. Faktor lain yang juga

sangat berperan adalah besarnya debit tidak tertampung awal, lebar saluran dan

total panjang saluran yang ada. Total panjang saluran akan berbanding lurus

dengan besarnya pengurangan debit tidak tertampung. Karenanya Sub DAS

Sidokare dengan total panjang saluran 10.393 m dengan debit luapan total 14,19

m3/detik hanya mampu mengurangi 40,4 % luapan walaupun koefisien

permeabilitasnya 2,1605 x 10-7

m/detik. Berbeda dengan Sub DAS Sekardangan

yang total panjang salurannya 3.590 m tapi debit tidak tertampung awalnya hanya

3,81 m3/detik. Saluran tersier di Sub DAS Sekardangan mampu mengurangi 62 %

debit luapan walaupun keofisien permebilitasnya hanya 1,151 x 10-7

m/detik.

Gambar 4.2 Reduksi Luas Genangan Sub DAS Sidokare

(A) Awal (B) Reduksi

Page 74: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

61

Tab

el

4.8

Per

hit

un

ga

n D

ebit

Air

Ma

suk

pa

da

sa

lura

n t

ersi

er d

i S

ub

DA

S S

ido

ka

re

No.

Na

ma

Salu

ran

B

(m

) f

(m/m

) K

(m

/det

) H

(m)

T

(det

)

b

(m)

b'

(m)

f.K

.H

f.K

.T

Q

(m3/d

et)

1

2

3

4

5

6

7

8 (

2x3

x4)

9 (

2x3

x5)

10

1

Sal

. S

uko

14

0,7

2

2,0

4

2,1

605

x 1

0-7

0

,8

28

8

0,8

0,8

3

,51

97

x 1

0-7

1

,26

71

x 1

0-4

0,3

127

2

Sal

. P

uri

2

803,5

2

,04

2,1

605

x 1

0-7

0

,6

18

57,6

0,8

0,8

2

,63

97

x 1

0-7

8

,17

26

x 1

0-4

0,2

077

3

Sal

. P

uri

3

13

0,0

3

2,2

9

2,1

605

x 1

0-7

0

,5

322,2

0,9

0,9

2

,47

48

x 1

0-7

1

,59

47

x 1

0-4

0,1

816

4

Sal

. P

uri

4

15

8,2

4

2,5

5

2,1

605

x 1

0-7

0

,9

284,4

1

1

4,9

495

x 1

0-7

1

,56

40

x 1

0-4

0,5

008

5

Sal

. P

ondo

k M

uti

ara

4

42

6,3

8

2,0

4

2,1

605

x 1

0-7

0

,6

985,8

0,8

0,8

2

,63

97

x 1

0-7

4

,33

71

x 1

0-4

0,2

077

6

Sal

. P

ondo

k M

uti

ara

3

44

9,4

2

1,5

3

2,1

605

x 1

0-7

0

,5

12

58,8

0,6

0,6

1

,64

98

x 1

0-7

4

,15

36

x 1

0-4

0,1

071

7

Sal

. S

um

okal

i 2

87,0

5

2,9

0

2,1

605

x 1

0-7

0

,5

200,4

1

1,3

3

,13

52

x 1

0-7

1

,25

66

x 1

0-4

0,2

172

8

Sal

. S

epan

de

79

2,5

6

3,8

2

2,1

605

x 1

0-7

0

,8

13

03,2

1,5

1,5

6

,59

93

x 1

0-7

10

,75

03

x 1

0-4

0,7

301

9

Sal

. S

ido

kar

e 2

10

8,4

7

1,2

7

2,1

605

x 1

0-7

0

,5

323,4

0,5

0,5

1

,37

49

x 1

0-7

0

,88

93

x 1

0-4

0,0

839

10

Sal

. T

aman

pin

ang 3

63

8,9

4

3,0

5

2,1

605

x 1

0-7

0

,8

11

27,4

1,2

1,2

5

,27

95

x 1

0-7

7

,44

01

x 1

0-4

0,5

442

11

Sal

. S

ido

kar

e A

sri

1

19

3,5

9

2,5

5

2,1

605

x 1

0-7

0

,5

467,4

1

1

2,7

497

x 1

0-7

2

,57

04

x 1

0-4

0,2

071

12

Sal

. S

ido

kar

e A

sri

4

34

3,1

7

2,0

4

2,1

605

x 1

0-7

0

,8

702,6

0,8

0,8

3

,51

97

x 1

0-7

3

,09

11

x 1

0-4

0,3

127

13

Sal

. P

eru

m P

alm

Fie

sta

74,3

9

1,2

7

2,1

605

x 1

0-7

0

,4

254,4

0,5

0,5

1

,09

99

x 1

0-7

0

,69

95

x 1

0-4

0,0

585

14

Sal

. G

OR

1

42

8,4

4

3,1

2

2,1

605

x 1

0-7

0

,8

730,8

1

1,5

5

,38

83

x 1

0-7

4

,92

23

x 1

0-4

0,4

691

15

Sal

. G

OR

2

93

8,7

7

4,1

8

2,1

605

x 1

0-7

0

,8

14

78,4

1,5

1,8

7

,22

92

x 1

0-7

13

,35

96

x 1

0-4

0,7

623

16

Sal

. M

ager

sari

3

87,7

1

1,5

3

2,1

605

x 1

0-7

0

,6

22

5

0,6

0,6

1

,97

98

x 1

0-7

0

,74

24

x 1

0-4

0,1

403

17

Sal

. D

inas

Sosi

al

55

7,3

6

2,5

5

2,1

605

x 1

0-7

1

966,6

1

1

5,4

995

x 1

0-7

5

,31

58

x 1

0-4

0,5

768

18

Sal

. S

ido

kar

e In

dah

2

11

6,3

4

1,5

3

2,1

605

x 1

0-7

0

,6

298,2

0,6

0,6

1

,97

98

x 1

0-7

0

,98

40

x 1

0-4

0,1

405

Page 75: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

62

No.

Na

ma

Salu

ran

B

(m

) f

(m/m

) K

(m

/det

) H

(m)

T

(det

)

b

(m)

b'

(m)

f.K

.H

f.K

.T

Q

(m3/d

et)

1

2

3

4

5

6

7

8 (

2x3

x4)

9 (

2x3

x5)

10

19

Sal

. S

ido

kar

e In

dah

4

24

7,1

5

6,3

6

2,1

605

x 1

0-7

0

,7

388,2

2,5

2,5

9

,62

40

x 1

0-7

5

,33

72

x 1

0-4

1,1

143

20

Sal

. C

i W

alk 2

20

6,4

5

2,0

4

2,1

605

x 1

0-7

0

,5

353,4

0,8

0,8

2

,19

98

x 1

0-7

1

,55

48

x 1

0-4

0,2

337

21

Sal

. G

ang D

alem

an

12

7,9

7

1,5

3

2,1

605

x 1

0-7

0

,6

327,6

0,6

0,6

1

,97

98

x 1

0-7

1

,08

10

x 1

0-4

0,1

406

22

Sal

. M

ager

sari

2

26

4,5

8

3,0

5

2,1

605

x 1

0-7

0,6

5

482,4

1,2

1,2

4

,28

96

x 1

0-7

3

,18

35

x 1

0-4

0,4

279

23

Sal

. T

euk

u U

mar

1

53,4

6

1,0

2

2,1

605

x 1

0-7

0

,4

178,8

0,4

0,4

0

,87

99

x 1

0-7

0

,39

33

x 1

0-4

0,0

478

24

Sal

. T

euk

u U

mar

2

95,7

6

1,0

2

2,1

605

x 1

0-7

0

,4

319,8

0,4

0,4

0

,87

99

x 1

0-7

0

,70

35

x 1

0-4

0,0

479

25

Sal

. R

amay

ana

67,7

8

3,6

0

2,1

605

x 1

0-7

0

,8

11

4

1

2

6,2

219

x 1

0-7

0

,88

66

x 1

0-4

0,4

757

26

Sal

. B

CF

2

1.6

58,6

5

2,5

5

2,1

605

x 1

0-7

1

2.8

77

1

1

5,4

995

x 1

0-7

15

,82

19

x 1

0-4

0,5

770

27

Sal

. P

eru

m B

ulu

Kid

ul

2

250,5

1

,27

2,1

605

x 1

0-7

0

,5

747,6

0,5

0,5

1

,37

49

x 1

0-7

2

,05

57

x 1

0-4

0,0

838

28

Sal

. P

eru

m B

ulu

Kid

ul

3

56

4,0

7

1,2

7

2,1

605

x 1

0-7

0

,5

1.6

83

0,5

0,5

1

,37

49

x 1

0-7

4

,62

78

x 1

0-4

0,0

838

Sum

ber

: H

asi

l P

erh

itungan

Tab

el 4

.8 P

erh

itu

ng

an

Deb

it A

ir M

asu

k p

ad

a s

alu

ran

ter

sier

di

Su

b D

AS

Sid

ok

are

(La

nju

tan

)

Page 76: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

63

Tab

el 4

.9 P

engu

ran

ga

n Q

TT

sete

lah

pen

era

pa

n s

alu

ra

n p

oru

s p

ad

a s

al u

ra

n t

ersi

er d

i S

ub

DA

S S

ido

ka

re

No.

Na

ma S

alu

ran

Qren

can

a

(m3/d

et)

Qsa

lura

n

(m3/d

et)

QT

Taw

al

(m3/d

et)

Qre

sap

(m3/d

et)

Q

TT

resa

p

Ket

era

ng

an

1

2

3 (

1-2

) 4

(3

-4)

1

Sal

. S

uko

0.6

1

0.2

3

0.3

8

0.3

1

0.0

7

0.0

7

2

Sal

. P

uri

2

0.6

9

0.1

4

0.5

5

0.2

1

0.3

4

0.3

4

3

Sal

. P

uri

3

1.5

2

0.1

1

1.4

1

0.1

8

1.2

3

1.2

3

4

Sal

. P

uri

4

0.7

2

0.3

9

0.3

3

0.5

0

-0.1

7

- A

man

5

Sal

. P

ondok M

uti

ara

4

0.4

3

0.1

4

0.2

9

0.2

1

0.0

8

0.0

8

6

Sal

. P

ondok M

uti

ara

3

0.7

4

0.0

6

0.6

8

0.1

1

0.5

7

0.5

7

7

Sal

. S

um

okal

i 2

3.6

2

0.1

4

3.4

8

0.2

2

3.2

6

3.2

6

8

Sal

. S

epande

1.4

4

0.5

5

0.8

9

0.7

3

0.1

6

0.1

6

9

Sal

. S

idokare

2

0.3

9

0.0

5

0.3

4

0.0

8

0.2

6

0.2

6

10

Sal

. T

amanpin

ang 3

1

.09

0.4

1

0.6

8

0.5

4

0.1

4

0.1

4

11

Sal

. S

idokare

Asr

i 1

0.3

8

0.1

2

0.2

6

0.2

1

0.0

5

0.0

5

12

Sal

. S

idokare

Asr

i 4

0.4

0

.23

0.1

7

0.3

1

-0.1

4

- A

man

13

Sal

. P

erum

Pal

m F

iest

a 0

.23

0.0

3

0.2

0

.06

0.1

4

0.1

4

14

Sal

. G

OR

1

1.2

1

0.4

2

0.7

9

0.4

7

0.3

2

0.3

2

15

Sal

. G

OR

2

0.7

4

0.6

1

0.1

3

0.7

6

-0.6

3

- A

man

16

Sal

. M

agers

ari

3

0.2

7

0.0

9

0.1

8

0.1

4

0.0

4

0.0

4

17

Sal

. D

inas

Sosi

al

0.6

0

.46

0.1

4

0.5

8

-0.4

4

- A

man

18

Sal

. S

idokare

Indah

2

0.2

8

0.0

9

0.1

9

0.1

4

0.0

5

0.0

5

19

Sal

. S

idokare

Indah

4

1.1

0

.8

0.3

1

.11

-0.8

1

- A

man

Page 77: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

64

No.

Na

ma S

alu

ran

Q

ren

can

a

(m3/d

et)

Qsa

lura

n

(m3/d

et)

QT

Taw

al

(m3/d

et)

Qre

sap

(m3/d

et)

Q

TT

resa

p

Ket

era

ng

an

20

Sal

. C

i W

alk 2

0

.23

0.1

4

0.0

9

0.2

3

-0.1

4

- A

man

21

Sal

. G

ang D

alem

an

0.1

5

0.0

9

0.0

6

0.1

4

-0.0

8

- A

man

22

Sal

. M

agers

ari

2

1.1

1

0.3

4

0.7

7

0.4

3

0.3

4

0.3

4

23

Sal

. T

euku U

mar

1

0.1

5

0.0

3

0.1

2

0.0

5

0.0

7

0.0

7

24

Sal

. T

euku U

mar

2

0.1

6

0.0

3

0.1

3

0.0

5

0.0

8

0.0

8

25

Sal

. R

am

ayana

0.5

3

0.4

4

0.0

9

0.4

8

-0.3

9

- A

man

26

Sal

. B

CF

2

0.5

8

0.4

6

0.1

2

0.5

8

-0.4

6

- A

man

27

Sal

. P

erum

Bulu

Kid

ul

2

1.0

2

0.0

5

0.9

7

0.0

8

0.8

9

0.8

9

28

Sal

. P

erum

Bulu

Kid

ul

3

0.5

0

.05

0.4

5

0.0

8

0.3

7

0.3

7

To

tal

QT

T a

wa

l 1

4.1

9

To

tal

QT

T a

kh

ir

8.4

6

Sum

ber

: H

asi

l P

erhit

ungan

Ket

eran

gan :

Q

TT

(Q

Tak T

ert

ampung)

Salu

ran y

ang d

apat

men

amp

un

g d

ebit

renca

na

(Am

an

)

Tab

el 4

.9 P

en

gu

ran

gan

QT

T s

etel

ah

pen

era

pa

n s

alu

ran

po

rus

pa

da

sa

lura

n t

ersi

er d

i S

ub

DA

S S

ido

ka

re (

La

nju

tan

)

Page 78: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

65

Tab

el 4

.10 P

erh

itu

ng

an

Red

uk

si G

ena

ng

an

pa

da

sa

lura

n t

ersi

er

di

Su

b D

AS

Sid

ok

are

No.

Na

ma S

alu

ran

Gen

an

gan

Aw

al

Qre

nca

na

Qsa

lura

n

Qg

en

an

ga

n

Qre

sap

Gen

an

gan

Red

uk

si

Tin

ggi

La

ma

Lu

as

Volu

me

Q

Tin

gg

i L

am

a

Lu

as

V

olu

me

(m)

(men

it)

(m2)

(m3)

(m3/d

et)

(m

3/d

et)

(m3/d

et)

(m3/d

et)

(m3/d

et)

(m)

(men

it)

(m2)

(m3)

1

Sal

. S

idokar

e A

sri

1

0.5

0

480

14,9

76

7,4

88

0.3

8

0.1

2

0.2

6

0.2

1

0.0

5

0.1

0

91

3,0

45.9

4

28

9.3

6

2

Sal

. S

idokar

e In

dah 2

0.5

0

480

10,9

44

5,4

72

0.2

8

0.0

9

0.1

9

0.1

4

0.0

5

0.1

3

12

5

2,8

53.3

8

37

0.9

4

Page 79: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

66

Tab

el

4.1

1 P

erh

itu

ng

an

Deb

it A

ir M

asu

k p

ad

a s

alu

ran

ter

sier

di

Su

b D

AS

Sek

ard

an

ga

n

No.

Nam

a S

alu

ran

B

(m

) f

(m/m

) K

(m

/s)

H (

m)

T

(det

)

b

(m)

b'

(m)

f.K

.H

f.K

.T

Q

(m3/d

et)

1

2

3

4

5

6

7

8 (

2x3

x4

) 9

(2

x3

x5)

10

1

Sal

. S

um

okal

i 3

24

6.0

9

1.5

3

1.1

51

x 1

0-7

0.6

63

0.6

0.6

0.6

1.0

54

7

x 1

0-7

1

.10

85

x

10

-4

0.1

40

5

2

Sal

. L

aran

gan P

erm

ai 1

8

7.2

3

2.0

4

1.1

51

x 1

0-7

0.8

17

8.8

0.8

0.8

1.8

75

1

x 1

0-7

0

.41

91

x

10

-4

0.3

12

2

3

Sal

. T

enggu

lunan 1

27

9.6

3

2.5

5

1.1

51

x 1

0-7

0.8

52

5.6

1

1

2.3

43

9

x 1

0-7

1

.53

99

x

10

-4

0.4

25

6

4

Sal

. L

aran

gan P

erm

ai 2

2

45.6

2.3

9

1.1

51

x 1

0-7

0.8

46

3.8

0.8

1.1

2.1

98

7

x 1

0-7

1

.27

47

x

10

-4

0.3

38

9

5

Sal

. L

aran

gan 1

17

1.6

9

1.5

3

1.1

51

x 1

0-7

0.6

43

9.8

0.6

0.6

1.0

54

7

x 1

0-7

0

.77

31

x

10

-4

0.1

40

5

6

Sal

. K

epodan

g

10

5.3

2

1.0

2

1.1

51

x 1

0-7

0.4

38

6.4

0.4

0.4

0.4

68

8

x 1

0-7

0

.45

28

x

10

-4

0.0

43

6

7

Sal

. K

ahuri

pan

21

3.4

9

1.2

7

1.1

51

x 1

0-7

0.5

63

7.2

0.5

0.5

0.7

32

5

x 1

0-7

0

.93

34

x

10

-4

0.0

83

8

8

Sal

. C

elep

21

1.4

1

1.7

8

1.1

51

x 1

0-7

0.7

47

9.4

0.7

0.7

1.4

35

6

x 1

0-7

0

.98

32

x

10

-4

0.2

16

1

9

Sal

. S

um

baw

a 1

19

1.0

7

1.7

8

1.1

51

x 1

0-7

0.7

43

3.2

0.7

0.7

1.4

35

6

x 1

0-7

0

.88

84

x

10

-4

0.2

16

1

10

S

al.

Sekar

dan

gan I

ndah

25

1.1

2

1.5

3

1.1

51

x 1

0-7

0.6

64

3.2

0.6

0.6

1.0

54

7

x 1

0-7

1

.13

07

x

10

-4

0.1

40

6

11

S

al.

Su

mbaw

a 2

19

1.0

7

1.7

8

1.1

51

x 1

0-7

0.7

43

3.2

0.7

0.7

1.4

35

6

x 1

0-7

0

.88

84

x

10

-4

0.2

16

1

12

S

al.

Gre

en P

ark R

egency 1

94

8.1

6

4.3

0

1.1

51

x 1

0-7

1

132

7.8

1.5

1.9

4.9

46

1

x 1

0-7

6

.56

74

x

10

-4

1.0

71

4

13

S

al.

Bum

i In

tan

245.5

1.1

5

1.1

51

x 1

0-7

0.4

5

80

4.6

0.4

5

0.4

5

0.5

93

3

x 1

0-7

1

.06

08

x

10

-4

0.0

61

8

14

S

al.

Cit

ralo

ka

Res

iden

ce

20

3.0

8

0.7

6

1.1

51

x 1

0-7

0.3

104

7.6

0.3

0.3

0.2

63

7

x 1

0-7

0

.92

08

x

10

-4

0.0

17

4

S

um

ber

: H

asi

l P

erh

itungan

Page 80: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

67

Tab

el

4.1

2 P

engu

ran

gan

Lu

ber

an

set

ela

h p

en

era

pa

n s

alu

ran

po

rus

pad

a s

alu

ra

n t

ersi

er d

i S

ub

DA

S S

eka

rda

ng

an

No.

Na

ma S

alu

ran

Qre

nca

na

(m3/d

et)

Qsa

lura

n

(m3/d

et)

QT

Taw

al

(m3/d

et)

Qres

ap

(m3/d

et)

Q

TT

resa

p

Ket

eran

ga

n

1

2

3 (

1-2

) 4

(3

-4)

1

Sal

. S

um

okal

i 3

0.5

9

0.0

9

0.5

0.1

4

0.3

6

0.3

6

2

Sal

. L

aran

gan P

erm

ai 1

0.3

6

0.2

3

0.1

3

0.3

1

-0.1

8

- A

man

3

Sal

. T

en

ggulu

nan 1

0.5

0.3

2

0.1

8

0.4

3

-0.2

5

- A

man

4

Sal

. L

aran

gan P

erm

ai 2

0.4

9

0.2

9

0.2

0.3

4

-0.1

4

- A

man

5

Sal

. L

aran

gan 1

0.4

5

0.0

9

0.3

6

0.1

4

0.2

2

0.2

2

6

Sal

. K

epodang

0.4

8

0.0

2

0.4

6

0.0

4

0.4

2

0.4

2

7

Sal

. K

ahuri

pan

0.2

6

0.0

5

0.2

1

0.0

8

0.1

3

0.1

3

8

Sal

. C

elep

0.3

2

0.1

5

0.1

7

0.2

2

-0.0

5

- A

man

9

Sal

. S

um

baw

a 1

0.2

2

0.1

5

0.0

7

0.2

2

-0.1

5

- A

man

10

Sal

. S

ekar

dan

gan I

ndah

0.5

2

0.0

9

0.4

3

0.1

4

0.2

9

- A

man

11

Sal

. S

um

baw

a 2

0.3

1

0.1

5

0.1

6

0.2

2

-0.0

6

- A

man

12

Sal

. G

reen

Par

k R

egen

cy 1

1.4

9

0.9

5

0.5

4

1.0

7

-0.5

3

- A

man

13

Sal

. B

um

i In

tan

0.2

9

0.0

9

0.2

0.0

6

0.1

4

0.1

4

14

Sal

. C

itra

loka

Res

idence

0.2

1

0.0

1

0.2

0.0

2

0.1

8

0.1

8

Tota

l Q

TT

aw

al

3.8

1

Tota

l Q

TT

ak

hir

1

.44

Sum

ber

: H

asi

l P

erh

itung

an

Kete

rangan

: Q

TT

(Q

Tak

Ter

tam

pu

ng)

Sal

ura

n y

ang d

ap

at m

enam

pu

ng d

ebit

ren

can

a (A

man

)

Page 81: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

68

Faktor – faktor yang memperngaruhi keberhasilan saluran porus dalam

mengurangi genangan adalah besarnya selisih antara debit banjir rencana dengan

kapasitas saluran, total luas dasar saluran yang didapat dari perkalian panjang

saluran dengan lebar saluran, koefisien permeabilitas tanah, waktu aliran yang

didapat dari kecepatan aliran dan kedalaman saluran. Faktor geometrik saluran

tidak menjadi faktor penentu karena hanya merujuk pada saluran yang sudah ada

yaitu berbentuk persegi atau trapesium dan hanya sisi bawah yang diporuskan.

Penggunaan bentuk saluran tetap persegi dan trapesium dikarenakan untuk

meminimalisir biaya dan waktu pembongkaran. Penerapan saluran porus ini bisa

disaat normalisasi saluran dengan mengambil perkerasan didasar saluran. Saluran

dengan kontruksi beton U-dit lebih susah diambil dasar salurannya.

Banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam penerapan saluran porus ini.

Dari analisa yang telah dilakukan didapatkan kriteria lokasi yang tepat untuk

diterapkan saluran porus, yaitu :

1. Kontruksi saluran batukali atau beton bukan u-dit.

2. Bentuk saluran trapesium atau persegi dengan kontruksi plengseng

3. Koefisien permeabilitas tinggi

4. Muka air tanah dalam (tidak dipengaruhi ROB)

4. 2. ASPEK LINGKUNGAN

Aspek lingkungan dilakukan dengan pengambilan contoh tanah utuh

(undisturbed soil sample) dengan jenis tanah alufial kelabu tua dari sub DAS

Sidokare dan alluvial hidromof dari dan Sub DAS Sekardangan. Selain tanah asli

diuji juga tanah yang ditanamui tumbuhan sebagai penerapan drainase swale.

Tumbuhan yang digunakan adalah rumput gajah.

Tanah asli dan tanah bertanaman ini akan diuji sebagai material filtrasi air

di saluran. Pasir halus dan kerikil juga dijadikan material uji filtrasi untuk

membandingkan keefektifan dalam memfiltrasi air saluran. Contoh air diambil

dari saluran tersier dipermukiman padat dari Sub DAS Sidokare yaitu saluran

Page 82: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

69

suko dan Sub DAS Sekardangan yaitu saluran sekardangan. Unsur yang diuji

adalah TSS, BOD, Detergen dan E. coli.

4. 2. 1. Filtrasi

Media yang digunakan untuk memfilter air dari saluran adalah tanah asli,

tanah asli dengan ditanami rumput gajah, pasir dan kerikil. Hasil filtrasi

ditampung dan masukan ke dalam botol tertutup seperti Gambar 4.3 dan 4.4

dibawah ini.

a b c d e

Keterangan :

a. Kondisi awal

b. Filtrasi media tanah asli

c. Filtrasi media tanah asli berumput gajah

d. Filtrasi media pasir

e. Filtrasi media kerikil

Gambar 4.3 Air Hasil Filtrasi Saluran Suko (Sub DAS Sidokare)

Page 83: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

70

f g h i j

Keterangan :

f. Kondisi awal

g. Filtrasi media tanah asli

h. Filtrasi media tanah asli berumput gajah

i. Filtrasi media pasir

j. Filtrasi media kerikil

Gambar 4.4 Air Hasil Filtrasi Saluran Suko (Sub DAS Sekardangan)

4. 2. 2. Uji Laboratorium

Hasil uji lab air filtrasi dari 2 (dua) saluran yaitu Saluran Suko (Sub

DAS Sidokare dan Saluran Sekardangan (Sub DAS Sekardangan) dengan filtrasi

tanah asli, tanah asli dengan rumput gajah, pasir halus dan kerikil dapat dilihat

pada Tabel 4.13 dan 4.14 berikut ini.

Tabel 4.13 Hasil Laboratorium Saluran Suko (Sub DAS Sidokare)

Saluran Suko

Kondisi

Awal

Tanah

Asli

Rumput

Gajah Pasir Kerikil

TSS (mg/L) 24 14 16 20 90

BOD (mg/L) 20 16 10 36 22

Detergen (mg/L) 5.97 0.03 0.04 1.01 5.15

E. Coli (/100ml) 16 x 106 15 x 104 14 x 104 12 x 106 28 x 105

Sumber : Hasil Lab

Page 84: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

71

Tabel 4.14 Hasil Laboratorium Saluran Sekardangan

Saluran Sekardangan

Kondisi

Awal

Tanah

Asli

Rumput

Gajah Pasir Kerikil

TSS (mg/L) 72 36 14 14 136

BOD (mg/L) 193 9 6 15 207

Detergen (mg/L) 17.28 0.22 0 0.58 0.58

E. Coli (/100ml) 28 x 108 19 x 106 18 x 106 22 x 106 23 x 107

Sumber : Hasil Lab

Hasil uji laboratorium diatas menunjukan perubahan nilai pada tiap parameter

yang difiltrasi dengan material filtrasi berbeda. Perbedaan juga didapatkan dari

kondisi awal/ kondisi awal air saluran. Masing – masing hasil uji menunjukan hal

– hal tertentu, yaitu :

1. Kondisi Awal

Sub DAS Sekardangan berada lebih kehilir dibandingkan Sub DAS Sidokare

jika dilihat dari DAS Kapetingan. Dari hasil uji laboratorium keempat

parameter menunjukan nilai yang lebih tinggi di Sub DAS Sekardangan. TSS

Saluran Suko 24 mg/L sedangkan Saluran Sekardangan 72 mg/L. BOD

Saluran Suko 20 mg/L sedangkan Saluran Sekardangan 193 mg/L. Detergen

terlarut Saluran Suko 5,97 mg/L dan Saluran Sekardangan 17,28 mg/L.

Bakteri E.Coli di Saluran Suko sebanyak 16 x 106 sel/100ml sedangkan di

Saluran Sekardangan sebanyak 28 x 108 sel/100ml. Perbedaan hasil uji air

saluran sebelum difiltrasi dapat dilihat pada grafik dibawah (Gambar 4.5).

0

50

100

150

200

250

300

TSS BOD Det E.Coli

Suko

Sekardangan

Gambar 4.5 Perbandingan hasil uji air kondisi awal 2 saluran

(mg/L

)

Page 85: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

72

Tingginya konsentrasi pencemar dihilir didapat dari akumulasi pencemar

dihulu yang nantinya akumulasi pencemaran terbesar berada di muara sungai.

Seperti pernyataan Dwiyanti, 2009 melalui pergerakan air sungai, aliran air

larian (direct runoff), dan aliran air tanah (ground water flow), nutrien, bahan

pencemar dan sedimen dari daratan akan terakumulasi di muara sungai.

Sumber limbah dari kegiatan di darat, terutama dari kegiatan rumah tangga

dan pertanian yang sebagian besar mengandung bahan organik.

2. TSS

Konsentrasi TSS setelah difilter mengalami penurunan kecuali saat difilter

dengan material kerikil. Padatan yang menepel pada kerikil yang ikut terlarut

oleh air yang melewatinya. Kerikil tidak efektif sebagai media filter sebagai

pengurang konsentrasi TSS. Naik turunnya konsentrasi TSS diilustrasikan

pada grafik dalam Gambar 4.6 dibawah ini.

0

20

40

60

80

100

120

140

TA TAB P K

RA Sidokare

HF Sidokare

RA Sekardangan

HF Sekardangan

Keterangan : RA Kondisi Awal, HF Hasil Filtrasi,

TA Tanah Asli, TAB Tanah Asli Berumput, P Pasir,

K Kerikil

Gambar 4.6 Perbandingan TSS Sub DAS Sidokare dan Sub DAS

Sekardangan

(mg/L

)

Page 86: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

73

Media tanah asli, tanah berumput dan pasir memiliki kemampuan yang

hampir sama dalam mengurangi TSS. Tetapi jika dibandingkan dengan waktu

yang dibutuhkan untuk memfilter air agar TSS nya turun, media pasir jauh

lebih efektif. Waktu yang dibutuhkan air untuk melewati media filtrasi pasir

setinggi 40 cm hanya berkisar 3 menit sedangkan dengan tanah asli ataupun

tanah asli berumput membutuhkan waktu berhari-hari. Media pasir memiliki

efisiensi penyisihan paling tinggi. Saringan pasir lambat ini dikenal di Inggris

sebelum tahun 1830 dan pertamakalinya menjadi instalasi yang sukses dalam

pengolahan untuk air minum (Tawell dan Ali, 1999).

Penurunan TSS dengan tanah asli berumput pada Saluran Suko dari 24 mg/L

menjadi 16 mg/L menurun 8 mg/L atau sebesar 33,3 %. Saluran Sekardangan

TSS dari 72 mg/L menjadi 14 mg/L menurun 58 mg/L atau sebesar 80,5 %.

Merujuk pada Tabel 2.5 tentang pengurangan jumlah polutan dengan rumput

pada drainase swale tanah asli pada Sub DAS Sidokare termasuk jenis tanah

C/D dengan tingkat pengurangan jumlah polutan TSSnya sebesar 35 %. Sub

DAS Sekardangan termasuk jenis tanah A/B yang pengurangan TSSnya

sebesar 60%.

Perbandingan baku mutu dengan hasil filtrasi ini untuk parameter

TSS dapat dilihat pada Tabel 4.15 dan Tabel 4.16.

Tabel 4.15 Perbandingan TSS dengan Baku Mutu (Saluran Suko)

Saluran Suko TSS

(mg/L)

PP 82/2001 Pergub jatim

no.72/2013

50 200

Kondisi Awal 24 Memenuhi Memenuhi

Filtrasi Tanah Asli 14 Memenuhi Memenuhi

Filtrasi Tanah

Berumput 16 Memenuhi Memenuhi

Filtrasi Pasir 20 Memenuhi Memenuhi

Filtrasi Kerikil 90 Tidak memenuhi Memenuhi

Sumber :Hasil Pengamatan

Page 87: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

74

Tabel 4.16 Perbandingan TSS dengan Baku Mutu (Saluran

Sekardangan)

Saluran

Sekardangan

TSS

(mg/L)

PP 82/2001 Pergub jatim

no.72/2013

50 200

Kondisi Awal 72 Tidak memenuhi Memenuhi

Filtrasi Tanah Asli 36 Memenuhi Memenuhi

Filtrasi Tanah

Berumput 14 Memenuhi Memenuhi

Filtrasi Pasir 14 Memenuhi Memenuhi

Filtrasi Kerikil 136 Tidak memenuhi Memenuhi

Sumber :Hasil Pengamatan

Pada dasarnya kondisi awal air di saluran masih memenuhi baku mutu

kualitas air limbah yang akan dibuang ke badan air atau laut menurut Pergub

Jatim No.72/2013. Tetapi jika diterapkan baku mutu untuk air bersih dari PP

82/2001 kondisi awal saluran sekardangan tidak memenuhi standard baku

mutu.

Penurunan kadar TSS terjadi karena absorbsi dari media filtrasi. Molekul

media filtrasi yang lebih kecil dari padatan tersuspensi dapat menahan

pergerakannya ke air tanah. Karenanya pada media filtrasi kerikil yang

ukurannya jauh lebih besar dari padatan tersuspensi TSS tidak berkurang.

Rongga yang diciptakan oleh kerikil lebih besar dari molekul padatan

tersuspensi menyebabkan tidak tertahannya padatan tersuspensi tersebut.

Filtrasi kerikil yang hasilnya tidak mengurangi konsentrasi TSS justru

menambah konsentrasi tidak direkomendasikan menjadi media filtrasi akhir.

3. BOD

Terjadi ketidak konsistenan penurunan dan kenaikan konsentrasi BOD pada

masing – masing media filtrasi dapat dilihat pada Gambar 4.7. Media filtrasi

pasir pada Saluran Suko meningkatkan konsentrasi BOD sebesar 16 mg/L

sedangkan pada Saluran Sekardangan menurunkan sebesar 178 mg/L

konsentrasi BOD. Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang kadar yang

dikandung pasir atau penstrerilan pasir terlebih dahulu agar hasil filtrasi tidak

Page 88: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

75

menjadi bias. Media tanah asli dan tanah asli berumput konsisten

menurunkan konsentrasi BOD yaitu pada Saluran Suko sebesar 4 mg/L dan

pada Saluran Sekardangan sebesar 184 mg/L. Tanah berumput paling efisien

menurunkan konsentrasi BOD.

0

50

100

150

200

250

TA TAB P K

RA Sidokare

HF Sidokare

RA Sekardangan

HF Sekardangan

Keterangan : RA Kondisi Awal, HF Hasil Filtrasi, TA Tanah Asli

TAB Tanah Asli Berumput, P Pasir, K Kerikil

Gambar 4.7 Perbandingan BOD Sub DAS Sidokare dan Sub DAS

Sekardangan

Perbandingan baku mutu dengan hasil filtrasi ini untuk parameter BOD dapat

dilihat pada Tabel 4.17 dan Tabel 4.18.

Tabel 4.17 Perbandingan BOD dengan Baku Mutu (Saluran Suko)

Saluran Suko BOD

(mg/L)

Permenkes 416/1990 Pergub jatim

no.72/2013

5 50

Kondisi Awal 20 Tidak memenuhi Memenuhi

Filtrasi Tanah Asli 16 Tidak memenuhi Memenuhi

Filtrasi Tanah Berumput 10 Tidak memenuhi Memenuhi

Filtrasi Pasir 36 Tidak memenuhi Memenuhi

Filtrasi Kerikil 22 Tidak memenuhi Memenuhi

Sumber : Hasil Pengamatan

(mg/L

)

Page 89: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

76

Tabel 4.18 Perbandingan BOD dengan Baku Mutu (Saluran

Sekardangan)

Saluran Sekardangan BOD

(mg/L)

Permenkes 416/1990 Pergub jatim

no.72/2013

5 50

Kondisi Awal 193 Tidak memenuhi Tidak memenuhi

Filtrasi Tanah Asli 9 Tidak memenuhi Memenuhi

Filtrasi Tanah Berumput 6 Tidak memenuhi Memenuhi

Filtrasi Pasir 15 Tidak memenuhi Memenuhi

Filtrasi Kerikil 207 Tidak memenuhi Tidak memenuhi

Sumber : Hasil Pengamatan

Permenkes 416/1990 tentang baku mutu air untuk pemandian menentukan

nila maksimal BOD yang boleh terkandung adalah 5 mg/L. Kondisi awal

maupun hasil filtrasi dari kedua saluran tidak ada yang memenuhi baku mutu

ini. Untuk baku mutu kualitas air limbah yang akan dibuang ke badan air atau

laut menurut Pergub Jatim No.72/2013 Saluran Suko masih memenuhi baik

hasil filtrasi ataupun kondisi awalnya sedangkan Saluran Sekardangan tidak

memenuhi pada kondisi awal dan hasil filtrasi kerikil.

Penurunan BOD terjadi karena adanya mekanisme aktivitas mikroorganisme

dan tanaman melalui proses oksidasi oleh bakteri aerob maupun kehadiran

bakteri heterotrof. Mekanisme ini menjadikan filtrasi dengan tanah asli

berumput adalah yang paling efisien dalam mengurangi konsentrasi BOD.

4. Detergen

Penurunan kandungan detergen saat setelah difiltrasi cukup signifikan di

hampir semua media filtrasi kecuali pada kerikil di Saluran Suko (Gambar

4.8). Dibutuhkan penelitian lebih lanjut atau pembersihan media kerikil

terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai media filtrasi agar hasil uji tidak

bias.

Kandungan detergen paling banyak diturunkan oleh media filtrasi tanah asli

dan tanah berrumput. Tetapi penurunan yang dihasilkan media pasir juga

Page 90: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

77

sangat signifikan. Menjadi lebih efektif media pasir sebagai filtrasi penurun

kandungan detergen dengan pertimbangan waktu yang dibutuhkan untuk

meresapnya air sampai terfilter. Media pasir direkomendasikan untuk

mengurangi detergen pada air di saluran.

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

TA TAB P K

RA Sidokare

HF Sidokare

RA Sekardangan

HF Sekardangan

Gambar 4.8 Perbandingan Kandungan Detergen Sub DAS Sidokare dan

Sub DAS Sekardangan

Hasil filtrasi dari 4 (empat) media filtrasi ini diharapkan telah memenihi baku

mutu air. Perbandingan baku mutu dengan hasil filtrasi ini untuk parameter

Detergen dapat dilihat pada Tabel 4.19 dan Tabel 4.20.

Tabel 4.19 Perbandingan kandungan detergen dengan Baku Mutu

(Saluran Suko)

Saluran Suko Det

(mg/L)

Permenkes 416/1990

0.5

Kondisi Awal 5.97 Tidak memenuhi

Filtrasi Tanah Asli 0.03 Memenuhi

Filtrasi Tanah Berumput 0.04 Memenuhi

Filtrasi Pasir 1.01 Tidak memenuhi

Filtrasi Kerikil 5.15 Tidak memenuhi

Sumber : Hasil Pengamatan

(mg/L

)

Page 91: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

78

Tabel 4.20 Perbandingan kandungan detergen dengan Baku Mutu

(Saluran Sekardangan)

Saluran Sekardangan Det

(mg/L)

Permenkes 416/1990

0.5

Kondisi Awal 17.28 Tidak memenuhi

Filtrasi Tanah Asli 0.22 Memenuhi

Filtrasi Tanah Berumput 0 Memenuhi

Filtrasi Pasir 0.58 Tidak memenuhi

Filtrasi Kerikil 0.58 Tidak memenuhi

Sumber : Hasil Pengamatan

Detergen yang terkandung pada air di saluran sangatlah tinggi, ini disebabkan

karena konsumsi detergen oleh masyarakat tinggi dan air limbah rumah

tangganya langsung dibuang pada saluran drainase. Media filtrasi yang bisa

mengurangi kandungan detergen sehingga air saluran memenuhi baku mutu

air bersih adalah tanah asli dan tanah berumput.

Tanah asli dan berumput direkomendasikan sebagai filtrasi akhir untuk

mengurangi detergen.

5. E. coli

Kandungan bakteri E. coli pada air saluran sangat tinggi mencapai 16 x 106

sel ecoli/100ml di Salurann Suko dan 28 x 108 sel e.coli/100ml di Saluran

Sekardangan. Hal ini mungkin terjadi karena limbah cair manusia dari rumah

warga langsung masuk ke saluran drainase. Penurunan kandungan E.coli

dapat dilihat pada Gambar 4.9 – 4.10.

Baku mutu kandungan E. coli pada air baku adalah 2.000 sel E.coli/100ml

dari Permenkes 173/1977 tentang baku mutu air baku. Kondisi awal maupun

hasil filtrasi tidak ada yang memenuhi baku mutu. Paling rendah kandungan

E.coli adalah hasil filtrasi media tanah berumput yaitu 14 x 104 sel

E.coli/100ml pada Saluran Sidokare dan 18 x 106 sel E.coli/100ml pada

Saluran Sekardangan.

Page 92: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

79

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

TA TAB P K

RA Sidokare

HF Sidokare

Keterangan : RA Kondisi Awal, HF Hasil Filtrasi, TA Tanah Asli

TAB Tanah Asli Berumput, P Pasir, K Kerikil

Gambar 4.9 Perbandingan Kandungan E. coli di Sub DAS Sidokare

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

TA TAB P K

RA Sekardangan

HF Sekardangan

Keterangan : RA Kondisi Awal, HF Hasil Filtrasi, TA Tanah Asli

TAB Tanah Asli Berumput, P Pasir, K Kerikil

Gambar 4.10 Perbandingan Kandungan E. coli di Sub DAS

Sekardangan

Penurunan kandungan E.Coli ini disebabkan oleh bakteri didalam lapisan

Schmutzdecke yang dapat mengkonsumsi bakteri pathogen seperti E.Coli

(x 1

06 s

el E

.co

li/1

00m

l)

(x 1

04 s

el E

.co

li/1

00m

l)

Page 93: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

80

yang merupakan food-chain. Disamping itu juga terjadi proses adsorpsi, yang

mana bakteri yang bermuatan negatif akan diikat oleh butiran media pasir dan

tanah yang bermuatan positif, sehingga bakteri E.Coli yang terdapat dalam air

saluran dapat tereduksi.

Drainase swale dengan tumbuhan rumput ataupun saluran porus dengan

berbagai macam filtrasi tidak mampu menurunkan kandungan E.Coli agar

sesuai bakumutu. Disarankan seharusnya limbah cair dari rumah tangga

khususnya limbah cair manusia tidak langsung dibuang ke saluran drainase

melainkan di tampung dulu pada sumur resapan.

4. 3. DESAIN SALURAN PORUS DAN SWALE

Desain saluran porus dan swale yang direkomendasikan meliputi 4 desain.

Penempatannya disesuaikan ketersediaan lahan dan lokasi saluran. Ketentuan –

ketentuan tersebut dijelaskan dibawah ini :

1. Porus

Saluran Porus dengan bagiandasar saluran yang diporuskan (tidak ada

perkerasan) dapat diterapkan pada lingkungan perumahan dan

permukiman yang padat penduduk. Media filtrasi yang digunakan adalah

pasir dengan ketinggian 40 cm. Kerikil digunakan sebagai media

penyangga dari pasir agar terhindar dari resiko terbawa air dengan

ketinggian 10 cm diletakan di atas pasir. Perubahan saluran eksisting

menjadi desain saluran porus dapat dilihat pada Gambar 4.11 – 4.12.

Page 94: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

81

Gambar 4.11 Saluran Tersier Eksisting

Gambar 4.12 Desain Saluran Porus

Saluran yang statusnya menjadi aman atau kapasitas salurannya memenuhi

dengan penerapan saluran porus ditampilkan pada peta per Sub DAS. Peta

lokasi saluran yang aman dan tetap tidak aman pada Sub DAS Sidokare

dapat dilihat pada Gambar 4.13 – 4.18 . Peta lokasi saluran aman dan tidak

aman pada Sub DAS Sekardangan terdapat pada Gambar 4.19 – 4.21.

Sub DAS Sidokare dibagi menjadi 5 zona yaitu zona A1, A2, A3, A4 dan

A5. Sub DAS Sekardangan dibagi menjadi 2 zona yaitu B1 dan B2.

Page 95: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

82

2. Swale

Saluran drainase swale dapat diterapkan pada dranase jalan yang sekaligus

berfungsi sebagai RTH pada bahu jalan maupun pulau jalan. Dapat

diterapkan pula pada komplek perindustrian yang air limbahnya telah

disentralisasikan ke IPAL. Detail desain drainase swale dapat dilihat pada

Gambar 4.22 dan 4.23.

Gambar 4.22 Desain drainase swale A

Gambar 4.23 Desain drainase swale B

Swale A dapat diterapkan pada lokasi yang koefisien permeabilitasnya

tinggi sehingga diperkirakan air akan teresap seluruhnya. Swale B

diterapkan pada lokasi yang tidak dimungkinkan air teresap seluruhnya

karena koefisien permeabiltasnya rendah. Genangan atau air di saluran

yang tidak langsung terserap berpotensi terjadinya pertumbuhan bakteri.

Media pasir digunakan untuk membatu penyerapan dimana koefisien

permeabilitas pasir sangat tinggi dan sebagai media filtrasi. Kerikil

digunakan untuk mencegah erosi pasir oleh air hujan selain juga dapat

menjadi media filtrasi seperti pasir.

Page 96: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

Afv

. BA

LON

G

Afv

. PU

CA

NG

Afv

. KE

MA

MB

AN

G

Afv

. WIL

AY

UT

Sal.

Purb

oyo 3

B

Sal

.Kem

asan

I

Sal

.Kem

asan

II

Afv

. BA

LON

G

Afv

. PU

CA

NG

Afv

. KE

MA

MB

AN

G

Afv

. WIL

AY

UT

Sal.

Purb

oyo 3

B

Sal

.Kem

asan

I

Sal

.Kem

asan

II

Afv

. SE

KA

RD

AN

GA

N

Sal.

Pur

boyo

3B

Sal.

Kem

asan

I

Sal.

Kem

asa

n II

Afv

.B

ALO

NG

Afv

. SID

OK

AR

E

Afv

. SE

KA

RD

AN

GA

N

Afv

. KE

MA

MB

AN

G

Afv

. SE

KA

RD

AN

GA

N

Afv

. WIL

AYUT

Sal.

Pur

boyo

3B

Sal.

Kem

asan

I

Sal.

Kem

asa

n II

Sal.

Pur

boyo

3B

Sal.

Kem

asan

I

Sal. W

ILAY

UT

Sal.

Pur

boyo

3B

Sal.

Kem

asan

I

Sal.

Se

kun

der P

urb

oyo

3B

Sal.

Sek

und

er K

emas

an

Sal. Pondok Jati 1

Sal. Taman Anggrek

Sal.

Mag

ersa

ri 2

Sal. Magersari 1

Sal. Alun-alun

Sal. Teuku Umar 2

Sal. Ramayana

Sal. Pondok Jati 3

Sal.

Pon

dok J

ati 2

Sal. Jati 3 (R2)

Sal. Pondok Jati 5

Sal. GOR 1

Sal.

GO

R 2

Sal. Magersari 3

Sal

. Din

as

So

sial

Sal.

/Afv

. Lem

ahp

utro

1

Sal./Afv. Lemahputro (R4)

Sal. Perum Palem Fiesta

Sal. Taman Pinang 1

Sal. Taman Pinang 2

Sal.

Tam

an P

inan

g 3

Sal. Lapangan Tembak

Sal./Afv. Tamandika

Sal. Kahuripan 1

Sal. Ka huripan 2

Sal. Ka huripan 3

Sal. Kahuripan 5

Sal. Kahuripan 4

Sal. Kahuripan 6

Sal. Kahuripan 7

Sal. Kahuripan 8

Sal. Kahuripan 9

Sal. Kahuripan 10

Sal. Kahuripan 11

Sal

. Kah

urip

an 1

2

Sal. Pondok Mutiara 2

Sal. Pondok Mutiara 1

Sal./Afv.

SidokareAsri 6

Sal./Afv.

SidokareAsri 7

Sal./Afv. Sidokare Asri 3 (R4)

Sal

./Afv

. Sid

okar

e As

ri 5Sal./Afv. Sidokare Asri 1

Sal./A

fv. S

idoka

re A

sri 2

Sal

./Afv

. Sid

oka

re In

dah

3

Sal

./Afv

. Sid

okar

e In

dah

(R1) Sal./Afv. Sidokare Indah 4

Sal. Lingkar Barat 2

Sal./Afv. Sidokare 3

Sal./Afv. Sidokare

Asri 3 (R1)

Sal

./Afv

. Sid

okar

e As

ri 3

(R3)

Sal

./Afv

. Sid

okar

e As

ri 4

Sal./Afv. SidokareAsri 3

(R2)

Sal./Afv. Sidokare 1

Sal./Afv.

S id okare 2

Sal

./Afv

. Lem

ahpu

tro (R

1)

Sal./Afv. Lemahputro (R2)

Sal./Afv. Lemahputro (R3)

Sal

./Afv

. Sid

okar

e In

dah

1

Sal./Afv. Sidokare Indah 2

Sal

./Afv

. Sid

okar

e In

dah

(R2)

Sal. Anak/Afv. Sidokare 1

Sal. Sumokali 2

Sal

. Su

mo

kali 1

Sal.

Pon

dok

Mut

iara

4

Sal. Pondok Mutiara 3

Sal.

Su

ko 1

Sal. Banjarbendo

Sal. Sepande

Sal. Ci WalkSal. Ci Walk 2

Sal

. Ci W

alk 1

Sal. Citra Garden 2

Sal. Citra Garden 1

Sal. Entalsewu

Sal. Cemengbangkalan 1

Sal. Sumput 1

Sal. Sumput 2

Sal. Sumput 3

Sal.

Sum

put 4

Sal

./Afv

. Sid

okar

e 7

Sal.

/Afv

. Sek

arda

ngan

(R1)

Sal. L

a ran

gan

Perm

ai 1

Sal. Larangan Permai 2

Sal

. Su

mo

kali 3

Sal.

Ten

ggulu

nan

1

Sal. Tenggulunan 2

Sal./Afv.

Sekardangan (R

2)

Sal.

/Afv

. Sek

ard

anga

n (R

3)

Sal.

/Afv

. Sek

arda

ngan

(R4)

Sal. Larangan 1

Sal.

/Afv

. Sek

arda

ngan

(R5)

Sal

. Kah

uripa

n 13

Sal. Kahu ripan 14

Sal. Ja ti 1

Sal. Jati 2

Sal. Ja

ti 3 (R

1)

Sal.

Pur

boyo

3B

Sal

./Afv

. Sek

ard

ang

an (R

6)

Sal.

Pur

boyo

3B

Sal. Perum Bumi Citra Fajar 3

Sal. Perum.Blukid 3

Sal. Ponpes Sabilur Rosyad

Sal. Perum Prima Regency

Sal. Perum Grand Rose

Sal. Perum Griya Kuncara Eksklusif

Sal.

Sta

dion

Jen

ggolo

Sal.

Ka

rang G

ayam

2

Sal. Perum Green Park Regency 2

Sal. Sumbawa 1

Sal

. Citr

alok

a R

eside

nce

Sal. Graha Bumi Pertiwi

Sal. Perum Sekardangan Indah

Sal

.Tal

un

Sal.

Ka

hurip

an

Sal. Perum Kemiri Indah

Sal. Perum Pondok BuanaS

al. B

luru

Kid

ul

Sal. Rumah Pompa Rangkah

Sal. Perum.Bumi Citra Fajar 4

Sal.

Rus

una

wa P

ucan

g

Sal. Perum.Blukid 2

Sal. Bumi Intan

Sal. K

aran

g Gay

am 1

Sal.

Ka

rang

Gay

am 3

Sal.

Gan

g Da

leman

Sal

.Cel

ep

Sal

. Ke

poda

ng

Sal. Perum Green Park Regency 1

Sal. Perum Green Park Regency 3

Sal. Perum Dadungan Asri Barat

Sal.Jalan Masjid Sal.Perum Sentra Alam

Sal

.Ter

atai

Sal. P

e rum

Bum

i Citr

a Fa

jar 1

Sal

. Pe

rum

.Bu

mi C

itra

Faj

ar 2

Sal

.KE

DU

NG

OLI

NG

Sal. Larangan 3

Sal.

Lar

anga

n 2

Sal. Larangan 4

Sal.

/Afv

. Sek

arda

ngan

(R1)

Sal.

/Afv

. Sek

ard

anga

n (R

6)

Sal

./Afv

. Kem

amba

ng (R

1)

Sal./Afv. Kemambang (R2)

Sal./Afv. Kemambang (R3)

Sal./Afv.

Kemambang (R4)

Sal./Afv. Kemambang (R5)

Sal

./Afv

. Kem

amba

ng (R

6)

Sal./Afv. Kemambang (R7)

Sal. S

umpu

t 5

Sal

./Afv

. Kem

amba

ng (R

8)

Sal./Afv. Kemambang (R9)

Sal./Afv. Kemambang (R10)

Sal.

/Afv

. Kem

amba

ng (R

11)

Sal. Sidokepung 1

Sal. C

itra G

arden 3

Sal. Sidokepung 2

Sal. Sidokepung 3

Sal.

/Afv

. Kem

amba

ng (R

12)

Sal

./Afv

. Kem

amba

ng (R

13)

Sal.

/Afv

. Kem

amba

ng (R

16)

Sal./Afv.

Kemambang (R

14)

Sal./A

fv. K

emam

bang

(R15

)

Sal. Pagerwojo 1

Sal. Pagerwojo 2

Sal

. Tiar

a 1

Sal. Tiara 2

Sal. Tiara 3

Sal

. Teu

ku U

mar

1

Sal./A

fv. K

emam

bang (

R1)

Sal

./Afv

. Kem

amba

ng (R

2)S

al./A

fv. K

emam

bang

(R3)

S al./Afv. Sekard angan (R2)

Sal./Afv. Sekardangan (R3)

Sal./Afv. Sekardangan (R4)

Sal.

Cem

eng

bang

kala

n 2

Sal./Afv. Kemambang (R4)

Sal

./Afv

. Kem

amba

ng (R

5)

Sal./A

fv. K

emamba

ng (R

6)

Sal./A

fv. K

emam

bang

(R7)

Sal

./Afv

. Kem

amba

ng (R

8)

Sal

./Afv

. Kem

amba

ng (R

9)

Sal

./Afv

. Puc

ang

(R1)

Sal

./Afv

. Puc

ang

(R2)

Sal

./Afv

. Puc

ang

(R3)

Sal

./Afv

. Puc

ang

(R4)

Sal

./Afv

. Puc

ang

(R5)

Sal

./Afv

. Puc

ang

(R6)

Sal

./Afv

. Puc

ang

(R7)

Sal

./Afv

. Puc

ang

(R8)

Sal

./Afv

. Puc

ang

(R9)

Sal

./Afv

. Puc

ang

(R10

)

Sal

./Afv

. Puc

ang

(R11

)Sal.

/Afv

. Puc

ang

(R12

) Sal

./Afv

. Puc

ang

(R13

)S

al./A

fv. P

ucan

g (R

14)

Sal.

/Afv

. Puc

ang

(R15

)

Sal./Afv. Pucang (R16) Sal./Afv. Pucang (R17) Sal./Afv. Pucang (R18)

Sal

./Afv

. Puc

ang

(R19

)

Sal. Lingkar Barat 1

Sal

. Dep

an S

D P

ager

wojo Sal

./Afv

. Puc

ang

(R20

)

Sal.

/Afv

. Puc

ang

(R21

)

Sal.

/Afv

. Puc

ang

(R22

)

Sal

./Afv

. Sek

arda

ngan

(R7)

Sal.

/Afv

. Sek

arda

ngan

(R8)Sal. Sumbawa 2 S

al./A

fv. S

ekar

dang

an (R

9)S

al./A

fv. S

ekar

dang

an (R

10)

Sal

./Afv

. Sek

ard

anga

n (R

11)

Sal./Afv.

Sekardangan (R12)Sal./Afv. Sekardangan (R13)

Sal./Afv. Sekardangan (R14)

Sal. Puri 1

Sal

. Pu

ri 2

Sal. Puri 3

Sal

. Pu

ri 4

S al./Afv. S idokare (R1) S al./Afv. S idokare (R2)

Sal./Afv.

Sidokare (R3)

Sal

./Afv

. Sid

okar

e (R

4)S

al./A

fv. S

idok

are

(R5)

Sal

./Afv

. Sid

okar

e (R

6)

Sal./

Afv.

Sid

okar

e (R

7)

Sal

./Afv

. Sid

okar

e (R

8)

Sal

./Afv

. Sid

okar

e (R

9)S

al./A

fv. S

idok

are

(R10

)S

al./A

fv. S

idok

are

(R11

)

Sal

./Afv

. Sid

okar

e (R

12)

Sal

./Afv

. Sid

okar

e (R

13)

Sal./A

fv. S

idokar

e (R14

)

Sal.

/Afv

. Sid

okar

e (R

15)

Sal

./Afv

. Sid

okar

e (R

16)

Sal./Afv. Sidokare (R17)

Sal./A

fv. S

idokare

(R18)

Sal./A

fv. S

idokare

(R19

)

Sal

./Afv

. Sid

okar

e (R

20)

Sal. Balong (R1)Sal. Balong (R2)

Sal. B

along

(R3)S

al. B

alon

g (R

4)

Sal

. Ba

long

(R5)

Sal./A

fv. S

idoka

re (R

21)

Sal

./Afv

. Sid

okar

e (R2

2)Sal.

/Afv.

Sido

kare

(R23

)

Sal

./Afv

. Sid

okar

e (R

24)

Sal./Afv. Sidokare (R25)

Sal./Afv.

S idokare

(R26

)

Sal

./Afv

. Sid

okar

e (R

27)

Sal./A

fv. S

idokar

e (R28

)

Sal

. Kar

ang

Gay

am 4

(R2)

Sal

. Kar

ang

Gay

am 4

(R1)

Sal. Perum.Bumi Citra Fajar 5

Sal

. Griy

a P

erm

ata

Hija

u 1

Sal. Griya Permata Hijau 2

Sal

. Bila

gio

Vist

a

Sal

. Clu

ste

r Bila

gio

Sal.

Ge

bang

Ray

a 3

Sal

.Flo

renc

ia R

egen

cy

Sal.Blukid 1

Sal.Blukid 2

Sal.Blukid 3

Sal

.Geb

ang

Raya

4

Sal.

Geba

ng R

aya

2

Sal

. Blig

o 1

Sal

. Blig

o 2

Sal.Gebang Raya 1

Sal

.Per

um G

reen

Par

k R

ege

ncy

4

Sal.Rumah Pompa Rangkah 1

Sal.

Rum

ah P

ompa

Ran

gkah

2

Sal

.Rum

ah P

ompa

Ran

gkah

3

Sal

.Rum

ah P

ompa

Ran

gkah

4

Sal

.Mut

iara

Citr

a G

arde

n 1

Sal.Mutiara Citra Garden 2

Sal

.Per

um B

umi C

itra

Faja

r 6

Sal

.Per

um B

umi C

itra

Faja

r 5Sal.Perum Bumi Citra Fajar 7

Sal

.Per

um B

umi C

itra

Faja

r 8

Sal.P

erum

Bum

i

Citra F

ajar 9

Sal

.Per

um B

umi C

itra

Fajar

11

Sal

.Per

um B

umi C

itra

Faja

r 10

Sal.

Teng

gulu

nan

3

Sal.

Teng

gulu

nan

4

Sal.

Teng

gulu

nan

6

Sal

.Ten

ggul

unan

5

Sal. Sarirogo 3

Sal. Sarirogo 4

Sal

. Tia

ra 4

Sal

. Tiar

a 5

Sal. Tiara 6

Sal. Sumput 6

Sal

. Sum

put 7

Sal

. Sum

put 8

Sal.

Sum

put 9

Sal

. Ta

man

Dika

1

Sal. Taman Dika 2Sal. Taman Dika 3

Sal

. Tam

an D

ika 4

Sal.

Jeng

golo

1

Sal.

Jeng

golo

2

Sal.

Jeng

gol

o 3

Sal.

Pon

dok J

ati 4

Sal. Jati 4

Sal

. Ja t

i 6

Sal

. Ja

ti 7Sal.

Jati 8

Sal. Kahuripan 15

Sal. Kahuripan 16

Sal. Kahuripan 17

Sal. Kahuripan 18

Sal. Perum Blukid 4Sal. Perum Blukid 5

Sal. S

epan

de 4

Sal.

Sep

ande

1

Sal

. Sep

ande

5

Sal

. Se

pand

e 3

Sal.

Jam

ban

gan

2

Sal. Jambangan 1

Sal.

Jam

ban

gan

3

Sal. Jambangan 4

Sal. Sumokali 3

Sal. Sumokali 4

Sal

. Sum

okal

i 5

Sal

. Sum

okal

i 6

Sal

. Su

mok

ali 7

Sal

. Sum

okal

i 8

Sal. Sepande 6

Sal. S

epand

e 7

Sal. Sepande 8

Sal.

Sep

ande

9Sal. Sepande 10

Sal. Sepande 11

Sal.

Sep

ande

12

Sal.

Sum

okali

9

Sal.

Sep

ande

16

Sal.

Sep

ande

17

Sal.

Sep

ande

13

Sal.

Sep

ande

18

Sal

. Sep

ande

14

Sal. S

epan

de 1

5

Sal.

Sum

okali

10

Sal

. Sid

oka

re 4

Sal

. Pu

ri 5

Sal

. Pu

ri 6

Sal

. Pu

ri 7

Sal. Pondok Mutiara 5

Sal. Magersari 4

Sal.

Pah

lawa

n

Sal

. Din

as S

osia

l 1

Sal. DinasSosia l 2

Sal. Ahmad YaniSal. Kompol Duriyat II

Sal. Kompol Duriyat III

Sal

. Sid

omuk

ti I

Sal

. Sid

omuk

ti IA

Sal.

Unt

ung

Sur

opat

i

Sal. Munginsidi 1

Sal. Munginsidi 2

Sal

.Per

umB

umi C

itra

Faja

r 12

Sal. Taman Pinang 4

Sal. Taman Pinang 5

Sal. Taman Pinang 6

Sal. Taman Pinang 7

Sal. Bligo 3

Sal

.Geb

ang

Ray

a 5

Sal.

Peru

m G

reen

Par

k Reg

enc

y 6

Sal.

Peru

m G

reen

Par

k Reg

enc

y 8

Sal

.Per

um G

reen

Par

k R

ege

ncy

7

Sal.Perum Green Park Regency 5

Sal

. Per

um

Blu

kid 6

Sal.

Teng

gulu

nan

7

R2 R

3

R1

R2

R1

R4

R3

R2

R1

R2

R1

R4

R7

R6

R5

R3

R2

R1

R5

R4 R

3

R2

R1R

3

R2

R1

R4

R3

R2 R

1

R2

R1

RR

2R

1

R2

R1

R3

R2

R1

R6R

5

R4

R3R

2

R1

R2

R3

R12

R11

R10

R9

R8

R7

R6

R5

R4

R3

R2

R1

R13

R12

R11

R10

R9

R8

R7

R6

R5

R4

R3

R2

R1

R1

R2

R1

R1

R1

R2

Sal

. Sep

ande

2

Sal./Afv. Sekardangan (R5)

R1R2

R3

R4

R1

R2

R3

R2

R3

Sal. Perum.Blukid 1

R1

R2

R3

R4

R5

R6

R7

R8

Sal./Afv. Sidokare Indah (R3)

R6

R7 R

8 R9

R10

R2

R4

R5

R6

R7

A1

A2

A3

A5

A4

Page 97: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

Sal. Pondok Mutiara 2

Sal. Pondok Mutiara 1 Sal. Anak/Afv. Sidokare 1

Sal

. Pon

dok

Mut

iara

4

Sal. Pondok Mutiara 3

Sal

. Suk

o 1

Sal. Puri 1

Sal.

Puri

2

Sal. Puri 3

Sal.

Puri

4

Sal./Afv. Sidokare (R1) Sal./Afv. Sidokare (R2)

Sal./Afv.

Sidokare (R3)

Sal./

Afv.

Sid

okar

e (R

4)S

al./A

fv. S

idok

are

(R5)

Sal./

Afv.

Sid

okar

e (R

6)

Sal.

Sepa

nde

1

Sal

. Jam

bang

an 2

Sal. Jambangan 1

Sal. Sepande 6

Sal. S

epan

de 7

Sal

. Sep

ande

9Sal. Sepande 10

Sal. Sepande 11

Sal.

Sepa

nde

12

Sal.

Sepa

nde

16

Sal.

Sepa

nde

17

Sal.

Sepa

nde

13

Sal

. Sep

ande

18

Sal.

Sepa

nde

14Sa

l. Se

pand

e 15

Sal.

Puri

5

Sal.

Puri

6

Sal.

Puri

7

Sal. Pondok Mutiara 5

R12

R11

R10

R9

R8

R7

R6

R5

R4

R3

R2

R1R2

R3

R4

R1

R2

1

Page 98: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

Sal

. Sek

unde

r Pur

boyo

3B

Sal

. Sek

unde

r Kem

asan

Sal. Pondok Jati 1

Sal. Taman Anggrek

Sal.

Mag

ersa

ri 2

Sal. Magersari 1

Sal. Pondok Jati 3

Sal

. Pon

dok

Jati

2

Sal. Jati 3 (R2)

Sal. Pondok Jati 5

Sal. GOR 1

Sal. Lapangan Tembak

Sal./Afv. Tamandika

Sal. Lingkar Barat 2

Sal. Citra Garden 1

Sal. Entalsewu

Sal. Jati 3

(R1)Sal./Afv. Kemambang (R10)

Sal./

Afv

. Kem

amba

ng (R

11)

Sal. Sidokepung 2

Sal. Sidokepung 3

Sal

./Afv

. Kem

amba

ng (R

12)

Sal

./Afv

. Kem

amba

ng (R

13)

Sal./

Afv

. Kem

amba

ng (R

16)

Sal./Afv. K

emambang (R14)

Sal./

Afv.

Kem

amba

ng (R

15)

Sal. Pagerwojo 1

Sal. Pagerwojo 2

Sal.

Tiar

a 1

Sal. Tiara 2

Sal. Tiara 3

Sal

./Afv

. Puc

ang

(R14

)

Sal

./Afv

. Puc

ang

(R15

)

Sal./Afv. Pucang (R16) Sal./Afv. Pucang (R17) Sal./Afv. Pucang (R18)

Sal

./Afv

. Puc

ang

(R19

)

Sal

. Dep

an S

D P

ager

woj

o

Sal./

Afv.

Puc

ang

(R20

)

Sal./

Afv.

Puc

ang

Sal

. Tia

ra 4

Sal.

Tiar

a 5

Sal. Tiara 6

Sal.

Tam

an D

ika

1

Sal. Taman Dika 2 Sal. Taman Dika 3

Sal.

Tam

an D

ika

4

Sal

. Pon

dok

Jati

4

Sal. Jati 4

Sal

. Jat

i 6

Sal

. Jat

i 7

Sal.

Jati

8

R3

R2

R1

R13

R12

R11

R10

R9

R8

2

Page 99: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

Afv

. BA

LON

GA

fv. B

ALO

NG

Afv

.B

ALO

NG

Sal. Alun-alun

Sal. Teuku Umar 2

Sal. Ramayana

Sal

. GO

R 2

Sal. Magersari 3

Sal

. Din

as S

osia

l

Sal

./Afv

. Lem

ahpu

tro 1

Sal./Afv. Lemahputro (R4)

Sal. Perum Palem Fiesta

Sal. Taman Pinang 1

Sal. Taman Pinang 2S

al. T

aman

Pin

ang

3

Sal./Afv.

Sidokare

Asri 6

Sal./Afv.

Sidokare

Asri 7

Sal./Afv. Sidokare Asri 3 (R4)

Sal

./Afv

. Sid

okar

e As

ri 5

Sal./Afv. Sidokare Asri 1

Sal./A

fv. S

idoka

re As

ri 2

Sal

./Afv

. Sid

okar

e In

dah

3

Sal

./Afv

. Sid

okar

e In

dah

(R1) Sal./Afv. Sidokare Indah 4

Sal./Afv. Sidokare 3

Sal./Afv. SidokareAsri 3 (R1)

Sal

./Afv

. Sid

okar

e As

ri 3

(R3)

Sal

./Afv

. Sid

okar

e As

ri 4

Sal./Afv. SidokareAsri 3 (R2)

Sal./Afv. Sidokare 1

Sal./Afv.

Sidokare

2

Sal

./Afv

. Lem

ahpu

tro (R

1)

Sal./Afv. Lemahputro (R2)

Sal./Afv. Lemahputro (R3)S

al./A

fv. S

idok

are

Inda

h 1

Sal./Afv. Sidokare Indah 2S

al./A

fv. S

idok

are

Inda

h (R

2)

Sal

. Pon

dok

Mut

iara

4 Sal. Banjarbendo

Sal. Sepande

Sal. Ci WalkSal. Ci Walk 2

Sal

. Ci W

alk

1

Sal.G

ang

Dalem

an

Sal

. Teu

ku U

mar

1

Sal. Lingkar Barat 1

Sal./

Afv.

Sid

okar

e (R

7)S

al./A

fv. S

idok

are

(R8)

Sal

./Afv

. Sid

okar

e (R

9)Sa

l./Af

v. S

idok

are

(R10

)S

al./A

fv. S

idok

are

(R11

)

Sal

./Afv

. Sid

okar

e (R

12)

Sal

./Afv

. Sid

okar

e (R

13)

Sal./A

fv. S

idoka

re (R

14)

Sal./

Afv.

Sid

okar

e (R

15)

Sal./

Afv.

Sid

okar

e (R

16)

Sal./Afv. Sidokare (R17)

Sal. Balong (R1)Sal. Balong (R2)

Sal.

Balon

g (R3

)Sal

. Bal

ong

(R4)

Sal

. Bal

ong

(R5)

Sal.

Sepa

nde 4

Sal

. Sep

ande

5

Sal

. Sep

ande

3

Sal

. Sid

okar

e 4

Sal. Magersari 4

Sal

. Pah

law

an

Sal

. Din

as S

osia

l 1

Sal. DinasSosial 2

Sal. Taman Pinang 4

Sal. Taman Pinang 5

Sal. Taman Pinang 6

Sal. Taman Pinang 7R

2 R3

R1

R4

R3

R2

R1

Sal

. Sep

ande

2

R1

R2

R3

R4

R5

R6

R7

R8

Sal./Afv. Sidokare Indah (R3)

Page 100: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

Afv

. PU

CAN

GA

fv. P

UC

ANG

Afv

. SE

KA

RD

AN

GA

N

Afv

. SID

OK

AR

E

Afv

. SE

KA

RD

AN

GA

N

Sal

./Afv

. Sek

arda

ngan

(R6)

Sal. Perum Bumi Citra Fajar 3

Sal. Perum.Blukid 3

Sal. Ponpes Sabilur Rosyad

Sal.

Kara

ng G

ayam

2Sal. Sumbawa 1

Sal

. Citr

Sal. Perum Sekardangan Indah

Sal

. Blu

ru K

idul

Sal. Rumah Pompa Rangkah

Sal. Perum.Bumi Citra Fajar 4

Sal. Perum.Blukid 2

Sal. Bumi Intan

Sal. K

aran

g Gay

am 1

Sal.

Kara

ng G

ayam

3

Sal.G

ang

Dalem

an

Sal

.Cel

ep

Sal. Perum Green Park Regency 3

Sal.

Peru

mBu

mi C

itra

Fajar

1

Sal

. Per

um.B

umi C

itra

Faja

r 2

Sal./

Afv.

Sek

arda

ngan

(R7)

Sal./

Afv.

Sek

arda

ngan

(R8)

Sal. Sumbawa 2 Sal./

Afv.

Sek

arda

ngan

(R9)

Sal

./Afv

. Sek

arda

ngan

(R10

)

Sal./Afv. Sekardangan (R13)

Sal./Afv. Sekardangan (R14)

Sal./A

fv. S

idoka

re (R

18)

Sal./A

fv. S

idoka

re (R

19)

Sal

./Afv

. Sid

okar

e (R

20)Sa

l./Afv

. Sido

kare

(R21

)Sal./

Afv.

Sid

okar

e (R

22)

Sal./A

fv. S

idoka

re (R

23)

Sal

./Afv

. Sid

okar

e (R

24)

Sal./Afv. Sidokare (R

25)

Sal./Afv.

Sidokare

(R26

)

Sal

./Afv

. Sid

okar

e (R

27)

Sal./A

fv. S

idoka

re (R

28)

Sal.

Kara

ng G

ayam

4 (R

2)

Sal.

Kara

ng G

ayam

4 (R

1)Sal. Perum.Bumi Citra Fajar 5

Sal.Blukid 1

Sal.Blukid 2

Sal.Rumah Pompa Rangkah 1Sa

l.Rum

ah P

ompa

Ran

gkah

2

Sal

.Rum

ah P

ompa

Ran

gkah

3

Sal

.Rum

ah P

ompa

Ran

gkah

4

Sal

.Per

um B

umi C

itra

Faja

r 6

Sal

.Per

um B

umi C

itra

Faja

r 5Sal.Perum Bumi Citra Fajar 7

Sal

.Per

um B

umi C

itra

Faja

r 8

Sal.P

erum

Bum

i

Citra

Fajar

9S

al.P

erum

Bum

i Citr

a Fa

jar 1

1S

al.P

erum

Bum

i Citr

a Fa

jar 1

0

Sal. Perum Blukid 4Sal. Perum Blukid 5

Sal. Ahmad YaniSal. Kompol Duriyat II

Sal. Kompol Duriyat III

Sal

. Sid

omuk

ti I

Sal.

Sido

muk

ti IA

Sal.

Unt

ung

Suro

pati

Sal. Munginsidi 1Sal. Munginsidi 2

Sal.P

erum

Bum

i Citr

a Fa

jar 1

2

Sal

.Per

um G

reen

Par

k R

egen

cy 6

Sal

.Per

um G

reen

Par

k R

egen

cy 8

Sal

. Per

um B

luki

d 6

R3

R2

R1

R4

R3

R2 R

1

R2

R1

R1

R2

R3

R1

R1

Sal./Afv. Sekardangan (R5)

R2

R3

Sal. Perum.Blukid 1

R6

R7 R

8 R9

R10

R2

Page 101: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

Sal. Sumokali 2

Sal

. Sum

okal

i 1S

al. J

amba

ngan

3

Sal. Jambangan 4

Sal. Sumokali 3

Sal. Sumokali 4

Sal

. Sum

okal

i 5

Sal

. Sum

okal

i 6

Sal

. Sum

okal

i 7

Sal

. Sum

okal

i 8

Sal. Sepande 8

Sal.

Sum

okali

9

Sal.

Sum

okal

i 10

R2

R1

R1

R2

R3

R4

R5

R6

R7

Page 102: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

Afv

. BA

LONG

Afv

. PU

CANG

Afv

. BA

LONG

Afv

. PU

CANG

Afv

. SE

KA

RD

AN

GA

N

Afv

.B

ALO

NG

Afv

. SID

OK

AR

E

Afv

. SE

KA

RD

AN

GA

N

Afv

. SE

KA

RD

AN

GA

N

Sal.

Mag

ersa

ri 2

Sal. Magersari 1

Sal. Alun-alun

Sal. Teuku Umar 2

Sal. Ramayana

Sal. GOR 1

Sal

. GO

R 2

Sal. Magersari 3

Sal

. Din

as S

osial

Sal

./Afv

. Lem

ahpu

tro 1

Sal./Afv. Lemahputro (R4)

Sal. Perum Palem Fiesta

Sal. Taman Pinang 1

Sal. Taman Pinang 2

Sal

. Tam

an P

inang

3

Sal. Pondok Mutiara 1

Sal./Afv. S

idokareAsri 6

Sal./Afv. S

idokare

Asri 7

Sal./Afv. Sidokare Asri 3 (R4)

Sal

./Afv

. Sid

okar

e A

sri 5

Sal./Afv. Sidokare Asri 1

Sal./A

fv. S

idoka

re A

sri 2

Sal

./Afv

. Sid

okar

e In

dah

3

Sal

./Afv

. Sid

okar

e In

dah

(R1)

Sal./Afv. Sidokare Indah (R3)

Sal./Afv. Sidokare Indah 4

Sal./Afv. Sidokare 3

Sal./Afv. Sidokare

Asri 3 (R1)

Sal

./Afv

. Sid

okar

e As

ri 3

(R3)

Sal./

Afv.

Sid

okar

e As

ri 4

Sal./Afv. Sidokare

Asri 3 (R2)

Sal./Afv. Sidokare 1

Sal./Afv.

Sidokare

2

Sal

./Afv

. Le

mah

putro

(R1)

Sal./Afv. Lemahputro (R2)

Sal./Afv. Lemahputro (R3)

Sal

./Afv

. Sid

okar

e In

dah

1

Sal./Afv. Sidokare Indah 2

Sal

./Afv

. Sid

okar

e In

dah

(R2)

Sal. Anak/Afv. Sidokare 1

Sal

. Pon

dok

Mut

iara4

Sal. Pondok Mutiara 3

Sal. Banjarbendo

Sal. Sepande

Sal. Ci Walk 2

Sal

. Ci W

alk

1

Sal

./Afv

. Sid

okar

e 7

Sal

. /Afv

. Sek

ardan

gan

(R1)

Sal.

Lara

ngan

Per

mai

1

Sal. Larangan Permai 2

Sal

. Sum

okal

i 3

Sal

. Te

nggu

luna

n 1

Sal. Tenggulunan 3

Sal

./Afv

. Sek

arda

ngan

(R2)

Sal./A

fv . Sekar

dangan

(R3)

Sal

./A

fv.

Sek

arda

ngan

(R4)

Sal. Larangan 1

Sal

./A

fv. S

ekar

dang

an (R

5)

Sal

./A

fv. S

ekar

dang

an (R

6)

Sal. Perum Bumi Citra Fajar 3

Sal. Perum.Blukid 3

Sal. Perum.Blukid 1

Sal. Ponpes Sabilur Rosyad

Sal

. Kar

ang

Gay

am 2

Sal. Perum Green Park Regency 2

Sal. Sumbawa 1

Sal

. C

itral

oka

Resi

denc

e

Sal. Graha Bumi Pertiwi

Sal

. P

erum

Bila

gio

Sal. Perum Sekardangan Indah

Sal

.Tal

un

Sal

. Kah

urip

an

Sal. Perum PesonaPermata Gading 1

m Pondok Buana

Sal. Perum Pesona Permata Gading 2

Sal. Perum Pesona Permata

Sal. Perum Pesona Permata Gad

Sal

. Blu

ru K

idul

Sal. Rumah Pompa Rangkah

Sal. Perum.Bumi Citra Fajar 4

Sal. Perum.Blukid 2

Sal. Bumi Intan

Sal. K

arang

Gay

am 1

Sal. K

aran

g Gay

am 3

Sal

.Gan

g Da

leman

Sal

.Cel

ep

Sal

. Kep

odan

g

Sal. Perum Green Park Regency 1

Sal. Perum Green Park Regency 3

Sal. Perum Dadungan Asri Barat

Sal.Perum Sentra Alam

Sal

.Ter

atai

Sal

. P

erum

.Bum

i Citr

a Fa

jar 2

Sal

.KE

DU

NG

OLI

NG

Sal. Larangan 3

Sal

. Lar

anga

n 2

Sal. Larangan 4

Sal

./Afv

. Sek

arda

ngan

(R1)

Sal

./Afv

. Sek

arda

ngan

(R6)

Sal

. T

euku

Um

ar 1

Sal./A fv . Sekardangan (R2)

Sal./Afv. Sekardangan (R3)

Sal./Afv. Sekardangan (R4)

Sal./Afv. Sekardangan (R5)

Sal./Afv. Kemamba

Sal. Lingkar Barat 1

Sal

./Afv

. Puc

ang

(R22

)

Sal

./Afv

. Puc

ang

(R23

)S

al./A

fv. P

ucan

g (R

24)

Sal

. /Afv

. Sek

arda

ngan

(R7)

Sal

. /Afv

. Sek

arda

ngan

(R8)

Sal. Sumbawa 2

Sal

./Afv

. Sek

arda

ngan

(R9)

Sal

./Afv

. Sek

arda

ngan

(R10

)

Sal

./Afv

. Sek

arda

ngan

(R11

)

Sal./Afv. S

ekardangan (R

12)Sal./Afv. Sekardangan (R13)

Sal./Afv. Sekardangan (R14)

Sal.

/Afv

. Sido

kare

(R5)

Sal

./Afv

. Sid

okar

e (R

6)

Sal./

Afv.

Sid

okar

e (R

7)

Sal

./Afv

. Sid

okar

e (R

8)

Sal

./Afv

. Sid

okar

e (R

9)S

al./A

fv. S

idok

are

(R10

)S

al./A

fv. S

idoka

re (R

11)

Sal

./Afv

. Sid

okar

e (R

12)

Sal

./Afv

. Sid

okar

e (R

13)

Sal./A

fv. S

idoka

re (R

14)

Sal

./Afv

. Sid

okar

e (R

15)

Sal

./Afv

. Sid

okar

e (R

16)

Sal./Afv. Sidokare (R17)

Sal./A

fv. S

idoka

re (R

18)

Sal./A

fv. S

idoka

re (R

19)

Sal. Balong (R1)Sal. Balong (R2)

Sal.

Balo

ng (R

3)

Sal

. Bal

ong

(R4)

Sal

. Ba

long

(R5)

Sal./

Afv.

Sidoka

re (R

21)S

al./A

fv. S

idok

are

(R22

)Sal.

/Afv

. Sido

kare

(R23

)S

al./A

fv. S

idok

are

(R24

)

Sal./Afv. S

idokare (R25)

Sal./Afv.

Sidokare

(R26

)

Sal

./Afv

. Sid

okar

e (R

27)

Sal./A

fv. S

idoka

re (R

28)

Sal.

Karan

g G

ayam

4 (R

2)

Sal

. Kar

ang

Gay

am 4

(R1)

Sal. Perum.Bumi Citra Fajar 5

Sal

. Griy

a P

erm

ata

Hija

u 1

Sal. Griya Permata Hijau 2

Sal

. Bila

gio

Vis

ta

Sal

. C

lust

er B

ilagio

Sal

. G

eban

g R

aya

3

Sal

.Flo

renc

ia R

egen

cy

Sal.G

raha

Belv

ara

Sal.Blukid 1

Sal.Blukid 2

Sal.Blukid 3

Sal.Blukid 4

Sal

. Geb

ang

Raya

4

Sal

.Geb

ang

Ray

a 2

Sal

. Blig

o 1

Sal.Gebang Raya 1

Sal

.Per

um G

reen

Par

k Re

genc

y 4

Sal.Rumah Pompa Rangkah 1

Sal

.Rum

ah P

ompa

Ran

gkah

2

Sal

.Rum

ah P

ompa

Ran

gkah

3

Sal

.Rum

ah P

ompa

Ran

gkah

4

Sal

. M

utia

ra C

itra

Gar

den

1

Sal.Mutiara Citra Garden 2

Sal

.Per

um B

umi C

itra

Faja

r 6

Sal

.Per

um B

umi C

itra

Faja

r 5Sal.Perum Bumi Citra Fajar 7

Sal

.Per

um B

umi C

itra

Faja

r 8

Sal.P

erum

Bum

i

Citra

Fajar 9

Sal

.Per

um B

umi C

itra

Faja

r 11

Sal

.Per

um B

umi C

itra

Faja

r 10

Sal

.Ten

ggul

unan

2

Sal

.Ten

ggul

unan

6

Sal

.Ten

ggulu

nan

5

Sal. Perum Blukid 4Sal. Perum Blukid 5

Sal.

Sepan

de 4

Sal.

Sep

ande

1Sal

. Sep

ande

2S

al.

Sepa

nde

5

Sal

. S

epan

de 3

Sal.

Sum

okal

i 9

Sal

. Sep

ande

16

Sal.

Sep

ande

17

Sal

. Sep

ande

18

Sal.

Sepa

nde

15

Sal

. Sum

okali

10

Sal

. Sid

okar

e 4

Sal. Magersari 4

Sal

. Pah

law

an

Sal

. Din

as S

osia

l 1

Sal. DinasSosial 2

Sal. Ahmad Yani

Sal. Kompol Duriyat II

Sal. Kompol Duriyat III

Sal

. Sid

omuk

ti I

Sal

. Sid

omuk

ti IA

Sal

. Unt

ung S

urop

ati

Sal. Munginsidi 1Sal. Munginsidi 2

Sal

.Per

umB

umi C

itra

Fajar

12

Sal. Taman Pinang 4

Sal. Taman Pinang 5

Sal. Taman Pinang 6

Sal. Taman Pinang 7

Sal

.Geb

ang

Ray

a 5

Sal

.Per

um G

reen

Par

k R

egen

cy 6

Sal

.Per

um G

reen

Par

k R

egen

cy 8

Sal

.Per

um G

reen

Par

k Re

genc

y 7

Sal.Perum Green Park Regency 5

Sal

. Per

um B

luki

d 6

Sal.T

engg

uluna

n 7

P P

R2 R

3

R1

R4

R3

R2

R1

R2

R1

R4

R7

R6

R5

R3

R2

R1

R5

R4 R

3

R2

R1

R3

R2

R1

R4

R3

R2 R

1

R2

R1

R5

R4

R3

R2

R1

R1

R2

R3

R12

R11 R5

R1

Sal

.Ten

ggulu

nan

4

Sal

. Blig

o 2Sal. Bligo 3

Sal

./Afv

. S

ekar

dang

an (R

7)

(R8)

(R9)

Sal

./Afv

. Sek

arda

ngan

(R10

)

12

Page 103: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

Afv

.

Afv

. SE

KA

RD

AN

GA

N

Sal./

Afv.

Lem

ahpu

tro 1

Sal./Afv. Lemahputro (R4)Sal. Perum Palem Fiesta

Sal. Taman Pinang 1

Sal. Taman Pinang 2

Sal

. Tam

an P

inan

g 3

Sal. Pondok Mutiara 1

Sal./Afv.

SidokareAsri

6

Sal./Afv.

SidokareAsri

7

Sal./Afv. Sidokare Asri 3 (R4)

Sal

./Afv

. Sid

okar

e A

sri 5

Sal./Afv. Sidokare Asri 1

Sal./A

fv. S

idoka

re A

sri 2

Sal

./Afv

. Sid

okar

e In

dah

3

Sal

./Afv

. Sid

okar

e In

dah

(R1)

Sal./Afv. Sidokare Indah (R3)

Sal./Afv. Sidokare Indah 4

Sal./Afv. Sidokare 3

Sal./Afv. SidokareAsri 3 (R1)

Sal

./Afv

. Sid

okar

e As

ri 3

(R3)

Sal./

Afv.

Sid

okar

e As

ri 4

Sal./Afv. SidokareAsri 3 (R2)

Sal./Afv. Sidokare 1

Sal./Afv.

Sidokare

2

al./Afv. Lemahputro (R3)

Sal

./Afv

. Sid

okar

e In

dah

1

Sal./Afv. Sidokare Indah 2

Sal

./Afv

. Sid

okar

e In

dah

(R2)

Sal. Anak/Afv. Sidokare 1

Sal. Banjarbendo

Sal. Sepande

Sal. Ci Walk 2

Sal.

Ci W

alk

1

Sal

./Afv

. Sid

okar

e 7

Sal./

Afv.

Sek

arda

ngan

(R1)

Sal.

Lara

ngan

Per

mai

1

Sal. Larangan Permai 2

Sal

. Sum

okal

i 3

Sal

. Ten

ggul

unan

1Sal. Tenggulunan 3

Sal./

Afv.

Sek

arda

ngan

(R2)

Sal./Afv.

Sekard

angan (R3)

Sal

./Afv

. Sek

arda

ngan

(R4)

Sal. Larangan 1

Sal

./Afv

. Sek

arda

ngan

(R5)

Sal. Ponpes Sabilur Rosyad

Sal

.Tal

un

Sal.

Kahu

ripan

Sal.G

ang

Dalem

an

Sal

.Cel

ep

Sal

. Kep

odan

g

Sal

.Ter

atai

Sal. Larangan 3

Sal.

Lara

ngan

2

Sal. Larangan 4

Sal./

Afv.

Sek

arda

ngan

(R1)

Sal

./Afv

. Sek

arda

ngan

(R6)

Sal./Afv. Sekardangan (R2)

Sal./Afv. Sekardangan (R3)

Sal./Afv. Sekardangan (R4)

Afv.

Sid

okar

e (R

5)

Sal./

Afv.

Sid

okar

e (R

6)

Sal./

Afv.

Sido

kare

(R7)

Sal

./Afv

. Sid

okar

e (R

8)

Sal

./Afv

. Sid

okar

e (R

9)Sa

l./Af

v. S

idok

are

(R10

)S

al./A

fv. S

idok

are

(R11

)

Sal

./Afv

. Sid

okar

e (R

12)

Sal

./Afv

. Sid

okar

e (R

13)

Sal./A

fv. S

idoka

re (R

14)

Sal

./Afv

. Sid

okar

e (R

15)

Sal

./Afv

. Sid

okar

e (R

16)

Sal./Afv. Sidokare (R17)

Sal./A

fv. S

idoka

re (R

18)

Sal./A

fv. S

idoka

Sal.T

engg

ulun

an 2

Sal.T

engg

ulun

an 6

Sal.T

engg

ulun

an 5

Sal. S

epan

de 4

Sal.

Sepa

nde

1Sal

. Sep

ande

2S

al. S

epan

de 5

Sal

. Sep

ande

3

Sum

okal

i 8

Sal. Sepande 10

Sal.

Sum

okal

i 9

Sal

. Sep

ande

16

Sal.

Sepa

nde

17

Sal.

Sepa

nde

18

Sal.

Sepa

nde

15

Sal.

Sum

okal

i 10

Sal

. Sid

okar

e 4

Sal

. Sid

omuk

ti I

Sal. Taman Pinang 5

Sal. Taman Pinang 6

Sal. Taman Pinang 7

Sal.T

engg

ulun

an 7

R2 R

3

R1

R4

R3

R2

R1

R12

R11

R10

R9

R8

R5

R4

R3

R2

Sal

.Ten

ggul

unan

4

Sal

./Afv

. Sek

arda

ngan

(R7)

(R8)

(R9)

Sal

./Afv

. Sek

arda

ngan

(R10

)

1

Page 104: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

Afv

. SE

KA

RD

AN

GA

N

SID

OK

AR

E

Afv

. SE

KA

RD

AN

GA

N

Sal

./Afv

. Sek

arda

ngan

(R6)

Sal. Perum Bumi Citra Fajar 3

Sal. Perum.Blukid 3

Sal. Perum Green Park Regency 2

Sal. Sumbawa 1

Sal

. Citr

alok

a R

esid

ence

Sal. Graha Bumi Pertiwi

Sal

. Per

um B

ilagi

o

Sal. Perum Sekardangan Indah

Sal. Rumah Pompa Rangkah

Sal. Perum.Bumi Citra Fajar 4

Sal. Bumi Intan

Sal. Perum Green Park Regency 1

Sal. Perum Green Park Regency 3

Sal. Perum Dadungan Asri Barat

Sal.Perum Sentra Alam

Sal

. Per

um.B

umi C

itra

Faja

r 2

Sal

.KE

DU

NG

OLI

NG

Sal./Afv. Sekardangan (R2)

Sal./Afv. Sekardangan (R5)

Sal./

Afv.

Sek

arda

ngan

(R7)

Sal

./Afv

. Sek

arda

ngan

(R8)

Sal. Sumbawa 2

Sal./

Afv.

Sek

arda

ngan

(R9)

Sal

./Afv

. Sek

arda

ngan

(R10

)

Sal./

Afv.

Sek

arda

ngan

(R11

)

Sal./Afv.

Sekardangan (R12)

Sal./Afv. Sekardangan (R13)

Sal./Afv. Sekardangan (R14)

Sal./A

fv. S

idoka

re (R

19)

Sal./A

fv. S

idoka

re (R

21)

Sal

./Afv

. Sid

okar

e (R

24)

Sal./Afv. Sidokare (R25)

Sal./Afv.

Sidokare

(R26

)

Sal

./Afv

. Sid

okar

e (R

27)

Sal./A

fv. S

idoka

re (R

28)

Sal. Perum.Bumi Citra Fajar 5

Sal.

Griy

a Pe

rmat

a H

ijau

1

Sal. Griya Permata Hijau 2

Sal

. Bila

gio

Vis

ta

Sal

. Clu

ster

Bila

gio

Sal

. Geb

ang

Ray

a 3

Sal

.Flo

renc

ia R

egen

cy

Sal.

Geba

ng R

aya

4

Sal

.Geb

ang

Ray

a 2

Sal.

Blig

o 1

Sal.Gebang Raya 1

Sal

.Per

um G

reen

Par

k R

egen

cy 4

Sal.Rumah Pompa Rangkah 1

Sal

.Rum

ah P

ompa

Ran

gkah

2

Sal

.Rum

ah P

ompa

Ran

gkah

3

Sal

.Rum

ah P

ompa

Ran

gkah

4

Sal

. Mut

iara

Citr

a G

arde

n 1

Sal.Mutiara Citra Garden 2

Sal

.Per

um B

umi C

itra

Faja

r 6

Sal

.Per

um B

umi C

itra

Faja

r 5Sal.Perum Bumi Citra Fajar 7

Sal

.Per

um B

umi C

itra

Faja

r 8

Sal.Per

um B

umi

Citra

Fajar

9S

al.P

erum

Bum

i Citr

a Fa

jar 1

1S

al.P

erum

Bum

i Citr

a Fa

jar 1

0

Sal

.Geb

ang

Ray

a 5

Sal

.Per

um G

reen

Par

k R

egen

cy 6

Sal

.Per

um G

reen

Par

k R

egen

cy 8

Sal

.Per

um G

reen

Par

k R

egen

cy 7

Sal.Perum Green Park Regency 5

R2

R1

R4

R7

R6

R5

R3

R2

R1

R5

R4 R

3

R2

R1

R3

R2

R1

R4

R3

R2 R

1

R1

R2

R3

Sal

. Blig

o 2Sal. Bligo 3

2

Page 105: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

91

4. 4. ASPEK KELEMBAGAAN

Analisa kelembagaan pada studi ini menggunakan alat analisa AHP.

Dengan nara sumber sebagai pemangku kepentingan dari penerapan desain

saluran porus adalah :

1. Bappeda

Bidang Kimpraswil (Ibu Santi)

2. Dinas PU Pengairan

Bidang Pembangunan (Bapak Anggoro)

3. Dinas PU Bina Marga

Bidang Pembangunan (Ibu Danar)

4. Dinas PU Cipta Karya

Bidang PLPP ( Bapak Soebandi)

5. Pengembang Perumahan

Ketua REI Kabupaten Sidoarjo (Bapak Susilo)

6. Tenaga Ahli Drainase dan Tata Ruang

Dosen UK. Petra ( Bapak Benny P.)

Pada tahun 2017 Dinas PU Pengairan, PU Bina Marga, PU Cipta Karya akan

menjadi satu Dinas yaitu Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang. Penggabungan

ini mengakibatkan berubahnya struktur organisasi dan peran masing – masing

bidang. Perubahan yang terjadi di struktur Dinas PU pada studi ini dianalisa

berdasarkan kategori evaluasi formatif (Dunn, 1999) untuk dicari bidang mana

yang efektif untuk menjadi pemeran dalam pelaksanaan saluran porus.

3 (tiga) aspek yang dikaji adalah efektifitas, efisiesnsi dan ketepatan yang akan

menjadi faktor utama penentuan prioritas penanganan genangan dengan

menggunakan saluran porus. Alternatif penyelesaiannya terdiri dari 3 bentuk

kelembagaan. Hirarki tujuan, faktor dan alternatif dapat dilihat pada Gambar 4.24

dibawah ini.

Page 106: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

92

Penanggungjawab

Drainase

Perkotaan Sidoarjo

Efektifitas

Efisiensi

Ketepatan

Alternatif 1 Alternatif 2

Alternatif 3

Dinas PU

Binamarga :

Drainase Jalan

Dinas PU terbagi

dalam bidang

bidang :

Satu Bidang

Khusus

Dinas PU

Pengairan : Irigasi

dan Afvour

Drainase Jalan &

afvour

Menangani

Keseluruhan

Drainase

Dinas PU Cipta

Karya : Drainase

Permukiman

Dinas Permukiman :

Drainase

Permukiman

Jalan, Afvour,

Permukiman

Gambar 4.24 Hirarki AHP

Pembobotan pada kriteria yaitu efektifitas, efisiensi dan ketepatan dari pengolahan

data kuisioner yang diisi oleh 6 (enam) responden didapat dari Expert Choice 11.

Bobot kriteria kombinasi dari efektifitas adalah 0,199, Efisiensi 0,221 dan

ketepatan 0,579 dapat dilihat pada Gambar 4. 25 dibawah ini.

Gambar 4.25 Bobot Kriteria

Page 107: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

93

Prioritas dari tiga alternatif dari masing-masing responden terlihat dari Gambar

4.26-4.31. Jika dijumlah secara geometrik didapat tingkat prioritas dari 3 alternatif

bentuk kelembagaan penanggungjawab drainse Perkotaan Sidoarjo (Tabel 4.22).

Prioritas pertama ditempati oleh Alternatif 2 yaitu penanggungjawab drainase

jalan dan irigasi serta pembuangannya (Afvour) berada pada satu Dinas tetapi

dalam bidang yang berbeda. Drainase perumahan penanggungjawabnya adalah

Dinas permukiman.

Gambar 4.26 Prioritas Alternatif dari Responden 1

Gambar 4.27 Prioritas Alternatif dari Responden 2

Gambar 4.28 Prioritas Alternatif dari Responden 3

Gambar 4.29 Prioritas Alternatif dari Responden 4

Page 108: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

94

Gambar 4.30 Prioritas Alternatif dari Responden 5

Gambar 4.31 Prioritas Alternatif dari Responden 6

Tabel 4.22 Prioritas Alternatif

No. Nama Responden Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3

1 Ibu Santi 0.68 0.699 0.262

Bappeda

2 Bapak Anggoro 0.083 0.705 0.212

DPU Pengairan

3 Ibu Danar 0.075 0.702 0.223

DPU Bina Marga

4 Bapak Soebandi 0.095 0.668 0.238

DPU. Cipta Karya

5 Bapak Susilo 0.085 0.634 0.281

Ketua REI Kab. Sidoarjo

6 Bapak Benny P. 0.064 0.697 0.24

Dosen UK Petra

1.082 4.105 1.456

Sumber : Hasil Analisa

Page 109: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

95

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Dari analisa aspek teknis dan lingkungan dapat disimpulkan hal – hal

sebagai berikut :

1. Tingkat peresapan saluran porus pada Sub DAS Sidokare 2,1605 x 10-7

m/detik dan pada Sub DAS Sekardangan 1,151 x 10-7

m/detik.

2. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan saluran porus adalah luasan dasar

saluran, panjang saluran, koefisien permeabilitas dan waktu aliran. Sehingga

dari faktor tersebut saluran porus dapat menurunkan debit tidak tertampung

sebesar 40,4 % pada Sub DAS Sidokare dan 62 % pada Sub DAS

Sekardangan.

3. Media filtrasi yang paling baik mengurangi polutan adalah media tanah asli

berumput gajah. Tetapi jika dilihat dari waktu resapannya menjadi lebih

efektif media filtrasi pasir

4. Penanggungjawab sistem drainase Perkotaan Sidoarjo dalam satu Dinas

dengan dibagi pada 3 bidang yang berbeda. 3 bidang tersebut masing –

masing bertanggungjawab terhadap drainase jalan, irigasi dan

pembuangannya juga drainase perumahan dan pemukiman.

5.2. SARAN

Dari kesimpulan diatas dapat dimunculkan saran –saran sebagai berikut :

1. Dilakukan penelitian lebih lanjut untuk pengaruh ROB terhadap saluran porus

2. Pemisahan air limbah dan air hujan diterapkan

3. Kolam retensi dapat diterapkan pada perumahan atau permukiman yang

salurannya tidak dimungkinkan untuk direhabilitasi menjadi saluran porus.

4. Kolam retensi bisa berupa kolam retensi komunal yang dikelola oleh pemda.

Pendanaannya bisa dari partisipasi pengembang disaat pengajuan

rekomendasi siteplan.

Page 110: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

96

5. Penerapan biopori perpersil rumah dan biopori di fasilitas umum oleh Dinas

PU. Cipta Karya di utamakan pada perumahan. Biopori perpersil adalah

partisipasi oleh masyarakat sedangkan biopori pada fasilitas umum

merupakan partisipasi dari pengembang atau menjadi tanggungjawab Pemda.

Page 111: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

96

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahmat, Fathoni. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung :

Rineka Cipta.

Asdak, S. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta :

Gajah Mada University Press

Badan Pusat Statistik Kabupaten Sidoarjo. 2013. Jenis Batuan Geologi Per

Kecamatan di Kabupaten Sidoarjo. Sidoarjo : Delta Grafika

Bappeda Kabupaten Sidoarjo. 2014. Master Plan dan DED Sistem Drainase

Kabupaten Sidoarjo.

Departemen Pekerjaan Umum. 1991., “SNI 06-2412-1991 Tentang Metode

Pengambilan Contoh Kualitas Air”

Departemen Pekerjaan Umum. 2003., “SNI 03-6966-2003 Tentang Spesifikasi

Saluran Pracetak Berlubang untuk Lingkungan Permukiman ”

Dunn, William N. 1999. Analisis kebijakan Publik. Yogyakarta : Gajah Mada

University Press.

Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Jakarta : Akademik Pressindo.

Jamulya dan Suratman Woro Suprodjo. 1983. Pengantar Geografi Tanah.

Diktat Kuliah. Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM.

Kementrian Pekerjaan Umum. 2014. Penyusunan Master Plan dan DED Sistem

Drainase Kabupaten Sidoarjo.

Madjid. 2010. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor : Fakultas Pertanian Institut Pertanian.

Mangkoedihardjo, S., dan Samudro, Ganjar. 2010. Fitoteknologi Terapan.

Yogyakarta : Graha Ilmu

Menteri Pekerjaan Umum. 2014. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

12/PRT/M/2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan.

Pusat Lingkungan Geologi Badan Geologi Departemen ESDM. 2007. Hasil Uji

Laju Resapan Daerah Penyelidikan Kabupaten Sidoarjo. Bandung.

Saaty, Thomas L. 1980. The Analytic Hierarchy Process.

Sosrodarsono, S dan Kazuto, N. 1994. Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi.

Jakarta : Pradnya Paramita.

Page 112: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

97

Subarkah, Imam. 1980. Hidrologi untuk Perencanaan Bangunan Air. Bandung :

Idea Dharma

Suharta, N. dan B.H. Prasetyo. 2008. Susunan mineral dan sifat fisiko-kimia tanah

Bervegetasi hutan dari batuan sedimen masam di Provinsi Riau. Riau : Jurnal

Tanah dan Iklim

Sunjoto. 2011. Teknik Drainase PRO-AIR.

Suprapto. 2016. Banjir Lumpuhkan Sidoarjo. http ://TRIBUNnews.com.

Suripin. 2014. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta :

ANDI Offset

Verruijt. 1970. Theory of Groundwater flow. MacMillan, Ney York.

West Virginia Department of Environmetal Protection. 2012. West Virginia

Stromwater Management and Design Guidance Manual.

Page 113: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

IDENTITAS RESPONDENNama :NIP :Jabatan :Lama menjabat :Instansi :

Page 114: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

1 Efektifitas

2 Efisiensi

3 Ketepatan

1 Efektifitas 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Efisiensi

2 Efektifitas 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Ketepatan

3 Efisiensi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Ketepatan

Page 115: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

Efektifitas

1

Dinas PU. Bina Marga, PU.Pengairan, PU Ciptakarya Efektifmenjadi penanggungjawab drainasePerkotaan Sidoarjo

2Dinas PU dan Permukiman Efektifmenjadi penanggungjawab drainasePerkotaan Sidoarjo

3Sub Bidang Khusus (tata kelola air)Efektif menjadi penanggungjawabdrainase Perkotaan Sidoarjo

1

Dinas PU. Bina Marga, PU.Pengairan, PU Ciptakarya Efektifmenjadi penanggungjawab drainasePerkotaan Sidoarjo

9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9Dinas PU dan Permukiman Efektifmenjadi penanggungjawab drainasePerkotaan Sidoarjo

2

Dinas PU. Bina Marga, PU.Pengairan, PU Ciptakarya Efektifmenjadi penanggungjawab drainasePerkotaan Sidoarjo

9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9Sub Bidang Khusus (tata kelola air)Efektif menjadi penanggungjawabdrainase Perkotaan Sidoarjo

3Dinas PU dan Permukiman Efektifmenjadi penanggungjawab drainasePerkotaan Sidoarjo

9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9Sub Bidang Khusus (tata kelola air)Efektif menjadi penanggungjawabdrainase Perkotaan Sidoarjo

Page 116: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

Efisiensi

1

Dinas PU. Bina Marga, PU.Pengairan, PU Ciptakarya Efisienmenjadi penanggungjawab drainasePerkotaan Sidoarjo

2Dinas PU dan Permukiman Efisienmenjadi penanggungjawab drainasePerkotaan Sidoarjo

3Sub Bidang Khusus (tata kelola air)Efisien menjadi penanggungjawabdrainase Perkotaan Sidoarjo

1

Dinas PU. Bina Marga, PU.Pengairan, PU Ciptakarya Efisienmenjadi penanggungjawab drainasePerkotaan Sidoarjo

9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9Dinas PU dan Permukiman Efisienmenjadi penanggungjawab drainasePerkotaan Sidoarjo

2

Dinas PU. Bina Marga, PU.Pengairan, PU Ciptakarya Efisienmenjadi penanggungjawab drainasePerkotaan Sidoarjo

9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9Sub Bidang Khusus (tata kelola air)Efisien menjadi penanggungjawabdrainase Perkotaan Sidoarjo

3Dinas PU dan Permukiman Efisienmenjadi penanggungjawab drainasePerkotaan Sidoarjo

9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9Sub Bidang Khusus (tata kelola air)Efisien menjadi penanggungjawabdrainase Perkotaan Sidoarjo

Page 117: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

Ketepatan

1

Dinas PU. Bina Marga, PU.Pengairan, PU Ciptakarya Tepatmenjadi penanggungjawab drainasePerkotaan Sidoarjo

2Dinas PU dan Permukiman Tepatmenjadi penanggungjawab drainasePerkotaan Sidoarjo

3Sub Bidang Khusus (tata kelola air)Tepat menjadi penanggungjawabdrainase Perkotaan Sidoarjo

1

Dinas PU. Bina Marga, PU.Pengairan, PU Ciptakarya Tepatmenjadi penanggungjawab drainasePerkotaan Sidoarjo

9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9Dinas PU dan Permukiman Tepatmenjadi penanggungjawab drainasePerkotaan Sidoarjo

2

Dinas PU. Bina Marga, PU.Pengairan, PU Ciptakarya Tepatmenjadi penanggungjawab drainasePerkotaan Sidoarjo

9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9Sub Bidang Khusus (tata kelola air)Tepat menjadi penanggungjawabdrainase Perkotaan Sidoarjo

3Dinas PU dan Permukiman Tepatmenjadi penanggungjawab drainasePerkotaan Sidoarjo

9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9Sub Bidang Khusus (tata kelola air)Tepat menjadi penanggungjawabdrainase Perkotaan Sidoarjo

Page 118: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

LAPORAN AKHIR IV - 31FASILITASI PENYUSUNAN MASTER PLAN DAN DED SISTEM DRAINASE KABUPATEN SIDOARJO

Lua s Lua s

Pe r rua s Tota l Da sa r Ata s Air Ja ga a n Sa lura n Norm a l M a ks. Norm a l M a ks. Norm a l M a ks. Norm a l M a ks.

A A Ce ks L L Lo V Vo to td tc Cs Rn In Qn b B H W H' z / m S n A A' R R' V V ' Q Q'Ha Ha (m ) (m ) (m ) (m /dt) (m /dt) (m e nit) (m e nit) (m e nit) (m m ) (m m /ja m ) (m 3/dt) (m ) (m ) (m ) (m ) (m ) (m 2) (m 2) (m 2) (m 2) (m /dt) (m /dt) (m 3/dt) (m 3/dt)

28 Sal. Pondok Jati 2 T 11.42 11.42 0.44 134.40 134.40 162.48 0.62 0.20 13.67 3.62 17.28 0.91 58.20 46.26 0.58 Pas.batu Kali 1.20 1.20 0.80 0.20 1.00 0.00 0.00100 0.025 0.96 1.20 0.34 0.43 0.62 0.72 0.59 0.86 Aman29 Sal. Pondok Jati 3 T 1.99 1.99 0.44 83.69 83.69 122.19 0.58 0.20 10.28 2.42 12.70 0.91 58.20 56.81 0.13 Pas.batu Kali 1.00 1.00 0.80 0.20 1.00 0.00 0.00100 0.025 0.80 1.00 0.31 0.38 0.58 0.67 0.46 0.67 Aman30 Sal. Pondok Jati 1 S 17.83 31.23 0.44 387.86 522.25 592.30 0.71 0.20 49.83 12.29 62.11 0.91 74.25 25.15 0.87 Pas.batu Kali 1.50 1.50 0.95 0.30 1.25 0.00 0.00100 0.025 1.43 1.88 0.42 0.55 0.71 0.85 1.01 1.59 Aman31 Sal. Pucang (R15) P 1.43 4478.19 0.44 282.02 9500.82 41.34 1.05 0.20 3.48 150.90 154.37 0.67 84.78 15.65 57.55 T anah 10.60 20.00 2.50 0.50 3.00 1.57 0.00061 0.035 36.29 45.90 1.82 2.31 1.05 1.23 38.08 56.33 Luber, per lu dinormalisasi

32 Sal. Tam an Anggrek T 4.75 4.75 0.44 151.15 151.15 168.07 0.48 0.20 14.14 5.30 19.44 0.88 58.20 42.77 0.22 Pas.batu Kali 0.80 0.80 0.40 0.20 0.60 0.38 0.00100 0.025 0.38 0.62 0.23 0.37 0.48 0.66 0.18 0.41 Luber, per lu dinormalisasi33 Sal. Pucang (R16) P 0.23 4483.18 0.44 57.12 9557.94 31.73 1.57 0.20 2.67 101.38 104.05 0.67 84.78 20.36 75.03 Pas.batu kali 10.55 15.50 2.90 0.50 3.40 0.38 0.00061 0.025 33.83 40.32 2.02 2.40 1.57 1.77 53.16 71.21 Luber, per lu dinormalisasi

34 Sal. Jati 1 T 18.62 18.62 0.44 423.97 423.97 653.78 0.39 0.20 55.00 18.10 73.10 0.89 58.20 17.69 0.36 Pas.batu Kali 0.80 0.80 0.30 0.20 0.50 0.00 0.00100 0.025 0.24 0.40 0.17 0.29 0.39 0.55 0.09 0.22 Luber, per lu dinormalisasi35 Sal. Jati 2 T 16.05 16.05 0.44 149.21 149.21 586.35 0.39 0.20 49.33 6.37 55.70 0.95 58.20 21.20 0.39 Pas.batu Kali 0.80 0.80 0.30 0.20 0.50 0.00 0.00100 0.025 0.24 0.40 0.17 0.29 0.39 0.55 0.09 0.22 Luber, per lu dinormalisasi36 Sal. Jati 3 (R1) S 23.60 58.27 0.44 1253.54 1677.51 257.00 0.39 0.20 21.62 71.63 93.25 0.72 74.25 19.19 0.99 Pas.batu Kali 0.80 0.80 0.30 0.20 0.50 0.00 0.00100 0.025 0.24 0.40 0.17 0.29 0.39 0.55 0.09 0.22 Luber, per lu dinormalisasi37 Sal. Lingkar Barat 1 T 14.07 14.07 0.44 516.11 516.11 982.62 0.58 0.20 82.66 14.92 97.58 0.93 58.20 14.59 0.23 Pas.batu Kali 1.00 1.00 0.80 0.20 1.00 0.00 0.00100 0.025 0.80 1.00 0.31 0.38 0.58 0.67 0.46 0.67 Aman38 Sal. Jati 3 (R2) S 18.92 91.26 0.44 450.92 2128.43 311.97 0.56 0.20 26.24 63.77 90.01 0.74 74.25 19.64 1.62 Pas.batu Kali 1.00 1.00 0.70 0.30 1.00 0.00 0.00100 0.025 0.70 1.00 0.29 0.42 0.56 0.71 0.39 0.71 Luber, per lu dinormalisasi39 Sal. Pucang (R17) P 0.05 4574.48 0.44 9.76 9567.70 35.82 1.50 0.20 3.01 106.04 109.05 0.67 84.78 19.74 74.25 Pas.batu Kali 11.60 16.80 2.50 0.50 3.00 0.87 0.00061 0.025 34.42 42.60 1.89 2.34 1.50 1.73 51.76 73.85 Luber, per lu dinormalisasi

40 Sal. Lingkar Barat 2 T 3.96 3.96 0.44 712.03 712.03 85.16 0.58 0.20 7.16 20.58 27.75 0.73 58.20 33.74 0.12 Pas.batu Kali 1.00 1.00 0.80 0.20 1.00 0.00 0.00100 0.025 0.80 1.00 0.31 0.38 0.58 0.67 0.46 0.67 Aman41 Sal. Pucang (R18) P 0.65 4579.09 0.44 82.46 9650.16 60.93 1.44 0.20 5.13 111.68 116.81 0.68 84.78 18.85 71.38 Pas.batu Kali 11.70 16.40 2.30 0.50 2.80 0.84 0.00061 0.025 31.35 39.34 1.77 2.22 1.44 1.68 45.15 65.91 Luber, per lu dinormalisasi42 Sal. Pondok Jati 5 T 2.86 2.86 0.44 222.37 222.37 237.82 0.49 0.20 20.01 7.59 27.59 0.88 58.20 33.86 0.10 Pas.batu Kali 0.80 0.80 0.60 0.20 0.80 0.00 0.00100 0.025 0.48 0.64 0.24 0.32 0.49 0.59 0.23 0.38 Aman43 Sal. Pucang (R19) P 2.42 4584.37 0.44 440.46 10090.62 43.83 1.28 0.20 3.69 131.69 135.37 0.67 84.78 17.09 64.41 Pas.batu Kali 13.20 17.30 1.80 0.50 2.30 0.89 0.00061 0.025 26.65 35.08 1.48 1.95 1.28 1.53 34.03 53.80 Luber, per lu dinormalisasi44 Sal. Depan SD Pagerwojo T 1.06 1.06 0.44 101.23 101.23 80.34 0.58 0.20 6.76 2.93 9.68 0.87 58.20 68.06 0.08 Pas.batu Kali 1.00 1.00 0.80 0.20 1.00 0.00 0.00100 0.025 0.80 1.00 0.31 0.38 0.58 0.67 0.46 0.67 Aman45 Sal. Pucang (R20) P 1.43 4586.86 0.44 355.97 10446.60 23.09 1.37 0.20 1.94 126.98 128.92 0.67 84.78 17.65 66.31 Pas.batu Kali 11.70 16.30 2.10 0.50 2.60 0.88 0.00061 0.025 28.47 36.40 1.65 2.10 1.37 1.62 39.04 58.79 Luber, per lu dinormalisasi46 Sal. Lapangan Tem bak T 10.63 10.63 0.44 101.23 101.23 377.36 0.34 0.20 31.75 5.03 36.78 0.94 58.20 27.96 0.34 Pas.batu Kali 0.50 0.50 0.30 0.20 0.50 0.00 0.00100 0.025 0.15 0.25 0.14 0.23 0.34 0.47 0.05 0.12 Luber, per lu dinormalisasi47 Sal. Pucang (R21) P 4.96 4602.44 0.44 3098.85 13545.45 255.61 1.39 0.20 21.50 162.55 184.05 0.69 84.78 13.92 54.33 Pas.batu Kali 13.00 16.80 2.10 0.50 2.60 0.73 0.00061 0.025 30.52 38.74 1.68 2.13 1.39 1.63 42.39 63.07 Luber, per lu dinormalisasi48 Sal.B luru K idul T 52.69 52.69 0.44 294.71 294.71 454.88 0.53 0.20 38.27 9.24 47.51 0.91 58.20 23.57 1.38 Pas.batu Kali 0.60 1.00 0.80 0.20 1.00 0.20 0.00100 0.025 0.61 0.80 0.27 0.36 0.53 0.64 0.32 0.51 Luber, per lu dinormalisasi49 Sal. Pucang (R22) P 0.71 4655.85 0.44 137.81 13683.26 39.40 1.09 0.20 3.31 208.40 211.71 0.67 84.78 12.68 48.36 T anah 25.20 32.30 2.25 0.50 2.75 1.29 0.00061 0.035 63.24 79.06 1.94 2.43 1.09 1.27 69.20 100.41 Aman50 Sal.Perum Pesona Perm ata Gading 1 T 9.08 9.08 0.44 408.23 408.23 339.53 0.27 0.20 28.56 24.97 53.53 0.81 58.20 21.77 0.20 Pas.batu Kali 0.40 0.40 0.20 0.20 0.40 0.00 0.00100 0.025 0.08 0.16 0.10 0.20 0.27 0.43 0.02 0.07 Luber, per lu dinormalisasi51 Sal. Pucang (R23) P 0.13 4665.06 0.44 47.22 13730.49 17.78 1.05 0.20 1.50 217.54 219.03 0.67 84.78 12.40 47.23 T anah 25.40 32.00 2.10 0.50 2.60 1.27 0.00061 0.035 58.94 74.62 1.83 2.32 1.05 1.23 62.00 91.87 Aman52 Sal.Perum Pesona Perm ata Gading 2 T 2.14 2.14 0.44 286.21 286.21 80.41 0.27 0.20 6.76 17.50 24.27 0.73 58.20 36.89 0.07 Pas.batu Kali 0.40 0.40 0.20 0.20 0.40 0.00 0.00100 0.025 0.08 0.16 0.10 0.20 0.27 0.43 0.02 0.07 Luber, per lu dinormalisasi53 Sal. Pucang (R24) P 14.90 4682.10 0.44 540.65 14271.13 314.04 1.13 0.20 26.42 210.30 236.71 0.69 84.78 11.77 46.65 T anah 19.60 28.50 2.50 0.50 3.00 1.48 0.00061 0.035 58.27 72.15 2.04 2.53 1.13 1.30 65.91 94.10 Aman

III. S iste m Dra ina se S idoka re1 Sal. S idokare (R1) P 1564.90 1564.90 0.47 8670.36 8670.36 4667.73 1.90 0.15 510.47 75.90 586.37 0.94 84.78 6.43 12.36 Pas.batu Kali 12.50 13.70 2.50 0.50 3.00 0.20 0.00100 0.025 32.50 39.30 1.85 2.23 1.90 2.16 61.88 84.93 Aman2 Sal. Suko T 11.86 11.86 0.47 140.72 140.72 331.93 0.49 0.15 36.30 4.80 41.10 0.94 58.20 25.96 0.38 Pas.batu Kali 0.80 0.80 0.60 0.20 0.80 0.00 0.00100 0.025 0.48 0.64 0.24 0.32 0.49 0.59 0.23 0.38 Luber, per lu dinormalisasi3 Sal. S idokare (R2) P 0.54 1577.30 0.47 124.99 8795.35 58.94 0.49 0.15 6.45 300.81 307.26 0.67 84.78 9.89 13.70 Pas.batu Kali 12.50 13.70 2.50 0.50 3.00 0.20 0.00007 0.025 32.50 39.30 1.85 2.23 0.49 0.55 15.84 21.74 Aman

4 Sal. Puri 2 T 21.95 21.95 0.47 803.50 803.50 234.24 0.43 0.15 25.62 30.96 56.57 0.79 58.20 20.98 0.47 Pas.batu Kali 0.80 0.80 0.40 0.20 0.60 0.00 0.00100 0.025 0.32 0.48 0.20 0.30 0.43 0.57 0.14 0.27 Luber, per lu dinormalisasi5 Sal. Puri 3 T 23.32 23.32 0.47 130.03 130.03 186.30 0.40 0.15 20.37 5.37 25.75 0.91 58.20 35.46 0.98 Pas.batu Kali 0.90 0.90 0.30 0.20 0.50 0.00 0.00100 0.025 0.27 0.45 0.18 0.30 0.40 0.57 0.11 0.26 Luber, per lu dinormalisasi6 Sal. Puri 4 T 15.02 15.02 0.47 158.24 158.24 373.97 0.56 0.15 40.90 4.74 45.64 0.95 58.20 24.21 0.45 Pas.batu Kali 1.00 1.00 0.70 0.20 0.90 0.00 0.00100 0.025 0.70 0.90 0.29 0.38 0.56 0.66 0.39 0.59 Luber, per lu dinormalisasi7 Sal. Puri 1 S 44.58 104.87 0.47 214.85 1018.35 398.04 0.56 0.15 43.53 30.51 74.04 0.83 74.25 22.38 2.54 Pas.batu Kali 1.00 1.00 0.70 0.30 1.00 0.00 0.00100 0.025 0.70 1.00 0.29 0.42 0.56 0.71 0.39 0.71 Luber, per lu dinormalisasi8 Sal. S idokare (R3) P 53.15 1735.32 0.47 1200.51 9995.86 982.04 0.49 0.15 107.40 341.87 449.27 0.72 84.78 7.68 12.62 Pas.batu Kali 12.50 13.70 2.50 0.50 3.00 0.20 0.00007 0.025 32.50 39.30 1.85 2.23 0.49 0.55 15.84 21.74 Aman

9 Sal. Pondok M utiara 4 T 8.86 8.86 0.47 426.38 426.38 122.41 0.43 0.20 10.30 16.43 26.72 0.76 58.20 34.59 0.31 Pas.batu Kali 0.80 0.80 0.40 0.20 0.60 0.00 0.00100 0.025 0.32 0.48 0.20 0.30 0.43 0.57 0.14 0.27 Luber, per lu dinormalisasi10 Sal. Pondok M utiara 3 T 24.05 24.05 0.47 449.42 449.42 489.34 0.36 0.20 41.17 20.98 62.14 0.86 58.20 19.71 0.53 Pas.batu Kali 0.60 0.60 0.30 0.20 0.50 0.00 0.00100 0.025 0.18 0.30 0.15 0.25 0.36 0.50 0.06 0.15 Luber, per lu dinormalisasi11 Sal. Pondok M utiara 2 S 1.92 34.83 0.47 500.33 949.75 48.59 0.50 0.20 4.09 31.53 35.62 0.69 74.25 36.44 1.15 Pas.batu Kali 1.00 1.00 0.50 0.30 0.80 0.00 0.00100 0.025 0.50 0.80 0.25 0.40 0.50 0.69 0.25 0.55 Luber, per lu dinormalisasi12 Sal. S idokare (R4) P 0.30 1770.45 0.47 56.13 10051.99 39.01 0.46 0.20 3.28 364.32 367.60 0.67 84.78 8.78 13.59 Pas.batu Kali 16.00 16.80 2.10 0.50 2.60 0.15 0.00007 0.025 34.28 42.64 1.69 2.11 0.46 0.53 15.76 22.68 Aman

0.0013 Sal. Pondok M utiara 1 T 26.17 26.17 0.47 1309.22 1309.22 656.46 0.70 0.20 55.22 31.30 86.53 0.85 58.20 15.81 0.46 Pas.batu Kali 1.50 1.50 0.90 0.20 1.10 0.00 0.00100 0.025 1.35 1.65 0.41 0.50 0.70 0.80 0.94 1.31 Aman14 Sal. S idokare (R5) P 3.02 1799.64 0.47 172.69 10224.68 242.14 0.48 0.20 20.37 353.93 374.30 0.68 84.78 8.67 13.86 Pas.batu kali 13.40 17.00 2.30 0.50 2.80 0.64 0.00007 0.025 34.22 42.56 1.81 2.26 0.48 0.56 16.48 23.70 Aman

15 Sal. Sum okali 1 S 271.93 271.93 0.47 658.83 658.83 1080.32 0.48 0.20 90.88 22.76 113.64 0.91 74.25 16.82 5.43 Pas.batu Kali 1.00 1.20 0.40 0.20 0.60 0.17 0.00100 0.025 0.43 0.66 0.24 0.36 0.48 0.65 0.21 0.43 Luber, per lu dinormalisasi16 Sal. Sum okali 2 T 44.51 44.51 0.47 87.05 87.05 145.55 0.43 0.20 12.24 3.34 15.59 0.90 58.20 49.56 2.60 Pas.batu Kali 1.00 1.30 0.30 0.20 0.50 0.30 0.00100 0.025 0.33 0.58 0.20 0.35 0.43 0.63 0.14 0.36 Luber, per lu dinormalisasi17 Sal. Anak Salour S idokare 1 S 52.70 369.14 0.47 1254.87 1913.70 395.44 0.71 0.20 33.27 45.20 78.47 0.78 74.25 21.53 8.07 Pas.batu Kali 5.00 5.00 0.50 0.30 0.80 0.00 0.00100 0.025 2.50 4.00 0.42 0.67 0.71 0.97 1.76 3.86 Luber, per lu dinormalisasi18 Sal. S idokare (R6) P 8.07 2176.85 0.47 549.28 10773.97 235.36 0.49 0.20 19.80 369.01 388.81 0.68 84.78 8.46 16.32 Pas.batu Kali 14.60 18.20 2.30 0.50 2.80 0.64 0.00007 0.025 36.98 45.92 1.84 2.29 0.49 0.56 18.00 25.81 Aman

19 Sal. Banjarbendo T 3.37 3.37 0.47 156.29 156.29 421.86 0.53 0.20 35.49 4.90 40.39 0.94 58.20 26.27 0.11 Pas.batu Kali 1.00 1.00 0.60 0.20 0.80 0.00 0.00100 0.025 0.60 0.80 0.27 0.36 0.53 0.64 0.32 0.52 Aman20 Sal. S idokare (R7) P 4.52 2184.75 0.47 330.30 11104.27 124.31 0.47 0.20 10.46 392.23 402.69 0.67 84.78 8.26 15.87 Pas.batu Kali 14.00 17.00 2.20 0.50 2.70 0.56 0.00007 0.025 33.49 41.85 1.76 2.20 0.47 0.55 15.80 22.91 Luber, per lu dinormalisasi21 Sal. Sepande T 45.36 45.36 0.47 792.56 792.56 421.86 0.61 0.20 35.49 21.72 57.21 0.84 58.20 20.83 1.04 Pas.batu Kali 1.50 1.50 0.60 0.20 0.80 0.00 0.00100 0.025 0.90 1.20 0.33 0.44 0.61 0.74 0.55 0.88 Luber, per lu dinormalisasi22 Sal. S idokare (R8) P 6.74 2236.85 0.47 426.23 11530.50 159.89 0.55 0.20 13.45 351.75 365.20 0.67 84.78 8.82 17.40 Pas.batu Kali 15.80 19.80 2.80 0.50 3.30 0.61 0.00007 0.025 48.99 58.74 2.19 2.63 0.55 0.62 26.77 36.22 Aman

23 Sal. S idokare 1 T 9.65 9.65 0.47 387.85 387.85 146.40 0.63 0.20 12.32 10.23 22.55 0.82 58.20 38.74 0.40 Pas.batu Kali 2.40 2.40 0.50 0.20 0.70 0.00 0.00100 0.025 1.20 1.68 0.35 0.49 0.63 0.79 0.76 1.33 Aman24 Sal. S idokare 2 T 4.71 4.71 0.47 108.47 108.47 95.33 0.34 0.20 8.02 5.39 13.41 0.83 58.20 54.77 0.28 Pas.batu Kali 0.50 0.50 0.30 0.20 0.50 0.00 0.00100 0.025 0.15 0.25 0.14 0.23 0.34 0.47 0.05 0.12 Luber, per lu dinormalisasi25 Sal. S idokare 3 S 12.28 26.64 0.47 433.39 821.24 226.08 0.63 0.20 19.02 21.67 40.69 0.79 74.25 33.35 0.92 Pas.batu Kali 2.40 2.40 0.50 0.30 0.80 0.00 0.00100 0.025 1.20 1.92 0.35 0.56 0.63 0.86 0.76 1.66 Luber, per lu dinormalisasi26 Sal. S idokare (R9) P 0.12 2263.61 0.47 15.56 11546.06 63.84 0.54 0.20 5.37 353.16 358.53 0.67 84.78 8.93 17.70 Pas.batu Kali 22.30 25.50 2.60 0.50 3.10 0.52 0.00007 0.025 61.47 74.09 2.18 2.63 0.54 0.62 33.49 45.72 Aman

27 Sal Tam an P inang 3 T 40.04 40.04 0.47 638.94 638.94 715.41 0.57 0.20 60.18 18.79 78.97 0.89 58.20 16.80 0.79 Pas.batu Kali 1.20 1.20 0.60 0.20 0.80 0.00 0.00100 0.025 0.72 0.96 0.30 0.40 0.57 0.69 0.41 0.66 Luber, per lu dinormalisasi28 Sal. S idokare (R10) P 0.05 2303.69 0.47 11.51 11557.57 33.29 0.54 0.20 2.80 353.51 356.31 0.67 83.90 8.87 17.86 Pas.batu Kali 22.30 25.50 2.60 0.50 3.10 0.52 0.00007 0.025 61.47 74.09 2.18 2.63 0.54 0.62 33.49 45.72 Aman29 Sal Tam an P inang 2 T 2.55 2.55 0.47 70.79 70.79 246.70 0.53 0.20 20.75 2.22 22.97 0.95 58.20 38.27 0.12 Pas.batu Kali 1.00 1.00 0.60 0.20 0.80 0.00 0.00100 0.025 0.60 0.80 0.27 0.36 0.53 0.64 0.32 0.52 Aman30 Sal. S idokare (R11) P 2.14 2308.38 0.47 297.60 11855.17 50.83 0.53 0.20 4.28 373.70 377.98 0.67 84.78 8.62 17.40 Pas.batu Kali 17.50 20.00 2.60 0.50 3.10 0.40 0.00007 0.025 48.23 58.13 2.09 2.52 0.53 0.60 25.50 34.81 Aman

31 Sal. S idokare Asri 1 T 5.28 5.28 0.47 193.59 193.59 96.34 0.41 0.20 8.10 7.79 15.89 0.80 58.20 48.92 0.27 Pas.batu Kali 1.00 1.00 0.30 0.20 0.50 0.00 0.00100 0.025 0.30 0.50 0.19 0.31 0.41 0.58 0.12 0.29 Luber, per lu dinormalisasi32 Sal. S idokare Asri 2 T 4.68 4.68 0.47 34.56 34.56 125.31 0.61 0.20 10.54 0.95 11.49 0.96 58.20 60.73 0.36 Pas.batu Kali 1.50 1.50 0.60 0.20 0.80 0.00 0.00100 0.025 0.90 1.20 0.33 0.44 0.61 0.74 0.55 0.88 Aman33 Sal. S idokare Asri 3 (R1) S 0.51 10.47 0.47 172.18 365.78 128.52 0.70 0.20 10.81 8.71 19.52 0.82 74.25 54.42 0.61 Pas.batu Kali 2.00 2.00 0.70 0.30 1.00 0.00 0.00100 0.025 1.40 2.00 0.41 0.59 0.70 0.89 0.98 1.78 Aman34 Sal. S idokare Asri 4 T 7.86 7.86 0.47 343.17 343.17 191.82 0.49 0.20 16.14 11.71 27.85 0.83 58.20 33.66 0.29 Pas.batu Kali 0.80 0.80 0.60 0.20 0.80 0.00 0.00100 0.025 0.48 0.64 0.24 0.32 0.49 0.59 0.23 0.38 Luber, per lu dinormalisasi35 Sal. S idokare Asri 3 (R2) S 1.93 20.26 0.47 168.38 534.16 130.55 0.76 0.20 10.98 11.76 22.74 0.79 74.25 49.15 1.03 Pas.batu Kali 2.20 2.20 0.80 0.30 1.10 0.00 0.00100 0.025 1.76 2.42 0.46 0.64 0.76 0.94 1.33 2.27 Aman36 Sal. S idokare Asri 5 T 4.39 4.39 0.47 195.63 195.63 299.77 0.60 0.20 25.22 5.44 30.66 0.92 58.20 31.57 0.17 Pas.batu Kali 1.10 1.10 0.80 0.20 1.00 0.00 0.00100 0.025 0.88 1.10 0.33 0.41 0.60 0.70 0.53 0.76 Aman37 Sal. S idokare Asri 6 T 0.87 0.87 0.47 159.63 159.63 43.63 0.70 0.20 3.67 3.82 7.49 0.80 58.20 80.76 0.07 Pas.batu Kali 1.10 1.70 0.90 0.20 1.10 0.27 0.00100 0.025 1.21 1.54 0.41 0.52 0.70 0.82 0.84 1.26 Aman38 Sal. S idokare Asri 3 (R3) S 0.55 26.06 0.47 48.76 582.92 175.28 0.70 0.20 14.75 13.88 28.62 0.80 74.25 42.16 1.16 Pas.batu Kali 2.00 2.00 0.70 0.30 1.00 0.00 0.00100 0.025 1.40 2.00 0.41 0.59 0.70 0.89 0.98 1.78 Luber, per lu dinormalisasi39 Sal. S idokare Asri 7 T 1.58 1.58 0.47 159.63 159.63 76.24 0.46 0.20 6.41 5.75 12.17 0.81 58.20 58.45 0.10 Pas.batu Kali 0.70 0.70 0.60 0.20 0.80 0.00 0.00100 0.025 0.42 0.56 0.22 0.29 0.46 0.56 0.19 0.31 Aman40 Sal. S idokare Asri 3 (R4) S 1.49 29.13 0.47 139.36 722.28 141.61 0.77 0.20 11.91 15.62 27.53 0.78 74.25 43.27 1.28 Pas.batu Kali 2.10 2.40 0.80 0.30 1.10 0.14 0.00100 0.025 1.77 2.48 0.48 0.67 0.77 0.96 1.36 2.39 Aman41 Sal. S idokare (R12) P 1.84 2339.35 0.47 242.54 12097.71 105.64 0.52 0.20 8.89 387.88 396.77 0.67 84.78 8.34 17.14 Pas.batu Kali 18.00 20.60 2.50 0.50 3.00 0.43 0.00007 0.025 47.71 57.90 2.03 2.47 0.52 0.59 24.80 34.24 Aman

42 Sal Tam an P inang 1 T 7.31 7.31 0.47 278.37 278.37 171.75 0.71 0.20 14.45 6.49 20.94 0.87 58.20 40.70 0.34 Pas.batu Kali 0.90 1.50 1.30 0.20 1.50 0.20 0.00100 0.025 1.51 1.80 0.42 0.51 0.71 0.80 1.08 1.45 Aman43 Sal. S idokare (R13) P 1.41 2348.07 0.47 156.52 12254.23 82.48 0.52 0.20 6.94 393.12 400.06 0.67 84.78 8.30 17.08 Pas.batu Kali 18.70 20.50 2.50 0.50 3.00 0.30 0.00007 0.025 48.63 58.80 2.03 2.46 0.52 0.59 25.26 34.67 Aman44 Sal. Perum Palem Fies ta T 2.49 2.49 0.47 74.39 74.39 85.99 0.29 0.20 7.23 4.24 11.47 0.84 58.20 60.78 0.17 Pas.batu Kali 0.50 0.50 0.20 0.20 0.40 0.00 0.00100 0.025 0.10 0.20 0.11 0.22 0.29 0.46 0.03 0.09 Luber, per lu dinormalisasi45 Sal. S idokare (R14) P 0.25 2350.81 0.47 32.23 12286.46 64.49 0.56 0.20 5.43 364.94 370.37 0.67 84.78 8.73 17.99 Pas.batu Kali 20.00 23.30 2.80 0.50 3.30 0.50 0.00007 0.025 59.92 71.45 2.28 2.72 0.56 0.63 33.62 45.08 Aman

46 Sal. GOR 1 T 25.29 25.29 0.47 428.44 428.44 220.79 0.59 0.20 18.57 12.18 30.75 0.83 58.20 31.50 0.87 Pas.batu Kali 1.00 1.50 0.60 0.20 0.80 0.31 0.00100 0.025 0.71 1.00 0.32 0.44 0.59 0.74 0.42 0.74 Luber, per lu dinormalisasi47 Sal. GOR 2 T 22.68 22.68 0.47 938.77 938.77 323.69 0.63 0.20 27.23 24.64 51.87 0.81 58.20 22.23 0.53 Pas.batu Kali 1.50 1.80 0.60 0.20 0.80 0.19 0.00100 0.025 0.97 1.32 0.36 0.49 0.63 0.78 0.61 1.03 Aman48 Sal. Lem ahputro (R1) S 1.98 49.95 0.47 133.70 1072.46 117.83 1.12 0.20 9.91 15.94 25.85 0.76 74.25 45.12 2.25 Pas.batu Kali 5.60 7.80 1.30 0.30 1.60 0.69 0.00082 0.025 8.44 10.72 0.96 1.22 1.12 1.31 9.47 14.09 Aman49 Sal. M agersari 3 T 3.78 3.78 0.47 87.71 87.71 183.82 0.39 0.20 15.46 3.75 19.21 0.91 58.20 43.11 0.19 Pas.batu Kali 0.60 0.60 0.40 0.20 0.60 0.00 0.00100 0.025 0.24 0.36 0.17 0.26 0.39 0.51 0.09 0.18 Luber, per lu dinormalisasi50 Sal. Lem ahputro (R2) S 12.28 66.01 0.47 736.55 1809.01 452.05 1.09 0.20 38.03 27.73 65.75 0.83 74.25 24.22 1.73 Pas.batu Kali 6.00 6.80 1.25 0.30 1.55 0.26 0.00082 0.025 7.90 9.92 0.92 1.16 1.09 1.27 8.59 12.55 Aman

ANALISA HIDROLIKADIM ENSI SALURAN EKSISTING

Je nisSa lura nEksisting

Le ba rPa nja ngSa l. Pe r

rua s

Pa nja ngSa l. Tota l

Koe fisie nTa m pung

a n

W a ktuPe nga lira

n diLa ha n

Fa ktor hidrolikInte nsita s

Huja n

Ke c. Alira nW a ktuKonse ntr

a si

Koe fPe nga lira

nEksisting

Koe f.M a nning

No Loka si Je nisSa l.

Ke ce pa ta nAlira n diSa lura n

Ke ce pa ta nAlira n pa da

La ha n

W a ktuPe nga lira ndi Sa lura n

Tinggi Ke m iringa n

Ta lud

Ke m iringa n

Sa lura n(S lope )

Lua s pe na m pa ngDe bitBa njir

Re nca na Ke te ra nga n

ANALISA HIDROLOGIKa pa sita s Sa lura nPa nja ng

Alira n dila ha n

Cura hHuja n

Re nca na

Lanjutan Tabel 4.21.

Page 119: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

LAPORAN AKHIR IV - 32FASILITASI PENYUSUNAN MASTER PLAN DAN DED SISTEM DRAINASE KABUPATEN SIDOARJO

Lua s Lua s

Pe r rua s Tota l Da sa r Ata s Air Ja ga a n Sa lura n Norm a l M a ks. Norm a l M a ks. Norm a l M a ks. Norm a l M a ks.

A A Ce ks L L Lo V Vo to td tc Cs Rn In Qn b B H W H' z / m S n A A' R R' V V ' Q Q'Ha Ha (m ) (m ) (m ) (m /dt) (m /dt) (m e nit) (m e nit) (m e nit) (m m ) (m m /ja m ) (m 3/dt) (m ) (m ) (m ) (m ) (m ) (m 2) (m 2) (m 2) (m 2) (m /dt) (m /dt) (m 3/dt) (m 3/dt)

51 Sal. Dinas Sos ial T 27.01 27.01 0.47 557.36 557.36 584.13 0.58 0.20 49.14 16.11 65.25 0.89 58.20 19.08 0.60 Pas.batu Kali 1.00 1.00 0.80 0.20 1.00 0.00 0.00100 0.025 0.80 1.00 0.31 0.38 0.58 0.67 0.46 0.67 Luber, per lu dinormalisasi52 Sal. Lem ahputro (R3) S 2.32 95.34 0.47 226.49 2035.50 84.59 1.09 0.20 7.12 31.04 38.16 0.71 74.25 34.81 3.08 Pas.batu Kali 6.00 7.00 1.25 0.30 1.55 0.32 0.00082 0.025 8.00 10.08 0.93 1.17 1.09 1.27 8.75 12.84 Aman53 Sal. Lem ahputro 1 T 6.38 6.38 0.47 326.14 326.14 125.40 0.72 0.20 10.55 7.56 18.11 0.83 58.20 44.83 0.31 Pas.batu Kali 1.80 2.00 1.00 0.20 1.20 0.08 0.00082 0.025 1.88 2.28 0.49 0.60 0.72 0.82 1.35 1.86 Aman54 Sal. Lem ahputro (R4) S 1.71 103.43 0.47 321.52 2357.02 57.24 1.07 0.20 4.82 36.67 41.49 0.69 74.25 32.92 3.09 Pas.batu Kali 6.00 7.00 1.20 0.30 1.50 0.33 0.00082 0.025 7.68 9.75 0.90 1.14 1.07 1.26 8.23 12.25 Aman55 Sal. S idokare (R15) P 10.70 2464.94 0.47 241.59 12528.05 85.07 0.51 0.20 7.16 408.74 415.89 0.67 84.78 8.09 17.47 Pas.batu Kali 17.10 18.30 2.50 0.50 3.00 0.20 0.00007 0.025 44.00 53.10 1.98 2.39 0.51 0.58 22.48 30.75 Aman

56 Sal S idokare Indah 1 T 4.40 4.40 0.47 83.87 83.87 283.63 0.55 0.20 23.86 2.52 26.38 0.95 58.20 34.89 0.19 Pas.batu Kali 2.10 2.10 0.40 0.20 0.60 0.00 0.00100 0.025 0.84 1.26 0.29 0.43 0.55 0.73 0.47 0.91 Aman57 Sal S idokare Indah 2 T 4.45 4.45 0.47 116.34 116.34 84.47 0.39 0.20 7.11 4.97 12.07 0.83 58.20 58.76 0.28 Pas.batu Kali 0.60 0.60 0.40 0.20 0.60 0.00 0.00100 0.025 0.24 0.36 0.17 0.26 0.39 0.51 0.09 0.18 Luber, per lu dinormalisasi58 Sal S idokare Indah (R1) S 17.53 26.38 0.47 302.40 418.74 587.49 0.45 0.20 49.42 15.41 64.83 0.89 74.25 24.45 0.75 Pas.batu Kali 1.50 1.50 0.30 0.30 0.60 0.00 0.00100 0.025 0.45 0.90 0.21 0.43 0.45 0.72 0.20 0.65 Luber, per lu dinormalisasi59 Sal S idokare Indah 3 T 1.98 1.98 0.47 136.68 136.68 96.84 0.52 0.20 8.15 4.41 12.56 0.85 58.20 57.23 0.13 Pas.batu Kali 1.50 1.50 0.40 0.20 0.60 0.00 0.00100 0.025 0.60 0.90 0.26 0.39 0.52 0.68 0.31 0.61 Aman60 Sal S idokare Indah (R2) S 0.16 28.52 0.47 108.14 526.88 11.09 0.69 0.20 0.93 12.79 13.72 0.68 74.25 68.84 1.75 Pas.batu Kali 2.40 2.40 0.60 0.30 0.90 0.00 0.00100 0.025 1.44 2.16 0.40 0.60 0.69 0.90 0.99 1.94 Luber, per lu dinormalisasi61 Sal S idokare Indah 4 T 13.10 13.10 0.47 247.15 247.15 82.29 0.64 0.20 6.92 6.47 13.39 0.81 84.78 79.88 1.10 Pas.batu Kali 2.50 2.50 0.50 0.20 0.70 0.00 0.00100 0.025 1.25 1.75 0.36 0.50 0.64 0.80 0.80 1.39 Luber, per lu dinormalisasi62 Sal S idokare Indah (R3) S 0.78 42.40 0.47 91.95 618.83 113.95 1.24 0.20 9.59 8.33 17.92 0.81 74.25 57.62 2.59 Pas.batu Kali 4.50 4.50 1.70 0.30 2.00 0.00 0.00100 0.025 7.65 9.00 0.97 1.14 1.24 1.38 9.47 12.42 Aman63 Sal. S idokare (R16) P 2.88 2510.21 0.47 271.36 12799.41 484.27 0.52 0.20 40.74 411.02 451.76 0.69 84.78 7.65 17.26 Pas.batu Kali 16.30 17.70 2.60 0.50 3.10 0.23 0.00007 0.025 43.91 52.70 2.03 2.44 0.52 0.59 22.79 30.89 Aman

64 Sal. Ci W alk 1 T 4.02 4.02 0.47 381.78 381.78 81.79 0.62 0.20 6.88 10.27 17.15 0.77 58.20 46.50 0.19 Pas.batu Kali 1.00 1.00 0.30 0.20 0.50 0.00 0.00224 0.025 0.30 0.50 0.19 0.31 0.62 0.87 0.19 0.44 Luber, per lu dinormalisasi65 Sal. Ci W alk 2 T 5.97 5.97 0.47 206.45 206.45 286.66 0.58 0.20 24.12 5.89 30.01 0.91 58.20 32.02 0.23 Pas.batu Kali 0.80 0.80 0.30 0.20 0.50 0.00 0.00224 0.025 0.24 0.40 0.17 0.29 0.58 0.82 0.14 0.33 Luber, per lu dinormalisasi66 Sal. Ci W alk S 6.65 16.64 0.47 125.28 507.07 147.71 1.49 0.20 12.43 5.66 18.09 0.86 74.25 57.26 1.08 Pas.batu Kali 2.80 4.20 1.10 0.30 1.40 0.50 0.00224 0.025 3.69 4.90 0.70 0.93 1.49 1.80 5.50 8.84 Aman67 Sal. S idokare (R17) P 28.01 2554.86 0.47 787.17 13586.57 244.64 0.42 0.20 20.58 534.50 555.08 0.68 84.78 6.67 15.04 Pas.batu Kali 22.10 23.30 1.70 0.50 2.20 0.27 0.00007 0.025 38.36 49.94 1.50 1.95 0.42 0.51 16.25 25.23 Aman

68 Sal. Gang Dalem an T 2.45 2.45 0.47 127.97 127.97 93.26 0.39 0.20 7.85 5.46 13.31 0.83 58.20 55.06 0.15 Pas.batu Kali 0.60 0.60 0.40 0.20 0.60 0.00 0.00100 0.025 0.24 0.36 0.17 0.26 0.39 0.51 0.09 0.18 Luber, per lu dinormalisasi69 Sal. S idokare (R18) P 0.65 2557.96 0.47 82.55 13669.13 88.80 0.52 0.20 7.47 434.84 442.31 0.67 84.78 7.76 17.40 Pas.batu Kali 20.50 22.00 2.50 0.50 3.00 0.25 0.00007 0.025 52.81 63.75 2.06 2.49 0.52 0.59 27.67 37.87 Aman70 Sal.Ponpes Sabilur Rosyad T 9.09 9.09 0.47 335.07 335.07 188.91 1.04 0.20 15.89 5.37 21.26 0.89 58.20 40.29 0.43 Pas.batu Kali 3.50 3.50 1.30 0.20 1.50 0.00 0.00100 0.025 4.55 5.25 0.75 0.86 1.04 1.14 4.73 6.01 Aman71 Sal. S idokare (R19) P 1.14 2568.18 0.47 146.91 13816.04 86.39 0.46 0.20 7.27 502.59 509.85 0.67 84.78 7.06 15.88 Pas.batu Kali 18.70 20.00 2.00 0.50 2.50 0.26 0.00007 0.025 38.44 48.38 1.68 2.12 0.46 0.53 17.61 25.83 Aman

72 Sal. M agersari 1 T 10.68 10.68 0.47 167.51 167.51 277.50 0.70 0.20 23.34 4.02 27.36 0.93 58.20 34.06 0.44 Pas.Batu Kali 2.00 2.00 0.60 0.20 0.80 0.38 0.00100 0.025 1.34 1.85 0.41 0.56 0.70 0.86 0.93 1.59 Aman73 Sal. M agersari 2 T 23.32 23.32 0.47 264.58 264.58 122.54 0.55 0.20 10.31 8.04 18.35 0.82 58.20 44.45 1.11 Pas.Batu Kali 1.20 1.20 0.45 0.20 0.65 0.38 0.00100 0.025 0.62 0.94 0.29 0.44 0.55 0.73 0.34 0.68 Luber, per lu dinormalisasi74 Sal. Balong (R1) S 2.78 36.78 0.47 178.30 442.88 138.36 0.75 0.20 11.64 9.86 21.50 0.81 74.25 51.03 2.00 Pas.Batu Kali 1.45 1.90 0.60 0.30 0.90 0.38 0.00133 0.025 1.01 1.62 0.37 0.59 0.75 1.03 0.75 1.66 Luber, per lu dinormalisasi75 Sal. Teuku Um ar 1 T 4.97 4.97 0.47 53.46 53.46 508.80 0.30 0.20 42.80 2.98 45.78 0.97 58.20 24.16 0.15 Pas. Batu Bata 0.40 0.40 0.20 0.20 0.40 0.38 0.00100 0.025 0.10 0.22 0.12 0.27 0.30 0.52 0.03 0.12 Luber, per lu dinormalisasi76 Sal. Balong (R2) S 1.94 43.69 0.47 302.31 745.19 80.31 0.84 0.20 6.76 14.84 21.60 0.74 74.25 50.88 2.16 Pas.Batu Kali 3.40 3.70 0.55 0.30 0.85 0.38 0.00133 0.025 2.00 3.18 0.44 0.69 0.84 1.14 1.67 3.63 Luber, per lu dinormalisasi77 Sal. Teuku Um ar 2 T 2.73 2.73 0.47 95.76 95.76 112.96 0.30 0.20 9.50 5.33 14.83 0.85 58.20 51.22 0.16 Pas. Batu Bata 0.40 0.40 0.20 0.20 0.40 0.38 0.00100 0.025 0.10 0.22 0.12 0.27 0.30 0.52 0.03 0.12 Luber, per lu dinormalisasi78 Sal. Balong (R3) S 0.17 46.59 0.47 43.67 788.86 40.83 0.88 0.20 3.43 14.93 18.36 0.71 74.25 56.68 2.45 Pas.batu Kali 5.50 6.10 0.55 0.30 0.85 0.38 0.00133 0.025 3.14 4.95 0.47 0.74 0.88 1.19 2.77 5.91 Aman79 Sal. Ram ayana T 8.76 8.76 0.47 67.78 67.78 164.83 0.60 0.20 13.87 1.90 15.76 0.94 58.20 49.19 0.53 Pas.Batu Kali 1.00 2.00 0.60 0.20 0.80 0.38 0.00100 0.025 0.74 1.05 0.32 0.46 0.60 0.75 0.44 0.79 Luber, per lu dinormalisasi80 Sal. Balong (R4) S 0.46 55.81 0.47 82.70 871.56 55.59 1.07 0.20 4.68 13.60 18.28 0.73 74.25 56.86 3.02 Pas.batu Kali 6.50 6.50 0.75 0.30 1.05 0.38 0.00133 0.025 5.09 7.25 0.63 0.89 1.07 1.35 5.44 9.80 Aman81 Sal. A lun-alun T 16.61 16.61 0.47 429.02 429.02 188.38 0.70 0.20 15.85 10.20 26.04 0.84 58.20 35.19 0.64 Pas.batu Kali 1.50 1.50 0.70 0.20 0.90 0.38 0.00100 0.025 1.24 1.66 0.41 0.55 0.70 0.85 0.87 1.42 Aman82 Sal. Balong (R5) S 18.83 91.26 0.47 829.60 1701.16 292.00 0.93 0.20 24.56 30.63 55.20 0.78 74.25 27.21 2.54 Pas.batu Kali 5.50 6.50 0.60 0.30 0.90 0.38 0.00133 0.025 3.44 5.26 0.51 0.78 0.93 1.23 3.18 6.47 Aman83 Sal. S idokare (R20) P 1.42 2660.86 0.47 387.47 14203.51 24.97 0.49 0.20 2.10 483.49 485.59 0.67 84.78 7.29 16.94 Pas.Batu Kali 20.30 21.30 2.20 0.50 2.70 0.38 0.00007 0.025 46.52 57.61 1.86 2.30 0.49 0.56 22.78 32.53 Aman

84 Sal.Perum Bum i Citra Fajar 5 T 13.61 13.61 0.47 369.34 369.34 336.31 0.77 0.20 28.29 8.01 36.30 0.90 58.20 28.21 0.45 Pas.batu Kali 1.80 1.80 1.00 0.20 1.20 0.00 0.00100 0.025 1.80 2.16 0.47 0.57 0.77 0.87 1.38 1.87 Aman85 Sal. S idokare (R21) P 0.63 2675.10 0.47 67.20 14270.70 105.17 0.51 0.20 8.85 462.23 471.08 0.67 84.78 7.44 17.46 Pas.batu kali 19.70 22.90 2.40 0.50 2.90 0.55 0.00007 0.025 50.46 61.77 2.00 2.45 0.51 0.59 25.96 36.37 Aman

86 Sal.Karang Gayam 1 T 56.42 56.42 0.47 508.97 508.97 481.34 0.99 0.20 40.49 8.61 49.10 0.92 58.20 23.06 1.56 Pas.batu Kali 2.50 3.00 1.30 0.20 1.50 0.17 0.00100 0.025 3.53 4.13 0.69 0.80 0.99 1.09 3.48 4.51 Aman87 Sal.Karang Gayam 2 T 10.73 10.73 0.47 261.26 261.26 220.23 0.72 0.20 18.53 6.03 24.55 0.89 58.20 36.61 0.46 Pas.batu Kali 1.50 2.00 0.80 0.20 1.00 0.25 0.00100 0.025 1.36 1.75 0.43 0.56 0.72 0.85 0.98 1.50 Aman88 Sal.Karang Gayam 4 (R1) S 0.14 67.29 0.47 66.13 575.10 21.98 0.96 0.20 1.85 10.03 11.88 0.70 74.25 75.79 4.69 Pas.batu Kali 2.50 3.00 1.20 0.30 1.50 0.17 0.00100 0.025 3.24 4.13 0.66 0.84 0.96 1.12 3.10 4.63 Luber, per lu dinormalisasi89 Sal.Karang Gayam 3 T 8.17 8.17 0.47 308.15 308.15 320.63 0.72 0.20 26.97 7.11 34.08 0.91 58.20 29.42 0.28 Pas.batu Kali 1.50 2.00 0.80 0.20 1.00 0.25 0.00100 0.025 1.36 1.75 0.43 0.56 0.72 0.85 0.98 1.50 Aman90 Sal.Karang Gayam 4 (R2) S 0.08 75.54 0.47 45.63 620.73 31.27 0.96 0.20 2.63 10.82 13.46 0.71 74.25 69.74 4.91 Pas.batu Kali 2.50 3.00 1.20 0.30 1.50 0.17 0.00100 0.025 3.24 4.13 0.66 0.84 0.96 1.12 3.10 4.63 Luber, per lu dinormalisasi91 Sal. S idokare (R22) P 4.38 2755.02 0.47 432.42 14703.12 119.17 0.49 0.20 10.03 503.94 513.96 0.67 84.78 7.02 16.97 Pas.batu Kali 25.00 27.40 2.10 0.50 2.60 0.46 0.00007 0.025 54.54 68.12 1.84 2.30 0.49 0.56 26.52 38.42 Aman

92 Sal.Perum Bum i Citra Fajar 1 T 2.99 2.99 0.47 85.58 85.58 203.59 0.58 0.20 17.13 2.47 19.60 0.94 58.20 42.54 0.16 Pas.batu Kali 1.00 1.00 0.80 0.20 1.00 0.00 0.00100 0.025 0.80 1.00 0.31 0.38 0.58 0.67 0.46 0.67 Aman93 Sal.Perum Bum i Citra Fajar 2 T 32.46 32.46 0.47 1658.65 1658.65 246.98 0.58 0.20 20.78 47.95 68.73 0.74 58.20 18.43 0.58 Pas.batu Kali 1.00 1.00 0.80 0.20 1.00 0.00 0.00100 0.025 0.80 1.00 0.31 0.38 0.58 0.67 0.46 0.67 Luber, per lu dinormalisasi94 Sal.Perum Bum i Citra Fajar 3 S 16.70 52.15 0.47 475.29 2133.94 367.39 0.84 0.20 30.91 42.12 73.02 0.78 74.25 22.58 1.20 Pas.batu Kali 2.00 2.00 1.20 0.30 1.50 0.00 0.00100 0.025 2.40 3.00 0.55 0.68 0.84 0.98 2.03 2.94 Aman95 Sal. S idokare (R23) P 0.51 2807.68 0.47 103.72 14806.84 56.82 0.51 0.20 4.78 483.29 488.07 0.67 84.78 7.27 17.84 Pas.batu Kali 26.60 35.00 2.30 0.50 2.80 1.50 0.00007 0.025 69.12 86.24 1.98 2.47 0.51 0.59 35.29 51.04 Aman

96 Sal.Perm B luru K idul 1 T 12.11 12.11 0.47 662.54 662.54 217.21 0.68 0.20 18.27 16.24 34.52 0.81 58.20 29.17 0.37 Pas.batu Kali 1.30 1.30 1.00 0.20 1.20 0.00 0.00100 0.025 1.30 1.56 0.39 0.47 0.68 0.77 0.88 1.20 Aman97 Sal. S idokare (R24) P 1.24 2821.04 0.47 226.64 15033.48 30.70 1.48 0.20 2.58 169.66 172.24 0.67 84.78 14.55 35.96 Pas.batu Kali 30.10 35.30 22.50 0.50 23.00 0.11 0.00007 0.025 734.48 752.10 9.74 9.98 1.48 1.50 1084.70 1128.42 Aman98 Sal.Perm B luru K idul 2 T 30.46 30.46 0.47 250.50 250.50 237.02 0.34 0.20 19.94 12.46 32.40 0.84 58.20 30.43 1.02 Pas.batu Kali 0.50 0.50 0.30 0.20 0.50 0.00 0.00100 0.025 0.15 0.25 0.14 0.23 0.34 0.47 0.05 0.12 Luber, per lu dinormalisasi99 Sal. S idokare (R25) P 1.73 2853.23 0.47 177.46 15210.94 94.65 1.56 0.20 7.96 162.35 170.31 0.68 84.78 14.66 37.04 Pas.batu Kali 29.60 37.40 26.10 0.50 26.60 0.15 0.00007 0.025 872.44 891.10 10.59 10.82 1.56 1.58 1362.37 1411.29 Aman100 Sal.Perum Bum i Citra Fajar 4 T 36.54 36.54 0.47 465.72 465.72 344.60 0.86 0.20 28.99 8.98 37.97 0.89 58.20 27.37 1.17 Pas.batu Kali 2.00 2.00 1.30 0.20 1.50 0.00 0.00100 0.025 2.60 3.00 0.57 0.65 0.86 0.95 2.25 2.85 Aman101 Sal. S idokare (R26) P 0.31 2890.09 0.47 82.75 15293.69 27.46 0.54 0.20 2.31 475.81 478.12 0.67 84.78 7.37 18.59 Pas.batu Kali 31.40 36.40 2.40 0.50 2.90 0.86 0.00007 0.025 80.33 98.31 2.13 2.61 0.54 0.61 43.03 60.26 Aman102 Sal.Perm B luru K idul 3 T 21.11 21.11 0.47 564.07 564.07 244.83 0.34 0.20 20.60 28.05 48.65 0.78 58.20 23.20 0.50 Pas.batu Kali 0.50 0.50 0.30 0.20 0.50 0.00 0.00100 0.025 0.15 0.25 0.14 0.23 0.34 0.47 0.05 0.12 Luber, per lu dinormalisasi103 Sal. S idokare (R27) P 2.72 2913.91 0.47 410.01 15703.71 44.16 0.46 0.20 3.71 566.84 570.56 0.67 84.78 6.55 16.67 Pas.batu Kali 27.60 30.00 1.90 0.50 2.40 0.50 0.00007 0.025 54.25 69.12 1.70 2.17 0.46 0.54 25.05 37.51 Aman104 Sal. Rum ah Pom pa Rangkah T 31.03 31.03 0.47 728.02 728.02 336.55 1.14 0.20 28.31 10.65 38.96 0.88 58.20 26.91 0.96 Pas.batu Kali 5.00 5.00 1.30 0.20 1.50 0.00 0.00100 0.025 6.50 7.50 0.86 0.99 1.14 1.25 7.41 9.40 Aman105 Sal. S idokare (R28) P 5.35 2950.29 0.47 412.87 16116.58 166.66 0.34 0.20 14.02 783.55 797.57 0.67 84.78 5.24 13.55 T anah 32.90 38.70 2.00 0.50 2.50 1.16 0.00007 0.035 70.44 89.50 1.80 2.29 0.34 0.40 24.15 35.99 Aman

IV . S iste m Dra ina se Se ka rda nga n

1 Sal. S idokare 7 T 13.77 13.77 0.49 246.32 246.32 130.01 0.66 0.20 10.94 6.24 17.18 0.85 58.20 46.45 0.74 Pas.batu Kali 1.20 1.20 1.00 0.20 1.20 0.00 0.00100 0.025 1.20 1.44 0.38 0.45 0.66 0.74 0.79 1.07 Aman2 Sal Sum okali 3 T 16.92 16.92 0.49 246.09 246.09 275.91 0.39 0.20 23.21 10.51 33.72 0.87 58.20 29.63 0.59 Pas.batu Kali 0.60 0.60 0.40 0.20 0.60 0.00 0.00100 0.025 0.24 0.36 0.17 0.26 0.39 0.51 0.09 0.18 Luber, per lu dinormalisasi3 Sal. Sekardangan (R1) S 3.31 34.01 0.49 322.43 568.75 106.45 0.70 0.20 8.96 13.54 22.49 0.77 74.25 49.51 1.76 Pas.batu Kali 2.00 2.00 0.70 0.30 1.00 0.00 0.00100 0.025 1.40 2.00 0.41 0.59 0.70 0.89 0.98 1.78 Luber, per lu dinormalisasi4 Sal. Larangan Perm ai 1 T 6.50 6.50 0.49 87.23 87.23 186.95 0.49 0.20 15.73 2.98 18.70 0.93 58.20 43.89 0.36 Pas.batu Kali 0.80 0.80 0.60 0.20 0.80 0.00 0.00100 0.025 0.48 0.64 0.24 0.32 0.49 0.59 0.23 0.38 Luber, per lu dinormalisasi5 Sal. Sekardangan (R2) S 1.17 41.68 0.49 160.66 729.41 70.73 0.69 0.20 5.95 17.55 23.50 0.73 74.25 48.09 1.99 Pas.batu Kali 2.50 2.50 0.60 0.30 0.90 0.00 0.00100 0.025 1.50 2.25 0.41 0.61 0.69 0.91 1.04 2.04 Luber, per lu dinormalisasi6 Sal. Tenggulunan 1 T 10.60 10.60 0.49 279.63 279.63 134.25 0.53 0.20 11.29 8.76 20.05 0.82 58.20 41.89 0.50 Pas.batu Kali 1.00 1.00 0.60 0.20 0.80 0.00 0.00100 0.025 0.60 0.80 0.27 0.36 0.53 0.64 0.32 0.52 Luber, per lu dinormalisasi7 Sal. Sekardangan (R3) S 1.05 53.32 0.49 172.66 902.07 49.78 0.93 0.20 4.19 16.24 20.42 0.72 74.25 52.80 2.74 Pas.batu Kali 4.00 4.10 0.90 0.30 1.20 0.04 0.00100 0.025 3.63 4.86 0.63 0.84 0.93 1.12 3.36 5.46 Aman8 Sal. Larangan Perm ai 2 T 11.19 11.19 0.49 245.60 245.60 185.87 0.53 0.20 15.64 7.73 23.36 0.86 58.20 37.84 0.49 Pas.batu Kali 0.80 1.10 0.60 0.20 0.80 0.19 0.00100 0.025 0.55 0.76 0.27 0.38 0.53 0.66 0.29 0.50 Luber, per lu dinormalisasi9 Sal. Sekardangan (R4) S 0.19 64.70 0.49 43.82 945.89 27.05 0.80 0.20 2.28 19.75 22.02 0.69 74.25 50.21 3.05 Pas.batu Kali 2.20 2.80 0.80 0.30 1.10 0.27 0.00100 0.025 1.93 2.75 0.50 0.71 0.80 1.01 1.54 2.78 Luber, per lu dinormalisasi

10 Sal. Tenggulunan 2 T 5.67 5.67 0.49 121.56 121.56 370.61 0.71 0.20 31.18 2.86 34.03 0.96 58.20 29.44 0.22 Pas.batu Kali 2.10 2.10 0.70 0.20 0.90 0.00 0.00100 0.025 1.47 1.89 0.42 0.54 0.71 0.84 1.04 1.59 Aman11 Sal. Sekardangan (R5) S 5.84 76.21 0.49 192.18 1138.07 262.36 0.93 0.20 22.07 20.30 42.37 0.81 74.25 32.46 2.72 Pas.batu Kali 5.00 6.00 0.80 0.30 1.10 0.45 0.00100 0.025 4.29 6.05 0.63 0.90 0.93 1.18 4.01 7.11 Aman12 Sal. Larangan 1 T 8.91 8.91 0.49 171.69 171.69 133.03 0.39 0.20 11.19 7.33 18.52 0.83 58.20 44.17 0.45 Pas.batu Kali 0.60 0.60 0.40 0.20 0.60 0.00 0.00100 0.025 0.24 0.36 0.17 0.26 0.39 0.51 0.09 0.18 Luber, per lu dinormalisasi13 Sal. Sekardangan (R6) S 9.42 94.54 0.49 359.84 1497.91 278.12 1.04 0.20 23.40 24.09 47.49 0.80 74.25 30.09 3.09 Pas.batu Kali 7.00 8.00 0.90 0.30 1.20 0.42 0.00100 0.025 6.64 9.00 0.74 1.01 1.04 1.27 6.88 11.43 Aman

14 Sal. Larangan 2 T 7.91 7.91 0.49 244.24 244.24 421.60 0.61 0.20 35.47 6.64 42.11 0.93 58.20 25.55 0.25 Pas.batu Kali 1.30 1.30 0.70 0.20 0.90 0.00 0.00100 0.025 0.91 1.17 0.34 0.43 0.61 0.72 0.56 0.85 Aman15 Sal. Larangan 3 T 4.38 4.38 0.49 439.89 439.89 89.91 0.76 0.20 7.56 9.68 17.25 0.78 58.20 46.33 0.22 Pas.batu Kali 1.60 1.60 1.10 0.20 1.30 0.00 0.00100 0.025 1.76 2.08 0.46 0.55 0.76 0.85 1.33 1.76 Aman16 Sal. Larangan 4 S 0.11 12.40 0.49 65.42 505.30 9.24 0.74 0.20 0.78 11.43 12.21 0.68 74.25 74.41 0.86 Pas.batu Kali 1.60 1.60 1.00 0.30 1.30 0.00 0.00100 0.025 1.60 2.08 0.44 0.58 0.74 0.88 1.18 1.83 Aman

17 Sal. Sekardangan (R1) P 15.20 122.14 0.49 1127.67 2625.58 224.73 0.27 0.20 18.91 161.21 180.11 0.69 84.78 14.12 1.62 Pas.batu Kali 7.00 8.00 0.70 0.50 1.20 0.42 0.00009 0.025 5.10 9.00 0.60 1.06 0.27 0.40 1.39 3.57 Luber, per lu dinormalisasi18 Sal.Teratai T 7.91 7.91 0.49 607.87 607.87 97.67 0.63 0.20 8.22 16.07 24.29 0.75 58.20 36.87 0.30 Pas.batu Kali 1.20 1.50 0.70 0.20 0.90 0.17 0.00100 0.025 0.92 1.22 0.35 0.46 0.63 0.76 0.58 0.92 Aman19 Sal. Sekardangan (R2) P 13.55 143.61 0.49 619.80 3245.38 142.89 0.25 0.20 12.02 219.11 231.13 0.68 84.78 11.96 1.59 Pas.batu Kali 6.50 7.50 0.60 0.50 1.10 0.45 0.00009 0.025 4.06 7.70 0.52 0.98 0.25 0.38 1.00 2.91 Luber, per lu dinormalisasi20 Sal.Kepodang T 12.93 12.93 0.49 105.32 105.32 318.00 0.27 0.20 26.75 6.44 33.19 0.91 58.20 29.94 0.48 Pas.batu Kali 0.40 0.40 0.20 0.20 0.40 0.00 0.00100 0.025 0.08 0.16 0.10 0.20 0.27 0.43 0.02 0.07 Luber, per lu dinormalisasi21 Sal. Sekardangan (R3) P 9.26 165.79 0.49 507.87 3753.25 448.96 0.33 0.20 37.77 191.07 228.84 0.71 84.78 12.04 1.92 Pas.batu Kali 6.50 7.50 1.00 0.50 1.50 0.33 0.00009 0.025 6.83 10.50 0.79 1.22 0.33 0.44 2.24 4.58 Aman22 Sal.Kahuripan T 6.15 6.15 0.49 213.49 213.49 145.95 0.34 0.20 12.28 10.62 22.90 0.81 58.20 38.35 0.26 Pas.batu Kali 0.50 0.50 0.30 0.20 0.50 0.00 0.00100 0.025 0.15 0.25 0.14 0.23 0.34 0.47 0.05 0.12 Luber, per lu dinormalisasi23 Sal. Sekardangan (R4) P 2.20 174.14 0.49 126.52 3879.78 95.57 0.31 0.20 8.04 209.38 217.42 0.67 84.78 12.46 1.99 Pas.batu Kali 4.40 5.40 1.00 0.50 1.50 0.33 0.00009 0.025 4.73 7.35 0.73 1.13 0.31 0.41 1.46 3.04 Luber, per lu dinormalisasi

ANALISA HIDROLIKADIM ENSI SALURAN EKSISTING

Je nisSa lura nEksisting

Le ba rPa nja ngSa l. Pe r

rua s

Pa nja ngSa l. Tota l

Koe fisie nTa m pung

a n

W a ktuPe nga lira

n diLa ha n

Fa ktor hidrolikInte nsita s

Huja n

Ke c. Alira nW a ktuKonse ntr

a si

Koe fPe nga lira

nEksisting

Koe f.M a nning

No Loka si Je nisSa l.

Ke ce pa ta nAlira n diSa lura n

Ke ce pa ta nAlira n pa da

La ha n

W a ktuPe nga lira ndi Sa lura n

Tinggi Ke m iringa n

Ta lud

Ke m iringa n

Sa lura n(S lope )

Lua s pe na m pa ngDe bitBa njir

Re nca na Ke te ra nga n

ANALISA HIDROLOGIKa pa sita s Sa lura nPa nja ng

Alira n dila ha n

Cura hHuja n

Re nca na

Lanjutan Tabel 4.21.

Page 120: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

LAPORAN AKHIR IV - 33FASILITASI PENYUSUNAN MASTER PLAN DAN DED SISTEM DRAINASE KABUPATEN SIDOARJO

Luas Luas

Per ruas Total Dasar Atas Air JagaanSaluran Normal Maks. Normal Maks. Normal Maks. Normal Maks.

A A Ceks L L Lo V Vo to td tc Cs Rn In Qn b B H W H' z / m S n A A' R R' V V' Q Q'Ha Ha (m) (m) (m) (m/dt) (m/dt) (menit) (menit) (menit) (mm) (mm/jam) (m3/dt) (m) (m) (m) (m) (m) (m2) (m2) (m2) (m2) (m/dt) (m/dt) (m3/dt) (m3/dt)

24 Sal.Talun T 16.43 16.43 0.49 529.60 529.60 332.56 0.76 0.20 27.98 11.67 39.65 0.87 58.20 26.59 0.52 Pas.batu Kali 1.60 2.40 0.80 0.20 1.00 0.40 0.00100 0.025 1.54 2.00 0.46 0.60 0.76 0.90 1.16 1.80 Aman25 Sal. Sekardangan (R5) P 16.17 206.74 0.49 407.10 4286.87 246.39 0.29 0.20 20.73 245.79 266.52 0.68 84.78 10.88 2.10 Pas.batu Kali 6.50 7.60 0.80 0.50 1.30 0.42 0.00009 0.025 5.47 9.17 0.66 1.11 0.29 0.41 1.59 3.76 Luber, perlu dinormalisasi26 Sal.Celep T 8.07 8.07 0.49 211.41 211.41 243.44 0.44 0.20 20.48 7.99 28.47 0.88 58.20 33.17 0.32 Pas.batu Kali 0.70 0.70 0.50 0.20 0.70 0.00 0.00100 0.025 0.35 0.49 0.21 0.29 0.44 0.55 0.15 0.27 Luber, perlu dinormalisasi27 Sal. Sekardangan (R6) P 11.79 226.60 0.49 357.10 4643.97 278.32 0.36 0.20 23.41 215.97 239.38 0.69 84.78 11.68 2.48 Pas.batu Kali 9.00 10.00 1.10 0.50 1.60 0.31 0.00009 0.025 10.28 15.20 0.91 1.34 0.36 0.47 3.68 7.07 Aman28 Sal.Sumbawa 1 T 5.10 5.10 0.49 191.07 191.07 211.13 0.44 0.20 17.76 7.22 24.98 0.87 58.20 36.18 0.22 Pas.batu Kali 0.70 0.70 0.50 0.20 0.70 0.00 0.00100 0.025 0.35 0.49 0.21 0.29 0.44 0.55 0.15 0.27 Luber, perlu dinormalisasi29 Sal. Sekardangan (R7) P 2.16 233.86 0.49 266.42 4910.39 86.68 0.40 0.20 7.29 206.55 213.84 0.67 84.78 12.60 2.71 Pas.batu Kali 9.80 10.80 1.30 0.50 1.80 0.28 0.00009 0.025 13.21 18.54 1.06 1.48 0.40 0.50 5.23 9.21 Aman30 Sal.Perum Sekardangan Indah T 13.42 13.42 0.49 251.12 251.12 202.70 0.39 0.20 17.05 10.72 27.77 0.84 58.20 33.72 0.52 Pas.batu Kali 0.60 0.60 0.40 0.20 0.60 0.00 0.00100 0.025 0.24 0.36 0.17 0.26 0.39 0.51 0.09 0.18 Luber, perlu dinormalisasi31 Sal. Sekardangan (R8) P 1.12 248.40 0.49 104.69 5015.09 157.57 0.38 0.20 13.26 219.80 233.05 0.68 84.78 11.90 2.73 Pas.batu Kali 10.00 11.00 1.20 0.50 1.70 0.29 0.00009 0.025 12.42 17.85 0.99 1.43 0.38 0.48 4.72 8.64 Aman32 Sal.Sumbawa 2 T 11.80 11.80 0.49 191.07 191.07 595.40 0.44 0.20 50.09 7.22 57.31 0.94 58.20 20.80 0.31 Pas.batu Kali 0.70 0.70 0.50 0.20 0.70 0.00 0.00100 0.025 0.35 0.49 0.21 0.29 0.44 0.55 0.15 0.27 Luber, perlu dinormalisasi33 Sal. Sekardangan (R9) P 7.04 267.23 0.49 306.88 5321.96 510.74 0.38 0.20 42.97 230.46 273.43 0.70 84.78 10.69 2.74 Pas.batu Kali 11.20 12.20 1.20 0.50 1.70 0.29 0.00009 0.025 13.86 19.89 1.01 1.45 0.38 0.49 5.34 9.74 Aman

34 Sal.Perum Green Rark Regency 1 T 61.35 61.35 0.49 948.16 948.16 391.83 0.71 0.20 32.96 22.13 55.10 0.83 58.20 21.36 1.49 Pas.batu Kali 1.50 1.90 0.80 0.20 1.00 0.20 0.00100 0.025 1.33 1.70 0.42 0.54 0.71 0.84 0.95 1.43 Luber, perlu dinormalisasi35 Sal.Perum Green Rark Regency 2 T 32.55 32.55 0.49 1147.77 1147.77 390.00 0.89 0.20 32.81 21.50 54.31 0.83 58.20 21.56 0.80 Pas.batu Kali 2.10 3.10 1.00 0.20 1.20 0.42 0.00100 0.025 2.52 3.12 0.59 0.73 0.89 1.03 2.24 3.20 Aman36 Sal.Perum Green Rark Regency 3 S 1.30 95.20 0.49 122.27 1270.04 108.56 0.85 0.20 9.13 24.93 34.06 0.73 74.25 37.55 3.56 Pas.batu Kali 2.10 3.10 0.90 0.30 1.20 0.42 0.00100 0.025 2.23 3.12 0.55 0.77 0.85 1.06 1.89 3.32 Luber, perlu dinormalisasi37 Sal. Sekardangan (R10) P 4.37 366.80 0.49 351.44 5673.40 192.68 0.35 0.20 16.21 268.22 284.43 0.68 84.78 10.42 3.54 Pas.batu Kali 13.00 14.80 1.00 0.50 1.50 0.60 0.00009 0.025 13.60 20.85 0.89 1.36 0.35 0.47 4.79 9.77 Aman

38 Sal.Perum Dadungan Asri Barat T 7.02 7.02 0.49 176.77 176.77 132.40 0.66 0.20 11.14 4.48 15.62 0.87 58.20 49.49 0.41 Pas.batu Kali 1.20 1.50 0.80 0.20 1.00 0.15 0.00100 0.025 1.06 1.35 0.37 0.48 0.66 0.77 0.69 1.05 Aman39 Sal. Sekardangan (R11) P 5.20 379.02 0.49 278.68 5952.08 238.67 0.40 0.20 20.08 246.10 266.18 0.68 84.78 10.89 3.84 Pas.batu Kali 6.25 15.70 1.55 0.50 2.05 2.30 0.00009 0.025 15.22 22.50 1.08 1.60 0.40 0.52 6.14 11.77 Aman40 Sal.Bumi Intan T 10.18 10.18 0.49 245.50 245.50 388.17 0.31 0.20 32.65 13.41 46.07 0.87 58.20 24.06 0.29 Pas.batu Kali 0.45 0.45 0.25 0.20 0.45 0.00 0.00100 0.025 0.11 0.20 0.12 0.21 0.31 0.45 0.03 0.09 Luber, perlu dinormalisasi41 Sal. Sekardangan (R12) P 9.01 398.21 0.49 392.21 6344.29 222.79 0.35 0.20 18.74 299.17 317.91 0.68 84.78 9.67 3.57 Tanah 9.20 11.00 2.00 0.50 2.50 0.36 0.00009 0.035 19.84 25.25 1.47 1.88 0.35 0.42 7.01 10.48 Aman42 Sal.Graha Bumi Pertiwi T 103.79 103.79 0.49 1354.98 1354.98 200.00 1.06 0.20 16.82 21.34 38.16 0.78 58.20 27.28 3.01 Pas.batu Kali 4.00 5.00 1.10 0.20 1.30 0.38 0.00100 0.025 4.87 5.85 0.77 0.92 1.06 1.20 5.15 7.00 Aman43 Sal. Sekardangan (R13) P 19.85 521.84 0.49 378.37 6722.66 472.43 0.33 0.20 39.74 337.15 376.90 0.69 84.78 8.63 4.24 Tanah 10.00 14.00 1.70 0.50 2.20 0.91 0.00009 0.035 19.63 26.40 1.34 1.81 0.33 0.40 6.52 10.69 Aman44 Sal. Citraloka Residence T 6.40 6.40 0.49 203.08 203.08 175.22 0.19 0.20 14.74 17.46 32.20 0.79 58.20 30.55 0.21 Pas.batu Kali 0.30 0.30 0.10 0.20 0.30 0.00 0.00100 0.025 0.03 0.09 0.06 0.18 0.19 0.40 0.01 0.04 Luber, perlu dinormalisasi45 Sal. Sekardangan (R14) P 20.19 548.42 0.49 737.70 7460.36 326.96 0.43 0.20 27.51 288.56 316.07 0.69 84.78 9.71 4.98 Tanah 15.00 19.60 2.50 0.50 3.00 0.77 0.00009 0.035 42.29 51.90 1.99 2.44 0.43 0.49 18.22 25.63 Aman

ANALISA HIDROLIKADIMENSI SALURAN EKSISTING

JenisSaluranEksisting

LebarPanjangSal. Per

ruas

PanjangSal. Total

KoefisienTampung

an

WaktuPengalira

n diLahan

Faktor hidrolikIntensitas

Hujan

Kec. AliranWaktuKonsentr

asi

KoefPengalira

nEksisting

Koef.Manning

No Lokasi JenisSal.

KecepatanAliran diSaluran

KecepatanAliran pada

Lahan

WaktuPengalirandi Saluran

Tinggi Kemiringan

Talud

Kemiringan

Saluran(Slope)

Luas penampangDebitBanjir

Rencana Keterangan

ANALISA HIDROLOGIKapasitas SaluranPanjang

Aliran dilahan

CurahHujan

Rencana

Lanjutan Tabel 4.21.

Page 121: POTENSI PENGGUNAAN SALURAN PORUS DALAM MENGURANGI …

107

BIODATA PENULIS

Penulis adalah Karya Siswa dari Kementrian

Pekerjaan Umum. Penulis bekerja di Dinas

Pekerjaan Umum Ciptan Karya dan Tata Ruang

Kabupaten Sidoarjo sejak tahun 2009. Tempat lahir

penulis bukan di Kabupaten Sidoarjo melainkan di

Kalianda – Lampung Selatan pada tanggal 16

September 1984. Pendidikan formal yang telah

ditempuh adalah TK Pertiwi Kalianda, SDN 1

Trosobo Sidoarjo, SLTPN 1 Taman Sidoarjo,

SMUN 1 Taman Sidoarjo dan terkahir program S1

di Jurusan teknik Arsitektur Fakultas teknik Sipil dan Perencanaan ITS Surabaya.

Penulis sangat menyukai hal baru dan menyukai tantangan. Inovasi pada bidang

infrastruktur ke-PUan menjadi motivasi penulis dalam menempuh program S2

ini. JIka tertarik dengan tema yang diangkat penulis dalam tesis ini silahkan

menghubungi penulis via email ke [email protected].